You are on page 1of 27

MAKALAH

PRAKTIK PENGAUDITAN
AKTIVITAS DALAM MENCAPAI KESIMPULAN AUDIT YANG BERKUALITAS
PT BUKIT ASAM TBK (PTBA)
Dosen Pengampu: Bapak Baniady Gennody Pronosokodewo., M.Si., Ak.

Kelompok 5:
1. Rizki Dwi Septiani (19133100079)
2. Fadhillah Sahnaa (19133100094)
3. Anindya Damayanti (19133100107)

Kelas: A3

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2022
A. LATAR BELAKANG PERUSAHAAN
PT Bukit Asam Tbk, yang selanjutnya disebut sebagai “Perusahaan” atau “PTBA”
secara legal formal berdiri pada tanggal 2 Maret 1981 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
42 tahun 1980 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian
Perusahaan Perseroan (Persero) Tambang Batu bara Bukit Asam. Perusahaan memiliki sejarah
yang sangat panjang di industri batu bara nasional. Operasional dari perusahaan ini ditandai
dengan beroperasinya tambang Air Laya di Tanjung Enim tahun 1919 oleh Pemerintah
Kolonial Belanda. Kala itu, penambangan masih menggunakan metode penambangan terbuka
(open pit mining).
Seiring berjalannya waktu hingga tahun 2017, Perusahaan memasuki babak baru
dengan resmi bergabung bersama PT Aneka Tambang Tbk. dan PT Timah Tbk. dalam Holding
BUMN Pertambangan dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) sebagai induk
holding. Tergabungnya Perusahaan ke dalam holding tersebut juga memberikan efek domino
dalam kebijakan Perusahaan, di antaranya dengan perubahan nama dan status PT Bukit Asam
(Persero) Tbk menjadi PT Bukit Asam Tbk. Bergabungnya Perusahaan ke dalam Holding
BUMN Pertambangan ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas usaha dan pendanaan,
pengelolaan sumber daya alam mineral dan batu bara yang lebih efektif, peningkatan nilai
tambah melalui hilirisasi dan meningkatkan kandungan lokal, serta efisiensi biaya dari sinergi
yang dilakukan.
Kegiatan usaha dari PTBA yaitu pertama, mengusahakan pertambangan yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan, dan
perdagangan bahan-bahan galian terutama batu bara. Kedua, mengusahakan pengolahan lebih
lanjut atas hasil produksi bahan-bahan galian terutama batu bara. Ketiga, memperdagangkan
hasil produksi sehubungan dengan usaha di atas, baik hasil sendiri maupun hasil produksi
pihak lain, baik di dalam maupun luar negeri. Keempat, mengusahakan dan/atau
mengoperasikan pelabuhan dan/ atau dermaga khusus batu bara, baik untuk keperluan sendiri
maupun keperluan pihak lain. Kelima, mngusahakan dan/atau mengoperasikan pembangkit
listrik tenaga uap atau lainnya, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk keperluan pihak
lain. Keenam, memberikan jasa-jasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang ada
hubungannya dengan pertambangan batu bara beserta hasil-hasil olahannya.
Kepemilikan dari PTBA ini meliputi: 1) Pemerintah Indonesia = 0,00% (5 lembar
saham Seri A Dwiwarna) 2) PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) = 65,93%
(7.595.650.695 lembar saham Seri B) 3) PT Bukit Asam Tbk (saham treasuri) = 2,87%
(330.296.000 lembar saham Seri B), dan 4) Publik, Masing-masing kurang dari 5% = 31,20%
(3.594.712.550 lembar saham Seri B). selanjutnya, terkait modal dasarnya yaitu
Rp4.000.000.000.000 dan untuk pencatatan saham yaitu di Bursa Efek Indonesia (BEI).

VISI Menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan.


MISI Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi korporasi
dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi
stakeholder dan lingkungan.
MAKNA Mempersembahkan sumber energi untuk kehidupan dunia dan bumi yang
lebih baik.
B. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi Perusahaan telah disahkan melalui Keputusan Direksi No.187/0100/2019
tanggal 12 Juni 2019 Perubahan V Keputusan Direksi Nomor 040/KEP/Int-0100/OT.01/2017
tentang Struktur Organisasi PT Bukit Asam (Persero) Tbk yaitu sebagai berikut:
C. ICoFR
1. Adjusting financial reporting risk

Pengaruh terhadap Pelaporan


No. Risiko Penjelasan
Keuangan PTBA
Kerugian langsung atau Setiap risko yang diidentifikasi belum tentu
tidak langsung yang terkait terjadi. Namun, jika risiko tersebut terjadi
dengan potensi maka akan mengganggu pencatatan
Risiko penyimpangan operasional keuangan di PTBA. Mengapa demikian?
1
Operasional bisnis Perusahaan yang Karena pelaporan yang awalnya sudah
disebabkan oleh manusia, disusun sedemikian rupa, sewaktu-waktu
material, peralatan, modal, dapat diubah untuk dilakukan penyesuaian
dan metode. yang disebabkan adanya risiko tersebut.
Kerugian yang terkait Risiko ini jelas berpengaruh karena
dengan potensi indikator yang ada di dalamnya merupakan
penyimpangan hasil dari kejadian yang tidak terduga. Dalam hal ini,
transaksi dan instrumen Perusahaan tentu akan melakukan
keuangan (suku bunga, perubahan untuk penyesuaian terhadap
Risiko
2 nilai tukar, komoditas, risiko tersebut. Walaupun dalam
Finansial
likuiditas, ekuitas, dan penyusunan awal dapat berpedoman dari
kredit). risiko yang sudah diidentifikasi pada tahun
sebelumnya, nmaun hal itu tidak
sepenuhnya menjamin kekonsistenan
risiko.
Keadaan dimana Seperti halnya dengan risiko-risiko di atas,
kebijakan/panduan dalam tentunya risiko ini sangat berpengaruh
penyusunan pelaporan dalam pelaporan keuangan karena
Risiko
keuangan Perusahaan yang Perusahaan harus melakukan penyesuaian
3 Perubahan
berlaku itu mengalami terhadap aturan yang berlaku, sehingga
Kebijakan
perubahan (update). PTBA pun harus mengubah laporan yang
sudah dibuat sebelumnya untuk dilakukan
penyesuaian.

2. Adjust and implementat controls

No. Risiko Penyesuaian dan Implementasi Pengendalian


Pengendalian yang sudah disiapkan terhadap risiko ini yaitu
Perusahaan menyesuaikan jumlah dividen yang dibayar kepada
pemegang saham, pengembalian modal kepada pemegang saham,
mengeluarkan saham baru atau membayar utang. Selain itu,
Risiko Perusahaan melakukan monitor terhadap level kas dan setara kas yang
1
Operasional diperkirakan cukup untuk mendanai kegiatan operasional dan
mengurangi pengaruh fluktuasi dalam arus kas, monitor atas
perkiraan arus kas dan arus kas aktual, termasuk profil jatuh tempo
pinjaman, serta secara terus-menerus menilai kondisi pasar keuangan
untuk kesempatan memperoleh dana.
PTBA tentunya membuat berbagai metode untuk mengukur risiko
tersebut. Metode ini meliputi analisis sensitivitas untuk risiko tingkat
suku bunga, nilai tukar dan risiko harga lainnya, analisis umur piutang
untuk risiko kredit dan analisis beta untuk menentukan risiko pasar
dari portofolio investasi. Beberapa pengendalian yang sudah dikaji
oleh PTBA meliputi:
a. Melakukan analisa terkait besarnya bunga kupon yang ditawarkan
2 Risiko Finansial
pada obligasi dan tingkat imbal hasil yang secara umum
diharapkan pasar.
b. Mengelola risiko arus kas dari suku bunga dengan melakukan
pembiayaan pinjaman dengan suku bunga yang lebih rendah.
c. Mengelola risiko kredit yang terkait dengan aset keuangan tersedia
untuk dijual dengan memonitor reputasi, peringkat kredit dan
menekan risiko agregat dari masing-masing pihak dalam kontrak.
Sebenarnya risiko ini jarang terjadi di tengah penyusunan pelaporan
keuangan karena biasanya penyesuaian akan dilakukan di tahun buku
Risiko berikutnya. Adapun untuk pengendalian dari risiko ini yaitu
3 Perubahan Perusahaan berkaca dari standar terbaru (PSAK dan ISAK) yang
Kebijakan berlaku sebelumnya dan penerapan terhadap interprestasi baru serta
standar baru sudah dianalisis dengan baik serta disajikan dalam buku
tahunan.

3. Control remediation
Pengendalian-pengendalian yang sudah diterapkan Perusahaan yaitu meliputi:
a. Manajemen telah membuat kebijakan untuk mengelola risiko nilai tukar mata uang asing
terhadap mata uang fungsional. Dalam hal ini, pada tanggal 31 Desember 2019, jika Rupiah
melemah/menguat sebesar 10% terhadap dolar AS dengan variabel lain konstan, laba setelah
pajak untuk tahun berjalan akan lebih tinggi/rendah sebesar Rp61,7 miliar, (31 Desember 2018:
Rp57,9 miliar) (nilai penuh).
b. Pada tanggal 31 Desember 2019, jika tingkat bunga atas pinjaman lebih tinggi/rendah 1% dan
variabel lain dianggap tetap, laba setelah pajak untuk tahun berjalan akan mengalami
penurunan atau kenaikan sebesar Rp1,6 miliar nilai penuh) (31 Desember 2018: Rp2,4 miliar)
(nilai penuh), terutama sebagai akibat tingginya beban bunga dari pinjaman dengan suku bunga
mengambang.
c. Pemantauan terhadap perubahan standar akuntansi yang berlaku yaitu PSAK dan ISAK.

4. Identifikasi and manage changes


Pada bagian ini akan memuat perubahan-perubahan setelah diterapkannya pengendalian. Pada
PTBA ini, terdapat perubahan setelah diterapkannya pengendalian yaitu:
a. Pengendalian terhadap risiko suku bunga. Dalam pemantauan di atas, laba setelah pajak untuk
tahun berjalan akan mengalami penurunan atau kenaikan. Berdasarkan pengendalian tersebut,
benar adanya bahwa laba setelah pajak untuk tahun berjalan itu mengalami penurunan 21,10%
yaitu sebesar 1.080.718.
b. Penerapan dari interpretasi baru, amandemen dan penyesuaian tahunan terhadap standar
akuntansi, yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2019. Hal ini tidak menyebabkan
perubahan signifikan atas kebijakan akuntansi Perusahaan dan tidak memberikan dampak
material terhadap jumlah yang dilaporkan di laporan keuangan konsolidasian pada tahun
berjalan.

D. ANALISIS TREND
Analisis Trend
Dilakukan untuk menguji kecenderungan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan PTBA.
Angka Indeks = (Tahun pembanding – tahun dasar)/tahun dasar x 100%
URAIAN 2018 2019 TREND
Kas 6.301.163 4.756.801 32,46%
Pendapatan 21.166.993 21.787.564 (2,85%)
Persediaan 1.551.135 1.383.064 12,15%
Piutang dagang 2.521.257 2.482.837 1,55%
Hutang Lancar 7.903.237 7.675.226 2,97%
Laba bersih tahun berjalan 5,121,112 4,040,394 26,75%

E. SIKLUS-SIKLUS
1. Siklus Pendapatan
a. Risiko
Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Risiko bawaan yang penting terkait dengan transaksi pendapatan adalah waktu pengakuan
pendapatan. Pendapatan hanya dapat diakui pada saat direalisasi atau dapat direalisasikan dan
diperoleh. risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material dengan
tidak ada kebijakan dan prosedur struktur pengendalian internal yang terkait.
Pada PTBA untuk Realisasi pencapaian laba bersih (NPM) di bawah rencana. Dengan
adanya risiko tersebut terdapat upaya pengendalian yaitu Mengoptimalkan dan memonitor
pergerakan kurs dolar, suku bunga, valas terhadap dana dana idle cash yang ditempatkan pada
deposito, reksadana, obligasi (dalam rupiah dan dolar), Melakukan efisiensi biaya-biaya di
luar usaha.
Risiko Pengendalian (Control Risk)
Sebagai bagian dari pemahaman ini, auditor berfokus pada asersi yang relevan untuk
setiap akun dan mengidentifikasi pengendalian yang berhubungan dengan risiko untuk asersi
tersebut. Dalam audit terintegrasi atau dalam audit laporan keuangan saja di mana auditor
mengandalkan pengendalian, pemahaman ini akan digunakan untuk mengidentifikasi kontrol
penting yang perlu diuji.
Pada PT PTBA terdapat risiko yaitu Realisasi pendapatan usaha pada PT PTBA di
bawah rencana yang disebabkan oleh penjualan yang semakin menurun. Dalam hal ini upaya
yang dilakukan oleh perusahaan adalah Melakukan koordinasi dengan unit/satker terkait untuk
sinkronisasi produksi, angkutan dan penjualan, Meningkatkan volume kontrak penjualan
batubara spot yang potensi harga jualnya lebih tinggi, Melakukan negosiasi harga jual
batubara untuk mendapatkan harga yang terbaik, Melakukan pengawasan intensif terhadap
kualitas batubara dari front gali s/d dermaga/ pelabuhan.
Risiko Deteksi (Detection Risk)
Risiko ini mengacu pada risiko saat auditor gagal mendeteksi salah saji dan kesalahan
dalam laporan keuangan perusahaan dan akibatnya auditor mengeluarkan opini yang salah
atas laporan tersebut.
Pada PT PTBA untuk Realisasi volume penjualan batubara tidak tercapai sesuai
rencana. Upaya yang dilakukan adalah Melakukan koordinasi terpadu (task force) antara
PTBA dan PT KAI, Memastikan terealisasinya jadwal maintenance terencana terhadap
seluruh CHF dan kelengkapannya, Mengupayakan penyelesaian pembangunan infra-struktur
pengembangan Derti 5 Juta ton agar selesai sesuai rencana (Pebruari 2019: Perbaikan
Dermaga; Juli 2019: Pembangunan Sistem Penerimaan Baru), Konsultasi meminta
pendapat/arahan kepada Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara atas Permen ESDM
07/2017 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Logam dan Batubara.
b. Asersi
Asersi yang relevan dengan siklus pendapatan yaitu:

Asersi Prosedur Substantif Rinci Analisis pada PTBA


Keberadaan atau 1. Lakukan prosedur analitis Direksi untuk mendorong
keterjadian—Penjualan substantif. pertumbuhan pendapatan
yang tercatat dan piutang 2. Menelusuri faktur penjualan atas penjualan yang
adalah sah. ke pesanan pelanggan dan bill dilakukan melalui
of lading. peningkatan penjualan
3. Konfirmasi saldo atau tagihan ekspor ke berbagai negara;
yang belum dibayar dengan termasuk juga penerapan
pelanggan. penjualan produk batu bara
4. Periksa koleksi berikutnya Medium to High Calorie
sebagai bukti bahwa kepada pasar premium
penjualan itu ada. dengan tujuan memperbesar
5. Pindai jurnal penjualan untuk margin dan meningkatkan
entri duplikat. kinerja laba.
Kelengkapan—Semua 1. Lakukan prosedur analitis Pada PT PTBA sudah
penjualan dicatat. substantif. mencantumkan semua
2. Menelusuri bill of lading ke penjualan seperti Domestik
faktur penjualan dan jurnal dan ekspor pada laporan
penjualan. keuangan.
3. Perhitungkan urutan faktur
penjualan dalam jurnal
penjualan.
Hak dan kewajiban— 1. Menanyakan manajemen. Mekanisme review
Dijanjikan, didiskon, 2. Menelaah neraca saldo
Perusahaan atas transaksi
ditugaskan, dan pihak piutang usaha pihak berelasi. dengan Pihakpihak Berelasi
terkait piutang dengan 3. Meninjau perjanjian pinjaman dilakukan melalui proses
benar dicatat sesuai dan risalah rapat dewan. audit khususnya audit yang
dengan GAAP telah dilakukan oleh akuntan
publik dan dipublikasikan,
dimana mekanisme ini
tertuang dalam PSAK 7
tentang “Pengungkapan
Pihak-pihak Berelasi”
Penilaian atau 1. Verifikasi keakuratan klerikal Dalam PT PTBA untuk
alokasi—Penjualan dan dari faktur penjualan dan pendapatan yang dihasilkan
piutang dinilai dengan perjanjian penjualan faktur oleh perusahaan penjualan
benar dan dicatat dalam dengan dokumen pendukung. yang dilakukan perusahaan.
periode yang benar. 2. Menelusuri faktur penjualan “sedangkan pendapatan dari
Pendapatan telah diakui ke jurnal penjualan dan buku pihak ketiga justru
sesuai dengan GAAP. besar pelanggan. mengalami penurunan
3. Konfirmasi saldo atau tagihan sebesar Rp993,98 miliar atau
yang belum dibayar dengan 9,38%. Pendapatan tahun
pelanggan. 2019 mengalami peningkatan
4. Jurnal penjualan kaki dan seiring dengan peningkatan
neraca saldo piutang dagang volume penjualan sebesar
dan rekonsiliasi neraca saldo 1,07 juta ton dibandingkan
piutang usaha dengan akun tahun sebelumnya.
kontrol. Pendapatan batu bara masih
5. Menelaah kecukupan mendominasi jumlah
penyisihan piutang ragu-ragu. pendapatan keseluruhan”.
6. Lakukan uji pisah batas
penjualan.
Penyajian dan 1. Dapatkan konfirmasi dari Pada PT PTBA Penyusunan
pengungkapan— bank dan lembaga keuangan Laporan Keuangan sesuai
Berjanji, didiskon, lainnya. SAK ETAP, EMKM dan
ditugaskan, dan pihak 2. Menanyakan manajemen. SAK Umum.
terkait piutang dagang 3. Meninjau pekerjaan yang
diungkapkan dengan dilakukan di area audit
benar. Kebijakan lainnya.
pengakuan pendapatan 4. Tinjau kebijakan pengakuan
telah diungkapkan pendapatan untuk kesesuaian
dengan benar dan konsistensi.

c. Analisis pada PTBA


1. Pendapatan Perusahaan tahun 2019 sebesar Rp21,79 triliun, meningkat 2,93%
dibandingkan Pendapatan tahun 2018 sebesar Rp21,17 triliun.
2. Penjualan produk batu bara PTBA meningkat 12,56%, dari 24.692.862 ton di tahun 2018
menjadi 27.793.401 ton di tahun 2019. Kenaikan volume produksi batu bara PTBA tak
lepas dari kebijakan Pemerintah Indonesia yang menargetkan produksi tahun 2019
sebanyak 489,13 juta ton dengan proyeksi pemenuhan kebutuhan konsumsi domestik
sebanyak 128,04 juta ton atau 26,18%, dan sisanya untuk kebutuhan ekspor sebanyak
361,09 juta ton atau 73,82%.

d. Kesimpulan
Pada PT PTBA untuk tahun 2019 tercatat pada pendapatan meningkat 2,93%
dibandingkan dengan pendapatan tahun 2018. Hal ini disebabkan seiring dengan
meningkatnya penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Penjualan produk batu bara PTBA
meningkat 12,56%. Kenaikan volume produksi batu bara PTBA tak lepas dari kebijakan
Pemerintah Indonesia yang menargetkan produksi tahun 2019 sebanyak 489,13 juta ton
dengan proyeksi pemenuhan kebutuhan konsumsi domestik sebanyak 128,04 juta ton atau
26,18%, dan sisanya untuk kebutuhan ekspor sebanyak 361,09 juta ton atau 73,82%.

2. Siklus Kas dan Sekuritas yang Diperdagangkan


a. Risiko
Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Kas dapat digunakan untuk tujuan yang tidak sah, diposting ke rekening pelanggan yang
salah, atau tidak dicatat tepat waktu. Risiko bawaan saldo kas relatif tinggi, karena transaksi
kas berhubungan dengan seluruh kegiatan perusahaan dengan potensi penyimpangan tinggi.
Adapun risiko bawaan pada sekuritas yakni rentan terhadap pencurian dan inventasi akan
menajadi kompleks.
Pada PTBA terdapat risiko bawaan yang berkaitan dengan kurs Dolar AS. Nilai tukar
Rupiah terhadap Dolar AS (USD) di sepanjang tahun 2019 berada pada kisaran Rp13.919
hingga Rp14.525 per USD, berbanding dengan nilai tukar Rupiah disepanjang tahun 2018 di
kisaran Rp13.289 hingga Rp15.238 per USD.
Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko akan sistem pengendalian yang gagal dalam mencegah sehingga menimbulkan salah
saji material. Risiko pengendalian dipengaruhi oleh lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.

Risiko Disengaja Risiko yang Tidak Disengaja


(Kecurangan/Fraud) (Human Error)
Realisasi investasi pengembangan/
pembangunan infrastruktur jauh di bawah
rencana.
Investasi PTBA pada Anak/ Cucu Perusahaan
tidak kembali.
Risiko Deteksi (Detection Risk)
Dalam hal ini, auditor gagal mendeteksi terkait adanya kegiatan asuransi yang dilakukan
PTBA. Jadi, perusahaan melakukan asuransi terhadap tanaman perkebunan kepada PT
Asuransi Wahana Tata terhadap risiko kerugian yang disebabkan oleh kebakaran, wabah
penyakit, dan risiko lainnya, dengan jumlah yang menurut pendapat manajemen telah
memadai untuk menutupi kerugian yang mungkin timbul dari risiko-risiko tersebut. Dalam hal
ini, kami gagal mendeteksi ketepatan akan pernyataan manajemen terkait jumlah yang didapat
kan dari kegiatan asuransi tersebut sudah terbilang cukup untuk menutupi kerugian yang
mungkin terjadi.

b. Asersi
Asersi manajemen yang relevan dengan kas adalah sebagai berikut:
Asersi Pengujian Substantif Rincian Analisis pada PTBA
Keberadaan dan 1. Meninjau pencatatan kas PTBA Dari segi pencatatan dan
keterjadian— untuk memastikan besarnya kas informasi yang berkaitan
Saldo kas ada sudah sesuai dengan transaksi yang dengan kas dan setara kas
pada tanggal terjadi. sudah disajikan dengan baik
neraca. 2. Mengamati bukti-bukti transaksi oleh PTBA, namun untuk
yang ada guna melihat akan menelusuri alat dan segala
kebenaran jumlah kas. bukti yang ada tentu masih
3. Melakukan rekonsiliasi independen perlu dianalisis lebih dalam
dari saldo pada laporan bank dengan dan membutuhkan waktu lebih
saldo pada pembukuan perusahaan. lama.
4. Menelusuri alat yang digunakan
untuk transaksi, baik transaksi
dengan pencatatan manual atau
elektronik.
Kelengkapan— 1. Menanyakan kepada klien terkait Terkait prosedur substantif
Saldo kas riwayat transaksi yang terjadi di rinci pada asersi ini
mencakup semua PTBA. membutuhkan peninajuan
transaksi tunai 2. Melakukan pengamatan dan analisis secara langsung ke PTBA guna
yang telah terjadi terhadap bukti transaksi, kemudian membuktikan kebenarannya.
selama periode sinkronkan dengan laporan
tersebut. pencatatan kas untuk memastikan
kebenaran terjadinya transaksi.
3. Pilih sampel transaksi dan tinjau
untuk otorisasi dan kelengkapan
serta kebenaran pemrosesan yang
tepat.
Hak dan 1. Meninjau besarnya perolehan kas PTBA menyajikan informasi
kewajiban— dan piutang dari transaksi yang yang berkaitan dengan kas,
Perusahaan menjadi hak perusahaan. piutang, dan utang pada annual
memiliki hak atas 2. Meninjau pengeluaran kas yang report. Namun, terkait
akun kas pada terjadi dan utang untuk memastikan kebenaran diperlukan
tanggal neraca. kewajiban yang harus dipenuhi peninajuan lagi.
perusahaan.
Penilaian atau 1. Bandingkan arus kas dengan Kas yang dicatat oleh PTBA
alokasi— Saldo penjualan (arus kas sudah sesuai dengan
yang tercatat operasi/penjualan) dan profitabilitas perputaran penjualan dan
mencerminkan (arus kas operasi/laba bersih) untuk operasional perusahaan.
nilai ekonomi menemukan kebenaran dalam
sebenarnya dari pengalokasian/pengklasifikasian
aset tersebut. jenis transaksi.
2. Melakukan penelusuran proses
penerimaan kas mulai dari
penerimaan sampai dengan
penyusunan dokumen untuk
diproses guna memastikan
ketepatan pencatatan.
3. Menelaah laporan untuk transaksi
tunai yang tidak biasa seperti
transfer dana ke rekening lain,
penyetoran selain melalui proses
penerimaan kas biasa, dan
pengeluaran yang tidak diproses
melalui proses pengeluaran kas
biasa.
Penyajian dan 1. Konfirmasi ke lembaga keuangan di Laporan keuangan
pengungkapan— mana PTBA memiliki rekening kas konsolidasian PTBA telah
Kas atau hubungan lainnya. disusun berdasarkan Standar
diklasifikasikan 2. Melakukan wawancara dengan Akuntansi Keuangan di
dengan benar di pihak yang terkait dengan transaksi. Indonesia dan Peraturan yang
neraca dan 3. Mengkaji dan mengungkapkan ditetapkan oleh Otoritas Jasa
diungkapkan penyebab kas di tahun 2019 Keuangan (“OJK”) No.
dalam catatan atas mengalami penurunan. VIII.G.7 mengenai Pedoman
laporan keuangan. 4. Menelusuri standar pencatatan yang Penyajian Laporan Keuangan
berkaitan dengan kas, apakah
pencatatan sudah disajikan dengan
tepat dan akurat.

Asersi yang relevan dengan sekuritas yang diperdagangkan atau surat berharga yaitu:
Asersi Pengujian Substantif Rincian Analisis pada PTBA
Keberadaan dan 1. Memastikan pencatatan dan PTBA sudah menyajikan
keterjadian—Surat- pengelompokan surat berharga pada informasi terkait sekuritas
surat berharga ada perusahaan . yang diperdagangkan oleh
pada tanggal neraca. 2. Meninjau kebenaran surat berharga perusahaan dan terkait
yang sudah dicantumkan. pencatatan setiap kejadian
3. Melacak pencatatan transaksi surat yang berhubungan dengan
berharga perusahaan untuk sekuritas disajikan pada
memastikan bahwa transaksi benar- buku tahunan.
benar terjadi.
4. Melakukan uji pisah batas atas
penjualan sekuritas yang
diperdagangkan perusahaan dengan
penerimaan kas.
Kelengkapan— 1. Periksa surat berharga, apakah benar Audit ini perlu dilakukan
Saldo surat berharga adanya dan semua sudah terotorisasi secara langsung guna
mencakup semua dengan baik. memeriksa secara fisiknya.
transaksi surat 2. Melakukan pemeriksaaan terhadap Maka, untuk asersi ini
berharga yang telah dokumentasi otorisasi untuk pada PTBA belum bisa
terjadi selama pembelian dan penjualan surat dipastikan. Namun, terkait
periode tersebut. berharga tertentu selama tahun informasi kelengkapan
berjalan. saham yang
diperdagangkan di BEI
sudah dirangkum dengan
terstruktur oleh PTBA
yang disajikan pada
annual report.
Hak dan 1. Memeriksa dokumen yang dipilih Terkait pencatatan
kewajiban— untuk menentukan apakah ada pengakuan hak PTBA itu
Perusahaan memiliki pembatasan terhadap daya jual sudah ada pada annual
hak atas rekening sekuritas. report, namun untuk
surat berharga pada 2. Memastikan apakah pengakuan hak kebenaran dan ketepatan
tanggal neraca. yang dilakukan perusahaan itu sudah pengakuan tersebut
tepat. diperlukan penyelidikan
lebih dalam.
Penilaian atau 1. Menanyakan kepada dewan direksi Dilakukan dengan cara
alokasi—Saldo yang tentang pengawasan dewan terhadap observasi ke PTBA,
tercatat proses surat berharga dan memeriksa namun bisa juga dilakukan
mencerminkan nilai dokumentasi terkait. beberapa analisis rasio
ekonomi sebenarnya 2. Menanyakan kepada manajemen untuk PTBA.
dari aset tersebut. tentang prosesnya untuk menetapkan
penilaian surat berharga dan meninjau
dokumentasi terkait.
Penyajian dan Menentukan apakah sekuritas tersebut Pengkalsifikasian saham
pengungkapan— diklasifikasikan dengan benar, dan yang dimiliki PTBA sudah
Surat berharga bahwa setiap pembatasan dirangkum dengan baik,
diklasifikasikan penggunaannya diungkapkan dengan namun terkait kebenaran
dengan benar di tepat dalam catatan atas laporan dalam pengklasifikasian
neraca dan keuangan. tersebut masih diperlukan
diungkapkan dalam analisis lebih terperinci
catatan atas laporan lagi.
keuangan.

c. Analisis pada PTBA


1. Berkaitan dengan Investasi pada Entitas Asosiasi tahun 2019 sebesar Rp66,83 miliar turun
61,06% dibandingkan Investasi pada Entitas Asosiasi tahun 2018 sebesar Rp171,64 miliar.
Penurunan tersebut lebih disebabkan oleh penurunan nilai investasi pada PT Tabalong Prima
Resources dan PT Mitra Hasrat Bersama.
2. Investasi pada Ventura Bersama tahun 2019 sebesar Rp2,91 triliun, meningkat 18,96%
dibandingkan Investasi pada Ventura Bersama tahun 2018 sebesar Rp2,45 triliun.
Peningkatan disebabkan oleh penambahan penyertaan modal pada PT Huadian Bukit Asam
Power serta sebagai pengaruh dari serap laba PT Bukit Pembangkit Innovative dan PT
Huadian Bukit Asam Power.
3. Laba Tahun Berjalan yang Dapat Diatribusikan Kepada Kepentingan Non-Pengendali tahun
2019 sebesar Rp(16,49) miliar, turun 116,98% dibandingkan Laba Tahun Berjalan yang
Dapat Diatribusikan Kepada Kepentingan NonPengendali tahun 2018 sebesar Rp97,17
miliar. Penurunan ini disebabkan oleh adanya impairment atas investasi entitas asosiasi yang
dimiliki entitas anak PT Internasional Prima Coal, yakni PT Mitra Hasrat Bersama (PT
MHB) dan PT Tabalong Prima Resources (PT TPR) sebesar Rp105 miliar sehingga PT IPC
mengatribusikan rugi sebesar Rp16 miliar kepada non-pengendali.
d. Kesimpulan
Pada PT PTBA pada kas dan setara kas pada tahun 2019 sebesar Rp4,76 triliun, turun
24,51% dibandingkan kas dan setara kas tahun 2018 sebesar Rp6,30 triliun. Penurunan ini
seiring dengan peningkatan pemanfaatan idle cash melalui penempatan deposito berjangka
diatas 3 bulan yang dicatat sebagai aset lancar lainnya. Dengan seiring menurunnya kas pada
PT PTBA ini berpengaruh juga terhadap invetasi di PT PTBA ini. Investasi pada Entitas
Asosiasi tahun 2019 sebesar Rp66,83 miliar turun 61,06% dibandingkan Investasi pada Entitas
Asosiasi tahun 2018 sebesar Rp171,64 miliar. Penurunan tersebut lebih disebabkan oleh
penurunan nilai investasi pada PT Tabalong Prima Resources dan PT Mitra Hasrat Bersama.
Hal ini akan berhubungan pada laba tahun berjalan yang berpengaruh pada kesehatan
perusahaan karena pada PT ini untuk laba tahun berjalan juga mengalami penurunan.
Penurunan ini disebabkan oleh adanya impairment atas investasi entitas asosiasi yang dimiliki
entitas anak PT Internasional Prima Coal, yakni PT Mitra Hasrat Bersama (PT MHB) dan PT
Tabalong Prima Resources (PT TPR) sebesar Rp105 miliar sehingga PT IPC mengatribusikan
rugi sebesar Rp16 miliar kepada nonpengendali.

3. Siklus Utang Obligasi dan Ekuitas Pemegang Saham


a. Risiko
Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Risiko bawaan merupakan kerentanan asersi terhadap salah saji (misstatement) yang
material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada pengendalian yang berhubungan. Risiko
yang terjadi karena adanya karakter yang relatif bawaan/melekat pada suatu transaksi.
Realisasi pencapaian laba bersih di bawah rencana, dikarenakan kurangnya memonitor
kurs dolar, suku bunga, valas terhadap idle cash yang ditempatkan pada deposito, reksadana,
oblogasi (dalam rupiah dan dolar).
Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalian merupakan risiko salah saji yang material yang akan terjadi dalam
asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian perusahaan.
Risiko ini merupakan fungsi keefektifan perancangan dan operasi pengendalian internal dalam
mencapai tujuan entitas yang relevan untuk menyusun laporan keuangan entitas.
Likuiditas pada perusahaan merupakan potensi kerugian bagi perusahaan yang timbul
karena ketidakmampuannya dalam memenuhi kewajibannya. Pada PT Bukit Asam dalam
memenuhi kewajibannya berupaya mempertahankan kemampuannya untuk melakukan
pembiayaan atas pinjaman yang dimiliki dengan mencari berbagai sumber fasilitas pembiayaan
yang mengikat dari pemberi pinjaman. Perusahaan juga memonitor pergerakan perkiraan
kebutuhan likuiditas untuk memastikan tersedianya kas yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan kebutuhan operasionalnya serta untuk memelihara likuiditas perusahaan terhadap
fasilitas yang belum digunakan.
Risiko Deteksi (Detection Risk)
Risiko deteksi merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji yang
material dalam suatu perusahaan. Risiko ini merupakan fungsi keefektifan prosedur audit dan
aplikasinya oleh auditor. Hal ini sebagian muncul dari ketidakpastian yang ada ketika auditor
tidak memeriksa semua saldo akun atau kelompok transaksi untuk mengumpulkan bukti
tentang asersi lainnya.
b. Asersi
Asersi yang relevan dengan utang obligasi yaitu:
Asersi Prosedur Substantif Rinci
Keberadaan dan Melakukan uji pisah batas atas pembelian dan pengeluaran kas
Keterjadiaan
Kelengkapan 1. Meminta laporan bulanan vendor atau kirim konfirmasi ke
vendor besar untuk meminta pernyataan item pada akun
terbuka
2. Menyetujui pernyataan bulanan dan konfirmasi dari vendor
besar dengan akun daftar hutang
3. Memeriksa sampel pengeluaran kas yang dilakukan setelah
akhir tahun untuk menentukan apakah pengeluaran tersebut
untuk barang dan jasa yang berlaku pada tahun sebelumnya
4. Lakukan tinjauan analitis atas akun pengeluaran terkait
Hak dan Kewajiban Meninjau komitmen pembelian jangka panjang, dan tentukan
apakah kerugian perlu ditanggung terkumpul
Penilaian atau Alokasi Verifikasi akurasi matematis dari akun-akun tersebut, dan
menyetujuinya ke buku besar dan pendukungnya lalu
didokumentasikan.
Penyajian dan Meninjau pengungkapan laporan keuangan klien tentang:
Pengungkapan 1. Hutang usaha

Asersi yang relevan dengan ekuitas pemegang saham yaitu:

Asersi Prosedur Substantif Rinci Analisis Pada Ptba


Keberadaan atau - Biaya dividen tercatat Pada PT Bukit Asam Tbk, modal
keterjadian— benar-benar merupakan saham dan deviden sudah dicatat
Saldo modal saham hasil transaksi yang dengan benar sesuai tanggal neraca,
tercatat benar-benar terjadi selama satu terbukti pada jumlah saldo akun modal
ada pada tanggal periode. saham dan akun deviden pada laporan
neraca. - Cara menilai asersi ini keuangan sesuai dengan Catatan Atas
yaitu dengan melakukan Laporan Keuangan (CALK).
tracing transaksi atas
jumlah saldo yang
tercatat pada akun
modal saham.
Kelengkapan— Asersi ini menunjukkan Cara menilai asersi ini yaitu dengan
menekankan apakah bahwa: melakukan vouching mulai dari bukti
seluruh transaksi dan - Saldo saldo saham kepemilikan saham sampai dengan
saldo yang meliputi keseluruhan diakuinya kepemilikan saham yang sah.
semestinya jumlah nilai dari klaim Pada PT Bukit Asam Tbk transaksi
tercantum dalam pemilik saham pada yang dicatat selama setahun sudah
laporan keuangan, tanggal neraca. lengkap dan kelengkapan saldo ekuitas
sudah benar-benar - Bukti kepemilikan pemegang saham sudah disajikan di
dicatat dan disajikan. saham sudah tercatat neraca.
semua.
Hak dan Asersi ini menunjukkan Cara menilai asersi ini yaitu dengan
kewajiban—apakah bahwa: melakukan konfirmasi kepada investor
perusahaan - Saldo saham / pemegang saham apakah sudah
mempunyai hak menggambarkan memiliki hak dan kewajiban atas
kepemilikan yang kepemilikan yang sah kepemilikan saham pada perusahan
sah atas saldo oleh pemegang saham tersebut.
ekuitas pemegang atas aset perusahaan
saham. pada tanggal neraca.
Penilaian atau Asersi ini menunjukkan Cara menilai asersi ini yaitu dengan
alokasi—apakah bahwa: mengecek kembali / menilai kembali
ekuitas pemegang Saldo saham dinilai secara saldo saham pada laporan keuangan
saham telah tepat sesuai prinsip apakah sudah sesuai dengan SAK atau
disajikan dalam akuntansi yang diterima belum. Pada PT Bukit Asam Tbk ini
laporan keuangan umum PSAK) modal saham sudah dicatat
pada jumlah yang berdasarkan nilai perolehannya dan
tepat berdasarkan dialokasikan ke periode akuntansi yang
bukti transaksi yang semestinya.
ada.
Penyajian dan Asersi ini menunjukkan Cara menilai asersi ini yaitu dengan
pengungkapan— bahwa: melakukan observasi atas saldo akun
apakah transaksi dan - Saldo ekuitas terkait ekuitas pemegang saham.
saldo yang tercatat pemegang saham tepat
telah tepat diidentifikasi dan
diklasifikasikan, diklasifikasikan dalam
dijelaskan, dan laporan keuangan.
diungkapkan dalam Dividen saham dapat
neraca sesuai dengan dibagikan kepada
bukti yang pemegang saham sesuai
terhimpun. dengan nilai sahamnya.

c. Analisis pada PTBA


- Pinjaman bank
Tahun 2018 Tahun 2019 Kenaikan (Penurunan) Increase (Decrease)
318.972 162.474 (156.498)
Penurunan dari pinjaman bank ini hampir 50%, sehingga hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan dapat mengelola utang dengan cukup baik. Namun, hal itu tentunya didukung oleh
kegiatan lainnya yang dilakukan oleh perusahaan guna mengendalikan utang atau pinjaman
tersebut.

- Liabilitas sewa pembiayaan


Akun ini memuat liabilitas sewa yang terkait, dikurangi dengan beban keuangan. Setiap
pembayaran sewa dialokasikan sebagai beban keuangan dan pengurangan liabilitas sehingga
menghasilkan tingkat suku bunga yang konstan atas saldo liabilitas yang tersisa.
Tahun 2018 Tahun 2019 Kenaikan (Penurunan) Increase (Decrease)
513.423 468.470 (44.953)
- Penghasilan bunga dari penempatan obligasi
Tahun 2018 Tahun 2019 Kenaikan (Penurunan) Increase (Decrease)
31.088 14.367 (16.721)
Penghasilan bunga dari penempatan obligasi pada PT Bukit Asam Tbk dari tahun 2018 ke
tahun 2019 mengalami penurunan yang signifikan yakni 53,79%.
- Penerimaan bunga
Tahun 2018 Tahun 2019 Kenaikan (Penurunan) Increase (Decrease)
267.165 381.247 114.082
Bagian penerimaan bunga mengalami kenaikan sebesar 42,70%.
- Tambahan modal disetor
Tahun 2018 Tahun 2019 Kenaikan (Penurunan) Increase (Decrease)
30.486 282.305 251.819

d. Kesimpulan
Utang obligasi pada PTBA tahun 2019 dikatakan kurang baik karena mengalami
penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan beberapa faktor yang meliputi
liabilitas sewa pembiayaan yang mengalami penurunan sebesar 8,7%, penghasilan bunga dari
penempatan obligasi yang mengalami penurunan begitu signifikan yakni 53,79%, dan
penerimaan bunga yang mengalami kenaikan. Selanjutnya terkait siklus ekuitas pemegang
saham pada PTBA terdapat beberapa faktor yang memengaruhinnya seperti adanya tambahan
modal disetor yang mengalami peningkatan, saham treasuri mengalami penurun yang begitu
signifikan, serta laba tahun berjalan yang juga mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan
bahwa ekuitas pemegang saham PTBA tahun 2019 tidak mampu dikelola dengan baik.

4. Siklus Persediaan Barang dan Jasa serta Utang Dagang (Sistem Akuisisi dan
Pembayaran)
a. Risiko
Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Risiko ini merupakan risiko yang tidak dapat dipengaruhi oleh manajemen dan perusahaan
karena beberapa hal tidak dapat dikendalikan dan auditor tidak dapat menemukannya dalam
audit. Risiko ini berasal dari auditor yang tidak dapat mengidentifikasi risiko karena transaksi
memerlukan tingkat penilaian yang tinggi, kemungkinan besar perusahaan salah melaporkan
beberapa data untuk mengulangi kesalahan lagi, transaksi bisnis perusahaan rumit dan
melibatkan instrumen derivative. Komponen pada risiko bawaan meliputi:
• Berbagai macam (keanekaragaman) item yang ada dalam inventaris
• Volume aktivitas yang tinggi
• Metode penilaian akuntansi
• Pengindentifikasian persediaan usang dan menerapkan biaya atau pasar untuk menentukan
penilaian
• Risiko nilai tukar valas
• Persediaan sering dikembalikan oleh pelanggan, jadi harus berhati-hati untuk secara terpisah
mengidentifikasi barang dagangan yang dikembalikan, memeriksa kualitasnya, dan
mencatatnya pada nilai realisasi bersih

Risiko nilai tukar valuta asing terjadi dari waktu ke waktu. Risiko ini juga berdampak pada
PTBA, khususnya saat dilakukan pengadaan barang atau pembelian barang dari luar negeri dan
dalam skala yang lebih kecil, dari pengadaan rutin bahan baku pembantu impor misalnya filter,
perasa, serta suku cadang. Perseroan menghadapi risiko pergerakan suku bunga di pasar karena
suku bunga untuk setiap pinjaman ditetapkan pada tanggal penarikan dan perpanjangan
pinjaman tersebut.

Upaya Mitigasi Risiko Bawaan:

a. Upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk memitigasi risiko gejolak nilai tukar valuta
asing yaitu Perseroan mempertahankan kebijakan untuk melakukan pendanaan dalam
Rupiah.
b. Risiko ini berjangka relatif pendek dan sebagian kecil dapat dikurangi dengan hasil
penjualan ekspor dalam mata uang asing. Dampak dari risiko nilai tukar valuta asing relatif
kecil jika dibandingkan dengan skala keuangan Perseroan secara keseluruhan.
Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko ini mengacu pada risiko salah saji keuangan dan kesalahan dalam laporan
perusahaan karena perusahaan gagal mengendalikan pengendalian internalnya dengan baik.
Misalnya, manajemen tidak dapat mengontrol dan mencegah staf yang tidak melakukan
transaksi sejak awal. Sumber risiko ini adalah manajemen yang gagal memastikan pemisahan
tugas, manajemen tidak dapat menanamkan pengendalian internal yang baik dan benar dalam
pelaporan keuangan, manajemen tidak menerapkan budaya pengarsipan dan dokumentasi yang
tepat. Komponen risiko pengendalian yang memuat akuisisi pembayaran ini meliputi:
• Risiko salah saji material
• Dokumen bukti pembayaran fiktif (pengeluaran fiktif)
• Otorisasi Pembayaran dan Pembelian

Upaya Mitigasi Risiko Pengendalian:

Perubahan dalam bagian kepemilikan entitas induk pada entitas anak yang tidak
mengakibatkan hilangnya pengendalian dicatat sebagai transaksi ekuitas. Perbedaan antara
jumlah nilai tercatat kepentingan nonpengendali yang disesuaikan dan nilai wajar imbalan yang
diberikan atau diterima diakui secara langsung dalam ekuitas yang dapat diatribusikan pada
pemilik entitas induk.

Risiko Deteksi (Detection Risk)


Risiko ini mengacu pada risiko saat auditor gagal mendeteksi salah saji dan kesalahan
dalam laporan keuangan perusahaan dan akibatnya auditor mengeluarkan opini yang salah atas
laporan tersebut. Sumber dari risiko ini yaitu auditor tidak memilih ukuran sampel yang benar,
auditor tidak memahami kompleksitas dan bisnis yang dilakukan perusahaan, auditor tidak
terlibat komunikasi dengan baik terhadap manajemen, dan auditor tidak merencanakan audit
dengan baik dan memilih prosedur audit yang tidak tepat. Komponennya meliputi:
• Transaksi yang mempengaruhi saldo persediaan
• Ketidakakuratan catatan transfer persediaan memungkinkan terdapat pencatatan ganda
• Menelah Penyajian dan Pengungkapan Persediaan dalam Laporan Keuangan
• Kemungkinan salah saji pada perputaran persediaan

b. Asersi
Asersi yang relevan dengan persediaan barang dan jasa yaitu:

Asersi Prosedur Substantif Rinci Analisis pada PTBA


Keberadaan dan 1. Meninjau prosedur inventaris fisik Perseroan dapat
Keterjadian yang diusulkan klien untuk meningkatkan akurasi
menentukan apakah kemungkinan pemantauan volume dan
besar akan menghasilkan inventaris kualitas persediaan agar
fisik yang lengkap dan benar. berada dalam jumlah yang
2. Mengamati hitungan klien dari tepat untuk melaksanakan
inventaris fisik tahunan. Pilih item rencana penambangan yang
secara acak dari catatan persediaan sesuai dengan permintaan
perpetual klien dan amati (hitung) pasar, sehingga kegiatan
barang-barang yang ada. Sampel penambangan dapat berjalan
harus menekankan item dolar dengan lebih efisien.
bernilai tinggi
Kelengkapan 1. Lakukan uji batas akhir tahun
dengan mencatat nomor dokumen
pengiriman dan penerimaan terakhir
digunakan sebelum persediaan fisik
diambil. Tinjau jurnal pembelian
dan penjualan untuk suatu periode
waktu sesaat sebelum dan sesudah
akhir tahun, dengan memperhatikan
dokumen pengiriman dan
penerimaan nomor untuk
menentukan apakah barang dicatat
dalam periode waktu yang tepat.
2. Menanyakan kepada klien
mengenai potensi keberadaan
barang pada konsinyasi atau terletak
di gudang luar. Untuk barang
material, kunjungi lokasi atau kirim
konfirmasi ke pihak manajemen
gudang luar.
3. Membuat pertanyaan untuk klien
tentang tunjangan yang dibuat
untuk pengembalian yang
diharapkan. Menentukan kebijakan
klien pada akuntansi untuk item
yang dikembalikan. Tinjau tanda
terima transaksi yang dipilih pada
periode waktu untuk menentukan
apakah pengembalian yang
signifikan diterima dan dicatat
dengan tepat.
Hak dan 1. Meninjau faktur vendor saat
Kewajiban menguji pengeluaran untuk
menentukan apakah disajikan
dengan tepat
2. Meninjau kontrak pembelian untuk
menilai hak pengembalian barang
dagangan.
Penilaian atau 1. Tentukan apakah metode penilaian Rata-rata harga jual batu
Alokasi sesuai untuk klien. bara Perusahaan dalam
2. Menanyakan kepada bagian beberapa tahun terakhir
produksi dan gudang tentang berfluktuasi mengikuti
keberadaan persediaan usang atau volatilitas harga jual di
tidak dipakai pasaran yang merefleksikan
3. Catat inventaris yang berpotensi kondisi perekonomian
usang sambil mengamati global.
penghitungan fisik inventaris.
4. Melacak item yang berpotensi
usang ke kompilasi inventaris klien,
dan tentukan apakah mereka diberi
label dengan benar sebagai barang
usang.
5. Menguji biaya persediaan dengan
mengambil sampel persediaan yang
tercatat, dan menelusuri ke
dokumen sumber, termasuk :
• Menelusuri pembelian bahan
mentah ke faktur vendor
• Menguji biaya standar yang
dibangun melalui sistem biaya
standar
6. Uji kemungkinan persediaan usang
yang harus diturunkan ke nilai
pasar:
• Tinjau jurnal perdagangan untuk
perubahan dalam teknologi
produk.
• Tindak lanjut item yang
berpotensi usang dicatat selama
pengamatan fisik klien
penghitungan persediaan.
• Gunakan perangkat lunak audit
untuk membaca file inventaris
dan umur item inventaris dan
menghitung perputaran
persediaan. Selidiki produk
dengan omset yang sangat
rendah atau item yang tidak
digunakan atau tidak dijual untuk
jangka waktu yang lama.
• Menanyakan klien tentang
penyesuaian penjualan
(markdown) yang telah
ditawarkan untuk dijual dengan
produk apapun.
• Verifikasi harga jual dengan
meninjau faktur terbaru untuk
menentukan apakah harga jual
sama seperti yang disertakan
pada file komputer. Gunakan
standar umum untuk menghitung
nilai realisasi bersih untuk item
inventaris, dan siapkan salinan
inventaris untuk semua item di
mana nilai realisasi bersih lebih
kecil dari biaya.
• Menganalisis penjualan menurut
lini produk, dengan mencatat
penurunan yang signifikan dalam
penjualan lini produk.
• Tinjau komitmen pembelian
untuk potensi eksposur kerugian.
Tentukan apakah kerugian
kontinjensi diungkapkan atau
dicatat dengan benar.
• Gunakan standar audit umum
untuk menguji ekstensi dan
menyiapkan salinan perbedaan.
Gunakan standar audit umum untuk
mencatat kompilasi inventaris.
Telusuri totalnya ke neraca saldo
Penyajian dan Mengkaji pengungkapan laporan Perlengkapan dan suku
Pengungkapan keuangan klien tentang cadang diakui pada harga
1. Metode penilaian inventaris yang perolehan, ditentukan
digunakan dengan metode rata-rata
2. Persentase inventaris yang dinilai tertimbang, setelah
oleh setiap metode penilaian yang dikurangi penyisihan untuk
berbeda persediaan usang dan
3. Klasifikasi persediaan sebagai bergerak lambat. Bahan
bahan baku, barang dalam proses, pendukung kegiatan
dan barang jadi pemeliharaan dicatat
4. Adanya kerugian kontinjensi yang sebagai beban produksi
terkait dengan kontrak atau pada periode yang
pembelian jangka panjang digunakan.
komitmen
Kebijakan inventaris mengenai
pengembalian dan pengurangan, jika
diharapkan material, untuk barang
dagangan diharapkan dikembalikan

Asersi yang relevan dengan utang dagang yaitu:

Asersi Prosedur Substantif Rinci

Keberadaan dan Melakukan uji pisah batas atas pembelian dan pengeluaran kas
Keterjadiaan

Kelengkapan 5. Meminta laporan bulanan vendor atau kirim konfirmasi ke


vendor besar untuk meminta pernyataan item pada akun
terbuka
6. Menyetujui pernyataan bulanan dan konfirmasi dari vendor
besar dengan akun daftar hutang
7. Memeriksa sampel pengeluaran kas yang dilakukan setelah
akhir tahun untuk menentukan apakah pengeluaran tersebut
untuk barang dan jasa yang berlaku pada tahun sebelumnya
8. Lakukan tinjauan analitis atas akun pengeluaran terkait
Hak dan Kewajiban Meninjau komitmen pembelian jangka panjang, dan tentukan
apakah kerugian perlu ditanggung terkumpul.

Penilaian atau Alokasi Verifikasi akurasi matematis dari akun-akun tersebut, dan
menyetujuinya ke buku besar dan pendukungnya lalu
didokumentasikan.

Penyajian dan Meninjau pengungkapan laporan keuangan klien tentang utang


Pengungkapan usaha.

c. Analisis pada PTBA


1. Persediaan Persediaan tahun 2019 sebesar Rp1,38 triliun, turun 10,84% dibandingkan
Persediaan tahun 2018 sebesar Rp1,55 triliun. Penurunan terhadap tahun sebelumnya
disebabkan oleh menurunnya persediaan batu bara sebesar 15%, sebagai akibat peningkatan
volume penjualan sebesar 13%, serta penurunan atas persediaan sawit.
2. Arus Kas Bersih yang Diperoleh dari Aktivitas Operasi tahun 2019 sebesar Rp4,30 Triliun,
turun 45,39% dibandingkan Arus Kas Bersih yang Diperoleh dari Aktivitas Operasi tahun
2018 sebesar Rp7,87 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan penurunan pada penerimaan
pelanggan sebesar Rp1,98 triliun dan kenaikan pada pembayaran kepada pemasok dan
karyawan Rp2,19 triliun.
3. Utang Usaha tahun 2019 sebesar Rp1,02 triliun, turun 2,66% dibandingkan Utang Usaha
tahun 2018 sebesar Rp1,05 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan utang
usaha pihak berelasi.

d. Kesimpulan
Persediaan pada PT PTBA tahun 2019 sebesar Rp1,38 triliun, turun 10,84% dibandingkan
Persediaan tahun 2018 sebesar Rp1,55 triliun. Penurunan terhadap tahun sebelumnya
disebabkan oleh menurunnya persediaan batu bara sebesar 15%, sebagai akibat peningkatan
volume penjualan sebesar 13%, serta penurunan atas persediaan sawit. Pada tahun 2019 untuk
kas bersih menurun seiring dengan persediaan yang juga menurun. Penurunan ini terutama
disebabkan penurunan pada penerimaan pelanggan sebesar Rp1,98 triliun dan kenaikan pada
pembayaran kepada pemasok dan karyawan Rp2,19 triliun.

5. Siklus Aset Jangka Panjang (PPE)


a. Risiko
Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Risiko bawaan merupakan risiko yang muncul karena tidak adanya suatu pengendalian
internal. Selain itu juga, auditor tidak dapat mengidentifikasi risiko karena transaksi
memerlukan tingkat penilaian yang tinggi, kemungkinan besar perusahaan salah melaporkan
beberapa data untuk mengulangi kesalahan lagi, transaksi bisnis perusahaan rumit dan
melibatkan instrumen derivatif.
Sebagian besar risiko bawaan yang terkait dengan aset tetap disebabkan oleh pentingnya
estimasi manajemen, seperti estimasi masa manfaat dan nilai residu dan menentukan apakah
penurunan nilai aset telah terjadi.
- Penurunan Nilai Aset
Risiko bawaan terkait dengan penurunan nilai aset berasal dari faktor-faktor berikut:
1) Biasanya, manajemen tidak tertarik untuk mengidentifikasi dan mencatat asset.
2) Terkadang, manajemen ingin mencatat setiap aset yang berpotensi mengalami penurunan
nilai ke nilai realisasi minimum.
Risiko inheren lainnya yang terkait dengan aset tetap dan biaya terkait meliputi:
1) Pencatatan pelepasan aset yang tidak lengkap.
2) Keusangan aset.
3) Pencatatan aset yang salah, karena struktur kepemilikan yang kompleks.
Auditor akan menyadari risiko ini melalui:
1) Pengetahuan tentang bisnis klien, termasuk tren industri dan kemajuan teknologi.
2) Review berbagai dokumen.
- Sumber Daya Alam
Sumber daya alam menghadirkan risiko unik. Pertama, seringkali sulit untuk
mengidentifikasi biaya yang terkait dengan penemuan sumber daya alam. Kedua, setelah
sumber daya alam ditemukan, seringkali sulit untuk memperkirakan jumlah sumber daya
yang tersedia secara komersial untuk digunakan dalam menentukan tingkat deplesi.
- Risiko Bawaan pada PT Bukit Asam Tbk:
1) Risiko Valuta Asing
Transaksi penjualan, pembelian, serta mayoritas pengeluaran operasional pada PT. Bukit
Asam Tbk dilakukan dalam mata uang Dolar AS, sehingga terdapat risiko terhadap
fluktuasi nilai tukar.
2) Risiko Penurunan Nilai Asset
Risiko penurunan nilai asset nonkeuangan ini bisa terjadi karena jumlah tercatat asset
lebih besar daripada nilai terpulihkannya.
3) Biaya Reklamasi yang sulit diperkirakan.

Risiko Pengendalian (Control Risk)


Risiko pengendalian merupakan risiko salah saji material dalam laporan keuangan
perusahaan yang terjadi akibat tidak ada pengendalian internal yang relevan untuk mengurangi
risiko tertentu atau pengendalian internal yang ada tidak berfungsi. Dalam risiko pengendalian
terdapat dua jenis risiko, yaitu risiko salah saji yang disengaja dan risiko yang tidak disengaja.
Risiko salah saji yang disengaja dapat berupa kecurangan atau fraud dan risiko yang tidak
disengaja terjadi akibat adanya salah saji material atau human error.
- Pengendalian terkait keberadaan/kejadian dan penilaian untuk aset berwujud
Pengendalian terkait keberadaan/kejadian dan penilaian harus dilakukan untuk:
1) Mengidentifikasi aset yang ada, mencatat, dan merekonsiliasi persediaan aset fisik dengan
buku besar secara berkala (keberadaan).
2) Memberikan jaminan yang wajar bahwa semua pembelian diotorisasi dan dinilai dengan
benar (penilaian).
3) Mengklasifikasikan peralatan baru dengan tepat sesuai dengan penggunaan yang
diharapkan dan perkiraan masa manfaat (penilaian).
4) Secara berkala menilai kembali kesesuaian kategori depresiasi (penilaian).
5) Mengidentifikasi peralatan rusak atau bekas dan tulis ke nilai sisa (penilaian).
6) Meninjau strategi manajemen dan menilai secara sistematis penurunan nilai aset
(penilaian).
- Pengendalian terkait sumber daya alam
Sebagian besar perusahaan sumber daya alam telah mengembangkan prosedur dan
pengendalian internal terkait untuk mengidentifikasi biaya.
- Risiko Pengendalian pada PT Bukit Asam Tbk:
Risiko Disengaja Risiko yang Tidak Disengaja
(Kecurangan/Fraud) (Human Error)
Terdapat banyak transaksi dan Berkurangnya/hilangnya cadangan batubara
perhitungan yang pajaknya tidak pasti tertambang dikarenakan kurangnya pendataan
dalam kegiatan usaha biasa. keberadaan aset
Persediaan (Stock) akhir batubara di Unit Peltar
PTBA membuat skenario dengan dan Derti terealisasi di bawah rencana,
mengelola risiko arus kas dari suku dikarenakan kurangnya melakukan koordinasi
bunga dengan melakukan pembiayaan intens/task force antar PTBA dan PT KAI untuk
pinjaman dengan suku bunga yang paling memenuhi ketercapaian angkutan KA sesuai
rendah. rencana.
Tidak adanya penilaian kembali secara berkala
terkait jumlah cadangan yang terkandung dalam
penemuan baru sumber daya alam. Hal tersebut
digunakan untuk mengidentifikasi biaya,
sehingga karena tidak dinilai secara berkala,
tercatat biaya yang tidak sesuai.

Risiko Deteksi (Detection Risk)


Risiko deteksi adalah risiko yang muncul karena adanya kegagalan auditor dalam
menemukan salah saji material yang ada dalam laporan keuangan entitas. Sumber dari risiko
ini yaitu auditor tidak memilih ukuran sampel yang benar, auditor tidak memahami
kompleksitas dan bisnis yang dilakukan perusahaan, auditor tidak terlibat komunikasi dengan
baik terhadap manajemen, auditor tidak merencanakan audit dengan baik, serta auditor
memilih prosedur audit yang tidak tepat.
- Risiko Deteksi pada PT Bukit Asam Tbk:
1) Terdapat transaksi pihak ketiga atau pihak berelasi di luar kegiatan usaha biasa.
2) Terdapat transaksi pihak berelasi, yaitu anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya
entitas induk, entitas anak, dan entitas anak berikutnya terkait dengan entitas lain).
3) Auditor tidak dapat mendeteksi aset yang berupa sumber daya alam.

b. Asersi
Asersi manajemen yang relevan dengan aset berumur panjang adalah sebagai berikut.

Asersi Pengujian Substantif Rincian Analisis pada PTBA


Keberadaan dan 1. Memastikan secara fisik terhadap aset Pencatatan terkait
keterjadian—Aset berumur panjang yang dicatat oleh informasi aset tetap
berumur panjang ada perusahaan. dan penambahan aset
pada tanggal neraca. 2. Meninjau keberadaan aset berumur tetap PTBA disajikan
Biasanya berfokus pada panjang tersebut. dalam annual report.
penambahan sepanjang 3. Memastikan bahwa penyusutan aset
tahun. tersebut benar-benar harus dilakukan
dan tinjau penyebab atau alasan
perlakuan terhadap aset.
4. Mengklasifikasikan peralatan baru
dengan tepat sesuai dengan
penggunaan yang diharapkan dan
perkiraan masa manfaat (penilaian)
5. Secara berkala menilai kembali
kesesuaian kategori depresiasi
(penilaian)
6. Identifikasi peralatan usang atau bekas
dan tulis peralatan tersebut ke nilai
sisa (penilaian)
7. Meninjau strategi manajemen dan
menilai secara sistematis penurunan
nilai aset (valuasi)
Kelengkapan— Saldo 1. Meninjau kebijakan kapitalisasi untuk Informasi kebijakan-
akun aset berumur memastikan bahwa semua pengeluaran kebijakan yang
panjang mencakup modal yang signifikan telah dilakukan PTBA sudah
semua transaksi relevan dikapitalisasi dengan benar. dituliskan secara
yang telah terjadi selama 2. Melakukan peninjauan terhadap biaya terang-terangan di
periode tersebut. perbaikan dan pemeliharaan untuk butuh tahunan. Namun,
menentukan apakah beberapa item untuk realisasi
seharusnya dikapitalisasi. penerapan kebijakan
3. Menanyakan kepada klien mengenai yang mencakup aset
inventarisasi lengkap aset berumur berumur panjang ini
panjang yang seharusnya dicatat pada belum bisa kami
akhir tahun. pastikan.
Hak dan kewajiban— 1. Menanyakan kepada manajemen Dilakukan dengan cara
Perusahaan memiliki apakah aset berumur panjang telah observasi ke PTBA,
hak kepemilikan untuk dijadikan jaminan. namun bisa juga
aset berumur panjang 2. Meninjau akan hak perusahaan jika dilakukan beberapa
pada tanggal neraca. aset berumur panjang mengalami analisis rasio berkaitan
penyusutan. dengan aset berumur
panjang pada PTBA.
Penilaian atau 1. Meninjau kebijakan depresiasi dan Kebijakan yang
alokasi—Saldo yang menguji perhitungan depresiasi guna diterapkan PTBA
tercatat mencerminkan memastikan kebenaran pencatatan dan tentunya sudah
saldo sesuai dengan pengalokasiannya. dipertimbangkan
GAAP (termasuk 2. Menguji perhitungan manajemen atas dengan seksama dan
alokasi biaya yang setiap kerugian akibat penyusutan aset atas pesetujuan
sesuai dan penurunan berumur panjang yang dimiliki bersama.
nilai). Perusahaan dan menentukan apakah
jumlah tercatat telah dikurangi dengan
tepat.
Penyajian dan a. Menelaah penyajian dan
pengungkapan—Saldo pengungkapan dalam laporan
aset berumur panjang keuangan PTBA untuk memastikan
tercermin pada neraca bahwa aset berumur panjang sudah
dibagian tidak lancar. dicatat dengan tepat dan akurat.
Pengungkapan untuk b. Menentukan apakah perlakuan
metode penyusutan dan terhadap aset berumur panjang
persyaratan sewa modal tersebut sudah sesuai dengan standar
sudah memadai. akuntansi yang berlaku.

c. Analisis pada PTBA


Analisis ini menggunakan analisis trend yakni analisis yang dilakukan dengan cara
membandingkan keuangan perusahaan dari waktu ke waktu untuk menilai apakah kinerja
perusahaan relative baik atau sebaliknya.

Tahun pembanding − tahun dasar


Angka indeks = × 100%
Tahun dasar
2018 2019 Trend
Kas 6.301.163 4.756.801 (24,50%)
Aset tetap 6.547.586 7.272.751 11,07%
Depresiasi 9.052.830 11.266.523 24,45%
Laba 5.121.112 4.040.394 (21,10%)

d. Kesimpulan
Dari hasil analisis trend, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat akun yang mengalami
perubahan. Kas mengalami penurunan, hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan pembayaran
kas kepada pemasok. Aset tetap mengalami kenaikan 11,07%, akan tetapi depresiasi juga
mengalami kenaikan yang lebih besar dan akan sangat berpengaruh pada nilai aset tetap.
Perubahan dalam pola pemakaian dan tingkat perkembangan teknologi dapat memengaruhi
masa manfaat ekonomis serta nilai sisa dari aset tetap. Masa manfaat, nilai residu dan metode
penyusutan aset tetap ditelaah setiap periode pelaporan dan pengaruh dari setiap perubahan
estimasi akuntansi tersebut berlaku prospektif. Laba PT Bukit Asam juga mengalami
penurunan yang sangat signifikan, salah satu yang sangat berpengaruh atas kerugian tersebut
yaitu kerugian penurunan nilai goodwill.

F. KESIMPULAN AUDIT YANG BERKUALITAS


Pada PTBA untuk kegiatan operasional perusahaan terbilang sehat karena untuk
pendapatan pada perusahaan mengalami peningkatan. Tidak hanya itu, perputaran persediaan
dan siklus utang dagang pada PTBA ini menunjukkan kinerja yang memberikan kontribusikan
terhadap kinerja perusahaan. Seiring dengan peningkatan pendapatan, terdapat faktor lain yang
menunjukkan penurunan yaitu pada investasi yang dilakukan perusahaan. Pada tahun 2019
PTBA terkait aktivitas operasi yang dilakukan perusahaan itu meningkat, jadi wajar jika
pendapatan meningkat namun laba tahun berjalan dan juga kas itu mengalami penurunan karena
kas digunakan untuk menunjang aktivitas operasi tersebut.
Good Corporate Government pada PTBA dikatakan baik karena PTBA dapat
meningkatkan nilai perusahaan serta mengoptimalkan perusahaan sebagai perusahaan kelas
dunia. Hal ini ditunjukkan dengan investor bersedia memberikan premium lebih kepada
perusahaan yang memberikan transparansi atas pelaksanaan Good Corporate Governance
dalam laporan tahunan mereka. Semakin tinggi tingkat implementasi Good Corporate
Governance, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan tingginya
harga saham perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Annual Report PT Bukit Asam Tbk tahun 2019

Karla Johnston, Audrey Gramling, Larry E. Rittenberg - Auditing

You might also like