You are on page 1of 8

LAPORAN PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT

MANAJEMEN FARMASI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

NURAFIAH RAMADHAN ( 70100120027 )

SUMARTI ( 70100120029 )

HAJRAH HUKMAN ( 70100120033 )

FITRIANI ( 70100120037 )

ENDANG KURNIAWAN (70100120040)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2023/2024

a) PERENCANAAN PENGADAAN OBAT


Obat memegang peran yang penting dalam pelayanan kesehatan karena obat
merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan. Obat merupakan
salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan sehingga ketersediaannya
harus terjamin dalam jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan, secara
tepat waktu, merata, dan berkesinambungan. Aspek terpenting dari pelayanan farmasi
adalah mengoptimalkan penggunaan obat. Ini harus termasuk perencanaan untuk
menjamin ketersediaan, keamanan, dan keefektifan penggunaan obat. Menurut
Arnawilis salah satu faktor penting dalam perencanaan obat adalah pemakaian obat
pada periode sebelumnya. Kekosongan obat yang terjadi adalah akibat dari proses
perencanaan, bukan akibat dari proses pengadaan. Untuk menghindari terjadinya stok
kosong, maka harus dilakukan perencanaan yang lebih teliti sehingga tidak terjadi
kekosongan obat di satu sisi dan kelebihan beberapa item obat di pihak lain. (Erni
Rahmawatie, 2015).
Perencanaan Pengadaan obat memiliki 3 metode, yaitu metode konsumsi,
metode epidemiologi dan metode kombinasi (antara metode konsumsi dan
epidemiologi). (Erni Rahmawatie, 2015).
metode konsumsi merupakan metode perencanaan berdasarkan atas analisis
konsumsi logistik periode sebelumnya. Metode konsumsi didasarkan pada data
konsumsi sediaan farmasi. Metode ini sering dijadikan perkiraan yang paling tepat
dalam perencanaan sediaan farmasi. Rumah Sakit yang sudah mapan biasanya
menggunakan metode konsumsi. Metode konsumsi menggunakan data dari konsumsi
periode sebelumnya dengan penyesuaian yang dibutuhkan. (Kemenkes, 2019).
Metode kombinasi merupakan kombinasi metode konsumsi dan metode
epidemiologi. Metode kombinasi berupa perhitungan kebutuhan obat atau alat
kesehatan yang mana telah mempunyai data konsumsi yang jelas namun kasus
penyakit cenderung berubah (naik atau turun). (Kemenkes, 2019).
Metode morbiditas (epidemologi) adalah perhitungan kebutuhan obat
berdasarkan pola penyakit. Metode morbiditas memperkirakan keperluan obat–obat
tertentu berdasarkan dari jumlah obat, dan kejadian penyakit umum, dan
mempertimbangkan pola standar pengobatan untuk penyakit tertentu. Metode ini
umumnya dilakukan pada program yang dinaikkan skalanya (scaling up). Metode ini
merupakan metode yang paling rumit dan memakan waktu yang lama. Hal ini
disebabkan karena sulitnya pengumpulan data morbiditas yang valid terhadap
rangkaian penyakit tertentu.Tetapi metode ini tetap merupakan metode terbaik untuk
perencanaan pengadaan atau untuk perkiraan anggaran untuk sistem suplai fasyankes
khusus, atau untuk program baru yang belum ada riwayat penggunaan obat
sebelumnya. Faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit dan
lead time(Kemenkes, 2019).
Epidemiologi memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut:

1). Kelebihan metode morbiditas (epidemologi) :

• Data konsumsi tidak dibutuhkan.


• Dapat digunakan untuk pengkaji pola pengobatan.
• Mendorong melakukan pancatatan morbiditas.
• proses seleksi yang lebih baik karena sesuai dengan pola penyakit.
• Metode morbiditas dianggap sebagai metode ideal dalam menentukan jumlah
kebutuhan obat.

2). Kekurangan metode morbiditas (epidemologi) :

• Perlu waktu dan tenaga yang banyak.


• Ada penyakit yang tidak tercatat.
• Pola penyakit tidak sama, khusus wabah dan variasi obat lebih luas.
• sering terjadi over stock karena dalam perencanaan hanya mengandalkan pola
penyakit.
• sulitnya memperoleh rekam medik yang akurat.

Adapun Data yang dibutuhkan dalam perhitungan kebutuhan dengan metode


epidemiologi adalah :

1) Kasus penyakit.
2) Jumlah setiap kasus periode sebelumnya.
3) Standar diagnosa dan terapi
a) Jenis obat yang digunakan
b) Dosis obat yang digunakan
c) Lamanya pengobatan
4) Formularium.

Langkah-langkah Perhitungan Metode Epidemiologi:

1) Buat format data penyakit


2) Hitung jumlah penggunaan obat
3) Hitung jumlah kebutuhan
• Jumlah Obat yang digunakan (jumlah obat yang digunakan)
• Hitung jumlah pemakaian rata – rata = jumlah obat yang digunakan
/jumlah hari kerja
• Stok pengamanan obat yang selalu harus tersedia bila terjadi peningkatan
pasien, biasanya stok pengaman berkisar 10 – 20 %. diambil saja 10 % jadi
stok pengaman adalah Stok Pengaman = 10% jumlah pemakaian obat.
• Waktu tunggu yang digunakan adalah 2 – 3 hari, jadi kalau diambil 3 hari
tunggu maka waktu tunggu = 3 jumlah pemakaian rata – rata
• Hitung Jumlah kebutuhan periode kedepan dengan memperhatikan
kenaikan kunjungan = ( Jumlah Obat yang digunakan + Stok Pengaman +
waktu tunggu ) – Sisa Stok.
(Erni Rahmawatie, 2015).

Langkah-langkah dalam perhitungan kebutuhan dengan metode morbiditas:


a. Mengumpulkan data yang diperlukan
Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan metode morbiditas adalah:
1).Perkiraan jumlah populasi
Komposisi demografi dari populasi yang akan diklasifikasikan berdasarkan jenis
kelamin untuk umur antara:
• 0 s.d. 4 tahun
• 4 s.d. 14 tahun
• 15 s.d. 44 tahun
• >45 tahun
• Atau ditetapkan berdasarkan kelompok dewasa (>12 tahun) dan anak (1
– 12 tahun)
2). Pola morbiditas penyakit
• Jenis penyakit pertahun untuk seluruh populasi pada kelompok
umur yang ada.
• Frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh populasi
pada kelompok umur yang ada
3). Standar pengobatan
Obat yang masuk dalam rencana kebutuhan harus disesuaikan dengan
standar pengobatan di rumah sakit.
b. Menghitung kebutuhan jumlah obat, dengan cara jumlah kasus dikali jumlah obat sesuai
pedoman pengobatan dasar. Jumlah kebutuhan obat yang akan datang dihitung dengan
mempertimbangkan faktor antara lain pola penyakit,lead time dan buffer stock.
B. PENGADAAN OBAT
Frekuensi pengadaan bervariasi untuk tiap level pelayanan kesehatan. Pada pusat
pelayanan kese- hatan atau RS mungkin kebanyakan item obat dipesan per bulan dan
untuk mengatasi kekurangan yang terjadi ditambah dengan pesanan mingguan dan
seterusnya. Menurut buku pedoman pengelolaan dan pelayanan farmasi RS yang baik,
volume pembelian obat oleh farmasis harus ditentukan melalui angka peredaran atau
perputaran persediaan obat-obatan. Obat yang mahal atau sering dipakai pembelian
dilakukan sekali sebulan. Untuk obat yang murah dan jarang digunakan dibeli sekali
setahun atau setengah tahun.
Menurut Quick J. Et al., Tender terbuka (pelelangan umum) Berlaku untuk semua
rekanan yang terdaftar dan sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan.
Ada metode proses pengadaan yaitu: tender terbuka, tender terbatas atau lelang
tertutup, pembelian melalui kontrak kerja dengan dan pengadaan langsung. Menurut
penelitian Sarmini(20) pengadaan obat dengan pembelian langsung sangat
menguntungkan karena di samping waktunya cepat, juga:
a. volume obat tidak begitu besar sehingga tidak menumpuk atau macet di
gudang,
b. harganya lebih murah karena langsung dari distributor atau sumbernya,
c. mendapatkan kualitas seperti yang diinginkan,
d. bila ada kesalahan mudah mengurusnya,
e. dapat kredit,
f. memperpendek lead time,
g. waktu-waktu kehabisan atau kekurangan obat dapat langsung menghubungi
distributor.
Kelebihan Tender Terbuka yaitu sebagai berikut :
• Tender terbula merupakan metode pengadaan yang dapat dilakukan oleh seluruh
rekanan yang terdaftar metode ini dianggap lebih menguntungkan pada saat
penentuan harga dalam pelaksanaanya.

Kekurangan Tender Terbuka yaitu sebagai berikut :

• Memerlukan perhatian penuh serta waktu yang cukup lama sehinggah diperukan
juga staf yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA

Erni Rahmawatie, dkk. SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PENGADAAN OBAT


DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI. Jurnal Pseudocode,
Volume 2 Nomor 1, Februari 2015, ISSN 2355 – 5920.
Embrey,M.,Clark,M.,2012,Managing Acces to medicine and Health
Technologies,Management Sciences for Health,Arlington.
Istinganah, dkk. EVALUASI SISTEM PENGADAAN OBAT DARI DANA APBD
TAHUN 2021-2023 TERHADAP PERSEDIAAN DAN EFISIENSI OBAT. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2016.
Kementerian Kesehatan Repiblik Indonesia. PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA
KEBUTUHAN OBAT DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN DIRUMAH
SAKIT. 2019.
Sarmini. Analisis Terhadap Faktor Keberhasilan Manajemen Obat Di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali. Tesis Magister Manajemen
Rumah Sakit, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 1998.

You might also like