You are on page 1of 16

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

DOSEN PENGAMPU
Apriyanti, S. Kep, Ns, M. Kes

Disusun oleh:
WULAN WHYDIA DARMAN
A1 KEPERAWATAN
P202201030

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN & PROFESI NERS


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas berkat limpahan
rahmat dan karunianyalah sehingga Penulis (saya) dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul, "PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA”. Saya menyadari
bahwa didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu segala saran dan kritikan yang sifatnya positif sangat saya harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Ucapan terima kasih tak lupa saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, semoga
mendapat imbalan dan keberkahan dari Allah SWT atas segala bantuannya.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat kepada para pembaca dan
utamanya bagi saya sendiri.

Kendari, 5 Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1.................................................................................. Latar belakang


........................................................................................................1
1.2............................................................................. Rumusan masalah
........................................................................................................1
1.3.............................................................................................. Tujuan
........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................2

2.1..... Pancasila sebagai sistem etika berperan dalam menanggulangi


korupsi...........................................................................................2
2.2...... Pancasila sebagai sistem etika dapat mencegah dan mengatasi
dekadensi masal............................................................................2
2.3....... Dampak korupsi terhadap nilai-nilai pancasila sebagai sistem
etika...............................................................................................3

BAB III PENUTUP........................................................................................4

3.1. Kesimpulan.....................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang:


Pancasila merupakan dasar filsafat negara Indonesia yang mengatur nilai-nilai
dan prinsip-prinsip moral yang menjadi landasan bagi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pancasila bukan hanya merangkum aspek politik,
hukum, dan sosial, tetapi juga merupakan sistem etika yang memandu perilaku
individu dan kolektif dalam masyarakat.
Pancasila sebagai sistem etika memiliki akar filosofis yang dalam sejarahnya
diwariskan oleh budaya dan tradisi masyarakat Indonesia. Nilai-nilai moral yang
terkandung dalam Pancasila mengajarkan prinsip-prinsip kebaikan, keadilan,
kemanusiaan, dan kebersamaan. Sistem etika ini mendasarkan diri pada
kepercayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, nilai-nilai universal manusia,
persatuan bangsa, demokrasi, dan keadilan sosial.
Pancasila sebagai sistem etika diadopsi dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 dan menjadi landasan moral bagi pembangunan negara dan
masyarakat Indonesia. Sebagai landasan moral, Pancasila mengarahkan tindakan
individu dan kebijakan publik agar selaras dengan nilai-nilai kebajikan,
menjunjung tinggi hak asasi manusia, mengedepankan keadilan sosial, dan
memperkuat kebersamaan dalam kehidupan berbangsa.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pancasila sebagai sistem etika berperan dalam menanggulangi
korupsi?
2. Bagaimana Pancasila sebagai sistem etika dapat mencegah dan mengatasi
dekadensi masal?
3. Apa dampak korupsi terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana Pancasila sebagai sistem etika berperan dalam
menanggulangi korupsi?
2. Mengetahui bagaimana Pancasila sebagai sistem etika dapat mencegah dan
mengatasi dekadensi masal?
3. Mengetahui apa dampak korupsi terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai
sistem etika?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pancasila sebagai sistem etika berperan dalam menanggulangi korupsi


Pancasila sebagai sistem etika memiliki peran penting dalam menanggulangi
korupsi. Korupsi merupakan masalah serius yang merugikan negara dan
masyarakat secara luas, baik dari segi ekonomi, politik, maupun sosial. Sebagai
sistem etika, Pancasila memberikan pedoman moral yang kuat dalam menghadapi
korupsi dan memberantasnya. Berikut adalah beberapa cara di mana Pancasila
berperan dalam menanggulangi korupsi:
Prinsip Keadilan Sosial: Pancasila menekankan pentingnya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip ini menegaskan perlunya penyebaran
kekayaan dan kesempatan secara adil dan merata. Dalam konteks korupsi,
Pancasila mendorong penegakan hukum yang adil dan tegas terhadap pelaku
korupsi tanpa pandang bulu, sehingga menciptakan efek jera dan menjamin
keadilan bagi semua pihak.
Prinsip kerjasama dan gotong royong: Pancasila mendorong nilai-nilai
kerjasama dan gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam upaya
menanggulangi korupsi, kolaborasi antara institusi pemerintah, masyarakat, dan
sektor swasta menjadi sangat penting. Pancasila mendorong kerjasama yang erat
antara berbagai pihak untuk memerangi korupsi dengan membangun sistem yang
transparan, akuntabel, dan berbasis pada nilai-nilai kejujuran dan integritas.
Prinsip kesetaraan dan kemanusiaan: Pancasila menekankan pentingnya
kesetaraan dan martabat manusia dalam semua aspek kehidupan. Dalam konteks
korupsi, Pancasila mendorong penegakan hukum yang tidak memihak, di mana
semua pelaku korupsi, tanpa pandang status atau kekuasaan, harus bertanggung
jawab atas perbuatannya. Prinsip kesetaraan ini juga mendorong pemberdayaan
masyarakat untuk melawan korupsi melalui pendidikan, kesadaran, dan partisipasi
aktif.
Pancasila sebagai sistem etika memiliki peran yang luas dan mendalam dalam
menanggulangi korupsi. Berikut ini beberapa peran Pancasila sebagai sistem etika
dalam menanggulangi korupsi:

Memperkuat kesadaran moral: Pancasila sebagai sistem etika memperkuat


kesadaran moral individu dan masyarakat terhadap pentingnya kejujuran,
integritas, dan akuntabilitas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.
Pancasila mengajarkan bahwa korupsi adalah pelanggaran terhadap moralitas dan
mengingatkan individu akan nilai-nilai yang seharusnya mereka anut dalam
kehidupan sehari-hari.
Membentuk kultur anti-korupsi: Pancasila mencerminkan nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia dan mengajarkan pentingnya budaya yang bersih dan
berintegritas. Dengan memperkuat nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat,
terbentuklah kultur anti-korupsi yang melibatkan semua elemen masyarakat dalam
penanggulangan korupsi. Masyarakat akan memiliki kesadaran kolektif untuk
melawan korupsi dan mempromosikan integritas serta transparansi.
Mendorong penguatan lembaga hukum: Pancasila menempatkan hukum
sebagai instrumen penting dalam menciptakan keadilan sosial. Nilai-nilai
Pancasila mendorong penguatan lembaga hukum dan penegakan hukum yang adil
dan berkeadilan. Dalam konteks penanggulangan korupsi, Pancasila
mengharuskan pemberantasan korupsi menjadi prioritas utama pemerintah dan
lembaga hukum, sehingga koruptor dapat dihukum sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
Membangun partisipasi aktif masyarakat: Pancasila mengajarkan nilai gotong
royong dan kerjasama dalam masyarakat. Dalam penanggulangan korupsi,
Pancasila mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengawasan dan
pelaporan korupsi. Masyarakat diajak untuk berperan serta dalam memerangi
korupsi dengan melaporkan tindakan koruptif, mendukung upaya pemberantasan
korupsi, dan mendorong transparansi dalam penggunaan dana publik.
Mengedepankan keadilan sosial: Pancasila menempatkan keadilan sosial
sebagai tujuan negara. Korupsi menjadi penghalang utama dalam mencapai tujuan
tersebut karena menghasilkan ketidakadilan dan ketimpangan sosial. Dengan
menerapkan nilai-nilai Pancasila, seperti keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab,
pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama untuk mengurangi kesenjangan
sosial dan memastikan pemerataan akses terhadap sumber daya dan layanan
publik.
Mendorong kepemimpinan yang berintegritas: Pancasila mengajarkan
pentingnya kepemimpinan yang berintegritas dan melayani kepentingan publik.
Para pemimpin yang memegang nilai-nilai Pancasila akan menjadi teladan dalam
menanggulangi korupsi. Dengan memiliki pemimpin yang jujur, adil, dan
berkomitmen untuk melawan korupsi, masyarakat akan memiliki keyakinan yang
lebih besar dalam upaya pemberantasan korupsi dan penegakan etika dalam
kepemimpinan.

Pancasila sebagai sistem etika memberikan kerangka nilai-nilai yang kuat


dalam menanggulangi korupsi. Dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, baik oleh individu maupun lembaga, diharapkan terbentuk
budaya yang kuat dalam melawan korupsi, membangun negara yang bersih,
berintegritas, dan berkeadilan.

Pancasila tidak hanya menjadi landasan politik, tetapi juga memiliki dimensi
etika yang kuat. Dalam konteks penanggulangan korupsi, Pancasila memiliki
peran penting dalam memberikan landasan nilai dan prinsip-prinsip moral bagi
setiap individu dalam masyarakat yang ada pada lima sila Pancasila, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa (Sila Pertama): Pancasila menekankan pentingnya


hubungan yang baik dengan Tuhan. Prinsip ini mendorong individu untuk
memiliki kesadaran akan tanggung jawab moralnya dan menghindari perilaku
koruptif yang melanggar nilai-nilai agama.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab (Sila Kedua): Sila kedua menegaskan
pentingnya menghormati martabat dan hak asasi manusia. Dalam konteks
penanggulangan korupsi, hal ini berarti setiap individu harus memperlakukan
orang lain dengan adil dan beradab, termasuk dalam hal pengelolaan keuangan
negara dan sumber daya publik.

3. Persatuan Indonesia (Sila Ketiga): Sila ketiga menekankan pentingnya


persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk
menanggulangi korupsi, kolaborasi dan kerjasama antar lembaga pemerintah,
masyarakat sipil, dan sektor swasta sangat penting. Pancasila mendorong
persatuan dalam upaya pemberantasan korupsi.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan (Sila Keempat): Sila keempat menegaskan
pentingnya kepemimpinan yang bijaksana dan menghargai aspirasi rakyat.
Dalam konteks penanggulangan korupsi, ini berarti adanya transparansi,
akuntabilitas, dan partisipasi publik yang luas dalam pengambilan kebijakan
dan penggunaan sumber daya negara.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Sila Kelima): Sila kelima
menekankan pentingnya keadilan sosial dalam masyarakat. Dalam upaya
penanggulangan korupsi, ini berarti adanya penegakan hukum yang tegas dan
adil terhadap pelaku korupsi tanpa pandang bulu. Pancasila mendorong
terciptanya sistem yang adil dan memberikan perlindungan kepada rakyat.

Dengan menjadikan Pancasila sebagai sistem etika dan mengimplementasikan


nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya, diharapkan
masyarakat dapat membangun kesadaran kolektif untuk melawan korupsi.
Pendidikan nilai-nilai Pancasila dan penanaman kesadaran moral sejak dini juga
penting untuk menciptakan generasi yang memiliki integritas dan menghormati
nilai-nilai etika dalam kehidupan sehari-hari.
2.2. Pancasila sebagai sistem etika dapat mencegah dan mengatasi dekadensi
masal
Pancasila sebagai sistem etika memiliki peran penting dalam mencegah dan
mengatasi dekadensi masal. Dekadensi masal merujuk pada penurunan moral,
nilai-nilai kebangsaan, dan kualitas kehidupan masyarakat secara luas. Dalam
konteks ini, Pancasila memberikan landasan nilai yang kuat untuk membangun
masyarakat yang berkualitas, bermoral, dan berkeadaban. Berikut adalah beberapa
cara di mana Pancasila berperan dalam mencegah dan mengatasi dekadensi masal:
Moralitas dan nilai-nilai Kebangsaan: Pancasila mendorong keberadaan
moralitas yang tinggi dan nilai-nilai kebangsaan yang kuat dalam kehidupan
bermasyarakat. Prinsip-prinsip Pancasila, seperti gotong royong, keadilan sosial,
persatuan, dan kesatuan, dapat membentuk fondasi moral yang kokoh dan
memperkuat identitas nasional. Dengan mempromosikan moralitas dan nilai-nilai
kebangsaan, Pancasila berperan dalam menguatkan kesadaran moral individu dan
menginspirasi perilaku yang positif dalam masyarakat.
Pendidikan dan pembentukan karakter: Pancasila menempatkan pendidikan
dan pembentukan karakter sebagai hal yang sangat penting. Pendidikan yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dapat membantu membentuk karakter yang
kuat, memiliki integritas, dan bertanggung jawab. Dengan pendidikan yang
berfokus pada pengembangan moral dan kebangsaan, Pancasila mencegah
dekadensi masal dengan mengajarkan prinsip-prinsip yang baik dan memberikan
pedoman dalam menghadapi situasi kompleks dalam kehidupan sehari-hari.
Mengapa dikatakan demikian, karena Pancasila memiliki potensi untuk
mengatasi dekadensi masal yaitu dengan cara:

1. Menekankan persatuan dan kesatuan: Pancasila mengajarkan pentingnya


persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Melalui sila-sila Pancasila, seperti
sila ke-3 (persatuan Indonesia), sila ke-4 (kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan), dan sila ke-5
(keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia), Pancasila mendorong
solidaritas dan kebersamaan dalam menghadapi dekadensi masal. Dengan
saling menghargai dan bekerja sama, masyarakat dapat membangun kekuatan
yang kuat untuk mengatasi dekadensi masal.

2. Memiliki nilai-nilai moral yang kuat: Pancasila mendasarkan diri pada nilai-
nilai moral yang tinggi, seperti kejujuran, integritas, tanggung jawab, dan
gotong royong. Nilai-nilai ini menjadi landasan untuk menghadapi dan
mengatasi dekadensi masal. Dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, individu dan masyarakat akan memiliki kesadaran
moral yang tinggi, sehingga dapat menolak dan melawan perilaku destruktif
yang menyebabkan dekadensi masal.

3. Mengedepankan keadilan sosial: Pancasila menempatkan keadilan sosial


sebagai tujuan negara. Melalui sila ke-5 (keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia), Pancasila mendorong penyebaran kekayaan dan kesempatan yang
merata bagi seluruh masyarakat. Keadilan sosial dapat mengurangi
kesenjangan sosial dan ketidakadilan yang menjadi pemicu dekadensi masal.
Dengan menciptakan kondisi sosial yang adil, Pancasila dapat mengatasi akar
permasalahan yang menyebabkan dekadensi masal.

4. Menghargai keberagaman: Pancasila mengakui dan menghargai keberagaman


Indonesia dalam segala aspek, baik suku, agama, budaya, maupun pandangan
politik. Hal ini menjadi penting dalam mengatasi dekadensi masal karena
konflik dan perpecahan sering kali menjadi pemicu degradasi sosial. Dengan
menerapkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu),
Pancasila mendorong toleransi, saling menghormati, dan kerjasama antar
kelompok masyarakat untuk mengatasi dekadensi masal.

5. Pendidikan berbasis Pancasila: Pancasila menjadi landasan dalam sistem


pendidikan di Indonesia. Melalui pendidikan, nilai-nilai Pancasila dapat
diajarkan dan dipraktikkan kepada generasi muda. Pendidikan berbasis
Pancasila membangun kesadaran moral, etika, dan kepemimpinan yang kuat.
Dengan menciptakan generasi yang memiliki pemahaman yang baik tentang
Pancasila, masyarakat dapat mengatasi dekadensi masal melalui tindakan yang
beretika dan bertanggung jawab.

Setelah Pancasila berhasil mengatasi dekadensi masal, dapat terjadi beberapa


perubahan positif dalam masyarakat:
Masyarakat yang lebih harmonis: Penanganan dekadensi masal dengan
pendekatan Pancasila dapat membawa perubahan yang signifikan dalam
kehidupan sosial. Masyarakat akan lebih saling menghormati, toleran, dan
menjunjung tinggi persatuan. Terjadi peningkatan kerjasama antarindividu dan
kelompok dalam membangun keharmonisan sosial.
Kepemimpinan yang bertanggung jawab: Keberhasilan dalam mengatasi
dekadensi masal akan memunculkan pemimpin yang memiliki integritas, adil, dan
bertanggung jawab. Pemimpin yang berlandaskan Pancasila akan mampu
memberikan kepemimpinan yang baik, mengutamakan kepentingan masyarakat,
dan menghindari praktik-praktik korupsi serta penyalahgunaan kekuasaan.
Penguatan lembaga hukum dan penegakan hukum yang adil: Pancasila yang
berhasil mengatasi dekadensi masal akan mendorong penguatan lembaga hukum
dan penegakan hukum yang lebih efektif. Hukum akan ditegakkan secara adil dan
setiap pelanggaran akan ditindak secara tegas. Hal ini menciptakan keadilan sosial
dan menjaga kepastian hukum dalam masyarakat.
Peningkatan kualitas pendidikan: Pancasila sebagai landasan pendidikan akan
menghasilkan generasi muda yang memiliki pemahaman mendalam tentang nilai-
nilai Pancasila dan komitmen terhadap integritas serta etika. Pendidikan akan
menjadi instrumen penting dalam mencegah kembali timbulnya dekadensi masal,
dengan mengajarkan nilai-nilai moral, keadilan, dan tanggung jawab.
Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan: Dengan teratasiannya dekadensi
masal, stabilitas sosial dan politik akan meningkat. Hal ini menciptakan iklim
yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Investasi dapat berkembang, lapangan pekerjaan tersedia, dan kesempatan
ekonomi merata bagi seluruh lapisan masyarakat.
Citra positif bangsa: Keberhasilan dalam mengatasi dekadensi masal akan
menciptakan citra positif bagi bangsa di mata internasional. Negara yang memiliki
ketertiban sosial, keadilan, dan pemerintahan yang baik akan mendapatkan
apresiasi dan kepercayaan dari dunia internasional. Hal ini dapat membuka
peluang kerjasama, investasi, dan diplomasi yang menguntungkan bagi negara.

Perlu dicatat bahwa mengatasi dekadensi masal adalah upaya


berkelanjutan dan bukan proses yang instan. Setelah berhasil mengatasi dekadensi
masal, perlu upaya yang berkelanjutan dalam menjaga dan memperkuat
implementasi nilai-nilai Pancasila agar masyarakat tetap terjaga dari potensi
degradasi sosial di masa depan.

2.3.Dampak korupsi terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika.


Keadilan sosial: Korupsi melanggar prinsip keadilan sosial yang ditegaskan
dalam Pancasila. Praktik korupsi mengakibatkan ketimpangan distribusi sumber
daya dan kekayaan, sehingga merugikan masyarakat yang seharusnya
mendapatkan manfaat yang adil dan merata. Korupsi menciptakan kesenjangan
sosial yang meningkatkan ketidakadilan dalam masyarakat.
Kerjasama dan gotong Royong: Korupsi merusak nilai-nilai kerjasama dan
gotong royong yang menjadi landasan Pancasila. Korupsi melibatkan perilaku
egois dan tidak bertanggung jawab, yang bertentangan dengan semangat
kerjasama untuk mencapai kesejahteraan bersama. Praktik korupsi merusak
kepercayaan antara individu dan lembaga, serta menghambat kolaborasi yang
diperlukan untuk membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.
Kesetaraan dan kemanusiaan: Korupsi mengancam prinsip kesetaraan dan
kemanusiaan yang menjadi pilar Pancasila. Korupsi menciptakan kesenjangan
antara mereka yang memiliki kekuasaan dan akses terhadap sumber daya dengan
mereka yang kurang beruntung. Hal ini melanggar hak asasi manusia dan
menciptakan ketidakadilan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan,
kesehatan, dan akses terhadap pelayanan publik.
Moralitas dan Integritas: Korupsi bertentangan dengan nilai-nilai moralitas
dan integritas yang ditegaskan dalam Pancasila. Korupsi melibatkan
penyalahgunaan kekuasaan, manipulasi, dan perbuatan yang tidak jujur. Praktik
korupsi merusak integritas individu dan lembaga, serta merusak kepercayaan
masyarakat terhadap sistem pemerintahan dan lembaga publik.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pancasila sebagai sistem etika memiliki peran penting dalam mengatasi


korupsi, kerusakan lingkungan, dan dekadensi masal. Melalui nilai-nilai dan
prinsip-prinsipnya, Pancasila memberikan landasan moral yang kuat untuk
membangun masyarakat yang adil, bertanggung jawab, dan berkelanjutan.

Dalam konteks korupsi, Pancasila menekankan pentingnya keadilan sosial,


kerjasama, kesetaraan, dan kemanusiaan. Dengan menerapkan nilai-nilai ini,
Pancasila memberikan landasan moral yang melawan korupsi dan mendorong
integritas, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan dan
pemerintahan. Pancasila juga mendorong kepemimpinan yang baik, moralitas, dan
nilai-nilai kebangsaan sebagai upaya untuk mengatasi korupsi secara sistemik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2017). Pancasila sebagai dasar etika politik Bangsa Indonesia.


Jurnal Dinamika Hukum, 17(1), 94-101.

Damanik, J. (2018). Pancasila Sebagai Landasan Etika dalam Pencegahan dan


Pemberantasan Korupsi. Jurnal Hukum Reformator, 14(2), 238-253.

Husein, A. F. (2019). Konsep Pembangunan Berkelanjutan dalam Perspektif


Pancasila: Solusi Terhadap Korupsi dan Kerusakan Lingkungan. Jurnal
Studi Pemerintahan, 10(2), 171-192.

Kusumo, H. D. (2018). Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila dalam


Menanggulangi Dekadensi Moral di Era Digital. Jurnal Pendidikan
Karakter, 8(2), 197-206.

Mahfud, M. D. (2018). Pancasila dan Konstitusi: Landasan Etika Negara dalam


Menangkal Korupsi. Jurnal Konstitusi, 15(2), 293-310.

Rahardjo, S. T. (2019). Pancasila dan Lingkungan: Pengelolaan Sumber Daya


Alam dalam Kerangka Kearifan Lokal. Jurnal Dinamika Administrasi,
11(2), 175-192.

Ramadhan, M., & Pratiwi, T. (2017). Pancasila Sebagai Etika Politik dalam
Menangkal Korupsi di Indonesia. Jurnal Hukum & Pembangunan, 47(3),
327-348.

You might also like