Professional Documents
Culture Documents
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 Dan Pencegahan Praktik Korupsi Di Sektor Pelayanan Publik
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 Dan Pencegahan Praktik Korupsi Di Sektor Pelayanan Publik
e-ISSN/p-ISSN: 2615-7977/2477-118X
DOI: 10.32697/integritas.v6i2.684
©Komisi Pemberantasan Korupsi
1awijayahf@gmail.com, 2sofiayuniarsani@gmailcom
Abstract
Bribery frequently occurs in public service sector. As one of the latest instruments, the Anti-
Bribery Management System ISO 37001: 2016 is carried out to prevent this act. This study
highlights the urgency and the efforts to implement this system. To attain these purposes, a
qualitative method with a descriptive analysis approach was employed. The result show that:
first, ISO 37001: 2016 has yet to be significantly implemented because there is no empirical
evidence concerning the improvements in the quality of the bribery prevention. Second, the
system is applied by creating a public service management system based on the change of
leadership pattern, the change of governance, and the reinforcement of public monitoring.
Abstrak
Praktik penyuapan merupakan permasalahan hukum yang marak terjadi di sektor pelayanan
publik. Salah satu instrumen mutakhir yang dipergunakan untuk mencegahnya adalah Sistem
Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016. Permasalahan yang diangkat dalam studi ini
adalah urgensi dan upaya penerapan Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016.
Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Hasil studi
menunjukkan dua hal, pertama, penerapan ISO 37001:2016 belum signifikan urgen karena
belum terdapat bukti empirik dan terukur yang menginformasikan perubahan kualitas
pencegahan praktik penyuapan di sektor pelayanan publik sebelum dan sesudah penerapan.
Kedua, upaya penerapan ISO 37001:2016 adalah dengan cara membangun sistem
manajemen pelayanan publik yang bersendikan pada perubahan pola kepemimpinan,
perubahan tata laksana, dan penguatan pengawasan public.
187
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani
188
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik
168
119
93
79
50
34 38
25 20 25
19
13 12
7 2 4
0
189
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani
190
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik
191
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani
192
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik
193
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani
194
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik
Gambar 4. Sebaran Praktik Pungli dan Gratifkasi di Sektor Pelayanan Publik (Suap Aktif) Tahun 2018
Gambar 5. Sebaran Praktik Pungli dan Gratifkasi di Sektor Pelayanan Publik (Suap Pasif) Tahun 2018
195
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani
dan intensitas terendah terjadi di sisi persepsi warga yang notabene adalah
lingkungan pelayanan peradilan. Dengan pengguna layanan maupun oleh pegawai
demikian, dapat diketahui bahwa sektor sebagai pelaksana pelayanan publik,
pelayanan publik masih amat rentan dimana terdapat perbandingan dari dua
terjadinya praktik koruptif. sisi subyek pelaksana yang berkaitan
Sementara itu, berdasarkan hasil dengan aktivitas dimaksud, terdapat
Survei Penilaian Integritas Publik (SPI) gambaran bahwa praktik pelayanan
Tahun 2019 yang dilaksanakan oleh KPK publik masih rentan terhadap praktik
pada 27 Kementerian/Lembaga, 15 penyuapan.
Pemerintah Provinsi, dan 85 Pemerintah Tidak sekadar pelayanan yang
Kabupaten/Kota terdapat temuan bahwa melibatkan warga masyarakat, pelayanan
48.33% responden pegawai yang percaya perizinan berusaha, infrastruktur, dan
terdapat calo/perantara dalam mengurus kepabeanan yang melibatkan pihak swasta
suatu layanan; terdapat 45.13% juga rentan terhadap praktik penyuapan.
responden pegawai tidak percaya adanya Rilis studi yang dilaksanakan oleh LSI pada
penyediaan informasi yang lengkap terkait tahun 2019 menunjukkan bahwa
pelayanan; 41.67% Responden pegawai perizinan masih rentan memunculkan
percaya bahwa dalam promosi pegawai praktik koruptif tersebut sebagaimana
masih terdapat gratifikasi. Berdasarkan ditampilkan pada Gambar 6 dan 7 di
deskripsi kedua survei di atas, baik dari bawah ini (LSI, 2019).
196
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik
Gambar 7. Faktor-Faktor Munculnya Praktik Penyuapan oleh Pelaku Usaha Tahun 2019
197
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani
198
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik
199
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani
200
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik
Tabel 1. Informasi LSSMP dan Klien Organisasi Tersertifikasi SMAP Tahun 2019
Pemerintah Swasta
1 PT Garuda Sertifikasi Indonesia 24 40 64
2 PT Amerika Sistem Registrasi 1 2 3
Internasional Indonesia
(Asricert Indonesia)
3 PT TUV NORD Indonesia 2 0 2
4 PT Mutuagung Lestari 12 0 12
5 PT Mutu Hijau Indonesia 0 0 0
6 PT Sucofindo (Persero)-SBU 0 0 0
Sertifikasi Eco Framework
Sucofindo International
Sertification Service
JUMLAH TOTAL 25 56 81
201
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani
202
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik
ini menjadi faktor pendorong yang juga memiliki andil dalam pengambilan
signifikan untuk menunjukkan komitmen keputusan (Dickinson, 2016). Hal ini pada
terhadap program integritas di suatu prinsipnya untuk mencegah ekses
organisasi (Lawton dkk., 2013). Persoalan penggunaan diskresi secara sewenang-
etika ini menjadi penting karena seorang wenang oleh penyelenggara pelayanan
pemimpin membutuhkan dan publik. Sehingga terdapat pola-pola
menggunakan hak otonom untuk kolaboratif antara penyelenggara dengan
mengembangkan dan menerapkan pengguna layanan, serta menciptakan
program integritas bagi organisasinya, transparansi dan akuntabilitas.
sehingga tiap-tiap tindakannya harus Pada perkembangannya paradigma
dilandasi etika publik agar terhindar dari pelayanan publik berkembang secara
kesalahan (Jones dkk., 2020). dinamis. Temuan Denhardt dan Denhardt
Kedua, perubahan tata laksana (2000) menjelaskan bahwa terdapat 3
pelayanan publik. Hal ini bertujuan untuk (tiga) fase tipologis perkembangan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas tersebut, yakni Old Public Administration
sistem, proses, dan prosedur kerja yang (OPA) yang menitikberatkan penerima
jelas, efektif, efisien, dan terukur layanan sebagai konsumen/klien dan
(Kriswahyu, 2017). Selain itu, proses mesti pelayanan bercorak birokratis; lalu New
sederhana, waktu layanan yang jelas, tidak Public Management (NPM) yang
berbelit-belit, mudah dipahami, dan menitikberatkan pada kepentingan pasar
dilaksanakan. Sebaiknya disusun dalam yang memiliki corak tekno-ekonomi
bentuk flow chart yang dipampang di kapitalistik; dan New Public Service (NPS)
ruang layanan. Dengan pemenuhan unsur yang memposisikan warga sebagai mitra
ini, pengguna pelayanan memperoleh dalam pelayanan publik, dan bercorak
kepastian dan kejelasan alur layanan. demokratis. Tipologi konseptual ini
Ketiga, mengedepankan dan berkaitan erat dengan penjaminan
memperkuat fungsi pengawasan atau kualitas pelayanan publik. Tabel 2 di
monitoring publik. Tingkat partisipasi bawah menerangkan secara ringkas
yang tinggi dalam proses pelayanan publik perkembangan tipologis tersebut
dalam kerangka pemerintahan demokratis (Denhardt dan Denhardt, 2000).
menjadi suatu keniscayaan, dan publik
203
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani
ekonomi/pasar
(economic man)
Konsep kepentingan Bersifat politis dan Merepresentasikan Hasil dialog dengan
publik diejawantahkan di dalam kepentingan publik mengenai nilai
peraturan perundang- individual bersama
undangan
Posisi Konsumen Pelanggan Warga negara
masyarakat/subyek
pelayanan
204
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik
205
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani
Instruksi Presiden Republik Indonesia Lawton A., Rayner J., dan Lasthuizen K.
Nomor 10 Tahun 2016. Aksi (2013). Ethics and Management in
Pencegahan dan Pemberantasan Public Sector. Routledge. New York.
Korupsi Tahun 2016 dan Tahun
2017. Republik Indonesia 2016. Lembaga Survei Indonesia dan Indonesian
Corruption Watch. (2018). Tren
Indonesian Corruption Watch. (2020). Persepsi Publik tentang Korupsi
Tren Penindakan Kasus Korupsi Tahun 2018. LSI ICW. Jakarta.
Tahun 2019. ICW. Jakarta.
Lembaga Survei Indonesia. (2019). Survei
Sektor Privat: Persepsi Korupsi
206
Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan Pencegahan Praktik Korupsi di Sektor
Pelayanan Publik
207
Angga Wijaya Holman Fasa, Sofia Yuniar Sani
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999. Van Eeden Jones, I., & Lasthuizen, K.
Pemberantasan Tindak Pidana (2018). Building public sector
Korupsi. Republik Indonesia 1999. integrity in Indonesia: the role and
challenges of ethical leadership”.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001. Asia Pacific Journal of Public
Perubahan Undang-Undang Nomor Administration 40(3): 175-185.
31 Tahun 1999 Tentang https://doi.org/10.1080/232766
Pemberantasan Tindak Pidana 65.2018.1515392.
Korupsi. Republik Indonesia 2001.
Wardiana W., dkk. (2020). Survei Penilaian
Integritas Tahun 2019. Komisi
Pemberantasan Korupsi. Jakarta.
208