You are on page 1of 11

80

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan dari penelitian yang

telah dilaksanakan oleh peneliti. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan

Agustus 2022 di UPTD Puskesmas Pabuaran Kecamatan Pabuaran

Kabupaten Cirebon.

4.1.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui gambaran

distribusi frekuensi dan presentase dari masing-masing variabel.

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel-variabel yang

meliputi kemampuan petugas, pengetahuan petugas, sikap petugas,

pelatihan Menagemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang diikuti

oleh petugas.

1. Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Petugas

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 30 responden,

maka dapat diperolehdistribusi data pengetahuan petugas

tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang dapat

dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Responden


81

Kemampuan Responden Frekuensi Persentase (%)


Kurang 9 30,0
Baik 21 70,0
Jumlah 30 100,0
Sumber: Data Hasil PenelitianTahun 2022

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa responden yang

memiliki kemampuan baik sebanyak 21 orang (70,0%), serta

sebanyak 9 orang (30,0%) memiliki kemampuan kurang.

2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 30 responden,

maka dapat diperolehdistribusi data pengetahuan petugas

tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang dapat

dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden

Pengetahuan Responden Frekuensi Persentase (%)


Kurang 3 10,0

Cukup 3 10,0
Baik 24 80,0
Jumlah 30 100,0 80
Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2022

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa responden yang

memiliki pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (10%),

pengetahuan cukup sebanyak 3 orang (10,0%), serta sebanyak

24 orang (80,0%) memiliki pengetahuan baik.


82

3. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 30 responden,

maka dapat diperoleh distribusi data sikap petugas yang dapat

dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sikap Responden

Sikap Responden Frekuensi Persentase (%)


Favorabel 16 53,3
Kavabel 14 46,7
Jumlah 30 100,0
Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2022

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa responden yang

memiliki sikap Favorabel sebanyak 16 orang (53,3%), dan

responden yang memiliki sikap Kavabel sebanyak 14 orang

(46,7%).

4. Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Pelatihan

MTBS

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 30responden,

maka dapat diperoleh distribusi data keikutsertaan pelatihan

MTBS oleh petugas yang dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini

Tabel 4.4 Distribusi Keikutsertaan Pelatihan Responden

Pelatihan yang Diikuti Frekuensi Persentase (%)


Belum Pernah 19 63,3
Pernah 11 36,7
Jumlah 30 100,0
Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2022
83

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang belum

pernah mengikuti pelatihan sebanyak 19 orang (63,3%) dan

responden yang pernah mengikuti pelatihan sebanyak 11 orang

(36,7 %).

4.1.2 Analisis Bivariat

1. Hubungan antara Pengetahuan Petugas dengan

Kemampuan Petugas dalam Penerapan Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Hubungan antara pengetahuan petugas dengan Penerapan

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dapat dilihat dalam

tabulasi sebagai berikut :

Tabel 4.5 Tabulasi Silang antara Pengetahuan Petugas dengan

Kemampuan dalam Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS)

Kemampuan Petugas
Pengetahuan Jumlah
Kurang Baik P value
tentang MTBS
n % n % N %
10,
Kurang 3 10,0 3
0
10,
Cukup 2 6,7 1 3,3 3
0
0,004
66, 80,
Baik 4 13,3 20 24
7 0
Jumlah 9 30 21 70 30 100
Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2022

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 3 responden

yang memiliki pengetahuan kurang tentang MTBS memiliki


84

kemampuan yang kurang pula dalam penerapan MTBS, 3

responden yang memiliki pengetahuan cukup tentang MTBS

terdapat 2 responden (6,7%) dengan kemampuan Penerapan

MTBS kurang dan 1 responden (3,3%) dengan kemampuan

Penerapan MTBS baik. Sedangkan dari 24 responden yang

memiliki pengetahuan baik tentang MTBS, terdapat 4 responden

(13,3%) dengan Kemampuan Penerapan MTBS rendah dan 20

responden (66,7%) dengan Kemampuan dalam Penerapan

MTBS baik.

Hasil analisis dengan menggunakan uji Chi Square dengan taraf

kepercayaan 95% diperoleh p value = 0,004 dimana itu kurang

dari 0,05 berarti Ho diterima atau dapat dikatakan ada hubungan

antara pengetahuan petugas tentang MTBS dengan Kemampuan

dalam penerapan MTBS di Puskesmas Pabuaran kecamatan

Pabuaran Kabupaten Cirebon tahun 2022.

2. Hubungan antara Sikap Petugas dengan Kemampuan

dalam Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Hubungan antara sikap petugas dengan Penerapan Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS) dapat dilihat dalam tabulasi

sebagai berikut :

Tabel 4.6 Tabulasi Silang antara Sikap Petugas dengan

Kemampuan dalam Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS)
85

Kemampuan dalam
Penerapan MTBS Jumlah
Sikap Petugas Kurang Baik P value

n % n % N %
16, 46,
Kavabel 9 30,0 5 14
7 7
53, 53,
Favorabel 16 20 0,001
3 3
70,
Jumlah 9 30,0 21 30 100
0
Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2022

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 9 responden

yang memiliki sikap kavabel, terdapat 9 responden (30%)

dengan Kemampuan dalam Penerapan MTBS kurang dan 5

responden (16,7%) dengan Kemampuan dalam Penerapan

MTBS baik. Sedangkan dari 16 responden (53,3%) yang

memiliki sikap Favorabel seluruhnya memiliki Kemampuan

dalam Penerapan MTBS baik.

Hasil analisis dengan menggunakan uji Chi Square dengan taraf

kepercayaan 95% diperoleh p value = 0,001 dimana itu kurang

dari 0,05 berarti Ho diterima atau dapat dikatakan ada hubungan

antara sikap petugas pada pasien MTBS dengan Kemampun

dalam penerapan MTBS di Puskesmas Pabuaran kecamatan

Pabuaran Kabupaten Cirebon tahun 2022.

3. Hubungan antara Pelatihan MTBS yang Diikuti Petugas

dengan Kemampuan dalam penerapan Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS)


86

Hubungan antara keikutsertaan pelatihan MTBS oleh petugas

dengan Penerapan MTBS dapat dilihat dalam tabulasi sebagai

berikut :

Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Keikutsertaan Pelatihan MTBS


oleh Petugas dengan Kemampuan dalam Penerapan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Penerapan MTBS
Pelatihan yang Jumlah
Kurang Baik P value
Diikuti
n % n % N %
Belum Pernah 9 30,0 10 33,3 19 63,3

Pernah 11 36,7 11 36,7 0,011

Jumlah 9 30,0 30 100


Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2022

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 19 responden

yang belum pernah mengikuti pelatihan MTBS ,terdapat 9

responden (30,0%) dengan Kemampuan dalam Penerapan

MTBS kurang dan 10 responden (33,3%) dengan Kemampuan

dalam Penerapan MTBS baik. Sedangkan dari 11 (36,7%)

responden yang pernah mengikuti pelatihan MTBS seluruhnya

memiliki Kemampuan dalam Penerapan MTBS baik.

Hasil analisis dengan menggunakan uji Chi Square dengan taraf

kepercayaan 95% diperoleh p value = 0,011 dimana itu kurang

dari 0,05 berarti Ho diterima atau dapat dikatakan ada hubungan

antara pelatihan yang pernah diikuti petugas tentang MTBS


87

dengan Kemampuan dalam penerapan MTBS di Puskesmas

Pabuaran kecamatan Pabuaran Kabupaten Cirebon tahun 2022

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hubungan antara Pengetahuan Petugas dengan Kemampuan

dalam Penerapan ManajemenTerpadu Balita Sakit (MTBS)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan petugas dengan Kemampuan dalam

Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas

Pabuaran. Hal ini dapat dimengerti bahwa petugas yang mempunyai

pengetahuan baik cenderung akan baik dalam menerapkan

tatalaksana terhadap balita sakit dengan menggunakan pendekatan

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), sesuai dengan teori

perilaku yang mengatakan bahwa perilaku seseorang terhadap

sesuatu akan sesuai dengan tingkat pemahaman terhadap sesuatu

tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Rogers (1974) dalam

Soekidjo Notoatmodjo (2003: 121), bahwa perilaku yang didasari

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Artinya perilaku baru dimulai dari petugas mengetahui terlebih

dahulu apa isi dari tatalaksana MTBS, sehingga akan menimbulkan


88

suatu pengetahuan baru, kemudian timbul suatu respon batin yang

merupakan sikap terhadap tatalaksana MTBS tersebut.

4.2.2 Hubungan antara Sikap Petugas dengan Kemampuan Dalam

Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan antara sikap petugas dengan implementasi Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Pabuaran. Hal ini dapat

dimengerti bahwa petugas yang mempunyai sikap baik cenderung

akan baik dalam menerapkan tatalaksana terhadap balita sakit

dengan menggunakan pendekatan MTBS, sesuai dengan teori

perilaku yang mengatakan bahwa perilaku seseorang terhadap

sesuatu akan sesuai dengan tingkat pemahaman terhadap sesuatu

tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Agita Maris

Nurhidiyati yang menunjukkan adanya pengaruh antara sikap

terhadap penatalaksanaan MTBS pada petugas kesehatan di

Puskesmas Kota Semarang .Hal ini sejalan dengan pendapat

Soekidjo Notoatmodjo (2003: 130), perilaku seseorang dapat

dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

serta dalam hal tertentu oleh material yang tersedia. Sikap

dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah pengalaman

pribadi, kebudayaan orang lain yang dianggap penting oleh media


89

massa,institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta

emosi dari dalam diri atau individu. Sikap tidak dibawa orang sejak

lahir, melainkan dibentuk sepanjang perkembangannya. Sikap dapat

berubah-ubah, oleh karena itu sikap dapat dipelajari. Sikap tidak

berdiri sendiri, melainkan selalu berkaitan dengan suatu objek.

4.2.3 Hubungan antara Pelatihan MTBS yang Diikuti Petugasdengan

Kemampuan dalam Penerapan Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan antara pelatihan MTBS yang diikuti petugas dengan

implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di

Puskesmas Pabuaran. SesuaidenganpernyataanDepartemen

Kesehatan Republik Indonesia (2002: 125) yang menyatakan bahwa

kemampuan dan keterampilan tenaga pemeriksa antara lain

ditentukan oleh pelatihan. Pelatihan merupakan salah satu upaya

meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Tujuan dari pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) ini yaitu dihasilkannya petugas kesehatan yang terampil

menangani bayi dan balita sakit dengan menggunakan tatalaksana

MTBS. Sasaran utama pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) ini adalah perawat dan bidan, akan tetapi dokter Puskesmas
90

pun perlu terlatih MTBS agar dapat melakukan supervise penerapan

MTBS di wilayah kerja Puskesmas (Yeyen, 2006).

You might also like