Professional Documents
Culture Documents
Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur
Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur
“KODIFIKASI AL-QUR’AN”
Disusun Oleh :
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan berjalanan dengan lancar.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ust. Heriansyah. selaku Dosen
Pengampu mata kuliah Ulumul Quran, kepada kedua orang tua, dan kepada rekan-
rekan yang sudah membantu kami menyelesaikan laporan akhir ini
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yakni untuk membahas terkait
Kodifikasi Al-Quran. Dengan makalah ini diharapkan kami dan para pembaca
dapat menambah pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan masukan yang bersifat
membangun demi perkembangan yang lebih baik kedepannya. Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan kami sendiri khususnya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….
1.3 Tujuan
Kisah masuk islamnya sahabat `Umar bin Khattab r.a. yang disebutkan
dalam buku-bukus sejarah bahwa waktu itu `Umar mendengar saudara
perempuannya yang bernama Fatimah sedang membaca awal surah Thaha dari
sebuah catatan (manuskrip) Al-Qur’an kemudian `Umar mendengar, meraihnya
kemudian memba-canya, inilah yang menjadi sebab ia mendapat hidayah dari
Allah sehingga ia masuk islam. Sepanjang hidup Nabi Muhammad SAW Al-
Qur’an selalu ditulis bilamana beliau mendapat wahyu karena Al-Qur’an
diturunkan tidak secara sekaligus tetapi secara bertahap.
Pada masa pemerintahan Usman bin 'Affan terjadi perluasan wilayah islam
di luar Jazirah arab sehingga menyebabkan umat islam bukan hanya terdiri dari
bangsa arab saja ('Ajamy). Kondisi ini tentunya memiliki dampak positif dan
negatif. Salah satu dampaknya adalah ketika mereka membaca Al-Qur’an, karena
bahasa asli mereka bukan bahasa arab. Fenomena ini di tangkap dan ditanggapi
secara cerdas oleh salah seorang sahabat yang juga sebagai panglima perang
pasukan muslim yang bernama Hudzaifah bin al-yaman. Imam Bukhari
meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa suatu saat Hudzaifah yang pada waktu itu
memimpin pasukan muslim untuk wilayah Syam (sekarang syiria) mendapat misi
untuk menaklukkan Armenia, Azerbaijan (dulu termasuk soviet) dan Iraq
menghadap Usman dan menyampaikan kepadanya atas realitas yang terjadi
dimana terdapat perbedaan bacaan Al-Qur’an yang mengarah kepada perselisihan.
Ia berkata : "wahai usman, cobalah lihat rakyatmu, mereka berselisih gara-gara
bacaan Al-Qur’an, jangan sampai mereka terus menerus berselisih sehingga
menyerupai kaum yahudi dan nasrani ".
Lalu Usman meminta Hafsah meminjamkan Mushaf yang di pegangnya
untuk disalin oleh panitia yang telah dibentuk oleh Usman yang anggotanya
terdiri dari para sahabat diantaranya Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa'id
bin al'Ash, Abdurrahman bin al-Haris dan lain-lain.[3] Kodifikasi dan penyalinan
kembali Mushaf Al-Qur’an ini terjadi pada tahun 25 H, Usman berpesan apabila
terjadi perbedaan dalam pelafalan agar mengacu pada Logat bahasa suku Quraisy
karena Al-Qur’an diturunkan dengan gaya bahasa mereka.[4] Setelah panitia
selesai menyalin mushaf, mushaf Abu bakar dikembalikan lagi kepada Hafsah.
Selanjutnya Usman memerintahkan untuk membakar setiap naskah-naskah dan
manuskrip Al-Qur’an selain Mushaf hasil salinannya yang berjumlah 6 Mushaf
Mushaf hasil salinan tersebut dikirimkan ke kota-kota besar yaitu Kufah,
Basrah, Mesir, Syam dan Yaman. Usman menyimpan satu mushaf untuk ia
simpan di Madinah yang belakangan dikenal sebagai Mushaf al-Imam. Tindakan
Usman untuk menyalin dan menyatukan Mushaf berhasil meredam perselisihan
dikalangan umat islam sehingga ia manual pujian dari umat islam baik dari dulu
sampai sekarang sebagaimana khalifah pendahulunya Abu bakar yang telah
berjasa mengumpulkan Al-Qur’an. Adapun Tulisan yang dipakai oleh panitia
yang dibentuk Usman untuk menyalin Mushaf adalah berpegang pada Rasm
alAnbath tanpa harakat atau Syakl (tanda baca) dan Nuqath (titik sebagai pembeda
huruf).
2.3 Perbedaan Antara Proses Kodifikasi Pada Masa ‘Utsman dan Abu Bakar
Perbedaan antara proses kodifikasi pada masa ‘Utsman dan Abu Bakar,
bahwa tujuan pengkodifikasian al-Qur’an pada masa Abu Bakar radliyallâhu
‘anhu adalah menghimpun al-Qur’an secara keseluruhan dalam satu Mushhaf
sehingga tidak ada satupun yang tercecer tanpa mendorong orang-orang agar
bersatu dalam satu Mushhaf saja, dan hal ini dikarenakan belum tampak implikasi
yang signifikan dari adanya perbedaan seputar Qirâ`at sehingga mengharuskan
tindakan ke arah itu. Sementara tujuan kodifikasi pada masa ‘Utsman adalah
menghimpun al-Qur’an secara keseluruhan dalam satu Mushhaf namun
mendorong orang-orang agar bersatu dalam satu Mushhaf saja. Hal ini, karena
adanya implikasi yang sangat mengkhawatirkan dari beragam versi Qirâ`ah
tersebut.
Jerih payah pengkodifikasian ini ternyata membuahkan mashlahat yang
besar bagi kaum Muslimin, yaitu bersatu-padunya umat, bersepakatnya kata serta
terbitnya suasana keakraban diantara mereka. Dengan terciptanya hal tersebut,
maka kerusakan besar yang ditimbulkan oleh perpecahan umat, tidak bersepakat
dalam satu kata serta menyeruaknya kebencian dan permusuhan telah dapat
dibuang jauh-jauh. Hal seperti ini terus berlanjut hingga hari ini, kaum Muslimin
bersepakat atasnya, diriwayatkan secara mutawatir diantara mereka melalui proses
transfer dari generasi tua kepada generasi muda dengan tanpa tersentuh oleh
tangan-tangan jahat dan para penghamba hawa nafsu.
Kesimpulan
Perbedaan kodifikasi Al-quran pada masa Abu Bakar dan Utsman adalah