You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama
setelah kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar
menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa
yang relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai
oleh banyaknya perubahan fisiologi. Beberapa dari perubahan tersebut
mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius
juga sering terjadi. (Cunningham, F, et al, 2013).
Asuhan keperawatan pasca persalinan diperlukan untuk meningkatkan
status kesehatan ibu dan anak. Masa nifas di mulai setelah dua jam lahirnya
plasenta atau setelah proses kala I sampai IV selesai. Berakhirnya proses
persalinan bukan berarti ibu terbebas dari bahaya atau komplikasi. Berbagai
komplikasi dapat dialami ibu pada masa nifas dan bila tidak tertangani
dengan baik akan memberi kontribusi yang cukup besar terhadap tingginya
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.
Asuhan keperawatan yang tepat dapat meningkatkan kualitas hidup
ibu dan anak. Dengan demikian pemberian asuhan keperawatan pada masa
nifas sangat penting apabila dilakukan secara komprehensif dan tepat saat
ibu pada periode pasca persalinan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis
merumuskan masalah yaitu “ Bagaimana Asuhan Keperawatan Post Partum
di Ruang Nifas RSUD dr. Rubini Mempawah?”
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari penulisan laporan ini adalah agar
mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan pada ibu post
partum di Ruang Nifas RSUD dr. Rubini Mempawah.
1
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien post partum
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien post
partum
c. Mampu merumuskan intervensi keperawatan pada pasien post
partum
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien post
partum.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien post
partum.

2
BAB II. KONSEP MASA NIFAS
A. DEFINISI
1. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-
hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu. (Rustam Mochtar,
2010)
2. Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak,
ketika alat – alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal.
(Barbara F. weller, 2012)
3. Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat - alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. (Abdul Bari Saifuddin,
2009)
B. TAHAPAN MASA NIFAS
Menurut Rustam Mochtar 2010, Masa post partum terbagi 3 tahap:
1. Puerperium dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam post
partum. Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan untuk berdiri
dan jalan-jalan
2. Puerperium Intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari post
partum. Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu
3. Remote puerperium (later puerperium) waktu 1-6 minggu post
partum. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai
komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan atau
tahun.

3
C. PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS
1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Perubahan uterus
Terjadi kondisi uterus yang meningkat setelah bayi keluar,
hal ini menyebabkan iskemia pada perlekatan plasenta sehingga
jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus
mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali
(setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus,
setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali
pada ukuran sebelum hamil). Uterus akan mengalami involusi
secara berangsur-angsur sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil. Mengenai tinggi fundus utetus dan berat
menurut masa involusi sebagai berikut:
Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lepas Dua jari bawah pusat 750 gram
Satu minggu Pertengahan pusat-sympisis 500 gram
Dua minggu Tak teraba diatas simpisis 350 gram
Enam minggu Bertambah kecil 50 gram
Delapan minggu Sebesar normal 30 gram
Ada beberapa jenis lochea, taitu:
1) Lochea rubra (cruenta) : ini berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua (selaput lendir rahim
dalam keadaan hamil), vernik caseosa (palit bayi, zat
seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-
sel epitel yang menyelimuti kulit janin), lanugo (bulu
halus pada bayi yang baru lahir) dan mekonium (isi usus
berwarna hijau kehitaman) selama 2 hari pasca persalinan

4
2) Lochea sangulnolenta : warnnya merah kuning berisi
darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca
persalinan
3) Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak
berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan
4) Lechea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari
setelah 2 minggu
5) Lochea purulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk
6) Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya
b. Perubahan vagina dan perineum
1) Vagina : pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul
rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali
2) Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka
perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan
setelah persalinan biasa, tetapi sering terjadi akibat
ekstraksi dengan kuman, berlebih apabila kepala janin
harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan
baru terlihat pada pemeriksaan spekulum
3) Perubahan pada perineum : terjadi perobekan pada hampir
semua persalinan pertama dan jarang juga pada persalinan
berikutnya. Perobekan perineum umumnya terjadi di garis
tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir
terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa,
kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran
yang lebih besar darpada sirkumferensia suboksipito
bregmatika. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas
episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk
mempermudah kelahiran bayi) lakukan penjahitan dan
perawatan dengan baik.

5
2. Perubahan sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini
umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat
selama persalinanan. Disamping itu rasa takut untuk buang air besar,
sehubungan dengan jahitan pada perineum, jangan samapai dan
jangan takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari
setelah persalinan. Jika masih terjadi konstipasi dan BAB keras dapat
diberikan obat laksan peroral atau perektal
3. Perubahaan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 samapi 8
minggu, distensi berlebih pada vesikula urinari adalah yang umum
terjadi karena peningkatan kapasitas vasikula urinaria, pembengkakan
memar jaringan disekitar uretra dan hilang sensasi terhadap tekanan
yang meninggi
4. Perubahan Tanda Tanda vita pada masa nifas
a. Suhu badan
Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik
sedikit, antara 37,2 – 37,5. Kemungkinan disebabkan karena
ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai 38 C
pada hari kedua sampai hari –hari berikutnya, harus diwaspadai
adanya infeksi atau sepsis nifas
b. Denyut nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 6 x/menit,
yaitu pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan
istirahat penuh. Ini terjadi umumnya pada minggu pertama post
partum. Pada ibu yang nervus, nadinya bisa cepat, kira-kira 110
x/menit bisa juga terjadi gejala syok karena infeksi, khususnya
bila disertai peningkatan suhu tubuh.
6
c. Tekanan Darah
Tekanan darah < 140 /90 mmHg. Tekanan darah tersebut
bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum.
Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukan adanya
pendarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi
meerupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklamsia yang
timbul pada masa nifas. Namun hal tersebut jarang terjadi.
d. Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Hal
ini tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam
kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat post partum > 30
x/menit mungkin karena adanya ikutan tanda-tanda syok
D. FASE-FASE PENYESUAIAN FISIOLOGI PADA MASA NIFAS
1. Fase Taking In 
Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini
fokus perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Pengalaman
selama proses persalinan sering berulang diceritakannya.
Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah
gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu
cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu
kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.
Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk
proses pemulihannya, disamping nafsu makan ibu yang memang
sedang meningkat.
2. Fase Taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada
fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
7
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaan yang
sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya
kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena sat
ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa
percaya diri
3. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini. Banyak ketakutan
dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan terjadi akibat
persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan mudah atau
sebenarnya dapat dicegah oleh staf keperawatan, pengunjung dan
suami, bidan dapat mengantisipasi hal-hal yang bisa menimbulkan
stress psikologis. Dengan bertemu dan mengenal suami serta keluarga
ibu, bidan akan memiliki pandangan yang lebih mendalam terhadap
setiap permasalahan yang mendasarinya.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold dan letting go
yang merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa
lelah yang dirasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat
menyesuaikan diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada keadaan
normal.
Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu
sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak
dalam kandungan bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman
dan nyaman sehingga stress yang dialaminya tidak bertambah berat.

8
E.   KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS
1. Nutrisi dan Cairan
Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan
sangat mempengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan
status gizi  baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc yang
mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status gizinya kurang
biasnya akan sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah
penting, karena bayi akan tumbuh sempurna  sebagai manusia yang
sehat dan pintar, sebab ASI mengandung DHA.
2. Energy
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca post partum
mencapai 500 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang
mengandung 600 kkal. Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk
menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750  kkal. Jika laktasi
berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama itu pula berat badan ibu
akan menurun, yang berarti jumlah kalori tambahan
harus  ditingkatkan.
Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut hanya  sebesar 700 kkal,
sementara sisanya (sekitar 200 kkal) diambil dari cadanagn indogen,
yaitu timbunan lemak selama hamil. Mengingatkan efisiensi kofersi
energy hanya 80-90 % maka energy dari makanan yang dianjurkan
(500 kkal) hanya akan menjadi energy ASI sebesar 400-500 kkal.
Untuk menghasilkan 850cc ASI dibutuhkan energy 680-807 kkal
energy. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan ASI,
berat badan ibu  akan kembali normal dengan cepat.
3. Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein  di atas
normal sebesar 20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan
9
makanan mengandung asam lemak omega 3 yang banyak terdapat di
ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah menjadi DHA
yang akan keluar sebagai ASI. Selain itu ibu dianjurkan makan
makanan yang mengandung kalsium , zat besi,  vitamin C, B1, B2, B12,
dan D. Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti air
minum. Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8
jam)
Beberapa anjuran yng berhubungan dngan pemenuhan gizi ibu
menyusui antara lain :
a. Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal
b. Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan
vitamin
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui
d. Mengonsumsi tablet zat besi
e. Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A
kepada bayinya.
4. Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk  selekas mungkin
membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya
untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak dibenarkan pada pasien dengan
penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam dan keadaan lain yang
membutuhkan istirahat. Keuntungannya yaitu :
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu
mengenai cara merawat bayinya.
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.
Ambulasi dini dilakukan secara perlahan  namun meningkat
secara berangsur-angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam
sampai hitungan hari hingga pasien dapat melakukannya sendiri tanpa
pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi.
10
5. Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat
buang air kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat
mengakibatkan  infeksi. Maka dari itu bidan harus dapat meyakinkan
ibu supaya segera buang air kecil, karena biasany ibu malas buang air
kecing karena takut akan merasa sakit. Segera buang air kecil setelah
melahirkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
komplikasi post partum. Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah
harus dapat buang air besar. Buang air besar tidak akan memperparah
luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak boleh ditahan-
tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.
6. Kebersihan Diri
Bidan/perawat harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu
untuk melakukan personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari
keluarga. Ada beberapa langkah dalam perawatan diri ibu post
partum, antara lain :
a. Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu  untuk mencegah infeksi
dan alergi kulit pada bayi.
b. Membersihakan daerah kelamin dengan sabun  dan air, yaitu
dari daerah depan ke belakang, baru setelah itu anus.
c. Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
d. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai
membersihkan daerah kemaluan
e. Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk  menyentuh
daerah luka agar terhindar dari infeksi sekunder.

11
7. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup
untuk memulihkan kembali ke keadaan fisik. Kurang istirahat pada
ibu post partum  akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat
bayi dan diri sendiri.
d. Bidan/perawat harus menyampaikan kepada pasien dan
keluarga agar ibu kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah
tangga  secara perlahan dan bertahap. Namun harus tetap
melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan malam.
8. Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya
ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Tetapi banyak budaya dan agama
yang melarang sampai masa waktu tertentu misalnya 40 hari atau 6
mingggu setelah melahirkan. Namun kepiutusan itu etrgantung pada
pasangan yang bersangkutan.
9. Latihan / Senam Nifas
Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal,
hendaknya ibu melakukan senam nifas sejak awal (ibu yang menjalani
persalinan normal). Berikut ini ada beberapa contoh gerakan  yang
dapat dilakukan saat senam nifas :
a. Tidur telentang, tangan disamping badan. Tekuk salah satu
kaki, kemudian gerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan
12
gerakan ini sebanyak 15 kali secara bergantian untuk kaki kanan
dan kiri. Setelah itu, rileks selama 10 hitungan.
b. Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki ditekuk.
Kerutkan otot bokong dan perut bersamaan dengan mengangkat
kepala, mata memandang ke perut selama 5 kali hitungan.
Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks selama 10
hitungan.
c. Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong
sambil mengerutkan  otot anus selama 5 hitungan. Lakukan
gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks selama 10 hitungan.
d. Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiir
lurus keatas sambil menahan otot perut. Lakukan  gerakan
sebanyak  15 kali hitungan, bergantian  dengan kaki kanan.
Rileks selama 10 hitungan.
e. Tidur telentang, letakan kedua tangan dibawah kepala,
kemudian bangun tanpa mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap
lurus). Lakukan  gerakan sebanyak 15 kali hitungan, kemudian
rileks selama 10 hitungan sambil menarik nafas panjang lwat
hidung, keluarkan lewat mulut.
f. Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90
derejat. Gerakan perut keatas sambil otot perut dan anus
dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama 5 hitungan. Lakukan
gerakan in sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama 10 hitugan.
F. TANDA-TANDA BAHAYA
Ibu nifas dan keluarga harus mendatangi tenaga kesehatan jika
ditemukan tanda – tanda bahaya masa nifas seperti berikut ini :
1. Perdarahan Pervaginam.
2. Sakit kepala yang hebat
3. Pembengkakan di wajah,tangan dan kaki
4. Payudara yang berubah merah, panas, dan terasa sakit

13
5. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah
mengalami infeksi.
6. Infeksi Bakteri
7. Demam, muntah dan nyeri berkemih.
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
9. Kram perut
10. Merasa sangat letih atau napas terengah – engah
11. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung (Winkjosastro,
2011)
G. MASALAH PADA MASA NIFAS
1. After pain/ kram perut
Rasa nyeri/mules pada perut akibat kontraksi uterus yang terjadi
setelah plasenta
2. Nyeri perineum
Rasa nyeri pada perineum akibat trauma pada persalinan pervaginm
atau karena adanya jahitan robekan perineum
3. Gangguan BAB
Gangguan BAB dapat terjadi selama kehamilan mengalami hemoroid
karena mengalami konstipasi dan pengeluran cairan saat persalinan
terlalu banyak sehingga cairan dalam tubuh berkurang yang dapat
menyebabkan kekurangan cairan/serat dalam proses pencernaan
sehingga mengganggu proses BAB
4. Nyeri pada payudara
Nyeri pada payudara disebabkan karena adanya pembesaran payudara
akibat adanya produksi Asi dan disebabkan karena malas menyusui
sehingga payudara terasa penuh dan tegang.
5. Gangguan BAK
Gangguan BAK dapat teratasi karena kepala bayi terlalu lama
menekan PBP (Pintu Bawah Panggul) kandung kemih dan adanya
trauma jalan lahir.

14
H. KUNJUNGAN MASA NIFAS
1. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan), tujuannya untuk:
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Medeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
merujuk apabila perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. 
g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil 2.
2. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

15
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-
hari.

3. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk:


Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
4. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk:
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau
bayi alami.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini. 
5. Perawatan Masa Nifas
a. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh
miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya
thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperboleh duduk,
hari ke-3 jalan-jalan dan hari 4-5 sudah diperbolehkan pulang.
b. Diet
Makanan harus bermutu, beergizi dan cukup kalori,
sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak
cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
c. Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri akan secepatnya.
Bila kandung kemih penuh dan sulit tenang, sebaiknya
dilakukan kateterisasi.
d. Defekasi

16
Buang air besar, harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan.
Bila sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berat leras
dapat diberikan laksan peroral atau per rektal
e. Perawatan payudara
1) Dimulai sejak wanita hamil supaya paling susu lemas,
tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayi
2) Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena
sangat baik untuk kesehatan bayinya.
f. Laktasi
Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang
tidak ada badingannya, menyusun bayi sangat baik untuk
menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anak.
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah lengkap: Hb, WBC, PLT
2) Elektrolit sesuai indikasi
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM (MASA
NIFAS)
1. PENGKAJIAN
a. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
b. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyertai
c. Riwayat Persalinan
1) Tempat persalinan
2) Normal atau terdapat komplikasi
3) Keadaan bayi
4) Keadaan ibu
d. Riwayat Nifas Yang Lalu
1) Pengeluaran ASI lancar / tidak
2) BB bayi
17
3) Riwayat ber KB / tidak
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum pasien
2) Abdomen
3) Saluran cerna
4) Alat kemih
5) Lochea
6) Vagina
7) Perinium + rectum
8) Ekstremitas
9) Kemampuan perawatan diri
f. Pemeriksaan psikososial
1) Respon + persepsi keluarga
2) Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema /
pembesaran jaringan atau distensi efek – efek hormonal
b. Ketdakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat
pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan,
karakteristik payudara
c. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia
efek anastesi, profil darah abnormal
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan, penurunan Hb, prosedur invasive, pecah ketuban,
malnutrisi
e. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek hormonal,
trauma mekanis, edema jaringan, efek anastesi ditandai dengan
distensi kandung kemih, perubahan – perubahan jumlah /
frekuensi berkemih
f. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan penurunan masukan / penggantian tidak adekuat,
18
kehilangan cairan berlebih (muntah, hemoragi, peningkatan
keluaran urine)
g. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek
progesteron, dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan perubahan
bising usus, feses kurang dari biasanya
h. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ketidakefektifan
model peran stressor
i. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan
diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman, salah
interpretasi tidak tahu sumber – sumber
j. Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan nyeri luka
jahitan perineum
3. PERENCANAAN
a. Dx 1
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri
ibu berkurang dengan criteria evaluasi : skala nyeri 0-1, ibu
mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang, tidak merasa
nyeri saat mobilisasi, tanda vital dalam batas normal . S = 37 C.
N = 80 x/menit, TD = 120/80 mmHG, R = 18 – 20 x / menit
Intervensi :
1) Kaji ulang skala nyeri
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang
tepat
2) Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan
distraksi rasa nyeri
Rasional: untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri
yang dirasakan

3) Motivasi: untuk mobilisasi sesuai indikasi

19
Rasional: memperlancar pengeluaran lochea,
mempercepat involusi dan mengurangi nyeri secara
bertahap.

4) Berikan kompres hangat

Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perinium

5) Delegasi pemberian analgetik

Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga


rasa nyeri berkurang

b. Dx 2
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu
dapat mencapai kepuasan menyusui dengan criteria evaluasi :
ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat
ASI yang cukup.
Intervesi :
1) Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu
tentang menyusui sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan
saat ini agar memberikan intervensi yang tepat.
2) Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah
putting yang dapat merusak dan mengganggu.
3) Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional: agar kelembapan pada payudara tetap dalam
batas normal.
c. Dx 3

20
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
cedera pada ibu tidak terjadi dengan criteria evaluasi: ibu
dapat mendemonstrasikan prilaku unsur untuk menurunkan
faktor risiko/melindungi harga diri bebas dari komplikasi.
Intervensi :
1) Tinjau ulang kadar Hb dan kehilangan darah waktu
melahirkan observasi dan catat tanda anemia.
Rasional : dapat mengetahui kesenjangan kondisi ibu dan
intervensi yang cepat dan tepat.

2) Anjurkan mobilitas dan latihan dini secara bertahap


Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke
ekstremitas bawah
3) Kaji ada hiperfleksia sakit kepala atau gangguan
penglihatan
Rasional : bahaya eklamsi ada diatas 72 jam post partum
sehingga dapat diketahui dan diinteraksikan
d. Dx 4
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada
ibu tidak terjadi dengan KE : dapat mendemonstrasikan teknik
untuk menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat tanda-tanda
infeksi.
Intervensi :
1) Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan
kondisi jahitan episiotomi.
Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini
dan mengintervensi dengan tepat.
2) Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah
merupakan media yang menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman.
21
3) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : peningkatan suhu > 38C menandakan infeksi.
4) Lakukan rendam bokong.
Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan
mengurangi udema.
5) Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke
belakang.
Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal
melalui vaginal.

e. Dx 5
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak
mengalami gangguan eliminasi (BAK) dengan KE : ibu dapat
berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit
saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi :

1) Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.

Rasional : mengetahui balance cairan pasien sehingga


diintervensi dengan tepat.

2) Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.

Rasional : melatih otot-otot perkemihan.

3) Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam


duduk, alirkan air keran.

Rasional : agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa


dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.

4) Kolaborasi pemasangan kateter.

Rasional : mengurangi distensi kandung kemih.


22
f. Dx 6
Tujuan : setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak
kekurangan volume cairan dengan KE : cairan masuk dan keluar
seimbang, Hb/Ht dalam batas normal (12,0-16,0 gr/dL)
Intervensi :

1) Ajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri.


Rasional : memberi rangsangan pada uterus agar
berkontraksi kuat dan mengontrol perdarahan.
2) Pertahankan cairan peroral 1,5-2 Liter/hari.
Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi.
3) Observasi perubahan suhu, nadi, tensi.
Rasional : peningkatan suhu dapat memperhebat dehidrasi.
4) Periksa ulang kadar Hb/Ht.
Rasional : penurunan Hb tidak boleh melebihi 2
gram%/100 dL.
g. Dx 7
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan konstipasi
tidak terjadi pada ibu dengan KE : ibu dapat BAB maksimal hari
ke 3 post partum, feses lembek.
Intervensi :

1) Anjurkan pasien untuk melakukan ambulasi sesuai


toleransi dan meningkatkan secara progresif.
Rasional : membantu meningkatkan peristaltik
gastrointestinal.
2) Pertahankan diet reguler dengan kudapan diantara
makanan, tingkatkan makan buah dan sayuran.
Rasional : makanan seperti buah dan sayuran membantu
meningkatkan peristaltik usus.
3) Anjurkan ibu BAB pada WC duduk.
Rasional : mengurangi rasa nyeri.
23
4) Kolaborasi pemberian laksantia supositoria.
Rasional : untuk mencegah mengedan dan stres perineal.
h. Dx 8
Tujuan: setelah diberikan askep diharapkan keluarga dapat
menerima perubahan tersebut dengan KE: mengungkapkan
masalah dan pertanyaan menjadi orang tua, mendiskusikan
peran orang tua secara realistik, secara aktif mulai melakukan
perawatan dengan tepat.

Intervensi :

1) Berikan askep primer untuk ibu dan bayi.


2) Rasional : memudahkan terjadinya ikatan keluarga positif.
3) Berikan pendidikan informal diikuti demonstrasi
perawatan bayi.
4) Rasional : membantu orang tua belajar dasar-dasar
keperawatan bayi.
i. Dx 9
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan ibu
tentang perawatan dini dan bayi bertambah dengan KE:
mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post partum dan
dapat melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya
seperti perawatan bayi, menyusui, perawatan perinium.
Intervensi :

1) Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan


perineal) perubahan fisiologi, lochea, perubahan peran,
istirahat, KB.
Rasional : membantu mencegah infeksi, mempercepat
penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif dari
perubahan fisik dan emosional.

24
2) Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali
pusat, ari, memandikan dan imunisasi).
Rasional : menambah pengetahuan ibu tentang perawatan
bayi sehingga bayi tumbuh dengan baik.
3) Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah
dipelajari.
Rasional : memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang
sudah dipelajari.

j. Dx 10
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan gerak dan
aktivitas terkoordinasi dengan KE : sudah tidak nyeri pada luka
jahitan saat duduk, luka jahitan perinium sudah tidak sakit (nyeri
berkurang).
Intervensi :

1) Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap.


Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke
ekstremitas bawah.
2) KIE perawatan luka jahitan periniom.
Rasional : mempercepat kesembuhan luka sehingga
memudahkan gerak dan aktivitas.
3) Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : melonggarkan sistem saraf parifer sehingga rasa
nyeri berkurang
4. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan masalah yang ada
berdasarkan perencanaan yang telah dibuat (Doenges M.E, 2010).

5. EVALUASI

25
Evaluasi dilakukan dengan 2 cara yaitu evaluasi formatif dan
sumatif.
a. Evaluasi formatif : evaluasi yang dilakukan berdasarkan
respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan.
b. Evaluasi sumatif : evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui
secara keseluruhan apakah tujuan tercapai atau tidak.

26
DAFTAR PUSTAKA

Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media Sudi
Amus (08095) Diposkan oleh Diary of Effata Zebaoth di 00.45

Cardenito, L.J. 2012. Buku Saku Doagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doenges, M.E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta :


EGC

Helen Farrer, 2011. Perawatan Maternitas. Jkarta : EGC

Ida Bagus Gde Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan : Jakarta EGC

Judi Januadi Endjun.2002. Persalinan Sehat. Puspa Swara Mansjoer,

Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media Sudi
Amus (08095) Diposkan oleh Diary of Effata Zebaoth di 00.45

27
LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM ( MASA NIFAS )

28

You might also like