You are on page 1of 14

MAKALAH

TEORI BELAJAR BERDASARKAN ALIRAN PSIKOLOGI


HUMANISTIK
Disusun dalam rangka memenuhi tugas UAS pada Mata Kuliah Teori Kepribadian
yang di ampuh oleh Prof. Syamsul Bachri Thalib , M.Si. dan Zulfikri,

S.Pd, M.Pd

OLEH:

Nurul Anisah F.R (210404500006)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah individu mengenai Teori Belajar
Berdasarkan Aliran Psikologi Humanistik ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas UAS pada mata kuliah Teori Keprbadian.
Saya juga ingin memberikan ucapan Terima Kasih atas perhatian bapak dosen dalam membaca
makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun saya butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 10 Desember 2022

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................. .................. ii

Daftar Isi ......................................................................................................... .................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... .................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... .................. 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ .................. 2
C. Tujuan .................................................................................................. .................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ .................. 3

A. Teori belajar humanistik ...................................................................... .................. 3


B. Teori belajar humanistic menurut pandangan Abraham Maslow ........ .................. 6
C. Teori belajar humanistic menurut pandangan Carl Rogers.................. .................. 7
D. Kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistic………………………………8
BAB III PENUTUP ........................................................................................ .................. 10

A. Kesimpulan .......................................................................................... .................. 10


B. Saran .................................................................................................... .................. 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri peserta didik. Perubahan sebagai hasil
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya,
sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya
penerimaanya. Jadi, belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua
situasi yang ada pada peserta didik. Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu
tujuan, proses berbuat melalui situasi yang ada pada peserta didik. (Nast dan Yarni, 2019)

Belajar merupakan sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan
bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah
perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia
tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar
kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap
lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut. (Nast dan Yarni, 2019)

Teori merupakan suatu argument yang berlandaskan pada suatu penemuan dan penelitian
yang dibantu oleh data dan argumentasi (Raiz, 2017). Teori Belajar merupakan cara untuk
menggambarkan bagaimana manusia belajar, sehingga dapat membantu kita untuk memahami
proses yang melekat dalam pembelajaran. Cahyo berpendapat mengenai teori belajar
menurutnya teori belajar dapat dimaknai sebagai prinsip – prinsip dan rancangan belajar yang
bersifat teratur dan sudah terbukti kebenarannya dengan penelitian (Rachmawati, 2017).
Sehingga untuk bisa mencapai hal tersebut, pendidik mempunyai peran penting dalam
kegiatan belajar mengajar, pendidik bertanggung jawab menuntun peserta didiknya untuk
menugaskan dan menerapkan ilmu dalam kehidupan mereka masing - masing, memberikan dan
menunjukkan teladan yang baik untuk peserta didiknya dengan cara menumbuhkan potensi
yang ada pada peserta didik secara maksimal, maka pendidikan dapat berperan dalam proses
memanusiakan manusia (humanisasi). Menerapkan hal itu dapat dilakukan dengan cara

1
memberikan kebebasan pada ruang gerak peserta didik untuk menumbuhkan potensi yang
dimilikinya secara maksimal, serta pembelajaran diharapkan mampu melaksanakan tugasnya
sebagai wadah untuk penguatan dan humanisasi. Namun, pembelajaran di sekolah pada
umumnya masih menggunakan cara lama yakni hanya dengan penyampaian materi saja. Hal
tersebut dapat terlihat bahwa metode yang diterapkan oleh pendidik masih bersifat
konvensional sehingga memberi kesan bahwa peserta didik pasif dalam pembelajaran (Diana
Devi, 2021).
Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah teori belajar dalam kegiatan belajar mengajar supaya
pembelajaran dapat bermakna. Teori belajar tersebut dapat kita kenal dengan teori belajar
humanistic. Dalam teori humanistic, pendidik tidak hanya mentransferkan pengetahuan atau
nilai saja, melainkan pendidik mesti merancang peserta didiknya dengan kasih sayang supaya
peserta didik dapat lebih peka terhadap lingkungannya. Maka dengan adanya teori belajar
humanistic ini diharapkan pendidik dapat memahami potensi yang ada pada peserta didik,
sehingga berkembangnya potensi peserta didik yang bersifat positif serta dapat mengurangi
potensi peserta didik yang bersifat negative. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan di atas,
penulis terdorong untuk mengetahui mengenai teori belajar humanistic lebih luas lagi

B. Rumusah Masalah

1. Apakah pengertian teori belajar humanistik?

2. Bagaimana teori belajar humanistic menurut pandangan Abraham Maslow?

3. Bagaimana teori belajar humanistic menurut pandangan Carl Rogers?

4. Apa sajakah kekurangan dan kelebihan teori belajar humanistik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa pengertian teori belajar humanistik.

2. Untuk mengetahui bagaimana teori belajar humanistic menurut pandangan AbrahamMaslow.

3. Untuk mengetahui bagaimana teori belajar humanistic menurut pandangan Carl Rogers.

4. Untuk mengetahui apa sajakah kekurangan dan kelebihan teori belajar humanistic.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Humanistik

Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan
dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik
untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi
yang ada dalam diri mereka. (Nast dan Yarni, 2019).

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia
itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam
kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya
yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang
paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia
keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia”
(mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai. (Nast dan Yarni, 2019).

Beberapa individu berpendapat bahwa belajar hanya sebatas mengumpulkan atau


menghafalkan realita yang telah tersedia dalam bentuk informasi maupun materi pelajaran.
Individu yang memiliki pendapat tersebut, biasanya akan langsung berbangga ria ketika anak-
anaknya dapat mampu menyebutkan kembali beberapa informasi besar yang terdapat dalam buku
berbentuk teks atau yang diberikan oleh guru baik secara verbal maupun lisan. Dan ada pula
beberapa individu yang berpendapat bahwa belajar hanya sebatas pelatihan saja seperti yang
biasa dilakukan yakni membaca dan menulis. Dengan pemahaman seperti itu, biasanya para
orang tua akan merasa cukup jika anak-anak mereka sudah mampu menampilkan kemampuan
fisik tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan darikemampuan
tersebut (Syah, 2020).
Namun, belajar menurut pandangan humanistik merupakan kegiatan dari keseluruhan
pribadi manusia yang melibatkan aspek intelektual dan emosional, serta motivasi belajar harus
datang dari dalam diri anak itu sendiri. Di dalam pembelajaran, hubungan interpersonal akan

3
terjalin dengan menerima siswa sebagai seorang pribadi yang memiliki keterampilan dan guru
berperan sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar, penerapan teori humanistic lebih berpacu pada manusia
itu sendiri. Peran pendidik dalam pembelajaran humanistik yakni sebagai fasilitator untuk peserta
didik, memberikan motivasi, serta memberikan kesadaran kepada peserta didik mengenai makna
belajar untuk kehidupan. Pendidik berkeyakinan bahwa terdapat kemauan darimasing - masing
peserta didik untuk melaksanakan hal - hal yang bermakna bagi dirinya untukmencapai suatu
tujuan, sehingga menjadi kekuatan tersendiri dalam melaksanakan proses pembelajaran. Peserta
didik menjadi tokoh sentral dalam mengartikan proses keahlian belajarnya tersebut. Sehingga
peserta didik diharapkan dapat memahami dan mengetahui potensi diri mereka, serta dapat
berkembangnya potensi ke arah positif dengan mengurangi potensi diri yang mengarah negative
(Nast & Yarni, 2019).
Pendidikan dan kegiatan belajar mengajar di sekolah selama ini dinilai kurang
membebaskan peserta didik untuk berdemokratis. Mulai dari kurangnya peserta didik untuk
berimajinasi, berkarya menunjukkan kehadirannya dengan sudut pandang mereka sendiri, dan
pendidikan kurang memperhatikan pendekatan realita yang dialami oleh peserta didik, serta
kurang memperhatikan sifat saling memahami antar sesama yang dimiliki oleh peserta didik
untuk menyelesaikan masalahnya. Padahal, kemampuan berpikir kritis dan kekreativitasan
merupakan keterampilan yang menjadi modal peserta didik supaya mampu menghadapi
tantangan dan dapat bersaing dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang ada (Diana Devi, 2021).
Untuk mencapai pendidikan yang bersifat humanis, maka pola belajar atau kultur budaya
yang sebaiknya diterapkan di sekolah, terutama yakni di sekolah dasar, yaitu pola pendidikan
yang positif serta memiliki nilai-nilai yang humanis, seperti pola pendidikan yang demokratis,
pola pendidikan yang memperhatikan keunikan peserta didik dalam pembelajaran, pola
pendidikan yang menjaga hubungan harmonis antara warga sekolah, baik anatara peserta didik
dengan peserta didik, guru dengan guru, maupun guru dengan peserta didik. Untuk
menghasilkan pola pendidikan sekolah yang positif perlu diadakannya pengembangan tradisi
yang sudah ada (Suswanto et al., 2017). Proses pendidikan maupun pembelajaran dengan teori
humanistic ini perlu untuk diaplikasikan. Dilihat dari teori ini yakni dengan memanusiakan
manusia, menimbulkan gairah semangat tersendiri terhadap peserta didik untuk melaksanakan
pembelajaran, tidak hanya itu dengan teori ini, peserta didik dapat berinisiatif untuk merubah

4
perilaku, pola pikir dan sikap atas keinginan peserta didik tersendiri (Abdah, 2019). Sehingga,
teori humanistic ini sangat memungkinkan terciptanya peningkatan hasil belajar pada siswa di
SD / MI. Karena, proses belajar dapat dikatakan berhasil jika peserta didik dengan lambat laun
dapat memahami dirinya sendiri maupun lingkungannya sehingga terciptalah aktualisasi diri
dengan versi sebaik – baiknya (Sulaiman & Neviyarni, 2021).
Dalam kegiatan belajar mengajar, belajar yang dimaksud tidak hanya untuk menghafal
maupun hanya untuk mengingat saja, tetapi belajar merupakan suatu proses adanya perubahan
pada diri peserta didik. Perubahan yang terjadi dari hasil proses belajar dapat terlihat dalam
berbagai segi, baik itu perubahan dalam sikap, tingkah laku, pengetahuan, kecakapan,
keterampilan pada peserta didik. Sehingga, belajar merupakan suatu proses yang tidak bersifat
pasif melainkan bersifat aktif, proses yang dilakukan dapat berupa reaksi terhadap semua kondisi
yang ada pada peserta didik.
Belajar sendiri memiliki arah tujuan dalam prosesnya, yakni proses yang berupa tindakan
terhadap kondisi yang ada pada peserta didik. Belajar merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan
oleh manusia untuk berpikir, bergerak, dan merasakan hal yang semestinya untuk dipahami
setiap realita yang menghasilkan sebuah pengetahuan, tingkah laku, maupun teknologi serta
karya dan suatu harapan manusia yang ingin dicapai. Belajar merupakan bentukpenyempurnaan
yang mengarah pada pengembangan diri masing-masing individu supayakehidupannya tersebut
dapat lebih baik dari kehidupan sebelumnya. Belajar juga dapat dimaknai sebagai suatu
penyesuaian terhadap lingkungan dan korelasi antar manusia dengan lingkungannya (Nast &
Yarni, 2019).
Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah teori belajar dalam kegiatan belajar mengajar supaya
pembelajaran dapat bermakna. Teori belajar tersebut dapat kita kenal dengan teori belajar
humanistic. Dalam teori humanistic, pendidik tidak hanya mentransferkan pengetahuan atau nilai
saja, melainkan pendidik mesti merancang peserta didiknya dengan kasih sayang supaya peserta
didik dapat lebih peka terhadap lingkungannya. Maka dengan adanya teori belajar humanistic ini
diharapkan pendidik dapat memahami potensi yang ada pada peserta didik, sehingga
berkembangnya potensi peserta didik yang bersifat positif serta dapat mengurangi potensi peserta
didik yang bersifat negative.
Kata Humanisme memiliki banyak pandangan, dilihat dari istilah kebahasaan,
humanisme bermula dari kata latin humanus yang bermakna watak manusiawi yang sesuai

5
dengan kodrat manusia. Secara terminologi, humanisme bermakna nilai dan kedudukan dari
setiap manusia, serta usaha untuk meningkatkan baik fisik maupun non fisik keterampilan -
keterampilan alamiah yang dimiliki manusia (Djayadin & Fathurrahman, 2020). Menurut
pandangan lain, humanistik bermakna ketertarikan akan kualitas yang bukan berkarakter
ketuhanan melainkan kualitas terhadap manusia. Sedangkan humanistik pada takaran akademik
terarah pada pengetahuan mengenai kultur manusia, seperti kajian - kajian klasik mengenai
tradisi Yunani dan Roma (Qodir, 2017)
Namun, teori Humanisme dipandang terlalu sulit untuk diterapkan dalam kerangka yang
lebih efesien. Teori ini dirasa lebih cenderung dengan ilmu filsafat dan teori personalitas daripada
lapak pendidikan, sehingga cenderung rumit untuk diterjemahkan ke dalam tindakan - tindakan
yang lebih aktual dan efisien, namun karena tabiatnya yang konseptual, yakni memanusiakan
manusia, oleh sebab itu teori ini dapat memberikan petunjuk terhadap semua faktor pembelajaran
untuk menunjang tercapainya tujuan atau target tersebut (Diana Devi, 2021).
B. Teori belajar humanistic menurut pandangan Abraham Maslow

Maslow adalah seorang psikolog yang oleh banyak orang disebut sebagai bapak psikologi
humanistik. Popularitasnya dapat ditemukan melalui kontribusinya pada geografi dan demografi.
Berkat teori hierarki kebutuhan yang ia ciptakan, namanya menjadi populer. Teori kebutuhan
adalah pemikiran tentang kesehatan spiritual yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan alamiah
manusia untuk aktualisasi diri (Sulaiman & S, 2021). Ia lahir di New York pada tahun 1908, ia
dikenal atas kontribusinya dalam melahirkan pandangan aktualisasi diri. Dia meninggal pada tahun
1970 di California, Amerika. Maslow adalah orang yang cerdas, sebagai seorang anak ia memiliki
hubungan yang buruk dengan ibunya yang keras dan sering berperilaku aneh. Dia menggambarkan
dirinya sebagai seorang anak sebagai pemalu tapi gemar membaca buku. Namun, Maslow hanya
sementara tidak menyukai dirinya sendiri secara pribadi. Dia menyadari potensinya, dan menjadi
bapak psikologi humanistik populer yang mendorong perubahan sosial yang positif.

Teori belajar Humanistik menurut Abraham Maslow menuntut potensi peserta didik untuk
menumbuh kembangkan kebebasan individu, menggali potensi diri serta menemukan jalan hidup
dari tiap-tiap indvidu (psikologi pendidikan, n.d.). Humanitis menganggap peserta didik sebagai
subjek yang merdeka untuk menetapkan tujuan hidupnya sendiri. Siswa dituntun untuk memiliki
sifat tanggung jawab atas kehidupan mereka dan orang di sekitar mereka (Arbayah, 2013)

6
Pokok dari pembelajaran humanistik adalah upaya untuk membangun komunikasi,
hubungan individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan
kelompok. Pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge, atau sekedar menempa
kemampuan berbahasa peserta didik, tetapi sebagai bentuk bantuan agar peserta didik mampu
mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan yang berhasil pada
hakikatnya adalah kemampuan menyampaikan makna antara pendidik dan peserta didik sehingga
dapat mencapai tujuan menjadi manusia yang unggul dan bijaksana. Intinya untuk membimbing
siswa bahwa mereka membutuhkan pendidikan karakter. Pendidik memfasilitasi siswa untuk
menggali, mengembangkan dan menerapkan keterampilan yang dimilikinya agar dapat
memaksimalkan potensinya (Solichin, 2018)

Maslow yakin bahwa perilaku manusia bertujuan untuk mengenal dan mengapresiasi
dirinya sebaik mungkin, teori hierarki kebutuhan yang terkenal hingga saat ini mengemukakan
bahwa manusia terdorong untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dari kebutuhan level dasar hingga
level tinggi. teori psikologi nya semakin besar kebutuhan, semakin serius dalam usaha yang
dilakukan teori ini erat kaitannya dengan teori Abraham Maslow hierarchy of needs (teori
kebutuhan) yang menyatakan bahwa kebutuhan dasar terlebih dahulu harus terpenuhi sebelum
kebutuhan level yang lebih tinggi terpuaskan. Dalam pemuasan kebutuhan harus dimula dari yang
lebih rendah meliputi: 1) fisiologis, 2) rasa aman, 3) cinta kasih, 4) harga diri, 5) aktualisasi diri
(Sulaiman & S, 2021)

C. Teori belajar humanistic menurut pandangan Carl Rogers


Rogers menerangkan bahwa sebaiknya peserta didik pada saat proses belajar tidak ada
unsur penekanan, melainkan seserta didik diberi kebebasan dalam belajar, diharapkan peserta didik
dapat mengambil suatu keputusan sendiri serta berani untuk mempertanggung jawabkan atas apa
yang sudah diambilnya.
Artinya dalam pembelajaran humanisme ini menganggap bahwa peserta didik bukanlah
objek melainkan subjek yang laluasa atau bebas memutuskan kemana arah hidupnya sendiri.
Peserta didik hanya diarahkan untuk mampu betanggung jawab pada dirinya sendiri ataupun pada
lingkungannya.

7
Rogers juga menerangkan terdpat 5 kondisi yang berarti dalam proses pembeljaran ini,
yaitu: pertama, memiliki hasrat belajar, kemauan untuk belajar disebabkan adanya rasa
keingintahuan yang tinggi secara berkesinambungan tehadap lingkungan sekitar.
Kedua, belajar memiliki makna, seseorang yang beraktifitas hendak senantiasa memikirkan
apakah kegiatan tersebut memiliki arti untuk dirinya.
Ketiga, belajar dengan kebebasan tanpa adanya hukuman, proses belajar yang bebas akan
sebuah tindakan atas suatu perilaku akan menciptakan peserta didik lebih leluasa untuk melakukan
atau mencoba apa saja demi mendapatkan penglaman. Keempat, pembelajaran mandiri atau energi
usaha, menmpilkan tingginya motivasi internal yang dimiliki.
Terakhir, pembenahan belajar, kondisi dimana dunia mengalami siklus kemajuan yang
pesat, oleh sebab itu pengajaran dituntut untuk berbenah agar peserta didik dapat membiaskan diri
dengan keadaan serta suasana yang selalu berganti.
Menurut Rogers proses belajar adalah membantu pesert didik sehingga ia mampu menjdi
dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimiliki peserta didik. Tidak
hanya itu, pembelajaran yang bermakna sangat memberikan pengaruh terhadap suatu proses
pembelajaran. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa setiap individu memiliki potensi secara
natuiral.
Teori humanistik Rogers lebih penuh harapan dan optimis tetang kehidupan hal ini
dikarenakan manusia mempunyai potensi - potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai
dengan pengertian humanisme pada umumnya, di mana Humanisme adalah doktrin, sikap dan cara
hidup yang menempatkan nilai - nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan,
harga diri serta kapasitas untuk menampakkan diri dengan maksud tertentu.

D. Kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistic


Adapun kelebihan dan kekurangannya dari teori belajar humanistik adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan teori belajar humanistik
a. Mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan humanis
b. Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adannya kebebasan berpendapat, kebebasan
mengungkapkan gagasan.

8
c. Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah
kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunya
mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
2. Kekurangan teori belajar humanistik
a. Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah
b. Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil
mengaktualisasikan dirinya ia masih buram dan subjektif
c. Psikologi humanistik mengalami pembisaaan terhadap nilai individualis
d. Siswa yang tidak menyadari dan memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses
belajar
e. Siswa yan tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori humanistic merupakan salah satu teori yang psikologi yang popular di dunia yang
dimana inti pokok pikiran didalamnya yaitu bagaiman kita “memanusiakan manusia”. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya. Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari
proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
B. Saran
Syukur alhamdulillah pada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik walupun masih ada kekurangan dan tentunya
masih jauh dari harapan, oleh karena itu saya selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun, serta arahan dan bimbingan dari semua pihak, terutama Dosen.
Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya semua pembaca.

10
Daftar Pustaka
Nast, T. P. J., & Yarni, N. (2019). Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Humanistik Dan
Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan Dan
Pengajaran, 2(2), 270–275.
Raiz, E. (2017). Kamus Ilmiah Populer. Pustaka Belajar.
Rachmawati, T. (2017). Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik. Gava
Media.
Diana Devi, A. (2021). Implementasi Teori Belajar Humanisme dalam Proses Belajar
MengajarPendidikan Agama Islam. At- Tarbawi, 8(1), 71–84.
Syah, M. (2020). Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya.

Suswanto, Kuntoro, S. A., & Suyata. (2017). Pendidikan Humanis Berbasis Kultur
Sekolah Dasar Tumbuh 1 Yogyakarta. Pembangunan Pendidikan:
Fondasi Dan Aplikasi, 3(1), 69–80.

Abdah, M. G. (2019). Ragam Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan


AgamaIslam (PAI). Fondatia, 3(1), 27–41.

Sulaiman, S., & Neviyarni, S. (2021). Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Humanistik
Serta Implikasinya Dalam Proses Belajar dan Pembelajaran. Kajian
Pendidikan Dan Pembelajaran, 2(3), 220–234.
Djayadin, C., & Fathurrahman, F. (2020). Teori Humanisme sebagai Dasar Etika Religius
(Perspektif Ibnu Athā’illah Al-Sakandarī). Al-Izzah: Jurnal Hasil-Hasil
Penelitian, 15(1), 28.
Qodir, A. (2017). Teori Belajar Humanistik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa. Jurnal Pedagogik, 04(02), 193–194.

11

You might also like