You are on page 1of 22

INTEGRITAS: Jurnal Antikorupsi, 6 (2) 187-208

e-ISSN/p-ISSN: 2615-7977/2477-118X
DOI: 10.32697/integritas.v6i2.684
©Komisi Pemberantasan Korupsi

Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan


Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor Pelayanan Publik

Angga Wijaya Holman Fasa1, Sofia Yuniar Sani2


12Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

1awijayahf@gmail.com, 2sofiayuniarsani@gmailcom

Abstract
Bribery frequently occurs in public service sector. As one of the latest instruments, the Anti-
Bribery Management System ISO 37001: 2016 is carried out to prevent this act. This study
highlights the urgency and the efforts to implement this system. To attain these purposes, a
qualitative method with a descriptive analysis approach was employed. The result show that:
first, ISO 37001: 2016 has yet to be significantly implemented because there is no empirical
evidence concerning the improvements in the quality of the bribery prevention. Second, the
system is applied by creating a public service management system based on the change of
leadership pattern, the change of governance, and the reinforcement of public monitoring.

Keywords: public services, bribery, ISO

Abstrak
Praktik penyuapan merupakan permasalahan hukum yang marak terjadi di sektor pelayanan
publik. Salah satu instrumen mutakhir yang dipergunakan untuk mencegahnya adalah Sistem
Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016. Permasalahan yang diangkat dalam studi ini
adalah urgensi dan upaya penerapan Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016.
Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Hasil studi
menunjukkan dua hal, pertama, penerapan ISO 37001:2016 belum signifikan urgen karena
belum terdapat bukti empirik dan terukur yang menginformasikan perubahan kualitas
pencegahan praktik penyuapan di sektor pelayanan publik sebelum dan sesudah penerapan.
Kedua, upaya penerapan ISO 37001:2016 adalah dengan cara membangun sistem
manajemen pelayanan publik yang bersendikan pada perubahan pola kepemimpinan,
perubahan tata laksana, dan penguatan pengawasan public.

Kata Kunci: Pelayanan Publik, Penyuapan, ISO

187
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani

Pendahuluan hal tersebut belum menunjukkan hasil


Hasil survei mutakhir yang yang signifikan. Salah satu sektor yang
dilaksanakan oleh Transparency rawan memunculkan praktik korupsi
International Indonesia (TII) pada 180 adalah pelayanan publik. Komisi
negara di dunia mengenai Indeks Persepsi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Korupsi (CPI) 2019, menunjukkan bahwa menyebutkan bahwa praktik di sektor
meskipun terdapat kenaikan skor dari 38 perizinan dan pelayanan publik masih
pada tahun 2018 menjadi 40 pada tahun rentan terjadinya korupsi (Harjanto,
2019, angka ini tetap di bawah skor rerata 2020). Pada umumnya bentuk praktik
global (43) atau ASEAN (46). Data ini juga korupsi yang kerap terjadi adalah
menempatkan Indonesia pada rangking penyuapan (KPK, 2020), yang bertujuan
ke-85 negara terkorup di dunia. Pada tidak hanya mempengaruhi proses
Gambar 1 di bawah menujukkan grafik administratif tetapi juga pengambilan
perkembangan skor CPI Indonesia dalam keputusan atau kebijakan; atau juga dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir (TII, 2019). ‘skala kecil’ penambahan biaya ekstra
Berdasarkan grafik tersebut dapat yang dikenal juga dengan istilah ’uang
diketahui 2 (dua) hal, pertama bahwa pelicin‘, yakni tindakan pemberian uang
terdapat kenaikan skor CPI secara gradual dari pengguna layanan kepada pelayan
dalam kurun waktu 2015-2019, kenaikan publik agar bekerja tepat pada waktunya
skor terbatas pada 1 poin per tahun atau bekerja lebih cepat yang pada
sehingga menunjukkan secara kualitas umunya berkaitan dengan proses
kenaikan tersebut tidak bersifat administrasi suatu aktivitas/transaksi
signifikan; kedua, terdapat informasi (TII, 2014). Data statistik penanganan
bahwa rangking Indonesia dalam perkara oleh KPK pada kurun waktu 2004-
konfigurasi kualitas bebas korupsi pada 2020 menunjukkan bahwa penyuapan
level negara bersifat fluktuatif dan belum menjadi perkara yang terbanyak
beranjak secara signifikan selama kurun ditangani, dengan total kumulatif
waktu 5 tahun. Dengan kata lain, meskipun sebanyak 708 perkara. Gambar 2 di
terlihat terdapat peningkatan skor atau bawah menunjukkan statistik penanganan
rangking yang berkaitan dengan kualitas perkara penyuapan kurun waktu 2004-
penanganan korupsi di Indonesia, tetapi 2020 (KPK, 2020).

Gambar 1. Grafik CPI dan Rangking Indonesia 2015-2019

188
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik

168

119

93
79

50
34 38
25 20 25
19
13 12
7 2 4
0

Gambar 2. Statistik Perkara Penyuapan yang ditangani KPK Periode 2004-2020

Berdasarkan grafik di atas dapat anti-korupsi dalam bentuk kebijakan atau


diketahui informasi bahwa terdapat instrumen hukum pendukung.
kecenderungan kenaikan jumlah perkara Sejalan dengan hal tersebut, pada
penyuapan yang ditangani oleh KPK dalam tahun 2016 telah diundangkan Instruksi
kurun waktu 15 tahun terakhir (2004- Presiden RI Nomor 10 Tahun 2016 tentang
2020). Statistik kenaikan tersebut bersifat Aksi Pencegahan dan Pemberantasan
cenderung signifikan, terlebih apabila Korupsi Tahun 2016 dan Tahun 2017
melihat angka kenaikan antara kurun (Inpres 10/2016) yang salah satu materi
waktu 2013-2018, dengan jumlah kebijakannya adalah memberi tanggung
kenaikan tertinggi pada tahun 2018, yaitu jawab kepada Badan Standardisasi
sebanyak 168 perkara. Nasional (BSN) untuk melakukan inisiasi
Fenomena maraknya praktik upaya sertifikasi anti korupsi. sebagai
penyuapan di sektor pelayanan publik kriteria keberhasilan tugas BSN, yaitu
membutuhkan instrumen pencegahan terselesaikannya standar internasional
korupsi yang efektif dan efisien. serupa International Organization for
pemberdayaan perangkat-perangkat Standardization (ISO) 37001 untuk sektor
pendukung dalam pencegahan korupsi swasta dan pemerintah di akhir tahun
yang bertujuan menegakkan prinsip “rule 2016.
of law,” yang salah satunya dengan cara ISO 37001:2016 – Anti-bribery
menyempurnakan Materi Hukum management systems – Requirements with
Pendukung (Setiadi, 2018). Berkaitan guidance for use (Sistem Manajemen Anti-
dengan pencegahan korupsi, Pasal 5 Penyuapan – Persyaratan dengan panduan
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa penggunaan) untuk membantu organisasi
Anti-Korupsi, 2003 (UNCAC) yang telah memerangi suap dan mempromosikan
diratifikasi melalui UU No. 7 tahun 2006, budaya bisnis yang etis. ISO 37001 Anti-
mengamanatkan bahwa negara wajib bribery management systems –
mengupayakan dan meningkatan program Requirements with guidance for use
menetapkan serangkaian langkah untuk

189
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani

membantu organisasi mencegah, Metode


mendeteksi dan mengatasi penyuapan. Penelitian ini menggunakan metode
ISO 37001 bagi setiap organisasi, besar kualitatif dengan pendekatan deskriptif
atau kecil, baik di sektor publik, swasta analitis (Bryman dan Burgess, 2002).
atau yayasan. Program antikorupsi ini Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
diharapkan mampu mengurangi dan menjelaskan suatu fenomena dengan
mencegah praktik penyuapan yang sedalam-dalamnya dengan cara
merupakan salah satu bentuk tindak pengumpulan data yang sedalam-
pidana korupsi (Suprapto dan Lukiawan, dalamnya pula, yang menunjukkan
2017). Meskipun demikian, ISO 37001: pentingnya kedalaman dan detail suatu
2016 tentang Sistem Manajemen Anti- data yang diteliti berkaitan dengan obyek
Penyuapan yang merupakan standar penelitian ini, yaitu untuk mengetahui,
internasional sampai saat ini memahami dan menjelaskan urgensi dan
pemberlakuannya di Indonesia masih upaya penerapan Sistem Manajemen Anti-
bersifat sukarela (voluntary) (Susanti dkk., Penyuapan ISO 37001:2016 sebagai
2018). standar acuan dalam pencegahan praktik
Berdasarkan uraian di atas, maka korupsi di sektor pelayanan publik. Data
dapat dirumuskan pokok permasalahan yang hendak diperoleh dalam penelitian
sebagai berikut: ini adalah data sekunder. Pengumpulan
1. Apa urgensi penerapan Sistem data dilakukan melalui pengkajian
Manajemen Anti-Penyuapan ISO literatur, peraturan perundang-undangan,
37001:2016 dalam rangka mencegah dan dokumen yang relevan, serta
praktik korupsi di sektor pelayanan menelaah data berupa keterangan yang
publik? berkaitan dengan obyek kajian. Data-data
2. Bagaimana upaya pencegahan praktik diperoleh melalui akses internet,
korupsi melalui penerapan Sistem penelusuran dokumen atau publikasi
Manajemen Anti-Penyuapan ISO informasi.
37001:2016 di sektor pelayanan
publik? Pembahasan
Kemudian dengan rumusan masalah Urgensi penerapan Sistem Manajemen
tersebut, tujuan penelitian ini terdiri atas Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dalam
2 (dua) hal. Pertama, penulis hendak rangka mencegah praktik korupsi di
mengelaborasi urgensi penerapan Sistem sektor pelayanan publik
Manajemen Anti-Penyuapan ISO A. Problematika Praktik Penyuapan di
37001:2016 dalam rangka mencegah Sektor Pelayanan Publik
praktik korupsi di sektor pelayanan publik Secara leksikal, terma ‘pelayanan
sehingga didapatkan pemahaman yang publik’ adalah gabungan dua kata yakni
utuh mengenai standar mekanisme ‘pelayanan’ dan ‘publik’. Definisi kata
tersebut. Kedua, setelah mengetahui ‘pelayanan’ adalah perihal atau cara
urgensinya kemudian dielaborasi lebih melayani, dan ‘publik’ adalah orang
lanjut upaya penerapan Sistem banyak (umum) (KBBI Daring, 2016).
Manajemen Anti-Penyuapan ISO Dengan demikian ditinjau dari pengertian
37001:2016 dalam rangka mencegah kedua entri nomina tersebut, dapat
praktik korupsi di sektor pelayanan diketahui bahwa pelayanan publik
publik. merujuk pada suatu proses dan cara dalam
rangka melayani orang banyak.

190
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik

Menurut Nuriyanto (2014) perihal barang, atau jasa, atau pelayanan


pelayanan publik dapat didefinisikan administratif yang dilaksanakan oleh
sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik pemerintah maupun aktor non-
dalam bentuk barang publik maupun jasa pemerintah (instansi swasta dan badan
publik yang pada prinsipnya menjadi hukum lainnya) berlandaskan ketentuan
tanggung jawab dan dilaksanakan oleh peraturan perundang-undangan.
instansi pemerintah di pusat, di daerah, Lebih lanjut, pelayanan publik pada
dan di lingkungan Badan Usaha Milik prinsipnya bertujuan untuk menjamin
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, kebutuhan dan kepentingan warga negara
dalam rangka upaya pemenuhan untuk dilayani dengan baik yang
kebutuhan masyarakat maupun dalam berlandaskan ketentuan hukum. UU
rangka pelaksanaan ketentuan peraturan Pelayanan Publik mengamanatkan bahwa
perundang-undangan. negara dalam kerangka pelayanan publik
Sementara itu, menurut Alamsyah menjamin hak dan kebutuhan warga serta
(2011) pelayanan publik adalah setiap memberi perlindungan bagi setiap warga
aktivitas pelayanan yang dilakukan negara dan penduduk dari
pemerintah, individu, organisasi, dan yang penyalahgunaan wewenang di dalam
lainnya (the others) dalam rangka penyelenggaraan pelayanan publik.
merespons tuntutan individu, kelompok, Berkaitan dengan pelaksanaannya,
organisasi, dan yang lainnya (the others) terdapat harapan masyarakat terhadap
yang bersinggungan dengan kepentingan primanya pelayanan publik yang
keseluruhan populasi penduduk. dilakukan oleh penyelenggara layanan
Menurut hukum positif, definisi publik, menuntut adanya suatu standar
pelayanan publik dalam ketentuan Pasal 1 yang dijadikan tolok ukur terhadap
ayat (1) UU Pelayanan Publik adalah: kepastian penyelenggaraan pelayanan
“kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam publik tersebut (Rachmatullah, 2019).
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan Oleh karena itu, keberadaan suatu standar
sesuai dengan peraturan perundang- menjadi suatu hal yang tidak dapat
undangan bagi setiap warga negara dan ditampik guna mengukur suatu kinerja
penduduk atas barang, jasa, dan/atau layanan, dan baku mutu waktu dalam
pelayanan administratif yang disediakan melaksanakan pelayanan bagi publik.
oleh penyelenggara pelayanan publik”. Menurut UU Pelayanan Publik,
Sementara itu, yang dimaksud sebagai standar pelayanan adalah parameter yang
penyelenggara pelayanan publik dalam dipergunakan sebagai pedoman
ketentuan Pasal 1 ayat (2) UU Pelayanan penyelenggaraan pelayanan dan acuan
Publik adalah: ”setiap institusi penilaian kualitas pelayanan sebagai
penyelenggara negara, korporasi, lembaga kewajiban dan janji penyelenggara kepada
independen yang dibentuk berdasarkan masyarakat dalam rangka mencapai
undang-undang untuk kegiatan pelayanan karakter pelayanan yang berkualitas,
publik, dan badan hukum lain yang cepat, mudah, terjangkau, dan teratur.
dibentuk semata-mata untuk kegiatan Dalam implementasinya, pelayanan publik
pelayanan publik”. wajib memenuhi 14 unsur standar
Berdasarkan beberapa uraian layanan, yaitu:
definisi tersebut, dapat diketahui bahwa a. dasar hukum, peraturan perundang-
pelayanan publik adalah serangkaian undangan yang menjadi dasar
proses kegiatan untuk memenuhi penyelenggaraan pelayanan;
kebutuhan dan kepentingan umum, baik

191
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani

b. persyaratan, syarat yang harus dari bahaya dan risiko keragu-raguan;


dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis dan
pelayanan, baik persyaratan teknis n. evaluasi kinerja pelaksanan, penilaian
maupun administratif; untuk mengetahuai seberapa jauh
c. sistem, mekanisme dan prosedur, tata pelaksanaan kegiatan sesuai standar
cara pelayanan yang dibakukan bagi pelayanan.
pemberi dan penerima pelayanan,
termasuk pengaduan; Meskipun telah terdapat standar
d. jangka waktu penyelesaian, jangka pelayanan publik berdasarkan peraturan
waktu yang diperlukan untuk perundang-undangan, kondisi mutakhir
menyelesaiakan seluruh proses menunjukkan praktik yang tidak
pelayanan dari setiap jenis pelayanan; berbanding lurus. Berdasarkan penilaian
e. biaya/tarif, ongkos yang dikenakan kepatuhan standar pelayanan publik yang
kepada penerima layanan dalam dilaksanakan oleh Ombudsman RI tahun
mengurus dan/atau memperoleh 2019 pada unit layanan di 4 Kementerian,
pelayanan dari penyelenggara yang 3 Lembaga, 6 Provinsi, 36 Pemerintah
besarnya ditetapkan berdasarkan Kota, dan 215 Pemerintah Kabupaten
kesepakatan antara penyelenggara dan menunjukkan bahwa masih terdapat
masyarakat; praktik pengabaian standar pelayanan.
f. produk pelayanan, hasil pelayanan Pada pelayanan publik di Kementerian dan
yang diberikan dan diterima sesuai Lembaga, komponen standar pelayanan
dengan ketentuan yang telah publik yang paling sering dilanggar, yaitu
ditetapkan; indikator yang berkaitan dengan hak
g. sarana, prasarana, dan/atau fasilitas, pengguna layanan berkebutuhan khusus;
peralatan dan fasilitas yang diperlukan disabilitas, ibu menyusui, dan manula; dan
dalam penyelenggaraan pelayanan, produk layanan belum mempublikasikan
termasuk peralatan dan fasilitas bagi tata cara dan mekanisme pengaduan. Pada
kelompok rentan; pelayanan publik di Pemerintah Provinsi
h. kompetensi pelaksana, kemampuan dan Pemerintah Kabupaten/Kota,
yang harus dimiliki oleh pelaksana komponen standar pelayanan publik yang
meliputi pengetahuan, keahlian, sering dilanggar adalah yang berkaitan
keterampilan, dan pengalaman; dengan hak masyarakat memperoleh
i. pengawasan internal, pengendalian informasi yang cepat dan transparan
yang dilakukan oleh pimpinan satuan tentang alur dan mekanisme mengenai
kerja atau atasan langsung pelaksana; perizinan dan non-perizinan, ketiadaan
j. penanganan pengaduan, saran, dan indikator persyaratan administratif,
masukan, tata cara pelaksanaan kejelasan waktu penyelesaian layanan,
penanganan pengaduan dan tindak dan akses sarana bagi masyarakat
lanjutnya; berkebutuhan khusus.
k. jumlah pelaksana, tersedianya Temuan lain yang didapatkan dari
pelaksana sesuai dengan beban kerja; penilaian tersebut adalah mengenai
l. jaminan pelayanan yang memberikan penyelenggaraan pelayanan perizinan di
kepastian pelayanan dilaksanakan daerah. Terdapat 6 (enam) permasalahan
sesuai dengan standar pelayanan; yang berkaitan dengan pelayanan publik,
m. jaminan keamanan dan keselamatan yaitu tingginya ketidakpatuhan terhadap
pelayanan dalam bentuk komitmen pelaksanaan pelayanan terpadu satu
untuk memberikan rasa aman, bebas pintu, belum terwujud efektifitas dan

192
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik

percepatan pelayanan perizinan, produk orang lain, bertentangan dengan


pelayanan yang tidak seragam, lambannya kewajiban dan hak orang lain—terj.
penyesuaian standar operasional prosedur bebas).
(SOP), dan sistem teknologi informasi Secara konseptual, Klitgaard (2002)
yang belum terintegrasi. Beberapa temuan mengartikan korupsi sebagai perilaku
tersebut menunjukkan bahwa potret menyimpang dari tugas-tugas resmi
pelayanan publik di Indonesia belum sebuah jabatan negara demi keuntungan
mengedepankan hak warga untuk status atau uang yang menyangkut pribadi
mendapatkan pelayanan dengan baik. (perorangan, keluarga dekat, kelompok
Tidak sekadar berpotensi menurunkan sendiri); atau melanggar aturan-aturan
kualitas pelayanan, ketidakjelasan pelaksanaan yang berkaitan dengan
implementasi standar pelayanan tersebut tingkah laku pribadi. Sementara itu Rose-
mengindikasikan adanya ketidakpastian Ackerman (1999) mendefinisikan korupsi
hukum yang pada gilirannya memicu sebagai tindakan pembayaran illegal
terjadinya maladministrasi dan praktik (illegal payoffs) kepada pejabat publik
korupsi. Pada beberapa praktik pelayanan demi keuntungan pribadi yang
publik, standar biaya yang tidak berimplikasi pada munculnya inefisiensi
diinformasikan menjadikan praktik dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
pungutan liar, calo, dan suap menjadi Terdapat pula definisi yang memperluas
lumrah pada suatu kantor pelayanan aktor pelaku korupsi sebagaimana
(Ombudsman RI, 2019). Dengan kata lain, didefinisikan oleh Organization for
semakin diabaikannya standar pelayanan Economic Cooperation and Development
maka terdapat posibilitas munculnya titik (OECD), yaitu sebagai penyalahgunaan
rawan praktik korupsi di sektor pelayanan posisi/jabatan publik maupun swasta
publik. untuk mendapatkan keuntungan pribadi,
Terdapat beragam definisi korupsi, baik secara langsung maupun tidak
baik secara leksikal, konseptual maupun langsung (OECD, 2007).
ketentuan peraturan perundang- Menurut hukum positif, Pasal 2 UU
undangan. Secara leksikal, Kamus Besar No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun
Bahasa Indonesia mendefinsikan korupsi 2001 tentang Pemberantasan Tindak
sebagai penyelewengan atau Pidana Korupsi (UU Tipikor) definisi
penyalahgunaan uang negara korupsi adalah sebagai: “tindakan
(perusahaan, organisasi, yayasan, dan melawan hukum dengan maksud
sebagainya) untuk keuntungan pribadi memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
atau orang lain (KBBI Daring, 2016). Selain korporasi yang berakibat merugikan
itu, dalam kamus Black’s Law Dictionary, keuangan negara atau perekonomian
entri ‘corruption’ didefinisikan sebagai: negara”.
“the act of an official or fiduciary person Selain itu terdapat 13 (tiga belas)
who unlawfully and wrongfully uses his pasal yang mengatur apa itu korupsi.
station or character to procure some benefit Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi
for himself or for another person, contrary dirumuskan kedalam tiga puluh
to duty and the rights of others (tindakan bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang
pejabat atau orang yang mengemban dapat dikelompokkan menjadi 7 (tujuh),
kewenangan yang secara melawan hukum antara lain kerugian keuangan negara,
dan salah menggunakan kedudukan atau suap-menyuap, penggelapan dalam
kewenangannya untuk mendapatkan jabatan, pemerasan, perbuatan curang,
keuntungan bagi dirinya sendiri atau benturan kepentingan dalam pengadaan,

193
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani

dan gratifikasi. Selain itu, terdapat 9 diimplementasikannya, penyimpangan,


(sembilan) tindakan kategori korupsi atau pengabaian terhadap standar
dalam UU Tipikor, yaitu: suap, illegal pelayanan publik yang baik dan benar
profit, secret transaction, hadiah, hibah (Siadari, 2020). Data mutakhir
(pemberian), penggelapan, kolusi, menunjukkan bahwa nilai uang suap pada
nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan perkara yang telah dilakukan penindakan
dan wewenang serta fasilitas Negara. adalah sebesar Rp. 169,5 miliar, gratifikasi
Berdasarkan uraian definisi di atas, sebesar Rp. 31,2 miliar, dan pungli sebesar
dapat diketahui bahwa korupsi adalah Rp. 1 miliar (ICW, 2020).
tindakan penyalahgunaan wewenang oleh Berdasarkan studi yang dilaksanakan
pejabat publik atau swasta yang Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan
mengemban jabatan atau kewenangan Indonesian Corruption Watch (ICW)
secara melawan hukum dengan tujuan mengenai Tren perilaku Korupsi pada
untuk memperkaya diri sendiri, atau orang tahun 2018, terdapat fakta yang
lain, atau institusi tertentu yang berakibat menunjukkan bahwa dalam menggunakan
pada kerugian perekonomian baik aktual pelayanan publik, warga menghadapi
ataupun potensial. praktik pungli dan gratifikasi dengan
Pada sektor pelayanan publik, derajat yang bervariasi. Pada Gambar 3, 4,
praktik korupsi yang kerap terjadi adalah dan 5 ditampilkan informasi grafis
penyuapan, termasuk pungutan liar mengenai praktik pungli dan gratifkasi di
(pungli), dan gratifikasi. Praktik koruptif sektor pelayanan publik (LSI, 2018).
ini pada banyak kasus disebabkan tidak

Gambar 3. Persepi masyarakat tentang Praktik Korupsi dan Suap di Pemerintahan


Tahun 2018

194
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik

Gambar 4. Sebaran Praktik Pungli dan Gratifkasi di Sektor Pelayanan Publik (Suap Aktif) Tahun 2018

Gambar 5. Sebaran Praktik Pungli dan Gratifkasi di Sektor Pelayanan Publik (Suap Pasif) Tahun 2018

Berdasarkan grafis informasi di atas dimana jenis layanan yang berkaitan


dapat diketahui bahwa pada Gambar 3, dengan institusi kepolisian dengan tingkat
menunjukkan mayoritas aparatur intensitas praktik tertinggi, dan pelayanan
pemerintah yang melaksanakan kesehatan pada level terendah terjadinya
pelayanan publik cenderung melakukan praktik suap aktif tersebut. Sementara itu
praktik korupsi/suap yang menunjukkan pada Gambar 5, bahwa terdapat praktik
intensitas tertinggi pada unit layanan warga terlibat secara aktif melakukan
publik instansi pemerintah pusat. Pada suap/pungli/gratifikasi kepada tugas
Gambar 4, menujukkan terdapat praktik pelayanan publik atas ”jasa“ yang telah
meminta uang atau hadiah di luar tarif diterimanya, dimana jenis layanan
resmi layanan oleh petugas layanan publik kepolisian dan administrasi kedudukan
kepada warga selaku pengguna layanan, menempati tingkat intensitas tertinggi,

195
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani

dan intensitas terendah terjadi di sisi persepsi warga yang notabene adalah
lingkungan pelayanan peradilan. Dengan pengguna layanan maupun oleh pegawai
demikian, dapat diketahui bahwa sektor sebagai pelaksana pelayanan publik,
pelayanan publik masih amat rentan dimana terdapat perbandingan dari dua
terjadinya praktik koruptif. sisi subyek pelaksana yang berkaitan
Sementara itu, berdasarkan hasil dengan aktivitas dimaksud, terdapat
Survei Penilaian Integritas Publik (SPI) gambaran bahwa praktik pelayanan
Tahun 2019 yang dilaksanakan oleh KPK publik masih rentan terhadap praktik
pada 27 Kementerian/Lembaga, 15 penyuapan.
Pemerintah Provinsi, dan 85 Pemerintah Tidak sekadar pelayanan yang
Kabupaten/Kota terdapat temuan bahwa melibatkan warga masyarakat, pelayanan
48.33% responden pegawai yang percaya perizinan berusaha, infrastruktur, dan
terdapat calo/perantara dalam mengurus kepabeanan yang melibatkan pihak swasta
suatu layanan; terdapat 45.13% juga rentan terhadap praktik penyuapan.
responden pegawai tidak percaya adanya Rilis studi yang dilaksanakan oleh LSI pada
penyediaan informasi yang lengkap terkait tahun 2019 menunjukkan bahwa
pelayanan; 41.67% Responden pegawai perizinan masih rentan memunculkan
percaya bahwa dalam promosi pegawai praktik koruptif tersebut sebagaimana
masih terdapat gratifikasi. Berdasarkan ditampilkan pada Gambar 6 dan 7 di
deskripsi kedua survei di atas, baik dari bawah ini (LSI, 2019).

Gambar 6. Bentuk Praktik Penyimpangan Terkait Perizinan Berusaha Tahun 2019

196
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik

Gambar 7. Faktor-Faktor Munculnya Praktik Penyuapan oleh Pelaku Usaha Tahun 2019

Berdasarkan informasi grafis di atas, perilaku koruptif dalam bentuk praktik


dapat diketahui pada Gambar 6, bahwa penyuapan.
bentuk praktik penyimpangan yang
termasuk praktik penyuapan yang secara
B. Sistem Manajemen Anti-Penyuapan
intensitas kerap terjadi adalah pemberian
(SMAP) ISO 37001:2016 sebagai
uang kepada aparat pemerintah, bentuk
instrumen pencegahan korupsi
lainnnya juga termasuk membangun relasi
Badan penetap standar
dengan aparat terkait, pemberian hadiah,
internasional, International Standard
atau pelayanan pribadi yang semuanya
Organization (ISO) menilai bahwa suap
bertujuan untuk mempermudah proses
adalah salah satu masalah di dunia yang
pelayanan yang dirasa rumit dan
paling merusak dan kompleks. Praktik
memakan waktu panjang sehingga tidak
koruptif ini kerap kali muncul meskipun
efisien dan efektif untuk para pelaku
telah terdapat upaya nasional dan
usaha. Serupa dengan tujuan sebagaimana
internasional untuk memeranginya (ISO
telah dideskripsikan pada bentuk-bentuk
37001, 2016). Dalam rangka mencegah
penyimpangan pada Gambar 6, Gambar 7
praktik penyuapan, pada tahun 2016 ISO
menunjukkan faktor proses pelayanan
mengeluarkan Sistem Manajemen Anti-
yang rumit sebagai determinan utama
Penyuapan 37001:2016. Standar tersebut
yang menyebabkan para pelaku usaha
mengharuskan organisasi untuk
melakukan penyuapan, selain sebagai
menerapkan serangkaian tindakan seperti
bentuk ”ucapan terima kasih“, kepastian
mengadopsi kebijakan anti-penyuapan,
dan penegakan hukum yang lemah, dan
memilih seseorang untuk mengawasi
alasan-alasan lainnya.
kepatuhan terhadap kebijakan tersebut,
Dengan demikian, pada titik ini
menerapkan kontrol keuangan, dan
dapat disimpulkan bahwa kondisi standar
mengadopsi prosedur pelaporan dan
pelayanan di Indonesia yang masih belum
investigasi (Nadkarni, 2016).
terimplementasikan dengan baik,
Rasio yang melatarbelakangi
sehingga berkarakter rumit, kompleks,
munculnya instrumen ini adalah bahwa
baku mutu waktu yang tidak jelas sehingga
penegakan hukum tidak cukup untuk
membuat tidak efisien dan efektif tetap
menyelesaikan masalah. Oleh karena itu,
menjadi faktor pemicu munculnya
organisasi mempunyai tanggung jawab

197
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani

secara proaktif untuk berkontribusi Manfaat implementasi SNI ISO


melawan penyuapan. Hal ini dapat dicapai 37001:2016, antara lain: (a) organisasi
melalui sistem manajemen anti- terbantu dalam mengimplementasikan
penyuapan yang dimaksudkan oleh sistem manajemen antikorupsi dan
standar ini, dan melalui komitmen meningkatkan pengendalian intern; (b)
kepemimpinan untuk menetapkan budaya pengendalian terhadap praktik suap
kejujuran, transparansi, keterbukaan dan menjadi lebih optimal sehingga dapat
kepatuhan (BSN, 2016). Dengan kata lain, dilakukan tindakan preventif; (c)
ISO 37001:2016 adalah standar yang menunjukkan kepada publik bahwa
dimanifestasikan dalam bentuk regulasi organisasi telah terjamin secara
atau kebijakan internal dalam suatu internasional, bebas dari praktik
organisasi yang berguna sebagai penyuapan; (d) ketika terjadi penyelidikan
instrumen pengendalian dan pencegahan kasus suap, dapat dijadikan bukti bahwa
praktik penyuapan. organisasi telah mengambil langkah-
Lebih lanjut, ISO 37001:2016 langkah pencegahan korupsi dan suap di
dirancang untuk membantu organisasi lingkungannya; (e) ISO 37001:2016
menetapkan, menerapkan, memelihara berperan sebagai pedoman tindakan
dan meningkatkan program anti- preventif terhadap berbagai bentuk
penyuapan yang secara fleksibel dapat penyuapan di sebuah organisasi; (f)
digunakan oleh setiap organisasi, besar kredibilitas organisasi semakin meningkat
atau kecil, apakah itu di sektor publik, (Nurdin, 2019).
swasta atau nonprofit. Hal ini dapat Ruang lingkup SNI ISO 37001:2016
disesuaikan sesuai dengan ukuran dan merinci persyaratan dan menyediakan
sifat organisasi dan risiko suap yang panduan untuk menetapkan, menerapkan,
dihadapinya. Penerapan ISO 37001:2016 memelihara, meninjau dan meningkatkan
sendiri bukan suatu jaminan bahwa dalam sistem manajemen anti-penyuapan.
satu institusi di suatu organisasi tidak Sistem tersebut dapat berdiri sendiri atau
akan muncul praktik suap, namun dapat diintegrasikan dengan sistem
kepatuhan terhadap standar ini dapat manajemen lainnya, seperti sistem
menunjukkan langkah yang tepat manajemen mutu (SNI ISO 9001), sistem
dilakukan oleh sebuah organisasi untuk manajemen lingkungan (SNI ISO 14001),
mencegah praktik penyuapan (BSN, 2016). dan sistem manajemen keamanan pangan
Sistem Manajemen ini dirancang (SNI ISO 22000). Standar ini ditujukan
untuk membantu organisasi dalam untuk hubungan dengan kegiatan
menerapkan sistem manajemen organisasi: (1) penyuapan di sektor publik,
antikorupsi dan suap. Standar ini swasta dan nirlaba; (2) penyuapan oleh
menentukan serangkaian langkah-langkah organisasi; (3) penyuapan oleh personel
yang harus diterapkan oleh organisasi yang bertindak atas nama organisasi atau
untuk membantu organisasi mencegah, untuk keuntungannya; (4) penyuapan oleh
mendeteksi dan menangani korupsi dan rekan bisnis dari sebuah organisasi yang
suap, dan memberikan bimbingan yang bertindak atas nama organisasi atau untuk
berkaitan dengan pelaksanaannya. ISO keuntungannya; (5) penyuapan
37001 Sistem Manajemen Anti-Penyuapan organisasi; (6) penyuapan oleh personel
merinci persyaratan dan menyediakan organisasi sehubungan dengan kegiatan
panduan untuk menetapkan, menerapkan, organisasi; (7) penyuapan rekan bisnis
memelihara, meninjau dan meningkatkan organisasi sehubungan dengan kegiatan
sistem manajemen anti-penyuapan. organisasi; dan (8) penyuapan langsung

198
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik

dan tidak langsung, misalnya menawarkan uang, penyalahgunaan anggaran, dan


atau menerima suap melalui atau oleh lainnya.
pihak ketiga. Di dalam skema teknis ISO 37001:
Standar ini dapat digunakan 2016 sendiri, penerapan struktur umum
bersamaan dengan standar sistem yang dijadikan mekanisme pelaksanaan
manajemen lainnya, misalnya ISO 9001, bagi suatu organisasi menggunakan pola
ISO 14001, ISO/IEC 27001 dan ISO 19600, PDCA (Plan, Do, Check, and Act)
dan standar manajemen, misalnya ISO sebagaimana diilustrasikan pada Gambar
26000 dan ISO 31000. Sehingga, standar 8 di bawah ini (BSN, 2016). Berdasarkan
tersebut sesuai dan dapat diterapkan bagi informasi grafis tersebut dapat diketahui
bentuk organisasi apapun, terlebih lagi teknis operasional ISO 37001:2016
bagi yang sudah menerapkan dasar-dasar dengan pendekatan PDCA (Plan, Do, Check,
sistem manajemen. Penerapan sistem and Act), yang meliputi proses
manajemen anti-penyuapan dapat perencanaan, pelaksanaan, monitoring
membantu suatu organisasi mencegah dan evaluasi, dan tindak lanjut perbaikan.
terjadinya kasus suap yang melibatkan Secara pola teknis operasional ini
oknum perorangan atau yang terorganisir mempunyai persamaan teknis operasional
dilakukan oleh korporasi (Lukiawan dan dengan Sistem Manajemen Mutu ISO
Suprapto, 2017). Selain itu, standar 9001:2015, khususnya pada pola PDCA.
berlaku hanya untuk penyuapan, Selain itu, Gambar 8 di atas memuat
meskipun organisasi dapat memperluas informasi standar persyaratan yang harus
lingkup sistem manajemen untuk dipenuhi oleh setiap organisasi yang akan
mencakup kegiatan yang tercakup dalam melakukan sertifikasi SNI ISO
korupsi, seperti gratifikasi, pencucian 37001:2016.

Gambar 8. Mekanisme/teknis operasional ISO 37001:2016

199
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani

Lebih lanjut, pada fase perencanaan penyuapan dengan didukung oleh


(PLAN) terdiri dari 4 (empat) unsur adanya pelatihan bagi para personel
determinan, yaitu: yang bekerja dibawah rentang
a. Organisasi, terdapat 5 hal yang harus kendali organisasi. Sub unsur
dipahami terkait konteks organisasi komunikasi juga menjadi hal yang
dalam penyiapan standar, penting karena kebijakan anti-
diantaranya terkait pemahaman penyuapan harus dikomunikasikan
organisasi dan konteksnya itu sendiri, baik secara langsung maupun tidak
memahami kebutuhan dan harapan langsung pada personel serta mitra
pemangku kepentingan, menentukan kerja. Faktor lain yang perlu
lingkup sistem manajemen anti- diperhatikan dalam unsur ini adalah
penyuapan, sistem manajemen anti- terkait masalah pengendalian
penyuapan, serta penilaian resiko informasi terdokumentasi. Hal ini
penyuapan; untuk memastikan suatu informasi
b. Kepemimpinan, terdapat beberapa terdokumentasi tersedia dan sesuai
sub unsur dalam skema persyaratan untuk digunakan kapan saja dan
dari sisi kepemimpinan yang mesti dimana saja jika diperlukan.
dipahami, yaitu hal yang terkait Tahap berikutnya, pelaksanaan (DO)
dengan kepemimpinan dan terdapat unsur operasi, terdapat beberapa
komitmen, kebijakan anti-penyuapan sub-unsur yang mesti dilaksanakan oleh
yang mesti diimplementasikan dan organisasi yang akan melakukan
ditinjau terkait kebijakan anti- sertifikasi. Sub-unsur ini diantaranya
penyuapan yang dicanangkan oleh adalah terkait dengan perencanaan dan
pimpinan, kemudian juga harus pengendalian operasi, uji kelayakan,
diperhatikan terkait sub unsur peran, pengendalian keuangan, pengendalian
tanggung jawab dan wewenang non-keuangan, penerapan pengendalian
organisasi; anti-penyuapan yang dikendalikan
c. Perencanaan, ada beberapa sub unsur organisasi dan rekan bisnisnya, komitmen
dalam skema persyaratannya, anti-penyuapan, hadiah, kemurahan hati,
diantaranya adalah: tindakan yang sumbangan dan keuntungan serupa,
ditujukan pada risiko dan peluang, mengelola ketidakcukupan pengendalian
serta sasaran anti-penyuapan dan anti-penyuapan, meningkatkan
perencanaan untuk mencapainya; kepedulian, serta investigasi dan
dan penanganan penyuapan.
d. Dukungan, terkait dengan unsur Tahap ketiga, yaitu Evaluasi Kinerja
dukungan, ada beberapa hal yang (CHECK). Fase ini dibutuhkan untuk
mesti diperhatikan, yaitu terkait melihat sejauh mana suatu organisasi
masalah sumber daya; dimana mampu atau tidak untuk
organisasi harus menyediakan mengimplementasikan hal-hal yang telah
sumberdaya yang diperlukan terkait menjadi komitmen organisasi untuk
penetapan, penerapan, pemeliharaan, melakukan SMAP. Selain itu, hal ini
maupun peningkatan yang dilakukan sebagai tindakan korektif atau
berkelanjutan dari SMAP. Kompetensi perbaikan sekiranya dari perencanaan dan
staf yang bekerja untuk implementasi yang dilakukan masih
melaksanakan pekerjaan yang ada terdapat beberapa hal yang mesti
dibawah kendali organisasi yang diperbaiki oleh organisasi. Terdapat
berpengaruh pada kinerja anti- beberapa sub-unsur di dalam evaluasi

200
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik

kinerja yang harus diperhatikan oleh Internasional Indonesia (Asricert


organisasi, diantaranya terkait Indonesia); PT TUV NORD Indonesia; PT
pemantauan, pengukuran, analisis dan Mutu Agung Lestari; PT Mutu Hijau
evaluasi, kemudian audit internal, tinjauan Indonesia; PT Sucofindo Persero – SBU
manajemen serta tinjauan fungsi Sertifikasi Eco Framework Sucofindo
kepatuhan anti-penyuapan. International Sertification Service; PT
Tahap terakhir yaitu tindakan Chesna; SAI Global Indonesia; PT Global
perbaikan lebih lanjut (ACT). Terdapat Inspeksi Sertifikasi; serta PT BSI Group
beberapa sub unsur yang perlu Indonesia. Dari 10 LSSMAP tersebut yang
diperhatikan dalam aktivitas peningkatan masih aktif adalah 9 LSSMAP (KAN, 2020).
ini, diantaranya adalah terkait Berdasarkan data yang dihimpun
ketidaksesuaian dan tindakan korektif, Badan Standardisasi Nasional hingga
serta peningkatan berkelanjutan. Desember 2018 menyebutkan bahwa,
Tindakan korektif yang diambil harus sebanyak 81 organisasi/perusahaan telah
sesuai dengan efek dari ketidaksesuaian tersertifikasi Standar Nasional Indonesia
yang ditemui. Hal tersebut juga wajib (SNI) ISO 37001 Sistem Manajemen Anti-
didokumentasikan oleh organisasi secara Penyuapan. Diantara organisasi yang telah
berkelanjutan sehingga dapat mendapatkan sertifikasi diantaranya
meningkatkan kesesuaian, kecukupan adalah Badan Narkotika Nasional (BNN),
serta keefektifan SMAP. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan
Lebih lanjut, implementasi SMAP di Karantina Pertanian, PT Harimurti Teknik,
Indonesia dimulai sejak 17 November dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana
2016 (Prasetya, 2017). Hingga 2020, Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
berdasarkan data yang dihimpun oleh (SKK Migas). Dari kesepuluh LSSMP,
Komite Akreditasi Nasional (KAN), terdapat data 81 organisasi
terdapat 10 (sepuluh) Lembaga Sertifikasi pemerintah/swasta yang telah
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan tersertifikasi dan menerapkan SMAP
(LSSMAP) yang berwenang memberikan sebagaimana ditampilkan pada Tabel 1 di
sertifikasi, yaitu PT Garuda Sertifikasi bawah ini (BSN, 2019).
Indonesia; PT Amerika Sistem Registrasi

Tabel 1. Informasi LSSMP dan Klien Organisasi Tersertifikasi SMAP Tahun 2019

No. Nama LSSMP Klien Organisasi Jumlah

Pemerintah Swasta
1 PT Garuda Sertifikasi Indonesia 24 40 64
2 PT Amerika Sistem Registrasi 1 2 3
Internasional Indonesia
(Asricert Indonesia)
3 PT TUV NORD Indonesia 2 0 2
4 PT Mutuagung Lestari 12 0 12
5 PT Mutu Hijau Indonesia 0 0 0
6 PT Sucofindo (Persero)-SBU 0 0 0
Sertifikasi Eco Framework
Sucofindo International
Sertification Service
JUMLAH TOTAL 25 56 81

201
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani

Berdasarkan data yang disajikan di berguna membantu suatu organisasi


dalam Tabel 1 diatas dapat diketahui membangun sistem pencegahan praktik
bahwa telah terdapat 81 organisasi penyuapan. Dengan kata lain, dibutuhkan
pemerintah/swasta yang telah usaha-usaha untuk membangun
menerapkan SMAP, dimana jumlah organisasi yang, apabila dilihat dari
organisasi dari sektor swasta lebih substansi SMAP, menekankan pada
mendominasi, yang terdiri dari 25 kekuatan organisasi dan kepemimpinan.
organisasi pemerintah, dan 56 organisasi Menurut Lukiawan (2018), SMAP akan
swasta. Hingga saat ini jumlahnya lebih efektif pada tataran implementatif,
diperkirakan terus bertambah, namun khsusnya pada instansi pemerintah,
berdasarkan penelusuran data oleh apabila disinergikan dengan penerapan
penulis, dari 9 LSSMAP yang masih aktif, kebijakan pembangunan zona integritas
hanya 3 LSSMAP yang mempublikasikan menuju wilayah bebas dari korupsi dan
atau membuka informasi daftar kliennya wilayah birokrasi bersih dan melayani (ZI,
kepada publik via laman web resminya WBK, WBBM) di lingkungan instansi
masing-masing. Hasil penelusuran pemerintah yang pedoamannya diatur di
tersebut menunjukkan bahwa terdapat 26 dalam PermenPANRB No. 52 Tahun 2014
organisasi yang melaksanakan tugas dan dengan memiliki 3 (tiga) sasaran, yaitu
fungsi pelayanan publik. mewujudkan pemerintah yang bersih dan
Meskipun demikian, hingga saat ini bebas dari KKN; menjadikan birokrasi
belum terdapat informasi tervalidasi yang efektif, efisien, produktif; dan bagaimana
menyajikan bukti empirik dan terukur birokrasi bisa memberikan pelayanan
mengenai pengaruh atau implikasi prima kepada masyarakat.
implementasi SMAP pada pencegahan Berdasarkan pedoman tersebut, hal
praktik korupsi di sektor pelayanan yang paling penting dalam mewujudkan
publik. Selain itu, belum ada informasi peningkatan kualitas pelayanan publik
komprehensif yang menunjukkan bahwa dan menekan tingkat korupsi, ialah
telah terdapat perubahan atau perbaikan integritas. Untuk mewujudkan hal
signifikan pada institusi pelayanan publik tersebut dibutuhkan 3 (tiga) langkah
pasca-implementasi SMAP di konkret, yaitu pertama, terdapat
organisasinya. Begitu pula dengan perubahan pada pola kepemimpinan.
informasi mengenai persepsi warga Wajib terdapat perubahan kultural dan
masyarakat atau pengguna layanan pasca- pola pikir dari pimpinan institusi karena
penerapan SMAP. Dengan demikian, pada kenyataannya pada level pimpinan
belum dapat diketahui pengaruh atau suatu kebijakan atau tindakan korektif
urgensi instrumen pencegahan korupsi dapat dieksekusi. Menurut Jones dan
tersebut secara komprehensif pada Lasthuizen (2018) dibutuhkan
tataran implementasinya di Indonesia. kepemimpinan beretika untuk
menyelesaikan persoalan publik.
Upaya Penerapan Sistem Manajemen Kepemimpinan model ini merujuk pada
Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 di watak, perilaku, dan pengambilan
Sektor Pelayanan Publik keputusan yang dilakukan seorang
A. Membangun Sistem Manajemen pemimpin dengan mengedepankan
Pelayanan Publik yang Mendukung keteladanan, penguatan, dan komunikasi
Pencegahan Praktik Korupsi untuk memotivasi pegawai agar dapat
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan mengambil keputusan berdasarkan nilai-
ISO 37001:2016 adalah instrumen yang nilai moral, norma, dan aturan, dimana hal

202
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik

ini menjadi faktor pendorong yang juga memiliki andil dalam pengambilan
signifikan untuk menunjukkan komitmen keputusan (Dickinson, 2016). Hal ini pada
terhadap program integritas di suatu prinsipnya untuk mencegah ekses
organisasi (Lawton dkk., 2013). Persoalan penggunaan diskresi secara sewenang-
etika ini menjadi penting karena seorang wenang oleh penyelenggara pelayanan
pemimpin membutuhkan dan publik. Sehingga terdapat pola-pola
menggunakan hak otonom untuk kolaboratif antara penyelenggara dengan
mengembangkan dan menerapkan pengguna layanan, serta menciptakan
program integritas bagi organisasinya, transparansi dan akuntabilitas.
sehingga tiap-tiap tindakannya harus Pada perkembangannya paradigma
dilandasi etika publik agar terhindar dari pelayanan publik berkembang secara
kesalahan (Jones dkk., 2020). dinamis. Temuan Denhardt dan Denhardt
Kedua, perubahan tata laksana (2000) menjelaskan bahwa terdapat 3
pelayanan publik. Hal ini bertujuan untuk (tiga) fase tipologis perkembangan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas tersebut, yakni Old Public Administration
sistem, proses, dan prosedur kerja yang (OPA) yang menitikberatkan penerima
jelas, efektif, efisien, dan terukur layanan sebagai konsumen/klien dan
(Kriswahyu, 2017). Selain itu, proses mesti pelayanan bercorak birokratis; lalu New
sederhana, waktu layanan yang jelas, tidak Public Management (NPM) yang
berbelit-belit, mudah dipahami, dan menitikberatkan pada kepentingan pasar
dilaksanakan. Sebaiknya disusun dalam yang memiliki corak tekno-ekonomi
bentuk flow chart yang dipampang di kapitalistik; dan New Public Service (NPS)
ruang layanan. Dengan pemenuhan unsur yang memposisikan warga sebagai mitra
ini, pengguna pelayanan memperoleh dalam pelayanan publik, dan bercorak
kepastian dan kejelasan alur layanan. demokratis. Tipologi konseptual ini
Ketiga, mengedepankan dan berkaitan erat dengan penjaminan
memperkuat fungsi pengawasan atau kualitas pelayanan publik. Tabel 2 di
monitoring publik. Tingkat partisipasi bawah menerangkan secara ringkas
yang tinggi dalam proses pelayanan publik perkembangan tipologis tersebut
dalam kerangka pemerintahan demokratis (Denhardt dan Denhardt, 2000).
menjadi suatu keniscayaan, dan publik

Tabel 2. Perkembangan Paradigma Pelayanan Publik

Fokus Pembahasan OPA NPM NPS


(Issues)
Kerangka Penggunaan teori sosial Penggunaan teori Penggunaan teori
teoritik/epistemik dan politik yang ekonomi demokrasi,
menafikan kenyataan positivisme pendekatan teoritik
sosial variatif (positivisme,
interpretif, kritis, dan
postmodern)

Model rasionalitas Rasionalitas sinoptik, Rasionalitas Rasionalitas strategis,


berorientasi urusan teknokratik/tekno- orientasi bersifat
administratif ekonomi, multi-varian (politik,
(administrative man) berorientasi ekonomi,
organisasional)

203
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani

ekonomi/pasar
(economic man)
Konsep kepentingan Bersifat politis dan Merepresentasikan Hasil dialog dengan
publik diejawantahkan di dalam kepentingan publik mengenai nilai
peraturan perundang- individual bersama
undangan
Posisi Konsumen Pelanggan Warga negara
masyarakat/subyek
pelayanan

Peran pemerintah Mengendalikan Mengarahkan Melayani (berdialog


(perencanaan dan (katalisator dengan warga
penerapan bersifat satu kekuatan pasar) sehingga
arah) mewujudkan nilai
bersama)

Tergantung kepada Penysunan Membangun koalisi


Mekanisme kebijakan institusi mekanisme dan antara publik,
pencapaian kebijakan pemerintah struktur insentif lembaga nirlaba, dan
publik untuk mencapai institusi privat guna
tujuan publik menyepakati
melalui institusi kepentingan bersama
privat atau lembaga
nirlaba
Pendekatan Hierarkis, Bertanggung jawab Multidimensi, pejabat
akuntabilitas bertanggungjawab kepada kepentingan publik tunduk dan
kepada pimpinan politik pasar patuh kepada aturan
hukum, nilai-nilai
masyarakat, norma
politik, standar
profesional, dan
kepentingan warga

Diskresi Diskresi terbatas Diskresi yang Diskresi dengan


diperluas menjunjung
akuntabilitas

Struktur organisasi Birokratis dan sangat Terdesentralisasi Kolaboratif,


hierarkis kepemimpinan
bersama

Berdasarkan Semangat Pelayanan


Motivasi pelayanan pembayaran/keuntungan kewirausahaan kepentingan publik
yang dipetik dan berorientasi
kontributif

Berdasarkan Tabel 2 diketahui tersebut bersifat sangat birokratis dan


bahwa terdapat perkembangan tipologi tidak berorientasi melayani warga serta
pelayanan publik. Generasi pertama terdapat penggunaan diskresi yang
paradigma pelayanan publik (OPA) terbatas. Pada generasi kedua paradigma

204
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik

pelayanan publik (NPM), telah terdapat kepemimpinan, perubahan tata


pengurangan karakter birokratis pada laksana pelayanan, dan memperkuat
pelayanan publik, namun pelayanan pengawasan publik.
publik lebih berorientasi kepada pasar,
Saran
dan terdapat penggunaan diskresi yang
Berdasarkan kesimpulan tersebut,
luas sehingga rentan untuk memunculkan
maka penulis menyampaikan 2 (dua)
penyalahgunaan wewenang yang
rekomendasi. Pertama, perlu dilakukan
berkelindan dengan intensi oknum
survei penilaian untuk mengetahui dan
pengguna layanan tersebut. Pada generasi
mengukur efektivitas penerapan Sistem
ke-3, karakter transparansi dan
Manajemen Anti-Penyuapan ISO
akuntabilitas menjadi landasan dalam
37001:2016 sehingga didapatkan bukti
pelaksanaan pelayanan publik, orientasi
empirik hasil penerapan standar tersebut.
pelayanan kepada warga masyarakat, dan
Kedua, dalam menerapkan Sistem
bersifat partisipatoris, dimana warga
Manajemen Anti-Penyuapan ISO
diberi ruang partisipasi dalam mengawasi
30071:2016 dapat menyinergikannya
pelayanan publik. Dari ketiga tipologi
dengan paradigma new public services; dan
paradigma pelayanan publik, paradigma
program reformasi birokrasi dan anti-
ketiga dapat dijadikan pertimbangan
korupsi yang telah ada. Sehingga akan
untuk diimplementasikan dalam rangka
lebih optimal diterapkan dan tidak
mencegah praktik korupsi di sektor
menjadi substitusi program kebijakan
pelayanan publik, dan menyinergikannya
sebelumnya yang boleh jadi, apabila
dengan Standar Manajemen Anti-
demikian, akan rentan menimbulkan
Penyuapan ISO 37001:2016.
inefisiensi karena program perubahan tata
kelola tersebut telah berjalan selama dua
Penutup
dekade di Indonesia.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di
Referensi
atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
Alamsyah. (2011). Karakteristik Universal
1. Penerapan Sistem Manajemen Anti-
Pelayanan Publik: Sebuah Tinjauan
Penyuapan ISO 30071:2016 belum Teoritik. Jurnal Borneo
signifikan urgen sebagai instrumen Administrator 7(3): 353-371.
dalam pencegahan praktik korupsi di
sektor pelayanan publik. Hal tersebut Badan Standardisasi Nasional. (2016).
disebabkan belum terdapat bukti Sistem manajemen anti-penyuapan
– Persyaratan dengan panduan
empirik dan terukur mengenai
penggunaan (ISO 37001:2016, IDT).
perubahan kualitas pencegahan Badan Standardisasi Nasional.
korupsi antara sebelum dan sesudah Jakarta.
penerapan standar manajemen
tersebut pada suatu organisasi di ______________________________________. (2019).
sektor pelayanan publik. Implementasi SNI ISO 37001:2016.
2. Upaya penerapan Sistem Manajemen SNI VALUASI Vol. 13. Jakarta
Anti-Penyuapan ISO 30071:2016
Bryman, A. dan Burgess, R.G. (2002).
dalam rangka mencegah praktik Analyzing Qualitative Data.
korupsi di sektor pelayanan publik Routledge. New York.
adalah dengan membangun sistem
manajemen pelayanan publik yang Black’s Law Dictionary. (2020). What is
bersendikan pada perubahan pola Corruption?.

205
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani

https://thelawdictionary.org/corr Jones, I. E., Eryanto D., Lasthuizen K.


uption/ . 10 Oktober 2020. (2020). Kepemimpinan yang
beretika diperlukan untuk
Denhardt, R. B. dan Denhardt, J.V. (2000). memulihkan integritas BUMN. The
The New Public Service: Serving conversation.
Rather Than Steering. Public https://theconversation.com/kepe
Administration Review 60(6): 549- mimpinan-yang-beretika-
559. diperlukan-untuk-memulihkan-
integritas-bumn-131775. 23
Dickinson, H. (2016). From New Public Oktober 2020.
Management to New Public
Governance: The implications for a Keputusan MENPAN No.
‘new public service’. Dalam Butcher 63/KEP/M.PAN/7/2003. Pedoman
J.R. dan Gilchrist D.J. (Ed.) The Umum Penyelenggaraan Pelayanan
Three Sector Solution: Delivering Publik. Republik Indonesia 2003.
Public Policy in Collaboration with
Not-For-Profits and Business. ANU Komite Akreditasi Nasional. (2020).
Press. Canberra. Direktori Klien LSSMAP. KAN.
kan.or.id/index.php/documents/ter
Fatkhuri. (2017). Korupsi dalam Birokrasi akreditasi/doc17021/sni-iso-iec-
dan Strategi Pencegahannya. 17021/lembaga-sertifikasi-sistem-
Jurnal Ilmiah Manajemen Publik manajemen-anti-penyuapan. 23
dan Kebijakan Sosial. 1. Oktober 2020.
10.25139/jmnegara.v1i2.784.
Klitgaard, R., McLean-Abaroa, R. dan
Harjanto, S. A. (2020). KPK: Perizinan dan Parris, H.L. (2002). Penuntun
Pelayanan Publik Rentan Praktik Pemberantasan Korupsi dalam
Korupsi. Bisnis Indonesia, Pemerintahan Daerah. Yayasan
https://kabar24.bisnis.com/read/2 Obor. Jakarta.
0200428/16/1233943/kpk-
perizinan-dan-pelayanan-publik- Kriswahyu. H, dkk. (2017). Standar
rentan-praktik-korupsi. 10 Oktober Pelayanan Publik Sesuai UU No 25
2020. Tahun 2009. Ombudsman Republik
Indonesia. Jakarta.
Indriati, E. (2014). Pola dan Akar Korupsi:
Menghancurkan Lingkaran Setan Komisi Pemberantasan Korupsi. (2020).
Dosa Publik. PT Gramedia Pustaka Statistik Tindak Pidana Korupsi
Utama. Jakarta. Berdasarkan Jenis Perkara (2004-
2020). KPK.
International Standard Organization. https://www.kpk.go.id/id/statistik
(2016). ISO 37001; Anti-Bribery /penindakan/tpk-berdasarkan-
Systems. Switzerland. jenis-perkara. 10 Oktober 2020.

Instruksi Presiden Republik Indonesia Lawton A., Rayner J., dan Lasthuizen K.
Nomor 10 Tahun 2016. Aksi (2013). Ethics and Management in
Pencegahan dan Pemberantasan Public Sector. Routledge. New York.
Korupsi Tahun 2016 dan Tahun
2017. Republik Indonesia 2016. Lembaga Survei Indonesia dan Indonesian
Corruption Watch. (2018). Tren
Indonesian Corruption Watch. (2020). Persepsi Publik tentang Korupsi
Tren Penindakan Kasus Korupsi Tahun 2018. LSI ICW. Jakarta.
Tahun 2019. ICW. Jakarta.
Lembaga Survei Indonesia. (2019). Survei
Sektor Privat: Persepsi Korupsi

206
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik

dalam Hubungan Kerja Antara (IBIC), Jakarta 11-12 Desember


Pemerintah dan Pelaku Usaha di 2017.
Sektor Infrastruktur, Kepabeanan,
dan Perizinan. LSI. Jakarta. Rachmatullah, M. R. (2019). Pentingnya
Standar Pelayanan Publik.
Lukiawan, R. (2018). Kesiapan Organisasi Ombudsman RI.
dalam Implementasi Standar ISO https://ombudsman.go.id/artikel/r
37001 (Studi Kasus di UD. X dan /artikel--pentingnya-standar-
Dinas Y). Jurnal Standardisasi pelayanan-
20(2): 159-169. publik#:~:text=Standar%20pelaya
nan%20adalah%20tolak%20ukur,
Nadkarini, A. (2016). ISO 37001: A Game mudah%2C%20terjangkau%2C%2
Changer in Global Anti-Bribery 0dan%20teratur. 11 Oktober 2020.
Efforts?.
https://acgc.cipe.org/business-of- Rose-Ackerman, S. (1999). Corruption and
integrity-blog/iso-37001-a-game- Government: Causes, Consequences,
changer-in-global-anti-bribery- and Reform. Cambridge University
efforts/. 23 Oktober 2020. Press. Cambridge.

Nurdin, E. (2019). Lawan Suap dengan Setiadi, W. (2018). Korupsi di Indonesia


SMAP. SOLUSI Vol. 9 No. 3/Oktober (Penyebab, Hambatan, Solusi dan
2019. Regulasi). Jurnal LEGISLASI
INDONESIA 15(3): 249-2602.
Nuriyanto. (2014). Penyelenggaraan
Pelayanan Publik di Indonesia, Siadari, L.P.P. (2020). Korupsi Lahir Dari
Sudahkah Berlandaskan Konsep Penyimpangan Standar Pelayanan
“Welfare State”?. Jurnal Konstitusi Publik. Ombudsman RI.
11(3):428-453. https://ombudsman.go.id/artikel/r
/artikel--korupsi-lahir-dari-
Ombudsman RI. (2019). Hasil Penilaian penyimpangan-standar-pelayanan-
Kepatuhan Tahun 2019 Terhadap publik-. 23 Oktober 2020.
Standar Pelayanan Sesuai Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 Sunanda, Aries. ISO 37001 Sistem
Tentang Pelayanan Publik. Manajemen Anti Penyuapan.
Ombudsman RI. Jakarta. https://www.academia.edu/3577
5590/ISO_37001_SISTEM_MANAJ
Organisation for Economic Co-Operation EMEN_ANTI_PENYUAPAN
and Development. (2007).
Corruption: A Glossary of Suprapto dan Lukiawan, R. (2017).
International Criminal Standards. Kelembagaan Sistem Akreditasi
OECD. Paris. dan Sertifikasi SNI ISO 37001
Terkait Sistem Manajemen Anti-
Permenpan No. 52 Tahun 2014. Pedoman suap. Jurnal Standardisasi, 19(2):
Pembangunan Zona Integritas 145 - 154.
Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi
dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Susanti, D.S., Sarah, N., dan Hilmi, N.
Melayani di Lingkungan Instansi (2018). Korporasi Indonesia
Pemerintah. Republik Indonesia Melawan Korupsi: Strategi
2014. Pencegahan. Integritas 4(2): 207-
232.
Prasetya, B. (2017). Adopsi, Penerapan dan
Progres Pencapaian SNI ISO Shoim, M. (2011). Interaksi antara
37001:2016. International Pelayanan Publik dan Tingkat
Business Integrity Conference Korupsi pada Lembaga Peradilan

207
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani

di Kota Semarang. Masalah- Undang-Undang No. 7 Tahun 2006.


Masalah Hukum 40(1): 25-33. Pengesahan United Nations
Convention Againts Corruption
Transparency International Indonesia. (Konvensi Perserikatan Bangsa-
(2014). Indonesia Bersih Uang Bangsa Anti Korupsi). Republik
Pelicin. TII. Jakarta. Indonesia 2006.

________________________________________________. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009.


(2020). Rilis Laporan Corruption Pelayanan Publik. Republik
Perception Index 2019. TII. Jakarta. Indonesia 2009.

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999. Van Eeden Jones, I., & Lasthuizen, K.
Pemberantasan Tindak Pidana (2018). Building public sector
Korupsi. Republik Indonesia 1999. integrity in Indonesia: the role and
challenges of ethical leadership”.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001. Asia Pacific Journal of Public
Perubahan Undang-Undang Nomor Administration 40(3): 175-185.
31 Tahun 1999 Tentang https://doi.org/10.1080/232766
Pemberantasan Tindak Pidana 65.2018.1515392.
Korupsi. Republik Indonesia 2001.
Wardiana W., dkk. (2020). Survei Penilaian
Integritas Tahun 2019. Komisi
Pemberantasan Korupsi. Jakarta.

208

You might also like