You are on page 1of 12

Integrasi dan Interkoneksi Islam dan Sains

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Islam dan Sains

Dosen Pengampu: Dr. Moch. Muwaffiqillah, S. IP, M. Fil. I

Disusun oleh:

Dewi Nur Aisyah (22105001)

Faiz Jauhar Syahputra (22105016)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

TAHUN AJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar.

Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak dosen yang
telah memberikan tugas kepada kelompok kami. Kami juga mengucapakan banyak terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami sangat menerima masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga
kami dapat melakukan perbaikan terhadap makalah ini untuk menjadi makalah yang baik dan
benar.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan
mahasiswa/i.

Kediri, 29 Mei 2023

Pemakalah
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Tujuan.............................................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN........................................................................................................................6

A. Pengertian Integrasi dan Interkoneksi.............................................................................6

B. Konsep Pembelajaran Sains............................................................................................7

C. Tujuan Pendidikan Sains.................................................................................................8

D. Perkembangan Sains Berbasis Islam...............................................................................9

BAB III.....................................................................................................................................11

PENUTUP................................................................................................................................11

A. Kesimpulan...................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah suatu agama yang berisi suatu ajaran tentang tatacara hidup yang
dituangkan Allah kepada umat manusia melalui para Rasulnya sejak dari Nabi Adam
sampai kepada Nabi Muhammad saw. Kalau para Rasul sebelum Nabi Muhammad Saw,
pendidikan itu berwujud prinsif atau pokok-pokok ajaran yang disesuaikan menurut
keadaaan dan kebutuhan pada waktu itu, bahkan disesuaikan menurut lokasi atau
golongan tertentu, maka pada Nabi Muhammad saw. Prinsip pokok ajaran itu disesuaikan
dengan kebutuhan umat manusia secara keseluruhan, yang dapat berlaku pada segala
masa dan tempat. Ini berarti bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Rasul merupakan
ajaran yang melengkapi atau menyempurnakan ajaran yang dibawa oleh para Nabi
sebelumnya.

Sains memang merupakan hal yang sangat penting, apalagi di zaman modern ini,
yang sangat menjunjung tinggi nilai rasionalitas (terutama negara Barat), sehingga segala
sesuatu harus disesuaikan dengan logika. Sebenarnya, bila diamati, antara ajaran Islam
dengan pendidikan sains tidak ada pertentangan, bahkan Islam mewajibkan umatnya
untuk mencari ilmu. Salah satu dasar (dalil) yang populer adalah hadits Rasulullah SAW.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan integrasi dan interkoneksi?


2. Bagaimanakah konsep pembelajaran sains?
3. Apa saja tujuan pendidikan sains?
4. Bagaimana perkembangan sains yang berbasis islam?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari integrasi dan interkoneksi


2. Untuk mengetahui konsep pembelajaran sains
3. Untuk mengetahui tujuan dari pendidikan sains
4. Untuk mengetahui perkembangan sains yang berbasis islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Integrasi dan Interkoneksi

Secara etimologis, kata interkoneksi berarti hubungan satu sama lain sedangkan
integrasi berarti pembaruan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.1
Porwadarminta mengungkapkan bahwa integrasi secara etimologis dapat dipahami
sebagai perpaduan, penyatuan dan penggabungan dua objek atau lebih. 2 Jadi integrasi –
interkoneksi adalah suatu penggabungan dan penyambungan dari berbagai ilmu umum
khususnya ilmu alam dengan ilmu-ilmu agama. Berbagai ilmu pengetahuan itu saling
berkaitan antara ilmu yang satu dengan yang lainnya, oleh sebab itu seharusnya tidak
hanya belajar satu ilmu, melainkan berbagai ilmu, karena hubungan antara ilmu itu saling
berkaitan. Adanya konsep integrasi keilmuan dikalangan ilmuan ini berkaitan erat dengan
konteks historis dan sosiologis, baik dari segi perkembagan ilmu itu sendiri maupun dari
segi perkembangan agama, yang sudah lama mengalami dikotomisasi dikalangan ilmuan
barat dan ilmuan muslim.

Wacana Integrasi keilmuan ini dimaksudkan sebagai upaya memadukan dua


entitas yang berbeda (ilmu umum dan ilmu agama Islam) agar menjadi satu payung
keilmuan. Konsep integrasi keilmuan dikalangan umat Islam, terkenal dengan istilah
Islamisasi ilmu pengetahuan dengan upaya memasukkan nilai-nilai agama ke dalam
paradigma ilmu. Interkoneksi adalah suatu paradigma yang mempertemukan ilmu agama
dengan ilmu-ilmu umum dan filsafat. Agama (nash) (alam dan sosial) dan falsafah (etika)
sejatinya mempunyai nilai-nilai yang dapat dipertemukan. Dalam mazhab ini, tiga entitas
diatas dianggap sama-sama memiliki kelebihan dan kelemahan, karenanya satu sama lain
harus saling kerja sama, saling mengisi dan melengkapi, jika berhasil memadukan dan

1
Tim Penyusun, KBBI (Jakarta:Pusat Bahasa, 2008), hlm. 559
2
Poerwadarminta, W.J.S Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka, 1985), hlm.384.
menyeimbangkan ketiga entitas diatas dalam berbagai segi kehidupan, maka telah
menghilangkan dikotomis.

B. Konsep Pembelajaran Sains

Sains semula berasal dari bahasa asing science berasal dari kata latin scientia yang
berarti saya tahu. Kata science sebenarnya berarti ilmu pengetahuan yang terdiri dari
social science (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam).
Namun dalam perkembangannya science diterjemahkan sebagai sains yang berarti ilmu
pengetahuan alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan
dengan etimologi. Menurut H. W Fowler, sains adalah pengetahuan yang sistematis dan
dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama
atas pengamatan dan deduksi. Adapun wahyana mengatakan bahwa sains adalah suatu
kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh
adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Berangkat dari beberapa penjelasan di atas, maka sains mempunyai ciri-ciri:


kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala
alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta
menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Sains
mempunyai nilai tersendiri, di antaranya dalam pendidikan. Nilai sains lainnya juga
terintegrasi dalam proses pendidikan. Pendidikan bertujuan menempatkan kita pada dunia
ini agar dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan jaman. Dengan sains sebagai aIat
pendidikan seorang anak akan dilatih untuk mengamati, menggunakan mata, telinga,
penciuman, melakukan pengukuran dengan alat-alat, melakukan percobaan dan
menganalisis hasil-hasil pengamatan ini. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan
tentunya seorang anak didik harus cakap dan terampil dalam melakukan kegiatan sains
dan harus dilakukan latihan secara terus menerus. Secara singkat, nilai-nilai yang
ditanamkan dalam pendidikan sains ini adalah:

1. Kecakapan berfikir dan bekerja menurut langkahlangkah yang teratur.

2. Keterampilan mengadakan pengamatan dan penggunaan alat-alat eksperimen.


3. Memiliki sikap iimiah yang ditandai dengan:

a. Tidak berprasangka dalam mengambil keputusan.

b. Sanggup menerima gagasan-gagasan dan saransaran baru (toleran).

c. Sanggup mengubah kesimpulan dan hasil eksperimennya bila ada bukti-bukti yang
meyakinkan benar

d. Bebas dari tahayul

e. Dapat membedakan fakta dan opini

f. Membuat perencanaan teliti sebelum bertindak

g. Teliti, hati-hati dan seksama dalam bertindak

h. Ingin tahu apa,bagaimana dan mengapa demikian

i. Menghargai pendapat orang lain

j. Menghargai isi maupun metode sains3

C. Tujuan Pendidikan Sains

Antara manusia dengan sains saling membutuhkan. Manusia memerlukan sains


dalam hidupnya untuk kesejahteraan dan pengembangan kehidupannya. Sains sendiri
perlu mendapat sentuhan tangan manusia untuk menjadi lebih berkembang, dapat
perhatian, dan terkuak konsep konsep sains serta penerapannya dalam teknologi yang
bermuara terhadap kesejahteraan hidup manusia itu sendiri. Soal kebutuhan hidup
manusia, pangan, sandang, perumahan, kesehatan, kependudukan, pertanian, pendidikan
dan lain sebagainya, adalah suatu masalah yang menyangkut sains, baik itu langsung
maupun tidak langsung. Bagaimana mendapatkan pangan yang memenuhi standar
kesehatan, perumahan yang layak, kesehatan yang memadai, pendidikan yang layak, dan
kebutuhan hidup lainnya, diperlukan sains. Sebagai contoh pada tahun 1970-an padi yang
kita punyai adakh padi yang umurnya panjang, buahnya sedikit, dan tidak tahan terhadap
hama. Maka untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat sangat terbatas sekali.

3
Sukarno, dkk. 1981. Dasar-dasar Pendidikan Sains, Jakarta: Bathara Karya, 1981
Menurut Sumaji, pendidikan sains mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam kehidupan seharihari.

b. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dalam memperoleh, mengembangkan, dan


menerapkan konsep-konsep sains.

c. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ihniah untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.

d. Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya, sehingga siswa
terdorong untuk mencintai dan mengagungkan penciptanya.

e. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa.

f. Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang teknologi.

g. Memupuk serta mengembakan minat siswa terhadap sains.4

Di dalam mencapai tujuan ini banyak pendekatan yang digunakan dan sesuai dengan
sains itu sendiri yaitu: pendekatan lingkungan, pendekatan ketrampilan proses, pendekatan
inquiry, dan pendekatan terpadu. Nilai-nilai yang ada dalam Al-Qur’an akan sangat efektif
untuk mendorong anak didik untuk belajar sains bagi anak didik yang mempunyai
pengetahuan dan kotnitmen terhadap agama yang kuat. Hal ini akan lebih efektif bila
dituangkan dalam kurikulum pendidikan nasional.

D. Perkembangan Sains Berbasis Islam

Kata “Sains” biasa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan
asal dari kata natural science. Natural artinya alamiah serta berhubungan dengan alam,
sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Sehingga science secara harfiah berarti ilmu
yang mempelajari mengenai alam atau mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.5

Sains mengalami perkembangan yang sangat pesat, Sains terus didorong agar mampu
menjadi acuan kemajuan zaman dan teknologi. Pendidikan yang membawa semangat sains
modern yang memiliki pandangan yang kurang mendukung terhadap agama maka akan
menjadi tidak terintegrasi dengan baik pada sistem pendidikan Islam. Hal ini pada akhirnya
4
Sumaji, dkk. 1998. Pendidikan yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius.
5
Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta: Depdiknas.
menimbulkan kerugian di antara keduanya, karena tidak adanya integrasi timbal balik,
sehingga pendidikan Islam mengalami berbagai krisis, diantaranya krisis konseptual,
kelembagaan metodologi atau pedagogik, dan krisis orientasi.6 Agar tidak menjadi kerugian
bagi keduanya baik sains dan juga agama maka disini perlu adanya integrasi dari sains dan
juga bidang agama. Kajian-kajian sains yang berbasis Islam terapan merupakan salah satu
alternatif untuk mewadahi kekhawatiran dari dikotomisasi kedua bidang tersebut.

6
Arif, Mahmud. 2008 Pendidikan Islam Transformatif. Yogyakarta: LKiS.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Makna integrasi interkoneksi adalah suatu penggabungan dan penyambungan dari


berbagai ilmu umum khususnya ilmu alam dengan ilmu-ilmu agama, karena pada hakekatnya
berbagai ilmu pengetahuan itu saling berkaitan antara ilmu yang satu dengan yang lainnya.
Pada saat sekarang sudah bukan masanya bahwa disiplin ilmu-ilmu agama berdiri sendiri dan
steril dari kontak intervensi ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu kealaman, begitu pula sebaliknya
maka perlu adanya integrasi dengan ilmu-ilmu sistematik.

Pendidikan sains mempunyai tujuan sebagai berikut: memberi bekal pengetahuan


dasar, baik untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari hari, mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dalam
memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep sains, menanamkan sikap
ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ihniah untuk memecahkan masalah
yang dihadapi, menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya, sehingga
siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan penciptanya, memupuk daya kreatif dan
inovatif siswa, membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang
teknologi, memupuk serta mengembakan minat siswa terhadap sains.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun, KBBI (Jakarta:Pusat Bahasa, 2008), hlm. 559

Poerwadarminta, W.J.S Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka, 1985),
hlm.384.

Sukarno, dkk. 1981. Dasar-dasar Pendidikan Sains, Jakarta: Bathara Karya, 1981

Sumaji, dkk. 1998. Pendidikan yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius

Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta: Depdiknas

Arif, Mahmud. 2008 Pendidikan Islam Transformatif. Yogyakarta: LKiS.

You might also like