You are on page 1of 5

TUGAS 2

HUKUM ISLAM DAN ACARA PERADILAN AGAMA

Disusun oleh :
At Taqwir Cahya Fachrurrezha
049478838

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS TERBUKA
PONTIANAK
2023
1. Berdasarkan kasus di atas apakah perbuatan (mewakafkan sebagian hartanya) I Made
memenuhi unsur-unsur wakaf? Berikan alasan anda secara jelas.
Jawab :
Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf menyebutkan
bahwawakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkansebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk
jangkawaktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah
dan/ataukesejahteraan umum menurut Syariah. Perbuatan untuk menyerahkan
sebagianharta benda tersebut memiliki beberapa unsur, yaitu;
a. Wakif, yaitu pihak yang mewakafkan harta benda miliknya. Jika wakif peorangan,
maka syaratnya harus dewasa, berakal sehat, tidak terhalang untuk melakukan
perbuatan hukum dan sebagai pemilik sah dari harta yang diwakafkan.

b. Nazhir, yaitu pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan
dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Nadzir bisa berupa perorangan,
organisasi, atau badan hukum.
Dalam menjalankan fungsinya, nazhir mempunyai tugas sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 11 UU Wakaf:
1. melakukan pengadministrasian harta benda wakaf;
2. mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan
peruntukannya;
3. mengawasi dan melindungi harta benda wakaf;
4. melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut, nazhir
dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta
benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10%.
c. Harta Benda Wakaf, yaitu harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau
manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang
diwakafkan oleh wakif.
Harta benda wakaf dapat berupa benda tidak bergerak dan benda bergerak yang masing-
masing uraiannya telah ditegaskan dalam Pasal 16 UU Wakaf.
Harta benda wakaf harus didaftarkan atas nama nazhir untuk kepentingan pihak yang
dimaksud dalam akta ikrar wakaf sesuai dengan peruntukannya. Implikasi dari
terdaftarnya harta benda wakaf atas nama nazhir tersebut tidak membuktikan
kepemilikan nazhir atas harta benda wakaf bahkan penggantian nazhir tidak
mengakibatkan peralihan harta benda wakaf yang bersangkutan.
d. Ikrar Wakaf, yaitu pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau
tulisan kepada nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya. Ikrar wakaf
dilaksanakan oleh wakif kepada nadzir di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf
(“PPAIW”) dengan disaksikan oleh 2 orang saksi dan dinyatakan secara lisan dan/atau
tulisan serta dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW.
e. Peruntukan Harta Benda Wakaf, yaitu kehendah dari wakif terkait peruntukan harta
benda yang diwakafkan.
f. Jangka waktu wakaf yang pada prinsipnya diberlakukan selamanya, artinya tidak
berbatas waktu. Wakaf yang berjangka waktu hanya diberlakukan untuk wakaf yang
berupa uang tunai, misalkan untuk pemberian beasiswa.

2. Berikan analisis anda terkait legalitas/keabsahan wakaf yang telah diberikan kepada
wakif?
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perwakafan yaitu PP No. 28
tahun 1977 pasal 11 yaitu berbunyi :

Pada dasarnya terhadap tanah milik yang telah diwakafkan tidak dapat
dilakukan perubahan peruntukan atau penggunaan lain dari pada yang dimaksud dalam
ikrar wakaf. Penyimpangan dari ketentuan tersebut dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan terdapat hal-hal tertentu setelah terlebih dulu mendapat persetujuan tertulis
dari Menteri Agama, yakni : Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti
diikrarkan oleh wakif karena kepentingan umum.
Perubahan status tanah milik yang telah diwakafkan dan perubahan
penggunannya sebagai akibat ketentuan tersebut dalam ayat (2) harus dilaporkan oleh
nazhir kepada bupati / walikotamadya kepala daerah. Kepala sub Direktorat Agraria
setempat untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut. Begitu pula mengenai
pendaftaran wakaf tanah milik terdapat pada pasal 10, yakni :
Setelah akta ikrar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan ayat (4) dan (5) pasal
9. Maka pejabat pembuat akta ikrar wakaf atas nama nadzir yang bersangkutan,
diharuskan mengajukan permohonan kepada bupati/walikotamadya Kepala daerah cq.
sub Direktorat Agraria setempat untuk mendaftarkan menurut ketentuan peraturan
pemerintah No. 10 tahun 1961 kepada bupati/walikotamadya Kepala daerah. Kepala
sub Direktorat Agraria setempat, setelah menerima permohonan tersebut alam ayat (1)
men-catat perwakafan tanah milik yang bersangkutan pada buku tanah dan
sertifikatnya.
Jika tanah milik yang diwakafkan belum mempunyai sertifikat maka pencatatan
yang dimaksud dalam ayat (2) dilakukan setelah untuk dibuatkan sertifikatnya. Oleh
Menteri Dalam Negeri diatur tatacara pencatatan perwakafan yang dimaksud dalam
ayat (2) ddan (3).
Setelah dilakukan pencatatan perwakafan tanah milik dalam buku tanah dan
seertifikatnya seperti dimaksud dalam ayat (2) dan (3), maka nadzir yang bersangkutan
wajib melaporkan kepada pejabat yang ditunjuk Menteri Agama. Lalu mengenai
tatacara mewakafkan tanah milik berdasarkan PP. 28 tahun 1977 diadakan ketentuan
tatacara mewakafkan : pasal 5 ayat (1) : Pihak yang mewakafkan tanahnya harus
mengikrarkan kehendaknya secara jelas dan tegas kepada nadzir di hadapan pejabat
pembuat ikrar wakaf sebagimana dimaksudkan pasal 9 ayat 2 yang kemudian
menuangkannya dalam bentuk akta ikrar wakaf, dengan disaksikan oleh sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang saksi.
Sedangkan tatacara pendaftaran wakaf yang berlaku sebelum PP. 28 tahun 1977,
maka dalam permasalahan ini permenag No. 1 tahun 1978, pasal 15 telah mengatur
sebagai berikut: Tanah wakaf yang terjadi sebelum berlakunya peraturan pemerintah
pendaftarannya dilakukan oleh nadzir bersangkutan kepada KUA setempat.
Apabila nadzir yang bersangkutan sudah tidak ada lagi mka wikif atau ahli
warisnya, anak keturunan nadzir atau anggota masyarakat yang mengetahuinya
mendaftarkan kepada KUA setempat.
3. Dari contoh kasus di atas, apakah sudah terpenuhi syarat sebagai wakif? Kemukakan
alasan anda
Sudah terpenuhi karena, syarat wakif adalah
1. Merdeka
Wakaf harus dilakukan oleh seseorang yang sudah merdeka atau bukan hamba sahaya.
Hal itu karena wakaf adalah pengguguran hak milik sehingga harta benda yang
diberikan harus merupakan hak milik wakif yang kemudian diserahkan kepada orang
lain.
Sementara orang yang belum merdeka atau hamba sahaya tidak mempunyai hak milik,
bahkan atas dirinya sendiri karena merupakan kepunyaan tuannya. Akan tetapi, Abu
Zahrah menyampaikan bahwa budak dapat mewakafkan harta bendanya asal dengan
izin dari tuannya.
Kendati demikian, di zaman sekarang sepertinya tidak ada lagi manusia yang ber
kategori budak.
2. Berakal Sehat
Syarat berikutnya adalah harus berakal sehat. Berwakaf tidak boleh dilakukan oleh
orang yang tidak berakal sehat seperti orang dengan gangguan kejiwaan karena menjadi
tidak sah hukumnya.
Hal itu dikarenakan orang dengan gangguan jiwa tidak memiliki akal, tidak mumayyiz
serta tidak cakap dalam melakukan akad wakaf. Selain itu, wakaf juga tidak boleh
ditunaikan oleh orang-orang yang memiliki lemah mental, baik sakit maupun akibat
kecelakaan.
3. Dewasa (Baligh)
Syarat yang ketiga, wakif adalah seseorang yang sudah baligh atau dianggap dewasa
menurut undang-undang yang berlaku di negaranya. Jika wakaf dilakukan oleh anak
yang belum berusia dewasa maka hukumnya tidak sah karena dianggap belum
mempunyai kecakapan dalam akad guna menggugurkan hak miliknya.
4. Tidak Berada Di Bawah Pengampuan
Para ulama menyepakati bahwa wakaf harus dilakukan oleh orang yang tidak berada
dibawah pengampuan orang lain. Dengan kata lain tidak berada dalam sokongan orang
lain seperti orang tua atau wali.

You might also like