Professional Documents
Culture Documents
Makalah KLP 11
Makalah KLP 11
Disusun oleh:
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak dosen yang
telah memberikan tugas kepada kelompok kami. Kami juga mengucapakan banyak terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami sangat menerima masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga
kami dapat melakukan perbaikan terhadap makalah ini untuk menjadi makalah yang baik dan
benar.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan
mahasiswa/i.
Pemakalah
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
A. Kesimpulan...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah suatu agama yang berisi suatu ajaran tentang tatacara hidup yang
dituangkan Allah kepada umat manusia melalui para Rasulnya sejak dari Nabi Adam
sampai kepada Nabi Muhammad saw. Kalau para Rasul sebelum Nabi Muhammad Saw,
pendidikan itu berwujud prinsif atau pokok-pokok ajaran yang disesuaikan menurut
keadaaan dan kebutuhan pada waktu itu, bahkan disesuaikan menurut lokasi atau
golongan tertentu, maka pada Nabi Muhammad saw. Prinsip pokok ajaran itu disesuaikan
dengan kebutuhan umat manusia secara keseluruhan, yang dapat berlaku pada segala
masa dan tempat. Ini berarti bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Rasul merupakan
ajaran yang melengkapi atau menyempurnakan ajaran yang dibawa oleh para Nabi
sebelumnya.
Sains memang merupakan hal yang sangat penting, apalagi di zaman modern ini,
yang sangat menjunjung tinggi nilai rasionalitas (terutama negara Barat), sehingga segala
sesuatu harus disesuaikan dengan logika. Sebenarnya, bila diamati, antara ajaran Islam
dengan pendidikan sains tidak ada pertentangan, bahkan Islam mewajibkan umatnya
untuk mencari ilmu. Salah satu dasar (dalil) yang populer adalah hadits Rasulullah SAW.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Secara etimologis, kata interkoneksi berarti hubungan satu sama lain sedangkan
integrasi berarti pembaruan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.1
Porwadarminta mengungkapkan bahwa integrasi secara etimologis dapat dipahami
sebagai perpaduan, penyatuan dan penggabungan dua objek atau lebih. 2 Jadi integrasi –
interkoneksi adalah suatu penggabungan dan penyambungan dari berbagai ilmu umum
khususnya ilmu alam dengan ilmu-ilmu agama. Berbagai ilmu pengetahuan itu saling
berkaitan antara ilmu yang satu dengan yang lainnya, oleh sebab itu seharusnya tidak
hanya belajar satu ilmu, melainkan berbagai ilmu, karena hubungan antara ilmu itu saling
berkaitan. Adanya konsep integrasi keilmuan dikalangan ilmuan ini berkaitan erat dengan
konteks historis dan sosiologis, baik dari segi perkembagan ilmu itu sendiri maupun dari
segi perkembangan agama, yang sudah lama mengalami dikotomisasi dikalangan ilmuan
barat dan ilmuan muslim.
1
Tim Penyusun, KBBI (Jakarta:Pusat Bahasa, 2008), hlm. 559
2
Poerwadarminta, W.J.S Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka, 1985), hlm.384.
menyeimbangkan ketiga entitas diatas dalam berbagai segi kehidupan, maka telah
menghilangkan dikotomis.
Sains semula berasal dari bahasa asing science berasal dari kata latin scientia yang
berarti saya tahu. Kata science sebenarnya berarti ilmu pengetahuan yang terdiri dari
social science (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam).
Namun dalam perkembangannya science diterjemahkan sebagai sains yang berarti ilmu
pengetahuan alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan
dengan etimologi. Menurut H. W Fowler, sains adalah pengetahuan yang sistematis dan
dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama
atas pengamatan dan deduksi. Adapun wahyana mengatakan bahwa sains adalah suatu
kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh
adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
c. Sanggup mengubah kesimpulan dan hasil eksperimennya bila ada bukti-bukti yang
meyakinkan benar
3
Sukarno, dkk. 1981. Dasar-dasar Pendidikan Sains, Jakarta: Bathara Karya, 1981
Menurut Sumaji, pendidikan sains mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam kehidupan seharihari.
c. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ihniah untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
d. Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya, sehingga siswa
terdorong untuk mencintai dan mengagungkan penciptanya.
f. Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang teknologi.
Di dalam mencapai tujuan ini banyak pendekatan yang digunakan dan sesuai dengan
sains itu sendiri yaitu: pendekatan lingkungan, pendekatan ketrampilan proses, pendekatan
inquiry, dan pendekatan terpadu. Nilai-nilai yang ada dalam Al-Qur’an akan sangat efektif
untuk mendorong anak didik untuk belajar sains bagi anak didik yang mempunyai
pengetahuan dan kotnitmen terhadap agama yang kuat. Hal ini akan lebih efektif bila
dituangkan dalam kurikulum pendidikan nasional.
Kata “Sains” biasa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan
asal dari kata natural science. Natural artinya alamiah serta berhubungan dengan alam,
sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Sehingga science secara harfiah berarti ilmu
yang mempelajari mengenai alam atau mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.5
Sains mengalami perkembangan yang sangat pesat, Sains terus didorong agar mampu
menjadi acuan kemajuan zaman dan teknologi. Pendidikan yang membawa semangat sains
modern yang memiliki pandangan yang kurang mendukung terhadap agama maka akan
menjadi tidak terintegrasi dengan baik pada sistem pendidikan Islam. Hal ini pada akhirnya
4
Sumaji, dkk. 1998. Pendidikan yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius.
5
Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta: Depdiknas.
menimbulkan kerugian di antara keduanya, karena tidak adanya integrasi timbal balik,
sehingga pendidikan Islam mengalami berbagai krisis, diantaranya krisis konseptual,
kelembagaan metodologi atau pedagogik, dan krisis orientasi.6 Agar tidak menjadi kerugian
bagi keduanya baik sains dan juga agama maka disini perlu adanya integrasi dari sains dan
juga bidang agama. Kajian-kajian sains yang berbasis Islam terapan merupakan salah satu
alternatif untuk mewadahi kekhawatiran dari dikotomisasi kedua bidang tersebut.
6
Arif, Mahmud. 2008 Pendidikan Islam Transformatif. Yogyakarta: LKiS.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Poerwadarminta, W.J.S Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka, 1985),
hlm.384.
Sukarno, dkk. 1981. Dasar-dasar Pendidikan Sains, Jakarta: Bathara Karya, 1981
Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta: Depdiknas