You are on page 1of 17

MAKALAH

FIQIH 3 (MUAMALAH, JINAYAH, SIYASAH)


"Siyasah Maliyah"

Dosen Pengampu:
H. Moh. Sobirin, M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. Ade Ameliyah (141120003)


2. Muh. Ariefudin Sani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS


ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA
ISLAM BAKTI NEGARA TEGAL
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan kekuatan lahir batin sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat serta
salam tidak lupa kami haturkan kehadirat Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafaatnya di akhirat nanti.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak H. Moh. Sobirin, M.Pd.I selaku
dosen pengampu mata kuliah Fiqih 3 (Muamalah, Jinayah, Siyasah) yang telah
membimbing kami dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan
makalah ini.
Tentunya kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk kita semua.

Slawi, 28 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Pengertian Siyasah Maliyah.......................................................................................3
B. Dasar Hukum Siyasah Maliyah..................................................................................4
C. Ruang Lingkup Kajian Siyasah Maliyah....................................................................4
D. Prinsip Harta...............................................................................................................4
E. Prinsip Dasar dan Tanggung Jawab Keadilan Sosial.................................................5
F. Prinsip Zakat...............................................................................................................6
G. Prinsip Al - Kharaj......................................................................................................7
H. Prinsip Jizyah..............................................................................................................8
I. Prinsip Ghanimah dan Fay'.........................................................................................8
J. Prinsip Bea Cukai.......................................................................................................9
K. Prinsip Harta Wakaf...................................................................................................9
BAB III PENUTUP........................................................................................................10
A. Kesimpulan...............................................................................................................10
B. Saran.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Seperti di dalam fiqh Siyasah Dusturiyah dan fiqh Siyasah Dauliyah, di dalam fiqh
Siyasah Maliyah pun pengaturannya diorientasikan untuk kemaslahatan rakyat. Oleh
karena itu di dalam Siyasah Maliyah ada hubungan diantara tiga faktor, yaitu : rakyat,
harta, dan pemerintah atau kekuasaan.
Di kalangan rakyat ada dua kelompok besar dalam suatu atau beberapa Negara yang
harus bekerjasama dan saling membantu antar orang kaya dan orang miskin. Di dalam
siyasah maliyah dibicarakan bagaimana cara-cara kebijakan yang harus diambil untuk
mengharmonisasikan dua kelompok ini, agar kesenjangan antara orang kaya dan miskin
tidak semakin lebar. Produksidistribusidan komsumsi dilandasi oleh aspek-aspek
keimanan dan moralserta dijabarkan dalam aturan-aturan hukum, agar ada keadilan dan
kepastian. Adalah benar pernyataan bahwa "hukum tanpa moral dapat jatuh kepada
kezaliman, dan moral tanpa hukum dapat menimbulkan ketidakpastian.
Oleh karena itu, di dalam fiqh siyasah orang-orang kaya disentuh hatinya untuk
mampu bersikap selalu sabar (ulet), berusahadan berdoa mengharap karunia Allah.
Kemudian, sebagai wujud dari kebijakan di atur di dalam bentuk, zakat, dan infak, yang
hukumnya wajib atau juga di dalam bentuk- bentuk lain seperti wakaf sedekah, dan
penetapan ulil amri yang tidak bertentangan dengan nash syari'ah, seperti bea cukai
(usyur) dan kharaj.
Isyarat-isyarat Al-Quran dan Al-Hadits Nabi menunjukkan bahwa agama Islam
memiliki kepedulian yang sangat tinggi kepada orang fakir dan miskin dan kaum
mustad'afiin (lemah) pada umumnya, kepedulian inilah yang harus menjiwai kebijakan
Orang-orang kaya yang telah mengeluarkan sebagian kecil dari hartanya yang
menjadi hak para fakir dan miskin harus dilindungi, bahkan didoakan agar hartanya
mendapat keberkahan dari Allah SWT. Sudah tentu bentuk-bentuk perlindungan terhadap
orang kaya yang taat ini akan banyak sekali seperti dilindungi hak miliknya, dan hak-hak
kemanusiannya.
Dalam tata negara harus ada pengaturan keluar masuknya keuangan yang ditangani
oleh lembaga-lembaga tertentu. Tentunya hal itu bukan sesuatu yang mudah, karena
tidak sedikit pejabat yang berada dalam lembaga ini sering terjerat oleh hukum seperti
Gayus Tambunan. Perlu ada pembenahan kembali dalam menata keuangan negara.

1
Karena hal ini

2
penting maka penulis akan memaparkan sedikit penjelasan yang berkaitan dengan
keuangan negara dalam bidang fiqih siyasah maliyah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud siyasah maliyah ?
2. Apa dasar hukum siyasah maliyah ?
3. Bagaimana ruang lingkup kajian siyasah maliyah ?
4. Bagaimana prinsip harta dalam siyasah maliyah?
5. Bagaimana prinsip dasar dan tanggung keadilan sosial dalam siyasah maliyah?
6. Bagaimana prinsip zakat dalam siyasah maliyah?
7. Bagaimana prinsip al-kharaj dalam siyasah maliyah?
8. Bagaimana prinsip jizyah dalam siyasah maliyah?
9. Bagaimana prinsip ghanimah dan fay dalam siyasah maliyah?
10. Bagaimana prinsip bea cukai import dalam siyasah maliyah?
11. Bagaimana prinsip harta wakaf dalam siyasah maliyah?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian siyasah maliyah.
2. Untuk mengetahui dasar hukum siyasah maliyah.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup kajian siyasah maliyah.
4. Untuk mengetahui prinsip harta dalam siyasah maliyah.
5. Untuk mengetahui prinsip dasar dan tanggung keadilan sosial dalam siyasah maliyah.
6. Untuk mengetahui prinsip zakat dalam siyasah maliyah.
7. Untuk mengetahui prinsip al-kharaj dalam siyasah maliyah.
8. Untuk mengetahui prinsip jizyah dalam siyasah maliyah.
9. Untuk mengetahui prinsip ghanimah dan fay dalam siyasah maliyah.
10. Untuk mengetahui prinsip bea cukai import dalam siyasah maliyah.
11. Untuk mengetahui prinsip harta wakaf dalam siyasah maliyah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Siyasah Maliyah


Secara etimologi maliyah berasal dari kata maala – yamiilu – mailun (cenderung,
condong). Dimaknai demikian karena salah satu sifat harta ialah dapat memberikan
kecenderungan, dan kecondongan seseorang untuk menguasai, memiliki, dan
mencintainya.
Siyasah Maliyah ialah politik ilmu keuangan. Yang dimaksud politik keuangan bagi
suatu Negara adalah pengaturan sumber-sumber pemasukan dan pendayagunaan
keuangan, yang digunakan untuk memenuhi pembiayaan kepentingan umum, tanpa harus
mengakibatkan kepentingan individu dan kepentingan yang sifatnya tertentu menjadi
korban.
Sedangkan secara terminologi Siyasah Maliyah adalah mengatur segala aspek
pemasukan dan pengeluaran keuangan yang sesuai dengan kemaslahatan umum tanpa
menghilangkan hak individu dan menyia-nyiakannya. Fiqih siyasah maliyah merupakan
salah satu cabang dari ilmu fiqih yang fokus pembahasannya mengenai siyasah (politik
atau sistem pemerintahan) dan maliyah (ekonomi), siyasah maliyah merupakan salah satu
bagian terpenting dalam sistem pemerintahan Islam karena menyangkut tentang anggaran
pendapatan dan belanja Negara.
Jadi, pendapatan negara dan pengeluarannya harus diatur dengan baik. Karena
keuangan negara termasuk pilar yang sangat berperan penting dalam kemaslahatan
masyarakat. Ketika keuangan diatur sedemikian, maka dampaknya terhadap ekonomi,
kemiliteran, dan hal-hal yang lainnya ; yaitu kesejahteraan bagi penduduk negara tersebut.
Dalam mengatur keuangan negara dalam Siyasah Maliyah itu meliputi beberapa hal,
diantaranya adalah, Pertama, dari mana sumber dana pendapatan Negara. Kedua, untuk
apa dana yang dikumpulkan tersebut. Ketiga, bagaimana pendistribusian dana tersebut.
Mengenai sumber pendapatan negara untuk membiayai segala aspek aktivitas
negara, ada beberapa perbedaaan pendapat :
1. Menurut Ibnu Taimiyah dalam bukunya As-Siyasatus Syari’ah fi Islahir Ra’i war
Ra’iyah (Pokok-Pokok Pedoman Islam dalam Bernegara) menyebutkan bahwa hanya
ada dua sumber pendapatan negara, yaitu zakat dan harta rampasan perang.
2. Sedangkan pendapat Muhammd Rasyid Ridha, dalam bukunya Al-Wahyu al-
Muhammady (wahyu Ilahi kepada Muhammad), menyatakan bahwa selain zakat dan
4
harta rampasan perang seperti yang diajukan oleh Ibnu Taimiyah ditambahkannya
jizyah (pemberian) yang didapatkan dari golongan minoritas (non muslim) sebagai
jaminan kepada mereka, baik jaminan keamanan dan keselamatan jiwa dan harta benda
mereka maupun jaminan hak-hak asasi mereka.
3. Lain halnya dengan Yusuf Qhardawi, ia menyatakan, selain hal-hal diatas, pajak
merupakan salah satu sumber pendapatan negara, karena jika hanya ada tiga macam
sumber pendapatan negara, dapat dipastikan pendapatan tersebut tidak mungkin dapat
membiayai semua kegiatan negara, yang makin hari makin luas dan besar. Begitu pula
pendapat Abdul Wahhab Kahallaf yang sama halnya dengan Qardhawi, beliau pun
menambahkan harta pusaka orang yang tidak meninggalkan ahli waris termasuk dari
sumber keuangan negara.
B. Dasar Hukum Siyasah Maliyah
Adapun dasar hukum yang melandasi siyasah maliyah ialah firman Allah, “Apa saja
harta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada Rasul- Nya (dari harta benda) yang
berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya
harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu, apa yang
diberikan Rasul kepadamu, terimalah. dan apa yang dilarangnya pagimu, tinggalkanlah.
Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Q.S Al-Hasyr:
7)
C. Ruang Lingkup Kajian Siyasah Maliyah
Kajian Fiqih siyasah maliyah dalam perspektif islam tidak terlepas dari Al- Qur'an
sunah Nabi, dan praktik yang di kembangkan oleh al al-khulafa' al- Rasyidun serta
pemerintahan islam sepanjang sejarah. Siyasah maliyah merupakan kajian yang tidak
asing dalam islam terutama setelah Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya menetap
di Madinah. Siyasah maliyah adalah salah satu bagian terpenting dalam bagian sistem
pemerintahan Islam karena ini menyangkut tentang anggaran pendapatan dan belanja
Negara. Sedangkan ruang lingkup dan objek yang menjadi bahasan dalam siyasah maliyah
ialah hal-hal yang berkaitan dengan harta kekayaan negara sebagaimana berikut.
D. Prinsip Harta
Harta merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam kehidupan di
dunia. Harta merupakan salah satu sarana dalam mencapai kebahagiaan hidup. islam telah
menggarisbawahi bahwa harta yang diperoleh harus dapat menjadi perantara kesuksesan
dunia dan akhirat. Dengan demikian, setiap usaha dan hasilnya harus berorientasi untuk

5
mencapai ridha Allah.

6
Harta mempunyai prinsip-prinsip yang tidak boleh diabaikan oleh yang mencari dan
memiliki harta. Prinsip-prinsip tersebut antara lain.
1) Harta yang didapatkan melalui usaha manusia pada hakikatnya ialah rezeki yang
diberikan Allah kepada manusia, untuk itu harta tersebut mutlak milik Allah.
2) Manusia memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh harta dengan usahanya.
3) Harta yang didapatkan manusia merupakan harta yang dapat dimanfaatkan kepada
kemaslahatan dunia dan akhirat. Dengan demikian, setiap harta yang dimiliki
hendaklah dikelola dan dapat didistribusikan bagi mereka yang membutuhkan.
Sehingga, tidak dapat dibenarkan menumpuk harta dan membelanjakannya di jalan
yang batil.
4) Harta merupakan hasil dari sebuah usaha yang dilakukan, dengan kata lain bahwa harta
tidak akan didapatkan dengan cuma-cuma namun harus melalui usaha dan perjuangan
yang keras. Untuk itu, Islam sangat menjungjung tinggi orang yang mempunyai etos
kerja dan sangat mencela orang yang malas dan tidak mau bekerja dalam mencari
karunia Allah.
Adapun Ibnu Humam, pengarang kitab” Al Bada’i” berkata bahwa: harta yang
dimasukan pada kas negara (baitul mal) ada empat macam (konsep Baitul Mal) :
1. Harta zakat binatang ternak dan pertanian dan harta yang di pungut dari para pedagang
muslim.
2. Harta dari pajak tanah, upeti dari setiap pembayar pajak, harta shadakoh karena terjadi
perdamaian antara bani hijran dan bani hilal dan bani taghlin dan harta yang di pungut
dari para pedagang non muslim (seperti orang-orang kafir zimmi, musta’min dan
orang- orang kafir yang memerangi umat islam).
3. Harta yang di pungut dari para pedagang non muslim seperti orang-orang kafir zimmi,
musta'min dan orang-orang kafir yang memerangi umat islam.
4. Harta pusaka milik orang yang meninggal dunia, tetapi dia tidak meninggalkan ahli
waris, atau meninggal suami atau istri.
E. Dasar dan tanggung jawab keadilan sosial
Jaminan sosial dalam hal ini meluas sampai pada tataran pemberian modal dan
bantuan bagi mereka yang mengalami kebangrutan. Negara berkewajiban membantu
mereka yang mengalami kemunduran usaha sehingga dapat memulai dan melanjutkan
kembali usahanya.
Harta, rakyat, dan pengelola yang dalam hal ini ialah pemerintah yang memberikan
kebijakan-kebijakan merupakan tiga elemen dasar dalam mengharmonisasikan kehidupan

7
berbangsa dan bernegara, stabilitas nasional, dan menghindarkan kesenjangan-
kesenjangan sosial.
Jaminan sosial yang ada adalah jaminan yang berangkat dari tanggung jawab
individu sampai pada lingkup yang lebih luas, yaitu negara berlandaskan kepada prinsip-
prinsip dasar keadilan sosial. Adapun keadilan-keadilan sosial tersebut adalah :
1) Adanya kebebasan rohani dalam penyembahan kepada Allah SWT sebagai satu-satunya
Tuhan yang patut disembah. Dia-lah yang memiliki kekuasaan, yang menghidupkan
dan mematikan, serta hanya Dialah yang memberikan karunia dan rezeki kepada
manusia.
2) Adanya persamaan semua manusia. Kesamaan manusia artinya bahwa manusia
memiliki kesamaan di dalam penciptaan, kehidupan, dan kematiannya; Semua manusia
merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, memiliki persamaan dan hanya
dibedakan dengan kadar ketakwaan di hadapan Allah.
3) Adanya tanggung jawab sosial yang terdapat dalam setiap individu yang kemudian
meluas menjadi tanggung jawab sosial. Tanggung jawab tersebut meliputi berbagai
aspek, manusia sebagai makhluk pemakmur bumi, manusia sebagai hamba Allah, dan
manusia sebagai individu-individu yang menciptakan interaksi positif dalam kehidupan
yang maslahat.
F. Zakat
Zakat adalah sejumlah harta yang tertentu yang di wajibkan allah untuk memberikan
kepada orang yang berhak menerimannya. Zakat merupakan rukun islam yang ke empat,
zakat adalah kadar harta yang tertentu yang di berikan kepada yang berhak menerimannya
dengan beberapa zakat. Zakat merupakan salah satu rukun islam dan hukumnya fardu ain
atas tiap-tiap orang yang cukup syaratnya. Sesungguhnya zakat dapat membersihkan
manusia dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda dan mampu
menyuburkan sifat- sifat kebaikan dalam hari manusia dan memperkembangkan harta
bendanya.
Tujuan dikeluarkannya zakat, selain membersihkan harta juga bertujuan untuk dapat
memberikan kesejahteraan sosial. Dengan berpijak pada tujuan tersebut, setiap individu
yang memiliki harta yang telah mencapai ukuran untuk berzakat maka berkewajiban untuk
memberikannya kepada pihak wajib zakat.
Negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam mengelola dan
mendistribusikan zakat dengan tepat sasaran. Kewajiban ini tidak diserahkan saja kepada
kesediaan manusia, tetapi harus dipikul tanggung jawab memungutnya dan

8
mendistribusikannya oleh pemerintah.

9
Dalam sejarahnya, negara berwenang menghukum siapa saja yang tidak membayar
kewajibannya, baik berupa denda, dan dapat dinyatakan perang atau dibunuh seperti yang
telah dilakukan pada masa-masa awal pemerintahan sahabat ketika memerangi orang-
orang yang enggan membayar zakat. Zakat merupakan kewajiban dan tanggungjawab
sosial yang mesti dijalankan demi kemaslahatan umat.
Ada beberapa jenis zakat yang mesti ditunaikan oleh setiap orang muslim, di
antaranya :
1) Zakat hasil bumi (usyur), perniagaan, dan peternakan.
2) Zakat emas, perak, dan zakat fitrah.
3) Zakat harta terpendam dan harta karun, dan zakat pertambangan.
G. Al – Kharaj
Al-kharaj ialah pajak yang mesti dikeluarkan oleh orang-orang kafir yang berada
dalam lindungan negara dan pemerintahan Islam (kafir dzimmi). Pajak yang diberikan,
menjadi perbendaharaan negara yang diatur, dikelola, dan didistribusikan oleh Negara
melalui lembaga-lembaga yang telah resmi ditetapkan pemerintah.
Kharaj secara sederhana dapat diartikan sebagai pajak tanah. Pajak tanah ini
dibebankan atas tanah non-muslim dan dalam hal-hal tertentu juga dapat dibebankan atas
umat islam.
Kharaj dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu kharaj sebanding (proporsional) dan
kharaj yang tetap. Jenis pertama dikenakan secara proporsional berdasarkan total hasil
pertanian, misalnya seperdua, sepertiga atau seperlima dari hasil yang diperoleh.
Sedangkan bentuk kedua dibebankan atas tanah tanpa membedakan status pemiliknya,
apakah anak- anak atau dewasa, merdeka atau budak, perempuan atau laki-laki, muslim
atau non-muslim. Kewajiban membayar kharaj hanya sekali setahun, meskipun panen
yang dihasilkannya bisa tiga atau empat kali setahun.
Jumlah pajak yang pernah dipraktikan dalam pemerintahan islam beragam, sesuai
dengan kondisi sosial masyarakat yang wajib membayarnya dan tanah pertaniaannya.
Khalifah umar, misalnya menetapkan jumlah kharaj sawad al-iraq dengan ketentuan satu
dirham untuk setiap jarib dan satu qafidz gandum untuk tanah yang terdiri dari sejumlah
sungai dan kanal. Untuk tanah sawad, komposisi jumlah pajak perjarib adalah sebagai
berikut :
Anggur, 10 dirham
Kurma, 8 dirham
Tebu, 6 dirham

10
Gandum, 4 dirham
Kapas, 5 dirham
Menyangkut teknis pengumpulan kharaj biasanya dilakukan oleh sebuah tim atau
dewan yang diberi wewenang oleh pemerintah dalam melaksanakan tugasnya. Misalnya,
Sa’d bin Abi Waqqash menetapkan pengumpulan dan pembayaran pajak tanah sawad
dikoordinir oleh para tuan tanah. Bahkan pada tahun 20 H, umar membentuk satu lembaga
kementerian khusus (Diwan al-Khawaraj) yang dipercayakan melakukan tugas
pengumpulan pajak hasil bumi.
Menurut Sayyid Sabiq, ulama Mesir kontemporer, jika kharaj ini merupakan sewa
tanah maka ukuran atau besarnya pajak diserahkan kepada kebijaksanaan pemerintah.
Karenanya kharaj bisa berubah sesuai dengan perubahan situasi, kondisi dan waktu serta
tempat. Ketentuan ini tiadak harus mengacu kepada kebijaksanaan Umar.
H. Jizyah
Jizyah ialah pajak yang dibebankan Negara Islam kepada orangorang non-muslim.
Pajak ini sebagai jaminan Negara Islam dalam memberikan perlindungan kepada harta,
kehormatan individu none muslim, dan kebebasan beragama. Orang-orang non-muslim
wajib membayar jizyah sedangkan pemerintahan muslim berkewajiban menjamin mereka
dalam segala hal. Adapun ukuran jizyah yang wajib dikeluarkan diserahkan kepada
kebijakan negara, dan jizyah ini hanya dikeluarkan sekali dalam setahun.
I. Ghanimah dan Fay
Ghanimah ialah harta yang diperoleh melalui perang. Ghanimah merupakan harta
rampasan perang yang menjadi milik Negara dan didistribusikan kepada mereka yang ikut
berperang dan 1/5-nya diinfakkan untuk kepentingan umum seperti untuk memberikan
gaji pegawai negeri, pembangunan jalan, gedung-gedung, jembatan, rumah sakit, sarana
pendidikan dan sarana umum lainnya.
Fa’i ialah harta yang didapatkan dan menjadi pembendaharaan negara melalui jalan
damai. Harta ini dimanfaatkan untuk kepentingan umum.
“Fai” secara bahasa bermakna naungan (‫)الظل‬, kumpulan (‫)الجمع‬, kembali (‫)الرجوع‬,
ghanimah, kharaj, dan sesuatu yang diberikan oleh Allah kepada pemeluk agama-Nya
yang berasal dari harta-harta orang yang berbeda agama tanpa peperangan.
Secara istilah harta Fai’ adalah harta-harta yang didapatkan dari non muslin dengan
cara damai tanpa peperangan. Sedangkan harta yang diperoleh dari musuh Islam dalam
peperangan disebut ghonimah.

11
Harta fai’ dengan harta ghanimah ada kesamaan dari dua segi dan ada perbedaan
dari dua segi pula. Segi persamaanya adalah : Pertama, kedua harta itu didapatkan dari
kalangan orang non muslim, Kedua, penerima bagian seperlima adalah sama. Adapun segi
perbedaannya adalah: Pertama, harta fai’ diberikan dengan suka rela, sementara ghanimah
dengan paksaan, Kedua, penggunaan empat perlima bagian dari harta fai’ berbeda
penggunaannya dengan empat perlima bagian dari ghanimah.
J. Bea Cukai Import
Bea masuk impor dalam Islam sering disebut sebagai al-'Usyr. Bea cukai ialah pajak
yang dikeluarkan atas masuknya barang ke suatu negara. Bea cukai mulai diperkenalkan
pada masa pemerintahan Umar bin Khathab yang menetapkan pajak sebesar 10 % untuk
barang-barang yang masuk pada suatu negara dipungut oleh pemerintah setempat. Bea
cukai ditetapkan pada prinsip zakat secara umum (telah mencapai nishab) yang kemudian
pajak tersebut merupakan perimbangan jaminan perlindungan yang diberikan oleh pihak
dan pemerintah setempat.
Dengan demikian, pajak bea cukai diterapkan terhadap barang eksport maupun
import demi memberikan kemaslahatan kepada umat.
K. Harta Wakaf
Wakaf ialah harta atau benda yang diberikan kepada orang lain, lembaga, intitusi
yang tidak mengikat. Wakaf adalah perbuatan yang dapat disamakan dengan sedekah
biasa. Wakaf memiliki pahala yang lebih besar karena manfaat yang terus-menerus selama
benda wakaf tersebut masih dapat dipergunakan. Wakaf yang diberikan kepada umum
lebih berguna dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak.
Dari uraian di atas, wakaf dapat digolongkan kepada dua. Wakaf untuk kepentingan
segolongan orang dan wakaf untuk kepentingan umum. Wakaf yang diberikan untuk
kepentingan umum merupakan wakaf yang dapat membangun dan mensejahterakan
rakyat. Wakaf pada masa sekarang telah diatur dan dikelola oleh Negara. Hal ini
menjadi sesuatu yang penting dan memerlukan pengelolaan yang profesional agar
wakaf untuk
kepentingan umum dapat digunakan dengan semestinya. (darulilmi)

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Siyasah Maliyah ialah politik ilmu keuangan. Sedangkan secara terminologi Siyasah
Maliyah adalah mengatur segala aspek pemasukan dan pengeluaran keuangan yang
sesuai dengan kemaslahatan umum tanpa menghilangkan hak individu dan menyia-
nyiakannya.
2. Adapun Dasar Hukum Siyasah Maliyah ada pada Q.S Al-Hasyr : 7.
3. Ruang Lingkup Kajian Fiqih siyasah maliyah dalam perspektif islam tidak terlepas dari
Al- Qur'an sunah Nabi, dan praktik yang di kembangkan oleh al al-khulafa' al-
Rasyidun serta pemerintahan islam sepanjang sejarah.
4. Sedangkan ruang lingkup dan objek yang menjadi bahasan dalam siyasah maliyah ialah
hal-hal yang berkaitan dengan harta kekayaan negara antara lain : Prinsip harta, dasar
dan tanggung jawab keadilan sosial, zakat, al - kharaj, jizyah, ghanimah dan fay’, bea
cukai import, dan harta wakaf.
B. Saran
Demikian apa yang dapat kami sajikan dalam makalah ini, semoga memberikan
manfaat bagi siapapun yang membacanya. Tentu makalah ini masih terdapat kesalahan
dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi menyempurnakan
makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, Muhammad. Fiqh Siyasah : Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam. Jakarta : Penerbit
Gaya Media Pratama, 2007.
Djazuli, Ahmad. Fiqh Siyasah : Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu
Syariah. Jakarta : Kencana, 2009.
Djaelani, Abdul Qadir. Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam. Surabaya : PT. Bina Ilmu,
1995. Khallaf, Abdul Wahhab. Politik Hukum Islam. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya,
1994. https://ceramahmotivasi.com/2016/11/siyasah-maliyah-ekonomi/ diakses 29 Mei 2023
https://mui.or.id/tanya-jawab-keislaman/28381/apakah-yang-dimaksud-harta-fai-dalam-islam-dan-
bagaimana-hukumnya/ diakses 29 Mei 2023
https://rahmatyudistiawan.wordpress.com/2013/01/23/siyasah-maliyah-hukum-politik-islam-oleh-
rahmat-yudistiawan/ diakses 29 Mei 2023
http://mbahduan.blogspot.com/2012/03/makalah-siyasah-maliyah.html diakses 29 Mei 2023

14

You might also like