You are on page 1of 26

LAPORAN KASUS

Diajukan Untuk Memenuhi

Ujian Tengah Semester Psikologi Klinis

Disusun oleh :
KELOMPOK 1

Angra Ardana (200701502096)


Femi (210701502073)
Fidyah S. Mbuinga (210701500065)
Fitrah Auria Aryanti (210701502054)
Fitrah Awaliah Marta Muin (210701501079)
Hardiyanti Ambo (210701501073)
Imaniar Sefariti Tampang Allo (210701502020)
Jois Sombolayuk (210701500021)

KELAS E
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
BAGAN ALUR PENANGANAN KASUS
Psikoedukasi tentang Bullying pada siswa SMP di SMPN 21 Makassar
KONDISI AWAL HASIL ASESMEN RANCANGAN
INTERVENSI
Keterangan dari guru Setelah melakukan wawancara dengan beberapa subjek, dapat disimpulkan Target
mengungkapkan kasus bullying Meningkatkan pemahaman
bahwa cukup banyak siswa di SMP 21 Makassar yang mengalami bulliying mengenai bullying (definisi,
pernah terjadi di SMPN 21 dan mayoritas siswa di SMP 21 Makassar kurang mengetahui apa itu bentuk, dan dampak)
Makassar namun tidak sering.
bulliying, hal- hal seputar bulliying dan bagaimana dampaknya. Strategi
Keterangan dari salah satu subjek
Edukasi menggunakan
yang diwawancarai media video
mengungkapkan bahwa tindakan
Prosedur (3 sesi)
pembulian yang dialaminya 1. Pembukaan
berupa pembulian secara non  Pre Test
DIAGNOSIS
verbal, seperti dikucilkan, disuruh- 2. Psikoedukasi
Banyaknya tindakan bullying yang terjadi dan kurangnya pemahaman
3. Penutup
suruh hingga di maki.
ASESMEN mengenai dampak dari tindakan bullying.  Post Test
Observasi dan wawancara

TINDAK LANJUT HASIL DAN PERKEMBANGAN KLIEN


Melakukan psikoedukasi dalam Memberikan edukasi melalu materi dari bulliying dan setelah terapis memberikan materi edukasi
bentuk webinar mengenai yang
tentang bulliying terhadap peserta dimana hasilnya iyalah preventif yang didapatkan oleh peserta
dilakukan via daring
menggunakan aplikasi zoom. serta mendapatkan edukasi meningkat dimana yang awalnya peserta tidak mengerti akan bulliying
itu sendiri dan setelahnya itu peserta mengetahui apa itu bullying, dampak yang ditimbulkan
apabilah kita melakukan bulliying terhadap sesama. Serta jenis-jenis dari bulliying.
PSIKOEDUKASI TENTANG BULLYING PADA SISWA SMP DI SMPN 21
MAKASSAR

ABSTRAK

Upaya preventif adalah upaya pengendalian sosial dengan bentuk pencegahan


terhadap adanya gangguan. Salah satu bentuk dari preventif adalah psikoedukasi,
psikoedukasi adalah sebuah metode edukatif yang bertujuan untuk memberikan
informasi dan pelatihan yang berguna untuk memberikan, meningkatkan dan
mengubah pemahaman seseorang. Pelaksanaan upaya preventif dilakukan di SMP
Negeri 21 Makassar dengan jumlah responden sebanyak 30 orang dengan tema
bulliying. Pemberian psikoedukasi yang bersifat preventif ini terdiri dari 3 sesi.
Psikoedukasi yang diberikan berupa pretest kemudian pemaparan materi mengenai
bulliying, jenis- jenis bulliying, dampak bulliying, diskusi mengenai contoh kasus
yang diberiikan dan diakhiri dengan pemberian posttest untuk mengukur
peningkatan pemahaman subjek terhadap bulliying. Tujuan dari pemberian
intervensi ini untuk memberikan perubahan pemahaman dan informasi mengenai
bulliying.
Kata Kunci: Bulliying, Preventif dan Psikoedukasi

1
IDENTITAS SUBJEK
Subjek merupakan seorang murid yang berasal dari SMP Negeri 21 Makassar
yang di mana dia merupakan seorang perempuan yang berusia 13 tahun dengan
inisial nama MQ.

LATAR BELAKANG

Pristiwanti (2022) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar


dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan
bisa di katakan hubungan antara guru dengan siswa yang bertujuan untuk
melahirkan atau menghasilkan manusia yang berkualitas.
Hal ini berguna untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
seseorang yang bermartabat dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa,
menjadikannya manusia yang beriman, berakhlak mulia, berilmu, serta dapat
menjadi manusia yang bertanggung jawab dalam segala hal. Dalam proses
pendidikan perlu di pahami bahwa dalam proses pembelajaran perlu adanya
psikoedukasi. Alfianto, Apriyanto & Diana (2019) mengemukakan bahwa
psikoedukasi adalah intervensi terapeutik berbasis bukti untuk pasien dan orang
yang mereka cintai yang memberikan informasi dan dukungan untuk lebih
memahami dan mengatasi penyakit.
Dalam dunia pendidikan ada banyak hal yang terjadi misalnya terjadi prilaku
bullying. Darmayanti, Kurniawati, & Situmorang (2019) mengemukakan bahwa
bullying banyak terjadi di Indonesia yang mana melibatkan siswa sekolah. Hal itu
menghambat proses belajar siswa sekolah. Bullying merupakan tindakan agresif,
baik secara fisik maupun verbal, yang dilakukan oleh individu.
Selain itu Narwastu (2011) mengemukakan bahwa bullying merupakan
permasalahan yang sudah biasa didengar terkhusus kepada anak-anak di sekolah
maupun lingkungan sosialnya. Bullying dapat dilakukan tidak hanya verbal
melainkan fisik, sehingga terjadi kekerasan fisik dari aktualisasi perilaku bullying

2
yang terjadi di sekolah, hal ini dapat menciptakan rasa ketidaknyamanan dan tidak
aman di lingkungan sekolah. Dampak yang dialami seorang korban bullying yaitu
mengalami berbagai macam gangguan psikologis yang rendah serta korban juga
akan mengalami rasa takut, merasa tidak aman, menarik diri dari pergaulan
biasanya, rasa takut ke sekolah dan tidak mau sekolah, bahkan berkeinginan untuk
bunuh diri daripada harus menghadapi tekanan yang berupa hinaan.
Kowalski (2012) mengemukakan bahwa dampak dari bullying tidak hanya
dirasakan oleh korban bullying, akan tetapi juga berimplikasi terhadap perlaku
bullying. Dampak bullying berupa gangguan kesehatan mental. Sementara itu,
terdapat dua pembagian bullying, mengacu pada media yang dilibatkan, yakni
traditional bullying dan cyberbullying. Keduanya merupakan sebuah tindakan
agresi yang menyebabkan kerugian pada orang lain, yang biasanya dilakukan secara
berulang dari waktu ke waktu, dan terjadi di antara individu yang hubungannya
dicirikan oleh ketidakseimbangan kekuasaan
Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan oleh guru dapat di simpulkan
bahwa kasus yang sering terjadi di SMP Negeri 21 Makassar. Siswa ini mengenai
keterlambatan dan juga di mana siswa sering kali berpenampilan berlebihan seperti
make-up ataupun sebagainya tak jarang pula kasus bullying juga pernah terjadi di
SMP Negeri 21 Makassar hanya saja tidak sering terjadi. Terdapat seorang siswa
yang mengalami kasus bullying di mana subjek sering dikucilkan dengan teman-
temannya sehingga subjek menjadi seorang yang penyendiri. Subjek juga sering
kali di suruh dengan temannya yang memiliki kekuasaan tertinggi di kelasnya
sehingga subjek enggan untuk menolak.
Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan oleh subjek dapat di simpulkan
bahwa subjek sering mengalami perilaku bullying secara non verbal di mana subjek
sering di suruh dengan teman kelasnya dan apabila subjek tidak mau mengikuti
perintahnya maka subjek akan di kucilkan di kelas dan di jadikan bahan ejekan
sampai subjek merasa takut untuk menolak untuk di perlakukan buruk. Subjek juga
sering mendapatkan makian dari teman kelasnya sehingga subjek merasa takut dan
tidak berdaya untuk melaporkan perlakukan temannya kepada guru yang ada di
sekolah. Berdasarkan pemaparan tersebut dan permasalahan yang terjadi di SMP

3
Negeri 21 Makassar, peneliti merasa perlu untuk meneliti dan pemberian
psikoedukasi mengenai kasus bullying di SMP Negeri 21 Makassar.

METODE DAN HASIL ASESMEN


Metode Asesmen
Metode assesment yang kami gunakan adalah wawancara. Wawancara
dilakukan memperjelas pemahaman sehingga dapat diketahui permasalahan apa
yang dihadapi. Asesmen yang digunakan ini di anggap metode yang paling efektif
untuk menghasilkan hasil yang maksimal.

Hasil Asesmen
Setelah melakukan wawancara dengan beberapa subjek, dapat disimpulkan
bahwa cukup banyak siswa di SMP Negeri 21 Makassar yang mengalami bulliying
dan mayoritas siswa di SMP Negeri 21 Makassar kurang mengetahui apa itu
bulliying, hal- hal seputar bulliying dan bagaimana dampaknya. Dari hasil asesmen
ini maka kami mengambil SMP Negeri 21 Makassar sebagai tempat untuk
pelaksanaan psikoedukasi.

4
Dinamika Psikologi

 Kurangnya kesadaran terhadap perilaku bullying pada lingkungan


sekitar
 Banyak korban bullying selalu di asingkan dan dijahui oleh para
siswa
 Perilaku bullying yang dianggap biasa dilingkungan sekolah
 Kurangnya pengetahuan siswa terhadap dampak buruk akibat
perilaku bullying di sekolah

 Banyaknya masalah bullying yang terjadi di setiap sekolah terlebih pada


siswa SMP
 Para korban bullying tidak berani untuk mengungkapkan perundungan
yang di alaminya
 Tidak adanya edukasi yang diberikan kepada siswa mengenai bullying
yang kerap terjadi

Psikoedukasi perilaku bullying di


lingkungan sekolah

5
DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS
Diagnosis

Banyaknya tindakan bullying yang terjadi dikalangan siswa dan kurangnya


pemahaman siswa mengenai dampak dari tindakan bullying.

Prognosis

Keberhasilan intervensi ini diperkirakan baik, karena pihak sekolah


mendukung penuh gerakan Stop Bullying untuk sekolahnya. Hal ini kemudian
diperjelas dengan penjelasan dari hanya 30 siswa yang hadir dari 40 undangan.

PELAKSANAAN PREVENSI
Pelaksanaan prevensi lakukan dengan tujuan untuk mencegah adanya
bullying yang kerap terjadi di kalangan siswa terutama untuk siswa di SMP Negeri
21 Makassar. Prevensi dilakukan berupa prevensi dalam memberikan pemahaman
kepada siswa terkait bullying. Bentuk prevensi yang dilakukan yakni berupa
psikoedukasi. Psikoedukasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman atau keterampilan sebagai usaha pencegahan dari
munculnya gangguan psikologis dan untuk meningkatkan pemahaman bagi siswa
tentang gangguan psikologi.
Aini (2023) mengtemukakan bahwa psikoedukasi merupakan komponen
yang penting dari penanganan gangguan medis dan kejiwaan, terutama gangguan
mental yang berhubungan dengan kurangnya wawasan. Bentuk psikoedukasi yang
dilaksanakan yakni psikoedukasi secara daring (online). Tim penyedia prevensi
memilih webinar sebagai bentuk psikoedukasi yang dilakukan via daring
menggunakan aplikasi zoom. Psikoedukasi ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu:
1. Pembukaan
Sesi pertama adalah pembukaan dari moderaror. Pada sesi ini moderator
menjelaskan apa saja rangkaian yang akan diikuti oleh para peserta intervensi.
Kemudian moderator mengarahkan peserta untuk mengisi pretest melalui google
form sebelum masuk pada sesi berikutnya.

6
2. Sosialisasi (Edukasi)
Setelah mengisi pretest, moderator selanjutnya memperkenalkan pemateri
yang akan memberikan edukasi terkait Bullying. Setelah memperkenalkan
pemateri secara singkat, moderator kemudian mempersilahkan pemateri untuk
menyampaikan materi edukasinya terkait bullying kepada peserta. Pada
penyampaikan edukasi pemateri akan menggunakan media video sebagai media
edukasi terkait bullyin. Dalam penyampaian materi, pemateri mengajak peserta
untuk menganalisa dan berdiskusi mengenai contoh kasus yang terdapat di
dalam video tersebut. Tujuan dari penggunaan media video pada sesi ini yaitu
untuk menarik perhatian para peserta, membuat suasana pemberian materi yang
tidak membosankan dan lebih menarik. Sehingga para peserta memperhatikan
penuh materi dan mendapatkan pemahaman mengenai materi bullying.
3. Penutup
Setelah materi dan diskusi bersama pemateri, moderator kemudian
mempersilahkan peserta untuk mengisi posttest melalui google form. Tujuan
pengisian posttest ini yakni untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan
pengetahuan peserta meningkat sebelum diberikan materi terkait bullying.
Kemudian moderator menutup kegiatan dengan mengucapkan kalimat penutup.

METODE PREVENTIV
Proses pengambilan data awal dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara dan metode observasi. Metode wawancara dilakukan terhadap subjek
MQ dan seorang guru untuk mengetahui secara rinci terkait permasalahan yang
dialami subjek. Metode observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi subjek dan
bagaimana kondisi lingkungan sekolah SMP Negeri 21 Makassar.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan preventif ini, yaitu metode talk
show. Dimana responden diberikan tontonan video berisi penjelasan mengenai
bullying disertai dengan penjelasan dari pemateri dan diselingi dengan interaksi
dengan responden. Namun, sebelum pemberian video terlebih dahulu diberikan
pre-test melalui google form untuk mengetahui seberapa paham responden
mengenai dampak bullying. Setelah video berakhir, kami memberikan contoh kasus

7
kepada responden dan mengadakan sesi diskusi. Setelah itu, kami kemudian
memberikan post-test melalui google form untuk mengetahui apakah pemahaman
mereka terhadap tindakan bully meningkat atau tidak.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dapat diketahui bahwa kasus bullying banyak terjadi dikalangan anak remaja
terutama pada anak SMP yang baru akan memasuki masa remaja. Dari 30
perwakilan siswa SMP 21 Makassar terdapat 85% siswa yang mengalami bullying,
akan tetapi belum menyadari bahwa apa yang dialaminya merupakan suatu kasus
bullying dikarenakan minimnya pengetahuan siswa mengenai bullying tersebut.
Setelah melakukan pelaksanaan Psikoedukasi pada siswa SMP 21 Makassar
mengenai bullying dapat meningkatkan pengetahuan para siswa mengenai
bahayanya bullying bagi kesehatan mental.
Psikoedukasi mengenai bullying pada siswa SMP 21 Makassar memberikan
hasil yang positif. Adanya peningkatan pemahaman dan pengetahuan pada siswa
menunjukkan bahwa informasi yang diberikan dipahami oleh siswa. Psikoedukasi
adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan/atau
keterampilan sebagai usaha pencegahan dari munculnya dan/atau meluasnya
gangguan psikologis di suatu kelompok, komunitas atau masyarakat serta kegiatan
yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman bagi lingkungan (terutama
keluarga) tentang gangguan yang dialami seseorang setelah menjalani psikoterapi
(HIMPSI,2010).

Psikoedukasi diberikan dengan menggunakan media video yang kemudian


dijelaskan oleh pemateri. Dimana materi yang disampaikan yakni mengenai
pengertian dari bullying, jenis-jenis bullying, dampak dari bullying, serta cara
pencegahan bullying yang dapat dilakukan. Peningkatan pemahaman siswa juga
dapat dilihat ketika diarahkan untuk menganalisa ilustrasi kasus yang diberikan
pada video. Tanggapan siswa menunjukkan bahwa pemahaman dan kesadaran
mengenai cara atau tindakan yang sebaiknya dilakukan ketika menemui peristiwa
bullying meningkat.

8
KESIMPULAN

Psikoedukasi yang dilakukan memberikan hasil yang positif. Psikoedukasi


yang dilakukan terbukti efektif dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
siswa SMP Negeri 21 Makassar mengenai bullying. Materi yang diberikan terkait
dengan pengertian, jenis-jenis, dampak hingga bagaimana tindakan pencegahan
bullying. Pemberian psikoedukasi terhadap siswa-siswi SMP dapat membantu
mereka mengetahui dan mendeteksi tindakan bullying dan langkah apa yang harus
mereka ambil saat melihat atau mendapatkan tindakan bullying.

SARAN
Saran untuk sekolah adalah melakukan kegiatan sosialisasi secara berkala
untuk berbagi atau memberikan edukasi mengenai permasalahan- permasalahan
yang banyak terjadi di kalangan remaja khususnya yang terjadi di sekolah.
Pemberian sosialisasi secara berkala dilakukan agar setiap warga sekolah dapat
lebih paham mengenai permasalahan- yang terjadi dilingkup sekolah dan
bagaimana tindak pencegahan maupun penanganannya.

Saran untuk aktivis selanjutnya yang ingin melakukan upaya preventif


seputar permasalah- permasalahan yang di alami remaja di lingkup sekolah, dapat
melakukan screening masalah dengan lebih luas agar dapat memberikan preventif
yang lebih lengkap dan relate dengan kondisi di lapangan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aini, L. (2023). Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Self Management
dalam Mengatasi Insomnia Mahasiswa (Studi Kasus di Universitas Islam
Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten) (Doctoral dissertation, UIN Sultan
Maulana Hasanuddin Banten).

Alfianto, A. G., Apriyanto, F., & Diana, M. (2019). Pengaruh Psikoedukasi


Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Stigma Gangguan Jiwa. JI-KES
(Jurnal Ilmu Kesehatan), 2(2).

Darmayanti, K. K. H., Kurniawati, F., & Situmorang, D. D. B. (2019). Bullying di


sekolah: Pengertian, dampak, pembagian dan cara menanggulanginya.
Pedagogia, 17(1), 55-66.

Indonesia, H. P. (2010). Kode etik psikologi Indonesia. Jakarta: HIMPSI.


Kowalski, R. M., & Morgan, M. E. (2017). Cyberbullying in Schools. The Wiley
Handbook of Violence and Aggression, 1-12.

Kowalski, R. M., Morgan, C., & Limber, S. (2012). Traditional bullying as a


potential warning sign of cyberbullying. School Psychology International, 33,
505–519. doi:10.1177/0143034312445244.

Pristiwanti, D., Badariah, B., Hidayat, S., & Dewi, R. S. (2022). Pengertian
Pendidikan. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6), 7911-7915.

Siregar, S. (2022). Pengaruh Layanan Bimbingan Dan Konseling Islam Dalam


Penanganan Kasus Bullying Di Smp Negeri 35 Medan. jurnal kajian konseling
, Vol., 1 No. 3.

Yana, R. S., & Karneli, Y. (2020). Peran Teknik Desensitisasi untuk Korban
Bullying. SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling, 5(2), 72-77.

10
LAMPIRAN

11
I. Identitas Subjek

No Nama L/P Usia


1 MQ P 13
2 AI L 14
3 S L 12
4 ASM P 13
5 ASM P 13
6 SR P 14
7 SB L 12
8 D P 13
9 L P 13
10 MHI L 15
11 MHH L 14
12 MI L 12
13 NS L 13
14 P P 13
15 R P 12
16 SE L 13
17 F L 14
18 SE P 14
19 D P 12
20 FT L 13
21 HG P 12
22 LT L 14
23 GB P 14
24 RT L 15
25 AD L 14
26 HGS P 13
27 ARS L 14
28 AC L 13
29 WA L 14
30 WR L 15

II. Rancangan Preventif


1. Pembukaan
Sesi pertama adalah pembukaan dari moderaror. Pada sesi ini
moderator menjelaskan apa saja rangkaian yang akan diikuti oleh para

1
peserta intervensi. Kemudian moderator mengarahkan peserta untuk
mengisi pretest melalui google form sebelum masuk pada sesi
berikutnya.
2. Sosialisasi (Edukasi)
Setelah mengisi pre-test, moderator selanjutnya memperkenalkan
pemateri yang akan memberikan edukasi terkait bullying. Setelah
memperkenalkan pemateri secara singkat, moderator kemudian
mempersilahkan pemateri untuk menyampaikan materi edukasinya
terkait bullying kepada peserta. Pada penyampaikan edukasi pemateri
akan menggunakan media video sebagai media edukasi terkait bullying.
Dalam penyampaian materi, pemateri mengajak peserta untuk
menganalisa dan berdiskusi mengenai contoh kasus yang terdapat di
dalam video tersebut. Tujuan dari penggunaan media video pada sesi ini
yaitu untuk menarik perhatian para peserta, membuat suasana pemberian
materi yang tidak membosankan dan lebih menarik. Sehingga para
peserta memperhatikan penuh materi dan mendapatkan pemahaman
mengenai materi bullying.
3. Penutup
Setelah materi dan diskusi bersama pemateri, moderator kemudian
mempersilahkan peserta untuk mengisi posttest melalui google form.
Tujuan pengisian posttest ini yakni untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman dan pengetahuan peserta meningkat sebelum diberikan
materi terkait bullying. Kemudian moderator menutup kegiatan dengan
mengucapkan kalimat penutup.

Tabel Agenda Preventif


No Langkah Kegiatan Jadwal Tempat
1 Rancangan Survei data awal Kamis Geogle
Preventif Formulir

2
Wawancara Jumat Zoom
Meeting
Penyusunan laporan Sabtu -
2 Pelaksanaan Pembukaan Minggu Zoom
Preventif Pelaksanaan Pre- Test Meeting
Pemberian Materi
Psikoedukasi
Diskusi
Keterampilan
Pelaksanaan Post Test dan
evaluasi
Penutup
3 Setelah Penyusunan laporan hasil Senin -
prevensi prevensi

III. Dokumentasi

Dokumentasi Wawancara Dokumentasi Psikoedukasi

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

You might also like