Professional Documents
Culture Documents
Makalah Sarkofagus
Makalah Sarkofagus
Di Susun Oleh :
WILSON SIMANGUNSONG
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “HASIL DAN NILAI
KEBUDAYAAN MASYARAKAT MASA PRAKSARA” dapat kami selesaikan dengan baik.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi pembaca tentang
berbagai macam Hasil dan Nilai Masa Praksara yang ada di Indonesia.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Secara khusus kami
berterima kasih kepada Ibu Maria Emmanuella Tricahyaningtyas selaku Guru mata pelajaran
Sejarah Peminatan.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Kami
menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang
lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................14
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah.......………………………………………………………………......2
C. Tujuan…………………………………………………………………………………….2
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………....3
A. Pengertian Sarkofagus...................……………………………………………………...3
B. Macam-macam Sarkofagus di Indonesia….…………………………………………...3
1. Sarkofagus di Bali…...............…………………………………………………..4
2. Sarkofagus di Sumba……….........……………………………………………...6
3. Sarkofagus di Tapanuli…………..............……………………………………..7
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………......10
A. Keseimpulan………………………………………………………………………….....10
B. Saran…………………………………………………………………………………….10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat
berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik dapat berupa artefak,
ekofak, dan fitur, sedangkan tinggalan non-fisik dapatberupa falsafah, nilai, norma yang menjadi
sumber aktivitas kelakuan yang berpola dan tinggalan fisik kebudayaan masa lalu. Tinggalan
budaya masa lalu tersebut mengandung nilai-nilai penting yang diwariskan oleh generasi
terdahulu, sebagai sebuah hasil pemikiran kreatif, yang menjadi sumber daya unik bagi generasi
penerusnya. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia mulai dari masa paleolitikum
serta berbagai proses yang melingkupinya kepercayaan manusia juga mengalami perkembangan.
Perkembangan kepercayaan yang cukup kompleks kemudian dikenal dalam tradisi Megalitik
Kebudayaan megalitik didasari oleh konsep kepercayaan akan adanya roh, adanya kehidupan
setelah kematian, adanya hubungan timbal balik antara orang yang mati dan orang yang hidup,
dan adanya tempat tinggal roh yaitu tempat-tempat yang tinggi/gunung/ bukit, serta
penghormatan kepada leluhur.
Tradisi megalitik dalam kenyataanya masih berkembang pada saat ini. Dibeberapa daerah di
Indonesia, sekalipun tradisi tersebut tidak tampak secara utuh tetapi tetap menyisakan unsur-
unsurnya. Wadah kubur tradisi megalithik diantaranya adalah sarkofagus, kubur peti batu, batu
tong dan/ tempayan batu, kubur dolmen dan lain-lain. Bentuk wadah kubur tersebut tidak selalu
terdapatpada daerah yang memiliki tinggalan megalithik. Seperti halnya sarkofagus yang banyak
ditemukan di daerah Bali, Sumba, Tapanuli sedangkan di daerah lainnya ditemukan sedikit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar yang telah di kemukakan maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai
berikut:
1. Pengertian Sarkofagus?
C. Tujuan
Tujuan dari pembahasan masalah ini adalah:
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh setelah melaksanakan penelitian ini adalah:
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peneliti dan pembacamengenai
peninggalan kebudayaan megalitikum sebagai objek wisata.
2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan
penelitian dalam masalah yang sama.
3. Menambah pembendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan.
4. Sebagai landasan bagi masyarakat dan pemerintah baik Pemerintah Daerah maupun
Pemerintah Pusat dalam usaha pengembangan objek wisata.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sarkofagus
Sarkofagus adalah suatu tempat untuk menyimpan jenazah. Sarkofagus umumnya dibuat dari
batu. Kata “sarkofaus” berasal dari bahasa Yunani (sarx, “daging”) dan (phagein,”memakan”),
dengan demikian sarkofagus bermakna “memakan daging”. Sarkofagus sering disimpan di atas
tanah oleh karena itu sarkofagus seringkali diukir, dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa
dibuat untuk dapat berdiri sendiri, sebagai bagian dari sebuah makam atau beberapa makam
sementara beberapa yang lain dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah. Di Mesir
kuno, sarkofagus merupakan lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan dan kadang-
kadang dipahat dengan alabaster Sarkofagus—kadang-kadang dari logam atau batu kapur—juga
digunakan oleh orang Romawi kuno sampai datangnya agama Kristen yang mengharuskan mayat
untuk dikubur di dalam tanah.
Sarkofagus Hagia Triada adalah sebuah sarkofagus batu dengan hiasan fresko yang rumit;
sarkofagus Klazomenia di Klazomenai juga memperlihatkan salah satu contoh gaya
sarkofagus Yunani Kuno yang terbuat dari bahan tembikar dan dilukis, dalam kurun waktu
antara 550 SM (Akhir Archaic) dan 470 SM. Sarkofagus tersebut terbuat dari tanah liat kasar
dalam nuansa berwarna coklat sampai merah muda. Sarkofagus berbentuk seperti cekungan
tersebut ditambahkan sebuah bingkai persegi panjang, ditutupi dengan papan batu putih dan
kemudian dicat. Makam Payava dari Likia, yang sekarang berada di British Museum, adalah
sebuah monumen makam kerajaan sekitar 360 SM yang dirancang untuk tempat terbka,
mewakili gaya Lycian yang umum pada masanya.
Sarkofagus Romawi kuno —kadang-kadang terbuat dari logam, plester atau batu kapur —
menjadi populer sejak sekitar masa pemerintahan Trajanus, dan sering diukir dengan rumit,
sampai berkembangnya Kekristenan awal yang mengharuskan pemakaman di dalam tanah.
Namun, ada banyak sarkofagus Kristen awal yang penting dari abad ke-3 hingga ke-4.
Sebagian besar sarkofagus Romawi dirancang untuk menempel di dinding sehingga
didekorasi hanya pada tiga sisi. Sarkofagus terus digunakan dalam kebudayaan Kristen Eropa
untuk memakamkan tokoh-tokoh penting, terutama penguasa dan tokoh gereja terkemuka,
dan pada Abad Pertengahan Tinggi sering diukir patung tokoh dengan posisi berbaring di atas
tutupnya. Sarkofagus bermodel polos lebih banyak ditempatkan di ruang bawah tanah. Contoh
yang paling terkenal adalah seperti Kaisergruft di Wina, Austria. Istilah ini cenderung lebih
jarang digunakan untuk menggambarkan Abad Pertengahan, Renaisans, dan contoh-contoh
selanjutnya.
Pada periode modern awal, tempat yang tidak memadai cenderung membuat sarkofagus besar
tidak praktis digunakan, sehingga muncullah semacam kuburan peti batu atau sarkofagus
semu, dalam bentuk peti kosong dan biasanya tanpa alas ditempatkan di atas pemakaman
bawah tanah. Bentuk ini menjadi populer di lokasi luar seperti kuburan dan halaman gereja,
terutama di Inggris di abad ke-18 dan ke-19, dengan dekorasi yang tidak terlalu mahal biaya
tambahan sarkofagus semu di atas nisan menunjukkan indikasi status sosial.
Sebagian besar Sarkofagus yang ditemukan di Bali tergolong Sarkofagus tipe A atau tipe Bali
Dengan cici-ciri umum:
Berukuran kecil antara 80 hingga 148cm
Mempunyai tonjolan pada bidang-bidang sempitnya
Dan di dalam Sarkofagus tipe A mayat dikubur secara terlipat lateral yang berarti dengan
badan miring kesebelah atau dengan badan terlipat dorsal yang berarti dengan punggung di
bawah.
Sarkofagus tipe B yang berukuran sedang dan tanpa tonjolan serta Sarkofagus tipe C yang
berukuran besar dengan tonjolan di tiap bidang wadah dan tutup juga ditemukan di Bali
namun dalam jumlah yanng sangat sedikit
2). Sarkofagus di Sumba.
Desa Anakalang secara administrasi masuk ke dalam wilayah Kecamatan Katikutana,
Kabupaten Sumba Tengah. Desa ini terletak di sebuah lembah berjarak sekitar 20 kilometer
dari ibukota Kab. Sumba Tengah, yakni Waikabubak. Desa Anakalang memiliki beberapa
perkampungan adat, antara lain Anakalang, Waikajawi, Gallo Bakul, Pasunga, dan Waybokul.
Alasan pemilihan Desa Anakalang sebagai lokasi penelitian karena tradisi megalitik masih
sangat kental di sini. Pembuatan dan pendirian kubur batu masih terus berlangsung di
Anakalang sampai sekarang. Anakalang memiliki batu kubur terbesar di seluruh wilayah
Sumba yang berbobot sekitar 80 ton.
Sarkofagus yang ditemukan di Sumba dianggap seperti kapal yang tengah berlayar menuju
dunia arwah (parai Marapu). Kain-kain tenun Sumba, selain sebagai simbol layar, juga
sebagai payung yang membuat perjalanan tengi waktu terasa teduh. Bentuk Sarkofagus ini
dibentuk dari batuan dari kualitas terbaik di persem-bahkan sebagai kubur untuk leluhur yang
dihormati karena batu memiliki karakteristik sebagai bahan yang awet dan bisa bertahan
ratusan tahun. Penggunaan batu sebagai artefak dalam ritual pemujaan atau penguburan di
Sumba telah diturunkan oleh nenek moyang mereka. Kubur batu di Sumba dibuat dengan
teknik pengerjaan yang sangat halus dan teliti, bahkan penji yang berfungsi sebagai simbol
status sosial dipahat dengan berbagai ornamen yang memiliki makna filosofi yang umumnya
melambangkan kekuatan dan keharmonisan. Ornamen tersebut, antara lain ukiran burung,
buaya, penyu, kerbau, ayam jago, lukisan andung, manusia, motif tenun, anjing, gong, dan
orang naik kuda
Makam kuno di situs anakalang berbeda-beda dari segi ukuran, lama pembuatan, dan
peletakkan. Makam yang berada di desa Kampung terdapat batu nisan bertuliskan tahun 1926
memakan waktu selama enam bulan penyelesaian, Makam ini bahannya terbuat dari beton
dan ubin, makam ini juga merupakan makam terbesar di Samba. Lainnya lagi, bernama
makam Umba Saola, dibuat dari batu yang dipahat, membutuhkan waktu sekitar enam tahun
penyelesaian. Makam tersebut luasnya 4 dikali 5 meter dan ketebalan 1 meter, dengan berat
70 ton. Batu ini diambil dari lereng bukit sekitar dalam jarak tiga kilometer dari wilayah
anakalang. Di sisi timur wilayah anakalang juga terdapat banyak makam yang
dipersembahkan untuk para raja dan ratu daerah kecil dengan ukiran kerbau dan ayam jantan
Unsur-unsur kepurbakalaan yang sudah terjalin dengan tradisi masih tampak dalam bentuk
patung-patung batu, ragam hias geometris, ragam hias flora (seperti sulur-suluran) dan lain-
lain. Ragam hias manusia, topeng, kerbau dan sejenisnya banyak digunakan sebagai penolak
bala agar perahu yang mengantar roh ke dunia arwah itu selamat dan juga untuk melindungi
orang-orang hidup yang ditinggalkan. Sarkofagus-sarkofagus Samosir yang ditemukan terbuat
dari batuan tufa autochtone, asal bahan bukan berasal dari luar Samosir tetapi masih di sekitar
sarkofagus tersebut dibuat. Secara umum, morfologinya berbentuk empat persegi panjang dan
pada bagian atasnya melebar, berbentuk menyerupai kapal (solu Bolon) sebagai perlambang
wahana si mati yang digunakan menuju alam arwah. Bagian wadahnya mempunyai lubang
yang digunakan sebagai tempat menyimpan tulang. Pada bagian wadah sering dihias dengan
pahatan monster (makhluk mistis) di bagian depan atas dengan kesan menonjol dan
menakutkan. Penggambaran monster tersebut merupakan penggambaran simbolis, tokoh
penolak bala dari pengaruh buruk dan jahatyang datang.
Pada umumnya, peti mati tersebut berbentuk empat persegi panjang, dengan ukuran panjang
antara 150-300 cm, lebarnya antara 100-180 cm. Selain dari sarkofagus yang berbentuk empat
persegi panjang,terdapat wadah lain berbentuk bulat disebut tempayan batu.Istilah tempayan
digunakan karena bentuk benda tersebut seperti bejana bulat, Tempayan batu ini berfungsi
sebagai kuburan sekunder, yaitu tempat menyimpan sisa jenazah atau kerangka yang tidak
dimasukkan ke dalam sarkofagus. Tinggi tempayan batu berkisar antara 70-165 cm, garis
tengah lingkaran bawah antara 130-150 cm dan diameter bagian atas 40-50 cm. Pada waktu
sekarang , hampir semua tempayan batu yang masih tersisa, sudah dipindahkan ke
kuburan(tambak) yang disediakan pemerintah. Baik sarkofagus maupun tempayan batu
dikategorikan sebagai peninggalan megalitik,merupakan refleksi pemujaan terhadap nenek
moyang
Fungsi dan Corak Penemuan
Secara umum Sarkofagus merupakan sebuah wadah atau tempat kubur dari batu berbentuk
seperti lesung batu yang terdiri dari wadah dan tutup dengan bentuk dan ukuran yang sama.
Fungsi dari sarkofagus itu sendiri adalah sebagai kuburan, peti mayat atau wadah kubur baik baik
untuk sementara waktu ataupun tidak. Sarkofagus berasal dari tradisi zaman Megalitikum (batu
besar) yang pada waktu itu memiliki corak budaya dengan memanfaatkan bebatuan, Sarkofagus
berbahan dasar batu agar lebih kuat dan tahan lama dalam menyimpan tubuh mayat. Ada 3
fungsi tonjolan pada Sarkofagus yaitu Fungsi Dekoratif, Fungsi Praktis dan Fungsi Religius.
3) Kesetaraan derajat
Sarkofagus digunakan oleh anak-anak hingga orang tua
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meskipun kami telah berusaha menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin, sebagai
penyusun kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar karya selanjutnya jauh lebih
baik. Kami berharap semoga karya tulis yang kami susun ini dapat memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
https://repositori.kemdikbud.go.id/4288/1/1.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Sarkofagus
https://infopublik.id/kategori/nusantara/524233/bpcb-dan-balai-arkeologi-bali-tindaklanjuti-
penemuan-sarkofagus-di-desa-tegallinggah
https://cagarbudaya.sumutprov.go.id/article/cagar/sarkofagus-kubur-batu-oppung-banak-garoga-
61333e9b5739c
https://disbud.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/sarkofagus-81
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Sarkofagus
https://analisadaily.com/berita/arsip/2014/7/19/48944/seni-patung-megalitik-sarkofagus/