You are on page 1of 5

TUGAS TUTORIAL 2

Nama Tutor : Fredy Gandhi Midia, SH, MH


Kode Mata Kuliah : HKUM4408/Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama

Petunjuk :
1. Lembar jawaban dituliskan Nama, NIM, Nama Tutor dan MK
2. Lembar jawaban di upload di Silayar dan di buat pdf dikirim ke WA Tutor
Pertanyaan
1. Jelaskan perbedaan bank umum Syariah dengan bank perkreditan rakyat ?
2. Jelaskan yang dimaksud akad mudharabah, musyarakah dan ijarah muntahiyya bit
Tamlik ?
3. Jelasakan akad tabarru, dan akad tijarah dalam asuransi Syariah ?
4. Jelaskan yang dimaksud perkawinan yang makhruh dan mubah ?
5. Jelaskan yang dimaksud khulu, ila’ dan zhigar ?

SELAMAT MENGERJAKAN
NAMA : Angga Prayuda
NIM : 042661771
MATA KULIAH : HKUM4408/Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama

1. Perbedaannya, yakni bank umum diberikan kewenangan untuk memberikan jasa lalu lintas
pembayaran, sedangkan BPR tidak memiliki kewenangan tersebut.
“BPR tidak terlibat dalam beberapa jenis pelayanan kegiatan usaha valuta asing dan giro.
Peraturan ini juga dilakukan kepada BPRS yang diatur dalam UU Perbankan Syariah. Untuk
menghadapi perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong perbankan syariah
untuk mengembangkan infrastruktur teknologi agar dapat melayani nasabah lebih cepat dan
baik.

2. Meskipun namanya mirip murabahah, akad mudharabah berbeda dengan murabahah.


Murabahah merupakan jenis akad syariah berbentuk kerjasama usaha antara pihak pemilik
modal dan pihak pengelola modal dengan kesepakatan tertentu.

Besaran pembagian laba ditentukan di awal perjanjian. Sedangkan apabila terjadi kerugian,
maka pemilik modal akan menanggung sepenuhnya dengan catatan pengelola tidak
melakukan kesalahan atau kelalaian disengaja atau melanggar kesepakatan.

Dalam istilah syariah, pemilik modal disebut sebagai shahibul maal, bank syariah, dan malik.
Sedangkan pihak pengelola modal yaitu nasabah, amil, atau mudharib.

Musyarakah merupakan akad berbentuk kerja sama usaha dimana masing-masing pihak
menyetorkan dana sebagai modal dengan porsi sesuai kesepakatan. Sehingga modal dari
berbagai pihak disatukan untuk menjalankan suatu usaha. Kemudian usaha tersebut dikelola
oleh salah satu dari pemodal atau meminta bantuan pihak ketiga sebagai pegawai.

Berbeda dengan akad ijarah, Ijarah Muntahiyah bit Tamlik adalah jenis akad syariah dimana
penyewa membayarkan sejumlah dana untuk memperoleh manfaat atas produk tersebut,
tetapi pihak penyewa dapat mengambil opsi pemindahan hak milik produk tersebut di akhir
transaksi.

Contoh penerapannya pada transaksi lembaga keuangan syariah. Nasabah membayar


angsuran sewa beserta cicilan pokok sebuah rumah. Pada akhir perjanjian, pihak penyewa
berkesempatan untuk membeli rumah tersebut dengan membayar harga lebih rendah atau sisa
dari angsuran awal.
3. Akad tabarru' adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebaikan dan
tolong-menolong dengan mengharap pahala dari Allah SWT. Tabarru' bermaksud
memberikan dana kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain
sesama peserta takaful, ketika di antara mereka ada yang tertimpa musibah.
Akad Tijarah adalah semua bentuk perjanjian akad yang dilakukan untuk kepentingan
keuntungan atau tujuan komersial, termasuk dalam kontesk asuransi syariah. Akad ini
merupakan kesepakatan kedua belah pihak yang selanjutna akan menjadi aturan dasar untuk
semua hal yang berlaku pada asuransi syariah yang dibeli.
Akad-Akad yang ada dalam asuransi syariah tidak boleh
mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba,
zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram, dan maksiat. Hal-hal tersebut
memberikan jaminan dari sisi kehalalan dalam asuransi syariah dan investasinya.

Dalam asuransi syariah terdapat 4 akad yang perlu diketahui nasabah atau calon nasabah
asuransi syariah. Akad-akad tersebut antara lain adalah akad tijarah, akad mudharabah, akad
mudharabah musytarakah, dan akad tabarru. Keempat akad tersebut memiliki peranan dan
fungsi yang berbeda-beda dalam asuransi syariah.

4. Seseorang yang hendak menikah tetapi mampu menahan nafsunya dari berbuat zina, maka
hukum nikahnya adalah mubah. Sementara, ia belum berniat memiliki anak dan seandainya ia
menikah ibadah sunnahnya tidak sampai terlantar.

Selanjutnya, hukum nikah makruh. Hal itu terjadi bila seseorang akan menikah tetapi tidak
berniat memiliki anak, juga ia mampu menahan diri dari berbuat zina. Padahal, apabila ia
menikah ibadah sunnahnya akan terlantar.

5. Talak khulu’ atau talak tebus ialah perceraian atas persetujuan suami istri dengan jatuhnya
talak satu kepada istri dengan tebusan harta atau uang dari pihak istri yang menginginkan
cerai dengan cara khulu’.

Dasar diperbolehkannya khulu’ ialah : surat al-Baqarah ayat 229, sebagai berikut :

Artinya : Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang
ma`ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali
dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak
akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah

Adapun syarat sahnya khulu’ ialah sebagai berikut :

1. Perceraian dengan khulu’ itu harus dilaksanakan dengan kerelaan dan persetujuan suami
istri.
2. Besar kecilnya jumlah uang tebusan harus ditentukan dengan persetujuan bersama antara
suami istri.
Apabila tidak dapat persetujuan antara keduanya mengenai jumlah uang tebusan, hakim
Pengadilan Agama dapat menentukan jumlah uang tebusan itu.

Ila’ ialah bersumpah untuk tidak melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan menurut Sulaiman
Rasyid Ila’ artinya sumpah suami yang tidak akan mencampuri istrinya dalam masa yang
lebih dari 4 bulan atau dengan tidak menyebutkan jangka waktunya.

Apabila seorang suami bersumpah sebagaimana sumpah tersebut, hendaknya ditunggu


sampai 4 bulan kemudian kembali baik kepada istrinya sebelum sampai 4 bulan, dia
diwajibkan membayar denda sumpah (kafarat) saja. Tapi kalau sampai 4 bulan dia tidak
kembali baik dengan istrinya, hakim berhak menyuruhnya memilih di antara dua perkara;
membayar kaffarat sumpah serta kembali baik kepada istrinya, atau menalak istrinya. Kalau
tidak mau menjalankan salah satu dari kedua perkara tersebut, hakim berhak menceraikan
mereka dengan paksa. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah 226-227:

Artinya : Kepada orang-orang yang meng-ilaa’ isterinya diberi tangguh empat bulan
(lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, Dan jika mereka ber`azam (bertetap hati untuk)
talak, maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Mengenai cara kembali dari sumpah ila’ tersebut dalam ayat di atas ada 3 pendapat:

1. Kembali dengan mencampuri istrinya itu, berarti mencabut sumpah dengan melanggarnya
(berbuat) sesuatu yang menurut sumpahnya tidak akan diperbuatnya. Apabila habis masa 4
bulan ia tidak mencampuri istrinya itu, maka dengan sendirinya kepada istri jatuh talak bain;

2. Kembali dengan campur jika tidak halangan, tetapi jika ada halangan, boleh dengan lisan
atau dengan niat saja;

3. Cukup kembali dengan lisan, baik ketika berhalangan ataupun tidak.

Zihar adalah prosedur talak, yang hampir sama dengan ila’. Arti zihar ialah seorang suami
yang bersumpah bahwa istrinya baginya sama dengan punggung ibunya. Dengan bersumpah
demikian itu berarti suami telah menceraikan istrinya. Ketentuan mengenai zihar diatur
dalam al-qur’an surat al-Mujadalah ayat 2-4, sebagai berikut :

Artinya: Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya


sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain
hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguhsungguh
mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha
Pema`af lagi Maha Pengampun, Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian
mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya)
memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang
diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, Barangsiapa
yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut
sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi
makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya. Dan itulah hukumhukum Allah, dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang
sangat pedih.

You might also like