You are on page 1of 9

NAMA : ENY WULANDARI,S.

Pd
NIP : 198409062022212004
UNIT KERJA : SMPN 3 TANGGUL
INSTANSI : DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JEMBER

A. Wawasan Kebangsaan dan nilai-nilai bela negara


1. Pengertian Wawasan kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character)
dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila,
UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil,
makmur, dan sejahtera.
4 (empat) Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara:
a. Pancasila
b. Undang-Undang Dasar 1945
c. Bhinneka Tunggal Ika
d. Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
2.1 Bendera
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera
Negara adalah Sang Merah Putih. Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk
empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta
bagian atas berwarna
merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.
Bendera Negara yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa
Indonesia tanggal 17
Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka
Sang Saka Merah Putih. Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih disimpan dan
dipelihara di Monumen Nasional Jakarta.
2.2 Bahasa
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2.3 Lambang Negara
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lambang
Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
2.4 Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya. Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya
yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman.
3. Nilai-nilai bela negara.
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan
Negara dari berbagai Ancaman.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi:
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
4. Sistem administrasi negara kesatuan republik Indonesia
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti
sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam
UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai
sumber dari segala sumber hukum negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan
negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama
dari penjabaran lima norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma
dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan
UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem
penyelenggaraan negara pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan negara
yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya
manusianya.
Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia disebut UUD
1945 hasil Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada tahun 2002 (UUD 1945) merupakan
hukum dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarki peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia. Atas dasar itu penyelenggaraan negara harus dilakukan
untuk disesuaikan dengan arah dan kebijakan penyelenggaraan negara yang berlandaskan
Pancasila dan konstitusi negara, yaitu UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 sebagai
dokumen yang ditempatkan di bagian depan UUD 1945, merupakan tempat
dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatar belakangi, kandungan cita-cita luhur
dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh karena itu
tidak akan berubah atau diubah, merupakan dasar dan sumber hukum bagi Batang-
tubuh UUD 1945 maupun bagi Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia apa
pun yang akan atau mungkin dibuat. Norma- norma dasar yang merupakan cita-cita luhur
bagi Republik Indonesia dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara tersebut dapat
ditelusur pada Pembukaan UUD 1945 tersebut yang terdiri dari empat (4) alinea.

AGENDA 1 : MODUL 2
ANALISIS ISU KONTEMPORER
Perubahan lingkungan strategi
s
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat level lingkungan strategis yang
dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni:
individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society),
dan Dunia (Global).

Modal insani dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis diantaranya:

1. Modal intelektual
2. Modal emosional
3. Modal sosial
4. Modal ketabahan
5. Modal moral
6. Modal kesehatan

A. Isu-isu strategis kontemporer


Pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer
diantaranya; korupsi, narkoba, paham radikalisme/terorisme, money laundry, proxy war, dan kejahatan
komunikasi masal seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain sebagainya. Isu-isu yang akan
diuraikan berikut ini:
1. Korupsi
Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara untuk kepentingan pribadi.
2. Narkoba
Narkoba adalah merupakan akronim Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya, sedangkan
Napza adalah akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya.
3. Paham radikalisme/terorisme
Terorisme adalah penggunaan kekerasan terhadap penduduk sipil/non kombatan untuk mencapai tujuan
politik, dalam skala lebih kecil dari pada perang.
4. Money laundry
Money laundry adalah upaya menyamarkan, menyembunyikan, menghilangkan atau menghapuskan
jejak dan asal-usul uang dan/atau harta kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana tersebut.
5. Proxy war
Proxy war adalah sebuah konfrontasi antara dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti
untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan untuk mengurangi resiko konflik
langsung yang beresiko pada kehancuran fatal.

6. Kejahatan mass communication


 White collar white (kejahatan kerah putih) adalah tindakan melawan hukum yang dilakukan seseorang
yang status sosialnya lebih tinggi.
 Crime without victim (kejahatan tanpa korban) adalah kejahatan yang tidak menimbulkan penderitaan
secara langsung kepada korban. Contohnya mabuk-mabukkan dan perjudian.
 Organized crime (kejahatan terorganisir) adalah kejahatan yang dilakukan secara terorganisir dan
berkesinambungan. Contohnya jasa pelacuran.
 Corporate crime (kejahatan korporasi) adalah kejahatan oleh organisasi formal untuk menaikkan
keuntungan.
Cyber crime
Cyber crime (kejahatan saiber) merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan beroperasi di dunia maya dengan
menggunakan komputer, jaringan komputer dan internet.
Hate speech
Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan yang disampaikan oleh individu
ataupun kelompok di muka umum atau di ruang publik.
Hoax
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau bohong atau palsu, baik dari
segi sumber maupun isi.
AGENDA 1 : MODUL 3

KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik,
mental, maupun social dalam menghadapi siyuasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan
sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasimoleh
kecintaan terhadap NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD tahun 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Seorang ASN sepanjang menjalankan tugas jabatannya dimungkinkan akan bersinggungan dengan banyak
permasalahan atau stressor yang akan memberi perasaan tidak enak atau tertekan baik fisik ataupun mental yang
mengancam, mengganggu, membebani, atau membahayakan keselamatan, kepentingan, keinginan, atau
kesejahteraan hidupnya.
Komponen penting dalam kesiapsiagaan jasmani, yaitu kesegaran jasmani dasar yang harus dimiliki untuk dapat
melakukan suatu pekerjaan tertentu baik ringan atau berat secara fisik dengan baik dengan menghindari efek
cedera dan atau mengalami kelelahan yang berlebihan.

Kesiapsiagaan jasmani perlu selalu dijaga dan dipelihara, karena manfaat yang didapatkan dengan kemampuan
fisik atau jasmaniah yang baik maka kemampuan psikis yang baik juga akan secara otomatis dapat diperoleh.
Berdasarkan istilah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan memiliki kesiapsiagaan jasmani yang baik
sebagai upaya menjaga kebugaran PNS, maka disaat yang sama Anda akan memperoleh kebugaran mental atau
kesiap siagaan mental, atau dapat dikatakan sehat Jasmani dan Rohani.

AGENDA 2 : MODUL 1

NILAI-NILAI DASAR PNS:


Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:
a. Berorientasi Pelayanan:
 Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
 Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
 Melakukan perbaikan tiada henti.
b. Akuntabel:
Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi;
Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efesien.
c. Kompeten:
 Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
 Membantu orang lain belajar;
 Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
d. Harmonis:
 Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
 Suka mendorong orang lain;
 Membangun lingkungan kerja yang kondusif
e. Loyal:
Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan yang sah;
Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara; c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
i. Adaptif:
 Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
 Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
 Bertindak proaktif.
j. Kolaboratif:
 Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
 Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
 Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama

1. BERORIENTASI PELAYANAN

Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Dalam batasan pengertian tersebut, jelas bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari
penyelenggara pelayanan 12 publik, yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang menyatakan bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan
publik.
Penyelenggaraan pelayanan publik di mana masyarakat harus memenuhi berbagai persyaratan dan membayar
biaya untuk memperoleh layanan yang mereka butuhkan, harus diterapkan prinsip mudah, artinya berbagai
persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi.
Efektif dan Efisien Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan- tujuan yang hendak
dicapainya (untuk melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan- tujuan strategis negara dalam jangka
panjang) dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang
sedikit, dan biaya yang murah.
Aksesibel Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh warga negara
yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat, gampang
ditemukan, dan lain-lain) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa BERORIENTASI PELAYANAN adalah Keinginan
memberikan pelayanan prima demi kepuasan Masyarakat.
Berorientasi Pelayanan sebagai nilai dan menjadi dasar pembentukan budaya pelayanan tentu tidak akan dengan
mudah dapat dilaksanakan tanpa dilandasi oleh perubahan pola pikir ASN, didukung dengan semangat
penyederhanaan birokrasi yang bermakna penyederhanaan sistem, penyederhanaan proses bisnis dan juga
transformasi menuju pelayanan berbasis digital.
Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu
1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,
2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan
3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; 30
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah penting untuk
memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya, yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.
Dalam pelayanan public kunci utamanya adalah:
1. Responsivitas
2. Kualitas
3. Kepuasan
Tujuan utama dari Nilai Dasar ASN adalah …
a. Menjadi dasar pembentukan peraturan internal tentang kewajiban masuk kerja
b. Menjadi pedoman perilaku bagi para ASN dan menciptakan budaya kerja yang mendukung tercapainya
kinerja terbaik
c. Menjadi pertimbangan pimpinan unit kerja dalam menentukan rekanan dalam proyek strategis d. Menjadi
instrumen pengukuran kinerja ASN oleh masyarakat
d. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

AGENDA 2 : Modul 2
1. AKUNTABEL

Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan
tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza
dan Zonke, 2017).
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
• Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi
• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien
• Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi
Pentingnya Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit organisasi
sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya.

Agenda 2 : Modul 3
KOMPETEN

Seorang ASN untuk mencapai kompetensi harus terus belajar dan mengembangkan kapabilitas.
ASN yang kompeten mampu memberikan kinerja terbaik, sukses, keberhasilan, learning agility dan ahli
dibidangnya.

Panduan perilaku ASN :


1. Meningkatkan kompetensi diri untuk mrenjawab tantangan yang selalu berubah
2. Membantu orang lain belajar
3. Melaksanakan tugas dan kualitas terbaik
Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN harus memenuhi
kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan yang diskriminatif, seperti
hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif. Konsepsi kompetensi
adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB
Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi:
1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan
dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,
dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,
dan dikembangkan terkait dengan pengalaman.
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua
puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Dalam menentukan
pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta nine box pengembangan, dimana kebutuhan
pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.

Agenda 2 : Modul 4
HARMONIS
Harmonis adalah saling peduli dan menghargai perbedaan.
Pentingnya Suasana Harmonis
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan kondisi
yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas
layanan kepada pelanggan.
Dasar-dasar penegakan nilai Etika ASN :
 Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
 Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
 Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
 Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
 Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
 Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;

 Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan.
Etika ASN sebagai Individu, dalam Organisasi, dan Masyarakat
Perubahan Mindset •
a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
b. Kedua, merubah dari ‟wewenang‟ menjadi ‟peranan‟;
c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah, yang harus dipertanggung jawabkan bukan
hanya di dunia tapi juga di akhirat.
Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan:
 Toleransi , Empati, Keterbukaan terhadap perbedaan
 Upaya Mewujudkan Suasana Harmonis
Peran ASN Harmonis
 Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian tidak
memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS dalam melaksanakna
tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur, transparan.
 PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan tidak membuat
kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut.
 PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
 Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka menolong baik kepada
pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan pertolongan
 PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.

untuk menciptakan keharmonisan ASN harus bsa:


1. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya
2. Suka menolong orang lain
3. Membangunj lingkungan lerja yang kondusif

Agenda 2 : Modul 5
LOYAL

Nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan
diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor penyebab internal dan eksternal.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia.
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita
organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
LOYAL adalah berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara memiliki komitmen, kontribusi,
nasionalisme dan pengabdian.
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya,
antara lain:
 Taat pada Peraturan.
 Bekerja dengan Integritas
 Tanggung Jawab pada Organisasi
 Kemauan untuk Bekerja Sama.
 Rasa Memiliki yang Tinggi
 Hubungan Antar Pribadi
 Kesukaan Terhadap Pekerjaan
 Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
 Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN
harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:
 Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah.
 Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
 Menjaga rahasia jabatan dan negara Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi,
kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap organisasi,
hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
o Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
o Meningkatkan Kesejahteraan
o Memenuhi Kebutuhan Rohani
o Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
o Melakukan Evaluasi secara Berkala
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat pegawai negeri
sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan
sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar para ASN mampu menempatkan kepentingan
bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui
pemantapan Wawasan Kebangsaan. Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat
dibangun dengan cara terus meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.

Agenda 2 : Modul 6
ADAPTIF

ADAPTIF adalah terus berinovasi dan antusias serta proaktif dalam menggerakkan serta menghadapi perubahan.
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di dalamnya memiliki
kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya.
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri
individu maupun organisasi.
Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi,
tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya.
Budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN
sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu maupun
organisasi – dalam situasi apa pun.
Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan kapasitas pemerintah adaptif
dengan indicator-indikator sebagai berikut:
(a) Pengembangan sumber daya manusia adaptif;
(b) Penguatan organisasi adaptif dan
(c) Pembaharuan institusional adaptif.
Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang membuat organisasi kuat dan imajinatif:
kecerdasan organisasi, sumber daya, desain, adaptasi, dan budaya (atau sisu, kata Finlandia yang menunjukkan
keuletan.
Panduan perilaku ASN agar busa adaptif:
1. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
2. Terus berinovasi mengembangkan kreatifitas
3. Bertindak positif

Agenda 2 : Modul 7
KOLABORATIF

Berkaitan dengan definisi KOLABORATIF adalah membangun kerjasama yang sinergis untuk hasil yang lebih
baik.
Collaborative Governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik Sebuah pendekatan
pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling
menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya.
Tahapan Dalam Melakukan Assessment Terhadap Tata Kelola Kolaborasi
 Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
 Merencanakan aksi kolaborasi; dan
 Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
Proses yang harus dilalui dalam menjalankan kolaborasi adalah :
1) Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi
2) Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh;
3) Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership dalam proses; serta
keterbukaan terkait keuntungan bersama;
4) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait permasalahan, serta
mengidentifikasi nilai bersama; dan
5) Menetapkan outcome antara.

Perilaku ASN agar bisa kolaboratif adalah:


1. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
2. Terbuka dalam bekerjasama untuk menghasilkan nilai tambah
3. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama

AGENDA 3 :
KEDUDUKAN DAN PERAN ASN DALAN NKRI
1. SMART ASN
2. MANAGEMENT ASN

MODUL 1
SMART ASN
SMART ASN adalah aparatur yang memiliki profil nasionalisme, integritas, wawasan global, hospitality,
networking, teknologi informasi, bahasa asing dan enterpreunership yang berperan sebagai digital leader yang
mendukung transformasi birokrasi di Indonesia.
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:
a) Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
b) Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektorsektor strategis, baik di pemerintahan, layanan
publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor
penyiaran.
c) Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
d) Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
e) Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital
dilakukan secepat-cepatnya.
LITERAI DIGITAL merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital,
seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya.
Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
a. kecakapan digital,
b. budaya digital,
c. etika digital
d. dan keamanan digital.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan kecakapan dalam bermedia
digital.
Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan
sehari-hari.
Budaya bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan,
memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan
sehari-hari. Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-
hari. Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami,
dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-
hari.

Manfaat litersi digital:


1. Menambah wawasan
2. Meningkatkan kemampuan untuk lebih kritis dalam berpikir serta memahami informasi
3. Menambah kekuasaan kosakata
4. Meningkatkan kemampuan verbal
5. Meningkatkan daya focus serta konsentrasi
6. Menambah kemampuan verbal
7. Meningkatkan daya focus serta konsentrasi
8. Menambah kemampuan dalam membaca, merangkai kalimat serta menulis informasi.

Agenda 3 : Modul 2
MANAJEMEN ASN

Manajemen adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang Profesional, Memiliki Nilai
Dasar, Etika Profesi, Bebas dari Intervensi Politik, Bersih dari praktik KKN.
Kedudukan ASN berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 adalah PNS dan PPPK
PNS dan PPPK merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai
ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan dan memiliki
nomor induk pegawai secara nasional warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan sesuai
dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan perundang- undangan
Fungsi dan Tugas ASN
Pelaksana Kebijakan Publik,Pelayan Publik, Perekat dan Pemersatu Bangsa
“Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan” “Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas” “Mempererat
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia”
Kewajiban ASN meliputi :
 setia dan taat pada Pancasila, UUD‟45, NKRI
 menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
 melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang
 menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
 Melaksanakan Tugas Kedinasan dengan Penuh Pengabdian, Kejujuran, Kesadaran, dan Tanggung Jawab
 Menunjukkan Integritas dan Keteladanan Dalam Sikap, Perilaku, Ucapan Dan Tindakan Kepada Setiap
Orang, Baik di Dalam Maupun di Luar Kedinasan
 Menyimpan Rahasia Jabatan Dan Hanya Dapat Mengemukakan Rahasia Jabatan Sesuai Dengan
Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
 Bersedia Ditempatkan Di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Kode Etik dan Kode
Prilaku ASN
 melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi
 melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
 melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
 melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
 tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat
atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
 Memberika informas secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi
terkait kepentingan kedinasanMemberika informas secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
 menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya

SISTEM MERIT
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan
memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat
dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan
kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepada masyarakat maupun jaminan
obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan
berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.
Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai harus mencerminkan prinsip merit
yang sesungguhnya dimana semua prosesnya didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi
pegawai. Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang
tinggi, disisi lain bad performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi
untuk meningkatkan kinerja.
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK.
Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan,
disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan.
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan
perlindungan.
Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan
tidak kehilangan status sebagai PNS. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN
Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi
dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan
Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar Instansi
Pemerintah. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administrative.

You might also like