You are on page 1of 142

STRATEGI PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNTUK

PENINGKATAN NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI DI


DESA ERELEMBANG KECAMATAN TOMBOLO PAO
KABUPATEN GOWA

MAULANA.Z
105960198515

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
STRATEGI PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNTUK
PENINGKATAN NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI DI
DESA ERELEMBANG KECAMATAN TOMBOLO PAO
KABUPATEN

MAULANA. Z
105960198515

PROPOSAL

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memproleh Gelar Sarjana Pertanian Srata Satu
(S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Strategi Pengembangan Hortikultura Untuk


Peningkatan Nafkah Rumah Tangga Petani Di
Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao
Kabupaten Gowa
Nama : Maulana.Z
Stambuk : 105960189415
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Amruddin S.P.,M.Si. Ardi Rumalang,S.P.,M.M


NIDN: 0922076902 NIDN: 0910088702

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis

Dr. Ir. Andi, M.,Pd Dr. Sri Mardiyati,S.P.,M.P


NIDN: 0926036803 NIDN: 0921037003

ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul : Strategi Pengembangan Hortikultura Untuk


Peningkatan Nafkah Rumah Tangga Petani Di
Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao
Kabupaten Gowa
Nama : Maulana.Z
Stambuk : 105960189415
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Dr.Amruddin S.P.,M.Si.
Ketua Sidang

2. Ardi Rumalang,S.P.,M.M
Sekretaris

3. Dr. Mohammad Natsir, S.P,.M.P.


Anggota

4.
Anggota

Tanggal Lulus : 03, Mei, 2021

iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya sampaikan bahwa skripsi yang berjudul: Strategi


Pengembangan Hortikultura Untuk Peningkatan Nafkah Rumah Tangga
Petani Di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasih yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicamtumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, April 2021

Maulana Z

iv
ABSTRAK

MAULANA Z.105960198515. Strategi Pengembangan Hortikultura Untuk


Peningkatan Nafkah Rumah Tangga Di Desa Erelambanga Kecamatan Tombolo
Pao Kabupaten Gowa. Di bimbingan oleh AMRUDDIN dan ARDI
RUMALLANG.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui IFAS (faktor internal) dan
EFAS (faktor eksternal) serta untuk menyususn Strategi Pengembangan
Hortikultura Untuk Peningkatan Nafkah Rumah Tangga Di Desa Erelembang
Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa.
Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
simpel random sampling, yaitu mengambil 30 orang sampling atau 10% dari 300
jumlah populasi. Analisis data yang diunakan dalam penelitian ini adalah tahap
pengumpulan data, SWOT, dan tahap pengambilan keputusan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal yang
mempengaruhi Pengembangan Hortikultura Untuk Peneningkatan Nafkah Rumah
Tangga Di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa yaitu
lokasi yang strategis, kebutuhan sayur harian, ketersedian pupuk dan obat-obat
pertanian, benih bersertifikat,pengalaman berusaha tani, ketersedian sayur
musiman, persaingan antar pedagang, kurangnya penyuluhan, kurangnya bantuan
alat pertanian, dan kurangnya modal petani. Sedangkan faktor eksternal meliputi
harga sayuran yang cukup murah, adanya permintaan dari pengepul, teknologi
yang canggih, dekat dengan destinasi wisata,proses budidaya yang gampang,
serangan hama dan penyakit, tidak tahan simpan, harga paska panen tidak merata,
sayuran hidroponik dan tersedianyan swalayan-swalayan.

Kata Kunci : Strategi, Pengembangan Hortikulra

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehaditar Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah yang tiada henti diberikan kapada hamba-Nya. Shalawat dan salam

tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat

dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Strategi Pengembangan Hortikultura Untuk Peningkatan Nafkah Rumah

Tangga Petani Di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa”

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyususnan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Dr. Amruddin, S.P.,M.Si. selaku pembimbing 1 dan Ardi Rumallang,

S.P.,M.M selaku pembimbing 2 yang senantiasa meluangkan waktunya

membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Ir. Andi, M.,Pd selaku dekan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P. selaku ketua Prodi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

vi
4. Kedua orang tua ayahanda Muh. Syarif dan ibunda Nur Aeni dan adikku

tercinta Keria, dan seganap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan,

baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada

penulis.

6. Kepada seluruh teman-teman seangkatan di Metamorfosis dan terlebih kepada

saudara Wahyudi Rahmat, S.P Ahmad Risal Takbir, S.P dan saudari Resty

Yuliana, S.P dan Nur Milasari, S.P yang senantiasa memberikan motivasi

dalam penyusunan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skirpsi ini

tepat pada waktunya.

7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir

yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Akhir kata penulis ucapakan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang terkait dalam penulisan skripsi ini, sehingga karya tulis ini bermanfaat dan

dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin.

Makassar 2019

Maulana. Z

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 5

2.1 Kelembagaan......................................................................................... 5

2.2 Komoditas ............................................................................................. 6

2.3 Definisi Hortikultura ............................................................................. 7

2.4 Definisi Analisis SWOT ...................................................................... 9

2.4.1 Matriks Faktor Strategi Eksternal .............................................. 12

2.4.2 Matriks Faktor Strategi Internal ................................................. 13

2.5 Pengertian Strategi Pola Nafkah ........................................................... 18

2.6 Jenis-Jenis Nafkah................................................................................. 19

2.7 Faktor-Faktor Strategi Nafkah .............................................................. 22

2.8 Penelitian Terdahulu.............................................................................. 23

viii
2.9 Kerangka Pikir ...................................................................................... 25

III. METODE PENELITIAN........................................................................... 26

3.1 lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................. 26

3.2 Teknik Penentuan Sampel..................................................................... 26

3.3 Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 26

3.3.1 Jenis Data ................................................................................ 27

3.3.2 Sumber Data............................................................................ 27

3.4 Teknik Pengumpulan Data................................................................... 28

3.4.1 Observasi................................................................................ 29

3.4.2 Wawancara............................................................................. 29

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................ 27

3.6 Definisi Operasional............................................................................. 31

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ...................................................... 33

4.1 Kondisi Geogerafis ............................................................................. 33

4.2 Kondisi Demografis ............................................................................ 34

4.3 Kondisi Pertanian................................................................................ 35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 36

5.1 Karakteristik Responden ....................................................................... 36

5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ................................... 36

5.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan .......................... 37

5.1.3 Distribusi Pengalaman Responden Dalam Berusaha Tani .......... 38

5.1.4 Distribusi Jumlah Tanggungan Keluarga.................................... 40

5.1.5 Distribusi Luas Lhan Uaha Tani Rseponden............................... 41

5.2 Identifikasi Faktor Lingkungan ............................................................. 42

5.2.1 Analisis Faktor Internal............................................................... 42

ix
5.2.2 Analisis Faktor Eksternal ............................................................ 47

5.3 Matriks Faktor Strategi Internal dan Eksternal ..................................... 50

VI. PENUTUP.................................................................................................. 56

6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 56

6.2 Saran ................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 57

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. EFAS (Eksternal Strategic Factor Analysis) ..................................... 11

Tabel 2. IFAS (Internal Factors Analysis Summary) ...................................... 12

Tabel 3. Matriks SWOT................................................................................... 14

Tabel 4. Analisis SWOT .................................................................................. 28

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarakan Jenis Kelamin Tingkat Dusun........ 32

Tabel 6. Karekteristik Responden Berdasarkan Usia Petani di Desa


Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.................. 34

Tabel 7. Karekteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir


di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa..... 35

Tabel 8. Karekteristik Responden Berdasarkan Pengalaman


Berusaha Tani di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao
Kabupaten Gowa ............................................................................. 37

Taebl 9. Karekteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan


Keluarga di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao
Kabupaten Gowa................................................................................ 38

Tabel 10. Karekteristik Responden Berdasarkan Jumlah Luas Lahan


di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa .. 39

Tabel 11. Identifikasi Faktor Internal Strategi Pengembangan


Hortikultura Untuk Peningkatan Nafka Rumah Tangga Petani
di Desa Erelembanga Kec. Tombolo Pao Kab. Gowa..................... 41

Tabel 12. Identifikasi Faktor Eksternal Strategi Pengembangan


Hortikultura Untuk Peningkatan Nafkah Rumah Tangga
Petani di Desa Erelembanga Kecamatan Tombolo Pao
Kabupaten Gowa ............................................................................. 45

Tabel 13. Matriks Faktor Strategi Internal Pengembangan


Hortikultura Untuk Peningkatan Nafkah Rumah Tangga
Petani di Desa Erelembanga Kecamatan Tombolo Pao
Kabupaten Gowa ................................................................................49
Tabel 14. Matriks Faktor Strategi Eksternal Pengembangan

xi
Hortikultura Untuk Peningkatan Nafka Rumah Tangga
Petani di Desa Erelembanga Kecamatan Tombolo Pao
Kabupataen Gowa............................................................................ 51

Tabel 15. Diagram Matriks Swot Dalam Pengembangan


Hortikultura Untuk Peningkatan Nafka Rumah Tangga
Petani di Desa Erelembanga Kec. Tombolo Pao Kab. Gowa.......... 52

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Proses Perencanaan Dengan Analisis SWOT ................................ 8

Gambar 2. Diagram Analisis SWOT ............................................................... 13

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Hortikultura


Di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao
Kabupaten Gowa........................................................................... 23

Gambar 4. Peta Desa Erelembang.................................................................... 60

Gambar 5. Penjemuran da Pengemasan ........................................................... 61

Gambar 6. Penyimpanan .................................................................................. 62

Gambar 7. Tanaman Tomat.............................................................................. 63

Gambar 8. Tanaman Daun Bawang ................................................................. 63

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
Teks

Lampiran 1. Hasil Tabel Tabulasi.................................................................... 60

xiv
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya

tinggal dalam suasana kehidupan pedesaan sebagai petani. Dan yang

sebagian waktu mereka tercurahkan untuk kegiatan pekerjaan disektor

pertanian. Oleh sebab itu tanah atau sumber daya agraris lainnya dalam

suatu masyarakat tidak hanya menjadi salah satu faktor produksi tetapi juga

memiliki arti penting lainnya, baik menyangkut aspek sosial maupun politik

Dilain pihak terlihat bahwa penduduk tumbuh dengan cepet diatas

lahan yang sudah sempit, sebagian petani dan buruh tani terdesak

kemarginalisasian ekonomi dan sosial, sehingga secara keseluruhan proses

modernisasi menghadapi banyak hambatan.

Dengan demikian kecilnya skala usaha yang dimiliki sebagian besar

petani menunjukan pola hidup petani Indonesia yang tergolong subsisten,

(bertahan hidup dalam kondisi minimal). Dikatakan demikian karna

keterbatasan kemampuan Endang Suhendar dan Yohan Budi Winarti, Petani

dan Konflik Agraris, (Akatiga, 1998) h.1.8 Ulrich Planch, Sosiologi

Pertanian, ( Yayasan Obor Indonesia, 1993). Berproduksi yang disebabkan

oleh kecilnya skala usaha yang dimiliki petani, Keadaan ini menjadi

indikator yang jelas dalam mengukur kemampuan petani dari hasil produksi

yang lebih terbatas.

1
Sub-sektor usaha tanaman pangan dan Hortikultura merupakan

penyumbang terbesar terhadap subsector pertanian yaitu tercatat sebesar

60,9% dari seluruh nilai tambah pertanian Selain itu, kontribusi sub-sektor

usaha ini terhadap total PDRB Kabupaten Gowa sebesar 19,64%, yang

merupakan kontribusi terbesar dari seluruh subkategori/sub Sektor usaha

yang ada.

Kecamatan Tombolo Pao adalah sentra pertanian untuk tanaman

sayuran dan hortikultura lainnya di Kabupaten Gowa bersama Kecamatan

Tombolo Pao, tompobulu dan biringbulu (BPS Kabupaten Gowa, 2017).

Ada beragam jenis tanaman hortikultura khas dataran menengah dan tinggi

yang merupakan produksi wilayah ini seperti jenis sayuran kubis, cabe,

tomat, bawang daun, kentang, wortel, kol bunga, brokoli dan masih banyak

lagi, serta jenis buah markisa dan beraneka ragam tanaman hias yang

potensial, sehingga peran dan kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten

Gowa sangat mungkin untuk lebih meningkat.

Peningkatan produksi tanaman atau komoditi unggulan dengan

dukungan berbagai stimulan tentu layak diberikan pemerintah secara

sinergis dari berbagai instansi pada beberapa komoditas yang mampu

memberikan sumbangsih nilai ekonomi yang terbaik. Tidak membuat skala

prioritas pengembangan komoditas unggulan juga akan dapat menimbulkan

terjadinya inefisiensi. Keunggulan komperatif bagi suatu komoditi bagi

suatu daerah adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan

komoditi lain di daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam

2
bentuk perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riil (Tarigan,

2005) dalam (Dewi Puspita Sari, 2018).

Salah satu pendekatan dalam memahami kehidupan ekonomi

rumahtangga di pedesaan adalah dengan menggunakan strategi nafkah

(livelihood strategies). Pendekatan ini tidak hanya berbicara mengenai

pendapatan dan pekerjaan tetapi lebih memahami bagaimana kehidupan

rumahtangga, apa prioritas hidup mereka dan apa yang dapat membantu

mereka sehingga dapat bertahan hidup. Kerentanan terhadap fluktuasi harga

serta cuaca atau iklim yang tidak menentu, membuat rumahtangga petani

mengelola struktur nafkah sehingga mampu meminimalkan resiko.

Studi tentang strategi nafkah ini dilakukan untuk lebih memahami

pilihan strategi yang dilakukan yang diambil oleh rumahtangga sebagai

hubungan antara akses sumberdaya, dan aktivitas yang dipengaruhi oleh

sistem ekologi dan sistem sosial kemasyarakatan. Sumberdaya yang dimiliki

atau yang dapat diakses oleh rumahtangga digunakan untuk bertahan hidup

dalam kondisi kemiskinan atau dalam kondisi normal untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi rumahtangga (Ellis, 2000) dalam (Novi Maryam

Lempao, 2014).

Penelitian sebelumnya mengenai strategi nafkah yang dilakukan

Purnomo (2006) menunjukan bahwa strategi nafkah dikelompokan menjadi

dua kelompok, strategi nafkah berbasis modal alami dan strategi nafkah

berbasis bukan modal alami. Rumahtangga memiliki pilihan sendiri

3
mengenai modal alami, pendapatan in cash dari modal alami yang ada di

desa tidak dapat memenuhi semua kebutuhan rumahtangga sehingga harus

memanfaatkan modal sosial serta bermigrasi keluar desa agar memiliki

pendapatan tambahan.

Penelitian lain dilakukan oleh widodo (2010) dalam (Novi Maryam

Lempao, 2014) mengimplikasikan bahwa petani di pedesaan mengalami

mixed ethic, pada satu sisi berorientasi pada etika sosial-kolektif dan pada

sisi lain harus berorientasi pada keuntungan material. Kedua etika tersebut

“dimainkan” oleh rumahtangga petani sebagai upaya untuk membangun

sistem nafkah berkelanjutan. Sementara Grootaert (1999) menunjukan

bahwa perekonomian pada tingkat individu atau kelompok tidak hanya

sepenuhnya dijelaskan oleh pekerjaan, tanah dan modal fisik, namun peran

“modal sosial” sangat mempengaruhi untuk mencapai kesejahteraan, dalam

konteks mikro, Modal sosial mengacu pada hubungan dan norma-norma

yang mengatur interaksi antara rumahtangga dan komunitas yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana strategi pengembangan Hortikultura untuk peningkatan

nafkah rumah tangga petani di Desa Desa Erelembang Kecamatan Tombolo

Pao Kabupaten Gowa.

4
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Untuk mengetahui strategi pengembangan hortikultura untuk

peningkatan nafkah rumah tangga petani di Desa Erelembang Kecamatan

Tombolo Pao Kabupaten Gowa ?

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pendapatan usaha tani yang ada di Desa Erelembang

Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

2. Menambah pengalaman bagi penulis dalam menerapkan ilmu dan teori

yang diperoleh dari bangku kuliah pada kenyataan di lapangan, sehingga

dapat dijadikan pertimbangan untuk merumuskan penelitian selanjutnya.

3. Untuk pemerintah, sekiranya dapat memberikan bantuan kepada para

petani agar dapat meninggkatkan pengembangan hortikultura dan

kesejahteraan masyarakat petani yang ada di Desa Erelambang Kecamatan

Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

5
II. TINJAUN PUSTAKA

2.1 Definisi Hortikultura

Menurut Zulkarnain (2009), kata hortikultura (horticulture) berasal

dari bahasa latin, yakni hortus yang berarti kebun dan colere yang berarti

menumbuhkan (terutama sekali mikroorganisme) pada suatu medium

buatan. Pada umumnya para pakar mendefinisikan hortikultura sebagai ilmu

yang mempelajari budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan,

atau tanaman hias. Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian

yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.

Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan

tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman

obat-obatan

Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi

kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah

dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa

tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga). Peranan

hortikultura adalah : a). Memperbaiki gizi masyarakat, b) memperbesar

devisa negara, c) memperluas kesempatan kerja, d) meningkatkan

pendapatan petani, dan e) pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian

lingkungan. Namun dalam membahas masalah hortikultura perlu

diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu : a).

Tidak dpat disimpan lama, b) perlu tempat lapang (voluminous), c) mudah

6
rusak (perishable) dalam pengangkutan, d) melimpah/meruah pada suatu

musim dan langka pada musim yang lain, dan e) fluktuasi harganya tajam

(Notodimedjo 1997).

Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam

pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka

diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan

hortikultura tersebut.

Hortikultura merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

budidaya tanaman yang produknya digunakan manusia sebagai bahan

pangan, bahan obat, bahan bumbu, bahan penyegar atau penyedap dan

sebagai pelindung serta penyaman lingkungan. Hortikultura mencakup

bidang ilmu buah-buahan, sayuran, bunga dan tanaman hias, serta

pertanaman (Ashari, 1995).

Hortikultura mempunyai peranan memperbaiki dan memenuhi gizi

masyarakat. Untuk itu, produk hortikultura dibutuhkan oleh manusia.

Indonesia sendiri merupakan negara yang berpotensi mengembangkan

tanaman hortikultura karena sebagai negara agraris dan merupakan negara

dengan iklim tropis yang memiliki variasi agroklimat yang tinggi. Akan

tetapi, produksi hortikultura di Indonesia masih rendah terbukti dengan

tingginya nilai impor yang mencapai 10,29% pada tahun 2014 (Respati,

Dkk, 2015).

7
2.2 Definisi Analisis SWOT

Untuk membuat suatu rencana kita harus mengevaluasi faktor

ekstern maupun faktor internal. Analisis faktor-faktor haruslah

menghasilkan adanya kekuatan (strength) yang dimiliki oleh suatu

organisasi, serta mengetahui kelemahan (kelemahan) yang terdapat pada

organisasi itu. Sedangkan analisis terhadap faktor eksternal harus dapat

mengetahui kesempatan (opportunity) yang terbuka bagi organisasi serta

dapat mengetahui pula ancaman (treath) yang dialami oleh organisasi yang

bersangkutan.

Analisis untuk mengetahui strength, weaknesses, opportunity, dan

treath sering disebut analisis SWOT yang merupakan singkatan dari

keempat hal tersebut (Drs. H. Indrito Gitosudarmo, 2000).

Setelah kita mengetahui kekuatan, kelemahan, kesempatan yang

terbuka, serta ancaman-ancaman yang dialaminya, maka kita dapat

menyusun suatu rencana atau strategi yang mencakup tujuan yang telah

ditentukan.

Rencana strategi tersebut kemudian haruslah kita terjemahkan ke

dalam rencana-rencana operasional yang mencantumkan adanya target-

target yang harus kita capai.Kemudian rencana operasional itu harus kita

terjemahkan ke dalam satu satuan uang yang menjadi anggaran operasional.

8
FAKTOR FAKTOR
INTERNAL EXTERNAL

SWOT :
STRENGHT
WEAKNESS
OPPORTUNITTY
TREATH

TARGET

SASARAN/RENCANA
NANA

ANGGARAN OPRASIONAL

Gambar 1. Proses Perencanaan Dengan Analisis SWOT

Konsep dasar pendekatan SWOT tampaknya sederhana, yaitu apabila kita

dapat mengetahui kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) organisasi kita

dan mengetahui peluang (Opportunity) dari luar organisasi yang menguntungkan

serta ancaman (Treath) di dalam organisasi yang merugikan organisasi atau

perusahaan kita.

J Salusu, 2000 tentang matriks SWOT menggunakan beberapa strategi,

yaitu:

1. Strategi S.O, yaitu memanfaatkan peluang yang ada dengan keunggulan

organisasi (comparative advantage comparative).

2. Strategi S.T, yaitu memobilisasi beberapa keunggulan untuk mencapai

sasaran (Mobilization).

9
3. Strategi W.O, yaitu memilih faktor mana yang dipacu dan faktor mana

yang ditunda(Investmen/Divestmen).

4. Strategi W.T, yaitu perlu kehati-hatian atau kewaspadaan dalam mencapai

sasaran (Damage Control).

Tujuan pemilikan strategi adalah untuk menjamin ketepatan pencapaian

sasaran. Suatu rancangan strategi dapat dipilih untuk menutup kesenjangan dalam

mencapai sasaran. Sifat kesenjangan itu sendiri juga sangat situasional. Kalau

kesenjangan akibat prestasi di masa lampau yang sangat buruk penciutan lebih

mungkin dilakukan dan bila kesenjangan itu besar sebagai akibat dari peluang

lingkungan yang diharapkan, maka akan lebih tepat bila dilakukan ekspansi

(Kurniawan & Hamdani, 2008).

Berkenaan dengan pilihan strategic sebagaimana terungkap di atas, kita

akan mengkaji penentuan pilihan melalui matriks kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman (Strength, Weakness, Opportunity, dan Treath Matrix). Melalui alat

bantu ini suatu perusahaan dapat juga memandang kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman sebagai suatu kesatuan yang integral dalam perumusan strategi.

Berkenaan dengan pilihan strategic sebagaimana terungkap di atas, kita

akan mengkaji penentuan pilihan melalui matriks kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman (Strength, Weakness, Opportunity, dan Treath Matrix). Melalui alat

bantu ini suatu perusahaan dapat juga memandang kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman sebagai suatu kesatuan yang integral dalam perumusan strategi.

10
2.2.1 Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui

terlebih dahulu Faktor Strategi Eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara-cara

penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS) :

a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).

b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut

kemungkinan dapat memberikan dampak pada faktor strategis.

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor denagan

memberikan skala mulai dari 4 (Outstanding) sampai dengan 1 (Poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif

(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil,

diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.

Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya,

jika nilai ancamannya sedikit ratingnya.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (Outstanding)

sampai dengan 1,0 (Poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-

faktor tersebut dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

11
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untu membandingkan perusahaan

ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

Tabel 1. EFAS (Eksternal Strategic Factor Analysis)


Faktor-Faktor Strategi Bobot X
Bobot Rating Komentar
Eksternal Rating
Peluang :

Ancaman :

Total
Sumber : Fredy Rangkuti, 2009

2.2.2 Matriks Faktor Strategi Internal

Setelah faktor-faktor strategi internal perusahaan diidentifikasikan, suatu

tabel IFAS (Internal Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan

faktor-faktor strategi internal tersebut dalam kerangka Strenght and Weakness

perusahaan. Tahapnya adalah :

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan

dalam kolom 1.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya

tidak boleh melebihi skor total 1,00).

12
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk

kategori kekuatan) diberi nilai +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan

membandingkan rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel

yang bersifat negatif kebalikanya. Contohnya jika kelemahan besar sekali

dibandingkan dengan rata-rata industri yang nilainya adalah 1, sedangkan jika

kelemahan dibawah rata-rata industri, nilainya adalah 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memeperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untutk

masing-masing faktor yangnilainya bervariasi mulai dari 4,0 (Outsanding)

sampai 0,0 (Poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-

faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotan dihitung.

f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkn

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

internalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan

ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

13
Tabel 2. IFAS (Internal Factors Analysis Summary)
Faktor-faktor Bobot X
Bobot Rating Komentar
Strategi Internal Rating
Kekuatan :

Kelemahan :

Total
Sumber : Fredy Rangkuti, 2009

Peluang
3. Mendukung Strategi 1. Mendukung Strategi
Turnaround Growth

Kelemahan Kekuatan
4. Mendukung 2. Mendukung
Strategi Defensif Diversivikasi

Ancaman

Gambar 2. Diagram Analisis SWOT

1. Kuadran I : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Pengembangan

hortikultura tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi

ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented

Strategy).

2. Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, pengembangan

hortikultura ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus

14
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka

pangjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).

3. Kuadran 3 : pengembanga hortikultura menghadapi peluang pasar yang sangat

besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.

4. Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, bagi

pengembangan hortikultura menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan

internal.

Salah satu metode atau alat analisis yang digunakan untuk menyusun

deskripsi tentang faktor-faktor strategi pengembangan hortikultura adalah SWOT

Matrix. Matrix ini dinilai mampu menggambarkan secara jelas bagaimana peluang

dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh pengembangan hortikultura harus

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriksk ini dapat

menghasilkan empat kemungkinan alternative strategik.

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap

kelangsungan pengembangan hortikultura, tahap selanjutnya adalah

memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif

perumusan strategi. Salah satu modal yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor

strategi pengembannga hortikultura adalah Matriks SWOT (Fredy

Rangkuti,2009:31).

15
Tabel 3. Matriks SWOT
IFAS Weaknesses (W)
Strengths (S)
EFAS Tentukan 5-10 Faktor-
Tentukan 5-10 Faktor-
Faktor Kelemahan
Faktor Kekuatan Internal
Internal
Strategi WO
Opportunities (O)
Opportunities (O) Ciptakan strategi yang
Tentukan 5-10 Faktor-
Tentukan 5-10 Faktor- meminimalkan
Faktor Peluang
Faktor Peluang Eksternal kelemahan untuk
Eksternal
memanfaatkan peluang
Strategi WT
Treaths (T)
Treaths (T) Tentukan 5- Ciptakan strategi yang
Tentukan 5-10 Faktor-
10 Faktor-Faktor meminimalkan
Faktor Ancaman
Ancaman Eksternal kelemahan dan
Eksternal
menghindari ancaman
Sumber : Fredy Rangkuti 2009

Ketrangan :

1. EFAS = Eksternal Strategic Factor Analysis

2. IFAS = Internal Strategic Factor Analysis

3. Strategi SO

Memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya

4. Strategi ST

Menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman

5. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

6. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman

16
2.3 Pengertian Strategi Pola Nafkah

Kata Strategi secara etimologi berasal dari kata majemuk bahasa

Yunani ialah stratos (berarti pasukan) dan again (berarti memimpin). Jadi

strategi berarti hal memimpin pasukan (Ali Moertopo, 2007).

Sedangkan Strategi menurut istilah adalah keseluruhan langkah

(kebijaksanaan-kebijaksanaan) dengan perhitungan yang pasti guna

mencapai suatu tujuan atau untuk mengatasi suatu persoala (Bintor

Tjokroamidjojo, 1983).

Strategi ekonomi rumah tangga pedesaan mencakup upaya-upaya

alokasi sumber daya khususnya tenaga kerja didua sektor sekaligus yaitu

sektor-sektor produksi dan non produksi. Upaya sektor produksi

menunjukan ragam kegiatan para anggota rumah tangga dibidang ekonomi

produksi. Sedangkan upaya dibidang sektor non produksi menunjukkan

pada keterlibatan para angota keluarga diberagam lembaga kesejahteraan

sosial dan masyarakat. Sebagaimana pendapat Sayogya yang dikutip oleh

Felix Sitorus dalam bunga rampai sosiologi keluarga yaitu disektor

produksi, rumah tangga pedesaan di Indonesia menerapkan pola nafkah

ganda sebagai bagian dari strategi ekonomi. Dalam pola itu sejumlah

anggota rumah tangga usia kerja terlibat mencari nafkah diberbagai sumber,

baik disektor pertanian maupun diluar pertanian dalam kegiatan usaha

sendiri maupun sebagai buruh.

17
Konsep mata pencaharian (livelihood) dan strategi nafkah (livelihood

strategis) didefinisikan oleh Chambers dalam Nurmalinda (2002) sebagai

realitas jaminan hidup seseorang atau negara untuk memanfaatkan segenap

kemampuan dan tuntutannya serta kekayaan yang dimilikinya.

Scones menggolongkan strategi nafkah petani setidaknya menjadi

tiga golongan besar. Ketiga golongan tersebut adalah :

1. Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang merupakan usaha

pemanfaatan sektor pertanian agar lebih efektif dan efisien baik

melalui penambahan input eksternal berupa tenaga kerja atau

teknologi (intensifikasi) maupun dengan memperluas lahan garapan

pertanian (ekstensifikasi).

2. Pola nafkah ganda yang merupakan usaha yang dilakukan dengan

cara mencari pekerjaan lain selain sektor pertanian untuk menambah

pendapatan (diversifikasi pekerjaan).

3. Rekayasa spasial merupakan usaha yang dilakukan dengan cara

mobilisasi/ perpindahan penduduk baik secara permanen maupun

sirkuler (migrasi).

2.4 Jenis-Jenis Strategi Nafkah

Berbicara tentang strategi nafkah, ada beberapa pendapat yang

penulis telusuri dari berbagai referensi. Salah satunya Ellis mengemukakan

tiga klasifikasi sumber nafkah (income source) yaitu :

18
1. Sektor farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan yang

berasal dari tanah pertanian milik sendiri, baik yang diusahakan oleh

pemilik tanah maupun diakses melalui sewa menyewa atau bagi

hasil. Strategi on farm merujuk pada nafkah yang berasal dari

pertanian dalam arti luas.

2. Sektor off-farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan di luar

pertanian, yang dapat berarti penghasilan yang diperoleh berasal dari

upah tenaga kerja, sistem bagi hasil, kontrak upah tenaga kerja non

upah, dan lain-lain, namun masih dalam lingkup sektor pertanian.

3. Sektor non-farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan yang

bukan berasal dari pertanian, seperti pendapatan atau gaji pensiun,

pendapatan dari usaha pribadi, dan sebagainya.

Ada juga merujuk pada Scoones dalam Turasih, terdapat tiga

klasifikasi strategi nafkah (livelihood strategy) yang mungkin dilakukan

oleh rumahtangga petani, yaitu:

1. Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan

memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien baik

melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga

kerja (intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan garapan

(ekstensifikasi).

2. Pola nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan

menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari

pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan, atau

19
dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu, dan anak)

untuk ikut bekerja –selain pertanian- dan memperoleh pendapatan.

3. Rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan

melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara

permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan.

Dalam rangka bertahan hidup dan meningkatkan status ekonomi,

setiap rumahtangga petani membangun mekanis nafkah. Keseluruhan

mekanisme nafkah tersebut membentuk strategi nafkah (livelihood strategy)

yang khas. Dari hasil pertanian pengamatan dapat diinventarisasi sejumlah

strategi nafkah, sebagai berikut:

1. Strategi Nafkah Berserak, artinya rumahtangga petani mengadakan

pekerjaannya secara acak-berserakan ke segala sektor lain di sector

pertanian. Strategi ini dikembangkan tergantung kesediaan waktu

dan tenaga yang tersedia. Misalnya menjadi buruh bangunan, buruh

pabrik, tukang bangunan, membuka bengkel, warung sembako,

warung makan, sopir angkutan umum, ojek dan sebagiannya.

2. Strategi Nafkah Ganda, yaitu mengkombinasikan aktifitas nafkah

pertanian dan non-pertanian sekaligus dalam jangka waktu yang

lama atau hampir permanen (livelihood diversifcation).

3. Strategi Nafkah Berbasis Bantuan, yaitu nafkah yang bersumberkan

pada bantuan karitatif dan pemerintah ataupun kerabat.

20
Kemudian ada juga jenis strategi nafkah ganda menurut Corrner

berpendapat bahwa di kalangan petani miskin diperdesaan terdapat beberapa

pola adaptasi yang dikembangkan dalam kalangan sangan hidup. Antara lain

melakukan beraneka ragam untuk pekerjaan meskipun pekerjaan yang

tersedia di desa dapat memperendahkan martabat akan tetapi dapat diterima.

Jika kegiatan belum bisa mencukupi biasanya berpaling ke sistem

penunjang dilingkungannya yaitu sistem kerabat, tetangga dan aturan tukar

menukar secara timbal balik yang sangat berharga bagi penduduk miskin.

Dari berbagai strategi nafkah yang ada, penulis menarik kesimpulan

untuk membagi masyarakat petani itu menjadi kelas yaitu petani kelas atas,

petani kelas menengah dan petani kelas bawah. Dari petani kelas atas

penulis mengambil teori dari Ellis yakni Sektor farm income, petani kelas

menengah penulis mengambil teori dari Scoones dalam Turasih yakni

strategi nafkah berserak dan petani kelas bawah penulis mengambil terori

dari Corrner.

2.5 Faktor-Faktor Strategi Nafkah

Pendapatan dan pekerjaan usaha tani yang musiman membawa

konsekuensi dan permintaan pasar kerja. Pada saat ramai musim tanam

permintaan tenaga kerja pertanian sangaat besar. Meski mengalami

penurunan bagaimanapun saat ini alam tetap menjadikan faktor dominan

dalam usaha tani pola musiman inilah yang menyebabkan pekerjaan diluar

sektor pertanian menjadi penting. Disaat-saat sepi dimana sedikit yang bisa

21
diharapkan dari pekerjaan didesa menjadi lumrah apabila petani

meninggalkan desanya .untuk bekerja atau mengalihkan propesi sejenak

untuk menambah pendapatan. Biasanya mereka memilih menjadi buruh

musiman dikota pedagang formal, atau mengisi pekerjaan jasa dipedesaan

sendiri seperti warung, ojek, nelayan, ataupun memilih pekerjaan tani

lainnya seperti tani karet, tani singkong, buruh sawah dan juga berbagai

kegiatan lain diluar sistem pertanian. Meski demikian secara umum

pendapatan yang mereka peroleh kurang layak bagi peningkatan pendapatan

dan mereka biasanya adalah petani kecil atau buruh tani (Yuyu Yuliati,

2003).

Selain itu luas usaha tani yang sempit, tingkat pendidikan serta

sumber dana dan informasi teknologinya pun masih rendah. Hal ini

menyebabkan kondisi petani padi dan jagung kurang mengembirakan.

Teknologi baru untuk tanaman pangan dan menggunakan saprotan baru

dikembangkan secara nyata setelah dua puluh lima tahun Indonesia merdeka

yaitu akhir tahun 60an. Dualisme dalam hukum dan ekonomi merupakan

salah satu penghambat rendahnya tingkat kemajuan para petani subsistem.

Disisi lain, petani sebagai produsen kurang mendapat perhatian dari para

pemegang kebijakan. Misalnya saja dalam hal usaha,pemerintah

mengurangi anggaran untuk subsidi pertama.

22
2.6 Kerangka Pikir

Petani Hortikultura

Analisis SWOT

Internal Eksternal

Strategi Pengembangan Hortikultura di Desa Erelembang


Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

Meningkatkan Nafkah Rumah


Tangga Petani
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Hortikultura di Desa
Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

23
III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Erelemmbang Kecamatan Tombolo

Pao Kabupaten Gowa dalam kurung waktu awal bulan Juli sampai dengan

Agustus 2019, dengan pertimbangan daerah ini merupakan sentra pertanian

hortikultura di wilayah Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa, dan

mempunyai potensi yang besar dalam sektor pertanian lainnya baik dalam

sektor pemanfaatannya maupun untuk dikembangkan sehingga memberikan

kontribusi yang tinggi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah

Kabupaten Gowa.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Teknik penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Simple

Random Sampling, yaitu mengambil 30 orang sampling atau 10% dari 300

jumlah populasi.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah data primer adalah

data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara dengan

menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) dengan responden (petani

hortikultura). Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari

instansi pemerintah seperti Biro Pusat Statistik,Departemen Perkebunan dan

pihak-pihak terkait lainnya.

24
3.3.1 Jenis Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuliatif dan

kuantitatif.

1. Data kualitatif yaitu data yang disajikan dalam betuk kata verbal

bukan dalam bentuk angka yang termaksud data kuliatatif dalam

penelitian ini yaitu gambaran umum objek penelitian, meliputi :

sejarah singkat berdirinya, letak geogrfis objek.

2. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur attau dihitung

secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang

dinyatakan dengan bilangan atau bentuk angka.

3.3.2 Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek

dari mana data dpat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunkan

dua sumber data yaitu :

1. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti (atau petugasnya) dari sumber pertama.

2. Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga

dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.

Dalam penelitian ini, dokumntasi dan angket merupakan sumber data

sekunder.

25
3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitiaan ini akan dilakuakan dengan menggunakan teknik

pengumpulan data purposive sebagai berikut:

1. Wawancara (interview)

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya

jawab yang di kerjakan dengan sistematis dan berlandasan pada tujuan

penelitian. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi

tentang karateristik responden dengan menggunakan responden.

2. Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitiaan data awal

tentang penelitian, untuk mendapatkan gambaran umum daerah

penelitian dengan memperlihatkan keadaan riil atau fenomena yang

ada di lapangan.

3. Dokumentasi adalah salah satu cara yang digunakan untuk

memperoleh data dan informasi dalam bentuk

buku,arsip,dokumen,tulisan dan gambar yang berupa laporan serta

keterangan yang dapat mendukung penelitian.Dokumentasi digunakan

untuk mengumpulkan data kemudian diolah.

3.4.1 Observasi

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan teknik ovservasi guna untuk untuk mengetahu secara

26
langsung lingkungan yang akan kita teliti, merasakan, memahami

pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan

yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi

yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.

3.4.2 Wawancara

Selain teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah,

kami juga menggunakan teknik wawancara guna untuk mendapatkan

informasi yang tepat dari narasumber yang bersangkutan segingga data yang

kita peroleh benar adanya dan berdasarkan fakta-fakta yang terkait.

Teknik pengumpuan data yang dilakukan dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara observasi dan wawancara kepada para petani-petani

hortikultura di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten

Gowa.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis daya yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah

pertama adalah proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap

analisis, yaitu:

1. Tahap pengumpulan data (evaluasi faktor eksternal dan internal)

2. Tahap analisis (Matriks SWOT, Matriks Internal Eksternal)

3. Tahap pengambilan keputusan

27
Tahap pengumpulan data adalah tahap yang pada dasarnya tidak

hanya sekedar kegiatan pengumpulan data tetapi juga merupakan suatu

kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis dimana tahap ini data dibagi

menjadi dua bagian yaitu data internal dan data eksternal.

Tahap analisis adalah setelah mengumpulkan semua informasi yang

berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah

memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif

perumusan strategi, yaitu Matrik TOWS atau Matrik SWOT dan Matrik

Internal Eksternal kemudian dari hasil yang ada maka ditentukan

pengambilan keputusan yang tepat. Sebuah penelitian yang menunjukan

bahwa kinerja penjualan perusahaan hasil dari strategi pemasaran

perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal.

Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT.

Analisis SWOT membandingkan antara faktor internal dan ekternal.

Tabel 4. Analisis SWOT membandingkan antara faktor internal dan eksternal.


Faktor Strategi Bobot Rating Nilai
Internal :
S1 (0,0-1,0) S2 (1-4) S1 x S2 =S3
Strenght (S)
W1 (0,0-1,0) W2 (1-4) W1 x W2 = W3
Weakness (W)
Total 1,0
Eksternal :
O1 (0,0-1,0) O2 (1-4) O1 x O2 = O3
Opportunity
T1 (0,0-1,0) T2 (1-4) T1 x T2 = T3
Threats
Total 1,0
Sumber : Data Primer

28
1. Bobot dari internal dan eksternal antara 0,0 sampai dengan 1,0

2. Rating dari internal dan eksternal antara 1 sampai 4

3. Nilai dari internal dan eksternal adalah hasil perkalian antara bobot dengan

rating.

3.6 Defininisis Oprasional

1. Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang

mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.

2. Kekuatan (Strenghts) Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau

keunggulan-keunggulan lain yang berhubungan dengan para pesaing

perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang

diharapkan dapat dilayani.

3. Kelemahan (Weaknes) Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan

dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif

menghambat kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut berupa fasilitas,

sumber daya keuangan,kemampuan manejemen dan keterampilan

pemasaran.

4. Peluang (Opportunities) Peluang adalah situasi penting yang

menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.kecendrungan-

kecendrungan penting merupakan salah satu sumber peluang,seperti

perubahan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan

dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran peluang bagi

perusahaan.

29
5. Ancaman (Thearts) Ancaman adalah situasi penting yang tidak

menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.Ancaman merupakan

pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan

perusahaan.Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru atau yang

direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan.

30
IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

4.1 Kondisis Geografis

Desa Erelembang merupakan salah satu dari 8 (delapan) Desa dan 1 (satu)

Kelurahan di Kecamatan Tombolo Paodi Kabupaten Gowa yang terletak paling

barat di wilayah Kecamatan Tombolo Pao yang berbatasan dengan Maros dan

Bone degan luas wilayah Desa Erelembang adalah : 59,84 Km2.

Adapun batas-batas Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao

Kabupaten Gowa sebagai berikut:

1. Seblah Utara berbatasan dengan KKabupaten Maros

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Malino

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sinjai

Desa Erelembang memiliki iklim yang sama dengan Desa-desa lain yang

ada di wilayah Kabupaten Gowa, Kecamata Tombolo Pao yakni iklim tropis karna

curah hujannya sangat rendah, memiliki 2 tipe yakni musim kemarau dan musim

hujan sehingga dengan tipe iklim seperti ini maka daerah tersebut dapat ditanami

2 kali tanaman padi dan 1 kali tanaman paliwija dalam setahun dengan jumlah air

yang cukup tersedia.

Musim kemarau rata-rata berlangsung antara Bulan Agustus sampai

September dan musim hujan terjadi mulai bulai Oktober samoai April. Keadaan

seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan yaitu

bulan Mei, Juni dan Juli setiap tahunnya.

31
4.2 Kondisis Demografis

Desa Erelembang terdiri dari 7 (tujuh) Dusun yang memiliki produk 4.015

jiwa dengan jumlah KK = 995. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa

Erelembang berdasarkan data 12% tidak tamat SD.

Masyarakat Desa Erelambang mayoritas hidup dengan mata pencaharian

petani utamanya petani padi. Tetai yag paling digeluti masyarakat Desa

Erelembang disetiap Dusun adalah petani. Sebagaimana masyarakat Desa

Erelembang ada juga yang memiliki 2 pekerjaan (pokok dan sampingan) yakni

ada yang bekerja dibidang pemerintahan (PNS) kemudian dia juga bekerja di

bidang pertanian.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarakan Jenis Kelamin Tingkat Dusun.


Jumlah Jiwa
No Nama Dusun Kepala Keluarga
L P Total
1. Dusun Erelembang 411 404 815 194
2. Dusun Bontorannu 149 139 288 71
3. Dusun Bontomanai 227 234 461 128
4. Dusun Simbang 281 266 547 135
5. Dusun Biring Pangting 485 596 815 201
6. Dusun Matteko 178 179 357 76
7. Dusun Ma’lenteng 279 287 566 190
Jumlah Total 2010 2005 4015 995
Sumber Data: Data Sekunder Setelah Diolah 2020.

4.3 Kondisis Pertanian

32
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik umum responden di Desa Erelembang Kecamatan

Tombolo Pao Kabupaten Gowa diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan

terhadap 30 petani hortikultura yang ditemui peneliti. Karakteristik dari responden

sangat bervariasi. Adapun identitas responden di Desa Erelembang Kecamatan

Tombolo Pao Kabupaten Gowa meliputi kelompok umur, tingkat pendidikan,

pengalaman berusaha tani, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan yang di

usahakan.

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang ditemuai yaitu 30

responden. Hal ini dikarenakan saat pengambilan sampel, responden yang ditelti

yakti petani hortikultura kebanyakan adalah laki-laki.

5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

ini Karakteristik responden, berdasarkan usia di tunnukkan dalam tabel

dengan penggolongan usia 20-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun,

61-70 tahun dapat dilihat pada tabel 5 dibawah:

Tabel 5. Karekteristik Responden Berdasarkan Usia Petani di Desa Erelembang


Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
No Usia (Tahun) Jumlah Orang Prsentase (%)
1 23-31 7 23
2 32-40 13 43
3 41-49 4 13
4 50-58 4 13
5 59-67 1 3
6 68-76 1 3
Total 30 100
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.

33
Berdaarkan tabel 5 menunjukkan bahwa tidak ada responden berusia

berusia 23-31- tahun sebanyak 7 orang dengan persentase 23%, responden

berusia 32-40 tahun sebanyak 13 orang dengan persentase 43%, responden berusia

41-49 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 13%, dan responden dengan

jumlah terkecil adalah responden berusia 50-58 sebanyak 4 orang dengan

persentase 13%, responden berusia 59-67 sebanyak 1 orang dengan persentase 3%

dan responden berusia 68-76 sebanyak 1 orang dengan persentase 3%.

Secara kesuluran petani yang menanan tanaman hortikultura di Desa

Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa merupakan penduduk

yang berusia produktif yakni 20-40 tahun. Mayoritas responden berdasarkan

kelompok usia diatas adalah 20-55 tahundan minoritas rsponden berdasarkan usia

adalah 60-70.

5.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini bervariasi, mulai dari

lulusan SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederjat, hingga perguruan tinggi.

Perbandingan tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 6 dibawah

ini:

Tabel 6. Karekteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Desa


Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 SD 20 67
2 SMP 7 23
3 SMA 1 3
4 SARJANA 2 7
Total 30 100
Sumber Data: Data Perimer Setelah Diolah 2020.

34
Berdasarkan tabel 7 hasil penelitian jumlah responden dengan tingkat

pendidikan SD/sederajat yaitu sebanyak 20 orang dengan persentase 67%,

responden dengan tingkat pendidikan SMP/sederajat yaitu sebanyak 7 orang

dengan persentase 23%, responden dengan tingkat pendidikan sarjana yaitu

sebanyak 2 orang dengan persentase 7%, dan tingkat pendidikan terrendah yaitu

SMP/sedrajat yaitu sebanyak 1 dengan jumlah persentase 3%.

Secara kesuluran petani yang menanan tanaman hortikultura di Desa

Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa kebanyakan dari 30

responden tersebut tingkat pendidikan tertinggi yaitu SD/sedarajat, ini

menunjukkan bahwa responden dalam penelitian inimemiliki tingkat pendidikan

yang masih dibaw rata-rata,meski demikian mereka mampu mengatasi masalah-

masalah yang akan ditempuh dalah usaha taninya dengan mengandalkan

pengalaman mereka. Tetapi pada dasaranya responden telah mengenyam

pedidikan walaupun dalam tingkat yang berbeda-beda.

5.1.3 Distribusi Pengalaman Responden Dalam Berusaha Tani

Pengalaman berusahatani dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah

dijalani, dirasakan, ditanggung oleh petani dalam menjalankan kegiatan usahatani

dengan mengarahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai tujuan usaha

tani, yaitu memperoleh pendapatan bagi kebutuhan hidup petani dan keluarganya.

Keputusan petani yang diambil dalam menjalankan kegiatan usahatani

lebih banyak mempergunakan pengalaman, baik yang berasal dari dirinya

maupun pengalaman petani lain. Pengalaman berusahatani merupukan faktor yang

cukup menunjang seorang petani dalam meningkatkan produktivitas dan

35
kemampuan kerjanya dalam berusahatani, petani di Desa Erelembang Kecamatan

Tombolo Pao Kabupaten Gowa yang paling lama berusahatani selama 40 tahun

dan yang baru dalam berusahatani selama 2 tahun, disamping itu pengalaman

berusahatani juga memberikan dampak terhadap tingkat pengetahuan petani

dalam berusahatani. Adapun klasifikasi pengalaman berusahatani oleh informan

usahatani padi di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa

dapat dilihat pada tabel 8.

Taebl 8. Karekteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Berusaha Tani di


Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
Pengalaman Berusaha Tani
No Jumlah (Orang) Persentase (%)
(Tahun)
1 2-10 9 30
2 11-20 11 37
3 21-30 8 27
4 31-40 2 6
Total 30 100
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.
Tabel 8 menunjukan bahwa pengalaman berusahatani responden dalam

penelitian ini sangat beragam, mulai dari responden yang paling lama

berusahatani yaitu 31-40 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 6%,

responden dengan pengalaman berusaha tani 21-30 tahun sebanyak 8 dengan

persentase 27%, responden dengan pengalaman berusaha tani 11-20 tahun

sebanyak 11 orang dengan persentase 37%, dan responden dengan pengalam

berusaha tani yang baru 2-10 tahun sebanyak 9 orang dengan persentasi 30%.

36
5.1.4 Distribusi Jumlah Tanggungan Keluarga

Setiap keluarga di dalamnya terdapat beberapa orang yang menjadi

tanggungan kepala keluarga, konsekuensinya adalah kepala keluarga harus

melakukan usaha-usaha memperoleh pendapatan agar mampu memenuhi

kebutuhan keluarganya. Besar kecilnya tanggungan keluarga akan menentukan

perilaku petani dalam usahataninya. Makin besar jumlah tanggungan keluarga,

maka makin dinamis dalam usahtaninya karena ia terdorong oleh tanggung jawab

terhadap keluarganya. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani informan

dapat dilihat pada Tabel 9.

Taebl 9. Karekteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungann Keluarga di


Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
Jumlah Tangguangan
No Jumlah (Orang) Persentase (%)
Keluarga (Orang)
1 1-3 17 57
2 4-5 13 43
Total 30 100
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.
Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar petani

informan memiliki jumlah tanggungan 1-3 sebanyak 17 orang dengan persentase

57% dan terdapat 13 orang yang memiliki jumlah tanggungan keluarga 4-5 orang

dengan persentase 43%. Umumnya petani yang memiliki banyak tanggungan

keluarga mungkin merasakan beban yang berat kerena terkait dengan besarnya

biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan oleh mereka sebagai kepala keluarga.

Namun disisi lain banyaknya jumlah tanggungan keluarga merupakan potensi pula

bagi mereka karena anggota keluarga yang di tanggung dapat membantu secara

langsung atau menjadi tenaga kerja dalam usahataninya. Apabila anggota keluarga

37
masih tergolong dalam usia produktif, berarti anggota keluarga dapat memberikan

tambahan penghasilan keluarga.

5.1.5 Distribusi Luas Lhan Uaha Tani Rseponden

Luas lahan yang dimiliki oleh petani sangat berpengaruh pada

produksi yang dihasilkan. Luas lahan garapan sangat berpengaruh terhadap petani

dalam mengelolah usahataninya.Lahan atau yang lebih dikenal dengan tanah

merupakan faktor utama dalam usahatani. Hal ini dikarenakan tanaman maupun

hewan memanfaatkan tanah sebagai media tumbuh maupun tempat

tinggalnya.Untuk lebih jelasnya mengenai luas lahan yang dimiliki oleh petani

informan di Desa Barembeng Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa dapat di

lihat pada Tabel 10.

Taebl 10. Karekteristik Responden Berdasarkan Jumlah Luas Lahan di Desa


Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
No Luas Lahan (Are) Jumlah Orang Persentase (%)
1 25-50 10 33
2 100-150 15 50
3 200-300 5 17
Total 30 100
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.
Berdasarkan tabel 10 terlihat bahwa jumlah petani responden yang

memiliki luas lahan 25 Are-50 Are sebanyak 10 orang dengan persentase 33%,

jumlah petani responden yang memiliki luas lahan 100 Are-150 Are sebanyak 15

dengan persentasi 50%, dan jumkah petani responden yang memiliki luas lahan

200 Are-300 Are sebanyak 5 orang dengan persentase 17%. Hal ini menunjukkan

bahwa luas lahan yang dimiliki petani responden di Desa Erelembang Kecamatan

38
Tombolo Pao Kabupaten Gowa sudah tergolong luas lahannya berada diatas rata-

rata.

5.2 Identifikasi Faktor Lingkungan

Melihat hasil analisis sebelumnya, bahwa Kecamatan Panakkukang

memiliki hortikultura memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan

sebagai peluang usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Meskipun

memiliki peluang usaha yang cukup tinggi, berdagang buah-buahan memiliki

faktor internal dan eksternal yang harus dijawab. Perumusan strategi dengan

menganalisis faktor internal dan eksternal untuk mengidentifikasi faktor-faktor

strategis yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam

mengembangan peluang usaha buah-buahan.

5.2.1 Analisis Faktor Internal

Analisis faktor internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan

(Strengths) dan kelemahan (Weaknesses) dalam melakukan peluang usaha sayur

sayuran sebagai masukan dan pertimbangan dalam penentuan strategi

pengembangan usaha tani hortikultura di Desa Erelembang Kecamata Tombolo

Pao Kabupaten Gowa.

39
Tabel 11. Identifikasi Faktor Internal Strategi Pengembangan Hortikultura Untuk
Peningkatan Nafka Rumah Tangga Petani di Desa Erelembanga Kec.
Tombolo Pao Kab. Gowa.
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)
1. Lokasi yang Strategis 1. Ketersedian sayuran musiman
2. Kebutuhan Sayuran Harian 2. Persaingan antar pedagang
3. Ketersedian pupuk dan obat-obatan 3. Kurangnya penyuluahn dalam
pertanian pengembangan pertanian
4. Menggunakan benih yang 4. Kurangnya bantuan alat pertanian
bersertifikat 5. Kurangnya modal petani
5. Pengalaman dalam berusaha tani
Sumber Data: Data Perimer Setelah Diolah 2020.
Table 11 menunjukkan kekuatan dan kelemahan yang di miliki petani

pengembangan hortikultura untuk peningkatan nafka rumah tangga petani di Desa

Erelembanga Kec. Tombolo Pao Kab. Gowa sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strengths)

a. Lokasi yang cukup strategis merupakan salah satu upaya pedagang untuk

menarik masyarakat yang akan membeli sayur mendapatkannya dengan

mudah dan juga aksebilitas masyarakat untuk mendapatkan sayur-sayuran

sangat mudah untuk dijangkau sehingga masyarakat tidak perlu untuk

mengkhawatirkan lokasi tempat pedagang buah berdagang. Dari hasil

penelitian, masyarakat lebih mudah mendapatkan pedagang buah karena

pedagang berdagang di jalan-jalan yang setiap harinya dilalui oleh

masyarakat.

b. Kebutuhan sayuran harian. Jumlah penduduk yang semakin meningkat tiap

tahunnya menyebabkan kebutuhan sayuran yang meningkat juga. Bukan

hanya tiap musim sayuran tertentu, akan tetapi masyarakat membutuhkan

sayuran tiap harinya baik untuk dikonsumsi ataupun untuk diberikan kepada

orang lain. Walaupun sayur-sayuran ada yang bersifat musiman tapi itu

40
bukan kendala bagi pedagang sayuran untuk berdagang dan penghalang buat

masyarakat untuk tidak mengkonsumsi jenis sayuran lainnya. Sayur-sayuran

yang bersifat musiman dan memiliki manfaat yang berbeda-beda bagi

kesehatan tubuh masyarakat yang mengkonsumsinya.

c. Ketersedian pupuk dan obat-obatan pertanian. Tersedianya pupuk dan obat-

obatan atau pestisida pertanian ini sehingga para petani yang di Desa

Erelembang dapat membantu prosrs dalam berusaha taninya terutama dalam

proses budidaya tanaman hortikultura karan kebutuhan unsur hara bagai

tanaman cukup tersedia dengan baik dan para petani juga tidak kewalahan

dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman atao OPT yang

menyerang tanaman yang dibudidayakannya, sehingga hasil panen panen

yang didapatkan meningkat dan kuliatasnya terjamin.

d. Pendapatan petani yang sangat tinggi. Sudah jelas bahwa pendapatan petani

yang ada di Desa Erelembang tersebut meningkat dikarenakan hasil panen

yang di dapatkan para petani juga melimpah dan terdapat sekitar 50% petani

yang memiliki luas lahan sekitar 100-150 are/orangnya. Banyaknya petani

yang memiliki luas lahan yang berada diatas rata-rata sehingga pendapatan

para petani juga meningkat dan juga dapat memunuhi nafkah rumah

tangganya.

e. Pengalaman dalam berusaha tani. Kebanyakan para petani yang ada di Desa

Erelembang dalah melangsung proses usaha taninya terutama dalam

pengembangan tanaman hortikultura hanya mengandalkan pengalaman

dalam melakukan proses budidaya tanaman yang diusahan, dengan

41
pengalaman yang berbeda-beda yang dimiliki para petani mereka juga dapat

melakukan proses budaya tanaman layaknya pertanian moderen saat ini

dikarenakan mereka juga dapat menghasil panen yang melimpah dan

berkualitas tampa adanya batuan dari para penyuluh-penyuluh setempat.

2. Kelemahan (Weaknesses)

a. Ketersedian sayuran bersifat musiman seperti kentang, wortel, kol, tomat,

dan sawi putih Ketersediaan buah ada yang bersifat musiman. Ketersediaan

buah inilah yang menjadi kekhawatiran pedagang sayuran dikarenakan

sayuran yang dibutuhkan masyarakat tidak selamanya tersedia apalagi jika

sayuran yang dibutuhkan itu adalah sayuran yang bersifat musiman. Banyak

masyarakat yang mengetahui sifat buah-buahan akan tetapi pada saat

tertentu masyarakat kadang membutuhkan dadakan sayur-sayuran yang

jarang tersedia tiap saat. Inilah mengapa ketersediaan sayur menjadi salah

satu kelemahan dari berdagang sayur-sayuran.

b. Persaingan antar pedagang merupakan kekhawatiran pedagang sayuran saat

ini. Hal ini dikarenakan jarak pedagang sayuran satu dengan yang lain

cukup dekat dan rata-rata sayuran yang dijual hampir sama. Tiap pedagang

mempunyai strategi agar bagaimana dagangannya tetap laku dan diminati

masyarakat tapi karena pesaing pedagang sayuran kapan saja bisa

bertambah, maka pedagang sayuran harus tetap meningkatkan dagangan

buahnya agar tetap diminati. Persaingan akan semakin parah apabila musim

sayuran tertentu sudah masuk musimnya, apalagi pedagang kaki lima yang

42
menjual sayur-sayuran saat ini hanya memiliki tempat dagangan yang

bersifat sementara.

c. Kurangnya penyuluhan dalam bidang pertanian. Kerangnya penyuluhan atau

sosialisasi yang dilakukan oleh orang-orang yang bersakutan bidang

pertanian terkhusus penyuluh setempat, sehingga para petani yang ada di

Desa Erelembang kurang mengetahui atau bahkan tidak mengetahui inovasi-

inovasi baru dalam bidang pertanian seperti bagaimana tata cara budidaya

tanaman yang baik, proses pemeliharaan paska panen yang baik dan lain

sebagainya. Tetapi walau tampa mendapatkan pendapingan dari para

penyuluh setempat para petani tersebut dapat melakukan proses budidaya

tanaman hortikulturannya dengan baik dan tetap memproduksi sayuran-

sayuran dengan pengalam yang mereka miliki.

d. Kurangnya bantuan alat pertanian sehingga para petani yang berada di Desa

Erelemban masih menggunakan alat pertanian seadanya atau sederhana

dalam melakukan perose budidayanya baik itu dalam pengolahan lahan

sebelum bercocok tanam seperti teraktor tangan, cangkul, sabit dan lain

sebagainnya, sehingga memakan waktu beberapa hari dalam proses

pembajakan lahan pertaniannya.

e. Kurangnya modal petani. Akibat dari keterbatas modal yang dimiliki para

petani yang ada di Desa Erelembang menyebabkan patani agak kesulitan

dalam memenuhi biaya produksinya selama melakukan proses usaha

taninya, ini akan berdampak pada tanaman yang dibudidayakan seperti

tanaman sayur-sayurannya kekurang pupuk, kebutuhan pestidanya tidak

43
terpenuhi, proses pemeliharaan kurang maksimal dan bahkan akan

berpengaruh terhadap hasil produksinya.

5.2.2 Analisis Faktor Xsternal

Analisis faktor xsternal dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor

eksternal dari strategi pengembangan usahatani hortikultura di Desa Erelembang

Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa, faktor eksternal adalah faktor

lingkungan dari luar usahatani tersebut yang terdiri dari peluang dan ancaman.

Peluang (Opportunities) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang positif, yang

dapat dan mampu mengarahkan kegiatan usahatani kearah yang lebih baik dan

Ancaman (Threats) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang mampu

menghambat pergerakan usahatani itu sendiri.

Tabel 12. Identifikasi Faktor Xternal Strategi Pengembangan Hortikultura Untuk


Peningkatan Nafka Rumah Tangga Petani di Desa Erelembanga
Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
Peluang (Opportunities) Ancaman (Thereats)
1. Harga sayuran cukup murah 1. Serangan hama dan penyakit
2. Adanya perintaan dari pengepul 2. Tidak tahan simpan
3. Teknologi yang canggih 3. Harga pasca panen tidak merata
4. Dekat dengan destinasi wisata 4. Sayuran organik/Hidroponik
5. Proses budidaya yang gampang 5. Tersedianya swalayan-swalayan
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.

Tabel 12 menunjukkan kekuatan dan kelemahan yang di miliki petani

pengembangan hortikultura untuk peningkatan nafka rumah tangga petani di Desa

Erelembanga Kec. Tombolo Pao Kab. Gowa sebagai berikut:

44
1. Peluang (Opportunities)

a. Harga sayuran cukup murah bagi masyarakat. Ini merupakan strategi

pedagang sayuran dalam berdagang. Pedagang syuran mendapatkan sayur-

sayuran lokal sangat gampang dan rata-rata dari petaninya langsung, oleh

karena itu dalam menentukan harga pedagang sayur biasanya mematok

harga lebih terjangkau. Apalagi pedagang sayur mempunyai banyak pesaing

tetapi pedagang tetap bijaksana dalam mematok harga. Walaupun tidak

mendapatkan keuntungan yang banyak, pedagang tetap memberikan harga

yang terbaik bagi masyarakat tetapi dengan kualitas sayuran yang bagus.

b. Adanya permintaan dari pengepul sehingga para petani yang ada di Desa

Erelembang tidak kesulitan dalam proses pemasarannya pada saat musim

panen tiba dikarenakan dilokasi tersebut banyak pengepul yang siap untuk

membelih hasil panen para petani dan harga dari produsen juga tidak terlalu

mahal.

c. Teknologi yang canggih. Dengan adanya teknologi yang canggih dimasa

sekarang, ini sangat membantu para petani dalam menangani pengolahan

paska panennya sehingga produksi hasil sayuran-sayuran bisa bertahan lama

dan kesegarannya masih terjaga walaupun telah dipanen selama kurang

lebih seminggu.

d. Dekat dengan destinasi wisata ini juga sangat berpengaruh terhadap

pendapatan petani sehingga kebutuahn nafka rumah tangga para petani

dapat terpenuhi dikarenakan diwaktu-waktu tertentu di Desa Erelembang

mejadi pusat wisa yang menarik banyak orang bahkan wisatawan dari luar

45
negeri. Di waktu-waktu seperti inilah dimanfaatkan oleh para orang-orang

yang berada di Desa Erelambang untuk meningkatkan pendapatanny.

e. Proses budidaya yang gampang dalam berusaha tani sayur-sayuran

hortikultura tidak membutuhkan perawatan yang susah dikarenakan jika

kebutuhan obat-obatab pertanian sudah tersedia sesuai dengan dosis yang

dibutuhkan sayur-sayuran tersebut maka akan tuhmbuh dengan subur, hama

dan penyakitnya juga sudah dapat dikendalikan dengan aksimal pastilah

para petani akan mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Ancaman (Thereats)

a. Serangan hama dan penyakit ini juga dapat menyebabkan para petani bisa

gagal panen jika serangan maha dan penyakit tersebut pada tanaman sayur-

sayuran yang dibudidayakan berada di atas ambang batas dan tidak bisa di

kendalikan oleh para petani.

b. Tidak tahan simpan. Sayur-sayuran yang diproduksi para petani yang ada di

Desa Erelembang kualitasnya tidak tahan simpan dikarenakan dalam proses

penangan paska panennya yang tidak maksimal sehingga sangat

berpengaruh terhadap kualitas sayur-sayuran yang diprosuksi.

c. Harga pasca panen tidak merata dikarenakan terlalu banyaknya pengepul-

pengepul yang bermunculan disaat masa panen tiba sehingga persaingan

terjadi monopol harga sayur-sayuran di kalangan produsen. Selain dari

banyaknya pengepul ternyata yang mempengaruhi harga paska panen tidak

merata yaitu bibit yang digunakan petani juga berbeda-beda ada yang

menggunakan benih bersertifikat da nada juga yang menggunakan benih

46
lokal, inilah salah satu yang menjadi tolak ukur para pengepul memberikan

harga yang tidak merata di produsen sayur-sayuran hortikultura.

d. Sayuran organik atau Hidroponik. Munculnya sayur-sayuran organik atau

sayuran hidroponok ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani

sayur-sayuran hortikulturan yang ada di Desa Erelembang dikarenakan

menurunnya minat konsumen untuk membeli sayur-sayuran para petani

tersebut. Karna sayur-sayuran organik lebih terjamin mutunya dan bebas

dari residu bahan kimia.

e. Tersediatanya swalayan-swalayan ini juga dapat pempengaruh para

pendapatan para petani sayur-sayuran hortikultura dikarenakan

berkurangnya minat para konsumen untuk membelih langsung sayur-

sayuran langsung ke petani di karenakan banyaknya swalayan-swalayan

tersedia dimana-mana.

5.3 Matriks Faktor Strategi Internal dan Eksternal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa Erelambang Kec. Tombolo

Pao Kab. Gowa, maka di susunlah faktor-faktor internal yang dapat dirumuskan

kedalam matriks faktor strategi internal pada tabel 13.

Adapun penjelasan pemberian bobot faktor internal adalah beri bobot

masing faktor-faktor tersebut dengan skala mulai dari 0,0 ( tidak penting ) sampai

dengan 1,0 ( paling penting ). Berdasarkan pengaruh masing-masing faktor

terhadap posisi strategi tersebut, semua bobot tidak boleh melebihi skor total 1,00.

47
Tabel 13.Matriks Faktor Strategi Internal Pengembangan Hortikultura Untuk
Peningkatan Nafka Rumah Tangga Petani di Desa Erelembanga
Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
Faktor Strategi Skor X
Bobot Rating
Internal Rating
Kekuatan:
1. Lokasi yang Strategis 0,17 4 0,68
2. Kebutuhan Sayuran 0,08 3 0,24
Harian
3. Ketersedian pupuk dan 0,13 4 0,52
obat-obatan pertanian
4. Menggunakan benih 0,15 4 0,6
yang bersertifikat
5. Pengalaman dalam 0,02 2 0,04
berusaha tani
Jumlah Komulatif 0,55 2,08
Kelemahan:
1. Ketersedian sayuran 0,07 2 0,14
musiman
2. Persaingan antar 0,08 3 0,24
pedagang
3. Kurangnya 0,15 4 0,6
penyuluahn dalam
pengembangan
pertanian
4. Kurangnya bantuan 0,10 3 0,3
alat pertanian
5. Kurangnya modal 0,05 2 0,1
petani
Jumlah Komulatif 0,45 0,78
Total 1,00 2,86
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.
Pada tabel 13 menunjukan faktor internal terdapat 5 kekuatan dan 5

kelemahan yang ada pada petani hortikultura di Desa Erelembang Kecamatan

Tombolo Pao Kabupaten Gowa dalam strategi pengembangan usahatani

hortikultura faktor kekuatan dan kelemahan di susun berdasarkan bobot dampak

sangat penting. Kekuatan dan kelemahan yang diberikan terdapat strategi

pengembangan usahatani hortikultura. Data menunjukan bahwa bobot kekuatan

lebih besar dibandingkan dengan bobot kelemahan. Terlihat bahwa faktor strategi

48
internal yang menghasilkan bobot tertinggi pada faktor kekuatan adalah lokasi

yang strategis dengan bobot sebesar 0,17 dan bobot terendah pada faktor

kekuatan adalah pengalaman dalam berusaha tani sebesar 0,02, sedangkan faktor

kelemahann yang menghasilkan bobot tertinggi adalah kurangnya penyulihan

dalam pengembangan pertanian dengan bobot sebesar 0,15 dan bobot yang

terendah pada faktor kelemahan adalah kurangnya modal petani dengan bobot

sebesar 0,05. Total jumlah skor pada pembobotan faktor internal kekuatan dan

kelemahan sebesar 2,86.

Adapun matriks strategi eksternal dari hasil penelitian mengenai

pengembangan hortikultura untuk peningkatan nafka rumah tangga petani di Desa

Erelembanga Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

Tabel 14.Matriks Faktor Strategi Eksternal Pengembangan Hortikultura Untuk


Peningkatan Nafka Rumah Tangga Petani di Desa Erelembanga
Kecamatan Tombolo Pao Kabupataen Gowa.
Faktor Strategi Skor X
Bobot Rating
Eksternal Rating
Peluang:
1. Harga sayuran cukup 0,10 4 0,04
murah
2. Adanya perintaan dari 0,10 4 0,04
pengepul
3. Teknologi yang 0,12 4 0,48
canggih
4. Dekat dengan destinasi 0,20 3 0,60
wisata
5. Proses budidaya yang 0,13 3 0,39
gampang
Jumlah Komulatif 0,65 1,91
Ancaman:
1. Serangan hama dan 0,03 2 0,06
penyakit
2. Tidak tahan simpan 0,02 2 0,04
3. Harga pasca panen 0,07 2 0,14
tidak merata
4. Sayuran 0,10 1 0,01

49
organik/Hidroponik
5. Tersedianya swalayan- 0,13 1 0,13
swalayan
Jumlah Komulatif 0,35 0,38
Total 1,00 2,29
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.
Table 14 menunjukan bahwa faktor eksternal terdapat 5 peluang dan 5
ancaman yang ada pada pengembangan hortikultura untuk peningkatan nafka
rumah tangga petani di Desa Erelembanga Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten
Gowa.
dalam strategi pengembangan usaha tani hortikultura, faktor peluang dan

ancaman ini di susun berdasarkan bobot dampak sangat penting hingga penting.

Peluang dan ancaman yang di berikan terdapat strategi pengembangan

hortikultura. Data menunjukan bahwa bobot peluang lebih besar dibandingkan

dengan bobot ancaman. Terlihat bahwa matriks strategi eksternal yang

menghasilkan skor tertinggi pada faktor peluang.

50
Tabel 15. Diagram Matriks Swot Dalam Pengembangan Hortikultura Untuk
Peningkatan Nafka Rumah Tangga Petani di Desa Erelembanga Kec.
Tombolo Pao Kab. Gowa.
IFAS Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Lokasi yang Strategis 1. Ketersedian sayuran
2. Kebutuhan Sayuran musiman
Harian 2. Persaingan antar
3. Ketersedian pupuk dan pedagang
obat-obatan pertanian 3. Kurangnya
4. Menggunakan benih penyuluahn dalam
yang bersertifikat pengembangan
5. Pengalaman dalam pertanian
berusaha tani 4. Kurangnya bantuan
alat pertanian
5. Kurangnya modal
EFAS petani
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Harga sayuran cukup
1. Lokasi budidaya 1. Ketersedian sayuran
murah
hortikultura berada di yang bersifat harian
2. Adanya permintaan
tengah-tengah sentra sehingga harga
dari pengepul
produksi sehingga menjadi murah
3. Teknologi yang
menyebabkan harga 2. Tidak adanya
canggih
menjadi murah persaingan antar
4. Dekat dengan
2. Komsumsi sayura- pedagang sehingga
destinasi wisata
sayuran harian permintaan para
5. Proses budidaya
sehingga pengepul meningkat
yang gampang
meningkatkan 3. Adanya peyuluhan
permintaan pengepul dalam bidang
3. Tersedian kebutuhan pertanian dan didukan
petani dalam proses dengan teknologi
pemeliharaan yang memadai
dikarenakan teknologi 4. Tersediannya alsintan
yang sudah canggih dibidang pertanian
4. Menggunakan benih dan lokasi usaha
yang berkualitas dan taninya dekat dengan
lokasinya dekat tempat wisata
dengan wisata 5. Ketersedian modal
sehingga sayurannya yang memadai
banyak diminati sehingga proses
5. Dalam berusaha tani budidaya berjalan
hanya menggunkan dengan baik
pengalamn mereka
sehingga proses
budidaya tidak rumit
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T

51
1. Serangan hama dan 1. Tempat budidaya yang 1. Ketersedian sayuran
penyakit baik sehingga aman setiap hari
2. Tidak tahan simpan dari serangan hama dikarenakan tanaman
3. Harga pasca panen penyakit. tersebut terhinddar
tidak merata 2. Produksi sayuran dari serangan hama
4. Sayuran setiap hari dan kuliatas penyakit
organik/Hidroponik sayurannya juga sangat 2. Tidak adanya
5. Tersedianya baik. persaingan sesama
swalayan-swalayan 3. Tersedianya input pedagang dan sayuran
dalam proses budidaya yang dihasilkan
sehingga harga paska memiliki kualitas
meningkat. yang baik
4. Kualitas benih yang 3. Adanya pengarahan
digunakan berkualitas dari penyuluh
sehingga sebanding setempat sehingga
dengan sayuran harga paska panen
hidroponik. merata
5. Para petani memiliki 4. Tersedianya bantuan
penaglaman yang baik alsinta untuk
dalam berusaha tani berusahatani sehingga
sehingga sayuran yang sayuran yang
dihasilkan dapat dihasilakn bersaing
bersaing dengan dengan sayuran
swalayan-swalayan. organik
5. Ketersedian modal
dalam berusaha tani
sehingga sayura-
sayuran yang di
produksi bisa masuk
di swalayan-
swalayan.
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.

52
VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan strategi pengembangan Hortikultura untuk

peningkatan nafka rumah tangga petani di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo

Pao Kabupaten Gowa yang akan diterapkan adalah meningkatkan proses

penyuluhan di lokasi tersebut sehingga para petani dapat mengetahui inovasi-

inovesi baru dari perkembangan pertanian dan juga harus dibantu dengan

perkembangan teknologi dan alsintan, sehingga para petani dapat melakukan

proses budidaya yang baik dan menghasilkan sayur-sayuran hortikultura yang

berkualitas.

Menciptakan strategi untuk merubah atau meningkatkan pengembangan

hortikultura untuk peningkatan nafkah rumah tangga petani agar produksi sayur-

sayuran hortikultura semakin meningkat dan diminati para konsumen, selain itu

juga petani dan pengepul harus menjaga jalinan kerja sama tidak terjadi

monopoli harga antara pengepul dan petani.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan pengembangan pengembangan Hortikultura

untuk peningkatan nafka rumah tangga petani di Desa Erelembang Kecamatan

Tombolo Pao Kabupaten Gowa adapun saran yang dapat diberikan adalah haru

adanya keterlibatan semua pihak baik pemerintah, lembaga keuangan, dan pelaku

usaha yang bersangkutan di dalamnya yang harus di ikuti oleh dukungan kuat oleh

petani dengan meningkatkan hasil produksi sayur-sayuran hortikultura.

53
DAFTAR PUSTAKA

Ali Moertopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta, Yayasan Proklamasi),h 7.


BPS kabupaten Gowa, 2017. Statistik Pertanian Tanaman Hortikultura
kabupatenBintoro Tjokroamidjojo. Z dan Mustopa Didjaya. A.R, Teori
Strategi
Ellis, Frank, 2000. Rural Lrvelihooods and Diversityin Developing, Oxford
University Press, New York.
Endang Suhendar dan Yohan Budi Winarti, Petani dan Konflik Agraris,
(Bandung: Akatiga 1998).h.1
Freddy Rangkuti (2009: 18) Analisis SWOT Meminimalkan Ancaman dan
Kelemahan
Gitosudarmo (2001: 115) Kata SWOT Strategi SWOT
Gitosudarmono, Indriyo. 2000. Manejemen Pemasaran. Edisi II, BPFE
Gowa 2017, Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa tahun 2016. BPS
Sulsel.Kippera Pustaka Utam,2003),h.241
Kotler (2009: 51) Analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunity, Threaths)
Cara Untuk Mengamati Lingkungan Eksternal dan Internal
Kurniawan, dan Hamdani, Manajemen Strategik dalam Organisasi. Yogyakarta:
MedPress, 2008.
Notodimedjo, Soewarno. 1997, Strategi Pengembangan Hortikultura Khususnya
Buah-buahan dalam menyongsong Era Pasar Bebas, Pidato Pengukuhan
Guru Besar dalam Ilmu Hortikultura, Fak.Pertanian Unibraw, Malang.
Pembangunan Nasional (Jakarta,PT.Gunung Agung,1983),h.13.
Purnomo, Agustina, M. 2006, Strategi Nafkah RumahTangga Desa Sekitar
Hutan:Studi Kasus Dua Peserta PHBM (tesis), Bogor Sekolah
Pascasarjana Institusi
Respati, E., L. Hasanah, S. Wahyuningsih, Sehusman, M. Manurung, Y.
Supriyati, dan Rinawati. 2015. Buletin Konsumsi Pangan. Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian, Jakarta.
Salusu, J. 2000. Pengembilan Keputusan Stratejik. Jakarta: Gramedia.,
Yogyakarta.
Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional. PT Bumi Aksara. Jakarta.

54
Ulrich Planch, Sosiologi Pertanian, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993).h.27
Yayuk Yulianti dan Mangku Poernomo, Sosiologi Pedesaan, (Yogyakarta :
Pertanian Bogor.
Zulkarnain. (2009). Dasar-dasar Hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara.

55
L
A
M
P
I
R
A
N
56
Lampira 1. Tabel Hasil Tabulasi

Umur Jumlah Tingkat Lama Luas Lahan Jenis


NO NAMA
(Tahun) Tanggungan Pendidikan Berusaha tani (Are) Komoditas
1 Dg. Gassing 45 5 SD 30 50 Kentang, Daun Bawang
2 Anto 40 3 SMP 4 100 Kentang, Daun Bawang
3 Tallasa 34 4 SD 30 300 Kentang
4 Zaenal 50 5 SD 30 100 Wortel
5 Dg. Lebang 70 3 SD 20 200 Kol, Kentang
Sudirman,
6 S.P,.M.M 28 0 S2 3 100 Kentang,Kol,Daun Bawang
7 Edi 25 2 SMP 10 100 Kentang, Tomat
8 Basri 37 2 SD 20 100 Kentang, Kol
9 Asri 31 3 SD 20 100 Kentang
10 Bakri 43 5 SD 20 200 Kentang, Bawang, Kol
11 Latif 48 5 SMP 23 150 Kol, Kentang
12 Firman 28 3 SD 11 50 kentang
13 Majid 37 2 SD 22 200 Kentang, Daun Bawang
Muhammad
14 Arbi,S.P 25 2 S1 2 50 Kentang, Daun Bawang
Kentang, Daun Bawang,
15 Suardi 34 3 SD 5 100 Sawi Putih
16 Ramalan 54 3 SD 18 200 Kol, Kentang
17 Rahman Bin Kulle 52 5 smp 3 50 kentang
18 Amran 38 5 SD 8 100 Wortel

57
19 Asdar 23 1 SMA 2 50 ketang
20 Bakri Muda 46 4 SD 35 100 kentang
21 Ardi 32 3 SD 15 150 Kentang, Daun Baawang
22 Arifin 37 5 SD 22 150 Kentang
23 Sanji Saing 58 3 SD 40 50 Kentang
24 Muhammad Ali M 30 4 SD 10 25 Kentang
25 Dg Rani 38 4 SMP 18 50 Kentang
26 Dg Pato 40 5 SD 22 100 Kentang, Kol
27 Dg Unjung 30 2 SMP 12 50 kentang, Daun Bawang
28 Dg Sija 37 4 SD 20 100 Kentang
29 Dg Kulle 32 2 smp 12 50 Kentang
30 Dg Sarro 36 3 SD 24 100 Kentang, Kol

58
Lampiran 2. Karekteristik Responden Berdasarkan Usia Petani di Desa
Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

No Usia (Tahun) Jumlah Orang


1 20-30 6
2 31-40 11
3 41-50 3
4 51-60 3
5 61-70 7
Total 30

Lampiran 3. Karekteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Desa


Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

No Pendidikan Jumlah (Orang)


1 SD 20
2 SMP 7
3 SMA 1
4 SARJANA 2
Total 30

Lampiran 4. Karekteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Berusaha Tani di


Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
Pengalaman Berusaha Tani
No Jumlah (Orang)
(Tahun)
1 2-10 9
2 11-20 11
3 21-30 8
4 31-40 2
Total 30

Lampiran 5. Karekteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungann


Keluarga di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao
Kabupaten Gowa.
Jumlah Tangguangan
No Jumlah (Orang)
Keluarga (Orang)
1 1-3 17
2 4-5 13
Total 30

59
Lampiran 6. Karekteristik Responden Berdasarkan Jumlah Luas Lahan di Desa
Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
No Luas Lahan (Are) Jumlah Orang
1 25-50 10
2 100-150 15
3 200-300 5
Total 30

60
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya

hidup di pedesaan dengan suasana pedesaan sebagai petani. Dan sebagian

waktunya dihabiskan untuk bekerja di sektor pertanian. Oleh karena itu, lahan dan

sumber daya pertanian lainnya di masyarakat tidak hanya menjadi faktor produksi,

tetapi juga memiliki implikasi penting lainnya, termasuk aspek sosial dan politik.

Di sisi lain, ternyata populasi lahan yang sudah kecil semakin meningkat

pesat, sebagian petani dan buruh tani terpaksa terasing secara ekonomi dan sosial,

dan keseluruhan proses modernisasi menghadapi banyak kendala. Dengan

demikian, usaha kecil yang dimiliki sebagian besar petani menunjukkan bahwa

pola hidup petani Indonesia tergolong subsistem (bertahan hidup dalam kondisi

minimal). Karena keterbatasan kemampuan Endang Suhendar dan Yohan Budi

Winarti, Petani dan Konflik Pertanian, (Akatiga, 1998) Ulrich Planch, Sosiologi

Pertanian, (Yayasan Obor Indonesia, 1993). Produksi disebabkan oleh usaha

petani kecil. Situasi ini menjadi indikator yang jelas ketika mengukur kapasitas

petani dari hasil produksi yang lebih terbatas.

Subsektor tanaman pangan dan hortikultura merupakan penyumbang

terbesar subsektor pertanian yaitu sebesar 60,9% dari total nilai tambah pertanian.

Selain itu, kontribusi subsektor usaha Kabupaten Gowa terhadap total PDRB

sebesar 19,64% merupakan kontribusi terbesar dari seluruh sub kelompok /

subsektor usaha yang ada.

1
Kecamatan Tombolo Pao adalah sentra pertanian untuk tanaman sayuran

dan hortikultura lainnya di Kabupaten Gowa bersama Kecamatan Tombolo

Pao,Tompobulu dan Biringbulu (BPS Kabupaten Gowa, 2017).. Jenis tanaman

hortikultura khas dataran tinggi tengah yang merupakan hasil dari daerah tersebut

antara lain kubis, paprika, tomat, daun bawang, kentang, wortel, kembang kol,

brokoli, markisa, dan berbagai jenis tanaman hias. Oleh karena itu, kemungkinan

peran dan kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Gowa dapat sangat

meningkat.

Peningkatan produksi tanaman atau komoditi unggulan dengan dukungan

berbagai stimulan tentu layak diberikan pemerintah secara sinergis dari berbagai

instansi pada beberapa komoditas yang mampu memberikan sumbangsih nilai

ekonomi yang terbaik. Tidak membuat skala prioritas pengembangan komoditas

unggulan juga akan dapat menimbulkan terjadinya inefisiensi. Keunggulan

komperatif bagi suatu komoditi bagi suatu daerah adalah bahwa komoditi itu lebih

unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya.

Salah satu pendekatan dalam memahami kehidupan ekonomi rumah

tangga di pedesaan adalah dengan menggunakan strategi nafkah (livelihood

strategies). Pendekatan ini tidak hanya berbicara mengenai pendapatan dan

pekerjaan tetapi lebih memahami bagaimana kehidupan rumah tangga, apa

prioritas hidup mereka dan apa yang dapat membantu mereka sehingga dapat

bertahan hidup. Kerentanan terhadap fluktuasi harga serta cuaca atau iklim yang

tidak menentu, membuat rumah tangga petani mengelola struktur nafkah sehingga

mampu meminimalkan resiko.

2
Studi tentang strategi nafkah ini dilakukan untuk lebih memahami pilihan

strategi yang dilakukan yang diambil oleh rumah tangga sebagai hubungan antara

akses sumberdaya, dan aktivitas yang dipengaruhi oleh sistem ekologi dan sistem

sosial kemasyarakatan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Ellis, 2000) dalam

(Novi Maryam Lempao, 2014) bahwa sumber daya yang dimiliki atau yang dapat

diakses oleh rumah tangga digunakan untuk bertahan hidup dalam kondisi

kemiskinan atau dalam kondisi normal untuk meningkatkan kesejahteraan

ekonomi rumah tangga.

Dalam studi strategi mata pencaharian yang dilakukan oleh Purnomo

(2006), strategi mata pencaharian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu,

strategi mata pencaharian berbasis kekuatan alam dan strategi mata pencaharian

kekuatan non-alami. Rumah tangga membuat pilihan sendiri tentang modal alam.

Penghasilan berupa uang tunai dari modal alam desa tidak dapat memenuhi

kebutuhan semua rumah tangga, sehingga modal sosial harus digunakan untuk

pindah dari desa untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Penelitian lain dilakukan oleh widodo (2010) dalam (Novi Maryam

Lempao, 2014) mengaplikasikan bahwa petani di pedesaan mengalami mixed

ethic, pada satu sisi berorientasi pada etika sosial-kolektif dan pada sisi lain harus

berorientasi pada keuntungan material. Kedua etika tersebut “dimainkan” oleh

rumah tangga petani sebagai upaya untuk membangun sistem nafkah

berkelanjutan. Sementara Grootaert (1999) menunjukan bahwa perekonomian

pada tingkat individu atau kelompok tidak hanya sepenuhnya dijelaskan oleh

pekerjaan, tanah dan modal fisik, namun peran “modal sosial” sangat

3
mempengaruhi untuk mencapai kesejahteraan, dalam konteks mikro, Modal sosial

mengacu pada hubungan dan norma-norma yang mengatur interaksi antara rumah

tangga dan komunitas yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Strategi Pengembangan Hortikultura untuk Peningkatan

Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa Desa Erelembang Kecamatan Tombolo

Pao Kabupaten Gowa ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Untuk mengetahui strategi pengembangan hortikultura untuk peningkatan

nafkah rumah tangga petani di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao

Kabupaten Gowa.

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah pengalaman bagi penulis dalam menerapkan ilmu dan teori yang

diperoleh dari bangku kuliah pada kenyataan di lapangan, sehingga dapat

dijadikan pertimbangan untuk merumuskan penelitian selanjutnya.

2. Untuk pemerintah, sekiranya dapat memberikan bantuan kepada para petani

agar dapat meninggkatkan pengembangan hortikultura dan kesejahteraan

masyarakat petani yang ada di Desa Erelambang Kecamatan Tombolo Pao

Kabupaten Gowa.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kelembagaan

Menurut Veblen kelembagaan adalah sekumpulan norma dan kondisi-

kondisi ideal (sebagai subjek dari perubahan dramatis) yang direproduksi secara

kurang sempurna melalui kebiasaan pada masing-masing generasi invidu

berikutnya (Yustika, 2013). Dengan demikian kelembagaan berperan sebagai

istimulus dan petunjuk terhadap perilaku individu. Dalam hal ini, keinginan

individu (individual prefelences) bukanlah faktor penyebab fundamental dalam

pengambilan keputusan, sehingga pada posisi ini tidak ada tempat untuk memulai

suatu teori.

Kelembagaan berasal dari kata lembaga, yang berarti aturan dalam

organisasi atau kelompok masyarakat untuk membantu angotannya agar dapat

berinteraksi sutu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diingikan (Ruttan,

1984 dalam repository UMY).

Menurut pandangan ahli kelembagaan tentang alternatif manusia di

tentukan melalui struktur kelembagaan. Kelembagaan hadir di masyarakat karna

kondisi masyarakat dipenuhi oleh berbagai aturan, untuk mengatur perlaku

manusia maka kelembagaan sebagai media atau wadah dalam membentuk pola-

pola yang telah mempunyai kekuatan yang tetap dan aktifitas guna memenuhi

kebutuhan harus dijalankan melalui kebutuhan yang harus dijalankan melalui pola

yang ada di kelembagaan. Melalui kelembagaan yang di buat untuk mengatur

5
terhadap pola perilaku dan pemenuhan kebutuhan manusia maka kelembagaan

akan diberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat.

2.2 Komoditas

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, komoditas adalah bahan mentah

berupa hasil bumi, benda niaga, barang dagang utama, dan kerajinan setempat

yang dapat di manfaatkan sebagai barang atau komoditas yang bisa di ekspor

seperti gandum, karet, kopi, dan lian-lainnya. Komoditas dalam arti luas

merupakan suatu produk yang dapat diperdgangkan. Pada awalnya komoditas

hanya dikenal pada daerah pertanian, misalnya komoditas padi, kacang, jagung,

maupun kedelai. tetapi dengan seiring pengembangan jaman ungkapan komoditas

tidak hanya menitip beratkan pada pertanian saja, tetapi sudah mencapu

keseluruhan barang yang dapat diperdagangkan, seperti pertambangan,

perkebunan, dan hewan. Jadi komoditas itu sangat luas kaitannya dengan barang

dan produk (widji, 2009).

Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang paling

menguntungkan untuk di usahakan atau dikembangkan pada suatu daerah yang

mempunyai daya saing baik di pasar nasioanal aupun internasioanl. Sebuah

komoditi dikatan unggul jika memiliki daya saing maupun untuk menangkal

produk pesaing di pasar domestik dan/atau menembus pasar ekspor (Muhammad,

2009). Menurut Ningsi (2010) ada beberapa cara yang dilakukan untuk

menentukan suatu komoditas yang dikatakan sebagai suatu komoditas unggulan

bagi suatu daerah:

6
1. Value added, yaitu nilai tambah cukup besar dari total utputnya yaitu di atas

rata-rata dari nilai tambah seluruh kegiatan perekonomian regiaonal.

2. Input domestic, kandungan iput domestik besar di atas rata-rata dari total input

domestik seluruh kegiatan ekonomi.

3. Speliasasi ekspor, merupakan peran suatu industri dalam ekspor netro (baik

antara Propindi dan Negara) yang cukup besar di atas rata-rata.

4. Investasi outpu, merupakan peran suatu industri dalam pembentukan investasi

yang cuku besar di atas rata-rata.

5. Peneyabaran (forward linkagaes), indeks penyebaran lebih besar dari 1 yang

merupakanketerkaitan kedepan atau serapan terhadap output sektor industri.

2.3 Definisi Hortikultura

Salah satu pakar penelitian Zulkarnain (2009) mendefenisikan kata

hortikultura (horticulture) yang berasal dari bahasa latin, yaitu berasal dari kata

hortus (kebun) dan colere (menumbuhkan) pada suatu medium buatan.

Para ahli umumnya mengartikan hortikultura sebagai ilmu yang

mempelajari tentang budidaya sayuran, bunga, buah, atau tanaman hias.

Hortikultura merupakan bidang pertanian yang mempelajari tentang budidaya

buah, sayur dan tanaman hias. Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 merupakan

tanaman obat kecuali buah-buahan, sayur mayur dan tanaman hias yang termasuk

dalam kelompok berkebun.

7
Dilihat dari fungsinya, tanaman hortikultura tidak hanya memenuhi

kebutuhan fisiknya sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan

sayur), tetapi juga memiliki rasa ketentraman, hidup dan estetika (dari tanaman

hias). Adapun peranan hortikultura adalah:

1. Memperbaiki gizi masyarakat

2. Memperbesar Devisa Negara

3. Memperluas kesempatan kerja

4. Meningkatkan pendapatan petani

5. Pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan.

Selain itu perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil

hortikultura yang dikemukan oleh Notodimedjo : 1997, yaitu:

1. Tidak dapat disimpan lama

2. Perlu tempat lapang (voluminous)

3. Mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan

4. Melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain

5. Fluktuasi harganya tajam.

Dengan mengetahui manfaat dan karakteristik unik dari pengembangan

hortikultura, keberhasilan membutuhkan pengetahuan yang lebih dalam tentang

permasalahan hortikultura.

8
Hortikultura merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

budidaya tanaman yang produknya digunakan manusia sebagai bahan pangan,

bahan obat, bahan bumbu, bahan penyegar atau penyedap dan sebagai pelindung

serta penyaman lingkungan. Hortikultura mencakup bidang ilmu buah-buahan,

sayuran, bunga dan tanaman hias, serta pertanaman (Ashari, 1995).

Hortikultura mempunyai peranan memperbaiki dan memenuhi gizi

masyarakat. Untuk itu, produk hortikultura dibutuhkan oleh manusia. Indonesia

sendiri merupakan negara yang berpotensi mengembangkan tanaman hortikultura

karena sebagai negara agraris dan merupakan negara dengan iklim tropis yang

memiliki variasi agroklimatologi yang tinggi. Akan tetapi, produksi hortikultura

di Indonesia masih rendah terbukti dengan tingginya nilai impor yang mencapai

10,29% pada tahun 2014 (Respati, 2015).

2.4 Definisi Analisis SWOT

Untuk membuat suatu rencana kita harus mengevaluasi faktor eksternal

maupun faktor internal. Analisis faktor-faktor harus menghasilkan adanya

kekuatan (strength) yang dimiliki oleh suatu organisasi, serta mengetahui

kelemahan (weakness) yang terdapat pada organisasi itu. Sedangkan analisis

terhadap faktor eksternal harus dapat mengetahui kesempatan (opportunity) yang

terbuka bagi organisasi dan dapat mengetahui pula ancaman (treath) yang dialami

oleh organisasi yang bersangkutan.

9
Analisis untuk menentukan trength, weaknesses, opportunity, dan treath

sering disebut dengan analisis SWOT, yang menggambarkan empat hal tersebut

(Dr. H. Indrito Gitosudarmo, 2000).

Setelah mempelajari tentang kekuatan, kelemahan, peluang terbuka, dan

ancaman yang dialami, kemudian menyusun rencana atau strategi yang mencakup

tujuan tertentu.

Selanjutnya, diperlukan mengubah rencana strategis yang menjadi rencana

operasional yang menunjukkan tujuan yang perlu dicapai. Kemudian, mengubah

rencana operasional menjadi unit jumlah moneter yang akan menjadi anggaran

operasional.

FAKTOR FAKTOR
INTERNAL EXTERNAL

SWOT :
STRENGHT
WEAKNESS
OPPORTUNITY
TREATH

TARGET

SASARAN/RENCANA

ANGGARAN OPERASIONAL

Gambar 1. Proses Perencanaan Dengan Analisis SWOT

10
Konsep dasar pendekatan SWOT merupakan konsep yang sederhana, yaitu

apabila dapat mengetahui kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) dalam

organisasi dan mengetahui peluang (Opportunity) dari luar organisasi yang

menguntungkan serta ancaman (Treath) di dalam organisasi yang merugikan

organisasi atau perusahaan.

J Salusu, 2000 tentang matriks SWOT menggunakan beberapa strategi,

yaitu:

1. Strategi S.O, yaitu memanfaatkan peluang yang ada dengan keunggulan

organisasi (comparative advantage comparative).

2. Strategi S.T, yaitu memobilisasi beberapa keunggulan untuk mencapai sasaran

(Mobilization).

3. Strategi W.O, yaitu memilih faktor mana yang dipacu dan faktor mana yang

ditunda (Investmen/Divestmen).

4. Strategi W.T, yaitu perlu kehati-hatian atau kewaspadaan dalam mencapai

sasaran (Damage Control).

Tujuan dari strategi tersebut adalah untuk memastikan akurasi pencapaian

target. Draf strategi dapat dipilih untuk menutup kesenjangan dalam mencapai

tujuan. Sifat dari celah itu sendiri juga sangat situasional. Jika kesenjangan

disebabkan oleh kinerja masa lalu yang sangat buruk, penyusutan lebih mungkin

terjadi dan jika kesenjangan tersebut besar sebagai akibat dari peluang lingkungan

yang diharapkan, maka perluasan akan lebih sesuai (Kurniawan & Hamdani,

2008).

11
Berkenaan dengan pilihan strategi sebagaimana yang dikemukakan di atas,

kemudian dilakukan pengkajian penentuan pilihan melalui matriks kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman (Strength, Weakness, Opportunity, dan Treath

Matrix). Melalui alat ini, perusahaan juga dapat melihat kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman sebagai bagian integral dari pengembangan strategi.

2.4.1 Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui

terlebih dahulu Faktor Strategi Eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara-cara

penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS) :

a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).

b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut

kemungkinan dapat memberikan dampak pada faktor strategis.

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor denagan

memberikan skala mulai dari 4 (Outstanding) sampai dengan 1 (Poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif

(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil,

diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.

Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya,

jika nilai ancamannya sedikit ratingnya.

12
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (Outstanding)

sampai dengan 1,0 (Poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-

faktor tersebut dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untu membandingkan perusahaan

ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

Tabel 1. EFAS (Eksternal Strategic Factor Analysis)


Faktor-Faktor Strategi Bobot X
Bobot Rating Komentar
Eksternal Rating
Peluang :

Ancaman :

Total
Sumber : Fredy Rangkuti, 2009

Setelah faktor-faktor strategi internal perusahaan diidentifikasikan, suatu

tabel IFAS (Internal Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan

faktor-faktor strategi internal tersebut dalam kerangka Strenght and Weakness

perusahaan. Tahapnya adalah :

13
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan

dalam kolom 1.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya

tidak boleh melebihi skor total 1,00).

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk

kategori kekuatan) diberi nilai +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan

membandingkan rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel

yang bersifat negatif kebalikanya. Contohnya jika kelemahan besar sekali

dibandingkan dengan rata-rata industri yang nilainya adalah 1, sedangkan jika

kelemahan dibawah rata-rata industri, nilainya adalah 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memeperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untutk

masing-masing faktor yangnilainya bervariasi mulai dari 4,0 (Outsanding)

sampai 0,0 (Poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-

faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotan dihitung.

f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkn

14
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

internalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan

ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

Tabel 2. IFAS (Internal Factors Analysis Summary)


Faktor-faktor Bobot X
Bobot Rating Komentar
Strategi Internal Rating
Kekuatan :

Kelemahan :

Total
Sumber : Fredy Rangkuti, 2009

Peluang
3. Mendukung Strategi 1. Mendukung Strategi
Turnaround Growth

Kelemahan Kekuatan
4. Mendukung 2. Mendukung
Strategi Defensif Diversivikasi

Ancaman

Gambar 2. Diagram Analisis SWOT

15
1. Kuadran I: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Pengembangan

hortikultura tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi

ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented

Strategy).

2. Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, pengembangan

hortikultura ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus

diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka

pangjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).

3. Kuadran 3: pengembanga hortikultura menghadapi peluang pasar yang sangat

besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.

4. Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, bagi

pengembangan hortikultura menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan

internal.

Salah satu metode atau alat analisis yang digunakan untuk menyusun

deskripsi tentang faktor-faktor strategi pengembangan hortikultura adalah SWOT

Matrix. Matrix ini dinilai mampu menggambarkan secara jelas bagaimana peluang

dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh pengembangan hortikultura harus

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat

menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi.

16
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap

kelangsungan pengembangan hortikultura, tahap selanjutnya adalah

memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif

perumusan strategi. Salah satu modal yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor

strategi pengembannga hortikultura adalah Matriks SWOT (Fredy Rangkuti,

2009:31).

Tabel 3. Matriks SWOT


IFAS Weaknesses (W)
Strengths (S)
EFAS Tentukan 5-10 Faktor-
Tentukan 5-10 Faktor-
Faktor Kelemahan
Faktor Kekuatan Internal
Internal
Strategi WO
Opportunities (O)
Opportunities (O) Ciptakan strategi yang
Tentukan 5-10 Faktor-
Tentukan 5-10 Faktor- meminimalkan
Faktor Peluang
Faktor Peluang Eksternal kelemahan untuk
Eksternal
memanfaatkan peluang
Strategi WT
Treaths (T)
Treaths (T) Tentukan 5- Ciptakan strategi yang
Tentukan 5-10 Faktor-
10 Faktor-Faktor meminimalkan
Faktor Ancaman
Ancaman Eksternal kelemahan dan
Eksternal
menghindari ancaman
Sumber : Fredy Rangkuti 2009
Ketrangan :

1. EFAS = Eksternal Strategic Factor Analysis

2. IFAS = Internal Strategic Factor Analysis

3. Strategi SO

Memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

4. Strategi ST

Menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

17
5. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada.

6. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

2.5 Pengertian Strategi Pola Nafkah

Menurut Moertopo : 2007, mengemukakan bahwa kata strategi berasal dari

bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu, stratos yang berarti pasukan

sedangkan again yang berarti memimpin. Strategi kemudian diartikan sebagai

memimpin pasukan. Sedangkan strategi menurut istilah adalah keseluruhan

langkah (kebijakan) dengan perhitungan yang jelas untuk mencapai suatu tujuan

atau memecahkan suatu masalah.

Strategi ekonomi rumah tangga pedesaan mencakup upaya untuk secara

bersamaan mengalokasikan tenaga kerja ke sumber daya, terutama dua sektor,

produksi dan non-produksi. Upaya sektor produksi menunjukkan berbagai

aktivitas anggota rumah tangga dalam perekonomian produksi. Di sisi lain, upaya

di bidang non produksi menunjukkan keterlibatan keluarga dalam berbagai

lembaga sosial dan kesejahteraan masyarakat.

Sebagaimana pendapat Sayogya yang dikutip oleh Felix Sitorus dalam

bunga rampai sosiologi keluarga yaitu disektor produksi, rumah tangga pedesaan

di Indonesia menerapkan pola pendapatan ganda sebagai bagian dari strategi

ekonomi mereka. Dalam pola ini, anggota rumah tangga dari berbagai usia kerja

18
terlibat mencari nafkah dari berbagai sumber, baik di sektor pertanian maupun di

luar pertanian, sebagai kegiatan usaha atau pekerja sendiri.

Konsep mata pencaharian (livelihood) dan strategi nafkah (livelihood

strategis) didefinisikan oleh Chambers dalam Nurmalinda (2002) diartikan

sebagai realita asuransi jiwa untuk memanfaatkan segala kemampuan dan tuntutan

individu atau negara, serta kekayaan yang dimilikinya.

Scones menggolongkan strategi nafkah petani setidaknya menjadi tiga

golongan besar. Ketiga golongan tersebut adalah :

1. Rekayasa mata pencaharian pertanian, hal ini sebagai upaya menjadikan sektor

pertanian lebih efektif dan efisien dengan menambah (memperkuat) input

eksternal berupa tenaga kerja atau teknologi atau perluasan lahan garapan.

2. Pola pendapatan ganda dengan mencari pekerjaan non pertanian dan

meningkatkan pendapatan

3. Rekayasa spasial adalah upaya yang dilakukan dengan cara memobilisasi /

memindahkan orang baik secara permanen maupun sirkuler (migrasi).

2.6 Jenis-Jenis Strategi Nafkah

Berbicara tentang strategi nafkah, ada beberapa pendapat yang penulis

telusuri dari berbagai referensi. Salah satunya Ellis mengemukakan tiga klasifikasi

sumber nafkah (income source) yaitu :

1. Sektor farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan yang berasal dari

tanah pertanian milik sendiri, baik yang diusahakan oleh pemilik tanah maupun

diakses melalui sewa menyewa atau bagi hasil. Strategi on farm merujuk pada

nafkah yang berasal dari pertanian dalam arti luas.

19
2. Sektor off-farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan di luar pertanian,

yang dapat berarti penghasilan yang diperoleh berasal dari upah tenaga kerja,

sistem bagi hasil, kontrak upah tenaga kerja non upah, dan lain-lain, namun

masih dalam lingkup sektor pertanian.

3. Sektor non-farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan yang bukan

berasal dari pertanian, seperti pendapatan atau gaji pensiun, pendapatan dari

usaha pribadi, dan sebagainya.

Ada juga merujuk pada Scoones dalam Turasih, terdapat tiga klasifikasi

strategi nafkah (livelihood strategy) yang mungkin dilakukan oleh rumah tangga

petani, yaitu:

1. Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan

sektor pertanian secara efektif dan efisien baik melalui penambahan input

eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja (intensifikasi), maupun dengan

memperluas lahan garapan (ekstensifikasi).

2. Pola nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan menerapkan

keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain

pertanian untuk menambah pendapatan, atau dengan mengerahkan tenaga kerja

keluarga (ayah, ibu, dan anak) untuk ikut bekerja selain pertanian dan

memperoleh pendapatan.

3. Rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan

melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen

maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan.

20
Dalam rangka bertahan hidup dan meningkatkan status ekonomi, setiap

rumah tangga petani membangun mekanis nafkah. Keseluruhan mekanisme

nafkah tersebut membentuk strategi nafkah (livelihood strategy) yang khas. Dari

hasil pertanian pengamatan dapat diinventarisasi sejumlah strategi nafkah, sebagai

berikut:

1. Strategi Nafkah Berserak, artinya rumah tangga petani mengadakan

pekerjaannya secara acak-berserakan ke segala sektor lain di sector pertanian.

Strategi ini dikembangkan tergantung kesediaan waktu dan tenaga yang

tersedia. Misalnya menjadi buruh bangunan, buruh pabrik, tukang bangunan,

membuka bengkel, warung sembako, warung makan, sopir angkutan umum,

ojek dan sebagiannya.

2. Strategi Nafkah Ganda, yaitu mengkombinasikan aktifitas nafkah pertanian dan

non-pertanian sekaligus dalam jangka waktu yang lama atau hampir permanen

(livelihood diversifcation).

3. Strategi Nafkah Berbasis Bantuan, yaitu nafkah yang bersumber pada bantuan

karitatif dan pemerintah ataupun kerabat.

Kemudian ada juga jenis strategi nafkah ganda menurut Corrner

berpendapat bahwa di kalangan petani miskin di pedesaan terdapat beberapa pola

adaptasi yang dikembangkan dalam kalangan masyarakat. Dimana terdapat

pekerjaan yang beraneka ragam meskipun pekerjaan yang tersedia di desa dapat

merendahkan martabat seseorang akan tetapi dapat diterima. Jika pekerjaan

tersebut belum bisa mencukupi maka masyarakat akan berpaling ke dalam sistem

21
penunjang dilingkungannya yaitu, sistem kerabat, tetangga dan aturan tukar

menukar secara timbal balik yang sangat berharga bagi penduduk miskin.

Dari berbagai strategi nafkah yang ada, penulis menarik kesimpulan untuk

membagi masyarakat petani itu menjadi kelas yaitu petani kelas atas, petani kelas

menengah dan petani kelas bawah. Dari petani kelas atas penulis mengambil teori

dari Ellis yakni Sektor farm income, petani kelas menengah penulis mengambil

teori dari Scoones dalam Turasih yakni strategi nafkah berserak dan petani kelas

bawah penulis mengambil terori dari Corrner.

2.7 Faktor-Faktor Strategi Nafkah

Pendapatan dan pekerjaan usaha tani yang musiman membawa

konsekuensi dan permintaan pasar kerja. Pada saat ramai musim tanam

permintaan tenaga kerja pertanian sangaat besar. Meski mengalami penurunan

bagaimanapun saat ini alam tetap menjadikan faktor dominan dalam usaha tani

pola musiman inilah yang menyebabkan pekerjaan diluar sektor pertanian menjadi

penting. Disaat-saat sepi dimana sedikit yang bisa diharapkan dari pekerjaan

didesa menjadi lumrah apabila petani meninggalkan desanya.

Untuk bekerja atau mengalihkan propesi sejenak untuk menambah

pendapatan. Biasanya mereka memilih menjadi buruh musiman dikota pedagang

formal, atau mengisi pekerjaan jasa dipedesaan sendiri seperti warung, ojek,

nelayan, ataupun memilih pekerjaan tani lainnya seperti tani karet, tani singkong,

buruh sawah dan juga berbagai kegiatan lain diluar sistem pertanian. Meski

demikian secara umum pendapatan yang mereka peroleh kurang layak bagi

22
peningkatan pendapatan dan mereka biasanya adalah petani kecil atau buruh tani

(Yuyu Yuliati, 2003).

Selain itu luas usaha tani yang sempit, tingkat pendidikan serta sumber

dana dan informasi teknologinya pun masih rendah. Hal ini menyebabkan kondisi

petani tanaman holtikultura kurang memberikan keuntungan bagi mereka.

Teknologi baru untuk tanaman pangan dan menggunakan saprotan baru

dikembangkan secara nyata setelah dua puluh lima tahun Indonesia merdeka yaitu

akhir tahun 60an. Dualisme dalam hukum dan ekonomi merupakan salah satu

penghambat rendahnya tingkat kemajuan para petani subsistem. Disisi lain, petani

sebagai produsen kurang mendapat perhatian dari para pemegang kebijakan.

Misalnya saja dalam hal usaha, pemerintah mengurangi anggaran untuk subsidi

pertama.

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian Arisa P (2008) tentang Strategi Pengembangan Agribisnis

Kentangl (Dacous Carota) di Kecamatan Tawang Mangu Kabupaten Karanganyar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengembangan Agribisnis Kentang di

Kabupaten Karangnganyar memiliki faktor – faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) berupa tanaman kentang tahan terhadap perubahan iklim, kualitas

bibit terkontrol, dan pengalaman berusaha tani kentang lama namun

kelemahannya adalah permodalan kurang, SDM petani rendah, ketergantungan

petani kepada pedagang, peralatan usaha tani yang masih sederhana dan faktor-

faktor eksternal (peluang dan ancaman) seperti permintaan kentang tinggi,

komitmen permintaan untuk mengengbangkan kios agro politan dan pasar lelang

23
hortikultura, serta keterjaminan air dan mendapatkan ancaman berupa harga

kentang dari luar Tawang mangu yang kompetitif, pilihan konsumen pindah

kekentang dari luar Tawangmangu, kurangnya perhatian pemerintah tentang

pemberian modal dan lemahnya koordinasi antar lembaga terkait. Berdarkan

faktor-faktor tersebut Perioritas strategi yang dapat diterapkan dalam upaya

Pengembangan Agribisnis Kentang di Kabupatan Karanganyer berdasarkan

QSPM adalah memperkuat kerja kelompok tani agar para petani mau melakukan

pamanene sendiri, mengembangkan koperasi sebagai pusat informasih masalah

petani, penggalang dana dan gagasan petani untuk meningkatkan pengembangan

agribisnis kentang.

Penelitian Ria A (2008) tentang usaha tani dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pendapatan petani kentang di Desa Gajah Kecamatan Simpang

Empat, Kabupataen Karu. Hasil penelitian menujukkan bahwa usaha tani kentang

secara ekonomis di daerah penelitian menguntngkan karena pendpatan bersih usha

tani kentang di daerah penelitian lebih tinggi dari Upah Minimum Provinsi

(UMP). Namun kehidupan masyarakat petani di Desa Gajah masih belum

sejahterah karna pendapatan petani kentang di Daerah penelitian tidak selalu

stabil. Dimana para petani tidak memperoleh pendapatan sama sekali apabila

mengalami masalah pemasaran yaitu harga jual yang rendah dan produksi yang

tidak laku dijual.

Dalam hal ini petani lebih memilih tidak menjual hasil usaha tani kentang

tersebut karena apabila dipaksakan untuk menjual hasil produksinya maka akan

memperbesar biaya produksi. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang

24
menyatakan bahwa pendapatan bersih usha tani kentang di daerah penelitian lebih

besar dari Upah Minimum Provinsi (UMP) dapat di terimah. Produksi, luas lahan,

pupuk, tenagakerja, pendidikan dan pengalaman bertani secara serempak

berpengaruh nyata terhadap pembadapat usaha tani kengtang sedangkan secara

parsial yang berpengaruh nyata adalah produksi, luas lahan, pupuk, tenaga kerja,

da pengalaman bertani di daerah penelitian.

2.9 Kerangka Pikir

Petani Hortikultura

Analisis SWOT

Internal Eksternal

Strategi Pengembangan Hortikultura di Desa Erelembang


Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

Meningkatkan Nafkah Rumah


Tangga Petani
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Hortikultura di Desa
Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

25
III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Erelemmbang Kecamatan Tombolo

Pao Kabupaten Gowa dalam kurung waktu awal bulan Juli sampai dengan

Agustus 2019, dengan pertimbangan daerah ini merupakan sentra pertanian

hortikultura di wilayah Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa, dan

mempunyai potensi yang besar dalam sektor pertanian lainnya baik dalam sektor

pemanfaatannya maupun untuk dikembangkan sehingga memberikan kontribusi

yang tinggi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Gowa.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Teknik penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Simple

Random Sampling, yaitu mengambil 30 orang sampling atau 10% dari 300 jumlah

populasi.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah data primer adalah

data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara dengan

menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) dengan responden (petani

hortikultura). Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi

pemerintah seperti Biro

Pusat Statistik, Departemen Perkebunan dan pihak-pihak terkait lainnya.

26
3.3.1 Jenis Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuliatif dan

kuantitatif.

1. Data kualitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan

dalam bentuk angka yang termaksud data kuliatatif dalam penelitian ini yaitu

gambaran umum objek penelitian, meliputi: sejarah singkat berdirinya, letak

geogrfis objek.

2. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur attau dihitung secara

langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan

bilangan atau bentuk angka.

3.3.2 Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari

mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunkan dua sumber

data yaitu :

1. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau

petugasnya) dari sumber pertama.

2. Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang

tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini, dokumntasi

dan angket merupakan sumber data sekunder.

27
3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitiaan ini akan dilakuakan dengan menggunakan teknik pengumpulan

data purposive sebagai berikut:

1. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab

yang di kerjakan dengan sistematis dan berlandasan pada tujuan penelitian.

Wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang karateristik

responden dengan menggunakan responden.

2. Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena

yang ada pada objek penelitiaan data awal tentang penelitian, untuk

mendapatkan gambaran umum daerah penelitian dengan memperlihatkan

keadaan riil atau fenomena yang ada di lapangan.

3. Dokumentasi adalah salah satu cara yang digunakan untuk memperoleh data

dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan dan gambar yang

berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemudian diolah.

3.4.1 Observasi

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan teknik ovservasi guna untuk untuk mengetahu secara langsung

lingkungan yang akan kita teliti, merasakan, memahami pengetahuan dari sebuah

fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui

28
sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk

melanjutkan suatu penelitian.

3.4.2 Wawancara

Selain teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah, kami

juga menggunakan teknik wawancara guna untuk mendapatkan informasi yang

tepat dari narasumber yang bersangkutan segingga data yang kita peroleh benar

adanya dan berdasarkan fakta-fakta yang terkait.

Teknik pengumpuan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara observasi dan wawancara kepada para petani-petani hortikultura di

Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis daya yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama

adalah proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap analisis, yaitu:

1. Tahap pengumpulan data (evaluasi faktor eksternal dan internal)

2. Tahap analisis (Matriks SWOT, Matriks Internal Eksternal)

3. Tahap pengambilan keputusan

Tahap pengumpulan data adalah tahap yang pada dasarnya tidak hanya

sekedar kegiatan pengumpulan data tetapi juga merupakan suatu kegiatan

pengklasifikasian dan pra analisis dimana tahap ini data dibagi menjadi dua

bagian yaitu data internal dan data eksternal.

29
Tahap analisis adalah setelah mengumpulkan semua informasi yang

berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah

memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif

perumusan strategi, yaitu Matrik TOWS atau Matrik SWOT dan Matrik Internal

Eksternal kemudian dari hasil yang ada maka ditentukan pengambilan keputusan

yang tepat. Sebuah penelitian yang menunjukan bahwa kinerja penjualan

perusahaan hasil dari strategi pemasaran perusahaan dapat ditentukan oleh

kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus

dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara

faktor internal dan ekternal.

Tabel 4. Analisis SWOT Membandingkan Antara Faktor Internal dan Eksternal.


Faktor Strategi Bobot Rating Nilai
Internal :
S1 (0,0-1,0) S2 (1-4) S1 x S2 =S3
Strenght (S)
W1 (0,0-1,0) W2 (1-4) W1 x W2 = W3
Weakness (W)
Total 1,0
Eksternal :
O1 (0,0-1,0) O2 (1-4) O1 x O2 = O3
Opportunity
T1 (0,0-1,0) T2 (1-4) T1 x T2 = T3
Threats
Total 1,0
Sumber : Data Primer

1. Bobot dari internal dan eksternal antara 0,0 sampai dengan 1,0

2. Rating dari internal dan eksternal antara 1 sampai 4

3. Nilai dari internal dan eksternal adalah hasil perkalian antara bobot dengan

rating.

30
3.6 Definisi Oprasional

1. Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari

budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.

2. Kekuatan (Strenghts) Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau

keunggulan-keunggulan lain yang berhubungan dengan para pesaing

perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang

diharapkan dapat dilayani.

3. Kelemahan (Weaknes) Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam

sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat

kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut berupa fasilitas, sumber daya

keuangan, kemampuan manejemen dan keterampilan pemasaran.

4. Peluang (Opportunities) Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan

dalam lingkungan perusahaan. Kecendrungan – kecendrungan penting

merupakan salah satu sumber peluang,seperti perubahan teknologi dan

meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok

merupakan gambaran peluang bagi perusahaan.

5. Ancaman (Thearts) Ancaman adalah situasi penting yang tidak

menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan

pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan.

Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat

merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan.

6. Strategi pengembangan yaitu cara tindakan petani dalam memaksimalkan hasil

tanaman hortikultura.

31
7. Nafkah rumah tangga yaitu hasil pertanian yang menjadi menjadi sumber

ekonomi pertanian sehari-hari seperti sandang pangan dan rumah untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

8. Srtategi pengembangan yang harus diterapkan petani untuk peningkatan nafkah

rumah tangga adalah dengan cara menggunakan benih yang memiliki label

bersertifikat dari instari petanian singga proses pertumbuhan dapat maksimal

dan produksi yang dihasilkan juga maksimal.

32
IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

4.1 Kondisis Geografis

Desa Erelembang merupakan salah satu dari 8 (delapan) Desa dan 1 (satu)

Kelurahan di Kecamatan Tombolo Paodi Kabupaten Gowa yang terletak paling

barat di wilayah Kecamatan Tombolo Pao yang berbatasan dengan Maros dan

Bone degan luas wilayah Desa Erelembang adalah : 59,84 Km2.

Adapun batas-batas Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao

Kabupaten Gowa sebagai berikut:

1. Seblah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Malino

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sinjai

Desa Erelembang memiliki iklim yang sama dengan Desa-desa lain yang

ada di wilayah Kabupaten Gowa, Kecamata Tombolo Pao yakni iklim tropis karna

curah hujannya sangat rendah, memiliki 2 tipe yakni musim kemarau dan musim

hujan sehingga dengan tipe iklim seperti ini maka daerah tersebut dapat ditanami

2 kali tanaman padi dan 1 kali tanaman paliwija dalam setahun dengan jumlah air

yang cukup tersedia.

Musim kemarau rata-rata berlangsung antara Bulan Agustus sampai

September dan musim hujan terjadi mulai bulai Oktober samoai April. Keadaan

seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan yaitu

bulan Mei, Juni dan Juli setiap tahunnya.

33
4.2 Kondisis Demografis

Desa Erelembang terdiri dari 7 (tujuh) Dusun yang memiliki produk 4.015

jiwa dengan jumlah KK = 995. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa

Erelembang berdasarkan data 12% tidak tamat SD.

Masyarakat Desa Erelambang mayoritas hidup dengan mata pencaharian

petani utamanya petani sayur-sayuran. Tetapi yang paling digeluti masyarakat

Desa Erelembang disetiap Dusun adalah petani. Sebagaimana masyarakat Desa

Erelembang ada juga yang memiliki 2 pekerjaan (pokok dan sampingan) yakni

ada yang bekerja dibidang pemerintahan (PNS) kemudian dia juga bekerja di

bidang pertanian.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarakan Jenis Kelamin Tingkat Dusun.


Jumlah Jiswa
No Nama Dusun Kepala Keluarga
L P Total
1. Dusun Erelembang 411 404 815 194
2. Dusun Bontorannu 149 139 288 71
3. Dusun Bontomanai 227 234 461 128
4. Dusun Simbang 281 266 547 135
5. Dusun Biring Pangting 485 596 815 201
6. Dusun Matteko 178 179 357 76
7. Dusun Ma’lenteng 279 287 566 190
Jumlah Total 2010 2005 4015 995
Sumber Data: Data Sekunder Setelah Diolah 2020.

34
4.3 Kondisis Pertanian

Desa Erelembang sebagai desa yang sebagia besar masyarkatnya bermata

pencaharian sebagai petani dengan bercocok tanam seperti padi, jagun, sayur-

sayuran, ubi kayu, kacang-kacangan, kopi, serta pisang yang biasanya ditanama

dikebun, sedangkan untuk lahan kebung selain tanaman diatas juga ditanami

tanaman jangka panjang meskipun tidak seberapa yaitu manga dan nangka. Hasil

budidaya tanaman tersebut dapa umumnya dijadikan sumber makan pokok,

bahkan ada yang langsung kekebun membeli kemudian menjual ke dusun-dusun

atau bahkan dijual kepasar desa atau pasar luar desa.

Sebagian peta yang punya lahan berdekatan dengan sumber air mereka

dapat menanam berbagai macam tanaman jangka pendek. Sebelum melakukan

penanaman umumya didahului dengan penyiapan lahan, bibit, penanaman,

perawatan tanaman denga cara melakukan penyiraman, penyiangan dan

pemupukan sampai kepada pemanenan dan pengolahan pasca panen.

35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik umum responden di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo

Pao Kabupaten Gowa diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 30

petani hortikultura yang ditemui peneliti. Karakteristik dari responden sangat

bervariasi. Adapun identitas responden di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo

Pao Kabupaten Gowa meliputi kelompok umur, tingkat pendidikan, pengalaman

berusaha tani, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan yang di usahakan.

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang ditemuai yaitu 30 responden.

Hal ini dikarenakan saat pengambilan sampel, responden yang ditelti yakti petani

hortikultura kebanyakan adalah laki-laki.

5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Karakteristik responden, berdasarkan usia di tunjukkan dalam tabel dengan

penggolongan usia 20-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, 61-70

tahun dapat dilihat pada tabel 5 dibawah:

Tabel 6. Karekteristik Responden Berdasarkan Usia Petani di Desa Erelembang


Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
No Usia (Tahun) Jumlah Orang Prsentase (%)
1 23-31 7 23,34
2 32-40 13 43,34
3 41-49 4 13,33
4 50-58 4 13,33
5 59-67 1 3,33
6 68-76 1 3,33
Total 30 100,00
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.

36
Berdaarkan tabel 5 menunjukkan bahwa tidak ada responden berusia

berusia 23-31- tahun sebanyak 7 orang dengan persentase 23,34%, responden

berusia 32-40 tahun sebanyak 13 orang dengan persentase 43,34%, responden

berusia 41-49 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 13,33%, dan responden

dengan jumlah terkecil adalah responden berusia 50-58 sebanyak 4 orang dengan

persentase 13,33%, responden berusia 59-67 sebanyak 1 orang dengan persentase

3,33% dan responden berusia 68-76 sebanyak 1 orang dengan persentase 3,33%.

Secara kesuluran petani yang menanan tanaman hortikultura di Desa

Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa merupakan penduduk

yang berusia produktif yakni 20-40 tahun. Mayoritas responden berdasarkan

kelompok usia diatas adalah 20-55 tahundan minoritas rsponden berdasarkan usia

adalah 60-70.

5.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini bervariasi, mulai dari

lulusan SD/ sederajat, SMP/ sederajat, SMA/sederjat, hingga perguruan tinggi.

Perbandingan tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 6 dibawah

ini:

Tabel 7. Karekteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Desa


Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 SD 20 67,00
2 SMP 7 23,00
3 SMA 1 3,00
4 SARJANA 2 7,00
Total 30 100,00
Sumber Data: Data Perimer Setelah Diolah 2020.

37
Berdasarkan tabel 7 hasil penelitian jumlah responden dengan tingkat

pendidikan SD/sederajat yaitu sebanyak 20 orang dengan persentase 67,00%,

responden dengan tingkat pendidikan SMP/sederajat yaitu sebanyak 7 orang

dengan persentase 23,00%, responden dengan tingkat pendidikan sarjana yaitu

sebanyak 2 orang dengan persentase 7,00%, dan tingkat pendidikan terrendah

yaitu SMP/sedrajat yaitu sebanyak 1 dengan jumlah persentase 3%.

Secara kesuluran petani yang menanan tanaman hortikultura di Desa

Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa kebanyakan dari 30

responden tersebut tingkat pendidikan tertinggi yaitu SD/sedarajat, ini

menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan

yang masih dibaw rata-rata,meski demikian mereka mampu mengatasi masalah-

masalah yang akan ditempuh dalah usaha taninya dengan mengandalkan

pengalaman mereka. Tetapi pada dasaranya responden telah mengenyam

pedidikan walaupun dalam tingkat yang berbeda-beda.

5.1.3 Distribusi Pengalaman Responden Dalam Berusaha Tani

Pengalaman berusahatani dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah

dijalani, dirasakan, ditanggung oleh petani dalam menjalankan kegiatan usahatani

dengan mengarahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai tujuan usaha

tani, yaitu memperoleh pendapatan bagi kebutuhan hidup petani dan keluarganya.

Keputusan petani yang diambil dalam menjalankan kegiatan usahatani

lebih banyak mempergunakan pengalaman, baik yang berasal dari dirinya maupun

pengalaman petani lain. Pengalaman berusahatani merupukan faktor yang cukup

menunjang seorang petani dalam meningkatkan produktivitas dan kemampuan

38
kerjanya dalam berusahatani, petani di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo

Pao Kabupaten Gowa yang paling lama berusahatani selama 40 tahun dan yang

baru dalam berusahatani selama 2 tahun, disamping itu pengalaman berusahatani

juga memberikan dampak terhadap tingkat pengetahuan petani dalam

berusahatani. Adapun klasifikasi pengalaman berusahatani oleh informan

usahatani padi di Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa

dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Karekteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Berusaha Tani di


Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
Pengalaman Berusaha Tani
No Jumlah (Orang) Persentase (%)
(Tahun)
1 2-10 9 30,00
2 11-20 11 37,00
3 21-30 8 27,00
4 31-40 2 6,00
Total 30 100,00
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.
Tabel 8 menunjukan bahwa pengalaman berusahatani responden dalam

penelitian ini sangat beragam, mulai dari responden yang paling lama

berusahatani yaitu 31-40 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 6,00%,

responden dengan pengalaman berusaha tani 21-30 tahun sebanyak 8 dengan

persentase 27,00%, responden dengan pengalaman berusaha tani 11-20 tahun

sebanyak 11 orang dengan persentase 37,00%, dan responden dengan pengalam

berusaha tani yang baru 2-10 tahun sebanyak 9 orang dengan persentasi 30,00%.

39
5.1.4 Distribusi Jumlah Tanggungan Keluarga

Setiap keluarga di dalamnya terdapat beberapa orang yang menjadi

tanggungan kepala keluarga, konsekuensinya adalah kepala keluarga harus

melakukan usaha-usaha memperoleh pendapatan agar mampu memenuhi

kebutuhan keluarganya. Besar kecilnya tanggungan keluarga akan menentukan

perilaku petani dalam usahataninya. Makin besar jumlah tanggungan keluarga,

maka makin dinamis dalam usahtaninya karena ia terdorong oleh tanggung jawab

terhadap keluarganya. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani informan

dapat dilihat pada Tabel 9.

Taebl 9. Karekteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungann Keluarga di


Desa Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
Jumlah Tangguangan
No Jumlah (Orang) Persentase (%)
Keluarga (Orang)
1 1-3 17 57,00
2 4-5 13 43,00
Total 30 100,00
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.
Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar petani

informan memiliki jumlah tanggungan 1-3 sebanyak 17 orang dengan persentase

57,00% dan terdapat 13 orang yang memiliki jumlah tanggungan keluarga 4-5

orang dengan persentase 43,00%. Umumnya petani yang memiliki banyak

tanggungan keluarga mungkin merasakan beban yang berat kerena terkait dengan

besarnya biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan oleh mereka sebagai kepala

keluarga. Namun disisi lain banyaknya jumlah tanggungan keluarga merupakan

potensi pula bagi mereka karena anggota keluarga yang di tanggung dapat

membantu secara langsung atau menjadi tenaga kerja dalam usahataninya.

40
Apabila anggota keluarga masih tergolong dalam usia produktif, berarti anggota

keluarga dapat memberikan tambahan penghasilan keluarga.

5.1.5 Distribusi Luas Lahan Usaha Tani Rseponden

Luas lahan yang dimiliki oleh petani sangat berpengaruh pada produksi

yang dihasilkan. Luas lahan garapan sangat berpengaruh terhadap petani dalam

mengelolah usahataninya.Lahan atau yang lebih dikenal dengan tanah merupakan

faktor utama dalam usahatani. Hal ini dikarenakan tanaman maupun hewan

memanfaatkan tanah sebagai media tumbuh maupun tempat tinggalnya.Untuk

lebih jelasnya mengenai luas lahan yang dimiliki oleh petani informan di Desa

Erelembang Kecamatan Tombolo Paos Kabupaten Gowa dapat di lihat pada Tabel

10.

Tabel 10. Karekteristik Responden Berdasarkan Jumlah Luas Lahan di Desa


Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
No Luas Lahan (Are) Jumlah Orang Persentase (%)
1 25-50 10 33,00
2 100-150 15 50,00
3 200-300 5 17,00
Total 30 100,00
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.
Berdasarkan tabel 10 terlihat bahwa jumlah petani responden yang

memiliki luas lahan 25 Are-50 Are sebanyak 10 orang dengan persentase 33,00%,

jumlah petani responden yang memiliki luas lahan 100 Are-150 Are sebanyak 15

dengan persentasi 50,00%, dan jumkah petani responden yang memiliki luas lahan

200 Are-300 Are sebanyak 5 orang dengan persentase 17,00%. Hal ini

menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki petani responden di Desa

41
Erelembang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa sudah tergolong luas

lahannya berada diatas rata-rata.

5.2 Identifikasi Faktor Lingkungan

Melihat hasil analisis sebelumnya, bahwa Kecamatan Panakkukang

memiliki hortikultura memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan

sebagai peluang usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Meskipun

memiliki peluang usaha yang cukup tinggi, berdagang buah-buahan memiliki

faktor internal dan eksternal yang harus dijawab. Perumusan strategi dengan

menganalisis faktor internal dan eksternal untuk mengidentifikasi faktor-faktor

strategis yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam

mengembangan peluang usaha buah-buahan.

5.2.1 Analisis Faktor Internal

Analisis faktor internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan

(Strengths) dan kelemahan (Weaknesses) dalam melakukan peluang usaha sayur

sayuran sebagai masukan dan pertimbangan dalam penentuan strategi

pengembangan usaha tani hortikultura di Desa Erelembang Kecamata Tombolo

Pao Kabupaten Gowa.

42
Tabel 11. Identifikasi Faktor Internal Strategi Pengembangan Hortikultura Untuk
Peningkatan Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa Erelembanga Kec.
Tombolo Pao Kab. Gowa.
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)
1. Lokasi yang Strategis 1. Ketersedian sayuran musiman
2. Kebutuhan Sayuran Harian 2. Persaingan antar pedagang
3. Ketersedian pupuk dan obat-obatan 3. Kurangnya penyuluahn dalam
pertanian pengembangan pertanian
4. Menggunakan benih yang 4. Kurangnya bantuan alat pertanian
bersertifikat 5. Kurangnya modal petani
5. Pengalaman dalam berusaha tani
Sumber Data: Data Perimer Setelah Diolah 2020.
Tabel. 11 menunjukkan kekuatan dan kelemahan yang di miliki petani

pengembangan hortikultura untuk peningkatan nafkah rumah tangga petani di

Desa Erelembanga Kecamatan Tombolo Pao Kabupatens Gowa sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strengths)

a. Lokasi yang cukup strategis merupakan salah satu upaya pedagang untuk

menarik masyarakat yang akan membeli sayur mendapatkannya dengan

mudah dan juga aksebilitas masyarakat untuk mendapatkan sayur-sayuran

sangat mudah untuk dijangkau sehingga masyarakat tidak perlu untuk

mengkhawatirkan lokasi tempat pedagang buah berdagang. Dari hasil

penelitian, masyarakat lebih mudah mendapatkan pedagang buah karena

pedagang berdagang di jalan-jalan yang setiap harinya dilalui oleh

masyarakat.

b. Kebutuhan sayuran harian. Jumlah penduduk yang semakin meningkat tiap

tahunnya menyebabkan kebutuhan sayuran yang meningkat juga. Bukan

hanya tiap musim sayuran tertentu, akan tetapi masyarakat membutuhkan

sayuran tiap harinya baik untuk dikonsumsi ataupun untuk diberikan kepada

orang lain. Walaupun sayur-sayuran ada yang bersifat musiman tapi itu

43
bukan kendala bagi pedagang sayuran untuk berdagang dan penghalang buat

masyarakat untuk tidak mengkonsumsi jenis sayuran lainnya. Sayur-sayuran

yang bersifat musiman dan memiliki manfaat yang berbeda-beda bagi

kesehatan tubuh masyarakat yang mengkonsumsinya.

c. Ketersedian pupuk dan obat-obatan pertanian. Tersedianya pupuk dan obat-

obatan atau pestisida pertanian ini sehingga para petani yang di Desa

Erelembang dapat membantu prosrs dalam berusaha taninya terutama dalam

proses budidaya tanaman hortikultura karan kebutuhan unsur hara bagai

tanaman cukup tersedia dengan baik dan para petani juga tidak kewalahan

dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman atao OPT yang

menyerang tanaman yang dibudidayakannya, sehingga hasil panen panen

yang didapatkan meningkat dan kuliatasnya terjamin.

d. Pendapatan petani yang sangat tinggi. Sudah jelas bahwa pendapatan petani

yang ada di Desa Erelembang tersebut meningkat dikarenakan hasil panen

yang di dapatkan para petani juga melimpah dan terdapat sekitar 50% petani

yang memiliki luas lahan sekitar 100-150 are/orangnya. Banyaknya petani

yang memiliki luas lahan yang berada diatas rata-rata sehingga pendapatan

para petani juga meningkat dan juga dapat memunuhi nafkah rumah

tangganya.

e. Pengalaman dalam berusaha tani. Kebanyakan para petani yang ada di Desa

Erelembang dalah melangsung proses usaha taninya terutama dalam

pengembangan tanaman hortikultura hanya mengandalkan pengalaman

dalam melakukan proses budidaya tanaman yang diusahan, dengan

44
pengalaman yang berbeda-beda yang dimiliki para petani mereka juga dapat

melakukan proses budaya tanaman layaknya pertanian moderen saat ini

dikarenakan mereka juga dapat menghasil panen yang melimpah dan

berkualitas tampa adanya batuan dari para penyuluh-penyuluh setempat.

2. Kelemahan (Weaknesses)

a. Ketersedian sayuran bersifat musiman seperti kentang, wortel, kol, tomat,

dan sawi putih Ketersediaan buah ada yang bersifat musiman. Ketersediaan

buah inilah yang menjadi kekhawatiran pedagang sayuran dikarenakan

sayuran yang dibutuhkan masyarakat tidak selamanya tersedia apalagi jika

sayuran yang dibutuhkan itu adalah sayuran yang bersifat musiman. Banyak

masyarakat yang mengetahui sifat buah-buahan akan tetapi pada saat

tertentu masyarakat kadang membutuhkan dadakan sayur-sayuran yang

jarang tersedia tiap saat. Inilah mengapa ketersediaan sayur menjadi salah

satu kelemahan dari berdagang sayur-sayuran.

b. Persaingan antar pedagang merupakan kekhawatiran pedagang sayuran saat

ini. Hal ini dikarenakan jarak pedagang sayuran satu dengan yang lain

cukup dekat dan rata-rata sayuran yang dijual hampir sama. Tiap pedagang

mempunyai strategi agar bagaimana dagangannya tetap laku dan diminati

masyarakat tapi karena pesaing pedagang sayuran kapan saja bisa

bertambah, maka pedagang sayuran harus tetap meningkatkan dagangan

buahnya agar tetap diminati. Persaingan akan semakin parah apabila musim

sayuran tertentu sudah masuk musimnya, apalagi pedagang kaki lima yang

45
menjual sayur-sayuran saat ini hanya memiliki tempat dagangan yang

bersifat sementara.

c. Kurangnya penyuluhan dalam bidang pertanian. Kerangnya penyuluhan atau

sosialisasi yang dilakukan oleh orang-orang yang bersakutan bidang

pertanian terkhusus penyuluh setempat, sehingga para petani yang ada di

Desa Erelembang kurang mengetahui atau bahkan tidak mengetahui inovasi-

inovasi baru dalam bidang pertanian seperti bagaimana tata cara budidaya

tanaman yang baik, proses pemeliharaan paska panen yang baik dan lain

sebagainya. Tetapi walau tampa mendapatkan pendapingan dari para

penyuluh setempat para petani tersebut dapat melakukan proses budidaya

tanaman hortikulturannya dengan baik dan tetap memproduksi sayuran-

sayuran dengan pengalam yang mereka miliki.

d. Kurangnya bantuan alat pertanian sehingga para petani yang berada di Desa

Erelemban masih menggunakan alat pertanian seadanya atau sederhana

dalam melakukan perose budidayanya baik itu dalam pengolahan lahan

sebelum bercocok tanam seperti teraktor tangan, cangkul, sabit dan lain

sebagainnya, sehingga memakan waktu beberapa hari dalam proses

pembajakan lahan pertaniannya.

e. Kurangnya modal petani. Akibat dari keterbatas modal yang dimiliki para

petani yang ada di Desa Erelembang menyebabkan patani agak kesulitan

dalam memenu hi biaya produksinya selama melakukan proses usaha

taninya, ini akan berdampak pada tanaman yang dibudidayakan seperti

tanaman sayur-sayurannya kekurang pupuk, kebutuhan pestidanya tidak

46
terpenuhi, proses pemeliharaan kurang maksimal dan bahkan akan

berpengaruh terhadap hasil produksinya.

5.2.2 Analisis Faktor Eksternal

Analisis faktor xsternal dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor

eksternal dari strategi pengembangan usahatani hortikultura di Desa Erelembang

Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa, faktor eksternal adalah faktor

lingkungan dari luar usahatani tersebut yang terdiri dari peluang dan ancaman.

Peluang (Opportunities) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang positif, yang

dapat dan mampu mengarahkan kegiatan usahatani kearah yang lebih baik dan

Ancaman (Threats) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang mampu

menghambat pergerakan usahatani itu sendiri.

Tabel 12. Identifikasi Faktor Eksternal Strategi Pengembangan Hortikultura


Untuk Peningkatan Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa Erelembanga
Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
Peluang (Opportunities) Ancaman (Thereats)
1. Harga sayuran cukup murah 1. Serangan hama dan penyakit
2. Adanya perintaan dari pengepul 2. Tidak tahan simpan
3. Teknologi yang canggih 3. Harga pasca panen tidak merata
4. Dekat dengan destinasi wisata 4. Sebagain komoditas
5. Proses budidaya yang gampang pesang(kompetitif)
5. Tersedianya swalayan-swalayan
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.

Tabel 12 menunjukkan kekuatan dan kelemahan yang di miliki petani

pengembangan hortikultura untuk peningkatan nafka rumah tangga petani di Desa

Erelembanga Kec. Tombolo Pao Kab. Gowa sebagai berikut:

47
1. Peluang (Opportunities)

a. Harga sayuran cukup murah bagi masyarakat. Ini merupakan strategi

pedagang sayuran dalam berdagang. Pedagang syuran mendapatkan sayur-

sayuran lokal sangat gampang dan rata-rata dari petaninya langsung, oleh

karena itu dalam menentukan harga pedagang sayur biasanya mematok

harga lebih terjangkau. Apalagi pedagang sayur mempunyai banyak pesaing

tetapi pedagang tetap bijaksana dalam mematok harga. Walaupun tidak

mendapatkan keuntungan yang banyak, pedagang tetap memberikan harga

yang terbaik bagi masyarakat tetapi dengan kualitas sayuran yang bagus.

b. Adanya permintaan dari pengepul sehingga para petani yang ada di Desa

Erelembang tidak kesulitan dalam proses pemasarannya pada saat musim

panen tiba dikarenakan dilokasi tersebut banyak pengepul yang siap untuk

membelih hasil panen para petani dan harga dari produsen juga tidak terlalu

mahal.

c. Teknologi yang canggih. Dengan adanya teknologi yang canggih dimasa

sekarang, ini sangat membantu para petani dalam menangani pengolahan

paska panennya sehingga produksi hasil sayuran-sayuran bisa bertahan lama

dan kesegarannya masih terjaga walaupun telah dipanen selama kurang

lebih seminggu.

d. Dekat dengan destinasi wisata ini juga sangat berpengaruh terhadap

pendapatan petani sehingga kebutuahn nafka rumah tangga para petani

dapat terpenuhi dikarenakan diwaktu-waktu tertentu di Desa Erelembang

mejadi pusat wisa yang menarik banyak orang bahkan wisatawan dari luar

48
negeri. Di waktu-waktu seperti inilah dimanfaatkan oleh para orang-orang

yang berada di Desa Erelambang untuk meningkatkan pendapatanny.

e. Proses budidaya yang gampang dalam berusaha tani sayur-sayuran

hortikultura tidak membutuhkan perawatan yang susah dikarenakan jika

kebutuhan obat-obatab pertanian sudah tersedia sesuai dengan dosis yang

dibutuhkan sayur-sayuran tersebut maka akan tuhmbuh dengan subur, hama

dan penyakitnya juga sudah dapat dikendalikan dengan aksimal pastilah

para petani akan mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Ancaman (Thereats)

a. Serangan hama dan penyakit ini juga dapat menyebabkan para petani bisa

gagal panen jika serangan maha dan penyakit tersebut pada tanaman sayur-

sayuran yang dibudidayakan berada di atas ambang batas dan tidak bisa di

kendalikan oleh para petani.

b. Tidak tahan simpan. Sayur-sayuran yang diproduksi para petani yang ada di

Desa Erelembang kualitasnya tidak tahan simpan dikarenakan dalam proses

penangan paska panennya yang tidak maksimal sehingga sangat

berpengaruh terhadap kualitas sayur-sayuran yang diprosuksi.

c. Harga pasca panen tidak merata dikarenakan terlalu banyaknya pengepul-

pengepul yang bermunculan disaat masa panen tiba sehingga persaingan

terjadi monopol harga sayur-sayuran di kalangan produsen. Selain dari

banyaknya pengepul ternyata yang mempengaruhi harga paska panen tidak

merata yaitu bibit yang digunakan petani juga berbeda-beda ada yang

menggunakan benih bersertifikat da nada juga yang menggunakan benih

49
lokal, inilah salah satu yang menjadi tolak ukur para pengepul memberikan

harga yang tidak merata di produsen sayur-sayuran hortikultura.

d. Sayuran organik atau Hidroponik. Munculnya sayur-sayuran organik atau

sayuran hidroponok ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani

sayur-sayuran hortikulturan yang ada di Desa Erelembang dikarenakan

menurunnya minat konsumen untuk membeli sayur-sayuran para petani

tersebut. Karna sayur-sayuran organik lebih terjamin mutunya dan bebas

dari residu bahan kimia.

e. Tersediatanya swalayan-swalayan ini juga dapat pempengaruh para

pendapatan para petani sayur-sayuran hortikultura dikarenakan

berkurangnya minat para konsumen untuk membelih langsung sayur-

sayuran langsung ke petani di karenakan banyaknya swalayan-swalayan

tersedia dimana-mana.

5.3 Matriks Faktor Strategi Internal dan Eksternal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa Erelambang Kec.

Tombolo Pao Kab. Gowa, maka di susunlah faktor-faktor internal yang dapat

dirumuskan kedalam matriks faktor strategi internal pada tabel 13.

Adapun penjelasan pemberian bobot faktor internal adalah beri bobot

masing faktor-faktor tersebut dengan skala mulai dari 0,0 ( tidak penting ) sampai

dengan 1,0 ( paling penting ). Berdasarkan pengaruh masing-masing faktor

terhadap posisi strategi tersebut, semua bobot tidak boleh melebihi skor total 1,00.

50
Tabel 13.Matriks Faktor Strategi Internal Pengembangan Hortikultura Untuk
Peningkatan Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa Erelembanga
Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
Faktor Strategi Skor X
Bobot Rating
Internal Rating
Kekuatan:
1. Lokasi yang Strategis 0,17 4 0,68
2. Kebutuhan Sayuran 0,08 3 0,24
Harian
3. Ketersedian pupuk dan 0,13 4 0,52
obat-obatan pertanian
4. Menggunakan benih 0,15 4 0,6
yang bersertifikat
5. Pengalaman dalam 0,02 2 0,04
berusaha tani
Jumlah Komulatif 0,55 2,08
Kelemahan:
1. Ketersedian sayuran 0,07 2 0,14
musiman
2. Persaingan antar 0,08 3 0,24
pedagang
3. Kurangnya 0,15 4 0,6
penyuluahn dalam
pengembangan
pertanian
4. Kurangnya bantuan 0,10 3 0,3
alat pertanian
5. Kurangnya modal 0,05 2 0,1
petani
Jumlah Komulatif 0,45 0,78
Total 1,00 2,86
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.
Pada tabel 13 menunjukan faktor internal terdapat 5 kekuatan dan 5

kelemahan yang ada pada petani hortikultura di Desa Erelembang Kecamatan

Tombolo Pao Kabupaten Gowa dalam strategi pengembangan usahatani

hortikultura faktor kekuatan dan kelemahan di susun berdasarkan bobot dampak

sangat penting. Kekuatan dan kelemahan yang diberikan terdapat strategi

pengembangan usahatani hortikultura. Data menunjukan bahwa bobot kekuatan

lebih besar dibandingkan dengan bobot kelemahan. Terlihat bahwa faktor strategi

51
internal yang menghasilkan bobot tertinggi pada faktor kekuatan adalah lokasi

yang strategis dengan bobot sebesar 0,17 dan bobot terendah pada faktor

kekuatan adalah pengalaman dalam berusaha tani sebesar 0,02, sedangkan faktor

kelemahann yang menghasilkan bobot tertinggi adalah kurangnya penyulihan

dalam pengembangan pertanian dengan bobot sebesar 0,15 dan bobot yang

terendah pada faktor kelemahan adalah kurangnya modal petani dengan bobot

sebesar 0,05. Total jumlah skor pada pembobotan faktor internal kekuatan dan

kelemahan sebesar 2,86.

Adapun matriks strategi eksternal dari hasil penelitian mengenai

pengembangan hortikultura untuk peningkatan nafka rumah tangga petani di Desa

Erelembanga Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

52
Tabel 14.Matriks Faktor Strategi Eksternal Pengembangan Hortikultura Untuk
Peningkatan Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa Erelembanga
Kecamatan Tombolo Pao Kabupataen Gowa.
Faktor Strategi Skor X
Bobot Rating
Eksternal Rating
Peluang:
1. Harga sayuran cukup 0,10 4 0,04
murah
2. Adanya permintaan 0,10 4 0,04
dari pengepul
3. Teknologi yang 0,12 4 0,48
canggih
4. Dekat dengan destinasi 0,20 3 0,60
wisata
5. Proses budidaya yang 0,13 3 0,39
gampang
Jumlah Komulatif 0,65 1,91
Ancaman:
1. Serangan hama dan 0,03 2 0,06
penyakit
2. Tidak tahan simpan 0,02 2 0,04
3. Harga pasca panen 0,07 2 0,14
tidak merata
4. Sayuran 0,10 1 0,01
organik/Hidroponik
5. Tersedianya swalayan- 0,13 1 0,13
swalayan
Jumlah Komulatif 0,35 0,38
Total 1,00 2,29
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.
Table 14 menunjukan bahwa faktor eksternal terdapat 5 peluang dan 5
ancaman yang ada pada pengembangan hortikultura untuk peningkatan nafka
rumah tangga petani di Desa Erelembanga Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten
Gowa.
dalam strategi pengembangan usaha tani hortikultura, faktor peluang
dan ancaman ini di susun berdasarkan bobot dampak sangat penting hingga
penting. Peluang dan ancaman yang di berikan terdapat strategi pengembangan
hortikultura. Data menunjukan bahwa bobot peluang lebih besar dibandingkan
dengan bobot ancaman. Terlihat bahwa matriks strategi eksternal yang
menghasilkan skor tertinggi pada faktor peluang.

53
Tabel 15. Diagram Matriks Swot Dalam Pengembangan Hortikultura Untuk
Peningkatan Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa Erelembanga Kec.
Tombolo Pao Kab. Gowa.
IFAS Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Lokasi yang Strategis 1. Ketersedian sayuran
2. Kebutuhan Sayuran musiman
Harian 2. Persaingan antar
3. Ketersedian pupuk dan pedagang
obat-obatan pertanian 3. Kurangnya
4. Menggunakan benih penyuluhan dalam
yang bersertifikat pengembangan
5. Pengalaman dalam pertanian
berusaha tani 4. Kurangnya bantuan
alat pertanian
5. Kurangnya modal
EFAS petani
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Harga sayuran cukup
1. Lokasi budidaya 1. Ketersedian sayuran
murah
hortikultura berada di yang bersifat harian
2. Adanya permintaan
tengah-tengah sentra sehingga harga
dari pengepul
produksi sehingga menjadi murah
3. Teknologi yang
menyebabkan harga 2. Tidak adanya
canggih
menjadi murah persaingan antar
4. Dekat dengan
2. Komsumsi sayura- pedagang sehingga
destinasi wisata
sayuran harian permintaan para
5. Proses budidaya
sehingga pengepul meningkat
yang gampang
meningkatkan 3. Adanya peyuluhan
permintaan pengepul dalam bidang
3. Tersedian kebutuhan pertanian dan didukan
petani dalam proses dengan teknologi
pemeliharaan yang memadai
dikarenakan teknologi 4. Tersedianya alsintan
yang sudah canggih dibidang pertanian
4. Menggunakan benih dan lokasi usaha
yang berkualitas dan taninya dekat dengan
lokasinya dekat tempat wisata
dengan wisata 5. Ketersedian modal
sehingga sayurannya yang memadai
banyak diminati sehingga proses
5. Dalam berusaha tani budidaya berjalan
hanya menggunkan dengan baik
pengalamn mereka
sehingga proses
budidaya tidak rumit
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T

54
1. Serangan hama dan 1. Tempat budidaya yang 1. Ketersedian sayuran
penyakit baik sehingga aman setiap hari
2. Tidak tahan simpan dari serangan hama dikarenakan tanaman
3. Harga pasca panen penyakit. tersebut terhinddar
tidak merata 2. Produksi sayuran dari serangan hama
4. Sayuran setiap hari dan kuliatas penyakit
organik/Hidroponik sayurannya juga sangat 2. Tidak adanya
5. Tersedianya baik. persaingan sesama
swalayan-swalayan 3. Tersedianya input pedagang dan sayuran
dalam proses budidaya yang dihasilkan
sehingga harga paska memiliki kualitas
meningkat. yang baik
4. Kualitas benih yang 3. Adanya pengarahan
digunakan berkualitas dari penyuluh
sehingga sebanding setempat sehingga
dengan sayuran harga paska panen
hidroponik. merata
5. Para petani memiliki 4. Tersedianya bantuan
penaglaman yang baik alsinta untuk
dalam berusaha tani berusahatani sehingga
sehingga sayuran yang sayuran yang
dihasilkan dapat dihasilakn bersaing
bersaing dengan dengan sayuran
swalayan-swalayan. organik
5. Ketersedian modal
dalam berusaha tani
sehingga sayura-
sayuran yang di
produksi bisa masuk
di swalayan-
swalayan.
Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah 2020.

55
VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan strategi pengembangan Hortikultura

untuk peningkatan nafka rumah tangga petani di Desa Erelembang Kecamatan

Tombolo Pao Kabupaten Gowa yaitu dimana para petani menanam benih yang

berserifikat seperti benih kentang, benih tomar dan benih kol, sehingga produksi

yang dihasilkan dari benih bersertifikat tersebut maksimal produksinya.

Disamping itu dengan ketersedian obat-obat pertanian yang mudah di temukan,

juga memiliki peranan yang sangat penting untuk membantu para petani dalam

melangsungkan proses usahataninya.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan pengembangan pengembangan

Hortikultura untuk peningkatan nafka rumah tangga petani di Desa Erelembang

Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa adapun saran yang dapat diberikan

adalah harus adanya keterlibatan semua pihak baik pemerintah, lembaga

keuangan, dan pelaku usaha yang bersangkutan di dalamnya yang harus di ikuti

oleh dukungan kuat oleh petani dengan meningkatkan hasil produksi sayur-

sayuran hortikultura.

56
DAFTAR PUSTAKA

Moertopo A, Strategi Kebudayaan, (Jakarta, Yayasan Proklamasi),h 7.


BPS kabupaten Gowa, 2017. Statistik Pertanian Tanaman Hortikultura
kabupatenBintoro Tjokroamidjojo. Z dan Mustopa Didjaya. A.R, Teori
Strategi
Ellis, Frank, 2000. Rural Lrvelihooods and Diversityin Developing, Oxford
University Press, New York.
Endang Suhendar dan Yohan Budi Winarti, Petani dan Konflik Agraris,
(Bandung: Akatiga 1998).h.1
Freddy Rangkuti (2009: 18) Analisis SWOT Meminimalkan Ancaman dan
Kelemahan
Gitosudarmo (2001: 115) Kata SWOT Strategi SWOT
Gitosudarmono, Indriyo. 2000. Manejemen Pemasaran. Edisi II, BPFE
Gowa 2017, Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa tahun 2016. BPS
Sulsel.Kippera Pustaka Utam,2003),h.241
Kotler (2009: 51) Analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunity, Threaths)
Cara Untuk Mengamati Lingkungan Eksternal dan Internal
Kurniawan, dan Hamdani, Manajemen Strategik dalam Organisasi. Yogyakarta:
MedPress, 2008.
Notodimedjo, Soewarno. 1997, Strategi Pengembangan Hortikultura Khususnya
Buah-buahan dalam menyongsong Era Pasar Bebas, Pidato Pengukuhan
Guru Besar dalam Ilmu Hortikultura, Fak.Pertanian Unibraw, Malang.
Pembangunan Nasional (Jakarta,PT.Gunung Agung,1983),h.13.
Purnomo, Agustina, M. 2006, Strategi Nafkah Rumah tangga Desa Sekitar
Hutan:Studi Kasus Dua Peserta PHBM (tesis), Bogor Sekolah
Pascasarjana Institusi
Respati, E., L. Hasanah, S. Wahyuningsih, Sehusman, M. Manurung, Y.
Supriyati, dan Rinawati. 2015. Buletin Konsumsi Pangan. Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian, Jakarta.
Salusu, J. 2000. Pengembilan Keputusan Stratejik. Jakarta: Gramedia.,
Yogyakarta.
Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional. PT Bumi Aksara. Jakarta.

57
Ulrich Planch, Sosiologi Pertanian, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993).h.27
Yayuk Yulianti dan Mangku Poernomo, Sosiologi Pedesaan, (Yogyakarta :
Pertanian Bogor.
Zulkarnain. (2009). Dasar-dasar Hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara.

58
L
A
M
P
I
R
A
N
59
Lampira 1. Tabel Hasil Tabulasi

Umur Jumlah Tingkat Lama Luas Lahan Jenis


NO NAMA
(Tahun) Tanggungan Pendidikan Berusaha tani (Are) Komoditas
1 Dg. Gassing 45 5 SD 30 50 Kentang, Daun Bawang
2 Anto 40 3 SMP 4 100 Kentang, Daun Bawang
3 Tallasa 34 4 SD 30 300 Kentang
4 Zaenal 50 5 SD 30 100 Wortel
5 Dg. Lebang 70 3 SD 20 200 Kol, Kentang
6 Sudirman, S.P,.M.M 28 0 S2 3 100 Kentang,Kol,Daun Bawang
7 Edi 25 2 SMP 10 100 Kentang, Tomat
8 Basri 37 2 SD 20 100 Kentang, Kol
9 Asri 31 3 SD 20 100 Kentang
10 Bakri 43 5 SD 20 200 Kentang, Bawang, Kol
11 Latif 48 5 SMP 23 150 Kol, Kentang
12 Firman 28 3 SD 11 50 kentang
13 Majid 37 2 SD 22 200 Kentang, Daun Bawang
Muhammad
14 Arbi,S.P 25 2 S1 2 50 Kentang, Daun Bawang
Kentang, Daun Bawang, Sawi
15 Suardi 34 3 SD 5 100 Putih
16 Ramalan 54 3 SD 18 200 Kol, Kentang
17 Rahman Bin Kulle 52 5 smp 3 50 kentang
18 Amran 38 5 SD 8 100 Wortel
19 Asdar 23 1 SMA 2 50 ketang

60
20 Bakri Muda 46 4 SD 35 100 kentang

21 Ardi 32 3 SD 15 150 Kentang, Daun Baawang


22 Arifin 37 5 SD 22 150 Kentang
23 Sanji Saing 58 3 SD 40 50 Kentang
24 Muhammad Ali M 30 4 SD 10 25 Kentang
25 Dg Rani 38 4 SMP 18 50 Kentang
26 Dg Pato 40 5 SD 22 100 Kentang, Kol
27 Dg Unjung 30 2 SMP 12 50 kentang, Daun Bawang
28 Dg Sija 37 4 SD 20 100 Kentang
29 Dg Kulle 32 2 smp 12 50 Kentang
30 Dg Sarro 36 3 SD 24 100 Kentang, Kol

61
Gambar 4. Peta Desa Erelembang

62
Gambar 5. Penjemuran dan Pengemasan

63
Gambar 6. Penyimpanan

64
Gambar 7. Tanaman Tomat

Gambar 8. Tanaman Daun Bawang

65
66
67

You might also like