Professional Documents
Culture Documents
Modul SIK 2022
Modul SIK 2022
2022
Penyusun:
i
Daftar Isi
Daftar Isi i
Kepustakaan 303
Lampiran-Lampiran iii
ii
FKM - UNSRAT
BAB
1
Konsep Dasar
Sistem Informasi Kesehatan
Organization without Information is nothing.
Untuk mendapatkan data dan informasi kesehatan yang berkualitas diperlukan suatu
sistem informasi kesehatan yang adekuat. Pembangunan Sistem Informasi Kesehatan yang
adekuat dalam menghasillkan informasi yang berkualitas dalam pengambilan keputusan di
bidang kesehatan membutuhkan pengetahuan konsep dasar system informasi kesehatan itu
sendiri dan dasar-dasar dalam pengembangannya.
Untuk dapat lebih memahami secara konseptual dan aplikasi Sistem Informasi
Kesehatan, kita mulai dengan memahami konsep dasar Sistem Informasi Kesehatan yang
berisi definisi dan kerangka dasar Sistem Informasi Kesehatan.
1
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
2. Komponen-Komponen Sistem
2
FKM - UNSRAT
Gambar 1.1
Kontrol
Masukan
Keluaran
Proses
Balikan
3
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
e. Kontrol
Kontrol berfungsi untuk mengendalikan kerja sistem sehingga proses-proses yang
dilakukan sistem dapat menghasilkan keluaran sesuai dengan tujuan.
f. Lingkungan
Lingkungan merupakan tempat dimana sistem hidup. Lingkungan mempunyai
pengaruh terhadap sistem dan sebaliknya lingkungan dapat dipengaruhi sistem
(Siregar,1992).
Data merupakan bentuk jamak dari kata datum (Latin) yang berarti
sebagian kecil dari informasi atau sebuah fakta yang diketahui atau diperkirakan
yang digunakan sebagai dasar dari teori, kesimpulan atau inferens.
Data itu sendiri mempunyai arti informasi yang faktual merupakan fakta-fakta
atau gambaran-gambaran yang didapat dari eksperimen atau survey yang
digunakan sebagai dasar dalam perhitungan atau penyusunan kesimpulan.
Dalam sistem informasi (ilmu komputer) data merupakan informasi
perhitungan dari pengolahan komputer berupa angka, teks, gambar, suara dalam
bentuk yang cocok untuk penyimpanan dan pengolahan oleh komputer.
Dalam statistik data adalah himpunan angka-angka yang merupakan nilai
dari unit sampel kita sebagai hasil dari mengamati/mengukur.
Ditinjau dari jenis data dapat kita tentukan :
a. Data diskrit : data dalam bentuk bilangan bulat atau data yang didapat dari
hasil perhitungan. Misalnya : jumlah anak dalam keluarga, jumlah penderita
TBC Paru dll.
b. Data kontinyu : data dalam bentuk rangkaian data yang dapat dalam bentuk
desimal dan didapatkan dari pengukuran. Misalnya : Tinggi Badan, berat
badan, panjang badan dll.
4
FKM - UNSRAT
Menurut Siregar (1992), alih bentuk data menjadi informasi melalui empat
langkah pokok yaitu pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data dan
analisis data. Selanjutnya diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 1.2. Transformasi Data Menjadi Informasi Dengan Empat Langkah
Tabel
Instrumen
Pengumpulan Basis Grafik
Data Data
Chart
5
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
6
FKM - UNSRAT
Sistem Informasi
1. Pengertian Sistem Informasi
Menurut Siregar (1995) sistem informasi adalah suatu sistem yang dapat
menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan secara tepat guna dan
tepat waktu untuk semua macam proses pengambilan keputusan pada berbagai
jenjang dalam suatu organisasi
Sistem informasi memiliki tiga elemen utama, yaitu data yang menyediakan
informasi, prosedur yang memberitahu pengguna bagaimana mengoperasikan sistem
informasi, dan orang-orang yang membuat produk, menyelesaikan masalah,
membuat keputusan, dan menggunakan sistem informasi tersebut. Orang-orang
dalam sistem informasi membuat prosedur untuk mengolah dan memanipulasi data
sehingga menghasilkan informasi dan menyebarkan informasi tersebut ke lingkungan.
PENYIMPANAN
Model dasar ini berguna dalam memahami bukan saja keseluruhan sistem
pengolahan informasi, tetapi juga untuk penerapan pengolahan informasi secara
7
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
8
FKM - UNSRAT
e. Blok basis data, merupakan kumpulan data yang saling berhubungan satu
dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan
perangkat lunak untuk mengubahnya. Data di dalam basis data perlu
diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga informasi yang dihasilkan
berkualitas.
f. Blok kendali, merupakan mekanisme yang dirancang dan diterapkan untuk
meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun
bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat cepat diatasi.
Kesatuan dari komponen-komponen tersebut dapat digambarkan seperti
pada gambar 1.4.
TEKNOLOGI
BASIS
DATA
KONTROL
9
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
10
FKM - UNSRAT
11
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
12
FKM - UNSRAT
BAB
2
Peran Sistem Informasi Kesehatan
Dalam Manajemen Kesehatan
13
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Manajemen Kesehatan
Secara umum manajemen merupakan suatu kegiatan untuk mengatur orang lain
guna mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Hal ini berdasarkan
beberapa pendapat ahli berikut :
14
FKM - UNSRAT
1. Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu orang /lebih untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain guna mencapai hasil (tujuan) yang
tidak dapat dicapai oleh hanya satu orang saja. (Evancevich)
2. Manajemen adalah proses dimana pelaksanaan dari suatu tujuan diselenggarakan
dan diawasi (Encyclopaedia of sosial sciences)
3. Manajemen membuat tujuan tercapai melalui kegiatan-kegiatan orang lain dan
fungsi-fungsinya dapat dipecahkan sekurang-kurangnya 2 tanggung jawab utama
(perencanaan dan pengawasan)
4. Manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan dengan
menggunakan orang lain (Robert D. Terry).
Dalam bidang kesehatan masyarakat, manajemen kesehatan adalah suatu
kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas
kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan.
Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen
umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan
sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. (Notoatmodjo,
2003)
Sedangkan Fungsi manajemen, menurut beberapa ahli mengandung berbagai
komponen sebagai berikut :
1. Menurut L. Gullick manajemen mengandung beberapa unsur antara lain Planning,
Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, Budgetting
2. Menurut George Terry – Planning, Organizing, Actuating, Controlling
3. Menurut Koonzt O’ Donnel – Planning, Organizing, Staffing, Directing, Controlling
4. Menurut H. Fayol – Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling
Berbagai komponen fungsi manajemen diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan
tujuan organisasi sampai dengan menetapkan alternative kegiatan untuk
pencapaiannya.
2. Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan menajemen untuk
menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
15
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
1. Manajemen Pasien/Klien
16
FKM - UNSRAT
Tujuan manajemen umum dari suatu unit kesehatan adalah untuk memberikan
pelayanan kesehatan terhadap suatu penduduk tertentu di dalam wilayah kerja
pelayanannya dengan sumber daya yang ada. Unit-unit kesehatan dapat diklasifikasikan
menurut tingkat konsentrasi sumber dayanya menjadi: unit-unit pelayanan kesehatan
dasar dan unit-unit pelayanan kesehatan rujukan. Setiap jenis unit kesehatan memiliki
fungsi-fungsi manajemennya sendiri. Namun demikian pada dasamya fungsi-fungsi itu
dapat dibedakan atas fangsi-fungsi pemberian pelayanan kesehatan, dan fungsi-fungsi
administratif.
Fungsi-fungsi pemberian pelayanan kesehatan ditetapkan berdasarkan kebutuhan
kesehatan dari masyarakat yang dilayani oleh unit kesehatan yang bersangkutan. Unit
pelayanan kesehatan dasar memberikan paket pelayanan pemeliharaan kesehatan
umum. Terdapat banyak perbedaan dalam bentuk penyediaan pelayanan kesehatan
dasar ini, yaitu misalnya apotik, Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, Klinik,
Balai Kesehatan Masyarakat, dan lain-lain. Sarana-sarana yang berbeda ini bisa jadi
17
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
memiliki fungsi yang berbeda pula. Beberapa di antaranya hanya memberikan pelayanan
kuratif. Tetapi yang lain seperti Puskesmas misalnya memiliki paling sedikit lima jenis
pelayanan, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, kesehatan
lingkungan, dan pengobatan (pelayanan kuratif). Kerapkali tersedianya tenaga kesehatan
merupakan faktor pembeda dalam fungsi atau jenis pelayanan dari unit-unit pelayanan
kesehatan dasar.
Unit-unit pelayanan kesehatan rujukan seperti rumah sakit dan klinik rawat jalan
khusus menyediakan pelayanan dan teknik-teknik yang kerumitannya tidak dapat
ditangani oleh unit pelayanan kesehatan dasar. Rumah Sakit Kabupaten/Kota merupakan
unit pelayanan kesehatan rujukan tingkat pertama (primer), Rumah Sakit Provinsi
merupakan unit pelayanan kesehatan rujukan tingkat kedua (sekunder), dan Rumah
Sakit Pusat merupakan unit pelayanan kesehatan rujukan tingkat ketiga (tersier). Di
Rumah Sakit Kabupaten/Kota harus diselenggarakan paling sedikit empat pelayanan
spesialistik, yaitu: obsetrik dan genekologi, anak, bedah, dan penyakit dalam.
Informasi yang disiapkan dengan baik di unit-unit kesehatan akan membantu
pembuatan keputusan-keputusan dalam unit kesehatan tersebut. Contohnya adalah
sebagai berikut:
Suatu Puskesmas harus memberikan pengobatan kepada pasien-pasien
tuberkulosis. Kepala Puskesmas ingin mengetahui berapa orang pasien di antara
mereka yang berobat ke Puskesmas yang menghentikan pengobatan sebelum
waktunya (angka "drop out"). Informasi ini dapat digunakan untuk memutuskan
perlu-tidaknya melakukan peningkatan kegiatan tindak lanjut (follow up) terhadap
para pasien tuberkulosis.
Salah satu fungsi dari Puskesmas adalah memberikan pelayanan perawatan
prakelahiran (prenatal care) kepada semua perempuan hamil di wilayah kerjanya,
dan merujuk mereka yang berisiko ke Rumah Sakit Kabupaten/Kota. Dalam
beberapa bulan terakhir, sejumlah perempuan dari desa-desa sekitar dilaporkan
meninggal pada saat melahirkan atau tidak lama setelah melahirkan. Kepala
Puskesmas dan bidan Puskesmas ingin mengetahui berapa orang perempuan dari
antara perempuan yang diperkirakan hamil di wilayah kerja Puskesmas
memperoleh pelayanan prenatal care. Informasi ini akan membantu mereka
18
FKM - UNSRAT
19
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
j. penyehatan lingkungan;
k. pengawasan terhadap pelayanan-pelayanan kesehatan.
Fungsi-fungsi manajemen terhadap sistem kesehatan berbeda antara satu tingkat
administrasi dengan tingkat administrasi lainnya. Fungsi-fungsi itu ditetapkan dengan
mengacu pembagian kewenangan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.
Menurut UU No. 22 tahun 1999, Daerah Provinsi memiliki kewenangan
desentralisasi terbatas, sedangkan Daerah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan
desentralisasi luas. Di lain pihak, Pemerintah Pusat diizinkan oleh UU tersebut untuk
mendelegasikan kewenangan kepada Daerah Provinsi sebagai wakil dari Pemerintah
Pusat (dekonsentrasi). Kewenangan dekonsentrasi ini tidak boleh didelegasikan sampai
ke tingkat Kabupaten/Kota. Dengan demikian, UU memberikan kewenangan
dekonsentrasi ini secara luas kepada Daerah Provinsi.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom, yang merupakan tindak lanjut atau
penjabaran dari UU No. 22 tahun 1999, mengurai kewenangan desentralisasi terbatas
Daerah Provinsi ini.
Sedangkan kewenangan dekonsentrasi untuk Daerah Provinsi, karena memang
tidak diatur dalam PP No. 25 tahun 2000, didapat dari Surat Edaran Menteri Kesehatan &
Kesejahteraan Sosial R.I. (SE Menkes & Kesos) No. 1107 tahun 2000.
20
FKM - UNSRAT
21
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu: (1) Manajemen Pasien/Klien, (2)
Manajemen Unit Kesehatan, dan (3) Manajemen Sistem Kesehatan.
Manajemen pasien/klien dan manajemen unit kesehatan berkaitan secara
langsung dengan pelayanan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif kepada
masyarakat. Dalam hal ini tercakup interaksi antara petugas-petugas unit kesehatan
dengan masyarakat di wilayah pelayanannya. Manajemen pasien/klien dan manajemen
unit dipraktikkan baik di pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas dan lain-lain), pelayanan
kesehatan rujukan (Rumah Sakit dan lain-lain), serta di Dinas Kesehatan. Keputusan-
keputusan yang dibuat dalam rangka manajemen pasien/klien dan manajemen unit
kesehatan disebut keputusan-keputusan operasional. Manajer, dalam manajemen
pasien/klien adalah semua petugas kesehatan yang melayani pasien/klien. Sedangkan
manajer dalam manajemen unit adalah pimpinan dari unit yang bersangkutan (Kepala
Puskesmas, Direktur Rumah Sakit, Kepala Dinas Kesehatan). Manajemen Sistem
Kesehatan berfungsi memberikan dukungan manajerial dan koordinasi terhadap tingkat
manajemen unit kesehatan dan manajemen pasien/klien. Keputusan-keputusan yang
dibuat dalam rangka manajemen sistem kesehatan disebut keputusan-keputusan
strategis. Adapun manajer dalam manajemen Sistem Kesehatan adalah Kepala Dinas
Kesehatan dan pihak-pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusannya (stakeholders).
Dengan mengenali fungsi spesifik dari setiap tingkat manajemen kesehatan, akan
dapat dikenali pula siapa saja pemakai informasi kesehatan (yaitu para manajer
kesehatan) dari keputusan-keputusan apa yang harus mereka buat. Hal ini akan
membantu dalam perumusan kebutuhan informasi di setiap tingkat dan penetapan data
apa yang harus dikumpulkan, cara dan instrumen pengumpulannya, pengiriman datanya,
prosedur pengolahan datanya, pengemasan informasinya, dan penyajian informasinya.
22
FKM - UNSRAT
BAB
3
Sistem Informasi Manajemen
S istem Informasi Manajemen adalah sebuah sistem yang cukup kompleks. Sistem ini
dapat berjalan dengan baik apabila semua proses didukung dengan teknologi yang
tinggi, sumber daya yang berkualitas, dan yang paling penting komitmen
perusahaan. Sistem Informasi Manajemen berguna untuk mendukung fungsi operasi,
manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Sistem Informasi Manajemen bertujuan menghasilkan informasi yang berguna
untuk perusahaan. Kegiatan ini mendukung proses bisnis perusahaan dan perlu
diperhatikan untuk kelangsungan perusahaan. Oleh karena itu, komitmen perusahaan
untuk menjalankan Sistem Informasi Manajemen haruslah sangat tinggi agar proses yang
terjadi dilantai produksi menjadi menguntungkan bagi perusahaan.
Supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat berguna bagi
manajamen, maka analis sistem harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi yang
dibutuhkannya, yaitu dengan mengetahui kegiatan-kegiatan untuk masing-masing tingkat
(level) manajemen dan tipe keputusan yang diambilnya. Berdasarkan pada pengertian-
pengertian di atas, maka terlihat bahwa tujuan dibentuknya Sistem Informasi Manajemen
adalah supaya organisasi memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan
keputusan manajemen, baik yang menyangkut keputusan-keputusan rutin maupun
keputusan-keputusan yang strategis. Sehingga SIM adalah suatu sistem yang
menyediakan kepada pengelola organisasi data maupun informasi yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
23
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
24
FKM - UNSRAT
25
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
memastikan bahwa masalah dipahami, solusi alternative dipertimbangkan dan solusi yang
dipilih bekerja.
Gagasan sebuah sistem informasi untuk mendukung manajemen dan
pengambilan keputusan telah ada sebelum dipakainya komputer, yang memperluas
kemampuan keorganisasian untukmenerapkan sistem semacam itu. Perluasan
kemampuan tersebut sedemikian menyolok sehingga SIM dianggap sesuatu yang baru
karena baru kini dapat dipakai. Banyak dari gagasan yang merupakan bagian SIM
berkembang/ berevolusi dari bagian ilmu pengetahuan lain.
Ada empat bidang pokok konsep dan pengembangan sistem yang sangat penting
dalam melacak asala mula konsep SIM yaitu: (1) akuntansi manajerial; (2) ilmu
pengetahuan manajemen; (3) teori manajemen; dan (4) pengolahan komputer.
Akuntansi Manajerial
Disini perlu dianggap bahwa bidang akuntansi dibagi atas dua bidang pokok, yaitu
akuntansi keuangan dan akuntansi manajerial. Akuntansi keuangan (financial accounting)
berhubungan dengan pengukuran pendapatan dalam suatu periode tertentu, misal dalam
satu bulan atau satu tahun (laporan rugi-laba/income statement) dan melaporkan status
keuangan pada akhir periode (neraca). Karena sebuah organisasi beroperasi secara terus
menerus sepanjang waktu, pengukuran pendapatan untuk suatu jangka waktu tertentu
meliputi pertanyaan-pertanyaan pengukuran penerimaan dalam suatu periode dan
mengenali serta membandingkan biaya yang timbul untuk menghitung laba.
Sistem pelaporan untuk organisasi yang dikembangkan oleh akuntansi manajerial
pada umumnya mencerminkan gagasan akuntansi pertanggungjawaban (responsibility
accounting) dan akuntansi keuntungan (profitability accounting). Laporan tersebut
disusun untuk menunjukkan adanya penyimpangan dari rencana prestasi dan sebab-
sebab penyimpangan tersebut.
Analisis biaya dipakai dalam akuntansi manajerial untuk menentukan biaya yang
paling relevan dalam pengambilan keputusan. Biaya yang relevan ini dapat berupa biaya
penuh (full cost), biaya langsung (direct cost), biaya marjinal (marginal cost), biaya
penggantian (replacement cost), biaya peluang (opportunity cost) atau lain-lainnya.
26
FKM - UNSRAT
Ilmu manajemen atau penelitian operasional adalah penerapan metode ilmiah dan
teknik-teknik analisis kuantitatif terhadap masalah manajemen. Beberapa di antara
konsep-konsep pokoknya adalah:
1. Penekanan ancangan sistematis dalam pemecahan persoalan dan penerapan metode
ilmiah pada penelitian.
2. Memakai model matematis dan prosedur matematis serta statistis dalam analisis.
3. Bertujuan mencari keputusan optimal atau kebijakan optimal.
Ilmu pengetahuan manajemen dalam penyelesaiannya cenderung memakai
kriteria ekonomis atau teknik daripada kriteria perilaku, dengan penekanan metode teknis
dalam memecahkan persoalan. Keberhasilan ilmu pengetahuan manajemen di dalam
organisasi yang paling menyolok adalah pada persoalan operasional dan keputusan
taktis. Misalnya manajemen sediaan barang (inventory management) telah mendapat
perhatian besar, demikian pula penjadualan produksi, penentuan letak pabrik, penjaluran
angkutan (transportation routing), dan analisis penanaman modal.
Beberapa teknik umum sehubungan dengan ilmu pengetahuan manajemen
adalah:
1. Pemrograman linier (linear programming)
2. Pemrograman integer (integer programming)
3. Pemrograman dinamis (dynamic programming)
4. Teori pengantrian (queueing theory
27
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Teori Manajemen
Pengolahan Komputer
28
FKM - UNSRAT
29
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
30
FKM - UNSRAT
yang akan diperiksa manajer. Model dasar tersebut memberikan cara-cara penelitian dan
rancangan, sementara para staf ahli merumuskan data untuk kebutuhan manajerial.
Manajer pada semua tingkat mempunyai kemampuan baru untuk memperoleh
informasi yang relevan dengan fungsi mereka. Untuk pengambilan keputusan, sistem
tersebut dapat memberikan saran pemecahan yang optimal secara langsung atau dapat
memberikan analisis manusia/mesin dan prosedur keputusan untuk membantu dalam
mencapai sebuah keputusan yang baik. Sebagai contoh, seorang manajer untuk suatu
sediaan barang akan memprogram pengambilan keputusan dalam banyak kasus,
misalnya perihal jumlah pesanan. Dalam situasi rumit seperti pesanan sebuah tempat
muatan kendaraan untuk mencapai pembelian yang ekonomis, mungkin algoritma
optimisasi tidak dipakai, tetapi sebuah prosedur keputusan diadakan untuk membantu
manajer dalam mencapai sebuah pemecahan yang memuaskan. Perencanaan dibantu
oleh model perencanaan disertai sebuah dialog manusia/mesin untuk mengadakan
percobaan pemecahan.
Secara ringkas, pengolahan rutin paling sedikit terpengaruh oleh penerapan
ancangan SIM. Petugas administrasi akan menyiapkan data yang kurang lebih sama,
tetapi akan terdapat persyaratan data tambahan, dan semakin banyak alat onlie dipakai.
Persyaratan data pada semua tingkat personalia akan berkembang, tetapi akan terjadi
peningkatan tersedianya informasi terbaru yang akurat. Laporan, jawaban atas
permintaan informasi, analisis, perencanaan dan pengambilan keputusan akan mendapat
pengolahan dan dukungan informasi lebih baik.
31
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
dipilih bekerja.
Sebuah sistem informasi manajemen mengandung elemen-elemen fisik sebagai
berikut:
1. Perangkat keras komputer
2. Perangkat lunak
a. Perangkat lunak sistem umum
b. Perangkat lunak terapan umum
c. Program aplikasi
3. Database (data yang tersimpan dalam media penyimpanan komputer)
4. Prosedur
5. Petugas Pengoperasian
Dalam hal penerapan, sebuah subsistem terapan yang lengkap terdiri dari:
1. Program untuk melaksanakan pengolahan komputer
2. Prosedur untuk membuat terapan menjadi operasional (formulir, petunjuk untuk
operator, petunjuk untuk pemakai, dan seterusnya).
Subsistem terapan dapat diuraikan dalam bentuk fungsi keorganisasian yang
mendukung (pemasaran, produksi, dan sebagainya) atau dalam bentuk jenis kegiatan
yang tengah dilaksanakan.
32
FKM - UNSRAT
Subsistem Kegiatan
Satu ancangan lain untuk memahami struktur sebuah sistem informasi adalah
dalam bentuk subsistem yang melaksanakan berbagai kegiatan. Beberapa subsistem
kegiatan akan bermanfaat bagi lebih dari satu subsistem fungsi keorganisasian;
sedangkan lainnya mungkin akan berguna untuk hanya satu fungsi.
Contoh subsistem kegiatan pokok seperti terlihat pada tabel 3.4.
Subsistem kegiatan ini memakai data di dalam data base dan kemampuan
33
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Struktur Hirarki
34
FKM - UNSRAT
sedikit terhadap manajemen tingkat lebih rendah. Organisasi dalam gambar 3.2.
tersusun secara fungsional; yaitu sub-subsistem pokok di bawah direktur merupakan
fungsi organisasi seperti manufaktur, pemasaran dan akuntansi.
Spesialisasi
35
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Rentang Kendali
Teori manajemen pada mulanya agak bersifat mekanis dalam pandangannya atas
interaksi manusia. Tujuan para anggota sebuah organisasi dianggap konsisten dengan
tujuan organisasi (atau setidaknya terlebur dengan tujuan organisasi). Para karyawan
dianggap konsisten dengan tujuan organisasi). Para karyawan dianggap menanggapi
positif terhadap wewenang dan didorong oleh imbalan keuangan. Gerakan hubungan
kemanusiaan yang dimulai dengan telaah Hawthorne yang terkenal antara tahun 1927
dan 1932 telah membentuk konsep tentang organisasi sebgai sebuah sistem sosial.
Motivasi ternyata didasari oleh lebih dari sekedar imbalan ekonomis. Kelompok
kerja, rekan sekerja dan sebagainya ternyata penting. Gaya kepemimpinan dianjurkan
yang lebih meningkatkan kepuasan pekerja dalam organisasi. Hasil-hasil riset keperilkuan
(behavioral research) tidak menunjuk kepada seperangkat tunggal prinsip tertentu, tetapi
sebagian besar riset memperlihatkan perlunya mempertimbangkan kebutuhan manusia
dalam merancang organisasi.
Motivasi adalah alasan seseorang untuk menjalankan sesuatu kegiatan. Hal ini
biasanya dijelaskan dalam istilah dorongan atau kebutuhan manusia. Kebutuhan
seseorng manusia tidak tetap. Kebutuhan ini berubah dari waktu ke waktu bersamaan
dengan tingkat karirnya, dan sementara kebutuhan tertentu mendapat lebih banyak
kepuasan.
Sebuah klasifikasi yang bermanfaat tentang kebutuhan umum manusia adalah
sebuah hirarki yang dikembangkan oleh Abraham Maslow. Ia menyebut lima kebutuhan
36
FKM - UNSRAT
dasar, tetapi kebutuhan yang lebih tinggi menjadi semakin mendesak hanya bila
kebutuhan lebih rendah telah cukup terpuaskan. Hirarki lima kebutuhan dasar manusia
menurut Abraham Maslow dapat dilihat pada tabel 3.5.
Dinamika Kelompok
Dalam sebuah organisasi, seorang individu biasanya dimiliki oleh satu atau
beberapa kelompok kecil. Mereka mungkin berupa kelompok keorganisasian formal
seperti regu kerja produksi atau dapat pula berdasarkan kepentingan bersama seperti
latar belakang budaya, profesi, tujuan rekreasi (kalb bowling), atau parkir kendaraan.
Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa kelompok kecil adalah faktor penting yang
mempengaruhi hubungan antara individu dengan organisasi.
Gaya Kepemimpinan
37
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Rencana adalah satu arah tindakan yang sudah ditentukan terlebih dahulu.
Perencanaan mengungkapkan tujuan-tujuan keorganisasian dan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan guna mencapai tujuan tersebut. Bagian ini mensurvai persoalan menetapkan
tujuan dalam organisasi dan ciri tingkat-tingkat perencanaan yang berlainan.
Menetapkan Tujuan
38
FKM - UNSRAT
membentuk landasan untuk mencapai tujuan. Bila setiap manajer membantu dalam
menyusun tujuan dan cara untuk mencapainya kemudian diukur seberapa jauh sudah
dicapai, maka perusahaan telah menggunakan apa yang disebut sebagai ―manajemen
berdasarkan sasaran‖.
Hirarki Perencanaan
Pengendalian
39
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
40
FKM - UNSRAT
BAB
4
Pendekatan Sistem dan
Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan
41
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem serangkaian langkah-langkah pemecahan masalah yang
memastikan bahwa masalah dipahami, solusi alternative dipertimbangkan dan solusi yang
dipilih bekerja.
berdasarkan sasaran, terdapat tiga jenis manajemen kesehatan yang diperlukan
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yaitu manajemen pasien/klien,
manajemen unit kesehatan, dan manajemen sistem kesehatan.
1. Usaha Persiapan
Mempersiapkan manajer untuk memecahkan masalah atau menyediakan orientasi
sistem. Langkah :
Memandang perusahaan sebagai suatu sistem = menggunakan model sistem
umum perusahaan.
Mengenali sistem lingkungan = menempatkan perusahaan sebagai suatu
sistem dalam lingkungannya.
Mengidentifikasi subsistem perusahaan = subsistem sebagai bentuk area-area
fungsional, tingkat-tingkat manajemen sebagai subsitem, arus sumber daya
sebagai dasar membagi perusahaan menjadi subsistem.
2. Usaha Definisi
Yaitu kegiatn identifikasi masalah (suatu masalah ada atau akan ada), memahami
masalah (mempelajari untuk mencari solusi) dan pemicu masalah (sinyal umpan balik
yang menunjukkan hal-hal lebih baik atau buruk).
Langkah-langkah :
Bergerak dari tingkat sistem ke subsistem : Tiap tingkatan manajemen adalah
suatu subsistem.
Yang dilakukan oleh seorang manajer : mempelajari posisi sistem
dihubungkan dengan lingkungan, menganalisis sistem menurut subsistem-
42
FKM - UNSRAT
subsistem.
Menganalisis bagian sistem dalam urutan tertentu. Pada saat mempelajari tiap
tingkat system, elemen-elemen sistem dianalisis secara berurutan :
o Mengevalusai standar : Standar harus sah, realistic, dimengerti,
terukur.
o Membandingkan output sistem dengan standar
o Mengevaluasi Manajemen
o Mengevaluasi pemrosesan Informasi
o Mengevaluasi input dan sumber daya input
o Mengevaluasi proses tranformasi
o Mengevaluasi sumber daya output
3. Usaha Solusi
Langkah-langkah
Mengidentifikasi solusi alternative
Manajer harus mengidentifikasi bermacam-macam cara untuk memecahkan
permasalahan yang sama. Contoh : computer tidak dapat menangani volume
aktifitas kegiatan perusahaan, alternatifnya : menambah computer, mengganti
computer, mengganti dengan jarinagan computer.
Mengevaluasi solusi alternative atau mempertimbangkan kerugian dan
keuntungan dari setiap alternative
Memilih solusi terbaik atau mengambil satu alternative
Menerapkan solusi terbaik
Membuat tindak lanjut untuk memastikan bahwa solusi itu efektif. Manajer
harus memastikan solusi mencapai kinerja yang direncanakan.
Pemecahan Masalah
43
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
atau memanfaatkan peluang keuntungannya. Oleh karena itu masalah penting untuk
dipecahkan.
Jenis-jenis masalah :
1. Masalah terstruktur; apabila terdiri dari elemen dan hubungan antar elemen yang
semuanya dipahami oleh pemecah masalah.
2. Masalah tak terstruktur; berisi elemen-elemen atau hubungan antar elemen yang
tidak dipahami oleh pemecah masalah.
3. Masalah semi terstruktur, masalah yang berisi sebagian elemen-elemen atau
hubungannya yang dimengerti oleh pemecah masalah.
Elemen-elemen pemecahan masalah dapat digambarkan seperti di bawah ini.
Standar menggambarkan keadaan yang diharapkan apa yang harus dicapai oleh
sistem. Informasi menggambarkan keadaan saat ini atau apa yang sedang dicapai oleh
sistem.
Perbedaan antara masalah dan gejala dimana gejala adalah kondisi yang
dihasilkan oleh masalah. Untuk memberikan ilustrasi ini, kita ambil contoh, seorang
manajer dihadapkan pada suatu gejala seperti laba yang rendah. Dalam hal ini ada
masalah penyebab laba rendah. Jadi dalam kaitan ini, masalah adalah penyebab dari
suatu persoalan, atau penyebab dari suatu peluang.
44
FKM - UNSRAT
Secara etimologis kata decide berasal dari bahasa latin de yang berarti off dan
kata caedo yang berarti to cut. Hal ini berarti proses kognitif cut off sebagai tindakan
mimilih diantara beberapa alternatif kemungkinan. Ada beberapa pengertian pengambilan
keputusan menurut para ahli yaitu :
1. Max (1972), Decision Making is commanly difined as choosing from among
alernatives (pengambilan keputusan merupakan pemilihan dari beberapa alternatif).
2. Shull (1970:67) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses
kesadaran manusia terhadap fonumena individual maupun sosial berdasarkan
kejadian faktual dan nilai pemikiran, yang mencakup aktivitas perilaku pemilihan satu
atau bebrapa alternatif sebagai jalan keluar untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
3. George R Terry dalam Igbal Hasan (2002:9), Pengambilan keputusan adalah
pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang
ada.
4. S.P Siagian dalam Iqbal Hasan (2002:10), Pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
tepat.
Dari beberapa pengertian pengambilan keputusan di atas dapat disimpulkan
bahwa pengambilan keputusan adalah sebuah hasil dari pemecahan masalah, jawaban
dari suatu pertanyaan sebagai hukum situasi, dan merupakan pemilihan dari salah satu
alternatif-alternatif yang ada, serta pengakhiran dari proses pemikiran tentang masalah
atau problema yang dihadapi, adapun hasil dari pengambilan keputusan adalah
keputusan(decision) .
Pengambilan keputusan menurut George R. Terry dalam Iqbal Hasan (2002:6)
didasarkan pada lima (5) hal yaitu :
1. Intuisi, pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki
sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan
45
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
46
FKM - UNSRAT
47
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Pengambilan keputusan berkisar dari sangat rutin dan baku (terprogram) sampai
48
FKM - UNSRAT
kompleks (tidak dapat diprogram). Untuk maksud klasifikasi, maka pada dasarnya ada
tiga tingkat pengambilan keputusan.
1. Pengambilan keputusan tingkat strategis
Pengambilan keputusan strategis dicirikan oleh sejumlah besar ketidak pastian dan
berorientasi ke masa depan. Keputusan-keputusan ini menetapkan rencana jangka
panjang yang akan mempengaruhi keseluruhan organisasi. Pengambilan keputusan
tingkat strategis misalnya perluasan pabrik, penentuan produksi, penggabungan,
penggolongan, pengeluaran modal dan sebagainya. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa strategi yang diputuskan itu berhubungan dengan perencanaan jangka
panjang dan meliputi penentuan tujuan, penentuan kebijaksanaan, pengorganisasian,
dan pencapaian keberhasilan organisasi secara keseluruhan.
2. Pengambilan keputusan tingkat taktis.
Pengambilan keputusan taktis berhubungan dengan kegiatan jangka pendek dan
penentuan sumber daya untuk mencapai tujuan. Jenis pengambilan keputusan ini
berhubungan dengan bidang-bidang seperti perumusan anggaran, analisis aliran
dana, penentuan tata ruang pabrik, masalah kepegawaian, perbaikan produksi serta
penelitian dan pengembangan. Bila pengambilan keputusan strategis sebagian besar
mengandung kegiatan perencanaan yang menyeluruh, pengambilan keputusan taktis
memerlukan gabungan dari kegiatan perencanaan dan pengawasan. Jenis keputusan
ini memiliki potensi yang kecil untuk melaksanakan pengambilan keputusan
terprogram.. Untuk sebagian besar aturan-aturan keputusan dalam pengambilan
keputusan taktis tidak tersusun dan tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap
kebiasaan sehari-hari dan peraturan yang mengatur sendiri.
3. Pengambilan keputusan tingkat teknis.
Pada tingkat teknis, standar-standar ditentukandan output bersifat deterministik
(sifatnya menentukan). Pengambilan keputusan teknis adalah suatu proses yang
dapat menjamin bahwa tugas-tugas spesifik dapat dilaksanakan dalam cara efektif
dan efisien. Tingkat ini lebih ditekankan pada fungsi pengawasan dan sedikit sekali
fungsi perencanaan. Pada tingkat ini pengambilan keputusan terprogram dapat
dilaksanakan. Contoh jenis pengambilan keputusan ini adalah penerimaan atau
penolakan kredit, pengendalian proses, penentuan waktu, penerimaan, pengiriman,
49
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
50
FKM - UNSRAT
Inti dari sistem informasi manajemen adalah penyusunan informasi secara teratur
dan sistematik mengikuti struktur organisasi dan digunakan untuk mendukung proses
pengambilan keputusan manajemen. Dalam lingkup keputusan yang bersifat rutin maka
sistem informasi manajemen merupakan alat Bantu yang sangat diperlukan karena
informasi yang terolah dengan baik dapat memberi arah pada keputusan yang baik
tinggal menambahkan faktor pertimbangan yang perlu dihasilkan oleh pengambil
keputusan.
Satu langkah yang lebih kontemporer lagi, adalah dengan memasukkan beberapa
aspek dari mekanisme keputusan ke dalam sistem informasi manajemen tersebut,
sehingga pengambil keputusan pada dasarnya hanyalah tinggal memilih saja.
Setiap manajer akan menghadapi masalah dan situasi yang berbeda. Perbedaan
ini akan membuat seorang akan memilih jenis keputusan yang berbeda sesuai dengan
masalah dan situasi yang dihadapinya. Handoko (2003) membagi dua jenis keputusan.
Ada yang yang disebut keputusan yang diprogram (programmed decisions) yaitu
keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur, dan dilakukan
berulang-ulang. Sementara itu ada pula keputusan-keputusan yang tidak diprogram
(non-programmed), yaitu keputusan berkenaan dengan masalah-masalah khusus, khas,
atau tidak biasa. Pada jenis keputusan ini seorang pengambil keputusan perlu
mempertimbangkan keputusan dengan mencari banyak informasi yang relevan dengan
masalahnya.
Selama kurang lebih tiga dekade terakhir telah terjadi perkembangan informasi
secara pesat. Bentuk informasi kini ditemukan sangat bervariasi. Dulu orang hanya
mengenal informasi dalam bentuk lisan dan tulisan. Namun sejak tahun 1975 sudah
mulai diperkenalkan informasi dalam bentuk elektronik (Verhoeven, 1999). Dalam sektor
kesehatan, informasi ditemukan dalam bentuk yang sangat beragam. Sejumlah besar
jurnal dan artikel menjamur di setiap bagian. Belum lagi informasi yang bisa didapat dari
pertemuan ilmiah yang sering dilakukan oleh profesional. Kemajuan teknologi di sektor
kesehatan juga membuat informasi dapat diakses dengan media elektronik, sehingga
51
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
52
FKM - UNSRAT
Gambar 4.3. Idealized relationship between data, decisions, resourches, and programmes
(Sauerborn,2000)
Model lain lagi yang disebut The Knowledge-driven model oleh Van Lohuizen
(1986). Langkah pertama dari proses pengambilan keputusan adalah mengumpulkan
data. Melalui sebuah proses seleksi dan reduksi data tersebut akan menjadi informasi.
53
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Pemrosesan dan analisis terhadap informasi akan menghasilkan pengetahuan yang baru.
Pengetahuan ini selanjutnya diproses untuk memberikan pengertian yang mendalam.
Setelah melewati proses justifikasi kemudian pengertian dapat memberikan arti dalam
pembuatan keputusan.
54
FKM - UNSRAT
55
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Pada tahap pemilihan, SIM menjadi paling efektif apabila hasil-hasil perancangan
disajikan dalam suatu bentuk yang mendorong pengambilan keputusan. Apabila telah
dilakukan pemilihan, maka peranan SIM berubah menjadi pengumpulan data untuk
umpan balik dan penilaian kemudian.
Dukungan SIM pada tahap pemilihan adalah memilih berbagai model keputusan
melakukan analisis kepekaan (analisis sensitivitas) serta menentukan prosedur pemilihan.
Dukungan SIM untuk pembuatan keputusan terdiri dari suatu database yang lengkap,
kemampuan pencarian kembali database, perangkat lunak statistika dan analitik liainnya,
serta suatu dasar model yang berisi perangkat lunak pembuatan model-model keputusan.
Pada dasarnya peranan SIM tersebut pada proses pemahaman, .yang
menyangkut penelitian lingkungan untuk kondisi-kondisi yang memerlukan keputusan.
Istilah pemahaman di sini mempunyai arti sama dengan pengenalan masalah. Kemudian
pada proses perancangan serta pada prosed pemilihan.
Sering orang menyatakan bahwa komputer akan mengambil keputusan, ini
merupakan suatu pemyataan yang salah kaprah dan tidak mengetahui letak peranan
komputer serta bagaimana suatu proses pengambilan keputusan dilakukan. Keputusan
sebenarnya hanya dapat diambil atau dilakukan oleh manusia.
Oleh karena itu, manusia pengambil keputusan harus selalu menjadi bagian dari
suatu pemilihan. Suatu algoritma keputusan, suatu aturan keputusan atau suatu program
komputer hanya membantu dengan memberikan dasar untuk suatu keputusan, akan
tetapi pemilihan keputusan dilakukan oleh seorang manusia. Pernyataan komputer
mengambil keputusan pada umumnya didasarkan atas anggapan bahwa beberapa
keputusan dapat diprogramkan, sedangkan keputusan-keputusan yang lain tidak. Hal ini
mengingatkan bahwa klasifikasi tentang keputusan terprogram dan tidak terprogram
sangat penting untuk perancangan SIM. Ada suatu kecenderungan di antara para
perancang SIM untuk beranggapan, bahwa suatu database (pusat data) saja akan
banyak memperbaiki pengambilan keputusan. Pandangan demikian sebenarnya telah
mengabaikan akan adanya tiga unsur dalam pengambilan keputusan yang berperan
penting, yaitu; data, model atau prosedur keputusan, dan pengambil keputusan, itu
sendiri. Oleh karena itu pengambilan keputusan dapat diperbaiki dengan data yang lebih
baik, model keputusan yang lebih baik, atau pengambil keputusan yang lebih baik (lebih
56
FKM - UNSRAT
57
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
3. Adanya instruksi
Penyusunan sistem baru dapat terjadi karena adanya instruksi atasan, misalnya
Peraturan Pemerintah.
Jika sistem baru sudah terbentuk maka diharapkan akan terjadi peningkatan sistem
tersebut yang meliputi:
Kinerja, yang dapat diukur dari beban kerja dan waktu respon. Beban kerja
adalah jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan pada saat tertentu. Waktu
respon adalah rata-rata waktu yang tertunda diantara dua transaksi atau
pekerjaan ditambah dengan waktu respon untuk menanggapi pekerjaan
tersebut.
Informasi, terjadi peningkatan kualitas informasi yang disajikan.
Ekonomis, terjadi peningkatan manfaat atau keuntungan atau penghematan
biaya.
Pengendalian, terjadi peningkatan pada pengendalian untuk mendeteksi dan
memperbaiki kesalahan serta kecurangan yang terjadi.
Efisiensi, terjadi peningkatan efisiensi operasi yang dapat diukur dengan cara
keluaran dibagi masukan.
Pelayanan, terjadi peningkatan pelayanan yang diberikan oleh sistem.
Proses pengembangan sistem melewati beberapa tahapan, mulai sistem itu
direncanakan sampai dengan sistem tersebut diterapkan, dioperasikan dan dipelihara.
Bila operasi sistem yang dikembangkan masih terjadi permasalahan kritis tidak teratasi
dalam tahap pemeliharaan sistem, maka perlu dikembangkan lagi suatu sistem untuk
mengatasinya dan proses ini kembali ke tahap yang pertama, yaitu tahap perencanaan
sistem. Siklus ini disebut dengan siklus hidup pengembangan sistem. Siklus hidup
58
FKM - UNSRAT
59
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
60
FKM - UNSRAT
Keakuratan
Kelengkapan
Ketepatan
Ketepatan waktu
c. Tentukan masalah yang dihadapi dengan sistem pengumpulan data yang ada
pada setiap tingkat, termasuk waktu dan alur informasi.
d. Tentukan keadaan komponen lain sistem yang ada sekarang seperti:
Pengolahan data
Analisis data
Desiminasi data
Persediaan dan logistik
Pengembangan petugas
Koordinasi, kerjasama dan komunikasi dengan dan antara unit-unit pada
Kementerian Kesehatan dan organisasi-organisasi lain di luar kementerian.
e. Identifikasi aspek-aspek sistem yang dibutuhkan untuk:
Tetap ada
Diubah
Dihapus
f. Buatlah ringkasan hasil pengkajian dalam laporan resmi.
g. Diskusikan hasil kajian dengan pengambil kebijakan yang tepat
2. Menetapkan kebutuhan data dari unit yang sesuai dengan sistem kesehatan
Prinsip:
a. Tingkat administrasi yang berbeda dalam sistem kesehatan mempunyai peran
yang berbeda sehingga memiliki kebutuhan data yang berbeda
b. Tidak semua data yang dibutuhkan dihasilkan melalui sistem pengumpulan data
rutin. Data yang jarang dibutuhkan atau yang hanya diperlukan oleh beberapa
orang dapat dihasilkan melalui penelitian khusus atau survey sampel.
Langkah-langkah:
a. Tentukan peran/fungsi dari tiap-tiap tingkat, untuk setiap program-program
pokok. Umumnya sebagai berikut:
Tingkat Administratif Fungsi
Desa Penemuan kasus, pelayanan kesehatan
Kabupaten Pengawasan dan Supervisi
Propinsi Perencanaan program, evaluasi
61
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
62
FKM - UNSRAT
63
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
64
FKM - UNSRAT
65
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Peserta pelatihan bagi pelatih (TOT) harus diberikan salinan kamus data, panduan
bagi penyedia data dan panduan bagi pengguna data.
d. Perbanyak materi pelatihan. Karena ada peluang beberapa perubahan pada
format, stuktur dan isi materi pelatihan harus dibuat berdasarkan hasil evaluasi,
maka jumlah salinan yang diperbanyak harus dibatasi.
e. Rumuskan rancangan evaluasi program pelatihan. Ini penting untuk menentukan
kegiatan pelatihan yang dilaksanakan, karena sebagian besar rancangan evaluasi
memerlukan data dasar tingkat pengetahuan peserta.
f. Identifikasi peserta yang paling tepat untuk setiap jenis pelatihan berdasarkan
tugas dan tanggung jawab mereka yang berhubungan dengan menghasilkan,
mengelola dan menggunakan data.
66
FKM - UNSRAT
67
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
68
FKM - UNSRAT
69
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
70
FKM - UNSRAT
dapat juga mempengaruhi keberhasilan proses reformasi ini adalah keadaan politik,
sosio-budaya, dan administrasi. Dalam uraian selanjutnya akan dibahas secara singkat
tentang aspek-aspek metodologi dari penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan.
Tatanan Sistem Kesehatan sebagaimana telah dikemukakan di atas merupakan
kerangka dasar yang baik dalam upaya menata kembali Sistem Informasi Kesehatan.
Sepanjang proses penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan, model Sistem
Kesehatan itu akan digunakan sebagai acuan konseptual bagi setiap tahap dari proses.
Jarang sekali proses penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan merombak
total Sistem Kesehatan di suatu daerah. Menurut pengalaman, proses penataan kembali
Sistem Informasi Kesehatan secara komprehensif bahkan kerap kali menjumpai
kegagalan. Lebih baik, penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan itu difokuskan
kepada aspek-aspek yang kurang berfungsi dalam Sistem Kesehatan. Atau direncanakan
dan diselenggarakan dalam kaitannya dengan proses penataan kembali Sistem Kesehatan
yang sedang berlangsung. Contohnya, reformasi dalam sistem manajemen keuangan
akan memerlukan pula reformasi terhadap Sistem Informasi Kesehatan yang berfokus
pada informasi keuangan. Sebelum dilakukan proses penataan kembali Sistem Informasi
Kesehatan, diperlukan suatu evaluasi yang mendalam tentang kekuatan dan kelemahan
dari Sistem Informasi Kesehatan yang ada. Selanjutnya, penataan kembali Sistem
Informasi Kesehatan difokuskan kepada bidang-bidang yang kurang berfungsi atau yang
merupakan prioritas bagi daerah yang bersangkutan.
Agar dapat dilakukan evaluasi yang sistematis terhadap Sistem Informasi
Kesehatan yang ada, kelima "subsistem" berikut dari Sistem Informasi Kesehatan
seyogianya diperhatikan:
a. Surveilans Epidemiologi untuk penyakit-penyakit menular tertentu, kondisi-kondisi
lingkungan tertentu, dan faktor-faktor risiko;
b. Pelaporan Rutin dari pelayanan-pelayanan kesehatan dasar di tingkat masyarakat,
Puskesmas, dan Rumah Sakit;
c. Pelaporan Program Kesehatan Khusus seperti pemberantasan tuberkulosis,
pemberantasan malaria, kesehatan ibu dan anak, dan kesehatan sekolah;
d. Pelaporan Administratif seperti pelaporan pembiayaan kesehatan (JPKM, dan lain-
lain), pelaporan pegawai/tenaga kesehatan, pelaporan obat dan logistik kesehatan,
pelaporan keuangan, pelaporan pendidikan dan pelatihan, pelaporan penelitian dan
pengembangan, dan dokumentasi kesehatan;
e. Registrasi Vital untuk kelahlran, kematian, dan perpindahan penduduk.
71
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
72
FKM - UNSRAT
BAB
5
Identifikasi Kebutuhan Informasi
dan Penetapan Indikator
D alam Pokok Bahasan yang lalu telah dijelaskan bahwa agar efektif dan efisien
suatu Sistem Informasi Kesehatan harus terkait dan sesuai
pengorganisasian Sistem Kesehatan setempat. Juga dinyatakan bahwa Sistem
dengan
Informasi Kesehatan yang baik akan meningkatkan kinerja manajemen kesehatan dalam
Sistem Kesehatan tersebut. Untuk mencapai hal itu dengan cara merumuskan kebutuhan
informasi dan indikator.
Perumusan kebutuhan informasi dan indikator ini dilakukan atas dasar analisis
fungsi terhadap pelayanan kesehatan, dengan fokus pada manajemen pasien/klien,
manajemen unit kesehatan, dan manajemen sistem kesehatan. Penataan kembali Sistem
Informasi Kesehatan memang harus didahului dengan mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan agar kita dapat memfokuskan kepada hal-hal yang belum berfungsi dengan
baik.
Sejumlah data dapat digunakan secara langsung untuk membuat keputusan.
Misalnya, tingkat ketersediaan obat tertentu dapat dengan mudah mendorong diambilnya
keputusan tentang perlunya segera memesan obat tersebut. Namun demikian, dalam
banyak hal penggunaan secara langsung data mentah semacam ini tidaklah mungkin.
Oleh karena itu, indikator-indikator yang tepat akan membantu kita dalam mengubah
data mentah menjadi informasi yang sesuai bagi pengambilan keputusan.
Sampai saat ini kebutuhan informasi biasanya hanya ditentukan di pusat. Dengan
adanya kebijakan desentralisasi, maka kebutuhan informasi itu harus dirumuskan di
berbagai tingkat administrasi, termasuk di tingkat yang paling bawah. Kecenderungan
73
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
saat ini menunjukkan bahwa perumusan kebutuhan informasi harus didasarkan kepada
konsensus di antara para pelaku, yaitu yang mencakup baik para pengelola data dan
informasi maupun para pemakai informasi, khususnya para pengambil keputusan.
Kepentingan produsen maupun konsumen informasi harus dipertimbangkan.
Selain Sistem Informasi Kesehatan harus menghasilkan informasi yang
mencerminkan kebutuhan konsumen dan perencana, sistem ini juga harus dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik setempat. Walaupun Menteri Kesehatan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial No. 724 tahun 2001
telah menetapkan adanya indikator-indikator menuju Indonesia Sehat 2010, sebaiknya
keputusan ini dipandang oleh Daerah sebagai acuan saja. Dari daftar indikator yang
terdapat dalam keputusan dapat diidentifikasi indikator-indikator yang diperlukan sampai
ke tingkat nasional. Selebihnya Daerah seyogianya mengembangkan sendiri indikator-
indikator yang memang sesuai dengan kebutuhan informasi setempat. Dengan demikian
maka visi Provinsi Sehat, atau Kabupaten Sehat, atau Kota Sehat kelak akan dapat
dicapai karena manajemen kesehatan ke arah itu benar-benar didukung oleh Sistem
Informasi Kesehatan.
Kerangka Umum
Di bawah ini disajikan kerangka umum dalam perumusan kebutuhan informasi
dan indikator. Kerangka umum ini didasarkan juga kepada premis bahwa informasi yang
dihasilkan adalah dalam rangka mendukung pengambilan keputusan di semua tingkat
administrasi kesehatan.
74
FKM - UNSRAT
75
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
76
FKM - UNSRAT
(yaitu di Puskesmas) dan di tingkat Kabupaten/Kota (yaitu di Rumah Sakit Umum Daerah
dan Dinas Kesehatan). Fungsi-fungsi yang dicantumkan hanya sebagian saja, yaitu yang
dianggap sebagai unggulan dan perlu mendapat prioritas untuk didukung oleh Sistem
Informasi Kesehatan.
Sesuai dengan hasil analisis fungsi terhadap fungsi manajemen dari sejumlah
Puskesmas, dapat disajikan daftar prioritas fungsi manajemen Puskesmas sebagai
berikut.
a. Manajemen Pasien/Klien
Kegiatan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas pada dasarnya
dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu (i) pelayanan kesehatan individu, yang
biasanya dilakukan di dalam gedung Puskesmas, dan (ii) pelayanan kesehatan
masyarakat, yang biasanya dilakukan di luar gedung Puskesmas.
Adapun fungsi manajemen pasien yang seyogianya diberi prioritas untuk
didukung oleh Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas tersebut adalah sebagai berikut:
Pelayanan kesehatan individu (dalam gedung): (1) Manajemen pasien/klien pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA & KB), (2) Manajemen
pasien/klien pelayanan gizi, (3) Manajemen klien pelayanan imunisasi, dan (4)
Manajemen pasien/klien pelayanan pengobatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat (luar gedung): (1) Manajemen klien penyuluhan
kesehatan masyarakat, (2) Manajemen pasien/klien pemberantasan penyakit menular,
dan (3) Manajemen klien upaya penyehatan lingkungan.
77
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
78
FKM - UNSRAT
Sesuai dengan hasil analisis fungsi terhadap fungsi manajemen dari sejumlah
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat disajikan daftar prioritas fungsi manajemen
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai berikut.
a. Manajemen Klien
Kegiatan pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan pada hakikatnya hanyalah
pelayanan kesehatan masyarakat. Adapun fungsi manajemen klien yang menjadi prioritas
untuk didukung oleh Sistem Informasi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
tersebut adalah: (i) Penyehatan lingkungan tempat-tempat umum, (ii)Penyehatan
lingkungan permukiman, (ii) Pembinaan kesehatan kerja di kantor/ perusahaan, (iv)
Surveilans epidemiologi penyakit dan penanggulangan wabah, (v)Kewaspadaan pangan
dan gizi, (vi) Penanggulangan penyalahgunaan napza, (vii)Pembinaan mutu dan
keamanan industri rumah tangga makanan dan minuman, dan (viii) Pembinaan terhadap
pengobatan tradisional.
79
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
80
FKM - UNSRAT
Walaupun banyak data tentang pasien dapat diperoleh pada saat yang
bersangkutan datang ke pelayanan kesehatan, tidak semua data itu perlu dicatat dan
disimpan. Hanya data yang amat penting untuk informasi bagi kontinuitas, integrasi,
keparipurnaan, dan kerasionalan pelayanan kesehatan yang perlu dicatat dan disimpan.
Inti dari pengumpulan data di Puskesmas dan Rumah Sakit untuk manajemen
pasien/klien adalah rekam medik (medical record) dari individu-individu pasien/klien.
Sesungguhnya bila sistem rujukan antara Puskesmas dan Rumah Sakit berjalan dengan
baik, Rumah Sakit cukup melanjutkan pengisian rekam medik pasien/klien yang telah
dilakukan di Puskesmas.
Sebagian besar informasi yang diolah dari data rekam medik digunakan untuk
pengambilan keputusan dalam melayani individu-individu pasien/klien. Informasi tentang
pasien/klien di tingkat manajemen pasien/klien di Puskesmas sangat penting artinya
karena akan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
pasien/klien dan menentukan mutu data yang digunakan di tingkat-tingkat
manajemen/administrasi selanjutnya (Rumah Sakit, Kabupaten/Kota dan Provinsi). Peran
informasi kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan akan semakin besar apabila
data rekam medik juga dilengkapi dengan data sensus terhadap penduduk yang tinggal
di wilayah kerja Puskesmas. Ciri-ciri utama dari mutu pelayanan kesehatan adalah
81
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
82
FKM - UNSRAT
pengambilan keputusan, staf yang terlatih dan bermotivasi tinggi, dan lain scbagainya. Di
samping itu juga apakah modal dan sumber daya yang ada digunakan secara efisien.
Melanjutkan contoh di atas, khususnya fungsi manajemen Puskesmas, akan dapat
diidentifikasi kebutuhan informasi sebagai berikut:
Manajemen Unit Puskesmas Pengambil Keputusan Informasi yang dibutuhkan
1. KIA&KB Kepala Puskesmas Seberapa banyak kematian
83
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Kecukupan tenaga
Puskesmas.
8. Tenaga Puskesmas Kepala Puskesmas
Puskesmas terhadap beban
Kecukupan peralatan
obat
10. Peralatan Kepala Puskesmas
84
FKM - UNSRAT
Keberhasilan pembinaan
kesehatan kesehatan
4. Pelayanan pembiayaan Forum Kerjasama LS
Apakah RS mencemari
7. Pelayanan perawatan
pasien di RS Forum Kerjasama LS
Perkembangan Sistem
Forum Kerjasama LS lingkungan.
8. Pengembangan SIK
85
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Keberhasilan intensifikasi
tren,dan majelis taklim. taklim.
13. Intensifikasi pertanian
tanaman pangan & tanaman pangan & petemakan.
Keberhasilan pengelolaan
bersih.
15. Pengelolaan sampah.
Keberhasilan pengembangan
ran oleh industri kecil. pencemaran oleh industri kecil.
17. Pengembangan kopera-
Keberhasilan penertiban/
si sebagai Bapel JPKM. koperasi sebagai Bapel JPKM
18. Penertiban/pembinaan
Penetapan Indikator
Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan
atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan
keadaan secara keseluruhan, tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk (indikasi) tentang
keadaan keseluruhan tersebut sebagaii suatu pendugaann (proxy) Misalnya, insidens
diare yang didapat dari mengolah data kunjungan pasien Puskesmas hanya menunjukkan
sebagian saja dari kejadian diare yang melanda masyarakat (yaitu mereka yang
mengunjungi Puskesmas saja).
Indikator sedapat mungkin harus mengarah kepada dilakukannya tindakan.
Namun demikian, dalam banyak hal, untuk sampai kepada dilakukannya tindakan,
86
FKM - UNSRAT
informasi yang dikemas dari indikator yang ada masih perlu dilengkapi dengan informasi
dari investigasi lebih lanjut. Misalnya setelah dilakukannya kunjungan ke lokasi untuk
menggali informasi kualitatif atau setelah dilakukannya penelitian/kajian khusus.
Indikator adalah ukuran yang bersifat kuantitatif, dan umumnya terdiri atas
pembilang (numerator) dan penyebut (denominator). Walaupun dapat juga dibuat
indikator yang hanya berupa pembilang (numerator), khususnya untuk sesuatu yang
sangat langka tetapi penting. Pembilang adalah jumlah kejadian yang sedang diukur.
Sedangkan penyebut yang umum digunakan adalah besarnya populasi sasaran berisiko
dalam kejadian yang bersangkutan (misalnya: anak balita, ibu hamil, dan sebagainya).
Indikator yang mencakup pembilang dan penyebut sangat tepat untuk memantau
perubahan dari waktu ke waktu dan membandingkan satu wilayah dengan wilayah lain.
Sesuai dengan uraian dalam definisi indikator, terdapat paling sedikit empat jenis
indikator, yaitu: (1) indikator berbentuk absolut, (2) indikator berbentuk proporsi, (3)
indikator berbentuk angka atau rate, dan (4) indikator berbentuk rasio. Indikator
berbentuk absolut adalah indikator yang hanya berupa pembilang saja, yaitu jumlah dari
sesuatu hal/ kejadian. Biasanya digunakan untuk sesuatu yang sangat jarang, seperti
misalnya kasus meningitis di Puskesmas. Indikator berbentuk proporsi adalah indikator
yang nilai resultantenya dinyatakan dengan persen karena pembilangnya merupakan
bagian dari penyebut. Misalnya proporsi Puskesmas yang memiliki dokter terhadap
seluruh Puskesmas yang ada. Indikator berbentuk angka atau rate adalah indikator yang
menunjukkan frekuensi dari suatu kejadian selama waktu (periode) tertentu. Biasanya
dinyatakan dalam bentuk per 1000 atau per 100.000 populasi (konstanta atau k). Angka
atau rate adalah ukuran dasar yang digunakan untuk melihat kejadian penyakit karena
angka merupakan ukuran yang paling jelas menunjukkan probabilitas atau risiko dari
penyakit dalam suatu masyarakat tertentu selama periode tertentu. Misalnya angka
malaria di kalangan anak balita yang dihasilkan dari pembagian jumlah kasus malaria
anak balita (pembilang) oleh jumlah populasi anak balita di pertengahan tahun
(penyebut). Indikator berbentuk rasio adalah indikator yang pembilangnya bukan
merupakan bagian dari penyebut. Misalnya rasio bidan terhadap penduduk suatu
Kabupaten.
Selain keempat jenis indikator tersebut, dikenal pula apa yang disebut Indeks
87
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
atau Indikator Komposit (Composite Indicator). Yaitu suatu istilah yang digunakan untuk
indikator yang lebih rumit (complex), memiliki ukuran-ukuran yang multidimensional yang
merupakan gabungan dari sejumlah indikator. Indeks ini biasanya dikembangkan melalui
penelitian khusus karena penggunaannya secara praktis sangat terbatas. Misalnya, akhir-
akhir ini untuk mengukur beban akibat penyakit (burden of disease), WHO menyarankan
digunakannya DALE (Disability-Adjusted Life Expectancy). Yaitu nilai harapan hidup sejak
lahir, yang berupa tahun-tahun yang bebas dari ketidakmampuan akibat kematian
prematur atau kasus-kasus ketidakmampuan yang terjadi sepanjang waktu tertentu.
Terdapat banyak cara untuk mengklasifikasikan indikator, sesuai dengan
bagaimana mereka akan digunakan. Umumnya digunakan klasifikasi dengan berpegang
pada pendekatan sistem, sehingga terdapat: (1) indikator hasil atau keluaran, yang
dapat dibedakan lagi ke dalam indikator "output" dan indikator "outcome", (2) indikator
proses, dan (3) indikator masukan, yang dapat dibedakan lagi ke dalam indikator
sumber daya dan indikator determinan. Namun demikian kadang kala dijumpai kesulitan
dalam pengkalisifikasian ini secara tajam karena kekurang-jelasan konsep dalam
kategorisasi.
Indikator dapat pula diklasifikasikan menurut program. Memang pengklasifi-kasian
dengan cara ini dapat mendorong terjadinya vertikalisasi kegiatan dan
mengakibatkan membengkaknya jumlah indikator. Namun demikian, bila dalam peng-
klasifikasian tersebut selalu diacu pembagian kewenangan dan tugas sebagaimana telah
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang ada, maka masalah yang
mungkin timbul akan dapat dicegah.
Untuk menyedarhanakan penetapan indikator, maka uraian indikator, baik untuk
tingkat Kabupaten/Kota maupun untuk tingkat Provinsi, sesuai dengan kebutuhan
informasi, dikelompokkan ke dalam dua kategori saja, yaitu:
1. Indikator Hasil atau Keluaran, yaitu yang mengindikasikan informasi
tentang pencapaian visi Pembangunan Kesehatan, yang meliputi unsur-unsur (a)
derajat atau status kesehatan, (b) perilaku sehat, (c) lingkungan sehat, serta (d)
pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau.
2. Indikator Kinerja, yaitu yang mengindikasikan baik keadaaan masukan
maupun proses dalam rangka kerjasama lintas sektor, yang mencakup sektor
88
FKM - UNSRAT
kesehatan dan sektor-sektor lain terkait. Klasifikasi di sini tidak berdasar program,
melainkan berdasar sektor atau lembaga.
Berikut ini disajikan contoh indikator untuk masing-masing informasi,
sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
No.724 tahun 2001.
Informasi Indikator
- Informasi tentang tingkat kesakitan di - Angka kesakitan penyakit-penyakit
masyarakat Kabupaten /Kota. penting
- Informasi tentang status gizi - Proporsi anak balita dengan gizi baik
masyarakat Kabupaten/Kota.
- Informasi tentang seberapa banyak - Persentase sekolah tanpa pecandu
sekolah bebas penyalahgunaan NAPZA NAPZA
- Informasi tentang seberapa banyak - Persentase rumah sehat
rumah sehat telah menjadi hunian
penduduk di Kabupaten/ Kota
- Informasi tentang seberapa banyak - Rasio tiapjenis sarana terhadap
sarana kesehatan telah tersedia di penduduk
Kabupaten/Kota.
- Informasi tentang seberapa banyak - Persentase penduduk peserta
penduduk Kab./Kota ikut JPKM/Dana JPKM/Dana Sehat/Askes
Sehat/Asuransi Kesehatan.
- Informasi tentang pengawasan - Persentase tempat umum yang rutin
kesehatan lingkungan tempat-tempat diawasi
umum.
- Informasi tentang keberhasilan upaya - Persentase kecamatan tanpa wabah
surveilans dan pencegahan wabah.
- Informasi tentang seberapa jauh - Persentase sarana pengobatan
pengobatan tradisional dapat diawasi. tradisional yang terdaftar
- Informasi tentang kecukupan persedia- - Persentase pensediaan obat terhadap
an obat pelayanan kesehatan dasar kebutuhan
esensial.
- Informasi tentang kecukupan jumlah - Rasio berbagai jenis tenaga kesehatan
berbagai jenis tenaga kesehatan. thd penduduk
- Informasi tentang upaya penyediaan - Persentase sarana pendidikan yang
sarana kesehatan lingkungan yang baik memiliki sarana kesehatan lingkungan
di sekolah, madrasah, dan sarana yang baik
pendidikan lain.
- Informasi tentang kegiatan penyuluhan - Frekuensi kegiatan penyuluh keseatan
terhadap pemuka agama mengenai lingkungan bagi pemuka agama
kesehatan lingkungan.
- Informasi tentang terbebasnya warga - Angka kesakitan penyakit-penyakit
dari penyakit yang berasal dan hewan. zoonosis
89
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Penutup
Orang senang mengatakan bahwa Sistem Informasi Kesehatan yang baik tidak
akan ada gunanya apabila Manajemen Kesehatan yang harus didukungnya masih buruk.
Namun dari uraian di atas tersirat bahwa pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
yang diawali dengan identifikasi kebutuhan informasi diharapkan dapat memicu
perbaikan Manajemen Kesehatan. Yaitu dimulai dengan perbaikan manajemen
pasien/klien dan dilanjutkan dengan manajemen unit kesehatan serta manajemen Sistem
Kesehatan.
Ketepatan kebutuhan informasi yang telah diidentifikasi dapat pula menghasilkan
Sistem Informasi Kesehatan yang kurang memadai bilamana tidak berhasil ditetapkan
indikator-indikator yang esensial. Indikator yang esensial itu harus mengacu kepada sifat-
sifat indikator yang baik, yaitu spesifik dan sensitif. Spesifik artinya bahwa indikator
tersebut khusus menggambarkan informasi yang bersangkutan dan tidak tercampur-baur
dengan hal-hal lain. Misalnya, angka kematian tidak dapat digunakan untuk
menggambarkan informasi tentang pelayanan kesehatan karena angka kematian
dipengaruhi oleh banyak faktor selain pelayanan kesehatan. Sedangkan sensitif artinya
bahwa perubahan yang kecil saja dalam hal yang akan diketahui informasinya dapat
tergambarkan dengan indikator tersebut. Misalnya proporsi anak balita dengan gizi baik
mungkin dapat menjadi indikator yang sensitif bagi keadaan gizi masyarakat karena anak
balitalah yang seharusnya mendapat makanan yang baik.
90
FKM - UNSRAT
BAB
6
Pengumpulan Data Rutin
dan Sewaktu-waktu
D alam Pokok Bahasan yang lalu kita telah membahas bagaimana memilih
indikator yang sesuai untuk menyusun informasi bagi pengambilan keputusan di
berbagai tingkat administrasi. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana
mengumpulkan data untuk indikator-indikator tersebut.
Data dapat dikumpulkan dengan berbagai macam cara. Untuk memudahkannya,
kita akan mengelompokkan cara mengumpulkan data itu ke dalam dua golongan, yaitu:
(1) metode rutin, dan (2) metode sewaktu-waktu (non-rutin). Pengumpulan data secara
rutin dilakukan untuk data yang berasal dari unit kesehatan. Data ini dikumpulkan atas
dasar catatan atau rekam medik pasien/klien baik yang berkunjung ke unit kesehatan
maupun yang dilayani di luar gedung unit pelayanan. Pengumpulan data secara rutin
umumnya dilakukan oieh petugas unit kesehatan. Akan tetapi pengumpulan data secara
rutin juga dapat dilakukan oleh masyarakat (kader kesehatan). Bentuk lain dari
pengumpulan data secara rutin adalah registrasi vital. Adapun pengumpulan data
sewaktu-waktu umumnya dilakukan melalui survei, survei cepat (kuantitatif atau
kualitatif) dan studi-studi khusus.
Tidak ada satu pun cara pengumpulan data yang dapat mengumpulkan semua
data untuk perencanaan dan manajemen kesehatan. Suatu Sistem Informasi Kesehatan
umumnya menggunakan kombinasi dari kedua cara yaitu baik metode rutin maupun
metode sewaktu-waktu. Alasannya adalah karena adanya perbedaan sifat dan kegunaan
dari data yang diperoleh dengan masing-masing metode tersebut. Pengumpulan data
secara rutin umumnya diarahkan untuk mendapatkan data yang berbasis pelayanan
91
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
kesehatan dan data tentang mereka yang secara rutin menggunakan pelayanan
kesehatan tersebut.
Di daerah di mana penggunaan pelayanan kesehatan sangat rendah,
pengumpulan data secara rutin biasanya sukar dilaksanakan. Untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih paripurna tentang masalah kesehatan yang dihadapi, diperlukan
pengumpulan data dengan cara lain, yaitu survei dan sejenisnya. Atau, pengumpulan
data secara rutin diperluas cakupannya sehingga meliputi data dari masyarakat. Data
untuk angka kematian misalnya, dapat diperoleh dari unit-unit kesehatan atau dan
registrasi vital. Tetapi kerapkali data untuk angka kematian itu diperoleh melalui
penelitian prospektif atau survei retrospektif terhadap penduduk. Secara nasional kita
memiliki Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas), Surve Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI), Sensus Penduduk
(SP), dan lain-lain.
92
FKM - UNSRAT
itu sendiri seperti misalnya kerumitan dan biayanya. Metode pengumpulan data sewaktu-
waktu seperti sensus atau survei dengan sampel besar umumnya memerlukan biaya
banyak, peralatan canggih, dan tenaga pelaksana yang terlatih. Untuk melaksanakan
pengumpulan data semacam ini Dinas Kesehatan mungkin memerlukan bantuan teknis
dari Perguruan Tinggi atau Departemen Kesehatan.
Cara apa pun yang digunakan, yang penting data yang dikumpulkan adalah data
yang memang benar-benar sesuai dengan kebutuhan informasi dan indikator Untuk
dapat menetapkan data yang sesuai dengan indikator yang dibutuhkan, maka indikator-
indikator yang sudah ditetapkan dalam Pokok Bahasan III selanjutnya diterjemahkan ke
dalam bentuk kebutuhan data. Misalnya sebagaimana contoh berikut.
Informasi Indikator
- Angka kematian bayi - Jumlah bayi mati
- Jumlah kelahiran hidup
- Proporsi anak balita dengan gizi baik - Jumlah anak balita dengan gizi baik
- Jumlah seluruh anak balita
- Persentase penduduk yang tidak - Jumlah penduduk tidak merokok
merokok - Jumlah seluruh penduduk
- Persentase rumah sehat - Jumlah rumah sehat
- Jumlah seluruh rumah
- Rasio bidan terhadap penduduk - Jumlah bidan
- Jumlah penduduk
93
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
dain anak di Puskesmas sangat sedikit mendapat kunjungan anak. Suatu survei
sederhana yang dilakukan terhadap para ibu mengungkap informasi bahwa bagi para ibu
tidak masuk akal untuk membawa anaknya yang tidak sakit ke Puskesmas. Karena itu,
mereka sulit mencari alasan meninggalkan rumah membawa anaknya.
Metode rutin dan metode sewaktu-waktu saling melangkapi dalam hal sumber datanya.
Metode rutin umumnya berbasis sarana/pelayanan kesehatan dan mengumpulkan
data dari sebagian masyarakat saja. Di daerah-daerah di mana penggunaan sarana
kesehatannya rendah, informasi yang didapat dari sistem informasi yang berbasis
sarana/pelayanan kesehatan saja akan sangat menyesatkan (bias). Sebaliknya, metode
sewaktu-waktu berbasis masyarakat, sehingga dapat diungkap informasi tentang latar
belakang sosial budaya masyarakat, harapan-harapannya, perilakunya, dan lain-lain
secara lebih lengkap.
Metode rutin dan metode sewaktu-waktu saling melengkapi dalam kaitannya dengan
instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam
metode rutin digunakan untuk mengumpulkan data dari sebagian masyarakat, yaitu
mereka yang berkunjung ke unit-unit kesehatan. Karena metode sewaktu-waktu
digunakan untuk mengumpulkan data dari keseluruhan masyarakat (walaupun secara
sampling), maka dalam membuat instrumennya harus diperhatikan juga instrumen yang
digunakan dalam metode rutin.
Melihat uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil-hasil pengumpulan data
secara sewaktu-waktu harus diperbandingkan atau dipertautkan dengan hasil-hasil
pengumpulan data secara rutin. Jadi antara metode rutin dan metode sewaktu-waktu
tidak hanya pada tingkat pangkalan datanya, melainkan juga sampai ke tingkat analisis
dan penyusunan informasinya.
94
FKM - UNSRAT
(2) pengumpulan data masyarakat, dan (3) pengumpulan data registrasi penduduk.
Memang terdapat tumpang-tindih di antara ketiga jenis pengumpulan data ini, sehingga
umumnya Sistem Informasi Kesehatan lalu menggunakan gabungan dari ketiganya.
95
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
96
FKM - UNSRAT
97
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Mutu dan digunakan atau tidaknya data yang dikumpulkan secara rutin sangat
ditentukan oleh relevansi, kesederhanaan, dan tata-letak (layout) dari instrumen
pengumpulan datanya. Berikut ini akan kita bahas mengenai perancangan formulir
pengumpulan data dan penggunaannya, untuk digunakan sebagai pertimbangan dalam
meninjau kembali formulir-formulir pengumpulan data yang telah ada (kartu status
pasien/rekam medik, formulir SP2TP, formulir SPRS, dan lain-lain).
98
FKM - UNSRAT
99
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
kolom catatan yang berisi ringkasan kesimpulan tentang kondisi pasien dan kemajuan
manajemen pasien yang bersangkutan.
Kartu rujukan harus memiliki sedikitnya dua bagian, yaitu: (a) bagian yang diisi
oleh unit pelayanan kesehatan yang mengirim/merujuk pasien, dan (b) bagian yang diisi
oleh unit pelayanan penerima kiriman/rujukan. Bila pasien rujukan itu setelah ditangani
kemudian dikembalikan ke unit pelayanan kesehatan pengirim, maka bagian b diisi
penjelasan tentang perlakuan dan hasil-hasil perlakuan yang dilakukan unit pelayanan
kesehatan rujukan, serta tindak lanjut apa yang harus dilakukan oleh unit pelayanan
kesehatan pengirim.
Perdebatan yang selalu timbul dalam hal ini adalah: siapa yang sebaiknya
menyimpan kartu rekam medik - pasien/klien atau unit kesehatan? Konsep yang
menyatakan bahwa kartu pasien sebaiknya dipegang oleh pasien sendiri muncul pada
saat diperkenalkan "Kartu Menuju Sehat" (KMS). Kartu yang berisi perkembangan
pertumbuhan bayi ini memang diberikan kepada para ibu pemilik bayi. Kartu itu
merupakan sarana yang baik untuk merangsang peran serta para ibu dalam
mengupayakan kesehatan bayi-bayinya. Tetapi kenyataan memang menunjukkan bahwa
banyak ibu yang kemudian menghilangkan kartunya. Jadi, apa tidak sebaiknya kartu
pasien itu disimpan oleh unit pelayanan kesehatan? Sulit untuk memberikan jawaban
yang memuaskan.
Mungkin jalan yang terbaik adalah dengan melakukan kombinasi. Misalnya seperti
yang dilakukan di beberapa Rumah Sakit (RS Persahabatan, salah satunya), kartu rekam
medik disimpan oleh unit kesehatan, dan kepada pasien diberikan kartu kecil (lebih baik
jika dibuat dari plastik seperti kartu kredit) yang mencantumkan nama dan nomor
registrasi dari pasien yang bersangkutan.
Untuk efisiensi tindak lanjut pasien/klien, dapat digunakan apa yang disebut
"sistem file pengingat". Teknologi yang sederhana tetapi tepatguna ini terdiri atas dua
penyimpan file, misalnya dua buah filing cabinet gantung atau dua buah kotak kayu.
Kotak yang pertama, disebut "kotak hari", dibagi ke dalam 31 slot. Kotak kedua, yaitu
"kotak bulan", dibagi ke dalam 12 slot. File-file pengingat sangat bermanfaat untuk
pasien dengan penyakit kronis seperti tuberkulosis atau hipertensi, dan untuk hal-hal
yang bersifat preventif. Begitu pasien selesai dilayani dan pulang, kartu catatan mediknya
100
FKM - UNSRAT
dimasukkan ke dalam "slot hari" atau "slot bulan" sesuai dengan tanggal tindak-lanjutnya
(kartu dimasukkan ke dalam "slot bulan" apabila tindak lanjutnya tidak di bulan yang
sama dengan saat pelayanan). Dengan melihat kartu-kartu yang masih tertinggal di "slot
hari" yang sudah lewat, akan diketahui pasien-pasien yang melewatkan/mengabaikan
tindak-lanjutnya. Pada akhir bulan, semua kartu yang terdapat di "slot bulan" depan,
dipindahkan ke "slot-slot hari" sesuai dengan tanggal yang tercantum.
Tata-letak (layout) kartu pencatatan adalah sesuatu yang penting diperhatikan
dalam membuat instrumen pengumpulan data pasien/klien. Terutama jika kartu itu
disimpan oleh pasien/klien sendiri. Misalnya, butir-butir data seyogianya disusun dengan
urutan yang baik dan standar, sehingga memudahkan petugas pemberi pelayanan
kesehatan saat pemeriksaan. Untuk itu pada kartu sebaiknya sudah tercantum daftar
penyakit atau masalah kesehatan yang tercetak.
Kartu atau formulir pasien jarang yang mudah dimengerti (self-explanatory).
Kerapkali digunakan singkatan-singkatan untuk menghemat tempat, dan istilah-istilah
serta prosedur-prosedur tidak diberi penjelasan atau definisi. Jika mungkin, sebaiknya di
bagian tertentu dari kartu atau formulir dicantumkan kepanjangan dari singkatan-
singkatan yang digunakan. Boleh juga di balik kartu itu dicantumkan petunjuk pengisian.
Tetapi jika tidak mungkin, maka "Buku Petunjuk" harus dibuat dan petugas-petugas
kesehatan harus dilatih dalam hal pengisian dan penggunaan kartu.
Jika digunakan bantuan komputer dalam pengumpulan data pasien/ klien, maka
harus diperhatikan agar perangkat lunak untuk "data entry" mudah digunakan dan
bersifat interaktif (user-friendly).
101
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
102
FKM - UNSRAT
lebar/luas untuk mencatat data yang diperlukan. Tajuk-tajuk kolom harus jelas
menunjukkan data apa yang harus diisikan ke dalam kolom tersebut. Bentuk "checklist"
dapat pula digunakan karena lebih mudah dan cepat pengisiannya serta lebih cepat pula
dalam mengagregasikannya. Misalnya untuk data "usia" dapat digunakan pilihan ( ) di
bawah 1 tahun, ( ) lebih 1 tahun - di bawah 5 tahun, ( ) 5 tahun - 10 tahun dan
seterusnya. Petugas tidak perlu lagi menulis, melainkan hanya membuat tanda (misalnya
V atau X) di dalam ( ) yang sesuai. Sedangkan urutan dari data yang harus dicatat dalam
kartu atau register sebaiknya mengikuti urutan (sekuen) dari prosedur pelayanan
kesehatan yang akan dilakukan petugas pemberi pelayanan.
Hal-hal yang berlaku untuk komputerisasi pencatatan data pasien/ klien, juga
berlaku untuk pencatatan data unit kesehatan. Hal ini karena pada hakikatnya keduanya
harus terkait secara erat. Oleh karena itu sebaiknya komputerisasi data unit kesehatan
harus dilakukan sekaligus dengan komputerisasi data pasien/klien. Namun demikian,
untuk unit kesehatan yang besar, sebelum mengambil keputusan untuk
mengkomputerkan pencatatan data, perlu dikaji dulu ketersediaan sumber daya seperti
tenaga pengelola serta sarana-sarana penyedia dan pemelihara perangkat keras dan
perangkat lunak.
103
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
104
FKM - UNSRAT
dari wawancara dengan pasien/klien yang baru selesai menjalani pengobatan. Data yang
terekam dalam "cheklist" selanjutnya dapat diagregat dan diolah lebih lanjut di Dinas
Kesehatan.
Tata-letak (layout) dari formulir dapat membantu ketepatan pengisian maupun
kemudahan penggunaannya oleh supervisor. Banyak dari hal-hal yang berlaku untuk
penyusunan tata-letak kartu rekam medik pasien/klien dan formulir pencatatan
pelayanan kesehatan juga berlaku dalam hal ini. Sedapat mungkin, formulir itu mudah
dimengerti (self-explanatory) dan membatasi digunakannya singkatan-singkatan yang
tidak lazim. Urutan data juga penting diperhatikan.
Kerap kali sebuah laporan harus dikirimkan ke berbagai pihak. Untuk itu
diperlukan beberapa salinan (duplikat) laporan. Di daerah di mana mudah dan murah
pelayanan fotokopi, duplikat laporan dapat dibuat dengan memfotokopi laporan asli. Di
daerah lain dapat dilakukan pengetikan menggunakan karbon walaupun hal ini sedikit
merepotkan. Tetapi cara yang paling baik sebenarnya adalah dengan komputerisasi
dimana kemudian dapat digunakan fasilitas jaringan komunikasi antar komputer,
khususnya internet. Dalam tatanan yang demikian ini maka, satu laporan dapat dikirim
serentak ke sejumlah sasaran tanpa perlu membuat duplikatnya.
105
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
rutin. Biasanya, instrumen pengumpulan data yang telah ada tidak sama sekali diabaikan,
melainkan ditinjau untuk dimodifikasi. Dengan begitu akan banyak dihemat waktu dalam
pembuatan instrumen pengumpulan data. Namun jika ternyata instrumen yang ada
memang sama sekali tidak bisa dipakai, pembuatan instrumen baru harus dilakukan
dengan cermat dan hati-hati. Konsensus harus didapat termasuk dengan para pelaksana
pencatatan dan pengumpul data di tingkat administrasi lebih rendah. Jika tidak, maka
tidak akan terdapat komitmen dan motivasi dari para pelaksana ini. Pengalaman
menunjukkan bahwa salah satu penyebab buruknya mutu data yang kita peroleh adalah
karena ketiadaan motivasi dari petugas-petugas kesehatan yang harus mencatat
dan mengumpulkannya. Selain itu, karena asal-muasal semua data dalam Sistem
Informasi Kesehatan adalah dari pasien/klien, maka harus benar-benar diupayakan
agar pengumpulan data ini terjamin (kecepatan, kebenaran, dan cakupannya).
Sehubungan dengan perlunya diupayakan kecepatan dan kebenaran data yang
masuk dari tingkat "akar rumput", maka sebaiknya Sistem Informasi Kesehatan yang
dikembangkan diawali dengan cakupan yang tidak terlalu luas dulu (start small). Ini
diperoleh dengan mencermati kegiatan analisis fungsi. Yaitu walaupun dari analisis fungsi
itu dijumpai banyak sekali fungsi untuk Puskesmas misalnya, dapat dilakukan pentahapan
dan pemrioritasan terhadap fungsi-fungsi mana yang akan terlebih dulu didukung oleh
Sistem Informasi Kesehatan (selama kurun waktu tertentu). Demikian pun berlaku untuk
Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan. Selanjutnya, bila dukungan ini telah berjalan dengan
baik, barulah cakupan fungsi yang akan didukung diperluas.
Proses perancangan dan pelaksanaan pengumpulan data secara rutin dapat
ditempuh dalam tiga tahap, yaitu: (a) penetapan instiumen-instrumen pengumpulan data
yang diperlukan, (b) pembuatan format-format instrumen dan pengujian, serta (c)
penerapan instrumen-instrumen baru pengumpulan data.
106
FKM - UNSRAT
Analisis semacam ini juga akan membantu identifikasi tumpang-tindih yang terjadi
di antara instrumen-instrumen yang telah ada. Dengan mengenali tumpang-tindih
tersebut, maka akan dapat dilakukan integrasi beberapa instrumen. Dengan demikian
besar kemungkinan akan diperoleh instrumen baru yang lebih sedikit jenisnya dan lebih
sederhana (tidak terlalu banyak butir-butir datanya), namun tetap memenuhi kebutuhan.
Tentu saja instrumen yang masih dapat digunakan sepenuhnya, tidak perlu dihapus.
Aspek-aspek yang cukup penting untuk diperhatikan dalam rangka peningkatan
pengumpulan data secara rutin adalah (a) standarisasi definisi kasus, (b) standarisasi
prosedur manajemen kasus, dan (c) standarisasi prosedur pengumpulan data. Tanpa
definisi yang baku tentang apa yang disebut kasus baru suatu penyakit dan apa itu
kunjungan ulang untuk suatu episod yang sama, maka data tentang kecenderungan
penyakit menjadi sulit dianalisis. Misalnya bila di suatu Puskesmas setiap kunjungan
tuberkulosis selalu dicatat sebagai kasus baru, sedangkan di Puskesmas lain kunjungan
tuberkulosis oleh pasien yang sama hanya dicatat sekali. Membandingkan data
tuberkulosis antara dua Puskesmas tersebut tentu tidak ada artinya sama sekali. Lebih
lanjut, informasi tentang mutu pelayanan kesehatan juga menjadi subyektif bila prosedur
manajemen kasus tidak distandarisasi.
107
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
yang lebih baik terhadap informasi yang dihasilkan. Terutama dalam rangka pengambilan
keputusan untuk manajemen pasien/klien (format yang dibutuhkan adalah kartu rekam
medik dan formulir pelaporannya).
Bila keputusan telah diambil berkaitan dengan instrumen-instrumen mana yang
akan direvisi, mana yang akan dihapus, dan apa saja yang akan dibuat baru, maka
pembuatan format-formatnya dapat diserahkan kepada sebuah Tim yang ahli dalam hal
itu. Tim ini harus memperhatikan berbagai issu berkaitan dengan cara pembuatan
formulir dan tata-letak (layout) setiap instrumen. Pertanyaan-pertanyaan khas yang
harus dijawab antara lain adalah:
Bagaimana urutan yang baik dari butir-butir dalam formulir?
Bagaimana kalimat-kalimat yang baik untuk setiap butir (pemilihan kata-katanya agar
tidak disalahtafsirkan, tata bahasanya, dan lain-lain)?
Apakah formulir perlu dilengkapi gambar? Bila ya, gambar apa saja?
Di mana diletakkan kepanjangan dari singkatan-singkatan (bila ada)?
Di mana diletakkan petunjuk cara pengisian dan penggunaan? Apakah perlu dibuat
buku tersendiri/terpisah?
Untuk kartu rekam medik, apakah ini untuk disimpan oleh pasien/klien atau oleh unit
kesehatan?
Untuk formulir data unit kesehatan, apakah akan digunakan buku register atau
lembar-lembar "tally"?
Data apa saja yang akan dimasukkan ke komputer?
Haruskah kartu atau formulir dicetak berwarna?
Pembuatan formulir adalah proses dengan banyak tahapan dan bersifat iteratif
(dapat kembali ke tahap yang telah lewat dan melakukan revisi, bila perlu). Perhatian
harus dicurahkan secara sungguh-sungguh agar data dapat dicatat tanpa keraguan dan
agar kartu atau formulir dapat diisi/digunakan dengan mudah. Hal ini akan dapat
diketahui pada saat dilakukan pengetesan (pretest).
Tidak ada aturan baku dalam menentukan jumlah unit kesehatan dan kurun
waktu untuk pengetesan instrumen. Idealnya, sampel unit kesehatan untuk pengetesan
harus serepresentatif mungkin. Variabel penting yang perlu diperhatikan adalah lokasi
dari unit kesehatan yang digunakan untuk pengetesan (perkotaan versus pedesaan,
108
FKM - UNSRAT
berbagai tatanan budaya, berbagai daerah dengan bahasa berbeda), kondisi stafnya
(kompetensi, beban kerja), keadaan peralatan dan perlengkapan, dan pola penggunaan
unit kesehatan oleh masyarakat. Kurun waktu untuk pengetesan sebaiknya cukup
panjang agar dapat dikaji seluruh aspek yang berkaitan dengan proses
pengumpulan data. Menurut pengalaman diperlukan antara 3-6 bulan untuk pengetesan
ini. Semua aspek dari instrumen pengumpulan data harus dikaji selama masa ujicoba,
yaitu meliputi:
Kelayakan: Mungkinkah dilakukan pengumpulan data dengan formulir tersebut di unit
kesehatan yang bersangkutan? Misalnya, punyakah unit itu laboratorium (untuk
pengumpulan data penyakit)?
Relevansi: Apakah data yang dikumpulkan dapat digunakan di unit kesehatan
bersangkutan untuk manajemen pasien/klien?
Beban: Seberapa beban waktu dan upaya yang harus ditanggung staf unit kesehatan
untuk mengisi instrumen pengumpulan data?
Tata-letak (layout): Apakah urutan butir-butir datanya bagus? Cukupkah ruang
kosong untuk mengisikan data?
Kejelasan: Apakah petunjuk pengisian/penggunaannya jelas dan membantu?
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas dapat diperoleh melalui
observasi oleh Tim Pengkajian dan melalui komentar-komeniai langsung dari para
petugas pencatat/pengumpul data. Untuk itu perlu disiapkan "cheklist" atau kuesioner
untuk dijawab.
Berdasarkan kepada hasil-hasil pengetesan (pretesting), instrumen-instrumen
kemudian diperbaiki dan difinalisasi untuk dilaksanakan penerapannya. Jika temyata
perbaikannya cukup banyak, maka diperlukan pengetesan untuk yang kedua kalinya.
109
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
110
FKM - UNSRAT
Tabel 6.2. Perbedaan antara ketiga golongan metode pengumpulan data sewaktu-waktu
Metode Ilmu yang dibutuhkan Hasilnya
1. Kajian Cepat Antropologi, Manajemen Persepsi thd pelayanan kesehatan,
keyakinan dan perilaku sehat
2. Survei Epidemiologi, Sosiologi, Estimasi angka kesakitan,
Ekonomi penggunaan pelayanan kesehatan,
pengeluaran rumah tangga untuk
kesehatan
3. Surveilans Demografi Dampak program: kematian pada
Demografik jenis kelamin dan usia tertentu,
atau berdasar penyebabnya;
fertilitas pd kelompok usia ttt
111
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Mereka menamakan metode itu kajian cepat (rapid assessment). Contoh penggunaan
dari metode ini adalah: pengkajian terhadap risiko sosial dari penyakit-penyakit,
pengkajian terhadap persepsi masyarakat terhadap tindakan pencegahan, dan lain-lain.
Kajian cepat ini masih dapat diurai ke dalam berbagai metode lagi, yaitu
observasi, wawancara, diskusi kelompok fokus (focus group discussion), dan lain-lain.
Adapun ciri-ciri utama dari kajian cepat adalah: (a) jarak waktu yang pendek antara
pengumpulan data dan penyajian hasilnya, (b) digunakannya kombinasi antara metode
kualitatif dan metode kuantitatif, dan (c) orientasinya kepada tindakan, sehingga para
pengambil keputusan terlibat dalam menentukan apa yang akan dikaji.
Berikut ini disajikan secara ringkas penjelasan tentang observasi, wawancara
perorangan, dan diskusi kelompok fokus.
Observasi
Pengamat-pengamat yang telah dilatih diminta untuk mengikuti interaksi antara
dua orang, biasanya antara pasien dengan pemberi pelayanan. Para pengamat ini
umumnya tidak ikut terlibat dalam interaksi, walaupun hanya sekedar bertanya atau
memberikan komentar.
Observasi banyak digunakan untuk mengkaji mutu pelayanan kesehatan. Praktek-
praktek pelayanan kesehatan hasil pengamatan dibandingkan dengan apa yang
tercantum dalam standar pelayanan, baik dalam aspek teknis medisnya maupun
aspek kemanusiaannya (kepedulian). Observasi juga dapat digunakan untuk mengkaji
alur pasien dan waktu tunggu pasien di unit-unit pelayanan kesehatan.
Wawancara Perorangan
Metode ini merupakan metode yang paling dekat dengan metode antropologi
yang baku. Individu-individu dipilih berdasar kriteria tertentu. Untuk mendapatkan
sebanyak-banyaknya variasi pengalaman mereka. Wawancara biasanya diselenggarakan
di tempat yang tidak asing bagi responden (orang yang diwawancara). Di sini tidak
digunakan daftar pertanyaan (kuesioner), dan wawancara berlangsung secara bebas
seperti percakapan biasa. Namun demikian, pewawancara tetap harus memiliki pedoman
wawancara yang tersimpan dalam ingatannya, sehingga dapat membimbing percakapan
112
FKM - UNSRAT
kepada issu-issu tertentu. Agar tidak kaku, pewawancara tidak sibuk mencatat,
melainkan merekam pembicaraan menggunakan tape recorder. Setelah selesai
wawancara, rekaman itu kemudian ditranskripsi (ditulis) dan dikode menurut konsep-
konsep yang dikaji.
2. Survei
Metode survei tidak dapat dijelaskan dengan baik dalam kesempatan yang
terbatas ini. Oleh karena itu, berikut ini hanya akan dijelaskan secara ringkas dua jenis
survei yang sering dilakukan di bidang kesehatan, yaitu (a) survei kesehatan rumah
tangga, dan (b) survei pengguna pelayanan kesehatan.
113
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
114
FKM - UNSRAT
pembangunan kesehatan. Secara khusus Surkesnas 2001 akan: (1) merancang modul
kesehatan untuk Susenas 2001 serta menganalisis dan melaporkan kajian kesehatan
berdasar data Susenas 2001, (2) merancang modul KIA sebagai bagian dari SDKI 2002
serta menganalisis dan melaporkan kajian kesehatan berdasar data SDKI 2002, (3)
merancang studi morbiditas SKRT 2001 serta melaksanakan pengumpulan data,
menganalisis dan melaporkan kajian data morbiditas, (4) merancang studi mortalitas
SKRT 2001 serta melaksanakan pengumpulan data, menganalisis dan melaporkan kajian
data mortalitas, (5) merancang studi tindak lanjut ibu hamil SKRT 2001 serta
melaksanakan pengumpulan data, menganalisis dan melaporkan kajian data ibu hamil.
Surkesnas diselenggarakan dengan prinsip jaringan, kolaborasi, kemitraan, dan
keterlibatan klien. Penanggung jawab Surkesnas adalah Departemen Kesehatan (c.q.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) di mana terdapat Tim Peneliti Inti dan
Sekretariat. Untuk mendukung pelaksanaan Surkesnas di masing-masing Propinsi,
dibentuk Sekretariat Surkesnas Provinsi. Tenaga lapangan (pengumpui data) untuk SKRT
direkrut dari tenaga kesehatan di Provinsi, Kabupaten/Kota maupun Puskesmas, yaitu
yang terdiri dari dokter iimum, bidan dan teknisi laboratorium. Sedangkan data kesehatan
pada modul kesehatan Susenas dan SDKI dikumpulkan oleh tenaga BPS (staf BPS,
mantis, dan mitra). Pembentukan Sekretariat Surkesnas Provinsi dan penggalangan
tenaga lapangan dari Daerah merupakan bagian dari upaya pemberdayaan Daerah dan
awal pengembangan kemampuan tenaga Daerah ke arah terselenggaranya Surkesda.
Untuk panduan lebih lanjut tentang bagaimana mengolah data Susenas untuk
kepentingan daerah dapat dirujuk Modul Pengolahan Data Susenas.
115
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
sangat tidak terstruktur. Lamanya pengumpulan data tidak dapat diitetapkan dan jumlah
respondennya pun tidak tentu. Demikian pula issu yang masuk umumnya juga tidak
terfokus.
3. Surveilans Demografik
116
FKM - UNSRAT
Penutup
Untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi manajemen kesehatan Daerah.
Sistem Informasi Kesehatan Daerah harus mengumpulkan data dengan berbagai metode
yang meliputi tidak hanya metode rutin, melainkan juga metode sewaktu-waktu.
Metode pengumpulan data sewaktu-waktu digunakan untuk mencari data guna
mengisi kesenjangan informasi yang didapat dari metode pengumpulan data rutin. Data
tertentu seperti data dampak kesehatan dan perilaku kesehatan memang sulit untuk
diperoleh melalui pengumpulan data rutin yang berbasis sarana/pelayanan kesehatan.
Pengumpulan data secara rutin akan dapat mencakup data seperti itu apabila diperluas
dengan memasukkan petugas kesehatan di desa (sanitarian atau bidan) dan kader
kesehatan sebagai pengumpul data dari masyarakat. Akan tetapi, survei cepat atau
survei biasa dapat pula digunakan untuk mengumpulkan data tersebut dari masyarakat di
wilayah kerja unit kesehatan secara sewaktu-waktu. Mungkin cara ini bahkan lebih murah
117
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
118
FKM - UNSRAT
BAB
7
Proses Mengolah Data
Menjadi Informasi
Pengiriman Data
Dalam bentuknya yang paling sederhana, pengiriman data adalah penyaluran
119
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
data mentah dari suatu tingkat administrasi kesehatan atau dari lapangan ke tingkat
administrasi kesehatan lebih tinggi atau ke penyelenggara survei dalam suatu Sistem
Kesehatan, untuk diolah.
Disadari bahwa data mentah yang terkumpul di suatu tingkat administrasi atau
dari lapangan belum tentu sesuai bentuk ataupun mutunya dengan tindakan-tindakan
yang akan didukungnya dalam manajemen kesehatan. Oleh karena itu, untuk
medapatkan kesesuaian dengan manajamen kesehatan. data tersebut harus diolah
sehingga menjadi informasi yang berguna untuk mendukung tindakan-tindakan di tingkat
administrasi yang bersangkutan. Untuk data rutin, data itu harus dipilih dan kemudian
data terpilih dikirim ke tingkat administrasi lebih tinggi.
Jadi, pengiriman data pada dasarnya adalah proses bagaimana data ditransfer di
antara para pelaku Sistem Kesehatan, sehingga dijamin bahwa di setiap tingkat
administrasi, semua keputusan administratif, politis maupun manajerial didasarkan
kepada informasi yang sesuai. Tugas dari pengiriman data adalah menjamin tersedianya
data yang sesuai untuk pengambilan keputusan.
Suatu Sistem Informasi Kesehatan yang baik akan menjamin bahwa data yang
dikirim akan relevan tidak saja bagi pengambilan keputusan di tingkat administrasi lebih
tinggi, tetapi juga bagi manajemen sehari-hari di tingkat Puskesmas dan Rumah Sakit. Ini
berarti bahwa perhatian terhadap mutu data harus dimulai sejak dari tingkat "akar
rumput" (yaitu Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten/Kota).
Berikut kita akan membahas dua jenis pengiriman data, yaitu pengiriman data
secara vertikal dan pengiriman data secara horizontal. Pengiriman data vertikal adalah
pengiriman data dari suatu tingkat administrasi kesehatan atau dari lapangan ke tingkat
administrasi kesehatan di atasnya atau ke penyelenggara survei. Sedangkan pengiriman
data horizontal adalah pengiriman data dari satu pelaku ke pelaku Sistem Kesehatan
yang lain dalam satu tingkat administiasi.
120
FKM - UNSRAT
121
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Pengiriman data horizontal yang bermakna transfer data di antara pelaku Sistem
Kesehatan di satu tingkat administrasi cenderung untuk meningkat. Kecenderungan ini
akibat akan semakin baiknya kerjasama lintas sektor di suatu Daerah dalam rangka
mencapai visi Pembangunan Kesehatan di Daerah tersebut. Juga karena semakin
diharusskannya komuniasi antara unit-unit kesehatan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholders), termasuk konsumen dan masyarakat umum.
Terdapat paling sedikit tiga fungsi yang didukung oleh proses pengiriman data
horizontal ini. Pertama, pengiriman data yang secara langsung dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan. Misalnya data tentang persepsi masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan, data perubahan anggaran kesehatan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), dan lain-lain. Kedua, pengiriman data yang perlu diproses dulu
sebelum digunakan untuk pengambilan keputusan. Misalnya data mentah dari apotik-
apotik, data mentah dari sekolah-sekolah atau pesantren-pesantren, atau data mentah
dari lintas sektor lainnya. Ketiga, pengiriman umpan-balik, yaitu data yang berada di
Bank Data Dinas Kesehatan yang diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Misalnya yang diperlukan oleh Bappeda untuk perencanaan APBD, yang diperlukan
kantor Bupati untuk menyusun laporan tahunan kepada DPRD, dan lain-lain.
Sebagaimana pengiriman data vertikal, pengiriman data horizontal juga dapat
sangat ditingkatkan kecepatan dan ketepatannya bila telah digunakan jaringan komputer
luas. Apa lagi jika Dinas Kesehatan atau unit-unit kesehatan telah dapat memanfaatkan
Internet untuk menyajikan datanya. Yaitu melalui pembuatan dan pengelolaan situs atau
website atau homepage di Internet.
Pengolahan Data
Tujuan dari pengolahan data adalah dihasilkan dan disajikannya informasi yang
dapat membantu proses pengambilan keputusan di setiap tingkat administrasi kesehatan.
Proses pengolahan data ini dapat dilakukan secara manual ataupun dengan
122
FKM - UNSRAT
menggunakan bantuan komputer. Cara apa pun yang digunakan, pada dasarnya
pengolahan data mencakup tiga langkah pokok, yaitu: (1) pembersihan data,
(2) pembuatan ringkasan untuk analisis, dan (3) analisis data dan pengemasan informasi.
1. Pembersihan Data
Betapa pun, data mentah kerap kali mengandung hal-hal yang menyebabkan
kekurangtepatan atau kurang konsostensi. Pada umunya tidak ada data mentah yang
bebas dari kesalahan. Oleh karena itu, data mentah perlu dievaluasi, diverifikasi dan
diperbaiki (bila perlu). Sumber kesalahan yang umum dijumpai adalah akibat adanya
variabel yang tidak terisi (kosong), atau mungkin bahkan duplikasi. Juga akibat adanya
angka yang meragukan (misalnya seorang ibu hamil berusia 92 tahun), adanya
kontradiksi (misalnya seorang yang lahir tahun 1949 disebutkan berusia 25 tahun pada
tahun 2001), atau adanya inkonsistensi dengan apa yang telah diketahui (misalnya
dilaporkan adanya 10.000 kelahiran di suatu daerah yang diketahui jumlah wanita usia
suburnyn hanya 2.000 orang).
Jadi, pembersilian data akan menjamin proses transformasi data mentah ke
dalam tabel-tabel atau indikator-indikator akan berlangsung mulus tanpa gangguan
akibat adanya kesalahan (error). Untuk mengatasi kesalahan terdapat sejumlah yang
dapat ditempuh. Lembar laporan atau kuesioner survei dapat dirujuk ke register data
atau kartu rekam medik aslinya. Prosedur ―imputasi" atau penetapan isi variabel yang
kosong dapat dilakukan dengan menggunakan perkiraan yang cerdik (informed
guesswork). Data di dalam komputer dapat dibersihkan dengan menjalankan program
pembersih data. Namun harus disadari bahwa sebaik-baiknya upaya pembersihan kerap
kali masih saja ada kesalahan yang tersisa akibat tidak terdeteksi. Pembersihan data
pada hakikatnya adalah untuk memperkecil kesalahan yang ada, sehingga tidak
menyesatkan pengambilan keputusan.
Tahap kedua dari pengolahan data adalah pembuatan ringkasan data yang
berupa tabel-tabel yang berisi indikator. Tabel-tabel dan indikator- indikator ini nanti
123
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
akan digunakan untuk menganalisis dan mengemas informasi sesuai dengan kebutuhan.
Oleh karena itu pembuatan tabel-tabel juga harus memperhatikan arah analisisnya.
Untuk kepentingan analisis ke arah penyajian informasi tentang kesetaraan jendel
misalnya, tabel-tabel tertentu perlu menyediakan kolom terpisah bagi jenis kelamin
berbeda.
Tabel adalah sajian data atau indikator dimana data atau indikator tersebut
disusun dalam baris- baris dan kolom-kolom sedemikian rupa sehingga dapat
menunjukkan perbandingan-perbandingan. Terdapat beberapa jenis tabel, yaitu:
Tabel Induk (Master Table). Tabel ini berisi semua data/indikator yang tersedia dari
suatu hal/keadaan secara terinci, sehingga orang dapat memperoleh gambaran
lengkap dalam satu tabel. Tabel ini biasanya digunakan sebagai dasar untuk
membuat tabel-tabel lain yang lebih singkat. Contohnya tabel induk yang berisi data
demografik penduduk suatu kecamatan (lihatLampiran).
Tabel Teks(Text Table). Tabel ini adalah tabel kecil berisi beberapa data/indikator,
yang kelak dapat diletakkan diantara uraian atau teks. Tabel teks memang
merupakan tabel yang akan disisipkan untuk memperjelas narasi atau teks.
Contohnya tabel teks yang berisi data tentang cakupan imunisasi lengkap terhadap
anak balita di suatu kecamatan (lihat lampiran).
Tabel Distribusi Frekuensi (Frequency Distribution Table). Tabel ini dapat berupa
Tabel Induk, tetapi dapat juga berupa Tabel Teks.Isinya adalah frekuensi kelas-kelas
atau golongan-golongan tertentu dari suatu hal/keadaan. Contohnya adalah tabel
distribusi frekuensi pasien suatu Puskesmas menurut golongan umur(lihat lampiran)
Tabel yang dibuat harus memenuhi syarat tertentu, yaitu jelas, merupakan suatu
kesatuan (unitas), akurat, dan ekonomis. Bentuk tabel harus diatur sedemikian rupa
sehingga memperlihatkan semua isi tabel secara jelas dan terang. Jika dalam tabel
tersebut terdapat angka atau kolom yang ingin dibandingkan satu sama lain, maka hal
tersebut harus diungkapkan secara sistematik. Tiap tabel juga harus merupakan sebuah
unit. Pada hakikatnya tabel adalah jalan pintas untuk menyatakan fakta-fakta dan tiap
tabel harus merupakan suatu unit yang nyata tentang subyek yang ingin dipaparkan.
Jangan menggunakan sebuah tabel untuk membandingkan banyak hal dalam banyak
kategori, karena yang demikian itu akan membingungkan. Tiap butir dalam tabel harus
124
FKM - UNSRAT
diperiksa beberapa kali, sehingga isi dari butir-butir tersebut benar-benar akurat. Tabel
juga harus ekonomis, yaitu tidak terlalu besar, walaupun juga tidak terlalu kecil.
Setelah data diringkas dalam bentuk tabel-tabel, maka langkah selanjutnya adalah
memadukan data atau indikator yang terdapat dalam tabel-tabel tertentu sesuai dengan
informasi yang akan dihasilkannya. Kegiatan ini disebut dengan analisis data.
Terdapat empat jenis analisis data, yaitu: (a) analisis deskriptif, (b) analisis
komparatif, (c) analisis kecenderungan, dan (d) analisis hubungan.
Analisis Deskriptif adalah memadukan data atau indikator dalam tabel-tabel sehingga
dapat memberikan kejelasan tentang keadaan atau ciri-ciri sesuatu. Misalnya
kejelasan tentang bagaimana penggunaan pelayanan rawat inap Rumah Sakit oleh
masyarakat di suatu provinsi.
Analisis Komparatif adalah memadukan data atau indikator dalam tabel-tabel
sehingga dapat diperoleh perbandingan antara dua atau beberapa hal/keadaan.
Misalnya antara satu kecamatan dengan kecamatan lain, antara sektor pemerintah
dengan sektor swasta, dan lain-lain.
Analisis Kecenderungan adalah memadukan data atau indikator dalam tabel-tabel
sehingga dapat ditunjukkan perkembangan suatu hal/keadaan dari waktu ke waktu.
Misalnya perkembangan kunjungan Puskesmas dari bulan ke bulan atau dari tahun ke
tahun.
Analisis hubungan adalah memadukan data atau indikator dalam tabel-tabel sehingga
dapat ditunjukkan ada/tidaknya hubungan (biasanya kausal) antara satu hal/keadaan
dengan satu atau beberapa hal/keadaan lain yang dianggap sebagai faktor
pengaruhnya. Analisis ini dapat dilakukan secara hipotetik (berdasar teori yang
berlaku), tetapi dapat juga (lebih baik) dilakukan melalui penghitungan statistik
(misalnya dengan regresi).
Kegiatan analisis data tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mengemas informasi.
Artinya, dalam melakukan analisis data, sekaligus sudah harus diperhitungkan untuk
siapa hasil analisis itu akan diberikan. Sebagaimana dikemukakan di depan, informasi
125
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Kesehatan akan diberikan kepada para pengambil
keputusan dari pihak-pihak yang berkepentingan pada umumnya (stakeholders). Setiap
kategori pemakai informasi tersebut pasti memiliki minat yang berbeda karena masing-
masing mengemban fungsi yang berbeda pula. Analisis tentang kasus malaria di suatu
Kabupaten misalnya, harus dikemas secara berbeda untuk konsumsi Kepala Dinas
Kesehatan, untuk konsumsi Bupati, atau untuk konsumsi Bappeda dan DPRD. Untuk
konsumsi Kepala Dinas Kesehatan yang akan memutuskan bagaimana upaya
pemberantasan malaria harus ditingkatkan, dapat disampaikan analisis deskriptif tentang
penyebaran kasus malaria menurut kecamatan, dan juga tentang sumber daya yang
tersedia. Untuk konsumsi Bupati yang akan mengambil keputusan tentang perlu/tidaknya
peningkatan upaya pemberantasan malaria, informasi tentang malaria ini akan lebih
mengena bila dalam bentuk analisis kecenderungan jumlah kasus (misalnya
menunjukkan peningkatan jumlah kasus dari tahun ke tahun) yang dilengkapi dengan
analisis komparatif (misalnya dibandingkan dengan Kabupaten tetangga). Untuk
konsumsi Bappeda dan DPRD yang akan memutuskan disetujui/tidaknya usulan anggaran
pemberantasan malaria, informasi tentang malaria akan lebih tepat dalam bentuk analisis
kecenderungan jumlah kerugian Daerah (dalam Rupiah) akibat semakin banyaknya
penduduk yang terserang malaria (sehingga tidak produktif untuk beberapa lama).
Terdapat berbagai macam bentuk kemasan atau sajian informasi. Bila informasi
sudah cukup jelas ditampilkan dalam bentuk tabel (misalnya tabel teks), maka biarkan
saja informasi tersebut dalam kemasan tabel. Tetapi informasi lain mungkin lebih tepat
bila dikemas dalam bentuk-bentuk lain, yaitu:
a. Histogram atau Bar Chart, yaitu sajian distribusi frekuensi yang berupa gambar
balok-balok. Interval kelasnya digambarkan sepanjang sumbu horisontal,
sedangkan frekuensinya digambarkan sepanjang sumbu vertikal. Kelas terendah
diletakkan paling kiri pada sumbu horisontal.
b. Poligon Frekuensi, yaitu sajian distribusi frekuensi untuk data yang bersifat berlanjut
(kontinyu). Data yang kontinyu apabila disajikan dalam bentuk Histogram, balok-
baloknyn akan berhimpitan (overlap), sehingga gambar bida kelihatan ruwet. Agar
tidak kelihatan ruwet, titik-titik tengah yang terletak di puncak-puncak balok
dihubungkan dengan garis lurus, kemudian bidang yang terbentuk diblok/diwarnai/
126
FKM - UNSRAT
Penggunaan Komputer
Dewasa ini komputer di sebagian besar wilayah Indonesia bukan lagi merupakan
barang langka. Namun demikian untuk menggunakan komputer dalam pengolahan data
atau Sistem Informasi Kesehatan, faktor-faktor berikut perlu dipertimbangkan:
1. Kerumitan analisis. Kerumitan yang dimaksud di sini bukan tentang prosedur
statistik, melainkan tentang cara dan bentuk penyajian setelah data diolah. Bila
kemasan informasi yang dihasilkan hanya dalam bentuk tabel belaka, maka
penggunaan komputer tidak terlalu perlu. Tetapi jika dikehendaki adanya kemasan-
127
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
kemasan informasi berupa grafik, chart, peta, dan lain-lain, maka penggunaan
komputer akan sangat membantu.
2. Berfungsinya sistem yang ada. Jika Sistem Informasi Kesehatan belum ditata kembali
sehingga berfungsi dengan baik, maka penggunaan komputer memang "cost-
effective". Tetapi bila Sistem Informasi Kesehatan masih tidak teratur, belum
didasarkan kepada kebutuhan informasi, data yang dikelola buruk mutunya, dan
belum mengacu kepada indikator-indikator yang sudah dibakukan sehingga tidak
mungkin dilakukan perbandingan-perbandingan, penggunaan komputer tidak banyak
artinya. Ada kata-kata bijak yang layak untuk diingat dalam hal ini, yaitu "Jika Anda
dapat melakukannya secara manual, penggunaan komputer akan membuatnya lebih
efisien. Tetapi jika Anda belum dapat melakukannya secara manual, penggunaan
komputer justru akan memperparah keadaan."
3. Volume data yang diolah. Jika volume data yang diolah sangat sedikit, penggunaan
komputer tidaklah efisien. Kecuali jika penggunaan komputer tersebut tidak hanya
untuk mengolah data, tetapi juga untuk menangani pekerjaan-pekerjaan administrasi
seperti mengetik, menyimpan arsip, dan lain-lain.
4. Tenaga Pengelola komputer. Jika di suatu tempat sulit didapatkan tenaga yang
mampu mengoperasikan dan memelihara komputer, maka penggunaan komputer
mungkin akan mengundang banyak masalah. Tetapi, mengangkat seorang yang
memiliki kemampuan khusus di bidang komputer kerapkali juga sulit karena standar
gaji yang tidak memadai. Jalan tengah yang mungkin ditempuh adalah memberikan
bekal tambahan di bidang komputer kepada tenaga statistisi.
Pembahasan tentang penggunaan komputer dalam pengolahan data atau dalam
Sistem Informasi Kesehatan selalu berdasar pada empat masalah penting, yaitu (1)
perangkat keras, (2) perangkat lunak, (3) pangkalan data, dan (4)jaringan.
1. Perangkat Keras
Dengan telah majunya teknologi komputer, dewasa ini komputer mikro menjadi
perangkat keras yang dapat digunakan di mana pun karena kemampuannya yang besar
dengan bentuk fisik yang kecil. Namun demikian, untuk lebih meningkatkan lagi
128
FKM - UNSRAT
kemampuan komputer mikro itu, banyak perangkat keras lain yang dapat ditambahkan.
Oleh karena itu berikut ini akan disajikan secara singkat uraian tentang perangkat-
perangkat keras tersebut.
a. Komputer Mikro. Bila ingin aman, memang sebaiknya dibeli komputer mikro yang
bermerek (branded), seperti IBM, Compac, Hewlet-Packard, atau Acer. Tetapi harga
komputer bermerek ini memang relatif sangat tinggi. Oleh karena itu, dapat saja
dibeli komputer yang tidak bermerek (istilah populernya "komputer jangkrik"),
asalkan diperhatikan benar ciri-ciri pokoknya. Ciri-ciri pokok itu meliputi kecepatan
prosesor, kapasitas memori, dan kapasitas harddisk. Komputer itu sebaiknya yang
Modular sehingga mudah untuk mengganti komponen-komponennya bila terjadi
kerusakan atau bila ingin ditingkatkan kemampuannya. Komponen-komponen yang
biasanya diganti-ganti adalah harddisk, floppy disk (disket) drives, video adapters,
dan power supply. Sering kali terdapat pula CD-ROM drive untuk memainkan
Compact Disc.
b. Tenaga Listrik. Aliran listrik yang stabil sangat vital bagi komputer, karena
komponen-komponen dalam Central Processing Unit (CPU) komputer sangat peka
terhadap fluktuasi tenaga listrik. Jika tenaga listrik tidak stabil (tegangan sering
naik/turun), maka sebaiknya dipasang stabiliser. Bila aliran listrik sering padam
secara tiba-tiba, maka sebaiknya dipasang batere cadangan atau uninterruptible
power supply (UPS) untuk setiap komputer. Atau dapat pula digunakan komputer
notebook (portable) yang memiliki cadangan tenaga dari batere. Bila memungkinkan
dapat pula didayagunakan tenaga matahari (solar panel) untuk power supply
komputer. Guna mencegah kebakaran atau kerusakan komputer, sebaiknya instalasi
listrik memiliki kabel bumi (earth wires).
c. Pencetak (Printer). Terdapat tiga jenis pencetak (printer) yang dapat dipilih, dengan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing, yaitu Dot matrix, Inkjet, dan Laser.
Tabel berikut meringkas kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis printer.
129
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
d. Jaringan. Bila dikehendaki hubungan antara satu komputer dengan komputer lain
secara lokal, maka dapat dipasang fasilitas jaringan lokal (local area network). Yang
saat ini cukup populer adalah fasilitas jaringan Ethernet atau 10Base-T. Bentuk
konfigurasi jaringannya biasanya adalah konfigurasi bintang, menggunakan kabel
seperti kabel telepon dengan penghubung-penghubung (jacks) Modular yang
dirangkai melalui serangkaian concentrator, jika jarak antara satu komputer dengan
komputer lain cukup jauh biasanya digunakan kabel serat optik untuk
menghubungkannya.
e. Modem. Dengan berkembangnya Internet, tampaknya bermanfaat pula bila komputer
yang ada dapat digunakan untuk mengakses Internet melalui telepon. Untuk itu bagi
130
FKM - UNSRAT
setiap komputer perlu dipasang modem. Selain untuk mengakses Internet, dengan
dipasangnya modem, komputer dapat digunakan untuk mengirim dan menerima
pesan-pesan elektronik (electronic mail atau e-mail), fax, dan files. Agar dapat
bekerja secara leluasa, sebaiknya untuk hubungan komputer ke komputer ini
disediakan sambungan telepon tersendiri.
f. Penyimpan Cadangan Data. Untuk mencegah hilangnya data karena rusak atau
terhapus, sebaiknya disediakan sarana untuk menyimpan cadangan data (backup
data). Sarana ini dapat berupa portable tape drive atau Bernoulli-type portable hard
drive yang dihubungkan ke komputer melalui parallel port. Bila tidak, maka setiap kali
harus dilakukan penyimpanan cadangan data ke dalam floppy disk (disket).
2. Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang terbaik adalah yang dibuat khusus untuk Sistem Informasi
Kesehatan yang sedang dikembangkan. Namun perlu disadari bahwa pembuatan
perangkat lunak khusus ini, bila menggunakan jasa pembuat perangkat lunak (software
house), memerlukan biaya yang cukup banyak. Oleh karena itu berikut ini disajikan
uraian secara ringkas tentang perangkat-perangkat lunak standar, yang dapat digunakan
dalam komputerisasi Sistem Informasi Kesehatan.
a. Perangkat Lunak Otomasi Perkantoran. Walaupun komputerisasi yang dilakukan
adalah dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan, perangkat lunak otomasi
perkantoran diperlukan juga. Terutama untuk tujuan pembuatan laporan naratif.
Perangkat lunak dari jenis ini yang harus dimiliki minimal adalah paket pengolah kata
(word processor) dan electronic spread-sheet. Kedua paket tersebut dapat pula
dimanfaatkan untuk keperluan berjaringan, yaitu misalnya diintegrasikan dengan
pelayanan jaringan dalam rangka e-mail. Untuk panduan lebih lanjut tentang hal ini
dapat dirujuk Modul Otomasi Perkantoran dalam Bidang Kesehatan dan Modul
Petunjuk Penggunaan E-mail.
b. Perangkat Pengembangan Aplikasi. Sebagian besar perangkat lunak untuk aplikasi
Sistem Informasi Kesehatan dibuat dengan menggunakan perangkat lunak
manajemen pangkalan data komersial generasi ketiga dan keempat untuk komputer
131
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
132
FKM - UNSRAT
133
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
3. Pangkalan Data
Pangkalan data adalah sekumpulan data yang disimpan dalam komputer secara
teratur sehingga dapat dilakukan penemuan kembali secara mudah dan cepat Dalam
suatu pangkalan data dapat disimpan, ditemukan kembali, dan dimodifikasi banyak sekali
data.
Terdapat dua jenis pangkalan data, yaitu (a) pangkalan data tree structured dan
(b) pangkalan data relasional. Pangkalan data tree structured menyimpan data secara
hirarkhis, di mana setiap butir dalam pangkalan data disusun secara logik Yaitu
misalnya, "Kabupaten" berisi "Kecamatan", dan "Kecamatan" berisi "Desa". Pangkalan
data relasional tersusun dari beberapa satuan (entitas) yang mirip seperangkat catatan
(records). Misalnya "Entitas Anak" berisi empat bidang (field) yaitu "Nama", "Umur",
"Berat Waktu Lahir", dan "Nama Ibu". Entitas ini akan berkait dengan "Entitas Ibu" yang
berisi empat bidang, yaitu "Nama", "Umur", "Status Kesehatan", dan "Alamat". Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 7.1.
Dalam pangkalan data tree structured, data dapat disusun secara (a) sekuensial
atau (b) tree structured. Untuk jelasnya dapat disimak Gambar 7.2.
134
FKM - UNSRAT
Misalnya kita akan mencari kembali suatu catatan/rekaman (record) yang berisi
tentang Desa 3, yang ada di Kecamatan b, Kabupaten N. Bila data tersusun secara
sekuensial, maka komputer akan membaca record demi record – Aa1, Aa2, Aa3, Ab1,
dan seterusnya sampai ketemu record Nb3. Proses pencarian kembali tersebut akan lebih
cepat bila data tersusun secara tree structured. Dalam hal ini komputer mula-mula akan
mencari di strata "Kabupaten" sampai menemukan Kabupaten N. Setelah itu, computer
akan menelusur Kecamatan, tetapi hanya Kecamatan yang ada di Kabupaten N, sampai
menemukan Kecamatan b. Selanjutnya komputer akan menelusur Desa-desa yang ada di
kecamatan b sampai ketemu Desa 3.
Dalam pangkalan data relasional, pencarian kembali data akan berlangsung
secara berbeda. Misalnya kita ingin menemukan record tentang ibu yang memiliki bayi
dengan berat badan waktu lahir 2.000 gram. Dalam hal ini pertama-tama komputer akan
menggabung "Entitas Anak" dengan "Entitas Ibu" sehingga diperoleh "Entitas Baru".
Penggabungan ini dengan menggunakan field "Nama Ibu" yang merupakan field yang
sama-sama dimiliki baik oleh "Entitas Anak" maupun "Entitas Ibu". Records yang berada
dalam "Entitas Baru" kemudian ditelusur, sehingga ditemukan Ibu-ibu yang memiliki Anak
dengan Berat Lahir 2.000 gram. Secara umum dapat dikatakan bahwa banyak data set
statistik yang memiliki struktur mirip dengan susunan pangkalan data realasional. Untuk
panduan lebih lanjut tentang hal ini dapat dirujuk Modul Manajemen Pangkalan Data.
135
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
4. Jaringan . .
136
FKM - UNSRAT
Jaringan lokal atau local area network (LAN) adalah jaringan yang
menghubungkan sejumlah komputer dalam satu gedung menggunakan kabel atau
gelombang radio. Sedangkan jaringan luas atau wide area network (WAN) adalah
jaringan yang menghubungkan sejumlah komputer dengan fasilitas komunikasi jarak
jauh. Dalam LAN terdapat satu komputer pusat yang disebut server, yang mengendalikan
jaringan dan biasanya dilengkapi dengan program-program komputer yang umum dipakai
dan pangkalan data.
WAN menghubungkan komputer-komputer di berbagai tempat yang berjauhan
melalui sambungan telepon, gelombang mikro, atau Internet. Internet adalah sebuah
jaringan skala dunia dari jaringan- jaringan komputer. Saat ini sudah lebih dari 100 juta
komputer tergabung dalam Internet untuk saling bertukar informasi dengan topik-topik
yang tak terhingga banyaknya. Kita dapat mengakses berbagai macam informasi yang
bermanfaat yang berada di tempat atau bahkan negara lain dengan "mengunjungi
homepage yang terpampang di World Wide Web (WWW). WWW inilah yang akan
memberitahu kita lokasi elektronik dari sumber informasi tertentu yang ditulis dengan
HTML (hypertext markup language). Sudan tentu, kita pun dapat membuat homepage
untuk menyajikan informasi yang kita miliki agar dapat diakses oleh siapa pun.
Penutup
Telah dibahas tiga hal penting dalam kaitannya dengan manajemen data, yaitu
mengupayakan mutu data, pengiriman data, dan pengolahan data. Pembahasan tentang
mutu data berkisar pada hal-hal yang dapat mempengaruhi mutu data dan bagaimana
upaya untuk mendapatkan data yang baik. Pembahasan tentang pengiriman data
menyangkut perihal bagaimana data ditransfer di antara pelaku-pelaku Sistem Kesehatan
dalam rangka mengupayakan agar keputusan-keputusan baik administratif, politik
maupun manajemen didasarkan kepada informasi yang dapat diandalkan (realible).
Dalam hal ini telah dibahas pengiriman data secara vertikal dan pengiriman data secara
horizontal. Sedangkan pembahasan tentang pengolahan data menyangkut perihal
bagaimana data mentah diproses untuk mengubahnya menjadi informasi yang berguna
bagi para pelaku Sistem Kesehatan. Dalam pembahasan ini tercakup uraian tentang
137
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
138
FKM - UNSRAT
BAB
8
Manajemen Sistem
Informasi Kesehatan
139
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
bersangkut-paut dengan manusia, maka inti dari manajemen adalah hubungan pribadi
antar manusia". Dari sudut sistem sosial dikatakan bahwa "manajemen harus
memperhatikan saling-kait antar berbagai budaya yang dibawa oleh anggota-anggota
organisasi". Dari sudut teori keputusan dikatakan bahwa "gerak dari manajemen
ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan-keputusan‖.
Sedangkan dari sudut matematik dikatakan bahwa "pengambilan keputusan dapat
didukung dengan model-model matematik seperti riset operasi, dan lain-lain".
Kesemuanya itu juga berlaku bagi manajemen Sistem Informasi Kesehatan.
Selanjutnya Harold Koontz menyatakan bahwa sebagai suatu proses, manajemen
terdiri atas kegiatan-kegiatan: (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) pengem-
bangan tenaga, (4) bimbingan dan pengarahan, serta (5) pengendalian. Hal ini pun
berlaku pula bagi manajemen Sistem Informasi Kesehatan.
Theo Lippeveld, Rainer Sauerbom, dan Claude Bodart dalam buku Design and
implementation of health information system (WHO, 200) menyatakan bahwa pada
hakikatnya apa yang dilakukan dalam kegiatan-kegiatan manajemen adalah berkaitan
dengan sumber daya. Dalam tahap perencanaan, maka yang dilakukan adalah
menetapkan pengalokasian dana, tenaga, peralatan, waktu, dan lain-lain untuk mencapal
tuiuan yang telah ditetapkan. Dalam pengorganisasian dan pengembangan tenaga, yang
dilakukan adalah menetapkan pembagian tugas dan fungsi dan orang-orang atau
kelompok-kelompok orang, yang kemudian diwadahi dalam suatu struktur. Dalam
bimbingan dan pengarahan, yang dilakukan adalah mengupayakan keseimbangan antara
sumber daya manusia dengan sumber daya lain, agar tenaga-tenaga yang ada dapat
bekerja dengan baik. Selain itu juga diciptakan organisasi pembelajaran dan diterapkan
teknik-teknik motivasi yang sesuai bagi orang-orang yang bekerja. Sedangkan dalam
pengendalian, yang dilakukan adalah penetapan kebijakan dan peraturan-peraturan yang
diperlukan sebagai rambu-rambu agar orang-orang selalu bekerja dalam koridor yang
sesuai untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Atas dasar ini maka mereka
menyatakan bahwa walaupun manajemen Sistem Informasi Kesehatan secara terinci
mungkin berbeda antara satu Daerah dengan Daerah lain, tetapi pada hakikatnya sama,
yaitu secara konseptual membutuhkan suatu struktur manajemen. Struktur manajemen
terhadap Sistem Informasi Kesehatan mencakup paling sedikit dua komponen yaitu (1)
140
FKM - UNSRAT
1. Tenaga
141
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
142
FKM - UNSRAT
143
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
diselenggaraknnya.
2) Setiap hari (usai jam pelayanan) menghitung data yang dicatat dan
menyerahkannya kepada Statistisi.
Tenaga Informasi (Perekam Medik dan Statistisi):
1) Mengagregat data harian pasien dan data harian administrasi yang diserahkan oleh
tenaga kesehatan dan tenaga administrasi.
2) Membuat laporan bulanan/tiga bulanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3) Memantau kegiatan-kegiatan Rumah Sakit yang esensial (penerimaan pasien, lama
perawatan, kematian, waktu tunggu, dan waklu pelayanan).
4) Memantau kesehatan keuangan Rumah Sakit (khususnya Cost Recovery).
5) Mengevaluasi berfungsinya sistem rujukan.
6) Mengolah dan menganalisis data serta menyajikan informasi dan mendis-
kusikannya dengan Pimpinan Rumah Sakit.
7) Mengupayakan penggunaan informasi untuk peningkatan mutu pelayanan Rumah
Sakit.
144
FKM - UNSRAT
145
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Kabupaten/Kota.
2) Mengumpulkan data dari sektor-sektor terkait di luar kesehatan
3) Memantau indikator-indikator kunci dan menganalisis variasi besaran indikator antar
Kabupaten/Kota.
4) Menyusun Profil Kesehatan Provinsi dan mendistribusikannya.
5) Membuat laporan tiga bulanan ke Departemen Kesehatan.
6) Membuat dan atau meremajakan peta cakupan pelayanan wilayah Provinsi.
7) Mengolah dan menganalisis data serta menyajikan informasi dan mendiskusi-
kannya dengan Kepala Dinas Kesehatan, Kepala-kepala Subdinas Kesehatan, dan
Forum Kerjasama Lintas Sektor.
8) Melakukan bimbingan dan supervisi kegiatan informasi kesehatan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2. Pelatihan Tenaga
146
FKM - UNSRAT
147
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
4. Dana
Dana merupakan sumber daya yang paling penting, karena semua sumber daya
lain dan kegiatan-kegiatan Sistem Informasi Kesehatan sangat ditentukan oleh
ketersediaan dana.
Dana yang disediakan mencakup dana untuk investasi, dana untuk kegiatan, dan
dana untuk pemeliharaan sumber daya. Ketiga komponen dana itu hendaknya
berimbang. Setiap investasi, apakah itu berupa rekrutmen tenaga atau pengadaan
peralatan, harus diimbangi dengan biaya untuk operasionalisasi dan pemeliharaannya.
Dana untuk pemeliharaan tenaga adalah berupa dana untuk pendidikan/pelatihan.
Sangat sulit untuk menetapkan berapa dana yang diperlukan untuk
penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan. Dalam kondisi terbatasnya kemampuan
keuangan pemerintah, lebih baik pengembangan Sistem Informasi Kesehatan yang
menyesuaikan dengan kemampuan Pemerintah Daerah menyediakan dana untuk itu.
Untuk Daerah-daerah yang mendapat alokasi dana melalui proyek-proyek tertentu,
penyediaan dana untuk Sistem Informasi Kesehatan pun harus mempertimbangkan
kemampuan Daerah untuk melanjutkannya.
148
FKM - UNSRAT
Peraturan Perundang-undangan
Tersedianya sumber daya untuk Sistem Informasi Kesehatan saja tidaklah cukup.
Seperangkat peraturan perundang-undangan diperlukan untuk menjamin penggunaan
yang optimum terhadap sumber-sumber daya yang ada dalam mendukung proses
menghasilkan informasi. Peraturan perundang-undangan itu yang diperlukan itu berupa
(1) aturan untuk manajemen Sistem Informasi Kesehatan secara menyeluruh, (2)
standar untuk pengumpulan data, (3) aturan dalam rangka pengiriman dan pengolahan
data serta pelaporan, (4) aturan berkaitan dengan kerahasiaan dan privasi, (5) aturan
dan standar berkaitan dengan pelatihan, (6) aturan tentang pengadaan dan distribusi
peralatan dan bahan, dan (7) aturan berkaitan dengan jaminan mutu.
Salah satu dan keputusan-keputusan awal yang dihadapi Daerah dalam menata
kembali Sistem Informasi Kesehatannya adalah di mana meletakkan tanggung jawab
untuk manajemen Sistem Informasi Kesehatan tersebut. Letak dari unit yang
bertanggung-jawab terhadap manajemen Sistem Informasi Kesehatan menunjukkan
seberapa jauh informasi kesehatan dianggap penting di Daerah tersebut. Letak ini juga
menentukan seberapa besar daya jangkau yang dimiliki oleh unit tersebut.
Di Daerah yang menghargai pentingnya Sistem Informasi Kesehatan, unit
penanggung-jawabnya diletakkan cukup tinggi di dalam struktur organisasi Dinas
Kesehatan. Selain cukup tinggi, letaknya pun sedemikian rupa sehingga daya jangkaunya
mencakup seluruh Dinas Kesehatan (misalnya dengan meletakkannya langsung di bawah
Kepala Dinas, atau di bawah Kepala Bagian Tata Usaha, dan bukan di bawah salah satu
Kepala Subdinas).
Pengaturan tentang letak unit penanggung jawab Sistem Informasi Kesehatan
tentu harus tercantum dalam Peraturan Daerah tentang organisasi Dinas Kesehatan.
Aturan juga harus dibuat tentang bagaimana menjamin agar Sistem Informasi
Kesehatan mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan informasi dari mereka yang
berkepentingan (stakeholders) terhadap Pembangunan Daerah di bidang Kesehatan.
Juga aturan yang menjamin diperolehnya data yang bermutu dan berlangsungnya
pengirman data baik secara vertikal maupun horizontal.
149
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Data akan digunakan hanya jika data itu tersedia pada saat dibutuhkan. Untuk itu
diperlukan aturan yang menetapkan tentang jadwal yang jelas dan realistik bagi
pengiriman data. Jadwal ini mencakup pengiriman dan tingkat administrasi terendah
sampai pengiriman dari Kabupaten/Kota ke Provinsi. Jadwal ini sekaligus juga akan
menunjukkan kapan setiap unit kesehatan harus menyelesaikan pengolahan datanya.
Jadwal yang pasti juga harus ditetapkan untuk pengiriman umpan-balik serta
pelaksanaan bimbingan dan supervisi. Jadwal untuk umpan-balik dan supervisi
seyogianya disamakan karena keduanya saling menunjang.
Kegiatan administrasi, termasak manajemen keuangan dan persediaan, biasanya
dilaporkan bulanan atau tiga bulanan. Sedangkan inventarisasi tenaga, inventarisasi
peralatan, dan kondisi fisik dari unit kesehatan dapat dilaporkan setahun sekali. Periode
laporan apa pun yang dipilih, jadwal yang pasti harus ditetapkan dan dikomunikasikan ke
150
FKM - UNSRAT
seluruh unit kesehatan. Jika interval pelaporan cukup panjang, maka diperlukan sistem
pengingat atau teguran.
151
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
tersebut. Hal yang sama berlaku untuk bahan-bahan atau instrumen seperti kartu rekam
medik, register, formulir laporan, dan lain-lain.
Distribusi peralatan dan bahan untuk Sistem Informasi Kesehatan sebaiknya
menggunakan sistem distribusi yang digunakan untuk obat dan alat/bahan kesehatan.
Hal ini akan memudahkan dalam pemantauannya karena sistem distribusi obat dan
alat/bahan kesehatan umumnya sudah berjalan cukup lama.
Berakitan dengan pengaturan dan standarisasi pengadaan dan distribusi peralatan
dan bahan, kiranya perlu diatur juga prosedur penyimpanan dan pemeliharaannya.
Pelatihan petugas dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan tidak menjamin akan
diperolehnya data yang bermutu dan dipatuhinya pelaporan. Karena itu masih diperlukan
aturan-aturan yang dapat menambah jaminan akan mutu data. Aturan ini adalah tentang
bimbingan dan supervisi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke unit-unit kesehatan,
dan dari Dinas Kesehatan Provinsi ke Dinas-dinas Kesehatan Kahupaten/Kota.
Bimbingan dan supervisi harus terstruktur dan harus secara sistematis
mengevaluasi kegiatan-kegiatan Sistem Informasi Kesehatan menggunakan "checklist".
Tidak semun hal harus dicakup dalam bimbingan dan supervisi. Petugas bimbingan dan
supervisi sebaiknya memfokus hanya pada hal-hal yang memerlukan peningkatan.
Penutup
Manajemen Sistem Informasi Kesehatan akan menjamin terselenggaranya dengan
baik fungsi Sistem Informasi Kesehatan dalam mengembangkan lingkungan yang kaya
akan informasi. Selain itu, juga akan menjamin berperannya dengan baik Sistem
Informasi Kesehatan dalam perencanaan dan manajemen kesehatan (manajemen
pasien/klien, manajemen unit kesehatan, dan manajemen Sistem Kesehatan).
Landasan bagi manajemen Sistem Informasi Kesehatan adalah struktur
manajemen yang solid, yang mencakup sumber daya dan peraturan perundang-
undangan yang diperlukan untuk mendukung proses dari Sistem Informasi Kesehatan.
152
FKM - UNSRAT
153
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
BAB
9
Sistem Informasi Kesehatan
di Indonesia
154
FKM - UNSRAT
Berkeadilan‖, maka motto menjadi Indonesia Cinta Sehat yang juga sangat ditentukan
oleh pencapaian Provinsi-provinsi Sehat, Kabupaten-kabupaten Sehat, dan Kota-kota
Sehat. Bahkan juga oleh pencapaian Kecamatan-kecamatan Sehat dan Desa-desa Sehat.
Menurut World Health Organization (WHO) dalam buku ―Design and
Implementaiton of Health Information System‖ (2000) bahwa suatu sistem informasi
kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari suatu sistem
kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi
proses pengambilan keputusan semua jenjang. Sistem informasi harus dijadikan sebagai
alat yang efektif bagi manajemen. WHO juga menyebutkan bahwa SIK merupakan salah
satu dari 6 ―building blocks‖ atau komponen utama dalam suatu sistem kesehatan. Enam
komponen Sistem kesehatan tersebut adalah:
1. Service Delivery / Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
2. Medical products, vacines, and technologies / Produk Medis, Vaksin, dan Teknologi
Kesehatan
3. Health Workforce / Tenaga Kesehatan
4. Health System Financing / Sistem Pembiayaan Kesehatan
5. Health Information System / Sistem Informasi Kesehatan
6. Leadership and Governance / Kepemimpinan dan Pemerintahan
SIK disebut sebagai salah satu dari 7 komponen yang mendukung suatu sistem
kesehatan, dimana sistem kesehatan tidak bisa berfungsi tanpa satu dari komponen
tersebut. SIK bukan saja berperan dalam memastikan data mengenai kasus kesehatan
dilaporkan tetapi juga mempunyai potensi untuk membantu dalam meningkatkan efisiensi
dan transparansi proses kerja. Sistem Kesehatan Nasional terdiri dari dari tujuh
subsistem, yaitu :
1. Upaya kesehatan;
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan;
3. Pembiayaan kesehatan;
4. Sumber daya manusia kesehatan;
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan; dan
7. Pemberdayaan masyarakat.
155
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem
manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Subsistem manajemen dan informasi
kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan fungsi-fungsi kebijakan kesehatan,
administrasi kesehatan, informasi kesehatan dan hukum kesehatan yang memadai dan
mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan secara berhasil guna dan
berdaya guna. Dengan subsistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan yang
berhasil guna dan berdaya guna dapat mendukung penyelenggaraan keenam subsistem
lain dalam sistem kesehatan nasional sebagai satu kesatuan yang terpadu dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Terdapat beberapa prinsip Informasi Kesehatan dalam SKN diantaranya:
a. Informasi kesehatan mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan yang
berasal dari sektor kesehatan ataupun dari berbagai sektor pembangunan lain.
b. Informasi kesehatan mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang
administrasi kesehatan.
c. Informasi kesehatan disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk
pengambilan keputusan.
d. Informasi kesehatan yang disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan
tepat waktu, dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.
e. Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan data melalui
cara-cara rutin (yaitu pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara nonrutin (yaitu survei,
dan lain-lain).
f. Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang
berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran.
Pada uraian Bentuk Pokok Informasi Kesehatan disebutkan bahwa Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) dikembangkan dengan memadukan sistem
informasi kesehatan daerah dan sistem informasi lain yang terkait. Sumber data sistem
informasi kesehatan adalah dari sarana kesehatan melalui pencatatan dan pelaporan
yang teratur dan berjenjang serta dari masyarakat yang diperoleh dari survai, survailans
dan sensus. Data pokok sistem informasi kesehatan mencakup derajat kesehatan, upaya
kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan serta manajemen
156
FKM - UNSRAT
157
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
158
FKM - UNSRAT
Walaupun Otonomi Daerah sudah dilaksanakan sejak awal tahun 2001, tetapi
fakta menunjukkan bahwa sebagian besar Daerah Kabupaten dan Daerah Kota belum
memiliki kemampuan yang memadai, khususnya dalam pengembangan Sistem Informasi
Kesehatannya. Selama berpuluh-puluh tahun kemampuan tersebut memang kurang
dikembangkan, sehingga untuk dapat membangun Sistem Informasi Kesehatan yang
baik, Daerah masih memerlukan fasilitasi.
Beberapa Daerah Provinsi tampaknya sudah mulai mengembangkan Sistem
Informasi Kesehatannya karena adanya berbagai proyek pinjaman luar negeri (ADB3,
CHN3, HP5, PHP, dan lain-lain). Akan tetapi tampaknya pengembangan yang dilakukan
masih kurang mendasar, kurang komprehensif, dan tidak mengatasi masalah-masalah
klasik yang ada. Setiap proyek cenderung menciptakan sistem informasi kesehatan
sendiri dan kurang memperhatikan kelangsungan sistem. Banyak fasilitas komputer
akhirnya kadaluwarsa (out of date) atau rusak sebelum Sistem Informasi Kesehatan
yang diinginkan terselenggara. Yang belum rusak pun pada umumnya bervariasi baik
dalam spesifikasi perangkat kerasnya maupun perangkat lunaknya, sehingga satu sama
lain tidak bersesuaian (compatible).
Sistem informasi dengan manajemen adalah ibarat sistem saraf dengan jaringan
tubuh. Sistem saraf yang baik pun tidak akan ada artinya apabila jaringan tubuh yang
ditopangnya mati (nekrosis). Apa lagi bila ternyata sistem sarafnya pun buruk pula.
Selama ini manajemen kesehatan yang dipraktekkan, khususnya di Daerah dan
tingkat operasional (Rumah Sakit, Puskesmas, dan lain-lain) tidak pernah jelas benar.
Puskesmas mengalami kelebihan beban yang sangat hebat (overburdened) karena
adanya "keharusan dari atas" untuk melaksanakan sedemikian banyak program
kesehatan. Jangankan untuk berperan sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan, untuk
melaksanakan "tugas dari atas" saja sudah tidak sempurna.Rumah sakit masih
terombang-ambing antara manajemen yang harus menghasilkan profit atau manajemen
lembaga sosial. Daerah tidak kunjung dapat merumuskan Sistem Kesehatan Daerahnya
159
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
160
FKM - UNSRAT
Kelemahan ini pun berkait dengan masalah rasio biaya-manfaat yang masih
sangat rendah. Padahal selain investasi, Sistem Informasi Kesehatan juga memerlukan
biaya yang tidak sedikit untuk pemeliharaannya. Banyak investasi yang sudah dilakukan,
khususnya yang berupa pemasangan komputer, pelatihan petugas, pencetakan formulir,
dan lain-lain akhirnya tidak berlanjut karena ketiadaan dana untuk mendukung
kelangsungannya. Apa lagi selama ini ketersediaan dana Daerah umumnya kurang
mencukupi. Oleh karena itu, pemeliharaan Sistem Informasi Kesehatan yang dalam
kenyataannya "tidak bermanfaat", tentu akan kecil prioritasnya dalam pengalokasian
dana.
161
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
162
FKM - UNSRAT
163
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
menjadi faktor yang mengakibatkan lemahnya SIK terutama dalam hal manajemen data.
Jumlah SDM yang tersedia di lapangan masih kurang bila dibandingkan dengan jumlah
inisiatif penguatan SIK secara manual ataupun terkomputerisasi.
Dari evaluasi pengembangan Sistem Informasi Kesehatan hingga saat ini, dapat
disimpulkan isu-isu strategis yang perlu menjadi prioritas untuk ditanggulangi dalam
rencana pengembangan dan penguatan SIK. Isu strategis tersebut adalah :
1. Kemampuan Pengelolaan SIK masih terbatas, antara lain tentang landasan hukum,
kerja sama dan koordinasi.
2. Data dan informasi serta indikator yang perlu dikumpulkan dan digunakan belum
seluruhnya dan setepatnya ditetapkan.
3. Kemampuan sumber data untuk menyediakan data dan informasi pada umumnya
masih lemah.
4. Kegiatan pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta informasi masih belum
menyeluruh, tepat mekanisme dan belum terselenggara secara efektif serta efisien.
5. Dukungan sumber daya terutama sumber daya manusia, Teknologi Informasi dan
Komunikasi, sarana dan prasarana serta pembiayaan masih terbatas.
6. Kemampuan pengembangan dan peningkatan mutu data dan informasi kesehatan
masih kurang.
7. Data dan informasi yang dihasilkan belum sepenuhnya didesiminasikan kepada para
pemangku kepentingan yang berkaitan dan belum digunakan dengan semestinya.
Sistem Informasi merupakan ―jiwa‖ dari suatu institusi, demikian pula Sistem
Informasi Kesehatan merupakan ―jiwa‖ dari institusi kesehatan. Kondisi Sistem Informasi
Kesehatan yang kuat akan mampu mendukung upaya-upaya dari Institusi Kesehatan.
Penguatan Sistem Informasi Kesehatan secara tidak langsung akan turut pula
memperkuat Sistem Kesehatan Nasional. Agar Visi dan Misi Sistem Informasi Kesehatan
tercapai maka upaya penguatan harus terarah, saling terkait dan dengan langkah-
langkah dan strategi yang jelas dan komprehensif oleh karena itu perlu disusun suatu
Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem Informasi Kesehatan.
164
FKM - UNSRAT
165
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Kebijakan
Penyelenggaraan Misi dalam rangka mencapai Visi diatas dilakukan dengan
memperhatikan rambu-rambu dalam koridor kebijakan sebagai berikut:
1. Pengembangan kebijakan dan standar dilaksanakan dalam rangka mewujudkan SIK
yang terintegrasi, yang dapat menyediakan data secara real time yang mudah diakses
dan berfungsi sebagai sistem pendukung pengambilan keputusan (Decision Support
System).
2. Penguatan manajemen SIK pada semua tingkat sistem kesehatan dititik-beratkan
pada ketersediaan standar operasional yang jelas, pengembangan dan penguatan
kapasitas SDM,dan pemanfaatan TIK, serta penguatan advokasi bagi pemenuhan
anggaran.
3. Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk meningkatkan statistik
vital melalui upaya penyelenggaraan Registrasi Vital di seluruh wilayah Indonesia dan
upaya inisiatif lainnya.
4. Penetapan kebijakan dan standar SIK dilakukan dalam kerangka desentralisasi di
bidang kesehatan.
5. Peningkatan penyelenggaraan sistem pengumpulan, pengolahan, analisis,
penyimpanan, diseminasi dan pemanfaatan data/ informasi dalam kerangka kebijakan
SIK terintegrasi.
6. Pengembangan Bank Data Kesehatan harus memenuhi berbagai kebutuhan dari para
pemangku kepentingan dan dapat diakses dengan mudah, serta memperhatikan
prinsip-prinsip kerahasiaan dan etika yang berlaku di bidang kesehatan dan
kedokteran.
7. Pemanfaatan TIK dilakukan dalam menuju upaya pengumpulan data
disaggregate/individu.
8. Pengembangan SDM pengelola data dan informasi kesehatan dilaksanakan dengan
menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan lintas sektor terkait serta terpadu
dengan pengembangan SDM kesehatan lainnya.
9. Pengembangan dan penyelenggaraan SIK dilakukan dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan termasuk lintas sektor dan masyarakat madani.
166
FKM - UNSRAT
10. Peningkatan budaya penggunaan data melalui advokasi terhadap pimpinan di semua
tingkat dan pemanfaatan forum-forum informatika kesehatan yang ada.
11. Peningkatan penggunaan solusi-solusi eHealth untuk mengatasi masalah
infrastruktur, komunikasi, dan kekurangan sumberdaya manusia dalam sistem
kesehatan.
Berdasarkan kepada analisis situasi dan kebijakan yang telah ditetapkan, maka
ditetapkan Strategi Pengembangan SIKNAS yang juga dalam rangka mendukung
pencapaian misi SIKNAS sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan menetapkan kebijakan dan standar SIK.
2. Melakukan evaluasi dan standarisasi indikator kesehatan serta memperbaiki tatacara
pemuktahirannya.
3. Memperkuat pengumpulan data kesehatan berbasis fasilitas dan komunitas.
4. Membangun mekanisme aliran data kesehatan dari lintas sektor.
5. Memperkuat manajemen SIK pada semua tingkat sistem kesehatan.
6. Meningkatkan dan menyelenggarakan sistem pengumpulan, penyimpanan dan
diseminasi data secara sistematis melalui penggunaan TIK
7. Melakukan advokasi dan koordinasi dalam upaya memperkuat sumber daya SIK.
8. Advokasi dan koordinasi penggunaan TIK di sektor kesehatan sebagai alat untuk
meningkatkan manajemen dan pelayanan kesehatan
9. Memperkuat pendanaan, SDM dan infrastruktur
10. Mendorong tersedia dan terlaksananya prosedur yang menjamin kualitas data
11. Mendorong budaya dan melembagakan penggunaan informasi dalam manajemen
kesehatan
12. Mendorong budaya penggunaan informasi di masyarakat luas
Sistem Informasi Kesehatan yang ada saat ini masih terfragmentasidan dikerjakan
oleh berbagai unit atau program. Kebutuhan akan data dan informasi, menyebabkan
167
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
168
FKM - UNSRAT
Indikator kesehatan yang ada saat ini sangat banyak, beberapa terjadi tumpang
tindih satu dengan lainnya (duplikasi), dikelola oleh berbagai pihak, serta tidak
terstandar. Hal ini membebani petugas di lapangan dalam penggumpul datanya karena
terlalu banyak, terkadang datanya tidak bisa dikumpulkan (terlalu sulit), sehingga
mengaki-batkan indikator tidak bisa dipantau. Kondisi ini menyebabkan indikator yang
ada saat ini belum dapat menggambarkan situasi kesehatan secara nyata dan
membebani petugas kesehatan di lapangan.
Untuk memperkuat indikator kesehatan, akan dilakukan koordinasi di tingkat
Pusat. Koordinasi dengan semua pemangku kepentingan dilakukan untuk mengevaluasi
indikator-indikator kesehatan yang ada, mencari duplikasi serta mengevaluasi kesesuaian
dengan standar internasional.Selanjutnya akan disusun dan ditetapkan suatu indikator
kesehatan standar.
Saat ini pengelolaan indikator kesehatan dilakukan oleh berbagai pihak, hal ini
menyebabkan terjadinya indikator yang tidak terstandar. Di masa depan, bila standar
indikator kesehatan yang dikelola satu pintu telah terwujud, Pusdatin sebagai
penanggungjawab akan berkordinasi dengan semua pemangku kepentingan dalam
memastikan standar indikator ini senantiasa termuktahirkan. Untuk ini, akan disusun
169
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
170
FKM - UNSRAT
terintegrasi dalam SIK. Agar data/informasi terkumpul menjadi lengkap dan akurat perlu
adanya koordinasi tukar-menukar data/informasi kesehatan di setiap tingkat administrasi.
Sehingga perlu disusun suatu SPO koordinasi tukar-menukar data.
Saat ini, sistem statistik vital masih lemah sehingga diperlukan inisiatif penguatan
seperti melakukansample registration system (SRS). Balitbangkes dengan bekerjasama
dengan pemangku kepentingan terkait akan mengembangkan SRS untuk mendapatkan
model yang efektif dan feasible. Pelatihan otopsi verbal bagi petugas lapangan akan
diperkuat agar penyebab kematian (cause of death) dapat diperoleh. Dalam upaya
mendukung SRS Pusdatin akan menjajaki pemanfaatan teknologi mHealth untuk
pengumpulan dan pengiriman statistik vital ke tingkat pusat.
Upaya pembangunan kesehatan masyarakat perlu dipantau dengan melakukan
pengumpulan data komposit berupa Indeks Pembangunan Kesehatan yang diperoleh dari
hasil riset berbasis masyarakat dan atau fasilitas. Untuk memantau kesetaraan dan
keadilan gender akan dikembangkan Indeks Kesetaraan dan Keadilan gender. Selain itu
akan dikumpulkan data sosial budaya kesehatan yang merupakan faktor-faktor diluar
kesehatan yang mempengaruhi kesehatan,serta data tumbuhan obat, jamu yang
dimanfaatkan masyarakat Indonesia. Agar dapat mengetahui instalasi farmasi yang
sesuai standar, akan dilakukan inventaris dari sarana penyimpanan, sarana distribusi dan
sarana penunjang di instalasi farmasi provinsi/kabupaten/kota. Pengembangan eHealth
terutama telemedicine memerlukan master patient index agar data dapat bertransaksi,
yang akan dikumpulkan dari fasilitas kesehatan, selain itu akan dikembangkan pula
diseases registry.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan:
1. Menyederhanakan sistem pencatatan dan pelaporan indikator dengan merevisi
petunjuk teknis SIP (Sistem Informasi Puskesmas) dan SIRS (Sistem Informasi
Rumah Sakit).
2. Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan data/ indikator kesehatan
bersumber dari unit -unit lainnya yang terkait dengan SIK
3. Melakukan penguatan koordinasi tukar-menukar data kesehatan di semua tingkat
4. Melakukan studi SRS (Sample Registration System)
5. Mengembangkan dan memperluas inisiatif mHealth untuk pengumpulan data statistik
171
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Saat ini data kesehatan yang bersumber dari lintas sektor yang penting untuk
menjadi dasar melakukan upaya atau intervensi pembangunan kesehatan tidak selalu
mudah diakses. Data ini merupakan data kesehatan yang bersumber dari survei atau
sensus ataupun dari fasilitas lintas sektor yang meliputi data terkait kesehatan
lingkungan, iklim, cuaca, data kesehatan terkait pariwisata, kegiatan lalu lintas
kendaraan/transportasi, ketenagakerjaan, terkait masalah sosial, hukum dan lain-lain. Hal
ini karena belum terjalinnya kerjasama dan tata hubungan kerja terkait aliran data
tersebut. Untuk mengatasinya perlu dilakukan koordinasi untuk mengidentifikasi
data/informasi dan sumbernya serta disusun suatu standar prosedur operasional
mekanisme dan hubungan kerja tentang aliran dan pertukaran data kesehatan dengan
pemangku kepentingan terkait. Selanjutnya akan dijajaki untuk menyusun keputusan
bersama Kementerian/Badan tentang mekanisme dan hubungan kerja terkait
aliran/pertukaran data kesehatan tersebut.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Melakukan identifikasi data/informasi yang bersumber dari lintas sektor
172
FKM - UNSRAT
2. Menyusun SPO mekanisme dan hubungan kerja tentang aliran dan pertukaran data
kesehatan bersama lintas sektor.
3. Menyusun keputusan bersama Kementerian/Badan tentang mekanisme dan
hubungan kerja terkait aliran/pertukaran data kesehatan.
4. Membentuk kelompok kerja lintas sektor untuk koordinasi operasional tentang aliran
dan pertukaran data kesehatan.
173
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
174
FKM - UNSRAT
175
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
pertukaran data ke sistem informasi di unit pelayanan kesehatan baik yang generik
maupun yang tidak. Pusdatin juga akan mengembangkan suatu portal online terpusat
untuk diseminasi informasi sehingga memudahkan akses informasi kesehatan. ―Metadata
dictionary ― juga akan disusun dalam rangka penyempurnaan manajemen SIK. Metadata
sangat diperlukan untuk memahami informasi yang disimpan dalam ―data warehouse―.
Agar sistem baru dapat berlangsung dan terjamin pelaksanaannya di semua
tingkat, perlu dikembangkan dan diterapkan suatu strategi change management. Untuk
itu akan dibuat suatu petunjuk pelaksanaan strategi change management, yang dapat
menjadi acuan bagi semua tingkat dalam pelaksanaannya.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksan
1. Mengembangkan program TIK untuk mengumpulkan, menyimpan, dan diseminasi
data yang sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan.
2. Menjajaki kerjasama pendanaan nasional, internasional dan lokal untuk modernisasi
SIK (komputerisasi).
3. Mengembangkan kebijakan dan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk
mekanisme pertukaran data/informasi diantara pemangku kepentingan dan sistem
informasi dengan penekanan pada prinsip keamanan dan kerahasiaan data/
informasi.
4. Mengembangkan perangkat lunak generik SIKDA.
a. Mengembangkan perangkat lunak SIKDA generik puskesmas dan Dinas
Kesehatan.
b. Mengembangkan perangkat lunak SIKDA generik RS.
5. Menerapkan SIKDA generik di Kabupaten/Kota yang belum mempunyai SIKDA
elektronik.
6. Membangun Data Warehouse / Bank Data untuk meningkatkan penyelenggaraan
manajemen data.
7. Membangun struktur database dan metadata.
8. Mengadopsi protokol untuk pertukaran data dan interoperability.
9. Menyusun dan melakukan sosialisasi data dictionary.
10. Menyusun dan mengembangkan petunjuk strategi change management untuk
menjamin kelangsungan penerapan sistem baru.
176
FKM - UNSRAT
Kualitas Manajemen SIK dapat ditingkatkan melalui penguatan sumber daya SIK,
melalui peningkatan kapasitas SDM, penyediaan anggaran, dan infrastruktur. Penguatan
ini dapat dilakukan berdasarkan hasil penelitian pengembangan SIK pada semua tingkat
yang mengacu pada peraturan dan pedoman operasional yang telah ditetapkan.
Agar upaya penguatan sumber daya SIK dapat terlaksana, maka diperlukan
advokasi kepada pemangku kepentingan terutama dalam kaitan penyediaan anggaran
yang didukung dengan adanya Peraturan Daerah/Gubernur/Bupati/Walikota tentang SIK.
Ketersediaan anggaran menjadi penting karena SIK memerlukan infrastruktur penunjang
dan upaya pemeliharaannya.
Sebagai bahan acuan advokasi SIK, akan dikembangkan penelitian bekerjasama
dengan Perguruan Tinggi tentang ―pemakaian TIK dalam penguatan sistem pengelolaan
informasi kesehatan terhadap dampak kesehatan dan menentukan investasi minimal
(cost per unit) yang diperlukan untuk pelaksanaan penggunaan TIK‖. Hasil penelitian ini
akan diadvokasikan kepada pimpinan tingkat nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota agar
mendapatkan dukungan pendanaan untuk implementasi, operasional, dan pemeliharaan
TIK bagi pengelolaan informasi kesehatan
Upaya berikutnya adalah advokasi kepada pemangku kepentingan terkait
peningkatan kapasitas SDM SIK. Penguatan SDM SIK dilakukan dengan pelembagaan
penggelola SIK sebagai jabatan fungsional. Akan diupayakan pembentukan jabatan
fungsional SIK (Informatika Kesehatan) pada semua tingkat dengan jenjang karir yang
jelas.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah agar mengalokasikan anggaran
operasional dan pemeliharaan SIK secara rutin yang diperkuat antara lain dengan
Peraturan tentang SIK.
2. Melakukan penelitian tentang ―pemakaian TIK dalam penguatan sistem pengelolaan
informasi kesehatan terhadap dampak kesehatan dan menentukan investasi minimal
yang diperlukan untuk pelaksanaan penggunaan TIK‖.
177
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
178
FKM - UNSRAT
Sumber daya SIK harus dijamin ketersediaannya, agar SIK dapat berjalan baik.
Perlu ada dukungan pendanaan yang berkesinambungan baik di pusat maupun daerah
melalui advokasi. Penguatan SDM SIK dilakukan dengan perencanaan kebutuhan tenaga
SDM SIK, pengadaan tenaga SDM SIK melalui pelatihan sesuai kebutuhan,
pendayagunaan tenaga SDM SIK meliputi pendistribusian, pemanfaatan dan
pengembangan, pembinaan dan pengawasan mutu tenaga SDM SIK. Langkah
selanjutnya adalah penguatan SDM SIK pada semua tingkat yang dilakukan melalui
perluasan kursus singkat ―Pemantapan Tenaga SIK‖ dan peningkatan koordinasi dengan
pemangku kepentingan terkait. Pelatihan rutin yang telah berjalan saat ini perlu
diperkuat dengan meningkatkan koordinasi dengan Badan PPSDM Kesehatan dalam
penyelenggaraan pelatihan SDM SIK baik di tingkat Pusat dan Daerah. Pengembangan
program kursus singkat ―Pemantapan Tenaga SIK‖ akan dilakukan melalui kerjasama
dengan Perguruan Tinggi yang akan menjadi ―center of excelent‖ SIK. Hal ini bertujuan
untuk menyediakan materi atau kurikulum standar bagi petugas kesehatan yang bekerja
pada bidang SIK.
Selain itu akan dilakukan pula kajian terhadap pemanfaatan jaringan SIK yang
ada di Kabupaten/kota, untuk mengetahui kendala-kendala dalam pemanfaatannya.
Sehingga dapat dilakukan optimalisasi pemanfaatan jaringan SIK di Kabupaten/kota yang
telah tersambung dan demikian pula di Kabupaten/kota yang baru tersambung. Advokasi
kepada pemangku kepentingan terkait dilakukan untuk meningkatkan infrastuktur melalui
perluasan dan pemeliharaan sambungan jaringan ke seluruh Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota dan Unit Pelayanan Kesehatan (antara lain RS dan Puskesmas).
Diharapkan perluasan sambungan jaringan dapat bekerja sama dengan Kementerian
Komunikasi dan Informatika sehingga dapat memanfaatkan jaringan backbone
179
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
komunikasi nasional.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Mengupayakan penyediaan insentif kinerja bagi pelaksana pengelolaan SIK di
kabupaten/kota,dan provinsi.
2. Memperkuat SDM SIK di semua tingkat melalui :
a. Perencanaan kebutuhan tenaga SDM SIK melalui kajian
b. Pengadaan tenaga SDM SIK melalui pelatihan formal SIK
c. Perluasan perguruan tinggi center of excellent yang melaksanakan program
pemantapan informasi kesehatan bagi petugas SIK.
3. Melakukan kajian tentang optimalisasi pemanfaatan jaringan SIK di Kabupaten/kota.
4. Mengupayakan penyediaan Peralatan TIK untuk Kabupaten/kota dan puskesmas di
daerah terpencil, tertinggal dan kepulauan.
5. Memperluas dan memelihara sambungan jaringan dengan :
a. Memperluas dan memelihara sambungan jaringan ke seluruh Dinas Kese-
hatan Kabupaten/kota.
b. Memperluas dan memelihara sambungan jaringan ke seluruh puskesmas.
c. Memperluas dan memelihara sambungan jaringan ke seluruh RS Pemerintah.
d. Memperluas dan memelihara sambungan jaringan ke seluruh unit kesehatan
vertikal lainnya (UPT).
e. Melakukan kerjasama dengan instansi terkait antara lain Kementerian
Komunikasi dan Informasi
6. Membangun Disaster Recovery Center (DRC) untuk memback up data center
7. Memperkuat pertukaran data melalui penyediaan infrastuktur pertukaran data.
8. Memenuhi standar kompetensi individu pengelola SIK, serta layanan mutu dan
manajemen keamanan informasi infrastruktur.
Kualitas data masih merupakan masalah di bidang kesehatan. Data yang ada
masih belum akurat, belum lengkap dan belum up to date. Karena data belum
mempunyai kualitas yang baik sehingga data ini pun belum layak untuk dipergunakan
180
FKM - UNSRAT
181
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
182
FKM - UNSRAT
memberikan gambaran tentang sesuatu hal. Data dapat pula menjadi knowledge dan
wisdom. Sehingga pertukaran informasi menjadi hal yang penting dalam
mengembangkan wawasan. Untuk itu, perlu dibentuk suatu wadah atau forum- forum
Informatika Kesehatan di Indonesia yang diselenggarakan secara rutin. Pusdatin
berperan memfasilitasi penyelenggaraan forum–forum informatika tersebut, yang
bertujuan untuk menyatukan semua pemangku kepentingan dalam upaya membuat
jejaring dan pertukaran pengetahuan.
Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Mendukung dibentuknya wadah atau forum informatika kesehatan untuk memajukan
kesadaran/pengembangan TIK dalam penggunaan informasi.
183
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
184
FKM - UNSRAT
185
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
kesehatan individu (data disaggregat), data survei, sensus, penelitian dan data lintas
sektor. Platform desiminasi informasi akan berperan sebagai pintu utama akses data
kesehatan dimana semua pemangku kepentingan dan pemakai data kesehatan bisa
mengakses secara online dari mana saja dan melakukan ‖data mining‖ atau
pembuatan laporan secara fleksibel dan terkomputerisasi. Pelaksana tahap ini adalah
Pusdatin Kemenkes.
2. Tahap 2 – Implementasi SIK komputerisasi di semua komponen sistem kesehatan
(puskesmas, RS, dinkes kabupaten/kota/provinsi). Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah mengalokasikan dana dan melaksanakan implementasi ini secara bertahap.
3. Tahap 3 – Pengembangan dan Implementasi mHealth untuk petugas kesehatan di
lapangan. Melihat kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki
banyak lokasi terpencil, mHealth perlu dikembangkan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan, pelaporan, dan pembelajaran.
4. Tahap 4 - Pengembangan dan Implementasi e-Health lainnya, termasuk telemedicine,
distance learning, dll.
SIKDA Generik
Sistem Kesehatan Daerah (SIKDA) Generik ini adalah upaya dari Kemenkes dalam
menerapkan standarisasi Sistem Informasi Kesehatan, sehingga dapat tersedia data dan
informasi kesehatan yang akurat, tepat dan cepat, dengan mendayagunakan teknologi
informasi dan komunikasi dalam pengambilan keputusan/kebijakan dalam bidang
kesehatan di Kabupaten/Kota, Provinsi dan Kementerian Kesehatan. SIKDA Generik
merupakan aplikasi elektronik yang dirancang untuk mampu menjembatani komunikasi
data antar komponen dalam sistem kesehatan nasional yang meliputi puskesmas, rumah
sakit, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan Kementerian
Kesehatan. SIKDA Generik terdiri dari 3 aplikasi sistem informasi elektronik yaitu Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas, Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan, dan
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. SIKDA Generik ini akan didistribusikan kepada
seluruh fasilitas kesehatan dalam rangka pengembangan SIK komputerisasi.
186
FKM - UNSRAT
Pengorganisasian
187
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Organisasi
Pengelolaan SIK merupakan suatu hal yang penting dan tidak mudah sehingga
memerlukan unit khusus yang fokus dan kompeten. Pengelolaan SIK diselenggarakan
oleh semua tingkatkan manajemen kesehatan di pusat maupun daerah dan melibatkan
semua pemangku kepentingan (bidang kesehatan dan selain bidang kesehatan). Berikut
ini diuraikan organisasi penyelenggara di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan
pelayanan kesehatan.
188
FKM - UNSRAT
189
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
BA B
10
Sistem Informasi Rumah Sakit
R umah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk
melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan atau upaya
kesehatan penunjang, yang dapat juga digunakan untuk kepentingan pendidikan
dan pelatihan serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
Undang-undang Tentang Kesehatan juga mengharuskan bahwa pelayanan
kesehatan yang diberikan di rumah sakit harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi
mutu dan perkembangan ilmu kedokteran terkini. Dalam mencapai itu peran manajemen
sangat penting disamping sumber daya pendukung.
Dengan pelayanan yang semakin kompleks diharapkan rumah sakit menyediakan
informasi yang adekuat dalam mendukung terciptanya manajemen pelayanan dan
administrasi yang bermutu untuk meningkatkan kinerja rumah sakit. Disinilah peran
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dikatakan penting, sebagai tulang punggung
manajemen rumah sakit.
Sistem informasi rumah sakit adalah suatu tatanan yang berurusan dengan
pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi, analisa dan penyimpulan
informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit.
Sistem informasi rumah sakit bertugas menyiapkan informasi untuk kepentingan
pelayanan rumah sakit. Subsistemnya antara lain : subsistem pengembangan dan
190
FKM - UNSRAT
subsistem operasional.
Menurut Wandaningsih (1995), ada beberapa aspek penting dari sistem informasi
rumah sakit yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Aspek kualitas
Kualitas suatu aspek informasi tergantung pada tiga (3) hal, seperti keakuratan,
ketepatan waktu, dan manfaat informasi bagi rumah sakit.
2. Aspek dimensi
Terdapat 6 (enam) dimensi informasi yang menunjukkan besar kecilnya suatu
informasi, yaitu : sistem informasi, jenis informasi, metode pengukuran yang dipakai,
waktu kebutuhan informasi, tempat pengambilan keputusan yang membutuhkan
informasi, penggunaan informasi oleh pengambil keputusan
Menurut Austin (1983), secara umum sistem informasi rumah sakit dapat
digolongkan menjadi :
a. Sistem informasi klinik atau medik
Sistem ini dirancang untuk membantu proses audit medis yang dapat menjamin agar
standar mutu pelayanan selalu dipenuhi.
b. Sistem informasi administrasi
Sistem ini dirancang untuk membantu memantau kegiatan pendayagunaan sumber-
sumber untuk pelayanan medis, seperti sistem informasi akuntansi, sistem informasi
logistik dan sistem informasi ketenagaan.
c. Sistem informasi manajemen perencanaan dan pengawasan
Sistem informasi ini ditujukan untuk perencanaan evaluasi penampilan rumah sakit
dan juga untuk menilai dampak pelayanan di masyarakat.
Menurut Siregar (1986), administrasi rumah sakit, anggota dewan rumah sakit
dan staf medis menggunakan sistem informasi untuk mendukung hal-hal berikut :
a. Jaminan oleh kualitas pelayanan
191
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Informasi klinik dari catatan medis penderita bagi proses kesehatan untuk menilai
pelaksanaan diagnostik dan pengobatan di rumah sakit. Sistem Informasi rumah sakit
yang menggunakan komputer dapat menelusuri data seperti ini untuk penilaian
tindakan perbaikan.
b. Perbaikan biaya dan peningkatan produksi
Sistem informasi dengan komputer sangat baik untuk melakukan analisa biaya dan
laporan produksi yang dapat digunakan untuk administrasi rumah sakit untuk
memperbaiki efektifitas kegiatan. Sistem ini dapat mengintegrasi informasi klinik dan
keuangan.
c. Analisa penggunaan dan penaksiran permintaan
Sistem informasi rumah sakit yang lengkap dapat menyajikan penggunaan pelayanan
rumah sakit baik sekarang maupun masa lalu. Informasi ini berguna untuk analisa
efektifitas penggunaan sumber daya dan merupakan dasar bagi peramalan
permintaan masyarakat.
d. Perencanaan program dan evaluasi
Informasi yang digunakan untuk ketiga tujuan diatas merupakan masukan utama
untuk menilai pelayanan saat ini. Bila digabung dengan proyeksi tentang perubahan
penduduk yang dilayani maka sistem ini membantu peramalan program mana yang
akan datang.
e. Penyederhanaan laporan internal dan eksternal
Setiap rumah sakit memerlukan pencatatan yang akurat mengenai informasi medis
dan keuangan.
f. Penelitian klinis
Terutama bagi rumah sakit yang beraliansi dengan institusi pendidikan. Dengan
sistem informasi yang baik maka ini dapat menyajikan informasi bagi kebutuhan studi
longitudinal dan perbandingan.
g. Pendidikan
Sistem informasi yang baik dapat membantu dalam penalaran atau latihan
kedokteran atau profesi kesehatan lain dengan menyajikan data medis masa lalu dan
sekarang untuk kepentingan pendidikan.
192
FKM - UNSRAT
Rekam Medik
Pengertian Rekam Medik
193
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan karena dapat dijadikan
penetapan berapa biaya yang harus dibayar saat menerima pelayanan.
e) Aspek Penelitian (Research)
Suatu berkas rekam medis dapat dijadikan bahan penelitian karena didalamnya
berisikan informasi data medis untuk pengembangan ilmu kesehatan.
f) Aspek Pendidikan (Education)
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan karena isinya disajikan
secara kronologis sesuai dengan kejadiannya mulai dari pemeriksaan, tindakan,
pengobatan dan diagnosa akhir, sehingga dapat dijadikan bahan referensi
pendidikan di bidang profesinya.
g) Aspek Dokumentasi (Documentation)
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi karena isinya menjadi
sumber ingatan yang harus disimpan sebagai bahan pertanggungjawaban laporan
rumah sakit.
Dari beberapa aspek kegunaan rekam medis di atas, terlihat bahwa rekam medis
tidak hanya menyangkut pasien dan pemberi pelayanan saja melainkan mempunyai
kepentingan dan kegunaan yang luas yang secara umum dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil
bagian dalam memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan kepada pasien.
2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/ perawatan yang harus diberikan
kepada seorang pasien.
3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan
pengobatan selama pasien berkunjung/ dirawat di rumah sakit.
4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan kepada pasien.
5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga
kesehatan lainnya.
6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan
pendidikan.
194
FKM - UNSRAT
Rekam Medis di Indonesia telah dikenal semenjak masa pra kemerdekaan, hanya
saja masih belum dilaksanakan dengan baik, penataan atau mengikuti sistem informasi
yang benar tetapi dibuat/ dilaksanakan sesuai selera pimpinana rumah sakit tersebut.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1960, kepada semua petugas
kesehatan diwajibkan untuk menyimpan rahasia kedokteran, termasuk berkas rekam
medis. Kemudian pada tahun 1972 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
034/Birhup/1972, ada kejelasan bagi rumah sakit menyangkut kewajiban untuk
menyelenggarakan medical record. Bab I pasal 3 menyatakan bahwa guna menunjang
terselenggaranya rencana induk (master plan) yang baik, maka setiap rumah sakit :
a. Mempunyai dan merawat statistik yang up to date
b. Membuat medical record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan
Maksud dan tujuan dari peraturan-peraturan tersebut adalah agar di institusi
pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit, penyelenggaraan rekam medis dapat
berjalan dengan baik. Diharapkan dengan diberlakukannya Permenkes No. 749a tahun
1989 tentang Rekam Medis/ Medical Record yang merupakan landasan hukum, semua
tenaga medis dan paramedis di rumah sakit yang terlibat dalam penyelenggaraan rekam
medis dapat melaksanakannya. Dalam pasal 22 disebutkan bahwa hal-hal teknis yang
belum diatur dan petunjuk pelaksanaan peraturan akan ditetapkan oleh Direktur Jenderal
sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
195
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan mendapatkan data primer
dari rumah sakit berdasarkan Sistem Pelaporan Rumah Sakit yang berlaku.
196
FKM - UNSRAT
197
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
198
FKM - UNSRAT
1) RL4, memuat rekapitulasi data jumlah tenaga yang bekerja di rumah sakit
menurut kualifikasi pendidikan dan status kepegawaian.
2) RL4.a. merupakan data individual ketenagaan rumah sakit, memuat data
pribadi, data pekerjaan, pendidikan lanjutan, pengalaman kerja, latihan
jabatan dan status kepegawaian.
2. Periode Pelaporan
Periode pelaporan disesuaikan dengan jenis data yang dikumpulkan, yaitu:
a. Data Kegiatan Rumah Sakit (RL1)
Formulir RL1 dibuat setiap triwulan oleh masing-masing rumah sakit berdasarkan
pencatatan harian yang dikompilasi setiap bulan. Data yang dilaporkan mencakup
keadaan mulai tanggal 1 bulan pertama sampai dengan tanggal 30/31 bulan
ketiga padas etiap triwulan yang bersangkutan.
b. Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Nginap RL2a dikumpulkan
setahun sekali, sedangkan RL2a1 dan RL2c dikumpulkan tiap bulan mencakup
semua pasien yang keluar rumah sakit (hidup+mati) dari semua pelayanan rawat
nginap.
c. Data Keadaan Morbiditas Pasien rawat Jalan RL2b di kumpulkan setahun sekali,
sedangkan RL2b1 dikumpulkan tiap bulan mencakup semua kunjungan yang
datang berobat jalan pada semua unit rawat jalan/poliklinik.
d. Data Inventarisasi ( RL3 )
Formulir RL3 diisi satu kali dalam setahun. Data yang dilaporkan sesuai dengan
keadaan pada tanggal 31 Desember setiap tahunnya.
e. Data Keadaan Ketenagaan Rumah Sakit ( RL4 )
199
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Formulir RL4 dibuat dua kali setahun. Data yang di laporkan sesuai dengan
keadaan pada tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
f. Data Keadaan Peralatan Rumah Sakit ( RL5)
Formulir RL5 dibuat sekali setahun.Data yang di laporkan sesuai dengan keadaan
pada tanggal 31 Desember.
g. Khusus untuk data yang hanya dikirimkan ke Depkes
Seperti formulir data individual mengenai penyakit pasien rawat nginap (RL2.1,
RL2.2, & RL2.3), dibuat bagi setiap pasien yang keluar Rumah Sakit ( hidup &
meninggal) pada tangga! 1-10 bulan Februari, Mei, Agustus dan November.
Sedangkan data individual ketenagaan Rumah sakit (RL4a) dibuat untuk setiap
tenaga sesuai dengan keadaan per 31 Desember dan diperbaharui pada tahun
selanjutnya jika ada perubahan.
200
FKM - UNSRAT
201
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
a. Entry data
Entry data merupakan kegiatan yang paling banyak membutuhkan waktu dan
tenaga dalam hal pengolahan data, karena memindahkan laporan satu per satu
kedalam komputer.Walaupun beberapa aspek komputer mampu mengidentifikasi
kesalahan operator, tetapi akhirnya faktor manusia pula yang menentukan.
Untuk membersihkan data yang salah, dibuatkan list koreksi, yang pada
prinsipnya untuk hal-hal yang berkaitan dengan file yang sudah baku, maka data
tersebut diperbandingkan (match) sehingga dapat diketahui cocok atau tidak.
Apabila tidak sama maka keluarlah list validasi.
Untuk list balancing akan dikeluarkan pada data-data yang dapat dikontrol
jumlahnya, baik sesuai kolom maupun barisnya. Apabila total perincian tersebut
tidak sesuai dengan jumlah yang ada maka keluarlah list balancing.
Sesuai dengan jenis formulirnya, maka data-data yang dikeluarkan dalam list
tersebut berisi kode RS, kode medical record dan sebagainya, dimana selanjut
nya diikuti dengan variabel-variabel yang salah.
202
FKM - UNSRAT
c. Update/Insert
Untuk list yang telah selesai dikoreksi di updatekan dan apabila ada data yang
ketinggalan di insertkan, sebagaimana proses entry data.
Untuk beberapa jenis laporan tertentu dilakukan validasi/balancing lebih dari satu
kali, hal ini untuk menjaga kualitas data.
d. Print (output)
Setelah diyakini data-data sudah bersih maka dibuatkan tabel-tabel sesuai dengan
bentuk-bentuk program komputer yang telah disiapkan.
Dalam bagan dapat digambarkan arus pengolahan data ( lihat lampiran 3).
Kelancaran arus pengolahan data sering terganggu dengan adanya laporan yang
datangnya diluarjadwal pengiriman data.
203
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Data analitis sudah dapat memberikan makna dari pada keadaan sesuatu, jadi
sudah bisa memberikan suatu informasi yang dapat dipakai sebagai bahan tindak lanjut
oleh decision maker.
Penyajian secara analitis kuantitatif sudah diikuti suatu pernyataan bahwa nilai
tersebut mengandung makna kurang, cukup atau lebih. Sedangkan penyajian secara
analitis kualitatif sudah ada satu pernyataan yang memberikan gambaran mutu,
kecenderungan (baik atau kurang).
Untuk menyajikan data yang bersifat analitis, mutlak perlu adanya suatu nilai
parameter dari berbagai indikator penilaian, karena pada dasarnya analisa
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dengan membandingkan antara
keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang diharapkan, sehingga dapat dilakukan
upaya tindak lanjut. Contoh: BOR suatu rumah sakit 60 %. Untuk memberikan
pernyataan apakah nilai 60% tersebut baik atau tidak harus ada suatu nilai parameter
dari BOR yang seharusnya diharapkan. Disamping itu juga harus dikaitkan dengan
indikator-indikator lain yang dipakai untuk menilai tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur RS yaitu LOS, TOI, BTO, karena nilai yang sama dari satu rumah sakit dengan
rumah sakit lain belum tentu memberikan gambaran tingkat efisiensi yang sama.
Penyajian data rumah sakit yang telah dilaksanakan saat ini sebagian besar masih
bersifat deskriptif, meskipun ada juga yang telah disajikan secara analitis kuantitatif. Hal
itu tidak terlepas dari berbagai faktor, diantaranya :
- Belum adanya indikator-indikator berikut nilai parameternya yang sudah dibakukan.
Kalaupun ada lebih banyak masih mengacu pada keadaan di luar negeri.
- Khusus menyangkut data ketenagaan, standard ketenagaan yang berlaku dewasa ini
(Permenkes 262) dirasakan sudah tidak sesuai dengan perkembangan pelayanan
kesehatan masa kini sehingga tidak valid lagi apabila digunakan untuk merencanakan
kebutuhan tenaga, sementara standard-standard lain yang ada masih berupa
rancangan yang belum dibakukan.
204
FKM - UNSRAT
205
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Data Morbiditas
Data yang dapat disajikan diantaranya :
o Pola penyakit
o Jumlah pasien menurut jenis penyakit, kelompok umur, jenis kelamin
o Nosokomial Infection rate
o "Average Post Operative Length of Stay" untuk setiap jenis penyakit dengan
operasi.
o "Average Pre Operative Length of Stay" untuk setiap jenis penyakit dengan
operasi.
o "Average Length of Stay" untuk masing-masing jenis penyakit pasien rawat
nginap
o "Case Fatality Rate", setiap jenis penyakit rawat nginap.
o "Proportional Morbidity Rate", dsb.
206
FKM - UNSRAT
Tujuan dan sasaran suatu program dapat berbeda tergantung dari eselon atau
tingkat perencanaan atau pelaksana yang harus melakukan monitoring atau evaluasi.
Di tingkat operasional rumah sakit, monitoring terhadap indikator program
207
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
208
FKM - UNSRAT
rumah sakit, atau untuk memperbandingkan dan menggambarkan tingkat efisiensi unit
(bagian) didalam rumah sakit sendiri.
Indikator yang selama ini dipakai untuk menilai tingkat efisiensi di rumah sakit
adalah gambaran Grafik Barber- Johnson. Grafik ini digambarkan dari 4 jenis variabel,
yaitu BOR, AvLOS, Turnover Interval dan Bed Turnover Ratio. Kelemahan disini adalah
karena variabel diperoleh dari angka rata-rata, di dalam angka rata-rata ini mengandung
variasi angka yang tidak mungkin kita dapat abaikan begitu saja. Namun walaupun
begitu Grafik ini pasti sangat bermanfaat, terutama untuk memonitor kecenderungan dari
tingkat efisiensi di dalam rumah sakit itu sendiri.
Di Amerika dikembangkan indikator yang lebih tajam lagi untuk menilai tingkat
efisiensi rumah sakit dengan cara memperkecil pengaruh "Case Mix". Indikator yang
banyak digunakan adalah:
- AvLOS pasien pre-operative.
- AvLOS penyakit tertentu yang disebut dengan Tracer Conditions.
Pasien yang harus mengalami operasi biasanya diharuskan terlebih dahulu
menjalani pemeriksaan diagnostik lengkap Radiologi dan Laboratorium atau harus
masuk rumah sakit untuk observasi terhadap keadaan tertentu. Jadi pasien sudah
menggunakan sumber daya rumah sakit tidak sedikit sebelum dia di operasi. Lebih lama
pasien dirawat, atau lebih banyak dia harus menjalani tes diagnostik sebelum saatnya
dioperasi lebih banyak pasien tersebut akan menghabiskan sumber daya rumah sakit.
Disini ada unsur pemborosan yang harus diperhitungkan atau dengan kata lain ada unsur
in-efisiensi. Lebih singkat Av LOS pre-operasi, lebih hemat dan lebih efisien pelayanan
yang diberikan.
Indikator yang lebih tajam lagi untuk menilai efisiensi rumah sakit adalah dengan
cara menghitung Av LOS dari beberapa jenis penyakit tertentu (Tracer Conditions) yang
dicatat di rumah sakit. Perkembangan paling akhir terjadi di Amerika untuk mencari
indikator efisiensi rumah sakit paling andal yang sekaligus digunakan untuk menilai
tingkat mutu pelayanan. Pencarian ini dirintis lewat riset intensif menggunakan teknologi
komputer canggih. Hasilnya adalah penyusunan sekelompok diagnose penyakit yang
dinamakan sebagai Diagnosis Related Group (DRG). Di dalam DRG ini dikumpulkan 83
kelompok besar penyakit dan kemudian masih dibagi menjadi sub-kelompok sehingga
209
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
akhirnya tersusun 383 jenis penyakit. Tiap jenis penyakit dapat dikatakan mempunyai Av
LOS yang tidak berbeda panjangnya, tidak berbeda cara penanganan mediknya, dan
menghabiskan sumber daya yang kurang lebih sama besamya.
DRG disusun dari kumpulan diagnosis penyakit dari ICD ke IX WHO. Pada saat ini
DRG sudah dipergunakan oleh hampir setiap rumah sakit di Amerika untuk menghitung
unit cost penyakit, menyusun tarif, menyusun anggaran belanja, dan untuk
memperbandingkan mutu pelayanan diantara rumah sakit.
Mutu Pelayanan
Konsep dan pengertian tentang mutu pelayanan di rumah sakit agak sulit untuk
dijelaskan karena adanya persepsi sebagian orang bersifat subyektif. Terdapat banyak
sekali variabel bebas yang mempengaruhi pelayanan ini. Negara yang paling banyak
mempersoalkan penilaian mutu dan kemudian melakukan banyak sekali riset tentang
mutu pelayanan rumah sakit adalah negara Amerika. Riset ini dilakukan untuk mencari
jalan keluar dan berusaha untuk memberikan pengertian operasional tentang mutu,
mencari pendekatan untuk menilai mutu dan mencari cara yang tepat dan obyektif
sebagaimana mutu rumah sakit dilakukan. Salah satu hasil dari riset tersebut adalah DRG
yang telah dijelaskan di atas.
Pada umumnya para ahli sekarang sudah sepakat bahwa indikator untuk
membuat analisa tentang mutu pelayanan rumah sakit (bukan mengukur mutu) adalah
sebagai berikut:
a. AvLOS DRG
b. AvLOS Postoperative.
c. AvLOS Tracer Conditions.
d. Net Death Rate Hospital.
e. Infection Rate Postoperative.
f. Postoperative Death Rate.
Pemerataan Pelayanan.
Pemerataan pelayanan rumah sakit mempunyai arti orang dapat diberikan
pelayanan yang lebih banyak, cakupan pelayanan rumah sakit keluar lebih luas, atau
210
FKM - UNSRAT
lebih banyak jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan oleh rumah sakit.
Pengertian pemerataan mengandung unsur wilayah kerja, jumlah penduduk,
dan kesempatan penduduk menggunakan sarana yang tersedia di rumah sakit (tempat
tidur, poliklinik, kamar operasi, unit darurat dan lain sebagainya).Pengertian pemerataan
ini mengharuskan rumah sakit mengetahui luas cakupan pelayanan yang biasanya
disebut dengan "Service Area" atau "Catchment Area" rumah sakit.
Untuk mengetahui luas service area ini ada beberapa cara. Yang paling
sederhana, akan tetapi memakan waktu lama dan rumit, adalah mencatat alamat dari
semua pasien yang pernah datang berobat di rumah sakit. Cara lain adalah menghitung
kelahiran bayi di rumah sakit dibandingkan dengan angka kelahiran bayi di masyarakat.
Rumusannya adalah sebagai berikut:
Pada pelaksanaan Sistem Informasi Rumah Sakit, dijumpai masalah, baik yang
dikarenakan faktor dari luar maupun faktor dari dalam. Permasalahan yang perlu segera
mendapatkan pemecahan dapat di identifikasikan sbb:
211
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
212
FKM - UNSRAT
BAB
11
Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS)
D
alam Sistem Kesehatan Nasional puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam
memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat yang dikenal sebagai
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) strata pertama di setiap kecamatan.
Puskesmas bertanggung jawab atas masalah kesehatan di wilayah kerjanya.
Di dalam sistem kesehatan daerah puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
pada dinas kesehatan kota/kabupaten, dan merupakan unit struktural pemerintah daerah
kota/kabupaten.
GBHN tahun 1993 telah mengamanatkan antara lain tentang perlunya dibangun
suatu sistem informasi yang terpadu dalam rangka meningkatkan daya guna manajemen
pembangunan. Dengan demikian, sistem informasi perlu dikembangkan dalam rangka
mendukung kelancaran proses manajemen institusi kesehatan pemerintah di berbagai
jenjang administrasi, termasuk di tingkat Puskesmas.
Pengembangan sistem informasi manajemen Puskesmas pada hakekatnya bertolak
dari pemahaman bahwa pelaksanaan SP2TP perlu ditingkatkan sehingga tidak hanya
berorientasi pada pencatatan dan pelaporan saja, namun informasi yang dihasilkan oleh
SP2TP itu diharapkan dapat menjadi masukan bagi peningkatan proses manajemen
Puskesmas, perbaikan pelaksanaan kegiatan bulanan maupun rencana operasional tahunan
Puskesmas, dan sebagai dasar penggerakan pelaksanaan staf Puskesmas melalui lokakarya
mininya.
213
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
sistem ini perlu dikonfirmasikan dan dipadukan dengan berbagai informasi yang
dihasilkan oleh sistem lain, dalam upaya mengetahui gambaran keadaan dan masalah
kesehatan di wilayahnya. Dengan mengetahui keadaan dan masalah kesehatan secara
benar, diharapkan dapat diambil langkah-langkah pemecahan atau penanggulangannya
secara memadai.
Pusat kesehatan masyarakat atau yang lebih dikenal dengan Puskesmas adalah
institusi pemerintah paling depan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat diwilayah kerjanya. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
128/MENKES/SK/II/2004, dijelaskan tentang pengertian puskesmas sebagai berikut:
‖Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja‖.
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat dan turut membina peran serta
masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk beberapa kegiatan pokok
kesehatan.
Hingga kini belum ada kesepakatan terhadap batasan istilah Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas (SIMPUS). Definisi yang cukup memadai sebagai berikut :
"Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah suatu tatanan
manusia/peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu proses manajemen
Puskesmas mencapai sasaran kegiatannya". Sumber informasi utamanya adalah SP2TP,
sedangkan informasi lain yang ada, berperan sebagai pelengkap.
Tujuan SIMPUS
214
FKM - UNSRAT
Penyelengaraan SIMPUS
Sumber Informasi
Sebagaimana diketahui, SP2TP terdiri dari komppnen pencatatan dan komponen
pelaporan. Yang terutama dibutuhkan untuk menunjang kegiatan manajemen
Puskesmas adalah komponen pencatatannya, oleh karena informasi yang dapat
dihasilkan dari komponen ini lebih lengkap daripada komponen pelaporannya.
Pencatatan-pencatatan yang utama, antara lain adalah:
1. Kartu individu, seperti Kartu Rawat Jalan, Kartu Ibu, Kartu TB, Kartu Rumah dan
sebagainya,
2. Register, seperti Register Kunjungan, Register KIA, Register Filariasis, Register
Posyandu, dan sebagainya;
3. Laporan Kejadian Luar Biasa dan Laporan Bulanan Sentinel;
4. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK atau Family Folder), yang diberikan khusus
untuk keluarga berisiko antara lain :
- salah seorang anggotanya menderita TB Paru;
- salah seorang anggotanya menderita Kusta;
- salah seorang anggotanya mempunyai risiko tinggi seperti: ibu hamil,
neonatus risiko tinggi (BBLR) dan balita kurang energi kronis (KEK)
- salah satu anggotanya menderita gangguan jiwa.
Di samping SP2TP juga diperlukan informasi dari instansi di luar sektor kesehatan
ataupun sumber-sumber lainnya, seperti informasi kependudukan, hasil kegiatan sektor
215
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
lain yang terkait, seperti BKKBN, Pertanian, Bangdes, Depdikbud, PU, dan lain-lain. Hasil
pengolahan data SP2TP dan informasi lainnya dimanfaatkan untuk meningkatkan
manajemen Puskesmas.
Mekanisme
Mekanisme kerja SIMPUS adalah sebagai berikut:
1. Data SP2TP dan data lainnya diolah, disajikan dan diinterpretasikan sesuai dengan
Petunjuk Pengolahan dan Pemanfaatan Data SP2TP serta Petunjuk dari masing-
masing program yang ada (seperti program ISPA, Malaria, Imunisasi, Kesehatan
Lingkungan, KIA, Gizi, Perkesmas dan sebagainya).
2. Pengolahan, analisis, interpretasi dan penyajian dilakukan oleh para penanggung-
jawab masing-masing kegiatan di Puskesmas dan pengelola program di semua
jenjang adminstrasi.
3. Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interpretasi data SP2TP dan sumber
lainnya, dapat bersifat kualitatif (seperti meningkat, menurun dan tidak ada
perubahan) dan bersifat kuantitatif dalam bentuk angka seperti jumlah, persentase
dan sebagainya. Informasi tersebut dapat berupa laporan tahunan Puskesmas.
Pemanfaatan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan SIMPUS:
1. Informasi yang diperoleh dari SP2TP dan informasi lainnya dimanfaatkan untuk
menunjang proses manajemen di tingkat Puskesmas, sebagai bahan untuk
penyusunan rencana tahunan Puskesmas, penyusunan rencana kerja operasional
Puskesmas, bahan pemantauan evaluasi dan pembinaan.
2. Informasi dari SP2TP dan sumber lainnya akan membantu Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten dalam penyusunan perencanaan tahunan, penilaian kinerja
Puskesmas berdasarkan beban kerja dan pencapaian hasil kegiatan Puskesmas,
sebagai bahan untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan program di
wilayahnya, untuk menentukan prioritas masalah dan upaya pemecahan dan tindak
lanjutnya.
3. Informasi dari SP2TP akan membantu kelancaran perencanaan (P1), penggerakan
216
FKM - UNSRAT
217
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Pelaksanaan SP2TP menganut konsep wilayah kerja Puskesmas. Oleh karena itu
mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas (Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, termasuk Bidan di desa).
Jenis data yang dikumpuikan dan dicatat da!am SP2TP adalah seluruh kegiatan di
Puskesmas yang meliputi data :
1. Umum dan demografi di wilayah kerja Puskesmas.
2. Ketenagaan di Puskesmas.
3. Sarana yang dimiliki Puskesmas.
4. Kegiatan pokok Puskesmas yasig dilakukan di dalam dan di luar gedung
Puskesmas
Variabel atau indikator yang dilaporkan adalah data/informasi yang sensitif,
mudah diperoleh, spesifik dan sederhana, serta bermanfaat untuk pemantauan dan
evaluasi, yang dapat menggambarkan aksesibilitas, masalah, manajemen dan dampak
program. Diharapkan pencatatan di Puskesmas dan laporan yang diterima di Dinas
218
FKM - UNSRAT
Pengorganisasian
Tingkat Puskesmas
1. Pengorganisasian.
a. Penanggung jawab : Kepala Puskesmas
b. Koordinator : Petugas yang ditunjuk Kepala Puskesmas
c. Anggota : Pelaksana Kegiatan di Puskesmas
2. Tugas Penanggung Jawab SP2TP.
a. Kepala Puskesmas bertanggung jawab atas pelaksanaan Sistem
Pencatatan dan Pelapoian Terpadu di Puskesmas.
b. Memberikan bimbingan kepada koordinator SP2TP dan para pelaksana
kegiatan di Puskesmas.
3. Tugas Koordinator SP2TP.
a. Mengumpulkan laporan dari masing-masing pelaksana kegiatan
b. Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan bulanan SP2TP
dan mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
c. Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan tahunan
SP2TP dan mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
paling lambat tanggal 31 Januari tahun berikutnya.
d. Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan.
e. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP kepada Kepala
219
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Puskesmas
f. Mempersiapkan pertemuan berkala setiap 3 bulan yang dipimpin oleh
Kepala Puskesmas dengan pelaksana kegiatan untuk menilai pelaksanaan
kegiatan SP2TP.
4. Tugas Pelaksana Kegiatan.
a. Mencatat setiap kegiatan pada kartu individu dan register yang ada.
b. Mengadakan bimbingan terhadap Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa
c. Melakukan rekapitulasi data dari hasil pencatatan dan laporan
Puskesmas Pembantu serta Bidan di desa menjadi laporan kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya. Hasil dari rekapitulasi ini merupakan bahan
untuk mengisi/membuat laporan SP2TP.
d. Setiap tanggal 5 mengisi/rnembuat laporan SP2TP dari hasil kegiatan masing-
masing dalam 2 rangkap dan disampaikan kepada Koordinator P2TP
Puskestnas. Dengan rincian satu rangkap untuk arsip Koordinator SP2TP
Puskesmas dan satu rangkap oleh Koordinator SP2TP Puskesmas disampaikan
ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten.
e. Mengolah dan memanfaatkan data hasil rekapitulasi untuk tindak lanjut yang
diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya
f. Bertanggungjawab atas kebenaran isi laporan kegiatannya.
Tingkat Kota/Kabupaten
Di Kota/Kabupaten dibentuk Tim SP2TP dengan susunan personalia sebagai
berikut:
1. Pengorganisasian
a. Penanggung jawab : Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
b. Koordinator : Kepala Sub Bagian Tata Usaha
c. Pelaksana : Urusan Rencana dan Informasi
d. Anggota : Pengelola Program
Pengorganisasian di atas didasarkan pada struktur organisasi Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten Pola Maksimal sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri No.21/94 tentang
Pedoman Organisasi dan Tata Kerja, Dinas Kesehatan.
220
FKM - UNSRAT
221
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Tingkat Propinsi
Di Propinsi dibentuk Tim SP2TP dengan susunan personalia sebagai berikut:
1. Pengorganisasian.
Pengorganisasian di tingkat propinsi terdiri dari:
a. Pembina : Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
b. Penanggungjawab : Kepala Sub Dinas Bina Program
c. Koordinator : Kepala Sub Dinas Bina Pelayanan Kesehatan
d. Pelaksana/Sekretaris I : Kepala Sie Puskesmas
II : Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Informasi
Kesehatan
e. Anggota : Pengelola Program
2. Tugas Penanggung Jawab SP2TP.
a. Bertanggung jawab terhadap pelaksana SP2TP tingkat Propinsi.
b. Memberikan bimbingan kepada koordinator, pelaksana dan anggota tim
SP2TP tingkat propinsi, Kota/Kabupaten dan Puskesmas.
c. Mengadakan pertemuan evaluasi berkala setiap 6 bulan sekali dengan
koordinator, pelaksana dan anggota tim SP2TP tingkat propinsi.
3. Tugas Koordinator SP2TP.
a. Mengkoordinir laporan SP2TP yang diterima dari Kota/Kabupaten.
b. Mengirimkan laporan hasil entri/rekapitulasi data SP2TP ke pengelola program
untuk dianalisis.
c. Mengirimkan umpan balik hasil olahan/analisis program setiap triwulan ke
Kota/Kabupaten, paling lambat tanggal 20 dua bulan berikutnya dari triwulan
222
FKM - UNSRAT
yang bersangkutan.
d. Mengirimkan hasil entri/rekapitulasi data SP2TP ke Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan.
4. Tugas Pelaksana/Sekretaris I dan Sekretaris II SP2TP .
a. Mengolah laporan/entri data SP2TP yang diterima oleh koordinator SP2TP
Propinsi
b. Menyampaikan hasil olahan/entri data ke koordinator SP2TP Propinsi.
c. Mengarsipkan laporan SP2TP dari Kota/Kabupaten yang telah diolah/dientri.
d. Menyampaikan hasil olahan Propinsi ke Depkes.
5. Tugas Anggota SP2TP ( Pengelola Program ).
a. Menerima laporan hasil entri/olahan data SP2TP dari koordinator
SP2TP Propinsi,
b. Mengolah dan menganalisis laporan yang diterima dan melaksanakan
tindak lanjutnya.
6. Tim SP2TP juga bertanggung jawab dalam pembinaan pelaksanaan SP2TP di tingkat
Kota/Kabupaten.
Pengelolaan SP2TP
Pencatatan
Kegiatan pokok Puskesmas baik yang dilakukan di dalam gedung maupun di luar
gedung Puskesmas, Puskesmas Tempat Tidur dan Puskesmas Pembantu serta Bidan di
desa, harus dicatat. Dengan demikian perlu adanya mekanisme pencatatan yang baik,
formulir yang cukup serta cara pengisian yang benar dan teliti.
1. Formulir pencatatan.
Formulir pencatatan SP2TP terdiri dari :
a. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK) atau yang disebut "Family Folder".
Yang dimaksud RKK adalah himpunan kartu-kartu individu suatu keluarga yang
223
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
224
FKM - UNSRAT
identitas dan status pasien yang di rawat di Puskesmas yang mempunyai ruang
rawat inap.
e. Kartu Penderita Kusta.
Kartu ini khusus untuk penderita kusta, yang berisi identitas penderita kusta yang
dilayani di gedung Puskesmas.
f. Kartu Indeks Penyakit Khusus Kusta, merupakan alat untuk mengetahui
riwayat dan perkembangan penyakit kusta.
g. Kartu Penderita TB Paru.
Kartu ini khusus untuk penderita TB Paru, yang berisi identitas penderita TB Paru
yang dilayani di gedung Puskesmas
h. Kartu Indeks Penyakit Khusus TB Paru adalah alat untuk mengetahui
keadaan dan perkembangan penyakit TB Paru pasien yang dilayani di gedung
Puskesmas.
i. Kartu Ibu adalah alat untuk mengetahui identitas dan status kesehatan serta
riwayat kehamilan ibu sampai kelahiran bayinya.
j. Kartu Anak adalah alat untuk mengetahui identitas, status kesehatan dan
pelayanan baik pelayanan preventif-promotif maupun pengobatan dan rehabilitatif
yang telah diberikan kepada balita dan anak prasekolah.
k. KMS balita adalah alat untuk mengetahui identitas dan mencatat pertumbuhan
balita dan pelayanan yang telah diperoleh oleh balita tersebut.
l. KMS anak sekolah adalah alat untuk mengetahui identitas dan mencatat
pertumbuhan dan pelayanan yang telah didapat oleh anak sekolah.
m. KMS ibu hamil adalah alat untuk mengetahui identitas dan mencatat
perkembangan kesehatan ibu hamil dan pelayanan kesehatan yang telah diterima
yang bersangkutan.
n. KMS Usila adalah alat untuk mencatat kesehatan usia lanjut secara pribadi baik
fisik maupun psiko-sosialnya, sehingga dapat digunakan untuk memantau
kesehatannya, menemukan penyakit pada usia lanjut secara dini dan menilai
kemajuan kesehatan usia lanjut.
o. Kartu Tumbuh Kembang Balita adalah alat untuk mencatat tumbuh kembang
balita, sehingga apabila terdapat kelainan dapat dideteksi sedini mungkin
225
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
p. Kartu Rumah adalah alat untuk mengetahui dan mengikuti keadaan sanitasi
lingkungan perumahan.
q. Register.
Adalah formulir untuk mencatat/merekap data kegiatan di dalam dan di luar
gedung Puskesmas, yang telah dicatat di kartu-kartu dan catatan lainnya.
Jenis-jenis register dimaksud adalah :
1) Register Nomor Indeks Pengunjung Puskesmas
2) Register Kunjungan
3) Register Rawat Jalan
4) Register Rawat Inap
5) Register KIA
6) Register Kohort Ibu
7) Register Kohort Balita
8) Register Deteksi Tumbuh Kembang
9) Register Gizi
10) Register Kapsul Minyak Beryodium
11) Register Pengamatan Penyakit Menular
12) RegisterKusta
13) Register Pemeriksaan Kontak Penderita Kusta
14) Register Pemeriksaan Anak Sekolah (untuk Peny. Kusta)
15) Register Malaria
16) Register Pes
17) Register Antrak
18) Register Rabies
19) Register Kohort TB Paru
20) Register Kasus DBD
21) Register Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD
22) Register Acute Flaccid Paralysis (AFP)
23) Register Tetanus Neonatorum
24) Register Frambusia
25) Register Filaria
226
FKM - UNSRAT
2. Mekanisme Pencatatan.
Pada prinsipnya seorang pasien yang berkunjung pertama kali atau kunjungan
ulang ke Puskesmas harus melalui loket untuk mendapatkan Kartu Tanda Pengenal atau
mengambil berkasnya dari petugas loket. Pasien tersebut disalurkan pada unit pelayanan
yang dituju. Apabila pasien mendapat pelayanan kesehatan di luar gedung Puskesmas,
maka pasien tersebut akan dicatat dalam register yang sesuai dengan pelayanan yang
diterima.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut:
227
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Pelaporan
Pelaporan terpadu Puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari bulan
Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama.
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat
No.590/BM/DJ/Info/V/96 diberlakukan formulir laporan yang baru. Sedangkan untuk
kebutuhan Dari II dan Propinsi diberikan kesempatan mengembangkan variabel laporan
sesuai dengan kebutuhan, dengan memperhatikan kemampuan/beban kerja petugas di
Puskesmas.
1. Formulir Laporan :
a. Laporan dari Puskesmas ke Kota/Kabupaten.
i) Laporan Bulanan.
i. Data Kesakitan(LB.1)
ii. Data Obat-obatan (LB.2)
iii. Gizi, KIA, Imunisasi dan Pengamatan Penyakit Menular (LB.3)
iv. Data Kegiatan Puskesmas (LB.4)
Kegiatan Puskesmas meliputi : Kunjungan Puskesmas, Rawat Tinggal,
228
FKM - UNSRAT
229
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
2. Frekuensi Pelaporan.
a. Laporan dari Puskesmas ke Kota/Kabupaten.
Laporan ini menggunakan formulir standard yang terdiri dari:
1) Laporan bulanan LB1, LB2, LB3 dan LB4, dilakukan setiap bulan dan paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten
Khusus laporan LB2, 1 kopi laporan dikirimkan pula ke Gudang Farmasi
PropinsiT (GFK).
2) Laporan bulanan sentinel LB1S dan LB2S setiap tanggal 10 bulan
berikutnya dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, Propinsi dan
Pusat (untuk LB1S ke Ditjen PPM & PLP dan LB2S ke Ditjen Binkesmas).
3) Laporan tahunan (LT-1, LT-2, dan LT-3) dikirimkan selambat-lambatnya
tanggal 31 Januari tahun berikutnya.
Khusus untuk laporan LT-2 (data kepegawaian) hanya diisi bagi pegawai
yang baru/belum pernah mengisi formulir Data Kepegawaian
b. Laporan dari Kota/Kabupaten ke Propinsi dan Pusat.
Laporan ini dalam disket hasil entri data/rekapitulasi dari laporan SP2TP.
Frekuensi laporan adalah :
230
FKM - UNSRAT
1) Laporan triwulanan :
Laporan ini dikirimkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dari
triwulan yang dimaksud kepada :
a) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
b) Kepala Kantor Wilayah Depkes Propinsi
c) Depkes RI Cq. Ditjen Binkesmas
2) Laporan tahunan :
Laporan ini dikirimkan paling lambat akhir bulan Februari dari tahun
berikutnya, kepada:
a) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
b) Kepala Kantor Wilayah Depkes Propinsi
c) Depkes RI Cq. Ditjen Binkesmas.
3. Mekanisme Pelaporan.
a. Tingkat Puskesmas.
1) Laporan dari Puskesmas Pembantu dan laporan dari Bidan di desa
disampaikan ke pelaksana kegiatan di Puskesmas.
2) Pelaksana kegiatan merekapitulasi data yang dicatat baik di dalam gedung
maupun di luar gedung serta laporan yang diterima dari Puskesmas
Pembantu dan Bidan di desa.
3) Hasil rekapitulasi oleh pelaksana kegiatan dimasukkan ke formulir laporan
dalam 2 rangkap, untuk disampaikan kepada koordinator SP2TP
Puskesmas.
4) Hasil rekapitulasi oleh pelaksana kegiatan diolah dan dimanfaatkan untuk
tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan
yang menjadi tanggungjawabnya.
b. Tingkat Kota/Kabupaten
1) Pengolahan data SP2TP di Kota/Kabupaten menggunakan piranti lunak
yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan.
2) Laporan SP2TP dari Puskesmas yang diterima oleh Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten (Koordinator SP2TP Kota/Kabupaten), disampaikan
231
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
232
FKM - UNSRAT
233
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Indikator
Berdasarkan sumber data yang ada, selanjutnya dilakukan pengolahan dengan
menggunakan formula dan tabel tertentu akan dihasilkan indikator, yang meliputi:
1. Indikator yang menggambarkan upaya kesehatan.
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan upaya kesehatan telah ditetapkan
oleh masing-masing program/kegiatan, seperti: cakupan vaksinasi campak, cakupan
kunjungan neonatal, cakupan pengobatan TB, cakupan antenatal K1, cakupan TT
WUS, cakupan kasus pneumonia, D/S, dan sebagainya.
2. Indikator yang menggambarkan keadaan umum/lingkungan.
Indikator keadaan umum/lingkungan yang telah ditetapkan oleh masing-masing
program/kegiatan antara lain : % pemeriksaan air bersih, % sekolah yang
melaksanakan kegiatan UKS, % rumah yang memenuhi sanitasi dasar dan
sebagainya.
3. Indikator yang menggambarkan derajat kesehatan.
Indikator yang digunakan antara lain : Pola 10 besar penyakit. Diperoleh dari
pengolahan LB1.
234
FKM - UNSRAT
X = Jumlah kejadian, orang, dan lain-lain yang memiliki satu atau lebih ciri-ciri
tertentu.
Y = Jumlah kejadian, orang yang memiliki satu atau lebih ciri-ciri tertentu,
namun ciri tersebut berbeda dengan ciri-ciri pada kelompok X.
K=1
Contoh:
i. Rasio tambal-cabut gigi (penambalan gigi tetap dan pencabutan gigi tetap).
Jumlah penambalan gigi tetap adalah 100 gigi dan jumlah pencabutan gigi
tetap adalah 150 gigi, berarti rasio tambal-cabut gigi di Puskesmas tersebut
adalah :
100 gigi: 200 gigi = 1/2 atau setiap penambalan 1 gigi tetap ada
pencabutan 2 gigi tetap.
ii. Seks rasio.
Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kecamatan A adalah 875
orang dan 961 orang, berarti seks rasio di Kecamatan A adalah :
961 : 875 = 1,1 atau setiap 10 orang laki-laki ada 11 orang perempuan.
b. Rate.
- Rate adalah suatu ukuran frekuensi suatu peristiwa/kejadian pada suatu
populasi tertentu, baik pada suatu saat maupun selama periode waktu
tertentu.
- Rumus:
X
Rate = xK
Y
X = Jumlah orang di dalam suatu kelompok masyarakat tertentu (berdasarkan
235
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
waktu, tempat dan orang) yang mengalami suatu kejadian (kasus) selama
periode waktu tertentu.
Y = Jumlah orang dalam suatu kelompok masyarakat tertentu selama jangka
waktu yang sama dengan munculnya kasus. Biasanya populasi ini diambil dari
jumlah populasi pada pertengahan jangka waktu tertentu.
K = Suatu angka konstanta yang biasanya dibuat sehingga rate yang terkecil
yang dapat dipakai dalam perhitungan paling kurang satu desimal (4,2/100
bukan 0,42/1000).
- Dalam epidemiologi, rate dipakai sebagai "incidence rate, prevalensi rate dan
attack rate".
Contoh :
Jumlah penderita campak umur < 15 tahun yang berobat ke Puskesmas A tahun
1996 adalah 20 penderita. Jumlah penduduk berumur < 15 tahun pada wilayah
Puskesmas A adalah 1200 orang. Maka incidence rate di wilayah Puskesmas A
pada tahun 1996 adalah :
20 penderita campak berobat umur < 15 tahun x 1000
1200 penduduk berumur < 15 tahun
= 17 penderita per 1000 penduduk < 15 tahun
c. Proporsi
- Disebut pula sebagai distribusi proporsional yaitu persentase (proporsi) di
antara jurnlah keseluruhan peristiwa/kejadian dari suatu seri data yang
muncul dalam suatu kategori dari seri data termaksud.
- Rumus :
X
Proporsi = xK
Y
X = Jumlah kejadian atau penderita dan lain-lain, yang timbul dalam suatu
katagori atau subgrup tertentu dari suatu kelompok yang lebih besar.
Y = Jumlah keseluruhan dari kejadian, atau penduduk dan lain-lain muncul
pada semua kategori dari suatu seri data tertentu.
K = Selalu sama dengan 100
236
FKM - UNSRAT
Contoh :
i. Jumlah Posyandu di Puskesmas B adalah 16, dan 6 diantaranya adalah
Posyandu Pratama. Berarti proporsi Posyandu Pratama pada Puskesmas B
adalah :
6
x100% =37,5%
16
ii. Jumlah sarana air bersih di Puskesmas M adalah 100, dengan rincian Sumur
Gali (SG) 40; Penampungan Mata Air (PMA) 50; dan Sumur Pompa Tangan
(SPT) 10. Dengan demikian proporsi dari masing-masing (jenis) SAB adalah
40 % SG; 50 % PMA dan 10% SPT.
Xi
- Rumus:
X
N
237
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
238
FKM - UNSRAT
iii. Ambil nilai individu yang berada di titik tengah sebagai nilai median dalam
seperangkat data tersebut.
- Rumus :
o ganjil:
Titik Tengah = banyaknya individu dim seperangkat data + 1
2
o genap:
Titik tengah = banyaknya individu dim seperangkat data
2
Contoh :
Sederetan data yang banyaknya individu adalah genap.
- Kunjungan penderita diare di Puskesmas X (Januari-Desember 1995) adalah
58, 30, 46, 68, 84, 81, 15, 156, 79, 92, 88,96
- Buat urutan kunjungan penderita tersebut dari kecil ke besar atau besar ke
kecil.
30, 46, 58, 68, 79, 81, 84, 88, 92, 96, 156
- Titik tengah : 12 : 2 = 6
- Kunjungan penderita diare dengan urutan ke 6 dan ke 7 adalah 79 dan 80,
maka median adalah :
79+81
——— = 80
2
Median biasanya dipergunakan untuk seperangkat data, dimana terdapat nilai
individu yang ekstrim.
239
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
berat adalah 6 kg; 8 kg; 10 kg; 9 kg; 7 kg; 10 kg, 6 kg; 7 kg; 8 kg; 9 kg; 7 kg; 7
kg; maka Mode berat anak balita adalah 7 kg (karena berat anak balita 7 kg ada 4
kali atau yang terbanyak).
Pengolahan Data
Tujuan pengolahan data adalah untuk mengubah data yang telah dikumpulkan
menjadi informasi yang dibutuhkan untuk tujuan tertentu.
Sebelum melakukan pengolahan data terlebih dahulu dilakukan :
a. Koreksi data (data editing).
Setiap data yang dikumpulkan atau diterima, diteliti/dicek kebenaran datanya.
Contoh : ada penderita Tetanus Neonatorum pada umur kelompok 1-4 tahun,
jelas hal ini salah. Karenanya perlu dikoreksi atau diperbaiki.
b. Tabulasi data.
Dari data yang telah dikumpulkan/diterima dibuat "Master table" (tabel utama)
yang merupakan kumpulan data dalam kelompok besar sebelum disajikan dalam
grafik atau tabel.
Dari "Master tabel" data kemudian disajikan dalam bentuk tabel sederhana (yang
hanya 1-2 variabel) atau grafik sehingga mudah dipahami.
Pengolahan data dapat dilakukan secara "Manual" (tangan) dan dengan
komputer. Pengolahan data secara "manual" biasanya menggunakan tabel.
Sedangkan pengolahan data dengan komputer perlu beberapa persyaratan antara
lain adanya "coding data", program pengolahan (untuk entri data) sudah tersedia.
Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan secara sederhana antara lain dengan cara
visualisasi dalam bentuk tabel, grafik batang, garis, dan pie (lingkaran), pemetaan
dan sebagainya.
Tujuan penyajian data dalam bentuk grafik antara lain adalah agar pembaca
dapat melihat secara cepat informasi yang ingin disampaikan tanpa harus melihat
tabel, agar menarik dan mengurangi kejenuhan dalam penyajian data/informasi serta
agar pengambilan keputusan dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
240
FKM - UNSRAT
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat penyajian grafik adalah:
- arah dan tujuan analisis data
- ketersediaan data
- ketersediaan alat bantu pembuatan grafik
- ketepatan dalam memilih salah satu grafik yang akan disajikan, karena masing-
masing grafik mempunyai karakteristik informasi tersendiri.
Bentuk penyajian grafik, antara lain :
i. Grafik batang / balok ( bar chart).
Tujuan dari grafik ini adalah :
- melihat kecenderungan data / pengamatan menurut waktu (dimana
sumbu X berisi data waktu dan sumbu Y menunjukkan frekuensi nilai dari
variabel data).
- Membandingkan beberapa pengamatan data menurut tempat dan jenis
atau kategori tertentu.
ii. Grafik lingkaran ( pie chart).
Bentuk penyajian ini adalah penyajian data yang menggambarkan distribusi
dari suatu data. Biasanya grafik lingkaran penyajiannya berbentuk
persentase. Satu lingkaran menggambarkan proporsi 100%, yang terbagi
menjadi komponen-komponennya
iii. Grafik garis.
Bentuk penyajian ini untuk melihat kecenderungan dari waktu ke waktu dalam
suatu pengamatan. Pada sumbu Y dapat berupa angka mutlak, persentase,
rasio dan rate. Sedangkan pada sumbu X berisi data waktu (tahun, bulan dan
minggu atau hari tergantung kepentingan dan tujuan analisisnya).
iv. Grafik Gambar (Pictogram)
Bentuk penyajian ini digunakan untuk menggambarkan suatu visualisasi data
bagi masyarakat yang tidak biasa membaca data. Biasanya gambar yang
digunakan adalah simbol-simbol atau gambar-gambar tertentu, yang masing-
masing simbol menggambarkan jumlah tertentu,
v. Grafik Peta (Cartogram)
Bentuk dari penyajian ini untuk menggambarkan suatu data (absolut)
241
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Sumber:LB1(SP2TP)
242
FKM - UNSRAT
Data absolut tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Di samping itu, data
tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik garis sebagai contoh berikut ini:
Grafik
JUMLAH PENDERTTA DHF/DBD PER BULAN
DI PUSKESMAS (A) KABUPATEN (X) TAHUN 1993 -1995
b. Persentase
Sebagai contoh:
- Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan termasuk yang didampingi
tenaga kesehatan per desa selama 2 tahun dalam bentuk tabel yang
kemudian dibuat grafik batang, sehingga pola persamaan di desa dapat
dilihat kecenderungannya.
Tabel: Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Termasuk didampingi tenaga kesehatan
Di Puskesmas (B), Kodya (S) Tahun 1994 dan 1995
243
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Grafik
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan
termasuk di dampingi tenaga kesehatan
di Puskesmas (B) Tahun 1994-1995
244
FKM - UNSRAT
Dari laporan LB3 khususnya Gizi, dapat dibuat tabel dan grafik sebagai
berikut:
245
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
c. Rasio.
Misal: Rasio bidan di desa terhadap jumlah penduduk sasaran.
Data Rasio bidan di desa per penduduk sasaran (ibu hamil), didapat dari
jumlah bidan di desa dibagi jumlah penduduk sasaran (ibu hamil) di desa
tersebut. Sebagai contoh sebagai berikut:
246
FKM - UNSRAT
Dari tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata di Puskesmas (S) 1 (satu) bidan di
desa melayani sekitar 40 ibu hamil.
Pemanfaatan Data
Semua data dasar, data sumber daya dan kegiatan dicatat di Puskesmas,
sedangkan pelaporannya (LB1, LB2, LB3, LB4, LT1, LT2 dan LT3) yang dikirim ke
Kota/Kabupaten disesuaikan dengan kebutuhan informasi di tingkat Kota/Kabupaten,
Propinsi dan Pusat.
Dengan demikian hasil pencatatan kegiatan yang relatif lengkap tersebut dapat
digunakan sebagai data sekunder bagi Facility Based Survey.
Pemanfaatan data SP2TP harus dikaitkan dengan prioritas nasional, kesepakatan
global, keterpaduan lintas program dan sektor terkait, masalah penyakit yang berpotensi
KLB/Wabah serta efektivitas pelayanan.
A. Umum.
Informasi yang diperoleh dari pengolahan data SP2TP dapat dipergunakan atau
dimanfaatkan untuk:
1. Pemantauan.
Pemantauan diperlukan untuk mengambil tindakan perbaikan segera dan yang
paling penting untuk dilakukan di tingkat Puskesmas.
247
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
248
FKM - UNSRAT
249
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
sektor tingkat kecamatan, berdasar hasil kegiatan tribulan dan informasi lainnya
disajikan untuk dibahas termasuk untuk ditindaklanjuti oleh yang berkepentingan.
3. Pemanfaatan data untuk pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3).
Untuk Stratifikasi, digunakan data hasil kegiatan tahunan dan hasil olahan SP2TP
termasuk pula informasi lainnya yang diperlukan. Stratifikasi adalah merupakan alat
evaluasi Puskesmas, dimana dalam Stratifikasi hasil kegiatan pokok Puskesmas
selama 1 (satu) tahun kalender dihitung dan dibandingkan dengan indikator yang
ada, sehingga diketahui tingkat/strata Puskesmas tersebut.
Data dari LB-3 dan LB-4 juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk penyusunan
laporan Triwulanan Proyek, khususnya Bagian Proyek PPKM di Kota/Kabupaten ( form
B. 1 .a). Data termaksud misalnya jumlah bumil risti yang ditangani, jumlah
persalinan oleh tenaga kesehatan, jumlah keluarga berisiko yang dibina.
B. Khusus
Pemanfaatan data SP2TP sebagaimana pada ruang lingkup yaitu kartu individu,
register, laporan bulanan dan tahunan adalah sebagai berikut:
1. Data yang terdapat pada kartu individu dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan
informasi mengenai:
- Kelengkapan pelayanan kepada klien.
- Rencana follow-up kasus dan penderita.
- Sebagai dasar untuk merujuk pasien.
- Sumber informasi bagi program dan sektor terkait lain.
- Alat untuk sistim isyarat dini adanya KLB/Wabah dan intervensi
penyakit/keadaan tertentu.
2. Data yang tercantum dalam Kartu Indeks Penyakit dapat dimanfaatkan untuk:
- Alat untuk sistim isyarat dini adanya KLB/Wabah dan intervensi
penyakit/keadaan tertentu.
- Sebagai alat memantau kejadian penyakit di suatu lokasi.
3. Data yang tercantum dalam register dapat dimanfaatkan untuk melihat:
- Jumlah kunjungan kasus: meningkat, menurun atau tetap.
- Menilai kelengkapan pelayanan kepada klien.
250
FKM - UNSRAT
251
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
252
FKM - UNSRAT
Catatan:
- K = kurang
- B = baik
- J = jelek
Setelah dilakukan interpretasi maka terlihat status dan masing-masing desa dan
untuk masing-masing desa. Berdasarkan hasil interpretasi tersebut maka ditentukan
alternatif tindakan sebagai berikut:
253
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
1. Bagi desa yang mempunyai status baik atau cukup, pola penyelenggaraan perlu
diteruskan, mungkin diperlukan beberapa penyesnaian atau peningkatan tertentu.
2. Bagi desa yang mempunyai status kurang atau terutama yang jelek diperlukan
analisa penyebab masalah, sehingga altematif tindak lanjut dapat terfokus untuk
menghilangkan penyebab masalah tersebut.
Setiap keputusan untuk tindak lanjut hams dijabarkan dalam bentuk rencana
operasional jangka pendek (1-3 bulan) sesuai dengan keadaan masalah dan
keadaan daerah (area spesifik) rencana operasional tersebut meliputi :
a. Intervensi dan kegiatan teknis termasuk penyediaan logistik yang
perlu dibicarakan dalam Lokakarya Mini Puskesmas.
b. Intervensi dan kegiatan non teknis yang perlu konsultasi dengan camat,
Tim Penggerak PKK Kecamatan dan pertemuan koordinasi tingkat
Kecamatan.
254
FKM - UNSRAT
BAB
12
Sistem Informasi Geografis
dan Penerapannya
P enggunaan Sistem Informasi Geografi (SIG) meningkat tajam sejak tahun 1980-
an. Peningkatan pemakaian sistem ini terjadi di kalangan pemerintah, militer,
akademis, atau bisnis terutama di negara-negara maju. Perkembangan teknologi
digital sangat besar peranannya dalam perkembangan penggunaan SIG dalam berbagai
bidang. Hal ini dikarenakan teknologi SIG banyak mendasarkan pada teknologi digital ini
sebagai alat analisis.
Sebelum membahas permasalahan teknis Sistem Informasi Geografi (SIG) lebih
dalam, ada baiknya bila terlebih dahulu memahami makna, manfaat, dan peran SIG
dalam penyelesaian permasalahan. Siapakah sebenamya yang dapat terbantu oleh
adanya teknologi SIG ini? Apa kelebihan-kelebihan yang diperoleh dengan menguasai
teknologi SIG? Bagaimana operasionalisasi dari teknologi tersebut agar mendapatkan
hasil yang efektif dan efisien? Pertanyaan-pertanyaan tersebut kiranya dapat menjadi
dasar pemahaman dalam usaha penguasaan teknologi SIG ini.
Seperti tergambar dari namanya, SIG merupakan sebuah sistem yang saling
berangkaian satu dengan yang lain. BAKOSURTANAL menjabarkan SIG sebagai kumpulan
yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan
personel yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi,
255
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Manfaat SIG
Dalam SIG terdapat berbagai peran dari berbagai unsur, baik manusia sebagai
ahli dan sekaligus operator, perangkat alat (lunak /keras) maupun objek permasalahan.
SIG adalah sebuah rangkaian sistem yang memanfaatkan teknologi digital untuk
melakukan analisis spasial. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan lunak
komputer untuk melakukan pengolahan data seperti:
1. Perolehan dan verifikasi
256
FKM - UNSRAT
2. Kompilasi
3. Penyimpanan
4. Pembaruan dan perubahan
5. Manajemen dan pertukaran
6. Manipulasi
7. Penyajian
8. Analisis
Pemanfaatan SIG secara terpadu dalam sistem pengolahan citra digital adalah
untuk memperbaiki hasil klasifikasi. Dengan demikian, peranan teknologi SIG dapat
diterapkan pada operasionalisasi penginderaan jauh satelit. Pengembangan teknologi
penginderaan jauh satelit dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
Mengingat sumber data sebagian besar berasal dari data penginderaan jauh baik
satelit maupun terrestrial terdigitasi, maka teknologi sistem informasi geografi (SIG) erat
kaitannya dengan teknologi penginderaan jauh. Namun demikian, penginderaan jauh
bukanlah satu-satunya ilmu pendukung bagi sistem ini.
Sumber data lain berasal dari hasil survei terrestrial (uji lapangan) dan data-data
sekunder lain seperti sensus, catatan, dan laporan yang terpercaya. Secara diagram hal
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
257
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Data spasial dari penginderaan jauh dan survei terestrial tersimpan dalam basis
data yang memanfaatkan teknologi komputer digital untuk pengelolaan dan pengambilan
keputusannya.
Secara teknis SIG mengorganisasikan dan memanfaatkan data dari peta digital
yang tersimpan dalam basis data. Dalam SIG, dunia nyata dijabarkan dalam data peta
digital yang menggambarkan posisi dari ruang (space) dan klasifikasi, atribut data, dan
hubungan antar item data. Kerincian data dalam SIG ditentukan oleh besamya satuan
pemetaan terkecil yang dihimpun dalam basis data. Dalam bahasa pemetaan kerincian itu
tergantung dari skala peta dan dasar acuan geografis yang disebut sebagai peta dasar.
Data Sistem Informasi Geografi berupa data digital yang berformat raster dan
vektor. Vektor menyimpan data digital dalam bentuk rangkaian koordinat (x,y). Titik
disimpan sebagai sepasang angka koordinat dan poligon sebagai rangkaian koordinat
yang membentuk garis tertutup. Raster menyatakan data grafis dalam bentuk rangkaian
bujursangkar yang disimpan sebagai pasangan angka menyatakan baris dan kolom dalam
suatu matriks.
Sumber data digital dapat berupa citra satelit atau data foto udara digital serta
foto udara yang terdigitasi (scanning). Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi.
Masing-masing sumber data tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, terutama pada
keincian dan keluasan data yang dapat diperoleh. Dengan demikian, pemanfaatan kedua
258
FKM - UNSRAT
259
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
c. Overlay
Yaitu suatu fungsi analisis yang menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data
spasial yang menjadi masukannya. Misalnya hubungan distribusi jumlah penderita
kusta dengan tingkat kepadatan penduduk.
d. Buffering
Yaitu suatu fungsi analisis yang menghasilkan data spasial baru yang berbentuk
poligon atau zone dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya.
Data spasial titik menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran-lingkaran
yang mengelilingi titik-titik pusatnya, misalnya seperti untuk mengetahui jarak
jangkauan pelayanan dari sarana pelayanan kesehatan.
SIG dengan pendekatan analisis keruangan (spatial analysis) akan dapat
mengetahui pemencaran, penjalaran atau penyebaran suatu penyakit yang dikemukakan
dalam teori difusi (Bintarto, 1991), yaitu:
a. Difusi Ekspansi (expansion diffusion)
Yaitu suatu proses dimana informasi, material dan sebagainya menjalar melalui suatu
populasi dari suatu daerah ke daerah yang lain. Difusi ekspansi ada dua jenis, yaitu
1) difusi menjalar (contagious diffusion) dimana proses menjalarnya terjadi dengan
kontak yang langsung antar manusia atau antar daerah, misalnya menjalarnya
penyakit melalui kontak antar manusia, 2) difusi kaskade (cascade diffusion) adalah
proses penjalaran atau penyebaran fenomena melalui beberapa tingkat atau hirarki.
b. Difusi Penampungan (relocation diffusion)
Yaitu merupakan proses informasi, material dan sebagainya yang didifusikan
meninggalkan daerah yang lama dan berpindah atau ditampung didaerah yang baru.
Misalnya seperti perpindahan epidemi dari suatu populasi ke populasi yang lain.
Unsur-unsur dalam proses difusi adalah 1) daerah atau area atau lingkungan
dimana proses difusi terjadi, 2) waktu (time) dimana difusi dapat terjadi terus menerus
atau dalam waktu yang terpisah-pisah, dan 3) item yang dapat berbentuk material
seperti penduduk dan non material seperti penyakit (Bintarto, 1991)
260
FKM - UNSRAT
261
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Memulai ArcView
Untuk memulai penggunaan software Arc View, panggil program ini dari start
menu.
Klik Start
Pilih Program
Pilih ESRI
Pilih ArcView GIS
Cara lain adalah dengan klik ganda pada shortcut Arc View di desktop.
Selanjutnya Arc View akan menanyakan membuat proyek baru atau
memanggil yang sudah ada. Pembuatan proyek baru dilakukan dengan
memilih opsi With a New View. Jika telah terdapat proyek yang akan diolah lebih lanjut
pilih Open an Existing Project. Hasil pengolahan data spasial dalam Arc View disimpan
dalam sebuah proyek dengan ekstensi APR.
262
FKM - UNSRAT
kosong. Isi proyek terdiri dari View, Tabel, Grafik, Layout, dan Script.
263
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
2. Tabel (table)
Tabel merupakan data atribut dari data spasial. Data atribut ini digunakan sebagai
dasar analisis dari data spasial tersebut. ArcView dapat membentuk jaringan basis data
dengan menggunakan fasilitas tabel ini. Arc View dapat menerima tabel dari basis data
lain seperti dBase III, dBase IV, atau INFO.
Hubungan relasional dapat dilakukan sehingga memudahkan analisis spasialnya.
Hubungan yang terbentuk ini memungkinkan pengguna data untuk mengambil dari
berbagai sumber data yang berupa tabel, teks, peta, atau gambar.
3. Grafik (chart)
Grafik merupakan alat penyaji data yang efektif. Dengan menggunakan grafik ini,
ArcView dapat digunakan sebagai alat analisis yang baik terhadap sebuah fenomena. Arc
View memiliki variasi grafik yang beraneka ragam. Masing-masing grafik tersebut
memiliki sifat atau karakteristik terhadap tipe data yang disajikan. Grafik terhubung
dengan data atribut tabel yang berupa data numerik.
264
FKM - UNSRAT
4. Layout (layout)
Layout merupakan tempat mengatur tata letak dan rancangan dari peta akhir.
Penambahan berbagai simbol, label dan atribut peta lain dapat dilakukan pada Layout.
5. Script (script)
Script adalah makro dalam Arc View. Dengan makro ini kemampuan Arc View
dapat diperluas dengan membuat sebuah program aplikasi yang nantinya dapat di Add
Ins pada Arc View. Program aplikasi yang dapat dibuat dengan script ini, misalnya
265
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Arc View dapat menerima berbagai macam sumber data yang selanjutnya akan
diolah. Secara langsung ArcView dapat menerima data vektor yang berasal dari software
Arc Info. Data vektor olahan ini dapat lebih jauh diolah atau langsung disajikan dalam
layout.
Sumber-sumber data lain adalah data yang berasal dari:
- Citra satelit dengan format BSQ, BIL, BIP
- Data raster dengan format BMP, JPG, TIFF
- Data ERDAS
- Data tabular dari Arc Info, dBase
Input data spasial sering disebut dengan digitasi. ArcView memiliki kemampuan
untuk melakukan digitasi. Data hasil digitasi yang berasal dari proses input data disimpan
dalam sebuah Theme yang selanjutnya dapat diolah atau ditransfer ke software lain
untuk pengolahan lebih lanjut.
Mempersiapkan View
Untuk melakukan input data, view harus terlebih dahulu dipersiapkan dengan
cara:
Pilih View pada jendela Project seperti di bawah ini, kemudian klik New.
266
FKM - UNSRAT
267
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Gambar 12.12 Extension dalam sub menu File untuk memperluas format
sumber data
268
FKM - UNSRAT
sehingga isi dari theme tersebut akan tampak pada view atau tidak tampak. Theme aktif
akan tampak pada view dengan urutan susunan yang sesuai dengan urutan menurun
theme pada daftar isi (table of content). Theme aktif ditandai dengan kesan menonjol
pada theme tersebut.
Sebuah view dapat menampung beberapa buah theme. Susunan theme dapat
diatur atau dipindahkan dengan menarik theme tersebut ke atas atau ke bawah. View
akan menampilkan beberapa buah theme yang bertipe point dan arc secara bersama-
sama dengan sebuah theme bertipe poligon. Namun jika terdapat beberapa theme yang
bertipe poligon, view hanya menampilkan theme yang susunannya paling atas. Dengan
demikian, ada baiknya jika akan menampilkan beberapa theme sekaligus, munculkan
theme yang bertipe poligon pada urutan yang paling bawah atau pertama kali dibuka.
Untuk membuat sebuah theme baru, lakukan dengan cara sebagai berikut:
Dari menu utama pilih View, kemudian akan muncul sub menu berikut:
269
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Gambar 12.16 View dengan sebuah sumber data asal Auto CAD
Aktifkan theme tersebut dengan mengklik kotak kecil di depan nama theme
Gambar akan dimunculkan pada view sebelah kanan
Digitasi
Untuk memulai digitasi harus dibuat sebuah theme baru, disamping theme yang
sudah ada yang berisi data peta dasar. Theme baru ini akan diisi dengan data digitasi
yang didasarkan pada peta dasar pada theme yang lain. Hasil digitasi ini tidak akan rancu
atau bercampur pada peta dasar. Ingat, hasil digitasi ini berada pada sebuah theme yang
lain. Kita dapat bayangkan, theme tempat digitasi adalah sebuah plastik transparansi di
atas peta dasar.
Masing-masing theme hendaklah diisi dengan jenis coverage yang sejenis.
Misalnya, theme yang akan berisi jaringan jalan jangan dicampur dengan mendigitasi
coverage jaringan sungai. Kesalahan lokasi penyimpanan hasil digitasi akan
menyebabkan kerancuan dalam pengolahan data selanjutnya.
Tentukan terlebih dahulu tipe feature yang sesuai dengan coverage yang akan
didigitasi. Misalkan untuk mendigitasi sebuah coverage jalan, dipilih tipe feature line;
untuk coverage area, dipilih tipe feature polygon; sedangkan untuk coverage titik seperti
kota, gunung, dan tain-lain, dipilih tipe feature point.
270
FKM - UNSRAT
271
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Pada baris icon terdapat button draw line yang berfungsi untuk
menggambarkan sebuah line baru pada view yang dibuat. Saat button draw line aktif,
pointer pada view berubah menjadi tanda +. Klik sekali pada ujung garis yang akan
dibuat. Klik sekali pada tiap vertek (titik) yang merupakan sebuah belokan atau
lengkungan. Klik ganda untuk mengakhiri garis yang dibuat.
Button line lain yang dapat digunakan adalah draw line to split feature
Dengan ikon ini, setiap garis melewati garis lain yang melintang akan dianggap sebagai
objek baru. Objek garis baru yang terbentuk dapat diedit secara terpisah dari objek garis
sebelumnya.
Objek garis yang tergambar terakhir pada view dianggap sebagai sebuah objek
baru yang terpisah dengan objek-objek lain. Masing-masing objek ditandai oleh 8 titik di
sekeliling objek tersebut.
Berlatihlah melakukan digitasi dengan menggambarkan sebuah coverage.
Misalnya, garis pantai ataujalan.
Berikut adalah beberapa icon yang dapat digunakan untuk membantu digitasi:
Pointer : penunjuk objek aktif. Objek yang akan diedit harus aktif.
272
FKM - UNSRAT
akan diperbesar.
Zoom out : untuk memperkecil gambar tampilan pada view. Cara yang
sama dapat dilakukan seperti pada perbesaran gambar
273
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Penentuan tipe feature dilakukan seperti langkah penentuan tipe feature garis.
Penentuan tipe feature ini dilakukan dengan cara:
Klik View
Pilih New Theme
Setelah theme ditentukan, simpanlah theme tersebut pada lokasi yang (folder)
yang sama dengan theme-theme lain dalam satu proyek. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah pencarian saat dilakukan editing.
274
FKM - UNSRAT
Draw Rectangle
Draw Circle
Draw Polygon
275
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
tersebut
Gambar 12.27
Penambahan objek dengan menggunakan draw line
to split polygon
276
FKM - UNSRAT
Objek baru yang berupa area segitiga merupakan sebuah objek baru yang dapat
dipisahkan dengan objek induknya. Cobalah drag dan tarik keluar objek tersebut dengan
cara:
277
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Menyimpan
Hasil digitasi hendaknya disimpan pada sebuah file agar dapat dilakukan editing di
kemudian hari. Proses penyimpanan merupakan penyimpanan terhadap keseluruhan
proyek tersebut. Hasil penyimpanan tidak hanya menyimpan view, namun ArcView juga
akan menyimpan data tabel, grafik, layout, dan script jika ada. Dengan demikian, dalam
278
FKM - UNSRAT
satu proyek sebenarnya terdiri dari view, tabel, grafik, layout, dan script.
Lakukan penyimpanan dengan menekan ikon save atau melalui menu utama
Arc View:
Klik File dari menu utama
Klik Save Project
Tabel
Tabel merupakan salah satu data atribut dalam data spasial. Beberapa data dari
bagian data spasial tersebut tersimpan dalam tabel. ArcView menyediakan sarana
penyimpan dan pengubah data tabel tersebut. Di samping itu, Arc View dapat menerima
data tabel yang berasal dari dBase dan Arc Info.
Seperti pada sistem basis data lainnya, tabel pada ArcView mengenal konsep Field
dan Record. Field dapat disamakan dengan pengertian kolom pada tabel. Sedangkan
Record dapat diartikan sebagai baris dari tabel tersebut. Suatu tabel dapat dikaitkan
dengan tabel-tabel lain yang menyimpan berbagai data. Dengan demikian, tabel pada
ArcView dapat dibentuk suatu relasional yang memungkinkan pembentukan basis data.
279
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
ArcView hanya akan mengingat lokasi dari tabel yang direlasikan tanpa mengubah bentuk
fisik tabel. Dengan demikian, pengubahan tabel hasil relasional tidak mempengaruhi tabel
aslinya.
Tabel berkaitan dengan file penyimpan data spasialnya. Perubahan pada data
spasial akan mengubah data pada tabel tersebut.
Open Theme Table . Langkah berikut adalah cara untuk membuka tabel dari sebuah
Theme:
Dari Daftar Isi (Table of Content) view pilih theme yang akan dibuat tabelnya.
Pemilihan theme ini membuat theme yang dipilih tersebut aktif.
Klik ikon Open Theme Table . Masing-masing feature akan menampilkan sebuah
record atau baris. Pada awalnya tabel hanya memunculkan field shape dan ID, yang
mana semua shape tergantung dari bentuk objek yang dibuat dan field ID berisi
angka nol.
Dari menu Tabel pilih Start Editing untuk melakukan editing terhadap tabel tersebut.
Pemilihan sub menu ini mengakibatkan tabel siap diedit. (Perhatikan bentuk huruf
judul field yang menjadi tebal). Record yang siap diedit adalah record yang terblok
atau terpilih.
Mengedit Tabel
Saat feature pada sebuah theme dibentuk ArcView secara otomatis membentuk
280
FKM - UNSRAT
sebuah tabel. Tabel tersebut berisi keterangan bentuk dan ID. Bentuk (shape)
tergantung pada jenis feature yang dibuat saat digitasi. Sedangkan ID biasanya belum
terisi atau masih dalam nilai nol.
Editing terhadap sebuah tabel mengharuskan tabel tersebut dalam keadaan siap
edit. Jika tabel belum aktif, maka aktifkan terlebih dahulu.
Pilih Start Editing dari menu Table.
281
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Mengurutkan Data
Pengurutan data dilakukan atas data acak dalam tabel. Data dapat diurutkan
secara menaik (Ascending) atau menurun (Descending). Pengurutan menaik dilakukan
sebagai berikut:
Aktifkan tabel
Klik field yang dijadikan kunci pengurutan
282
FKM - UNSRAT
Pengurutan menurun adalah kebalikan dari proses pengurutan menaik. Klik ikon
283
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Menghapus Field
Field yang tidak diperlukan dapat dihapus untuk menyederhanakan tabel.
Langkah penghapusan field adalah sebagai berikut:
Klik nama field yang akan dihapus
Pilih Edit dari baris menu
Pilih Delete Field
Pilih Yes saat ada pertanyaan "Are you sure to delete field...?"
Menghapus Record
Menghapus record dilakukan dengan cara berikut:
Klik record yang akan dihapus
Pilih Edit dari baris menu
Pilih Delete Record
284
FKM - UNSRAT
LAYOUT PETA
Peta yang telah selesai diedit harus melalui sebuah proses layout untuk siap
cetak. Layout adalah sebuah proses menata dan merancang letak-letak properti peta,
seperti judul peta, legenda, orientasi, label, dan lain-lain. Peta yang dilayout
dimaksudkan untuk memperjelas dan memberikan keterangan yang benar kepada
pengguna peta tersebut.
Peta yang telah dilayout dengan baik akan dapat digunakan sebagai bahan acuan
dalam suatu terapan tertentu. Layout membantu pengguna peta memperoleh informasi
yang akurat.
Menyiapkan Peta
Peta yang akan dilayout harus disiapkan dengan baik. Siapkan peta-peta yang
terkandung dalam theme ke dalam sebuah view. Satu buah view akan memberikan satu
buah tampilan. Aktifkan semua theme yang diperlukan untuk sebuah tampilan layout
peta. Berikut langkah-langkah mempersiapkan layout peta tersebut:
Pilih View dari jendela proyek
Klik New untuk membentuk sebuah view baru
Klik ikon Add Theme untuk menambah sebuah theme ke dalam view tersebut
Misalnya, mengaktifkan theme jalan dan sebuah peta administratif.
Aktifkan theme-theme tersebut dengan klik pada kotak cek di depan nama theme.
Objek-objek yang terkandung dalam kedua theme tersebut akan ditampilkan pada
jendela view.
Jika terdapat tipe feature pada theme-theme yang berupa area, maka sebaiknya
theme yang mengandung feature poligon diletakkan paling bawah. Feature yang
bertipe poligon akan menutup feature-feature lain yang berada di bawahnya.
285
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
286
FKM - UNSRAT
Arc View akan memberikan sebuah jendela layout yang akan mengatur berbagai
atribut peta.
Perhatikan sebuah kerangka dasar (template) layout sebuah peta. Pada template
tersebut tersedia objek judul, peta, legenda, inset, orientasi, skala, dan garis tepi.
Masing-masing objek tersebut dapat diedit atau diubah sesuai dengan fungsi dan
keterangannya.
Beberapa objek merupakan objek yang berkaitan dengan objek-objek lain.
Misalnya objek legenda berhubungan dengan objek peta, di mana jika atribut peta pada
jendela view diubah, objek legenda tersebut akan berubah pula. Hubungan masing-
masing objek tersebut dapat diputuskan jika dilakukan langkah simplify terhadap objek
tersebut. Namun sekali hubungan tersebut diputuskan, maka objek tersebut tidak dapat
dihubungkan lagi. Karena itu pertimbangkan baik-baik jika akan memutus suatu objek.
Ada baiknya jika editing objek yang membutuhkan pemutusan hubungan ini dilakukan
setelah semua objek benar-benar telah terlayout dengan baik.
287
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Dari jendela Print Setup, pilih ukuran kertas pada Paper Size. Klik drop down Size
untuk memilih ukuran kertas yang ada. Misalnya, ukuran kertas A4 untuk kertas Kuarto.
Orientation menentukan layout peta dalam posisi berdiri (portrait) atau memanjang
(Landscape).
288
FKM - UNSRAT
Mengedit Judul
Judul ditempatkan pada objek judul yang terdapat di atas jendela layout. Objek
judul kosong atau belum teredit ditandai dengan nama view yang dilayout.
Klik satu kali pada objek judul tersebut. Objek judul akan terpilih dengan
menampilkan titik-titik objek di sekitamya. Untuk mengubah nama objek judul tersebut
klik ganda pada objek tersebut.
289
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Pada objek judul tersebut dapat diatur posisi teks dari objek. Berikut tiga buah
ikon pengatur posisi teks pada objek.
: Teks rata
Spasikanan
padapada objek
objek diatur melalui pemilihan jarak dari vertical spacing.
Jarak baris yang disediakan adalah 1, 1.5, dan 2. Rotation Angle berfungsi untuk
menentukan kemiringan teks judul pada objek.
Ubahlah judul tersebut dengan nama peta yang diinginkan. Sebagai contoh pada
peta berikut adalah: Peta Administrasi Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo.
Resolusi Grid
Objek yang ada pada layout belum tentu terletak pada tempat yang sesuai.
Kadang-kadang perlu dilakukan penyesuaian letak atau posisi objek tersebut dalam
layout. Untuk menyesuaikan dan menata letak objek tersebut, objek perlu digeser atau
diubah ukurannya sesuai dengan posisi atau ukuran yang semestinya.
Penyesuaian tata letak objek tersebut dapat dilakukan secara manual atau
terpandu dari sistem ArcView. Jika pengaturan tata letak tersebut dilakukan dengan
manual, maka objek perlu digeser atau diubah ukurannya dengan cara menggerakkan
mouse secara interaktif terhadap objek. Saat penggeseran atau pengubahan ukuran ini,
290
FKM - UNSRAT
sering dirasakan adanya kesulitan yang dikarenakan oleh resolusi grid yang kasar. Dalam
hal ini penggeseran akan mengikuti grid yang kasar tersebut.
Agar mempermudah penggeseran dan perbaikan ukuran objek maka ukuran
resolusi grid tersebut perlu diperhalus. Ukuran grid yang halus akan memudahkan
penggeseran dan pengubahan ukuran tersebut.
Ukuran grid secara default dalam jendela layout adalah 0.25, baik grid vertikal
atau grid horizontal. Ukuran ini perlu diubah dengan memperkecil nilai grid tersebut.
Ubahlah nilai tersebut menjadi 0.0025 atau 0.00025 atau nilai-nilai lain yang lebih kecil
dari nilai default.
Untuk mengubah resolusi grid tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Pilih menu Layout
Pilih Properties
Di layar akan muncul jendela layout properties
Ganti nilai default grid spacing horizontal dan vertikal 0.25 dengan nilai lain yang
lebih kecil.
Klik OK
Perhatikan perubahan yang terjadi pada jendela layout. Titik-titik grid yang ada
pada layout tidak tampak, dan jika dilakukan penggeseran objek terasa lebih halus.
Menggeser Objek
Dalam menggeser objek dapat dilakukan dengan cara manual atau terpandu.
Penggeseran secara manual dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Klik objek yang akan digeser
Tunjuk objek tersebut dan drag ke suatu lokasi tertentu yang diinginkan
291
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Mengedit Skala
Skala merupakan faktor yang penting dalam sebuah skala. Skala menentukan
besaran jarak yang tersimbolkan oleh sebuah garis atau jarak pada peta. Satu bagian
jarak tertentu pada peta menggambarkan suatu jarak tertentu di lapangan dengan
satuan panjang yang lebih besar. Skala 1 : 100.000 menggambarkan suatu satuan jarak
di peta satu bagian berbanding dengan jarak di lapangan 100.000 bagian dengan satuan
yang sama.
Perbandingan peta sering menggunakan satuan panjang centimeter. Dengan
perbandingan skala yang demikian, jarak satu sentimeter di peta berarti sama dengan
100.000 centimeter di lapangan atau 1 kilometer.
ArcView dapat menyajikan peta yang dibuat dengan skala yang ditentukan oleh
operator. Pengaturan skala dilakukan dengan cara berikut:
Tunjukkan pomter pada gambar peta
Klik ganda pada posisi peta tersebut
ArcView akan memunculkan jendela berikut:
292
FKM - UNSRAT
293
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Mengedit Orientasi
Orientasi peta merupakan penunjuk arah peta. Simbol orientasi menjadi pedoman
bagi penentuan arah tertentu. Informasi arah sangat penting artinya bagi pengguna
peta, sehingga penempatan posisi simbol orientasi dan bentuk simbol sebaiknya pada
posisi yang mudah dilihat dan menarik.
Orientasi pada peta secara default ditampilkan dalam bentuk seperti berikut ini:
Arc View menyediakan beberapa bentuk simbol orientasi. Bentuk simbol orientasi
dapat diganti dengan cara klik ganda pada simbol orientasi tersebut. Lakukan langkah
berikut untuk mengganti bentuk simbol orientasi arah peta.
Klik ganda simbol orientasi arah yang ada
ArcView menampilkan jendela berikut:
294
FKM - UNSRAT
Lakukan simplify terhadap objek simbol arah tersebut untuk melakukan editing.
Lebih jelasnya lakukan langkah berikut untuk mengedit bentuk simbol orientasi:
Klik pada simbol orientasi
Klik kanan pada simbol tersebut
Pilih simplify
295
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Mengedit Legenda
Legenda adalah pedoman informasi simbol-simbol dalam peta. Simbol yang ada
dalam peta dapat berupa simbol bentuk atau simbol warna spasial. Pada ArcView legenda
berkaitan dengan theme yang aktif pada View. Legenda merupakan objek yang juga
dapat dilakukan simplifikasi. Masing-masing objek yang terpisah hasil simplifikasi dapat
diedit sesuai dengan kebutuhan. Namun perlu diingat bahwa objek yang telah
tersimplifikasi berarti telah putus hubungan dengan sumber theme pada view, sehingga
jika terjadi perubahan pada bentuk atau warna pada simbol legenda tidak akan diikuti
oleh perubahan pada peta.
296
FKM - UNSRAT
Simbol garis pada legenda berupa sebuah garis zig-zag dengan warna tertentu
sesuai dengan warna pada theme dari view yang bersangkutan. Secara umum, simbol
garis pada legenda view berupa garis lurus, sehingga simbol garis pada legenda perlu
diedit atau diluruskan. Pengubahan simbol dari bentuk garis dapat dilakukan setelah
objek legenda disimplifikasi.
Klik ganda pada objek yang akan diedit.
Memberi Label
Untuk melengkapi informasi pada peta perlu diberikan berbagai macam
keterangan-keterangan. Tambahan informasi tersebut berupa atribut peta yang belum
tersedia pada template seperti nama pembuat, tahun pembuatan, nama-nama tempat
pada dan di sekitar lokasi peta, dan lain-lain.
Pemberian label berupa teks dilakukan dengan cara berikut:
297
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
298
FKM - UNSRAT
299
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
300
FKM - UNSRAT
Menyimpan Layout
Agar peta dapat digunakan di lain waktu, maka perlu dilakukan penyimpanan.
Penyimpanan layout peta sama dengan penyimpanan proyek seperti telah dijelaskan di
muka. Layout akan disimpan dalam bentuk file dengan ekstensi .apr. ArcView secara
otomatis akan memberikan ekstensi tersebut ke belakang nama file yang dibuat.
Perlu diingat bahwa untuk menyimpan file harus terlebih dahulu diarahkan pada
folder yang diinginkan terlebih dahulu. Pengalihan nama folder setelah pemberian nama
file akan mengakibatkan nama file tersebut hilang dan berubah ke nama file default
ArcView.
Penyimpanan dapat dilakukan dengan menekan ikon save atau melalui menu File
- Save Project.
Mencetak Layout
Peta akhir dapat dicetak melalui perangkat cetak seperti printer. Layout harus
berada pada posisi yang sesuai dengan ukuran kertas cetaknya. Dengan demikian, saat
layout peta akhir hendak dicetak, pastikan ukuran setup printer telah diatur. Jika ukuran
setup printer belum diatur, aturlah terlebih dahulu melalui Print Setup dari menu File.
301
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
302
FKM - UNSRAT
Kepustakaan
4. Kendall KE. & Kendal JE. Analsis dan Perancangan Sistem, alih bahasa Thamin
Abdul HA. Jakarta : Pearson Education Asia Pte Ltd, 2003.
5. Hicks, JO, Jr. Management Information Systems: a user perspective, Third Edition.
USA : West Publishing Company, 1993.
10. Hartono B., Wandaningsih. Konsep Dasar Sistem Informasi Kesehatan dalam :
Medika No. 11 Tahun 17, November 1991. Jakarta : 1991.
11. Kenney N., Macfarlene A. Identifying problems with data collection at a local level:
survey of NHS maternity units in England. BMJ, 1999: 319: 816-22.
12. Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional 2004. Jakarta: Depkes RI, 2004.
14. Depkes RI. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), Buku 1: Konsep
Dasar SIMPUS. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 1997.
303
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
17. Depkes RI. Sistem Informasi Geografis (SIG). Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Ditjen P2M & PL, Tanpa tahun.
18. WHO. Developing health management information systems: a practical guide for
developing countries. Geneva: WHO, 2004.
304
Lampiran-Lampiran
iii
Contoh-Contoh Tabel
Jumlah
IMUNISASI
Desa/Kelurahan
DPT POLIO CAMPAK BCG
Jumlah
iv
Contoh Tabel Distribusi Frekuensi
Jumlah Pasien
Golongan Umur
Laki-laki Perempuan Total
0-<1
1-<5
5 - < 10
10 - < 15
15 - < 20
20 - < 25
25 - < 30
30 - < 35
35 - < 40
40 - < 45
45 - < 50
50 +
Jumlah
v
Contoh-Contoh Penyajian
vi
vii
viii
ix
Tugas Akhir
SISTEMATIKA:
BAB I: PENDAHULUAN (Pembangunan Kesehatan hubungannya dengan Program)
BAB II: GAMBARAN UMUM LOKASI
A. GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFI
B. SOSIAL EKONOMI
C. STATUS KESEHATAN DAN SARANA KESEHATAN
BAB III: ANALISIS SITUASI PROGRAM
A. PELAKSANAAN PROGRAM
B. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PROGRAM
BAB IV: PEMBAHASAN
A. ANALISIS MASALAH
1. Pelaksanaan Program (Cakupan/Kinerja dan Sumber Daya dll), divisualisasi
dalam bentuk analisis geografis (peta tematik)
2. Sistem Informasi (Indikator, Proses Informasi, Sumber Daya)
B. ANALISIS PEMECAHAN DAN TINDAK LANJUT
1. Pelaksanaan Program
2. Sistem Informasi Manajemen Program
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Pembagian Kelompok:
1. Program Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak
2. Program Perbaikan Gizi
3. Program Imunisasi
4. Program Pemberantasan Penyakit TB Paru
5. Program Pemberantasan Penyakit ISPA/Malaria
6. Program Pemberantasan DBD
7. Program Kesehatan Lingkungan
8. Program Promosi Kesehatan