Professional Documents
Culture Documents
PBL 4-Ikm
PBL 4-Ikm
Krisna Lalwani
102011301/A3
26 November 2011
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email : Kr15n4_cloud@yahoo.com
Pendahuluan
Sejak terjadi krisis ekonomi, sosial dan politik yang dialami bangsa Indonesia membuat
masyarakat menjadi terpuruk dan makin miskin. Kondisi demikian menyadarkan kita bahwa
pemerintah belum mampu secara tuntas menyelesaikan masalah kemiskinan. Kesejahteraan
hidup merupakan dambaan setiap orang terutama dalam masalah kesehatan. Oleh karena itu
diperlukan kehidupan yang bersih, sehat dan makmur dengan perilaku dan lingkungan yang
sehat pula. Salah satunya adalah dengan menerapkan Paradigma Sehat.
1
Pembahasan
GIZI BURUK
Gizi buruk adalah masalah gizi yang umum di Indonesia. Banyak faktor yang
menyebabkan hal ini terjadi. Gizi buruk (Malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya
dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari
proses terjadinya kekurangan gizi manahun.
Gizi buruk dapat memengaruhi perkembangan prenatal mulai dari awal kehamilan dan di
sepanjang usia kanak-kanak. Gizi dapat pula memengaruhi kemampuan fungsional orang
dewasa, setidaknya dalam waktu singkat. Kendati demikian, kemungkinan besar periode usia
tertentu lebih rentan dibandingkan periode usia ini dapat berbeda menurut tipe defisiensi.
Sebagai contoh, dua trimester pertama kehamilan merupajan masa yang paling sensitive terhadap
defisiensi iodium, sementara dua tahun pertama pascanatal barangkali menjadi periode yang
paling sensitif terhadap keadaan gizi kurang.1
2
Pengetahuan terhadap pola makan adalah pengetahuan atau kemampuan suatu individu
agar dapat memiliki aksi untuk makan-makanan yang sehat. Pengetahuan terhadap pola makan
sangat penting karena tubuh sangat membutuhkan energi, protein dan vitamin sangat diperlukan
agar suatu individu dapat hidup sehat. Kurangnya pengetahuan suatu individu terhadap pola
makan dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk , terutama pada bayi.
Pola makan sehat memiliki makna mengonsumsi real food seimbang sesuai dengan
kebutuhan tubuh yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Banyak sekali
rekomendasi penerapan pola makan mengikuti pola-pola atau aturan-aturan tertebtu, beberapa
diantaranya adalah pola makan vegetarian, pola makan menurut golongan darah, pola makan
atkins, pola makan ornish, pola makan makrobiotik, pola makan zona, dan pola makan ala food
combining.3
Untuk memperoleh pola makan yang sehat itu ada 3 kriteria yang harus kita penuhi antara lain:
1. Jumlah makanan yang kita konsumsi. Kita harus menyeimbangkan jumlah kalori yang
masuk dengan jumlah energi yang kita keluarkan.
2. Jenis makanan yang kita konsumsi. Jenis makanan yang kita konsumsi harus
mengandung karbohidrat, protein, lemak dan nutrien spesifik. Konsumsi makanan yang
manis paling banyak 3-5 sendok makan per hari
3. Jadwal makan. Jadwal makan harus teratur, lebih baik makan dalam jumlah yang sedikit
tapi sering dan teratur daripada makan dalam porsi banyak tapi tidak teratur.
ASUPAN GIZI
Setiap bahan makanan mempunyai susunan kimia yang berbeda-beda dan mengandung
zat gizi yang bervariasi pula baik jenis maupun jumlahnya. Baik secara sadar maupun tidak sadar
manusia mengonsumsi makanan untuk kelangsungan hidupnya. Dengan demikian jelas bahwa
tubuh manusia memerlukan zat gizi atau zat makanan, untuk memperoleh energi guna
melakukan kegiatan fisik sehari-hari, untuk memelihara proses tubuh dan untuk tumbuh dan
berkembang khususnya bagi yang masih dalam pertumbuhan.
3
Berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh tersebut dapat digolongkan ke dalam enam
macam yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Sementara itu energi yang
diperlukan tubuh dapat diperoleh dari hasil pembakaran karbohidrat, protein dan lemak di dalam
tubuh. Di antara beragam jenis bahan makanan yang tersedia di alam ada yang kaya akan satu
jenis zat gizi, ada pula yang lebih dari satu jenis zaat gizi, sebaliknya ada pula yang miskin akan
zat gizi.4
1. Apabila jumlah kalori yang masuk lebih besar dari energi yang kita keluarkan maka kita
akan mengalami kelebihan berat badan. Selain jumlahnya, komposisi pun harus seimbang
seperti karbohidrat protein sebanyak 10-15%, Lemak sebanyak 20-25%, vitamin dan
mineral (A, D, E, K, B, C, dan Ca).
2. Karbohidrat komplek bisa kita penuhi dari gandum, beras, terigu, buah dan sayuran.
Untuk memenuhinya diajurkan untuk mengkonsumsi buah dan sayur. Konsumsi protein
harus lengkap antara protein nabati dan hewani. Tubuh manusia juga
membutuhkan lemak, akan tetapi konsumsi lemak yang berlebihan akan menimbulkan
dampak yang negatif, untuk itu dianjurkan untuk tidak berlebihan dalam mengkonsumsi
lemak.
3. Sumber vitamin dan mineral terdapat pada vitamin A (hati, susu, wortel, dan sayuran),
vitamin D (ikan, susu, dan kuning telur), vitamin E (minyak, kacang-kacangan, dan
kedelai), vitamin K (brokoli, bayam dan wortel), vitamin B (gandum, ikan, susu, dan
telur), serta kalsium (susu, ikan, dan kedelai).
LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan keseluruhan keadaan yang meliputi suatu makhluk hidup atau
sekumpulan makhluk hidup. Pada umumnya lingkungan terbagi menjadi lingkungan fisik, sosial-
budaya, pendidikan, dan pekerjaan. Lingkungan yang sehat dapat memberikan pengaruh positif
terhadap setiap orang. Maka Kesehatan lingkungan dapat didefinisikan sebagai suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungannya agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.
4
Untuk lebih mengetahui detailnya, pembagian aspek-aspeknya terbagi menjadi lingkungan fisik
dan lingkungan non-fisik.:
Yang paling berpengaruh dalam aspek lingkungan non-fisik adalah masalah sosial dan
pendidikan yang berhubungan erat dengan masalah gizi buruk. Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat. Masalah pendidikan yang kurang dapat mempengaruhi terhadap asupan
gizi dan pola makan suatu individu.
Masalah sosial berkaitan dengan kepadatan penduduk. Salah satu hal yang
mempengaruhi terjadinya kepadatan penduduk adalah tidak berjalannya program KB dengan
baik. Program KB(Keluarga berencana) bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak dan mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi
terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dalam upaya menjamin
terkendalinya pertumbuhan penduduk Indonesia. Gerakan KB merupakan strategi pembangunan
berkelanjutan untuk penurunan tingkat fertilitas dan mendorong peningkatan kualitas sumber
daya manusia.
Kegiatan KB
5
Penanggulangan agar KB dapat berjalan lancar adalah:
B.Penyuluhan
Penyuluhan yang sekaligus untuk pengenalan dan pengarahan mengenai program keluarga
agar terwujudnya keluarga yang sejahtera kepada setiap pasangan. Dengan demikian, mereka
memahami seluk beluk program tersebut. Mulai dari manfaat, cara melakukan serta alat
kontrasepsi apa yang akan mereka pilih.
POSYANDU
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi, dan pelayanan kesehatan
masyarakat, oleh dan untuk masyarakat, yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan
sumber daya manusia sejak dini. Posyandu merupakan pusat pemberdayaan yang didirikan oleh
puskesmas.
6
pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam peningkat mutu manusia masa yang
akan datang dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 intervensi
yaitu :
1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga
kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.
Manfaat Posyandu
• Setiap program mencapai hasil optimal dalam keterbatasan tenaga, dana, metoda, sarana
dan prasarana
7
• Pemborosan dapat dihindari (efisien)
Meja 1: Pendaftaran
Meja 2: Penimbangan
Di Indonesia dikenal dengan cara penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang
diterapkan di setiap kelompok penimbangan balita di pos-pos pelayanan terpadu
(POSYANDU).Tumbuh dan berkembang anak dapat dilihat dari KMS.
Pengenalan Kartu Menuju Sehat kepada Ibu Hamil memerlukan pemikiran dan
perencanaan teliti dan tentunya, dukungan sumber dana. Uji lapangan Kartu Menuju Sehat Ibu
Hamil yang telah diadaptasi sesuai dengan keadaan setempat perlu dilakukan sebelum keputusan
untuk memperkenalkannya pada skala lebih luas. Kartu menuju sehat Ibu Hamil cocok
dipergunakan di daerah dengan infrastruktur pelayanan kesehatan primernya baik, terutama
dengan tenaga kesehatan primer yang bisa baca-tulis. Kartu ini khususnya berguna untuk daerah
dimana angka kematian ibu dan neonatus tinggi.7
Dalam operasionalnya kurva dibuat dengan bentuk kartu sehingga kartu ini dikenal
dengan nama “Kartu Menuju Sehat” atau disingkat KMS kartu ini dipegang oleh ibu dan harus
disimpan baik-baik dan dibawa pada waktu berkunjung ke pos penimbangan. Pada setiap
kunjungan berat badan anak harus diplot pada kartu menuju sehat tersebut sesuai dengan umur si
8
anak. Kurva berat badan yang cermat umumnya merupakan indikator yang peka bagi anak akan
status gizinya. Seandainya kartu menuju sehat digunakan secara rutin dan teratur, maka keadaan
gizi kurang dapat diidentifikasi sedini mungkin sehingga perawatan dapat dilakukan sebelum
keadaan gizi kurang itu terjadi.8 K
M
S
Dalam kartu menuju sehat (KMS) apabila pertemuan antara berat badan dengan umur
berada pada garis hijau maka individu tersebut normal tetapi apabila berada digaris merah maka
mengalami gizi buruk.
Pengukuran yang dilakukan untuk penilaian status gizi adalah dengan cara parameter
antropometri.
Antropometri: Umur, Berat badan, Tinggi badan, Lingkar lengan atas ,Lingkar kepala, Lingkar
dada dan Jaringan lunak.
PENYAKIT PENYERTA
Penyakit yang menyebabkan terjadi gizi buruk terbagi menjadi beberapa bagian yaitu
kurang energi protein(KEP), anemia, gangguan akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang
vitamin A(KVA).
Kurang energi protein (KEP) merupakan salah satu penyebab terjadinya gizi buruk yang
disebabkan karena kurangnya energy dan protein. Sebagai contohnya seperti Marasmus dan
Kwashiorkor. Marasmus diakibatkan karena kurangnya energi. Makanan yang mengandung
energi adalah makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti, nasi dan lain-lain. Sedangkan
Kwashiorkor adalah gizi buruk yang terjadi karena kurang protein seperti kandungan pada ikan,
keju dan sebagainya.
Bentuk KEP pada anak terbagi menjadi kronis dan akut. Kronis terjadi dalam waktu yang
lama sedangkan akut terjadi dalam waktu yang singkat. Kronis dapat disebut juga Stunting yang
dapat dicirikan oleh hambatan pertumbuhan tinggi badan menurut umur(TB/U). Akut disebut
juga dengan Wasting yang dicirikan oleh turunnya berat badan menurut tinggi badan(BB/TB).
9
Penanganan kurang energi-protein:
Kepada si ibu harus dibantu untuk memperbaiki makanan anaknya. Ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan konsentrasi energi dan protein dalam makanan anak yang bersangkutan. Diberikan
lebih sering, makanan dibuat lebih beragam (bervariasi), termasuk pangan hewani bila
memungkinkan, diberi makanan tambahan melalui pusat-pusat pelayanan gizi, kecuali selalu
dipantau berat badan dan kesehatannya.
KEP berat
Anak dengan KEP berat khususnya jika terdapat infeksi akut, diare dan dehidrasi,
xerophthalmia atau anemia berat, maka anak yang demikian harus dirawat di rumah sakit karena
bila tidak dapat terjadi kondisi yang lebih gawat. Hal-hal berikut dapat dilakukan dalam
menangani KEP berat:
Gangguan akibat kurang iodium disebabkan karena kekurangan asupan, terkonsumsi zat
goitrogenic, alami, polutan, dan kontrasepsi hormonal.GAKI dapat ditanggulangi dengan
konsumsi garam beryodium. Kurang vitamin A dapat menyebabkan orang menjadi rabun senja.
Oleh karena itu dapat dicegah dengan konsumsi makanan yang mengandung vitamin a seperti
wortel, sayuran dan sebagainya.
10
PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
Pemberian makanan tambahan merupakan salah satu cara umtuk mengurangi terjadinya
gizi buruk. PMT sebagai sarana pemulihan gizi dalam arti kuratif, rehabilitatif dan sebagai
sarana untuk penyuluhan merupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian gizi berupa makanan
dari luar keluarga, dalam rangka program UPGK. PMT ini diberikan setiap hari, sampai keadaan
gizi penerima makanan tambahan ini menunjukkan perbaikan dan hendaknya benar-benar
sebagai penambah dengan tidak mengurangi jumlah makanan yang dimakan setiap hari dirumah.
Pada saat ini program PMT tampaknya masih perlu dilanjutkan mengingat masih banyak balita
dan anak-anak yang mengalami kurang gizi bahkan gizi buruk. Pemberian makanan tambahan
seperti susu formula, buah-buahan, makanan padat, dan makanan selingan pada bayi. Contoh
lainnya seperti pemberian makanan tambahan di suatu sekolah dasar yang dilakukan oleh
pemerintah.
Tujuan PMT adalah untuk memperbaiki keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi
yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang tiga kali berturut-
turut tidak naik timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak dibawah garis
merah. Bahan makanan yang digunakan dalam PMT hendaknya bahan-bahan yang ada atau
dapat dihasilkan setempat, sehingga kemungkinan kelestarian program lebih besar. Diutamakan
bahan makanan sumbar kalori dan protein tanpa mengesampingkan sumber zat gizi lain seperti:
padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, ikan, sayuran hijau, kelapa dan hasil olahannya.
1. Pemulihan. Bertujuan agar gizi yang buruk menjadi gizi baik untuk kesejahteraan suatu
individu.
2. Penyuluhan. Memberi masukan kepada masyarakat untuk mencegah agar tidak terjadinya
gizi buruk.
11
Kesimpulan
12
Daftar Pustaka
1. Gibney MJ, Hartono A, Widyastuti P, Hardiyanti EA. Gizi kesehatan masyarakat Jakarta:
EGC; 2008:303.
2. Kusrini. Sistem pakar, teori dan aplikasi. Yogyakarta: ANDI; 2006:23-4.
3. Subroto MA. Real food true health. Jakarta: Agromedia; 2008:106-7.
4. Suhardjo, Kusharto CM. Prinsip-prinsip ilmu gizi. Yogyakarta: Kanisius; 2008:1-2.
5. Asmadi. Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC; 2008:40-1.
6. Uripni CL, Sujianto U, Indrawati T. Komunikasi kebidanan. Jakarta: EGC; 2003:94.
7. Kartini A. Kartu menuju sehat ibu hamil: penuntun untuk pengembangan, adaptasi, dan
evaluasi. Jakarta: EGC; 2004:54-5.
8. Suhardjo. Pemberian makanan pada bayi dan anak. Yogyakarta: Kanisius; 2007:45-9.
13