You are on page 1of 19

MAKALAH

KONSEP AQIDAH DALAM ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akidah Akhlak

Dosen Pengampu : Dr.Lilik Ummi Kaltsum, M.A.

Di Susun Oleh :

1. Reihan Saputra (11220360000065)


2. Rafiansyah Alma (11220360000067)

PROGRAM STUDI ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana yang telah
memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya. Salawat
serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membimbing umatnya
dengan suri tauladan-Nya yang baik .

Dan segalah syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah,
kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
merupakan pengetahuan tentang konsep akidah dalam islam, semua ini di rangkup dalam
makalah ini, agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih
singkat dan akurat.

Makalah sistematika ini dimulai dari pengantar yang merupakan persepsi atas materi
yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut. Selanjutnya, membaca akan masuk pada inti
pembahasan dan di akhiri dengan kesimpulan, saran dan makalah ini. Diharapkan pembaca
dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang konsep aqidah Islam, kami penyusun
mengungkapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita semua.

Ciputat, 10 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I.........................................................................................................................................

PENDAHULUAN.....................................................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................................................

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................

C. Tujuan Masalah............................................................................................................

BAB II.......................................................................................................................................

PEMBAHASAN.......................................................................................................................

A. Definisi Aqidah..............................................................................................................

B. Dalil / Argumentasi Aqidah..........................................................................................

C. Tujuan Aqidah Islam..................................................................................................

D. Metode Peningkatan Aqidah………………………………………………12

E. Prinsip-Prinsip Aqidah Islam……………………………………………...16

BAB III....................................................................................................................................

PENUTUP...............................................................................................................................

A. Kesimpulan..................................................................................................................

B. Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh
Allah, dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak
disebut sebagai orang yang beriman (mu'min).

Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri


seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai dalil-dalil
‘aqli. Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak semua hal yang
harus diimani dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia

Para ulama enggan bahwa dalil-dalil aqli yang haq dapat menghasilkan
keyakinan dan keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang dapat
memberikan keimanan yang diharapkan hanyalah dalil-dalil yang qath'i.

Makalah kecil ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa


membantu siapa saja yang ingin memahami aqidah

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengetian aqidah ?

2. Apa dalil / argumentasi dalam aqidah ?

3. Apa tujuan dari aqidah Islam ?

4. Apa saja metode peningkatan aqidah ?

5. Apa prinsip-prinsip dalam aqidah Islam ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Aqidah
Secara etimologi (lughatan), aqidah berakar dari kata 'aqada – ya'qidu –
'aqdan yang berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk
menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah
adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan
mengandung perjanjian.1

Secara terminologis (isthilahan), terdapat beberapa definisi (ta'rif) antara lain:

1. Menurut Hasan al-Banna:

َ ‫ك َوتَ ُكوْ نُ يَقِ ْينًا ِع ْن َد‬


َ‫ك ال‬ ْ ‫ق بِهَا قَ ْلبُكَ َوت‬
َ ‫َط َمِئ ُّن اِلَ ْيهَا نَ ْف ُس‬ َ ُ‫العقَاِئ ُد ِه َي اُأل ُموْ ُر الَتِى يَ ِجبٌ َأ ْن ي‬
َ ‫ص ِّد‬ َ
‫ك‬ٌّ ‫از ُجهُ َريْبٌ َوالَيُ َخالِطُهُ َش‬ِ ‫يُ َم‬

“Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya


oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan
yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan”.

2. Munurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:

ْ ِ‫ َوال َّس ْمع َو ْالف‬,‫ق ْالبَ ِد ِهيَّ ِة ْال ُم َسلَّ َم ِة بِ ْال َع ْق ِل‬
‫ يَ ْعقُ ُد َعلَ ْيهَا‬,‫ط َر ِة‬ ِّ ‫ضايَا ْال َح‬َ َ‫ال َعقِ ْي َدةُ ِه َي َمجْ ُموْ َعةٌ ِم ْن ق‬
ِ
ُ‫ قَا ِطعًا بِ ُوجُوْ ِدهَا َوثُبُوْ تِهَا الَيَ َرى ِخالَفَهَا َأنَّه‬,‫ص َّحتِهَا‬ ِ ِ‫از ًما ب‬ ِ ‫ص ْد ُرهُ َج‬ َ ‫ َوي ُْثنَى َعلَ ْيهَا‬,ُ‫ْاِإل ْن َسانُ قَ ْلبُه‬
‫صحُّ َأوْ يَ ُكوْ نُ َأبَ ًدا‬
ِ ُ‫ي‬

“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum


(aksioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.
(Kebenaran) itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta meyakini

1
Drs. H. Yunahar Ilyas. Kuliah Aqidah Islam. (Yogyakarta: 1992). H. 1

5
kesahihan dan kebenarannya secara pasti dan menolak segala sesuatu
yang bertentangan dengan kebenaran itu”.

Untuk lebih memahami kedua definisi di atas maka perlu dikemukakan


beberapa catatan tambahan :

1. Ilmu terbagi dua : pertama ilmu dharuri, kedua ilmu nazhari. Ilmu yang
dihasilkan oleh indera, dan tidak memerlukan dalil disebut ilmu
dharuri. Misalnya anda melihat meja di hadapan mata, anda tidak lagi
memerlukan dalil atau bukti bahwa benda itu ada. Sedangkan ilmu
yang memerlukan dalil atau pembuktian itu disebut ilmu nazhari.
Misalnya 1+1=2, tentu perlu dalil untuk orang yang belum tahu
teorinya. Di antara ilmu nazhari itu, ada hal-hal yang karena sudah
sangat umum dan terkenal maka tidak memerlukan lagi adanya dalil,
misalnya sepeda bannya ada dua sedangkan mobil bannya ada empat,
tanpa dalil siapapun pasti mengetahui hal tersebut. Hal inilah yang
disebut badihiyah. Badihiyah adalah segala sesuatu yang kebenarannya
perlu dalil pembuktian, tetapi karena sudah sangat umum dan mendarah
daging maka kebenaran itu tidak perlu dibuktikan lagi.
2. Setiap manusia memiliki fitrah mengakui kebenaran (bertuhan), indera
untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan
memerlukan wahyu untuk menjadi pedoman menentukan mana yang
benar dan mana yang tidak. Tentang Tuhan, misalnya, setiap manusia
memiliki fitrah bertuhan, dengan indera dan akal dia bisa membuktikan
adanya Tuhan, tapi hanya wahyu lah yang menunjukkan kepada dia
siapa Tuhan yang sebenarnya.

6
3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikit pun dengan keraguan.
Sebelum seseorang sampai ke tingkat yakin dia akan mengalami
terlebih dahulu Syak (50%-50% antara memodifikasi dan menolak),
kemudian Zhan (salah satu lebih kuat sedikit dari yang lainnya karena
ada dalil yang menguatkan), kemudian Ghalabatuz Zhan (cenderung
menguatkan salah satu karena dalilnya lebih kuat, tapi masih belum
bisa menghasilkan keyakinan penuh), kemudian Ilmu/Yakin (menerima
salah satu dengan sepenuh hati karena sudah meyakini dalil
kebenarannya). Keyakinan yang sudah sampai ke tingkat ilmu inilah
yang disebut aqidah.
4. Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya lahiriyah
seseorang bisa saja pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu
tidak akan mendatangkan ketenangan jiwa karena dia harus
melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya. Kawin
paksa misalnya, hidup satu rumah dengan orang yang tidak pernah dia
sukai, secara lahiriyah hubungan mereka telah sukses karena berakhir
dipelaminan namun jiwa mereka tidak tenteram seperti kelihatannya.
5. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak
segala yang bertentangan dengan kebenaran itu. Artinya seseorang
tidak akan bisa meyakini sekaligus dua hal yang bertentangan.
Misalnya ada keyakinan gula itu rasanya manis, tentunya anda akan
menolak untuk meyakini bahwa gula itu rasanya asin, tidak mungkin
anda yakin bahwa gula itu rasanya manis dan asin.
6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung pada tingkat
pemahamannya terhadap dalil. Misalnya:
– Anda akan yakin adanya beasiswa bila Anda mendapatkan informasi
tentang beasiswa tersebut dari orang yang Anda kenal tidak pernah
berbohong.

7
– Keyakinan itu akan bertambah apabila anda mendapatkan informasi
yang sama dari beberapa orang lain, namun tidak menutup
kemungkinan bahwa anda akan meragukan kebenaran informasi itu
apabila ada syubhat (dalil dalil yang menolak informasi tersebut).
– Bila Anda melihat pengumuman beasiswa di struktur maka
meningkatkanlah keyakinan Anda sehingga kemungkinan untuk ragu
semakin kecil
– Apabila Anda diberi formulir pengajuan pinjaman maka keyakinan
Anda semakin meningkat dan segala keraguan akan hilang bahkan
Anda tidak mungkin ragu lagi bahkan Anda tidak akan merusak
pemulihan Anda sekalipun semua orang menolaknya
– Ketika Anda bolak balik mengurus segala yang terkait dengan
beasiswa maka bertambahlah pengetahuan dan pengalaman Anda
tentang beasiswa yang diyakini tadi.2

2
Drs. H. Yunahar Ilyas. Kuliah Aqidah Islam. (Yogyakarta: 1992). H. 3

8
B. Dalil atau Argumentasi Aqidah
Dalil dalam aqidah ada dua yaitu:
a. Dalil ‘Aqli
Dalil yang didasarkan pada penalaran akal yang sehat. Orang yang
tidak mampu mempergunakan akalnya karena ada gangguan, maka tidak
dibebani untuk memahami aqidah. Segala yang menyangkut dengan
aqidah, kita tidak boleh meyakini secara ikut-ikutan, melainkan
berdasarkan keyakinan yang dapat dipelajari sesuai dengan akal yang
sehat. adapun contoh dalil aqli adalah sebagai berikut:

 Seorang anak yang memiliki ibu


Jika Anda melihat seorang anak, tentu Anda mengetahui bahwa
anak itu pasti mempunyai seorang ibu meskipun Anda tidak pernah
melihat ibunya. Keberadaan ibu itu artinya akal sehat bahwa seorang
anak pasti dilahirkan oleh seorang ibu.

b. Dalil Naqli 
Dalil naqli adalah dalil yang didasarkan pada al-Qur’an dan
sunah.Walaupun akal manusia dapat menghasilkan kemajuan ilmu dan
teknologi, namun harus disadari bahwa betapapun kuatnya daya pikir
manusia, ia tidak akan sanggup mengetahui hakikat zat Allah yang
sebenarnya. Manusia tidak memiliki kemampuan untuk menyelidiki yang
ghaib, untuk mengetahui yang ghaib itu kita harus puas dengan wahyu Allah.
Wahyu itulah yang disebut dalil Naqli.

Kebenaran dalil Naqli ini bersifat Qath‘iy (pasti), kebenarannya mutlak


serta berlaku untuk semua ruang dan waktu. Dalil Naqli ada dua yaitu al-
Qur’an dan hadis Rasul. Hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh akal, cukup

9
diyakini kebenarannya tanpa harus membuktikan dengan akal. Termasuk ke
dalam bagian ini adalah hakikat hal-hal yang ghaib, seperti kiamat, alam
barzakh, alam makhsyar, surga, neraka, malaikat,dan lain sebagainya.3
Adapun contoh dalil naqli adalah sebagai berikut:

 Bershalawat

Perintah ini tertuang dalam Al-Qur'an Surah al-Ahzab ayat 56 sebagai


berikut. Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.”

Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:


“Sesungguhnya orang yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah
SWT akan bershalawat untuknya sepuluh kali.4

C. Tujuan Aqidah Islam


Ketika kita membicarakan tujuan akidah sama halnya kita membicarakan tujuan
pendidikan agama Islam karena akidah merupakan bagian dari pendidikan agama
Islam.

Adapun beberapa tujuan akidah diantaranya:

Muhammmad Yunus mengungkapkan tujuan pendidikan dalam bidang

keimanan ialah:

a. Agar memiliki keimanan yang teguh kepada Allah, Rasul-rasul,


Malaikatmalaikat, hari akhir, kitab-kitab dan qada dan qadar.

3
https://www.denfol.com/2020/10/Materi-lengkap-pengertian-akidah.html
4
https://www.merdeka.com/trending/contoh-dalil-aqli-dan-naqli-dalam-ajaran-islam-pahami-perbedaannya-kln.html

10
b. Agar memiliki keimanan berdasarkan kesadaran dan ilmu pengetahuan,
bukan sebagai pengikut buta atau taklid semata.

c. Agar keimanan itu tidak mudah rusak apalagi diragukan oleh orang-orang
yang beriman.

Akidah itu tujuan utamanya memberi didikan yang baik dalam menempuh
jalan

kehidupan, menyucikan jiwa lalu mengarahkannya kejurusan yang tertentu untuk

mencapai puncak dari sifat-sifat yang tinggi dan luhur dan lebih utama lagi supaya

diusahakan agar sampai tingkat ma‟rifat yang tinggi.30

Tujuan pengajaran akidah ialah mewujudkan maksud-maksud sebagai berikut:

a. Memperkenalkan kepada murid akan kepercayaan yang benar, yang

menyelamatkan mereka dari siksaan Allah Ta‟ala. Juga memperkenalkan tentang

rukun iman, ketaatan kepada Allah, dan beramal dengan amal yang baik untuk

kesempurnaan iman mereka.

b. Menanamkan iman kepada Allah, pada para Malaikat Allah, Kitab-kitab


Allah, Rasul-rasul-Nya adanya takdir baik dan buruk dan tentang hari kiamat ke
dalam jiwa anak.

c. Menumbuhkan generasi yang kepercayaan dan keimanannya sah dan benar,


yang selalu ingat kepada Allah, bersyukur, dan beribadah kepada-Nya.

d. Membantu murid agar mereka berusaha memahami berbagai hakikat,


umpamanya:

1) Allah berkuasa dan mengetahui segala sesuatunya walau sekecil apa pun.

2) Percaya bahwa Allah adil, baik di dunia maupun di akhirat.

11
3) Membersihkan jiwa dan fikiran dari perbuatan syirik.

Dapat penulis simpulkan tujuan dari akidah ialah mempelajari dasar-dasar


ajaran

agama Islam yang pokok materinya mengenai pengenalan terhadap Allah dan apa
yang

telah diturunkan-Nya, pengenalan terhadap utusan-utusan Allah dan pengenalan

terhadap apa yang akan terjadi kelak setelah kematian. Hingga menimbulkan rasa

keyakinan yang benar akan agama Islam dan apa yang harus dijalankan sebagai

pemeluk agama Islam (sebagai seorang muslim).

D. Metode Peningkatan Aqidah


Dalam ajaran islam, akhlak menempati kedudukan yang utama.
Rasululloh saw Menempatkan akhlak sebagai misi pokok risalah Islam.
Beliau bersabda yang artinya “ sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia .” Akhlak merupakan salah satu ajaran
pokok agama islam sehingga akhlak yang baik akan menitik beratkan
timbangan kebaikan seseorang pada hari kiamat nanti. Menurut keterangan
Abdulloh Ibnu Umar, orang yang paling dicintai dan yang paling dekat
dengan Rasululloh saw. Bahwa pada hari kiamat yang paling baik adalah
akhlaknya. Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dari ibadah
kepada Allah. Seseorang yang mendirikan sholat tentu tidak akan
mengerjakan segala perbuatan yang tergolong keji dan munkar. Tidak ada
artinya sholat seseorang jika dia masih mengerjakan kemunkaran yang
dilarang agama. Al-Quran banyak mengungkapkan hal-hal yang berhubungan
dengan Akhlak, baik berupa perintah berakhlak terpuji maupun larangan
berakhlak tercela inilah yang membuktikan betapa pentingnya akhlak dalam
ajaran Islam. Akhlak akan membawa kemaslahatan dan kemuliaan hidup.

12
1. Metode Peningkatan Kualitas Akhlak Dalam Kehidupan Adapun prinsip
umum yang menyelamatkan kaum muslimin dari kebimbangan, kebingungan
dan keguncangan dalam menghadapi kehidupan, meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Komitmen dengan Jalan Hidup Islam Setiap muslim harus memiliki
komitmen dengan jalan hidup islam yang bersumber dari Al-Quran dan
Sunnah Rasul, serta sejarah hidupnya sebab mencari jalan hidup selain dari
dua sumber ini adalah suatu kesesatan. Jalan hidup ini adalah segala sesuatu
yang dihalalkan atau diharamkan oleh Allah.
b. Loyal kepada Allah, RasulNya, dan Islam Loyalitas ini dilakukan
untuk Alloh, rasulNya, untuk orang-orang saleh dan nilai-nilai akhlak yang
dibawa Islam. Konsekuensinya, orang islam tidak boleh loyal kepada musuh
Allah dan kepada selain Allah atau musyrik. Islam mengangkat harkat orang-
orang saleh dan mengukuhkan kewibawaan mereka.
c. Kesungguhan dalam Menjalani kehidupan Kesungguhan
mempunyai dua pengertian yaitu:
I. Ijtihad (bersungguh-sungguh) adalah berusaha dengan mengerahkan segala
kemampuan yang ada untuk mencapai suatu tujuan.
II. Tark al-hazl (meninggalkan senda gurau) adalah mengerjakan suatu
pekerjaan dengan tidak main-main atau sia-sia. Seorang muslim dituntut
untuk melewati fase-fase kehidupannya dengan serius dan mengerahkan
segala kemampuan serta menanggung penderitaan dan pengorbanan dijalan
Allah.
d. Sikap Toleran/Tasamuh dan Memaafkan Bagi kaum muslimin,
toleransi berarti tidak membela ide atau mazhabnya secara membuta, tetapi
mengikuti mana yang ternyata benar. Islam tidak mengajarkan kasar kecuali
dalam peperangan dan pertempuran dijalan Allah.
e. Sikap Moderat terhadap Orang Lain dan Segala Sesuatu Moderat
adalah pertengahan diantara dua sifat secara kualitas dan kuantitas atau

13
proporsional. Orang yang moderat berarti orang yang berada diantara ifrat dan
tafri tatau diantara kencang (tasyaddud) dan longgar (tasyayyub). Allah telah
menganugrahkan nikmatNya kepada orang islam dengan dijadikannya
ummatan wasatan yakni umat keadilan, pertengahan dan kebaikan. Umat
islam berada di tengah sebagai umat moderat yang mengakomodir
kepentingan rohani dengan kebutuhan jasmani.
2. Metode Peningkatan Kualitas Akhlak Menurut Al Ghazali Menurut Al
Ghazali, pengembangan pribadi pada hakikatnya adalah perbaikan akhlak,
dalam artian menumbuh-kembangkan sifat-sifat terpuji (mahmudah) dan
sekaligus menghilangkan sifat-sifat tercela (madzmummah) pada diri
seseorang. Akhlak manusia benar-benar dapat diperbaiki, bahkan sangat
dianjurkan sesuai sabda Rasulullah SAW “Upayakan akhlak kalian menjadi
baik” (Hassinuu akhlaqakum). Al Ghazali menaruh perhatian besar pada
masalah akhlak serta mengemukakan berbagai metode perbaikan ahlak.
Metode peningkatan ahlak yang beliau ungkapkan dalam berbagai buku beliau
dapat dikelompokkan atas tiga jenis metode yang berkaitan satu dengan
lainnya yang dinamakan:
a. Metode Taat Syari‟at Metode ini berupa pembenahan diri, yakni
membiasakan diri dalam hidup sehari-hari untuk melakukan kebajikan dan
hal-hal bermanfaat sesuai dengan ketentuan syari‟at, aturan-aturan negara,
dan norma-norma kehidupan bermasyarakat. Disamping itu berusaha untuk
menjauhi hal-hal yang dilarang sy ara‟ dan aturanaturan yang berlaku. Metode
ini sederhana dan dapat dilakukan oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-
hari. Hasilnya akan berkembang sikap dan perilaku positif seperti ketaatan
pada agama dan norma-norma masyarakat, hidup tenang dan wajar, senang
melakukan kebajikan, pandai menyesuaikan diri dan bebas dari permusuhan.
b. Metode Pengembangan Diri Metode yang bercorak psiko-edukatif
ini didasari oleh kesadaran atas kekuatan dan kelemahan diri yang kemudian
melahirkan keinginan untuk meningkatkan sifatsifat baik dan sekaligus

14
menghilangkan sifat-sifat buruk. Dalam pelaksanaannya dilakukan pula
proses pembiasaan (conditioning) seperti pada “Metode Taat Syari‟at”
ditambah dengan upaya meneladani perbuatan dari pribadi-pribadi yang
dikagumi. Membiasakan diri dengan cara hidup seperti ini secara konsisten
akan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan dan sifat-sifat terpuji yang
terungkap dalam kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat. Metode ini
sebenarnya mirip dengan metode pertama, hanya saja dilakukan secara lebih
sadar, lebih disiplin dan intensif serta lebih personal sifatnya daripada metode
pertama.
c. Metode Kesufian Metode ini bercorak spiritual-religius dan
bertujuan untuk meningkat kan kualitas pribadi mendekati citra Insan Ideal
(Kamil). Pelatihan disiplin diri ini menurut Al Ghazali dilakukan melalui dua
jalan yakni al-mujaahadah dan al-riyaadhah. Al Mujaahadah adalah usaha
sungguh-sungguh untuk menghilangkan segala hambatan pribadi (harta,
kemegahan, taklid, maksiat). Sedangkan Al-Riyaadhah adalah latihan
mendekatkan diri pada Tuhan dengan selalu berusaha meningkatkan kualitas
ibadah. Kegiatan sufistik ini berlangsung dibawah bimbingan seorang Guru
yang benar-benar berkualitas dalam hal ilmu, kemampuan dan wewenangnya
sebagai Mursyid.
Diantara ketiga metode tersebut, metode kesufian dianggap tertinggi
oleh Al Ghazali dalam proses peningkatan derajat keruhanian, khususnya
dalam meraih ahlak terpuji. Penerapkan metode – metode Peningkatan
Kualitas Akhlak dalam Kehidupan.
1) Metode syari‟at
a. Membiasakan diri untuk selalu melakukan kebaikan dan menjauhi yang di
larangan syara‟
b. Menjauhi permusuhan
c. Membiasakan diri untuk menyesuaikan dengan lingkungan
2) Metode pengembangan diri

15
a. Berupaya meneladani perbuatan-perbuatan terpuji dari pribadi-pribadi yang
di kagumi
b. Membiasakan konsisten untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan terpuji dan
menghilangkan sifat-sifat tercela yang ada pada diri
c. Berusaha meningkatkan potensi-potensi baik yang ada pada diri untuk
menjadi pribadi yang lebih baik.
3) Metode kesufian
a. Membiasakan bersifat zuhud
b. Melakukan riyaadhah / mendekatkan diri pada tuhan
c. Meningkatkan kualitas ibadah

E. Prinsip-prinsip Aqidah Islam


1. Iman kepada Allah
Beriman kepada Allah meyakini bahwa Allah dzat yang paling berhak
disembah, karena dia menciptakan, membina, mendidik, dan menyediakan
segala kebutuhan manusia.
2. Iman kepada Malaikat
Beriman dengan penuh kesadaran bahwa Allah menciptakan mahluk
dari cahaya sifat-sifat malaikat:
a. Patuh dan taat.
b. Sebagai penyampai wahyu.
c. Diciptakan dari cahaya.
d. Mempunyai kemampuan yang luar biasa.
3. Iman kepada kitab suci

Kitab-kitab suci seluruhnya ada empat, yaitu;

a. Taurat
b. Zabur
c. Injil

16
d. Al-Qur’an

4. Iman kepada nabi dan Rasul

Sifat-sifat yang ada pada nabi dan Rasul adalah:

a. Shidiq
b. Amanah
c. Tabligh
d. Fathonah
5. Iman kepada hari akhir
Beriman kepada hari akhir adalah meyakini bahwa manusia akan
mengalami kesudahan dan meminta pertanggung jawaban dikemudian
hari.
6. Iman kepada Qadha dan Qadar
Menurut Bahasa Qadha memiliki beberpa pengertian yaitu hukum,
ketetapan, pemerintah, pemberitahuan, penciptaan.
Adapun Qadar adalah kejadian ciptaan yang sesuai dengan penetapan
iman.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam keseluruhan bangunan Islam, akidah dapat diibaratkan sebagai
fondasi. Di mana seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah
merupakan beberapa prinsip keyakinan. Dengan keyakinan bahwa seseorang
termotivasi untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya. Karena sifatnya
keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah informasi yang disampaikan
oleh Allah Swt. melalui wahyu kepada nabi-Nya, Muhammad Saw.Pada
hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur'an dan
Sunnah. Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berpikir kepada
manusia untuk mengenal adanya Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti
hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa. Hasil perbuatan Allah itu serba teratur,
cermat dan berhati-hati.Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur'an dan Sunnah. Akal
pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-
nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba –kalau diperlukan
– membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-Qur'an dan
Sunnah. Itu pun harus didukung oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal
sangat terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai sesuatu
yang tidak terbatas.Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa
ruh/aqidah maka syari'at/jasad kita tidak ada guna apa-apa.

B. Saran

Semoga apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang
kemudian diamalkan juga semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan
datang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Yunahar Ilyas. Kuliah Aqidah Islam. (Yogyakarta: 1992).

https://www.denfol.com/2020/10/Materi-lengkap-pengertian-akidah.html

https://www.merdeka.com/trending/contoh-dalil-aqli-dan-naqli-dalam-
ajaran-islam-pahami-perbedaannya-kln.html

19

You might also like