You are on page 1of 14

MAKALAH HASIL DAN NILAI KEBUDAYAAN MASYARAKAT MASA PRAAKSARA

Dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Peminatan

Di Susun Oleh :
WILSON SIMANGUNSONG

SMA KATOLIK SANTO PETRUS KANISIUS


PALANGKA RAYA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “HASIL DAN NILAI
KEBUDAYAAN MASYARAKAT MASA PRAKSARA” dapat kami selesaikan dengan baik.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi pembaca tentang
berbagai macam Hasil dan Nilai Masa Praksara yang ada di Indonesia.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Secara khusus kami
berterima kasih kepada Ibu Maria Emmanuella Tricahyaningtyas selaku Guru mata pelajaran
Sejarah Peminatan.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Kami
menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang
lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Palangka Raya, 1, Mei 2023

Tim Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................14

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah.......………………………………………………………………......2
C. Tujuan…………………………………………………………………………………….2

D. Manfaat Penelitian.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………....3

A. Pengertian Sarkofagus...................……………………………………………………...3
B. Macam-macam Sarkofagus di Indonesia….…………………………………………...3
1. Sarkofagus di Bali…...............…………………………………………………..4
2. Sarkofagus di Sumba……….........……………………………………………...6
3. Sarkofagus di Tapanuli…………..............……………………………………..7
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………......10

A. Keseimpulan………………………………………………………………………….....10
B. Saran…………………………………………………………………………………….10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat
berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik dapat berupa artefak,
ekofak, dan fitur, sedangkan tinggalan non-fisik dapatberupa falsafah, nilai, norma yang menjadi
sumber aktivitas kelakuan yang berpola dan tinggalan fisik kebudayaan masa lalu. Tinggalan
budaya masa lalu tersebut mengandung nilai-nilai penting yang diwariskan oleh generasi
terdahulu, sebagai sebuah hasil pemikiran kreatif, yang menjadi sumber daya unik bagi generasi
penerusnya. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia mulai dari masa paleolitikum
serta berbagai proses yang melingkupinya kepercayaan manusia juga mengalami perkembangan.
Perkembangan kepercayaan yang cukup kompleks kemudian dikenal dalam tradisi Megalitik
Kebudayaan megalitik didasari oleh konsep kepercayaan akan adanya roh, adanya kehidupan
setelah kematian, adanya hubungan timbal balik antara orang yang mati dan orang yang hidup,
dan adanya tempat tinggal roh yaitu tempat-tempat yang tinggi/gunung/ bukit, serta
penghormatan kepada leluhur.

Tradisi megalitik dalam kenyataanya masih berkembang pada saat ini. Dibeberapa daerah di
Indonesia, sekalipun tradisi tersebut tidak tampak secara utuh tetapi tetap menyisakan unsur-
unsurnya. Wadah kubur tradisi megalithik diantaranya adalah sarkofagus, kubur peti batu, batu
tong dan/ tempayan batu, kubur dolmen dan lain-lain. Bentuk wadah kubur tersebut tidak selalu
terdapatpada daerah yang memiliki tinggalan megalithik. Seperti halnya sarkofagus yang banyak
ditemukan di daerah Bali, Sumba, Tapanuli sedangkan di daerah lainnya ditemukan sedikit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar yang telah di kemukakan maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai
berikut:

1. Pengertian Sarkofagus?

2. Latar belakang lahirnya kebudayaan megalitikum di Bali,Sumba dan Tapanuli?

3. Mengidentifikasi benda-benda peninggalan kebudayaan megalitikum?

C. Tujuan
Tujuan dari pembahasan masalah ini adalah:

1. Mengetahui pengertian Sarkofagus di Indonesia

2. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya peninggalan kebudayaan Megalitikum

3. Untuk mengidentifikasi peninggalan-peninggalan megalitik

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh setelah melaksanakan penelitian ini adalah:
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peneliti dan pembacamengenai
peninggalan kebudayaan megalitikum sebagai objek wisata.
2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan
penelitian dalam masalah yang sama.
3. Menambah pembendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan.
4. Sebagai landasan bagi masyarakat dan pemerintah baik Pemerintah Daerah maupun
Pemerintah Pusat dalam usaha pengembangan objek wisata.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sarkofagus
Sarkofagus adalah suatu tempat untuk menyimpan jenazah. Sarkofagus umumnya dibuat dari
batu. Kata “sarkofaus” berasal dari bahasa Yunani (sarx, “daging”) dan (phagein,”memakan”),
dengan demikian sarkofagus bermakna “memakan daging”. Sarkofagus sering disimpan di atas
tanah oleh karena itu sarkofagus seringkali diukir, dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa
dibuat untuk dapat berdiri sendiri, sebagai bagian dari sebuah makam atau beberapa makam
sementara beberapa yang lain dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah. Di Mesir
kuno, sarkofagus merupakan lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan dan kadang-
kadang dipahat dengan alabaster Sarkofagus—kadang-kadang dari logam atau batu kapur—juga
digunakan oleh orang Romawi kuno sampai datangnya agama Kristen yang mengharuskan mayat
untuk dikubur di dalam tanah.

B. Latar Belakang lahirnya Sarkofagus Di Bali, Sumba,Tapanuli


benda peninggalan sejarah sarkofagus juga ditemukan di beberapa daerah lainnya seperti Bali,
Sumba, Tapanuli, dan Minahasa. Penemuan sarkofagus di Bali, disertai dengan tulang dari
kerangka manusia, barang-barang yang terbuat dari perunggu dan besi, serta manik-manik
arkofagus seringkali didesain agar tetap berada di atas tanah. Sarkofagus batu paling awal
digunakan oleh para Firaun Mesir masa Dinasti ketiga Mesir, yang memerintah kurang lebih
pada tahun 2686 sampai 2613 SM.

Sarkofagus Hagia Triada adalah sebuah sarkofagus batu dengan hiasan fresko yang rumit;
sarkofagus Klazomenia di Klazomenai juga memperlihatkan salah satu contoh gaya
sarkofagus Yunani Kuno yang terbuat dari bahan tembikar dan dilukis, dalam kurun waktu
antara 550 SM (Akhir Archaic) dan 470 SM. Sarkofagus tersebut terbuat dari tanah liat kasar
dalam nuansa berwarna coklat sampai merah muda. Sarkofagus berbentuk seperti cekungan
tersebut ditambahkan sebuah bingkai persegi panjang, ditutupi dengan papan batu putih dan
kemudian dicat. Makam Payava dari Likia, yang sekarang berada di British Museum, adalah
sebuah monumen makam kerajaan sekitar 360 SM yang dirancang untuk tempat terbka,
mewakili gaya Lycian yang umum pada masanya.

Sarkofagus Romawi kuno —kadang-kadang terbuat dari logam, plester atau batu kapur —
menjadi populer sejak sekitar masa pemerintahan Trajanus, dan sering diukir dengan rumit,
sampai berkembangnya Kekristenan awal yang mengharuskan pemakaman di dalam tanah.
Namun, ada banyak sarkofagus Kristen awal yang penting dari abad ke-3 hingga ke-4.
Sebagian besar sarkofagus Romawi dirancang untuk menempel di dinding sehingga
didekorasi hanya pada tiga sisi. Sarkofagus terus digunakan dalam kebudayaan Kristen Eropa
untuk memakamkan tokoh-tokoh penting, terutama penguasa dan tokoh gereja terkemuka,
dan pada Abad Pertengahan Tinggi sering diukir patung tokoh dengan posisi berbaring di atas
tutupnya. Sarkofagus bermodel polos lebih banyak ditempatkan di ruang bawah tanah. Contoh
yang paling terkenal adalah seperti Kaisergruft di Wina, Austria. Istilah ini cenderung lebih
jarang digunakan untuk menggambarkan Abad Pertengahan, Renaisans, dan contoh-contoh
selanjutnya.

Pada periode modern awal, tempat yang tidak memadai cenderung membuat sarkofagus besar
tidak praktis digunakan, sehingga muncullah semacam kuburan peti batu atau sarkofagus
semu, dalam bentuk peti kosong dan biasanya tanpa alas ditempatkan di atas pemakaman
bawah tanah. Bentuk ini menjadi populer di lokasi luar seperti kuburan dan halaman gereja,
terutama di Inggris di abad ke-18 dan ke-19, dengan dekorasi yang tidak terlalu mahal biaya
tambahan sarkofagus semu di atas nisan menunjukkan indikasi status sosial.

C. Indentifikasi Sarkofagus di Indonesia

1). Sarkofagus di Bali


Sarkofagus di Bali paling banyak ditemukan di sebuah lokasi aktivitas pengerukan atau
galian tanah di sumba amping, Desa Keramas. Terdapat 16 Sarkofagus yang ditemukan di
desa keramas sejak 1970-an, Sarkofagus terbaru yang ditemukan memiliki panjang 111cm
dengan lebar 64. Selain Desa Keramas Sarkofagus juga ditemukan dibeberapa daerah lain
seperti di Desa Bunutin dan Desa Pacung dan lain-lain. Beberapa jenis sarkofagus yang
ditemukan di Bali memiliki bentuk menyerupai perahu yang luasnya runcing yaitu jnis- jenis
berpenamopang lintang peti yang menyerupai perahu itu berlandaskan suatu kepercayaan
bawha perjalanan harus ditempuh melalui laut untuk mencapai pulau arwah, Ada pula
Sarkofagus yang mempunyai bentuk menyimpang dari bentuk tersebut akibat pengaruh
peristiwa migrasi yang lampau, Beberapa Sarkofagus di Bali memiliki pola-pola hiasan
geometri yang disebabkan oleh kebudayaan perunggu

Sebagian besar Sarkofagus yang ditemukan di Bali tergolong Sarkofagus tipe A atau tipe Bali
Dengan cici-ciri umum:
Berukuran kecil antara 80 hingga 148cm
Mempunyai tonjolan pada bidang-bidang sempitnya
Dan di dalam Sarkofagus tipe A mayat dikubur secara terlipat lateral yang berarti dengan
badan miring kesebelah atau dengan badan terlipat dorsal yang berarti dengan punggung di
bawah.
Sarkofagus tipe B yang berukuran sedang dan tanpa tonjolan serta Sarkofagus tipe C yang
berukuran besar dengan tonjolan di tiap bidang wadah dan tutup juga ditemukan di Bali
namun dalam jumlah yanng sangat sedikit
2). Sarkofagus di Sumba.
Desa Anakalang secara administrasi masuk ke dalam wilayah Kecamatan Katikutana,
Kabupaten Sumba Tengah. Desa ini terletak di sebuah lembah berjarak sekitar 20 kilometer
dari ibukota Kab. Sumba Tengah, yakni Waikabubak. Desa Anakalang memiliki beberapa
perkampungan adat, antara lain Anakalang, Waikajawi, Gallo Bakul, Pasunga, dan Waybokul.
Alasan pemilihan Desa Anakalang sebagai lokasi penelitian karena tradisi megalitik masih
sangat kental di sini. Pembuatan dan pendirian kubur batu masih terus berlangsung di
Anakalang sampai sekarang. Anakalang memiliki batu kubur terbesar di seluruh wilayah
Sumba yang berbobot sekitar 80 ton.

Sarkofagus yang ditemukan di Sumba dianggap seperti kapal yang tengah berlayar menuju
dunia arwah (parai Marapu). Kain-kain tenun Sumba, selain sebagai simbol layar, juga
sebagai payung yang membuat perjalanan tengi waktu terasa teduh. Bentuk Sarkofagus ini
dibentuk dari batuan dari kualitas terbaik di persem-bahkan sebagai kubur untuk leluhur yang
dihormati karena batu memiliki karakteristik sebagai bahan yang awet dan bisa bertahan
ratusan tahun. Penggunaan batu sebagai artefak dalam ritual pemujaan atau penguburan di
Sumba telah diturunkan oleh nenek moyang mereka. Kubur batu di Sumba dibuat dengan
teknik pengerjaan yang sangat halus dan teliti, bahkan penji yang berfungsi sebagai simbol
status sosial dipahat dengan berbagai ornamen yang memiliki makna filosofi yang umumnya
melambangkan kekuatan dan keharmonisan. Ornamen tersebut, antara lain ukiran burung,
buaya, penyu, kerbau, ayam jago, lukisan andung, manusia, motif tenun, anjing, gong, dan
orang naik kuda

Makam kuno di situs anakalang berbeda-beda dari segi ukuran, lama pembuatan, dan
peletakkan. Makam yang berada di desa Kampung terdapat batu nisan bertuliskan tahun 1926
memakan waktu selama enam bulan penyelesaian, Makam ini bahannya terbuat dari beton
dan ubin, makam ini juga merupakan makam terbesar di Samba. Lainnya lagi, bernama
makam Umba Saola, dibuat dari batu yang dipahat, membutuhkan waktu sekitar enam tahun
penyelesaian. Makam tersebut luasnya 4 dikali 5 meter dan ketebalan 1 meter, dengan berat
70 ton. Batu ini diambil dari lereng bukit sekitar dalam jarak tiga kilometer dari wilayah
anakalang. Di sisi timur wilayah anakalang juga terdapat banyak makam yang
dipersembahkan untuk para raja dan ratu daerah kecil dengan ukiran kerbau dan ayam jantan

3). Sarkofagus di Tapanuli


Pulau Samosir menyimpan beragam keindahan mulai dari pemandangan alam, kebudayaan
lokal, hingga peninggalan dan kisah sejarah yang menarik untuk ditelusuri. Samosir
menyimpan peninggalan sejarah terutama tentang suku Batak yang masih menarik untuk
diteliti. Tinggalan megalitik di pulau ini berupa pemakaman raja Sidabutar, batu persidangan
Sialagan, sarkofagus di Tomok, tempayan kubur batu di Ambarita, kubur batu, meja-kursi
batu, lesung batu, dan batu dakon merupakan bukti peninggalan sejarah pada zaman
megalitikum di tanah batak. Desa Tomok terdapat di wilayah Kecamatan Simanindo,
Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatra Utara. Desa Tomok terletak pada ketinggian 914 m di
atas permukaan laut di Pulau Samosir. Nama Tomok (yang berarti subur) sering dilengkapi
dengan kata bolon (yang berarti besar) menjadi Tomok Bolon yang mungkin maksudnya
tanah daerah ini sangat subur. Kompleks pemakaman Tomok luasnya kurang lebih 700 m2.
Di tenggara dan barat daya dibatasi sungai sedangkan di utara dibatasi oleh deretan rumah
khas tradisional. Pada situs ini sekarang masih terdapat kurang lebih 14 kubur, 10 di
antaranya dibuat dari batu andesit, yang tiga di depannya berhiaskan pahatan berupa manusia.

Unsur-unsur kepurbakalaan yang sudah terjalin dengan tradisi masih tampak dalam bentuk
patung-patung batu, ragam hias geometris, ragam hias flora (seperti sulur-suluran) dan lain-
lain. Ragam hias manusia, topeng, kerbau dan sejenisnya banyak digunakan sebagai penolak
bala agar perahu yang mengantar roh ke dunia arwah itu selamat dan juga untuk melindungi
orang-orang hidup yang ditinggalkan. Sarkofagus-sarkofagus Samosir yang ditemukan terbuat
dari batuan tufa autochtone, asal bahan bukan berasal dari luar Samosir tetapi masih di sekitar
sarkofagus tersebut dibuat. Secara umum, morfologinya berbentuk empat persegi panjang dan
pada bagian atasnya melebar, berbentuk menyerupai kapal (solu Bolon) sebagai perlambang
wahana si mati yang digunakan menuju alam arwah. Bagian wadahnya mempunyai lubang
yang digunakan sebagai tempat menyimpan tulang. Pada bagian wadah sering dihias dengan
pahatan monster (makhluk mistis) di bagian depan atas dengan kesan menonjol dan
menakutkan. Penggambaran monster tersebut merupakan penggambaran simbolis, tokoh
penolak bala dari pengaruh buruk dan jahatyang datang.

Pada umumnya, peti mati tersebut berbentuk empat persegi panjang, dengan ukuran panjang
antara 150-300 cm, lebarnya antara 100-180 cm. Selain dari sarkofagus yang berbentuk empat
persegi panjang,terdapat wadah lain berbentuk bulat disebut tempayan batu.Istilah tempayan
digunakan karena bentuk benda tersebut seperti bejana bulat, Tempayan batu ini berfungsi
sebagai kuburan sekunder, yaitu tempat menyimpan sisa jenazah atau kerangka yang tidak
dimasukkan ke dalam sarkofagus. Tinggi tempayan batu berkisar antara 70-165 cm, garis
tengah lingkaran bawah antara 130-150 cm dan diameter bagian atas 40-50 cm. Pada waktu
sekarang , hampir semua tempayan batu yang masih tersisa, sudah dipindahkan ke
kuburan(tambak) yang disediakan pemerintah. Baik sarkofagus maupun tempayan batu
dikategorikan sebagai peninggalan megalitik,merupakan refleksi pemujaan terhadap nenek
moyang
Fungsi dan Corak Penemuan
Secara umum Sarkofagus merupakan sebuah wadah atau tempat kubur dari batu berbentuk
seperti lesung batu yang terdiri dari wadah dan tutup dengan bentuk dan ukuran yang sama.
Fungsi dari sarkofagus itu sendiri adalah sebagai kuburan, peti mayat atau wadah kubur baik baik
untuk sementara waktu ataupun tidak. Sarkofagus berasal dari tradisi zaman Megalitikum (batu
besar) yang pada waktu itu memiliki corak budaya dengan memanfaatkan bebatuan, Sarkofagus
berbahan dasar batu agar lebih kuat dan tahan lama dalam menyimpan tubuh mayat. Ada 3
fungsi tonjolan pada Sarkofagus yaitu Fungsi Dekoratif, Fungsi Praktis dan Fungsi Religius.

Nilai-nilai Budaya Yang bisa Dipelajari


Nilai-nilai budaya yang bisa dipelajari yaitu:
1) Kreatifutas
Bentuk Sarkofagus yang bervariasi membuktikan bahwa masyarakat masa Praaksara selalu
mengembangkan kreativitas

2) Memanfaatkan apa yang ada


Pada zaman Megalitikum yang didominasi oleh batu, sebagian besar peninggalan masa Praaksara
terbuat dari batu, salah satunya Sarkofagus

3) Kesetaraan derajat
Sarkofagus digunakan oleh anak-anak hingga orang tua

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Sarkofagus di indonesia sangat banyak ditemukan di beberapa


daerah khususnya di Bali, Sumba dan Tapanuli dengan bentuk, ukuran bahkan lokasi
ditemukannya berbeda tetapi fungsi utama dari Sarkofagus yaitu kubur batu yang terdiri dari
wadah dan tutup yang umumnya terdapat tonjolan pada ujungnya. Oleh masyarakat
prasejarah, sarkofagus kerap dianggap sebagai "perahu roh", yang akan membawa roh
berlayar ke dunia roh. Untuk melindungi jasad orang yang sudah mati dari gangguan gaib,
pada sarkofagus kerap dipahatkan motif topeng dengan berbagai macam ekspresi. Sarkofagus
umumnya terbuat dari batu besar yang utuh kemudian dilubangi hingga berbentuk seperti
lesung. Akan tetapi ada pula yang terbuat dari logam, misalnya yang dibuat oleh bangsa
Romawi Kuno.
B. Saran

Meskipun kami telah berusaha menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin, sebagai
penyusun kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar karya selanjutnya jauh lebih
baik. Kami berharap semoga karya tulis yang kami susun ini dapat memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

https://repositori.kemdikbud.go.id/4288/1/1.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Sarkofagus
https://infopublik.id/kategori/nusantara/524233/bpcb-dan-balai-arkeologi-bali-tindaklanjuti-
penemuan-sarkofagus-di-desa-tegallinggah
https://cagarbudaya.sumutprov.go.id/article/cagar/sarkofagus-kubur-batu-oppung-banak-garoga-
61333e9b5739c
https://disbud.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/sarkofagus-81
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Sarkofagus
https://analisadaily.com/berita/arsip/2014/7/19/48944/seni-patung-megalitik-sarkofagus/

You might also like