Professional Documents
Culture Documents
Sehat Jiwa Usia Sekolah
Sehat Jiwa Usia Sekolah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
tunagrahita, gangguan prilaku , kesulitan belajar, dan hiperaktif. Prevalensi
gangguan kesehatan jiwa pada anak dan remaja cenderung akan meningkat
sejalan dengan permasalahan kehidupan dan kemasyarakatan yang makin
kompleks.
َ ?َث فِي ِه ْم َرسُوالً ِّم ْن َأنفُ ِس? ِه ْم يَ ْتلُ??و َعلَ ْي ِه ْم آيَاتِ? ِه َويُ? َز ِّكي ِه ْم َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْال ِكت
?اب َ لَقَ ْد َم َّن هّللا ُ َعلَى ْال ُمؤ ِمنِينَ ِإ ْذ بَ َع
ين
ٍ ِضال ٍل ُّمب َ وا ِمن قَ ْب ُل لَفِي ْ َُو ْال ِح ْك َمةَ َوِإن كَان
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya penulisan ini antara lain sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan memperoleh pengetahuan mengenai asuhan
keperawatan sehat jiwa pada anak usia sekolah
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa mengenai
asuhan keperawatan sehat jiwa pada anak usia sekolah
b. Menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan Jiwa.
C. Metode Penulisan
Penulisan ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
mendeskripsikan asuhan keperawatan sehat jiwa pada anak usia sekolah dengan
studi literatur yang diperoleh dari buku-buku perpustakaan dan hasil dari diskusi
kelompok yang disajikan dalam bentuk makalah.
D. Ruang Lingkup Penulisan
2
E. Dalam makalah, penulis ini hanya membahas tentang asuhan keperawatan sehat
jiwa pada anak usia sekolah Sistematika Penulisan
BAB I Berupa bab pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan, Ruang lingkup dan sistematika dari
penulisan.
BAB II Berupa bab isi dan penjelasan materi, berisi tinjauan teoritis yang
bersumber dari referensi buku-buku dan internet.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Oleh karena itu, perlu bagi anak untuk mengembangkan kesadaran dan
penghargaan terhadap perbedaan tiap keluarga sehingga dapat berhubungan
dengan orang lain secara efektif.
4
Orang tua perlu mendukung dan menjadi contoh peran bagi anak untuk
merangsang anak agar produktif.
5
2. Keperawatan Jiwa Anak Secara Umum
Landasan teoretis perkembangan jiwa anak
Keperawatan jiwa anak merupakan bagian spesialisasi dari keperawatan
psikiatrik. Intervensi keperawatan jiwa anak mendukung pertumbuhan dan
perkembangan normal anak yang berlandaskan pada teori perkembangan
fisio – biologis, psikologogis, kognitif, sosial, sensorimotoris, moral, dan
filosofi.
6
Freud adalah orang pertama yang menemukan teori perkembangan
kepribadian dalam pengobatan psikonoalitis pada orang dewasa. Ia
menekankan pada tahap perkembangan dan
Teori piaget menekankan bahwa cara anak berpikir berbeda dari pada
orang dewasa, bahkan anak belajar secara spontan tanpa mendapatkan
masukan dari orang dewasa. Menurut piaget, anak belajar melalui proses
meniru dan bermain, menunjukan proses kegiatan asimilasi, dan akomodasi,
yang menjabarkan tiap tahap dan usia dari kematangan kognitif anak.
Perkembangan kognitif mengitegrasikan struktur pola prilaku sebelumnya ke
arah pola prilaku baru yang kompleks. Kecepatan tiap tahap perkembangan
dipengaruhi oleh perbedaan tiap individu dan pengaruh sosial. Piaget tidak
setuju dengan pendapat ilmuan lain bahwa orang dewasa dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan sebelumnya.
7
e. Teori Perkembangan Moral
Pada dasarrnya tidak ada satu teori pun yang secara lengkap dapat
menjelaskan perkembangan jiwa anak dan menyimpulkan secara holistik
tentang pennyimpangan kesehatan jiwa pada anak termasuk landasan
intervensi yang perlu dilakukan. Oleh karena itu, dalam keperawatan jiwa
pada anak dapat digunakan suatu pendekatan yang berfokus pada
keterampilan kompetensi ego anak. Menurut stuart dan sundeen (1995),
pendekatan ini sangat efektif dan sensitif secara kultural dalam
merencanakan dan mengimplementasikan intervensi keperawatan apapun
diagnosis psikiatrik atau dimana pun tatanan pelayanan kesehatan jiwa
diberikan.
8
1. Menjalin hubungan dekat yang penuh rasa percaya. Keterampilan dasar
untuk tumbuh-kembang yang positif adalah kemampuan membina
hubungan dekat dan penuh rasa percaya dengan orang lain. Untuk
mengetahui keterampilan anak, kita perlu menanyakan pertanyaan sebagai
berikut.
a. Apakah anak senang berteman atau bergaul ?
b. Apakah anak sering mengganggu teman ?
c. Apakah anak tidak tahu apa yang harus dikatakan ketika berkenalan
dengan seseorang ?
9
yang mengklarifikasi perbedaan antara individu membantu anak untuk
mengidentifikasi dirinya, sebagai individu yang unik dalam konteks
sosial.
Dalam lingkungan terapeutik, dapat juga di beri kesempatan
kepada anak untuk memilih dan memutuskan, yang selanjutnya
mendukung pertumbuhan dan kompetensi ego anak.
10
4. Proses kognitif melalui kata-kata, simbol, dan citra. Anak yang terganggu
emosinya, mungkin kemampuan kognitifnya belum berkembang. Untuk
mengatahui keterampilan kognitif anak, perlu ditanyakan hal-hal berikut
ini.
5.Membina perasaan adaptif tentang arah dan tujuan yang diinginkan. Sejak
usia pra-sekolah, anak-anak telah mulai memikirkan tentang kehidupan
mereka jika telah dewasa. Keinginan dan gambaran mereka tentang
kehidupan yang akan datang sanagat dipengaruhi oleh kehidupan yang
mereka amati disekitarnya. Pertanyaan untuk menggali keterampilan anak
ini, antara lain, sebagai berikut.
a. Apakah anak merasa bahwa hidup mereka kelak akan lebih baik?
b. Apakah anak tidak tahu apa yang harus mereka lakukan jika telah
dewasa?
c. Apakah anak merasa bersekolah merupkan hal yang penting dan
menganggap sekolah sebagai sesuatu yang memang harus dilakukan?
3. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area
keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat menjadi seorang
11
dewasa yang kompeten. Selain mengkaji keterampilan yang telah
diuraikan tersebut, perawat juga perlu mengkaji data demografi, riwayat
kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari, keadaan fisik,
status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan
keluarga.
a. Data demografi. Pengkajian data demografi meliputi nama; usia;
tempat; dan tanggal lahir anak; nama, pendidikan, alamat orang tua;
serta data lain yang dianggap perlu diketahui. Riwayat kelahiran,
alergi, penyakit da pengobatan yang pernah diterima anak, juga perlu
di kaji. Selain itu, aktifitas kehidupan sehari-hari anak meliputi
keadaan gizi termasuk berat badan,
jadwal makan, dan minat erhadap makanan tertentu; tidur termasuk
kebiasaan dan masalah kualitas tidur;; eliminasi meliputi kebiasaan
dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi; kecacatan dan
keterbatasan lainnya.
b. Fisik. Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala,
rambut, mata, telinga, hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskuler,
muskuloskeletal, dan neurologis anak. Pemeriksaan fisik lengkap
sangat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
gangguan fisik terhadap prilaku anak. Misalnya, anak yang
menderita diabetes atau asma sering berprilaku merusak dalam
usahanya mengendalikan lingkungan. Selain itu, hasil pemeriksaan
fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan pengobatan yang
diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan bekas
penganiayaan yang pernah di alami anak.
c. Status mental. Pemeriksaan status mental anak bermanfaat untuk
memberi gambaran mengenai fungsi ego anak. Perawat
membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego anak dari waktu
kewaktu. Oleh karena itu, status mental anak perlu dikaji setiap
waktu dengan suasana yang santai dan nyaman bagi anak.
Menggunakan alat bermain sangat bermanfaat untuk mengalihkan
fokus anak (yang menimbulkan ansietas) ke karakter yang
digunakan dalam permainannya. Data dicatat sesuai dengan perilaku
yang di amati untuk menjaga objektivitas pengkajian, kesan,
12
perasaan, dan pendapat perawat.Pemeriksaan status mental meliputi
keadaan emosi, proses berpikir, dan isi pikiran; halusinasi dan
persepsi; cara bocara dan orientasi; keinginan untuk bunuh diri atau
membunuh. Pengkajian terhadap hubungan interpersonal anak
dilihat dalam hubungannya dengan anak sebayanya yang
d. penting untuk untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia.
Pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat ketika mengkaji
hubungan interpersonal anak, antara lain sebagai beriku.
a. Apakah anak berhubungan dengan anak sebaya dan dengan jenis
kelamin tertentu?
b. Apakah anak dalam struktur kekuasaan dalam kelompok?
c. Bagaimana keterampilan sosial anak ketika menjalin dan
berhubungan dengan anak lain?
d. Apakah anak mempunyai teman dekat?
Kemampuan anak berhubungan dengan orang dewasa juga
penting dikaji untuk mengetahui kebutuhan anak akan tokoh panutan
dan kebutuhan anak akan dukunga dan kasih sayang.
e. Riwayat personal dan keluarga. Riwayat personal dan keluarga
meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang
anak, yang biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini
sangat diperlukan untuk mengerti prilaku anak dan membantu
menyusun tujuan asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga
merupakan kebagian penting dari pengkajian melalui pengalihan
fokus dari anak sebagai individu ke sistem keluarga. Tiap anggota
keluarga diberi kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang
bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Untuk menegakan diagnosis keperawatan,data yang telah
dikumpulkan kemudian di analisis sebagai dasar perencanaan asuhan
keperawatan selanjutnya. Dalam keperawatan psikiatri dapat
digunakan PND(Pshyciatric Nursing Diagnosis), NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association), dan DSM-III R
(Diagnosis and statistical Manual of Mental Disorders).
13
2. Perencanaan
Setelah pengkajian selesai dan masalah utama yang dialami anak
telah diidentifikasi, rencana perawatan dan pengobatan yang
komprehensif di susun. Tujuan asuhan keperawatan disusun sesuai
dengan kebutuhan anak, seperti modifikasi,penyesuaian sekolah anak
dan perubhan lingkungan anak. Tujuan umum untuk anak yang dirawat
di unit perawatan jiwa adalah sebagai berikut.
1. Memenuhi kebutuhan emosi anak dan dan kebutuhan untuk
dihargai
2. Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berprilaku
defensif
3. Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain.
4. Membantu mengembangkan identitas anak
5. Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan
perkembangan terdahulu yang belum terselesaikan secara tuntas.
6. Membantu anak berkomunuikasi secara efektif
7. Mencegah anak untuk menyakiti, baik dirinya sendiri maupun diri
orang lain
8. Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya
9. Meningkatkan uji coba realitas yang tepat
3. Implementasi
Berbagai bentuk terapi pada anak dan keluarga dapat diterapkan
yang terdiri atas sebagai berikut.
1. Terapi bermain. Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi
anak untuk mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan,
selain juga berfungsi untuk;
a. Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang
tidak dapat dikendalikan sebelumnya;
b. Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari;
c. Berkomunikasi dengan orang lain;
d. Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengan
diri sendiri, dunia luar, dan orang lain;
14
e. Mencocokan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan
realitas.
2. Terapi keluarga. Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan
dalam terapi keluarga. Orang tua perlu belajar secara bertahap
tentang peran mereka dalam permasalahan yang dihadapi dan
bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan
keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari
bahwa keadaan dalam keluarga terus menimbulkan gangguan pada
anak. Oleh karena itu, perawat perlu berhati-hati dalam
meningkatkan kesadaran keluarga.
3. Terapi kelompok. Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok
yang melakukan kegiatan atau berbicara. Terapi kelompok ini
sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas, mengendaikan
impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri, memfasilitasi
pertumbuhan; kematangan dan keterampilan sosial anak.
15
penyembuhan setelah dirawat. Orang tua diajarkan tentang tahap
tumbuh-kembang abak sehingga orang tua dapat mengetahui
prilaku yang sesuai dengan usia anak. Keterampilan
berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati antara
orang tua dan anak. Teknik yang tepat dalam mengasuh anak
juga diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal
lain, seperti psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa, dan
penggunaan pengobatan, juga diajarkan.
4. Evaluasi
Pada umumnyaa fasilitas penyembuhan anak dengan
gangguan jiwa mempunyai program yang dirancang untuk
16
jangka waktu tertentu. Waktu perawatan jangka pendek biasanya
berkisar antar 2 sampai 4 minggu, dan direncanak untuk
diagnosis dan evaluasi, intervensi krisis, serta perencanaan yang
komprehensif.
17
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Masa anak usia sekolah adalah masa dimana anak mulai belajar
memasuki dunia pendidikan mengenal orang tua kedua dan teman
sebaya .karena itu perlunya pemahaman akan penyesuaian diri dan semakin
berkembang menjadi remaja itu seperti apa, sehingga para anak tidak langsung
stres dan kemudian mengira perkembangan itu membuat mereka takut. Maka
keluargalah yang seharusnya memberikan pemahaman pada anak usia sekolah,
supaya tidak bertambah lagi anak usia sekolah bergaul sembarangan yang ada di
Indonesia. Selain orang tua, Jadi, para anak usia sekolah pun dituntut untuh lebih
peka terhadap setiap pengaruh yang ada. Anakpun harus bisa memilih mana yang
baik dari setiap perilaku yang akan mereka lakukan, agar tidak merugikan dirinya
dan orang lain.
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19