You are on page 1of 3

NAMA : Julestari Putri

NIM : 22330715

1. Seorang dokter ingin memberikan suatu bahan anestesi pada laju 2mg/ jam dengan
infusi IV tetapan laju eliminasi 0,1 jam-1 dan volume distribusi (kompartemen satu) 10
L, berapa dosis muatan yang hendak anda rekomendasikan, jika dokter menginginkan
kadar obat 2µg/mL segera dicapai?
Jawab:
CSS = R/ Vd. K
= 2000/ (10 x 103 (1,0)
= 2µg/mL
Dosis muatan (DL) = R/ Vd
= (2 mg/jam) / (0,1/ jam)
= 20 mg
2. Berapakah konsentrasi suatu obat pada b jam setelah pemberian suatu dosis muatan 10
mg dan infusi serentak 2mg/jam (obat mempunyai T ½ 3 jam dan volume distribusi 10
L)?
Jawab:
K = 0,693/ T ½
= 0,693/ 3 jam
Cp = DL e-Kt - R (1- e-Kt )
Vd Vd. K
-(0,693/3)(6)
= 10.000 e – 2.000 e-(0,693/3)(6)
10.000 (10.000)(0,693/3)
Cp = 0,90 µg/mL
3. Hitung konsentrasi obat dalam darah setelah infus diberhentikan.
Jawab:
Konsentrasi dapat dihitung dalam dua bagian. Pertama, harus hitung konsentrasi obat
selama infusi; kedua, hitung konsentrasi infusi akhir, Co. Kemudian gunakan
persamaan dosis IV bolus (C=C*oc~ kl) untuk perhitungan selanjutnya. Untuk
mudahnya, dua persamaan dapat digabungkan sebagai berikut:
Cp = R (1- e-Kt ) e-k(t-b)
Vd.k

b= lama waktu infusi; t=waktu total (infusi dan setelah infusi); dan t-b= lama waktu
setelah diinfusi dihentikan.
4. Seorang pasien diinfus selama 6 jam dengan suatu obat (K=0,01 jam-1 ; Vd = 10L) pada
laju 2 mg/jam. Berapa konsentrasi obat dalam tubuh 2 jam setelah penghentian infusi?
Jawab:
Cp = 200 (1- e-Kt )e -0,01 (-6)
(0,01)(10.000)
Cp = 1,14 µg/mL
5. Seorang pria dewasa pasien asma (78 kg, umur 48 tahun) dengan riwayat perokok berat
diberi suatu infusi IV Aminofilin pada laju 0,5 mg/Kg jam. Dosis muatan 6 mg/kg
diberikan dengan injeksi bolus IV tepat sebelum dimulainya infusi. Pada 2 jam setelah
infusi IV dimulai, konsentrasi teotilina dalam plasma diukur, dan didapat 5,8 µg/mL
teofilina. Vd teofilina 0,45 L/kg. Aminofilina adalah garam etilendianiina dari teofilina
dan mengandung 80% basa teofilina.
Karena respons pasien kurang dengan terapi aminofilina, dokter ingin menaikkan
konsentrasi teofilina dalam plasma pasien menjadi 10 µg/mL. Berapakah dosis yang
akan anda anjurkan pada dokter. Apakah anda menganjurkan dosis muatan yang lain?
Jawab:
Jika tidak diberikan dosis muatan dan laju infusi IV dinaikkan, waktu untuk mencapai
95% dari konsentrasi tunak obat dalam plasma kurang lebih 4-5 t ½ . oleh, karena itu,
dosis muatan kedua dianjurkan untuk menaikkan dengan cepat kadar teofilina menjadi
10 µg/mL. Laju inliisi juga dinaikkan untuk mempertahankan C SS yang diinginkan.
Perhitungan dosis muatan D1 harus mempertimbangkan konsentrasi teofilina
yang ada dalam plasma.
DL = Vd (Cp, yang diinginkan – Cp, sekarang)
(S) (F)
S adalah bentuk garam dari obat, dan F fraksi obat yang terdapat dalam sistematik.
Untuk aminofilina S sama dengan 0,80. Dan untuk injeksi IV bolus F, sama dengan 1.

DL = (0,45 L/kg) (78kg)(10 – 5,8 mg/L)


(0,8) (1)
DL = 184 mg aminofilina
Penjagaan laju infusi IV dapat dihitung setelah memperkirakan klirens pasien ClT
karena suatu dosis muatan dan infusi IV 0,5 mg/jam kg diberikan pada pasien,
konsentrasi tunak teofilina dalam plasma 5,8 mg/ml. Klirens total dapat diperkirakan
dengan
ClT = R = (0,6 mg/jam kg) (78 kg)
Css, sekarang 5,8 mg/L
ClT = 8,07 L/jam atau 1,72 mL/ menit per kg
Biasanya ClT untuk orang dewasa, pasien yang bukan perokok tanpa komplikasi asma
kurang lebih lebih 0,65 mL/menit kg. Perokok berat diketahui menaikkan ClT teofilina.
Laju infusi IV yang baru, R’, dihitung dengan
R’ = Css yang diinginkan ClT
R’ = mg/L x 8,07 L/jam = 80,7 mg/jam atau 1,03 mg/jam per kg
6. Seorang pasien pria dewasa (43 tahun, 80kg) diberika suatu antibiotik dengan infusi IV.
Menurut pustaka, antibiotik tersebut mempunyai t ½ eliminasi 2 jam, Vp 1,25 L/kg, dan
efektif pada konsentrasi obat dalam plasma 14 mg/ml. Obat tersedia dalam ampul 5 mL
yang mengandung 150 mg/L.
a. Rekomendasikan awalan laju infusi dalam miligram per jam dan liter per jam
Jawab:
R= Css.k.Vd
R= (14mg/L) (0,693/2 jam) (1,5 L/kg) (80kg)
R= 485,1 mg/jam
Oleh karena obat tersedia dalam konsentrasi 150 mg/mL
(485,1 mg) (ml./ 150 mg = 3,23)
Jadi, R= 3,23 mL/jam
b. Cuplikan darah diambil dari pasien pada 12, 16, dan 24 jam setelah awal infusi.
Konsentrasi obat dalam plasma ditunjukkan berikut:
t (jam) Cp (mg/L)
12 16,1
16 16,3
24 16,5
Dari data tambahan ini, hitung klirens tubuh total ClT untuk obat pada pasien ini.
Jawab:
Oleh karena konsentrasi obat dalam plasma pada 12, 15, dan 24 jam sama, maka
keadaan tunak telah tercapai. (Catatan: peningkatan yang kontinu dalam konsentrasi
obat dalam plasma dapat disebabkan oleh akumulasi obat karena kompartemen
jaringan kedua, atau dapat disebabkan oleh perbedaan penetapan kadar obat).
Dengan menganggap Css 16,3 mg/ml, ClT dapat dihitung.

IT = R/ Css
= (485,1 mg/jam) / (16,3 mg/L)
= 29,8 L/jam
c. Dari data di atas, perkiraan waktu paruh eliminasi antibiotik pada pasien ini.
Jawab:
Volume distribusi (Vd) kurang bervariasi dibanding t ½ . dengan menganggap harga
Vd pustaka 1,25 L/kg, maka t ½ dapat diperkirakan t ½ dapat diperkirakan dari
ClT.
ClT = k. Vd
K = ClT/ Vd
=(29,9 L/jam)/ (1,25 L/kg) (60 kg)
= 0,299 jam-1
t½ = 0,693/ 0,299 jam-1
= 2.32 jam
Jadi, t ½ antibiotik pada pasien ini 2,32 jam, sesuai dengan harga pustaka 2 jam.
d. Setelah meninjau kembali farmakokinetika antibiotik pada pasien ini, akankah laju
infusi antibiotik ditinjau kembali?
Jawab:
Untuk memutuskan apakah laju infusi diubah, farmasis klinis harus
mempertimbangkan farmakodinamik dan toksisitas obat. Dengan menganggap obat
mempunyai indeks terapeutik lebar dan tidak menunjukkan tanda-tanda toksisitas
yang merugikan, laju inflasi 185,1 mg/jam, yang dihitung menurut harga
farmakokinetika dari pustaka, tampak benar.
Cp = R/ Css (1-e –(Cl/Vd)t))

You might also like