You are on page 1of 19

BAB IV

TES ANALISA GRADASI BUTIRAN

 ANALISA GRADASI BUTIRAN


- Dasar Teori
Mekanika mekanisme dari tanah adalah menentukan variasi ukuran partikel yang
ada pada tanah. Variasi itu dinyatakan dalam persentase dan berat kering total, cara umum
untuk mendapatkan distribusi ukuran partikel tanah diantaranya dengan analisa saringan.
Analisa saringan menggunakan satu set ayakan yang mana lubang – lubang ayakan
semakin kecil diameternya .
Tanah Butir:
1. Kerikil (Gravel) : ≥ 4,75 mm
2. Pasir (Sand) : 4,75 mm – 0,075 mm
3. Lanau (Saill) : ≤ 0,075 mm

Dari tes analisa saringan kita dapat menentukan pembagian butir tanah dengan
mendistribusikan ukuran butir dalam gambar, dalam kertas logaritma kita dapat
memperoleh suatu gradasi tanah, yaitu gradasi baik, gradasi buruk dan gradasi sebagian.
Gradasi baik apabila tidak ada partikel yang mencolok dalam suatu perentang distribusi,
gradasi tanah buruk jika partikel tanah yang berbutir besar terhadap keloncatan ukuran
yang mencolok dan gradasi tanah sebagian jika partikel tanah tersebut mempunyai ukuran
yang seragam antara satu dengan yang lain. Untuk menentukan gradasi tanah kita dapat
mencari dengan rumus.
D60
CU =
D10
D302
CC =
D60xD10

Dimana :
CU = Koefisien keseragaman
C = Koefisien gradasi atau koefisien kelangsungan
CC = Koefisien gradasi kelengkungan
D60 = Diameter yang sesuai dengan 60% lolos
D30 = Diameter yang sesuai dengan 30% lolos
D10 = Diameter yang sesuai dengan 10% lolos

Tanah dapat dikatakan bergradasi baik apabila tanah tersebut mempunyai koefisien gradasi
kelengkungan (CC) antara 1 sampai dengan 3 sebagai berikut:
1. Menghitung persentase dari berat tanah yang tertahan :

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛


Rn = x100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

2. Persentase komulatif dari tanah yang lolos ayakan nomor n :

𝑡=𝑛
∑ Rn
𝑖=1

3. Persentase komulatif dari tanah yang lolos melalui ayakan nomor n :

𝑡=𝑛
100 - ∑ Rn
𝑖=1

- Tujuan Praktikum
Menentukan gradasi atau pembagian ukuran butir tanah (grain size distribution)
dari suatu sampel tanah dengan menggunakan suatu saringan dengan berbagai macam
ukuran dari yang terbesar hingga terkecil yang disusun menjadi satu kesatuan.

- Alat Praktikum
1. Satu set saringan
Berfungsi untuk membagi ukuran butiran sesuai dengan masing – masing ukuran
saringan dengan susunan sebagai berikut :
 Ukuran 9.50 mm
 Ukuran 4.75 mm
 Ukuran 2.00 mm
 Ukuran 1.18 mm
 Ukuran 0.600 mm
 Ukuran 0.425 mm
 Ukuran 0.150 mm
 Ukuran 0.075 mm
 Pan

Gambar 1.1 satu set saringan


2. Oven
Digunakan untuk memanaskan atau mengeringkan butiran dengan tujuan
menghilangkan kandungan air yang tercampur dalam butiran dengan menggunakan
suhu 100-110 derajat celcius.

Gambar 1.2 Oven

3. Neraca
Digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan data berat benda uji, maraca yang
digunakan adalah neraca dengan ketelitian 0.1 gram.

Gambar 1.3 Neraca

4. Wadah butiran
Wadah ini boleh menggunakan apa saja untuk menampung butiran dan usahakan
agak besar supaya butiran tidak mudah tumpah.
Gambar 1.4 Wadah Butiran

5. Sikat kuningan
Sikat ini memiliki seperti serabut besi fungsinya adalah untuk membersihkan sisa
butiran yang tersangkut pada lubang-lubang saringan yang berdiameter kecil.

Gambar 1.5 Sikat kuningan

6. Sampel butiran
Gunakan sampel butiran dengan berat secukupnya antara 500-1000 gram.

Gambar 1.6 Sampel butiran

7. Alat tulis
Sediakan alat tulis berupa bolpoin, kertas/buku, modul,dll, untuk mencatat data
yang telah dilakukan pengujian.

Gambar 1.7 Alat tulis


8. Stopwatch
Digunakan untuk menentukan lamanya waktu yang dibutuhkan ketika
mengguncang butiran dalam saringan.

Gambar 1.8 Stopwatch

9. Mesin pengguncang
Digunakan untuk mengguncang satu set saringan yang sudah dimasuki sampel
butiran dari saringan yang paling atas kemudian diguncang agar butiran tertahan di
masing-masing saringan yang sesuai dengan ukuran butiran tersebut.

Gambar 1.9 Mesin pengguncang


- Tata cara Praktikum
1. Mencari sampel butiran secukupnya, apabila sampel masih basah atau terdapat
kandungan air maka harus di oven dulu selama24 jam agar benar-benar kering.
2. Jika sudah kering ambil sampel dengan berat sekitar 500-100 gram untuk dilakukan
tahap uji yang selanjutnya
3. Kemudian susun saringan dari yang paling atas adalah saringan dengan diameter paling
besar sampai paling bawah adalah saringan dengan diameter paling kecil dan susunan
paling bawah adalah pan, paling atas adalah penutup saringan.
4. Langkah selanjutnya timbang sampel beserta wadahnya dengan menggunakan neraca
sehingga didapatkan berat wadah + butiran
5. Selanjutnya masukkan sampel butiran kedalam saringan yang telah disusun seperti
pada poin nomor 3 dan masukkan sampel melalui ssaringan paling atas atau yang
berdiameter paling besar.
6. Setelah seluruh sampel telah dimasukkan kedalam saringan kemudian tutup bagian
paling atas saringan dan saringan pun telah siap untuk diguncang
7. Kemudian kendorkan baut-baut pengikat saringan yang ada pada mesin pengguncang
kemudian pasang satu set saringan tersebut dan kencangkan kembali bautnya.
8. Selanjutnya nyalakan mesin pengguncang dan biarkan saringan diguncang selama 10-
15 menit.
9. Setelah selesai, lepaskan semua baik pengikatnya maupun saringannya kemuadian
timbang lagi sampel butiran yang tertahan di masing-masing saringan dan jangan lupa
untuk dicatat data beratnya.

- Perhitungan Data
Berat tempat = 539 gr
Berat tempat + pasir = 1539 gr

Tabel 2.1 Perhitungan Analisis Saringan


Diameter Berat Tempat + Pasir Berat Pasir % ∑ ∑
Saringan Ayakan Tertahan Yang Tertahan %Tertahan %Lolos
(gr) (%) (%) (%)
(mm) Tertahan (gr)
3/8" 9,500 539 0 0 0 100
4 4,750 559 20 2,03 2,03 97,97
10 2,000 572,4 33,4 3,4 5,43 94,57
20 1,180 603 64 6,5 11,93 88,07
30 0,600 728 189 19,24 31,17 68,83
40 0,425 706 167 17 48,17 51,83
100 0,150 949,5 410,5 41,78 89,95 10,05
200 0,075 610 71 7,23 97,18 2,82
PAN 566,7 27,7 2,82 100 0
Jumlah 982,6 100%
1.Perhitungan Untuk Saringan No. 3/8’’ :
a. Menghitung persentase tertahan :
0
= 982,6 𝑥100 = 0%

b. Menghitung % komulatif tertahan :


= 0 + 0 = 0%

c. Menghitung % komulatif lolos :


= 100 – 0 = 100%

2.Perhitungan Untuk Saringan No. 4 :


a. Menghitung persentase tertahan :
20
= 982,6 𝑥100 = 2,03%

b. Menghitung % komulatif tertahan :


= 0 + 2,03 = 2,03%

c. Menghitung % komulatif lolos :


= 100 – 2,03 = 97,97%

3.Perhitungan Untuk Saringan No. 10 :


a. Menghitung persentase tertahan :
33,4
= 982,6 𝑥100 = 3,4%

b. Menghitung % komulatif tertahan :


= 2,03 + 3,4 = 5,43%

c. Menghitung % komulatif lolos :


= 100 – 5,43 = 94,57%

4.Perhitungan Untuk Saringan No. 20 :


a. Menghitung persentase tertahan :
64
= 982,6 𝑥100 = 6,5%

b. Menghitung % komulatif tertahan :


= 5,43 + 6,5 = 11,93%

c. Menghitung % komulatif lolos :


= 100 – 11,93 = 88,07%
5.Perhitungan Untuk Saringan No. 30 :
a. Menghitung persentase tertahan :
189
= 982,6 𝑥100 = 19,24%

b. Menghitung % komulatif tertahan :


= 11,93 + 19,24 = 31,17%

c. Menghitung % komulatif lolos :


= 100 – 31,17 = 68,83%

6.Perhitungan Untuk Saringan No. 40 :


a. Menghitung persentase tertahan :
167
= 982,6 𝑥100 = 17%

b. Menghitung % komulatif tertahan :


= 31,17 + 17 = 48,17%

c. Menghitung % komulatif lolos :


= 100 – 48,17 = 51,83%

7.Perhitungan Untuk Saringan No. 100 :


a. Menghitung persentase tertahan :
410,5
= 982,6 𝑥100 = 41,78%

b. Menghitung % komulatif tertahan :


= 48,17 + 41,78 = 89,95%

c. Menghitung % komulatif lolos :


= 100 – 89,95 = 10,05%

8.Perhitungan Untuk Saringan No. 200 :


a. Menghitung persentase tertahan :
71
= 982,6 𝑥100 = 7,23%

b. Menghitung % komulatif tertahan :


= 89,95 + 7,23 = 97,18%

c. Menghitung % komulatif lolos :


= 100 – 97,18 = 2,82%

d.Perhitungan Untuk Saringan No. PAN :


a. Menghitung persentase tertahan :
27,7
= 982,6 𝑥100 = 2,82%

b. Menghitung % komulatif tertahan :


= 97,18 + 2,82 = 100%

c. Menghitung % komulatif lolos :


= 100 – 100 = 0%

Grafik 3.1 Distribusi Ukuran Butiran Analisis Saringan

- Analisa Praktikum
Berdasarkan data dari analisis saringan yang dilakukan, maka dapat di analisis melalui
kurva distribusi bahwa klasifikasi tanah berdasarkan USCS, dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
- Kerikil 76,2 s/d 4,75 (mm)  0%
- Pasir 4,75 s/d 0,075 (mm)  97,883%
- Halus (lanau dan lempung) < 0,075 (mm)  2,117%
Berdasarkan American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO), tanah tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Kerikil 76,2 s/d 2 (mm)  18,11%
- Pasir 2 s/d 0,075 (mm)  97,883%
- Halus (lanau dan lempung) < 0,075 (mm)  2,117%

Tabel 2.2 Klasifikasi Tanah AASHTO

Sumber : H.C. Hardiyatmo (210;65)

- Kesimpulan
Dari hasil analisis gradasi diperoleh bahwa butiran tanah dikelompokkan sebagai tanah
berbutir kasar (coarse-grained soils). Pada bagian tanah yang kasarnya, persentasenya cukup
banyak, yaitu 97,883 %. Dan pada bagian tanah kasarnya ini, terdapat sand (pasir) dan jumlah
gravel (kerikil) yaitu 18,11%.
 TES ANALISA HIDROMETER
- Dasar Teori
Hidrometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur massa jenis suatu
zat cair dan prinsip kerjanya menggunakan Hukum Archimedes, yang menyatakan bahwa
benda yang tercelup ke dalam fluida mengalami gaya ke atas seberat fluida yang
dipindahkan. Di dalam Hidrometer terdapat zat cair yang massa jenisnya lebih besar
daripada massa jenis air, dan di bagian bawah hidrometer terdapat timbal yang berfungsi
untuk membuat tabung kaca terapung tegak di dalam fluida yang akan diukur massa
jenisnya. Proses pengukuran massa jenis zat cair menggunakan Hidrometer dilakukan
dengan cara menentukan Hidrometer ke dalam zat cair tersebut. Angka yang ditunjukkan
oleh Hidrometer telah dikalibrasi sehingga akan menunjukkan nilai massa jenis zat cair
yang diukur.
Hidrometer biasanya terbuat dari kaca dan terdiri dari sebuah batang silinder dan
bola pembobotan dengan merkuri (raksa) untuk membuatnya mengapung tegak. Cara kerja
hidrometer didasarkan pada prinsip Archimedes, dimana benda padat yang tersuspensi
pada fluida (dalam praktikum, benda padat yang dimaksud adalah tanah) akan terkena gaya
ke atas sebesar gaya berat fluida yang dipindahkan. Dengan demikian, semakin rendah
kerapatan zat tersebut, semakin jauh hydrometer tenggelam. Seberapa jauh hidrometer
yang tenggelam dapat di lihat dari skala pembacaan yang terdapat pada hidrometer itu
sendiri.

Gambar 5.1 Alat Hidrometer


Dasar tes ini adalah hukum stokes untuk jatuhnya bola dalam cairan kental dimana
kecepatan terminal jatuh tergantung dari diameter butir dan kepadatan tanah dalam
suspensi dan cairan sehingga diameter butir dapat dihitung dari data tentang jarak dan
waktu jatuh. Hydrometer juga dapat menentukan berat jenis dari suspensi dan jika
memungkinkan, persentase partikel dan diameter partikel tertentu setara untuk dihitung.
Praktikum ini didasarkan pada hubungan antara kecepatan jatuh dari suatu butiran
di dalam suatu larutan, diameter butiran, berat jenis butiran, berat jenis larutan dan
kepekatan larutan tersebut. Hubungan tersebut dapat dijabarkan oleh hukum Stokes
sebagai:
2𝑦𝑠−𝑦𝑤 𝐷
V= ( )2
9𝑦 2

2 9𝑛𝑣
D= √
2𝑦𝑠−𝑦𝑤

V = Kecepatan jatuh dari butiran (cm/s)


ys = Berat jenis butiran (gr/𝑐𝑚3 )
yw = Berat jenis larutan (gr/𝑐𝑚3 )
n = Kepekatan larutan (dyne.s/𝑐𝑚2 )
D = Diameter butiran (cm)

Sedangkan batasan dari hokum Stokes adalah


1. Hukum ini hanya berlaku jika : 0,0002 mm < D < 0,2 mm
2. Butiran yang lebih besar dari 0.2 mm akan menyebabkan turbulensi pada larutan,
sedangkan butiran yang lebih dari 0.0002 mm cenderung akan melakukan gerak Brown
(hal ini dipengaruhi oleh gaya tarik dan tolak antar partikel)
3. Jumlah sampel yang dipergunakan harus jauh lebih sedikit dari pada butiran yang
dipakai (±5 %) ini dilakukan agar tidak terjadi interferensi selama pengendapan
berlangsung. Menurut Bowles, hidrometer tipe 151 H dikalibrasi untuk suspensi larutan
yang mengandung 60 gram dalam 1000 ml air
4. Butiran tanah diasumsikan bundar, walaupun asumsi ini tidak 100 % benar. Tanah–
tanah yang akan dipakai harus diuraikan dengan bahan dispersi berikut:
- untuk tanah yang bersifat alkali/basa diberi sodium metafosfat (NaPO3) dengan
nama dagang Calgon.
- untuk tanah yang bersifat asam diberi sodium silikat (Na2SiO3) dengan nama
dagang Water Glass
𝐿
V=
𝑡
𝑣𝑏
𝐿2 = 𝐿1 + 0,5 (𝐿2 - )
𝑎
Dengan :
V = Kecepatan jatuh dari butiran
L = Tinggi jatuh butiran
T = Waktu
Vb = Volume bulb hidrometer
A = Luas penampang hidrometer
Untuk yang sudah koreksi:
Rc = Raktual – Zero correction – CT
Dengan:
CT = Koreksi terhadap temperatur yang dilihhat pada tabel

Untuk Gs = 2,5 rumus yang dipakai :


𝑅𝑐 𝑥 𝑎
%finer = x100%
𝑊𝑠

Sedangkan untuk Gs > 2,5 :


𝑅𝑐 𝑥 𝑎
%finer = x100%
𝑊𝑠
Dimana :

𝐺𝑠𝑥1,65
a=
(𝐺𝑠−𝐺𝑤)2,65

Atau harga a dapat dilihat pada tabel untuk mempermudahkan perhitungan

30𝑛𝐿
D = √(𝐺𝑠−𝐺𝑤)980𝑡

𝐿
D= K√
𝑡
Keterangan :
- Satuan L (cm0 dan t (menit)
- Koefisien K dapat dilihat pada tabel (lampiran)

Setelah % finer dan D yang saling terkait telah dihitung, maka didapat suatu grafik
distribusi butiran. Dari grafik ini akan dapat D10, D30, D60 dengan cara sebagai berikut:
D10 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak 10 %
(%finer = 10%)
D30 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak 30 %
(%finer = 30%)
D60 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak 60 %
(%finer = 60%)
Sehingga koefisien keseragaman (CU) didapatkan rumus :
𝐷60
Cu =
𝐷10

Selain itu koefisien curvature (kelengkungan) CC, dapat dirumuskan:


𝐷30 𝑥 𝐷30
Cc =
𝐷10 𝑥 𝐷60

Untuk menentukan pembagian butiran tanah yang lolos saringan no. 200 dengan
cara pengendapan (hidrometer) dan lengkung gradasinya.

- Alat dan Bahan


1. Alat ukur hydrometer type 151-H
Sebagai alat baca karakteristik cairan atau kepadatan dalam cairan

Gambar 6.1 Alat Ukur hydrometer

2. Mesin pencampur (Mixer)


Digunakan untuk mencampur padatan atau bahan uji dengan cairan

Gambar 6.2 Mixer


3. Dua gelas silinder dengan volume 1000 cc
Tabung atau silinder ini digunakan sebagai wadah cairan yang telah dicampur
untuk dilakukan tahap uji selanjutnya

Gambar 6.3 Gelas Silinder 1000cc

4. Gelas silinder dan gelas ukur


Digunakan untuk tahap penakaran berapa ml campuran cairannya

Gambar 6.4 Gelas ukur

5. Neraca atau Timbangan


Digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan data berat benda uji, maraca yang
digunakan adalah neraca dengan ketelitian 0.1 gram

Gambar 6.5 Neraca


6. Alat tumbuk dan saringan no.200
Digunakan untuk memecah partikel yang menggumpal dan lolos saringan no.200
untuk memenuhi syarat uji yang telah ditentukan

Gambar 6.6 Alat tumbuk dan saringan

7. Termometer batang
Digunakan untuk mengukur kenaikan atau penurunan suhu pada cairan yang di uji

Gambar 6.7 Termometer batang

8. Tanah untuk uji


9. Larutan calgon 125 ml
10. Air suling

4.2.3 Cara Praktikum


1. Tumbuk tanah yang akan digunakan dalam percobaan hydrometer
2. Saring menggunakan saringan no. 200
3. Timbang hasil saringan seberat 50 gram, setelah itu beri larutan calgon sebanyak 125
ml diamkan selama 24 jam
4. Masukkan tanah larutan ke dalam mixer. Pastikan tidak ada butiran tanah yang
tertinggal lalu aduk dengan merata hingga butiran merata atau menyebar dengan
menggunakan mixer tersebut
5. Kemudian masukkan larutan kedalam gelas silinder 1000cc tambahkan air hingga
mencapai 1000cc
6. Tutup menggunakan karet dan kocok larutan tersebut selama 2 – 3 menit
7. Diamkan larutan tersebut pada waktu yang sudah ditentukan dan mulai melakukan
pembacaan alat hidrometer dan termometer

4.2.4 Analisis Data


Tabel 4.2 Data Percobaan Hidrometer

Waktu Tabung Tanah Tabung Standart


(menit)
Pembacaan Temperatur Pembacaan Temperatur
Hidrometer C Hidrometer C
0

1 25 30 +1 30

5 15 31 +1 30

15 13 30 +1 30

30 12 30 +1 31

60 11 30 +1 30

180 10 30 +1 30

1440 5.5 28 +1 29

 Mencari Gs

No piknometer 14

Berat piknometer (WP) 131.5

Berat pikno+Tanah kering (W1) 155

Berat Pikno+Air (W3) 380.5

Temperatur 30
Berat Pikno + Air tanah kering (Setelah di 395.5
vacuum) (W2)

Temperatur C 30

W1-WP (W4) 23.5

GS 2.76

𝑊4
Gs =
(𝑊3+ 𝑊4)−𝑊2

23.5
Gs = (380.5
+ 23.5)−395.5

Gs = 2.76

Waktu Temp Pembacaan CT Pembacaan a % Pembac L L/t K Diameter


(Menit) (C) Hidrometer Hidrometer Lolos aan (mm)
(RA) Terkoreksi Hidrome
(RC) ter +1
(Menit)
0

1 30 25 3.80 20.2 0.976 39.43 25 10.0 10.0 0.01182 0.03737

5 30 15 3.80 10.2 0.976 19.91 15 12.6 2.52 0.01182 0.0187


15 30 13 3.80 8.2 0.976 16.00 13 13.1 0.873 0.01182 0.011
30 30 12 3.80 7.2 0.976 14.05 12 13.4 0.446 0.01182 0.0078
60 30 11 3.80 6.2 0.976 12.10 11 13.7 0.228 0.01182 0.0056
180 30 10 3.80 5.2 0.976 10.15 10 13.9 0.077 0.01182 0.0032
1440 30 5.5 3.80 0.7 0.976 1.36 5.5 15.2 0.010 0.01182 0.001182

 Contoh perhitungan untuk menit 1 :


t = 1 menit
Ra = 25
CT = 3.80
Rc = Ra – Zero Correction – CT = 25 – (+1) – 3.80 = 20.2
𝐺𝑠 𝑥 1,65 2.76 𝑥 1,65
a =
(𝐺𝑠 − 1)2,65
= (2.76 = 0.976
− 1)2,65

𝑅𝑐 𝑥 𝑎 20.2 𝑥 0.976
%finer = x 100% = x 100 = 39.43
𝑊𝑠 50
10
L/t = = 10
1

𝐿 10
D = K √ = 0.01182 √ = 0.03737
𝑡 1

Grafik 3.2 Kurva Hidrometer

4.2.5 Kesimpulan
Dari kurva gabungan analisis saringan dan hidrometer dapat dianalisis sebagai
berikut :
D10 = 0,472
D30 = 0,445
D60 = - •

You might also like