1. Bagaimana intensitas dan dinamika proses yang Anda rasakan pada fase empati? 2. Apa hal baru yang Anda dapatkan setelah menggunakan teknik empati pada Design Thinking? 3. Adakah hal yang membuat Anda bersemangat selama proses perkuliahan? 4. Adakah suasana yang membuat Anda malas ketika berproses? 5. Apakah materi pada topik ini mengubah pandangan Anda terhadap diri sendiri, teman, dan lingkungan khususnya lingkungan pendidikan? 6. Adakah pembelajaran pada topik ini yang dapat membantu Anda ketika mengajar di sekolah nanti? 7. Apa harapan yang muncul setelah menjalani proses perkuliahan ini? Jawab: 1. Selama fase empati, dilakukan wawancara siswa untuk dibandingkan apa yang membuat mereka menyukai dan tidak menyukai biologi. Menentukan juga kira-kira hal apa saja yang membuat mereka tidak menyukai biologi dan apa yang bisa dikembangkan untuk pelajaran biologi, sehingga mereka lebih senang ketika belajar biologi. 2. Bahwa banyak dari mereka yang kurang menyukai biologi karena gurunya yang terlalu membuat suasana kelas tertekan dan tidak nyaman. Biologi terlalu banyak hafalan dan sulit dipahami. Bahwa banyak siswa yang sebenarnya ingin belajar tetapi keluarga juga perlu perhatian khusus, mereka bergantung lebih ke sekolah untuk belajar. Maka, perlu dipertimbangkan kembali bagaimana proses pembelajaran di kelas diberikan dan strategi yang efektif. 3. Dosen yang baik, materi yang didiskusikan bersama teman, dan belajar hal baru. 4. Terlalu banyak tugas di LMS 5. Iya, karena latar belakang saya yang bukan pendidikan, mata kuliah ini membantu saya walaupun tidak banyak untuk menjadi calon guru yang berpikir berbasis desain. 6. Ada, empati tentunya akan efektif ketika diterapkan dalam kelas. Karena sebagai guru, dengan kita mengetahui latar belakang siswa dan apa yang membuat siswa mau belajar, pembelajaran akan lebih efektif. 7. Harapan perkuliahan dapat membantu saya belajar mendesain proses pembelajaran yang efektif dan perlahan menggiring saya ke dunia pendidikan.