You are on page 1of 63

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI


BRONCHOPNEUMONIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF
DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAKASSAR

WAHDANIAR
NIM : 1913040

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


AKPER MAPPA OUDANG MAKASSAR
2022
PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI


BRONCHOPNEUMONIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF
DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAKASSAR

Diajukan sebagai syarat mendapat gelar Ahli Madya Keperawatan pada Akper
Mappa Ouddang Makassar

OLEH:

WAHDANIAR
NIM : 1913040

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


AKPER MAPPA OUDANG MAKASSAR
2022

i
SURAT PERNYATAAN PENELITI

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Wahdaniar

Nim : 1913040

Judul Proposal :ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG

MENGALAMI BRONCHOPNEUMONIA DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS

TIDAK EFEKTIF DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

MAKASSAR.

Dengan ini menyatakan bahwa proposal sebagaimana disebutkan dalam

judul diatas adalah benar merupakan karya saya sendiri dan belum pernah

dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik.

Demikian pernyataan ini saya buat secara sadar dan tanpa paksaan dari

pihak manapun.

Makassar, November 2021

peneliti

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG


MENGALAMI BRONCHOPNEUMONIA DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF DI RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR”

Telah disetujui untuk diujikan dan dipertahankan didepan Tim Penguji


AKPER Mappa Oudang Makassar Pada hari Senin, 24 Januari 2022

Menyetujui,

Pembimbing :

Fardi, S.Kep, M.Kes


NIDN 0931128604

Mengetahui

Direktur Akper Mappa Oudang

Dardin, S.Kep.Ns.M.Kes
NIDN 0912126904

iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

Proposal dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG


MENGALAMI BRONCHOPNEUMONIA DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF DI RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR”. Telah diuji dan dipertahankan di
hadapan Tim Penguji hari Kamis, 3 februari 2022 di Akper Mappa Oudang
Makassar.

Tim Penguji

1. Rezeki Nur, S.Kep., Ns., M.Mkes ( )


NIDN.0903038703

2. Dewi Hestiani, S.Kep., Ns., M.Kes ( )


NIDN.0930108802

3. Fardi, S.Kep., M.Kes ( )


NIDN.0931128604

Disahkan Oleh :
Direktur Akper Mappa Oudang Makassar

Dardin, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN. 0912126904

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
Nama : Wahdaniar
Tempat / Tanggal Lahir : Takalar, 23 september 2001
Suku / Bangsa : Bugis
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Lengkap : JL.Hombes, Desa Samaturue, Kecamatan
Tellulimpoe, Kabupaten Sinjai

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun Sekolah

2007 – 2013 SDN 231 Balangpesoang

2013 – 2016 SMP N 2 Sinjai

2016 – 2019 SMA N 2 sinjai

2018 – 2022 AKPER Mappa Oudang Makassar

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
karunia-Nya serta tak lupa salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabiyullah
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya. Dengan hisah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai persyaratan dalam
menempuh ujian proposal Program Diploma III Keperawatan Mappa Oudang
Makassar.

Penyusunan proposal ini dimaksudkan untuk menguraikan secara singkat


pelayanan dan perawatan klien yang mengalami Broncopneumonia di Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar.

Proses penyelesaian proposal ini merupakan suatu perjuangan panjang


bagi penulis. Selama proses penyusunan proposal berlangsung tidak sedikit
kendala yang ditemukan. Namun, berkat kesungguhan dan keseriusan
pembimbing mengarahkan dan membimbing penulis sehingga proposal ini dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, patutlah kiranya penulis
menyampaikan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang
sedalam-dalamnya, kepada :

1. Bapak KOMBES POL dr. M. Mas’udi, Sp.S selaku Kepala Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar sekaligus sebagai Ketua Yayasan Brata Utama
Bhayangkara Makassar.
2. Pimpinan / pengelolah Diploma III Keperawatan, AKPER Mappa Oudang
Makassar :
a. Direktur : Dardin, S.Kep., Ns., M.Kep.
b. Wakil Direktur I : Syaharuddin, SKM., S.Kep., Ns., M.Kes.
c. Wakil Direktur II : Rezeki Nur, S.Kep., Ns., M.MKes.
d. Wakil Direktur III : Lala, S.Kep., Ns., M.Kes.
e. Ketua Lembaga Penjamin Mutu: Muh. Saleh S, S.Pd., M.Pd., M.MKes.

vi
3. Fardi, S.kep,M..kes, selaku pembimbing yang selalu memberikan arahan dan
petunjuk untuk kesempurnaan Proposal,
4. Rezeki Nur, S,kep., Ns., M.M kes selaku penguji 1, sekaligus sebagai Dosen
Keperawatan.
5. Ibu Dewi Hestiani, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku penguji 2, sekaligus sebagai
Dosen Keperawatan.
6. Teristimewa kepada kedua Orang tuaku Ayah Takbir dan Ibu Rismawati
tercinta serta saudari yang terkasih, senantiasa memberikan doa restu dalam
setiap aktivitas serta memberikan dukungan, kasih sayang dan motivasi dalam
menyelesaikan penyusunan Proposal.
7. Kepada seluruh Dosen dan Staf AKPER Mappa Oudang Makassar, yang telah
memberikan wawasan ilmu pengetahuan, yang dengan penuh kesabaran,
keikhlasan, untuk menyalurkan ilmu pengetahuan yang begitu bermanfaat.
8. Teman-teman Angkatan XIII AKPER Mappa Oudang Makassar Khususnya
tingkat III-A yang selama 3 tahun ini telah menjalani Pembelajaran yang
menyenangkan maupun membosankan dalam ruang yang sama.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Proposal
ini, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Dengan dukungan dan doa yang telah kalian berikan kepada penulis,
akhirnya proposal ini dapat terselesaikan, namun masih jauh dari kesempurnaan.
Semoga jasa-jasa yang telah kalian berikan semua mendapat balasan dan pahala
dari Allah SWT.

Akhir kata penulis berharap proposal ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, khususnya kepada pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Makassar, November 2021.

Penulis.

vii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM i
SURAT PERNYATAAN ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
1. Tujuan Umum 3
2. Tujuan Khusus3
D. Manfaat Penulisan 4
1. Teoritis 4
2. Praktis 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Subyek Masalah 6
1. Definisi 6
2. Penyebab 6
3. Manifestasi klinik 7
4. Batasan karateristik..........................................................................8
5. Proses Terjadinya Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif……..…….8
6. Intervensi keperawatan ......................................................................... 9
B. Tinjauan Tentang Bronchopneumonia 10
1. Konsep Medis 10
a. Definisi 10
b. Anatomi Fisiologi11
c. Patofisiologi 15
d. Manifestasi Klinis 15
e. Pemeriksaan penunjang...........................................................16
f. Penatalaksanaan......................................................................17
g. komplikasi...............................................................................18
2. Konsep Keperawatan 19
a. Pengkajian 19
b. Penyimpangan KDM 31

viii
c. Diagnosa Keperawatan 32
d. Intervensi 32
e. Implementasi Keperawatan 43
f. Evaluasi 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian 44
B. Subyek Penelitian 44
C. Fokus Studi44
D. Definisi Operasional Fokus Studi 45
E. Instrumen Penelitian 45
F. Metode Pengumpulan Data 46
G. Lokasi & Waktu Pengumpulan Data (Jadwal Penelitian) 47
H. Analisis Data dan Penyajian Data 48
I. Etika Penelitian 48
DAFTAR PUSTAKA xii

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi fisiologi Sistem Pernafasan.................................................11


Gambar 2.2 penyimpangan KDM..........................................................................31

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif ...............32
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Gangguan Pertukaran Gas..............................35
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan Ansietas .........................................................37
Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan Defisit Nutrisi.................................................41

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, dunia keperawatan dituntut

untuk dapat menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Asuhan keperawatan

merupakan suatu rangkaian proses keperawatan dalam mengatasi masalah

keperawatan pada pasien. Saat ini seorang anak sangat rentan dengan

berbagai penyakit yang dapat disebabkan oleh kuman, virus, dan lain lain.

Penyakit yang sering didapat pada seorang anak diantaranya

Bronchopneumonia.

Bronchopneumonia adalah penyakit radang paru paru, mengenai satu

atau beberapa lobi paru, ditandai adanya bercak-bercak. Yang disebabkan

oleh bakteri, virus, dan jamur yang merupakan suatu menifestasi klinis dari

Pneumonia yang paling umum terjadi di kalangan anak anak. (Giza,

dkk.2019).

Penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama kesakitan dan

kematian, khususnya pada anak-anak. Insidensi penyakit infeksi meningkat

pada usia 1-5 tahun.

Menurut World Health Organization (WHO,2017) Bronchopneumonia

ialah masalah kesehatan di dunia sebab angka kematiannya sangat besar pada

anak serta bayi. Bersumber pada informasi Word Healt Organization pada

tahun 2017 ada 6, 3 juta atau( 15%) kematian kanak-kanak di dasar usia 5

tahun. (Aslinda, 2019).

1
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,

kasus Bronchopneumonia di Indonesia mencapai 22.000 jiwa. Sebanyak

2,970 jiwa atau sekitar 13,5% pada usia 0 – 11 bulan, dan 4,774 jiwa atau

sekitar 21,7% pada usia 12 – 23 bulan. (Aslinda, 2019).

Menurut Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sulawesi Selatan (2017)

jumlah kasus Bronchopneumonia di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun

2017 jumlah perkiraan balita penderita Bronchopneumonia sebesar 74.204

orang dan jumlah balita penderita Bronchopneumonia yang ditemukan dan

ditangani sebanyak 13,147 atau 17,72%. (Aslinda, 2019).

Menurut data dari Rekam Medik Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

tahun 2021 dijumpai jumlah pasien di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

sebanyak 111.419 orang dan yang terdiagnosa penyakit bronchopneumonia

sebanyak 178 orang atau 6,2%. (Data RS Bhayangkara 2021).

Data di atas menunjukkan adanya peningkatan angka klien dengan

penyakit Brochopneumonia setiap tahunnya, dimana seorang tenaga

keperawatan sangat perlu memberikan upaya untuk Kesehatan klien yang

meliputi Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif guna menekan jumlah

klien yang mengalami penyakit saluran pernapasan khususnya

Broncopneumonia dan meningkatkan Derajat Kesehatan.

Oleh karena itu, Penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul

“Asuhan Keperawatan pada Klien yang Mengalami Bronchopneumonia

dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif di Rumah

Sakit Bhayangkara Makassar

2
B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien yang Mengalami

Bronchopneumonia dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Napas

Tidak Efektif di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar?.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien yang

Mengalami Bronchopneumonia dengan Masalah Keperawatan Bersihan

Jalan Napas Tidak Efektif di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Melakukan Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Klien

yang Mengalami Bronchopneumonia dengan Masalah Keperawatan

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Di Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar.

b. Untuk Menetapkan Diagnosa Asuhan Keperawatan pada Klien yang

Mengalami Bronchopneumonia dengan Masalah Keperawatan

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Di Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar.

c. Untuk Menyusun Perencanaan Asuhan Keperawatan pada Klien

yang Mengalami Bronchopneumonia dengan Masalah Keperawatan

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Di Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar.

d. Untuk Mengimplementasikan Rencana Asuhan Keperawatan pada

Klien yang Mengalami Bronchopneumonia dengan Masalah

3
Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar.

e. Untuk Melaksanakan Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Klien

yang Mengalami Bronchopneumonia dengan Masalah Keperawatan

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Di Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar.

D. Manfaat

1. Teoritis

Meningkatkan pengembangan ilmu keperawatan dan sebagai

bahan untuk memperoleh ilmu pengetahuan bagi pembaca agar dapat

menambah wawasan dan dapat melakukan pencegahan untuk diri sendiri

dan orang disekitarnya agar tidak terkena Bronchopneumonia.

2. Praktisi

a. Perawat

Dapat menjadi masukan bagi Perawat dalam meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan khususnya bagi klien

Bronchopneumonia untuk membantu penyembuhan bagi perawat.

b. Rumah Sakit

Meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit sebagai acuan

asuhan keperawatan khususnya pada klien yang mengalami

Bronchopneumonia

c. Institusi Pendidikan

Sebagai sumber informasi bagi institusi dalam meningkatkan

program Diploma III Keperawatan pada masa yang akan datang.

4
d. Klien dan Peneliti

1) Untuk meningkatkan pengetahuan klien, tentang pencegahan

dan perawatan serta pengobatan Bronchopneumonia Sebagai

pembelajaran untuk Penulis dalam mengembangkan

kemampuan diri dalam menerapkan asuhan keperawatan

khususnya pada Bronchopneumonia.

2) Sebagai salah satu persyaratan dalam meneyelesaikan program

Diploma III Keperawatan di Akademi Keperawatan Mappa

Oudang Makassar program khusus Diploma III.

e. Keluarga

Dapat memperoleh informasi dan pengetahuan tentang

cara perawatan dan pencegahan penyakit .

f. Penulis

Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam

memberikan asuhan keperawatan khususnya bagi klien.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

1. Defenisi

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Bersihan jalan

napas tidak efektif adalah ketidak mampuan membersihkan secret atau

obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.

Menurut Lynda Juall Carpenito (2017), bersihan jalan napas tidak

efektif adalah kondisi ketika individu kehilangan atau berpotensi

kehilangan ventilasi yang adekuat, berhubungan pola napas.

Menurut Muthahharah (2019) Bersihan jalan napas tidak efektif

adalah ketidakmampuan untuk membersihkan secret dan obstruksi

saluran napas guna mempertahankan jalan napas yang bersih.

2. Etiologi

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) penyebab terjadinya

Bersihan jalan napas tidak efektif adalah sebagai berikut:

a. Spasme jalan napas

b. Hipersekresi jalan napas

c. Disfungsi neuromuskuler

d. Benda asing dalam jalan napas

e. Adanya jalan napas buatan

f. Sekresi yang tertahan

g. Hyperplasia dinding jalan napas

h. Proses infeksi

6
i. Respond alergi

j. Efek agen farmakologi (mis, anastesi).

3. Maninfestasi klinis

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) maninfestasi klinis

Bersihan jalan napas tidak efektif.

Gejala dan tanda mayor

a. Subjektif : -

b. Objektif :

1) Batuk tidak efektif

2) Tidak mampu batuk

3) Sputum berlebihan

4) Mengi, wheezing dan atau ronkhi kering

5) Meconium di jalan napas ( pada neonatus)

Gejala dan tanda minor

a. Subjektif

1) Dispnea

2) Sulit bicara

3) Ortopnea

b. Objektif

1) Gelisah

2) Sianosis

3) Bunyi napas menurun

4) Frekuensi napas berubah

5) Pola napas berubah

7
4. Batasan karakteristik

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) batasan karakteristik

Bersihan jalan napas tidak efektif.

a. Bradipnea

b. Dispnea

c. Fase ekspirasi memanjang

d. Ortopnea

e. Penurunan tekanan ekspirasi

f. Penurunan tekanan inspirasi

g. Penurunan ventilasi semenit

h. Pernapasan cuping hidung

i. Perubahan ekskursi dada

j. Pola napas abnormal (mis. irama, frekuensi, kedalaman)

k. Takipnea.

5. Proses Terjadinya Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

Proses terjadinya bersihan jalan nafas di awali dengan obstruksi

jalan nafas. Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang

tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat

disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit

infeksi, imobilisasi. Statis sekresi batuk yang tidak efektif karena

penyakit persyarafan. Hipersekresi mukosa saluran pernafasan yang

menghasilkan lendir sehingga partikel-partikel kecil yang masuk bersama

udara akan mudah menempel di dinding saluran pernafasan. Hal ini

lama-lama akan mengakibatkan terjadi sumbatan sehingga ada udara

yang menjebak di bagian distal saluran nafas, maka individu akan

8
berusaha lebih keras untuk mengeluarkan udara tersebut. Itulah sehingga

pada fase ekspirasi yang panjang akan muncul bunyi-bunyi yang

abnormal seperti mengi, dan ronchi. ( Ika Fitriana, 2019).

6. Intervensi Keperawatan

Menurut Tim Pokja (2018) definisi dan Tindakan Keperawatan

bersihan jalan napas tidak efektif antara lain:

Manejemen jalan napas

a. Observasi

1) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

2) Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,

wheezing, ronkhi kering)

3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma).

b. Terapeutik

1) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-o toe dan chin-

lift (jaw-thurst jika curiga trauma servikal)

2) Posisikan semi fowler atau fowler

3) Berikan minum hangat

4) Lakukan fisioterapi dada jika perlu

5) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

6) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endrotrakeal

7) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill

8) Berikan oksigen,jika perlu.

c. Edukasi

1) Ajukan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi

2) Ajarkan teknik batuk efektif

9
d. Kaloborasi

1) Kaloborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,

jika perlu.

B. Tinjauan Tentang Bronchopneumonia

1. Konsep Dasar Medis

a. Defenisi

Bronchopneumonia merupakan pembagian pneumonia

berdasarkan anatomisnya yang pada umumnya disebabkan oleh

bakteri yaitu streptococcus remature dan haemophylus influenza dan

masih merupakan masalah kesehatan anak dengan tingkat mortalitas

yang tinggi. Penyakit ini umumnya menyerang anak usia dibawah

lima tahun (balita) terutama anak usia >2 tahun. (Sinaga,2018) .

Bronchopneumonia merupakan salah satu klasifikasi dari

pneumonia yang sering ditemui pada anak. Penyakit pernapasan ini

merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematian yang

sangat tinggi. (Septian dkk, 2021).

Bronchopneumonia adalah radang paru–paru yang mengenai

satu atau beberapa lobus paru–paru yang ditandai dengan adanya

bercak –bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus,

jamur dan benda asing (I Damayanti & S Nurhayati, 2019).

Bronchopneumonia adalah radang dinding bronkus kecil

disertai atelektasis daerah percabangan. (Fitrah, 2021).

Bronchopneumonia merupakan suatu cadangan pada prekim

paru yang meluas sampai bronkeoliatau dengan kata lain peradangan

yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung

10
melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke

bronkus. (Muslimah, 2018).

b. Anatomi dan fisiologi

Gambar 2. 1
Anatomi fisiologi Sistem Pernapasan
(Septian, dkk, 2021)

Pernapasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara

dari luar yang mengandung (oksigen) ke dalam tubuh serta

menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida

sebagai sisa dari oksidasi yang keluar dari tubuh. Penghisapan udara

ini disebut respirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi

Sistem respirasi ini dibentuk oleh saluran napas dan paru-

paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang

melidunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung, rongga

dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma. (Septian, dkk,

2021).

1) Anatomi

a) Rongga hidung

Rongga hidung dibungkus oleh selaput lendir yang

banyak mengandung pembuluh darah, rongga hidung

11
berhubungan dengan lapisan faring dan selaput lendir

semua sinus yang mempunyai lubang termasuk ke dalam

rongga hidung. Sewaktu menghirup udara, udara disaring

terlebih dahulu oleh bulu bulu yang terdapat pada rongga

hidung. Permukaan lendir akan menjadi hangat dan lembab

disebabkan oleh penguapan air pada selaput lendir.

(Septian, dkk, 2021).

b) Nares anterior

Nares anterior merupakan saluran yang terdapat di

dalam lubang hidung, saluran tersebut berkumpul dalam

bagian yang di sebut vestibulum (rongga) hidung. Lapisan

nares anterior mengandung kelenjar sebasea yang

diselimuti bulu kasar. (Septian, dkk, 2021).

c) Faring

Faring merupakan saluran yang berbentuk cerobong

yang terdapat dari dasar tengkorak sampai dengan

persimpangan esophagus pada ketinggian tulang rawan

krikoid. Berdasarkan letaknya faring dibagi tiga yaitu

dibelakang hidung, belakang mulut, belakang laring.

(Septian, dkk, 2021).

d) Laring

Laring atau biasa disebut dengan tenggorok terletak

di anterior tulang belakang ke-4 dan ke-6. Laring berperan

sebagai pembentuk suara, pelindung jalan napas bawah dari

benda asing dan mekanisme terjadinya batuk. Laring terdiri

12
atas epiglottis, glottis, kartiligo tiroid, kartiligo krikoid,

kartiligo arytenoid, pita suara. (Septian, dkk, 2021).

e) Trakea

Trakea merupakan sambungan dari laring yang

bercabang menjadi dua bronkus. Trakea trsusun oleh enam

belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berbentuk

seperti cincin yang dibungkus serabut fibrosa. Trakea

dibungkus oleh selaput lendir yang terdiri atas epithelium

bersilia dan sel cangkir. Tulang rawan berfungsi

mempertahankan agar trakea tetap terbuka. (Septian, dkk,

2021).

f) Paru paru

Paru paru merupakan alat pernapasan utama dan

mengisi rongga dada, paru paru berlokasi disebelah kanan

dan kiri dan dipisahkan oleh jantungdan pembulu darah

besar yang berada di jantung. Paru paru dibagi menjadi dua

bagian. Paru paru sebelah kanan mempunyai tiga lobus dan

paru paru kiri dua lobus. Di dalam setiap lobus tersusun atas

lobula. Jaringan paru paru bersifat elastis, berpori dan

berbentuk seperti spons. Di dalam air, paru paru mengapung

karena terdapat udara di dalamnya. (Septian, dkk, 2021).

g) Bronkus

Bagian bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar dan

cenderung lebih vertical daripada cabang yang kiri. Hal

tersebut memudahkan benda asing lebih muda masuk ke

13
dalam cabang sebelah kanan daripada cabang sebelah kiri.

Bronkus. Bronkus disusun oleh jaringan katiligo. Tidak

adanya katiligo menyebabkan bronkhiolus mampu

menangkap udara, dan dapat menyebabkan kolaps. Agar

tidak mengempis, alveoli dilengkapi dengan lubang kecil

yang terletak antar alveoli yang berfungsi untuk mencegah

kolaps alveoli. (Septian, dkk, 2021).

h) Alveolus

Alveolus merupakan kantong udara kecil dan ujung

dari bronkhiolus srespiratorius sehingga memungkinkan

pertukaran O2 dan CO2 di antara kapiler polmuner dan

alveol. Diduga terdapat 24 juta alveoli pada bayi yang baru

lahir. Seiring bertambahnya usia, jumlah yang sama dengan

orang dewasa pada usia 8 tahun, yaitu 300 juta alveoli.

(Septian, dkk, 2021).

2) Fisiologi

Tahap pernapasan meliputi dua tahap, yaitu menghirup

udara atau inspirasi serta mengeluarkan atau ekspirasi. Pada saat

inspirasi, otot diagfragma berkontraksi, dari posisi melengkung

keatas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot otot tulang

rusuk pun berkontraksi dan menyebabkan mengembangnya

rongga dada sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang

dan udara masuk. Saat mengeluarkan napas, otot diafragma dan

otot-otot tulang rusuk melemas dan menyebabkan rongga dad

mengecil dan tekanan udara di dalam paru naik sehingga udara

14
keluar. Udara mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke

tempat yang bertekanan lebih kecil (Septian, dkk, 2021).

c. Patofisiologi

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran

nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus,

Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan

minuman. Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman

tersebut masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebab

kan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk

ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan

gambaran sebagai berikut:

1. infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu

dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema

antara kapiler dan alveoli.

2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke

dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan

terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltic

meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian

terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit (Septian, dkk, 2021).

d. Manifestasi klinis

Menurut Septian, dkk, (2021), Manifestasi klinis yang sering

terlihat pada anak yang menderita penyakit broncopneumonia adalah

sebagai berikut:

1. Demam yang tinggi (39℃-40℃) terkadang disertai kejang.

15
2. Anak tampak gelisah dan terdapat nyeri dada ditandai dengan

kesulitan bernapas dan batuk.

3. Takipnea dan pernapasan dangkal disertai pernapasan cuping

hidung.

4. Terkadang disertai muntah dan diare.

5. Terdapat suara napas tambah seperti ronchi dan wheezing.

6. Keletihan akibat proses peradangan dan hipoksia.

7. Ventilasi berkurang akibat penimbuhan mucus.

e. Pemeriksaan penunjang

Menurut Septian, dkk, (2021), Pemeriksaan penunjang

penyakit Bronchopneumonia adalah sebagai berikut.

1. Foto thoraks

Ditemukan penyebaran bercak konsolidasi pada satu atau

beberapa lobus.

2. Laboratorium

Kadar leukositosis mencapai 15.000-40.000 mm3 dengan

pengeseran kekiri

3. AGD: kemungkinan tidak normal, tergantung luas paru yang

terlibat dan penyakit paru yang ada.

4. Analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolic dengan

atau tidak ada retensi CO2.

5. LED meningkat

WBC (White Blood Cell) biasanya kurang dari 20.000 cells

mm3.

6. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.

16
7. Bilirubin kemungkinan meningkat.

Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka menunjukkan

intranuklear tipikal dan keterlibatan sistoplasmik.

f. Penatalaksanaan

Menurut Septian, dkk, (2021), Penatalaksanaan yang bisa

diberikan pada anak dengan Bronchopneumonia diantaranya:

1. Pemberian antibiotik penisilin, bisa juga diberikan tambahan

menggunakan kloramfenikol atau diberikan antibiotik yang

mempunyai spectrum luas seperti ampisilin. Pemberian obat

gabungan diberikan sebagai penghilang penyebab infeksi dan

menghindari resistensi antibiotic.

2. Perbaikan gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan

cairan intravena.

3. Rata rata pasien dengan bronchopneumonia mengalami asidosis

peningkatan keasaman darah yang disebabkan kurang intake

makan dan hipoksia, dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil

analisis gas darah arteri.

4. Pemberian nutrisi eteral secara perlahan melalui selang

nasogastrik pada pasien yang mengalami perbaikan sesak napas.

5. Terapi inhalasi dapat diberikan jika sekresi lendir sudah

berlebihan. Seperti terapi nebulizer dengan flexotid dan ventolin.

Selain bertujuan mempermudah pengeluaran dahak dapat juga

melemaskan otot saluran pernapasan.

17
g. Komplikasi

Menurut Septian,dkk, (2021), Komplikasi dari Bronchopneumonia

1. Atelektasis

Atelektasis merupakan suatu kondisi dimana paru paru

gagal atau tidak dapat mengembang secara sempurna yang

disebabkan karena mobilisasi reflek batuk berkurang.

2) Empisema

Empisema merupakan suatu kondisi terkumpulnya nana

dalam rongga pleura akibat infeksi dari bakteri

bronchopneumonia.

3) Abses paru

Abses paru adalah penumpukan pus di dalam jaringan

paru yang meradang.

4) Infeksi sistematik

Infeksi sistematik adalah infeksi pada paru-paru yang

disebabkan oleh kuman yang masuk ke dalam tubuh saat imun

tubuh menurun.

5) Endokarditis

Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup

endokardial.

6) Meningitis

Meningitis yaitu infeksi yang menyerang saluaran otak.

18
2. Konsep Dasar Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan awal dari proses

keperawatan dengan mengumpulkan data yang akurat dari pasien

untuk mengetahuai masalah kesehatan yang terjadi. Fase pengkajian

merupakan fase yang krusial dalam seluruh proses keperawatan.

Apabila terdapat data yang tidak akurat, maka capaian keberhasilan

dari proses keperawatan tidak akan maksimal. (Septian, dkk, 2021).

Pengkajian yang dapat dilakukan terdapat pasien

Bronchopneumonia meliputi:

1) Identitas

Berisi data pribadi pasien serta penanggung jawab pasien

meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status

perkawinan, alamat dan tanggal masuk rumah sakit. (Septian,

dkk, 2021).

2) Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama

keluhan utama yang dirasakan pasien dengan

Bronchopneumonia adalah sesak napas. (Septian, dkk,

2021).

b) Riwayat kesehatan sekarang

(1) Alasan masuk rumah sakit

Alasan masuk rumah sakit merupakan alas an

dari perkembangan kondisi awal sampai perkembangan

saat ini. Terdiri dari empat komponen yaitu rincian

19
awitan, riwayat interval yang lengkap, alasan mencari

bantuan saat ini. (Septian, dkk, 2021).

(2) Keluhan saat di kaji

Bronchopneumonia awali oleh infeksi saluran

pernapasan selama beberapa hari. Pada pemeriksaan

perkusi tidak terdapat kesenjangan dan pada saat

auskultasi kemungkinan terdengar bunyi ronchi basah

nyaring halus atau sedang. (Septian, dkk, 2021).

(3) Riwayat kesehatan lalu

Pengkajian mengenai riwayat kesehatan yang

dimiliki oleh anggota keluarga, apakah mempunyai

penyakit yang sama seperti yang diderita oleh pasien,

riwayat penyakit degenerative dan menular. (Septian,

dkk, 2021).

3) Struktur Internal

Mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit

yang memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk

mengkaji riwayat penyakit menular antara anggota keluarga.

a) Komposisi dan struktur keluarga

b) Pola komunikasi

c) Peran anggota keluarga. (Septian, dkk, 2021).

4) Struktur eksternal

Pengkajian yang meliputi kebudayaan serta kebiasaan

yang memenuhi kepercayaan dalam mengasuh anak, status

ekonomi yang memengaruhi pola didik orang tua terhadap

20
anaknya semakin tinggi tingkat ekonomi keluarga tersebut maka

semakin jelas merawat anak dengan baik. (Septian, dkk, 2021).

a) Riwayat kehamilan

Riwayat kehamilan mencakup semua data yang

berhubungan dengan kesehatan ibu selama kehamilan,

proses persalinan, kelahiran dan kondisi bayi segera setelah

lahir. (Septian, dkk, 2021).

b) Pola pemeriksaan Gordon

(1) Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat

Persepsi yang sering diungkapkan oleh orang

tua yang beranggapan walaupun anaknya batuk masih

menganggap belum terjadi masalah serius, biasanya

orang tua baru menganggap anaknya terkena masalah

serius ketika disertai sesak napas

(2) Pola metabolic nutrisi

Anak dengan masalah Bronchopneumonia

rentan mengalami penurunan nafsu makan, anoreksia,

mual dan muntah akibat dari peningkatan agen toksik

(3) Pola eliminasi

Anak dengan Bronchopneumonia rentan

mengalami defisiensi volume urin karena perpindahan

cairan karena evaporasi akibat demam.

(4) Pola istirahat tidur

Anak dengan Bronchopneumonia mengalami

gangguan tidur akibat sesak napas. Keadaan umum

21
anak tampak lelah, kerap kali menguap, mata tampak

merah dan sering gelisah pada malam hari.

(5) Pola aktivitas latihan

Anak dengan Bronchopneumonia mengalami

penurunan aktivitas akibat kelemahan fisik, anak lebih

sering digendong orang tuanya dan bedrest.

(6) Pola kognitif-persepsi

Anak dengan masalah Bronchopneumonia

mengalami penurunan fungsi kognitif karena

penurunan intake nutrisi dan oksigen ke otak.

(7) Pola persepsi diri-konsep diri

Anak dengan Bronchopneumonia mengalami

ansietas terhadap kehadiran orang lain, anak tampak

kurang bersahabat dengan lingkungan sekitar dan

enggan bermain.

(8) Pola peran hubungan

Anak dengan masalah Bronchopneumonia akan

lebih sering berdiam diri, enggan bersosialisasi dan

lebih banyak berinteraksi dengan orang tuanya.

(9) Pola toleransi stress-koping

Anak dengan Bronchopneumonia dalam

mengalami stress akan lebih sering menangis serta

gelisah.

22
(10) Pola nilai keyakinan

Nilai keyakinan meningkat setelah anak sembuh

dan mendapatkan sumber kesehatan. (Septian, dkk,

2021).

c) Pertumbuhan dan perkembangan

(1) Pertumbuhan

(a) Berat badan

(b) Panjang badan

(2) Perkembangan

(a) Perkembangan motorik halus

(b) Perkembangan motorik kasar

(c) Perkembangan bahasa

(d) Perkembangan emosi dan hubungan sosial.

(Septian, dkk, 2021).

d) Riwayat imunisasi

Imunisasi merupakan sebuah metode meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap invasi bakteri dan virus yang

mengakibatkan infeksi sebelum bakteri dan virus tersebut

mempunyai kesempatan menyerang tubuh kita. Melalui

imunisasi, tubuh kita akan terlindungi dari infeksi bakteri

dan virus begitu pun prang lain tidak akan tertular dari kita.

(Septian, dkk, 2021).

e) Data psikososial

Berisi pengkajian yang meliputi masalah psikologis

yang di alami pasien atau keluarga pasien yang

23
berhubungan dengan keadaan sosial maupun keluarga.

(Septian, dkk, 2021).

f) Pemeriksaan fisik

(1) Keadaan umum

Anak dengan Bronchopneumonia tampak sesak

(2) Tingkat kesadaran

(3) Kesadaran normal, letargi, strupot, koma, apatis

tergantung keparahan penyakit

(4) Tanda tanda vital

(a) Frekuensi nadi dan tekanan darah: takikardi dan

hipertensi.

(b) Frekuensi pernapasan: takipnea, dispnea,

pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu

pernapasan dan pelebaran nasal.

(c) Suhu tubuh: hipertermi akibat reaksi toksik

mikroorganisme. (Septian, dkk, 2021).

(5) Kepala

Perhatikan bentuk dan kesimetrisan, palpasi

tengkorak periksa adanya nodus atau pembengkakan,

perhatikan kebersihan kulit kepala, lesi, kerontokan dan

perubahan warna anak dengan masalah

Bronchopneumonia tidak mengalami masalah pada

organ tersebut. (Septian, dkk, 2021).

24
(6) Wajah

Pemeriksaan wajah yang dilakukan dapat

dilihat adanya asimetris atau tidak, kemudian menilai

adanya pembengkakan daerah wajah. Anak dengan

masalah Bronchopneumonia tidak mengalami masalah

pada organ tersebut. (Septian, dkk, 2021).

(7) Mata

Kaji bentuk mata dan kesimetrisan mata,

pemeriksaan pada konjungtiva dan sclera, reflek pupil

terhadap cahaya, pengeluaran air mata, struktur kelopak

mata, tidak ada keluhan pada mata. Anak dengan

masalah Broncopneumonia tidak mengalami masalah

pada organ tersebut. (Septian, dkk, 2021).

(8) Telinga

Kaji bentuk telinga, letak pina, kebersihan,

fungsi pendengaran, lesi ataupun edema. Anak dengan

masalah Bronchopneumonia tidak masalah pada organ

tersebut. (Septian, dkk, 2021).

(9) Hidung

Pemeriksaan hidung untuk menilai adanya

kelainan bentuk, kebersihan, distribusi bulu hidung,

pernapasan cuping hidung, ada tidaknya epitaksi, anak

dengan masalah Bronchopneumonia ditemukan

pernapasan cuping hidung. (Septian, dkk, 2021).

25
(10) Leher

Kaji bentuk leher, letak trachea, peningkatan

jugularis vena pressure (JVP), pembesaran kelenjar

getah bening, reflek menelan. Anak dengan masalah

Bronchopneumonia tidak mengalami masalah pada

organ tersebut. (Septian, dkk, 2021).

(11) Mulut dan kerongkongan

Kaji bentuk bibir, warna, mukosa bibir, warna

bibir, ada tidaknya labiopalatoskizis, kebersihan mulut,

keadaan lidah, pembengkakan tonsil, lesi, anak dengan

masalah Bronchopneumonia tidak mengalami masalah

pada organ tersebut. (Septian, dkk, 2021).

(12) Dada

(a) Inspeksi

Frekuensi napas, kedalaman dan kesulitan

bernapas meliputi tekipnea, dyspnea, pernapasan

dangkal, retraksi dinding dada, pektus ekskavatum

(dada corong), paktus karinatum (dada burung),

barrel chest.

(b) Palpasi

Adanya nyeri tekan, massa, vocal premitus.

(c) Perkusi

Pekak akibat penumpukan cairan,

normalnya timpani (terisi udara) resonasi.

26
(d) Auskultasi

Ditemukan suara pernapasan tambahan

ronchi pernapasan pada sepertiga akhir inspirasi.

(Septian, dkk, 2021).

(13) Perut
Kaji bentuk perut, warna, struktur, dan tekstur

perut, ada tidaknya hernia umbilicalis, pengeluaran

cairan, frekuensi bising usus, massa, pembesaran hati

dan ginjal, nyeri tekan. Anak dengan masalah

Bronchopneumonia tidak mengalami masalah pada

organ tersebut. (Septian, dkk, 2021).

(14) Punggung

Kaji bentuk punggung, lesi, kelainan pada

tulang punggung. Anak dengan masalah

Bronchopneumonia tidak mengalami masalah pada

organ tersebut. (Septian, dkk, 2021).

(15) Genetalia

Pemeriksaan alat kelamin, ada atau tidaknya lesi

dan inflamasi. Anak dengan masalah

Bronchopneumonia tidak mengalami masalah pada

organ tersebut. (Septian, dkk, 2021).

(16) Anus

Kaji lubang anus, ada tidaknya benjolan,

kondisi kulit perianal, lesi, Anak dengan masalah

27
Bronchopneumonia tidak mengalami masalah pada

organ tersebut. (Septian, dkk, 2021).

(17) Ekstremitas

Anak dengan Bronchopneumonia tidak

mengalami masalah pada ekstremitas. (Septian, dkk,

2021).

(18) Kuku dan kulit

Kulit tampak sianosis, teraba panas dan tugor

menurun akibat dehidrasi. (Septian, dkk, 2021).

(19) Penatalaksanaan terapi

Menurut Septian, dkk, 2021 Pentalaksanaan

terapi yang dapat dilakukan pada anak dengan

Bronchopneumonia yang dirawat di rumah sakit

meliputi:

(a) Terapi antibiotic

Pemberian antibiotik penisilin, bisa juga di

berikan tambahan menggunakan kloramfenikol

atau diberikan antibiotik yang mempunyai

spektrum luas seperti ampisilin. Pemberian obat

gabungan diberikan sebagai penghilang penyebab

infeksi dan menghindari resistensi antibiotik.

(b) Fisioterapi dada

Fisioterapi dada sangat efektif bagi

penderita penyakit respirasi. Dengan teknik

postural drainage, perkusi dada dan vibrasi pada

28
permukaan dinding dada akan mengirimkan

gelombang amplitude sehingga dapat mengubah

konsistensi dan lokasi secret.

(c) Terapi inhalasi

Terapi inhalasi efektif diberikan pada anak

dengan Bronchopeumonia karena dapat

meleburkan lumen bronkus, mengencerkan dahak,

mempermudah pengeluaran dahak, menurunkan

hiperaktivitas bronkus serta mencegah infeksi. Alat

nebulizer sangat tepat digunakan bagi semua

kalangan usia dimulai anak anak hingga lansia

yang mengalami gangguan pernapasan terutama

dikarenakan oleh adanya mucus berlebih, batuk

ataupun sesak napas. Pengobatan nebulizer lebih

efektif dari obat obatan yang diminum secara

lansung karena di hirup langsung ke paru paru

(20) Pemeriksaan Penunjang

(a) Pada pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis

dapat ditemukan leukopenia dan ditemukan anemia

ringan atau sedang.

(b) Pemeriksaan radiologis memberikan gambaran

beragam, bercak konsulidasi yang merata pada

Bronkopneumonia, satu lobus pada pneumonia

lobaris, difus atau infiltrate pada pneumonia

stafilokokus. Pemeriksaan mikrobiologi dari

29
specimen usap tenggorok. Sekresi nasofaring,

bilasan bronkus atau sputum darah, fungsi

pleura/aspirasi paru dan aspirasi trakea. (Septian,

dkk, 2021).

30
b. Penyimpangan KDM

Virus bakteri mikroba

Masuk Nasofaring

Proses inflamasi Peradangan bronkus alveolus


saluran pernafasan
bawah

Granulasi leukosit Produksi sputum


meningkat

Bronkus dan
alveoli terinfeksi Eritrosit dalam bronkus
asam+
Takipnea, dispnea

Takipnea banyak leukosit


Anoreksia yang mati
Bersihan jalan
napas tidak efektif
Defisit nutrisi Eksudat fibrin sepanjang bronkus

Pembuangan CO2 dari alveoli


Terhambat penumpukan O2
Kurang
pengetahuan

Gangguan pertukaran gas

Ansietas

Amin Huda Nurarif 2015

c. Diagnosa keperawatan

31
Menurut Nanda 2015 diagnosa keperawatan pada Klien

Bronchopneumonia adalah

1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi

sputum meningkat.

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Pembuangan CO2

dari alveoli Terhambat penumpukan O2.

3) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

4) Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia

d. Intervensi

Berdasarkan Diagnosa diatas, Menurut Tim Pokja Standar

Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) (2017), Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI) (2019), dan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI) Dewan Pengurus Pusat Persatuan

Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) (2018), menyatakan Rencana.

Tabel 2.1
Intervensi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
(SDKI 2017,SLKI 2019,SIKI 2018)

Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1 2 3
D. 0149 Bersihan jalan L. 01001 Bersihan jalan I.01006 Latihan BAtuk
napas tidak efektif napas Efektif

Tindakan:
Gejala dan tanda Ekspektasi meningkat
Obserfasi
mayor Subjektif : Kriteria hasil :
1. Batuk efektif 1. identifikasi kemampuan
(tidak tersedia) meningkat batuk
2. Produksi sputum 2. monitor adanya retensi
Objektif : sputum
menurun
1. Batuk tidak efektif 3. monitor tanda dan gejala
3. Mengi menurun
2. Tidak mampu batuk infeksi saluran napas
4. Wheezing menurun
3. Sputum berlebih 4. monitor input dan
5. Mekonium (pada
4. Mengi, wheezing output cairan (mis.

32
dan/ atau ronkhi neonatus menurun) Jumlah dan
kering 6. Dispnea membaik karakteristik)
5. Mekonium di jalan 7. Ortopnea membaik
napas (pada 8. Sianosis membaik Terapeutik
neonatus) 9. Sulit bicara 1. atur posisi semi-fowler
Gejala dan tanda minor membaik
atau fowler
Subjektif : 10. Gelisah membaik
2. pasang perlak dan
1. Dispnea 11. Frekuensi pola
2. Sulit bicara napas membaik bengkok dipangkuan
3. Ortopnea pasien
Objektif : 3. buang secret pada
1. Gelisah tempat sputum
2. Sianosis
3. Bunyi napas Edukasi
menurun 1. jelaskan tujuan dan
4. Frekuensi napas prosedur batuk efektif
berubah 2. anjurkan tarik napas
5. Pola napas berubah dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari
mulutdengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
3. anjurkan mengulangi
tarik npas dalam hingga
3 kali
4. anjurkan batuk dengan
kuat langsungsetelah
tarik napas dalam yang
ke-3.

Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
mukolitikatau
ekspektoran, jika perlu

I.01011 manajemen jalan


napas

Tindakan:
Observasi
1. Monitor pola napas
(frekuensi,
kedalaman,usaha napas)
2. Monitor bunyi napas
tambahan (mis,gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi
kering)
3. Monitor sputum
( jumlah, warna,aroma)

Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan

33
head-tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
2. Posisikan semi-fowler
atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sbelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika
perlu

Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

I.01014 Pemantauan
respirasi

Tindakan:
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama,
kedalam dan upaya napas
2. Monitor kemampuan
batuk efektif
3. Monitor adanya produksi
sputum
4. Monitor sdsnys sumbatan
jalan napas
5. Palpasi
kesimetrisanekspansi
paru
6. Auskultasi bunyi napas
7. Monitor saturasi oksigen
8. Monitor nilai AGD
9. Monitor hasil x-ray
thoraks

Terapeutik

34
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasik
pemantauan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan jika perlu.

Tabel 2.2
Gangguan pertukaran gas
(SDKI 2017,SLKI 2019,SIKI 2018)

Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1 2 3

D.0003 Gangguan L.01003 pertukaran gas. I.01014 pemantauan


pertukaran gas. respirasi
Ekspektasi meningkat
Gejala dan tanda mayor Kriteria hasil: Tindakan:
Subjektif: 1. Tingkat kesadaran Observasi
2. Dispnea meningkat 1. monitor frekuensi,
Objektif: 2. Dispnea menurun irama, kedalaman,
1. PCO2 3. Bunyi napas dan upaya napas
meningkat/menurun tambahan menurun 2. monitor pola napas
2. PO2 menurun 4. Pusing menurun (seperti bradipnea,
3. Takikardia 5. Pengelihatan kabur takipnea,
4. pH arteri menurun hiperventilasi,
meningkat/menurun 6. Diaoferasis menurun kussmeul, cheyne-
5. bunyi napas tambahan 7. Gelisah menurun stokes biot,ataksik)
gejala dan tanda minor 8. Napas cuping hidung 3. monitor
Subjektif: menurun kemampuan batuk
1. pusing 9. PCO2 membaik efektif
2. pengelihatan kabur 10. PO2 membaik 4. Monitor adanya
Objektif: 11. Takikardia membaik produksi sputum
1. sianosis 12. pH arteri membaik 5. Monitor adanya
2. diaphoresis 13. sianosis membaik sumbatan napas
3. gelisah 14. pola napas membaik 6. Palpasi
4. napas cuping hidung 15. warna kulit membaik kesimetrisan
5. pola napas abnormal ekspansi paru
(cepat/lambat, 7. Auskultasi bunyi
regular/ilegurel, napas
dalam/dangkal) 8. Monitor saturasi
6. warna kuliat oksigen
abnormal (mis. Pucat, 9. Monitor nilai AGD
kebiruan) 10. Monitor hasil x-ray
7. kesadaran menurun toraks
1. Terapeutik

35
1. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu

I.01026 Terapi Oksigen

Tindakan:
observasi
1. Monitor kecepatan
aliran oksigen
2. Monitor posisi alat
terapi oksigen
3. Monitor aliran
oksigen secara
priodik dan
pastikan fraksi
yang diberikan
cukup
4. Monitor efektifitas
terapi oksigen (mis.
Oksimetri, analisa
gas darah), jika
perlu
5. Monitor
kemampuan
melepaskan
oksigen saat makan
6. Monitor tanda
tanda hipoventilasi
7. Monitor tanda dan
gejala toksikasi
oksigen dan
aktelektasis
8. Monitor tingkat
kecemasanakibat
terapi oksigen
9. Monitor intrgritas
mukosa hidung
akibat pemasangan
oksigen

Terapeutik
1. Bersihkan secret
pada mulut, hidung
dabn trakea, jika
perlu
2. Pertahankan

36
kepatenan jalan
napas
3. Siapkan dan atur
peralatan
pemberian oksigen
4. Berikan oksigen
tambahan, jika
perlu
5. Tetap berikan
oksigen saat pasien
ditransportasi
6. Gunakan perangkat
oksigen yang
sesuai dengan
tingkat mobilitas
pasien

Edukasi
1. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan
oksigen di rumah

Kolaborasi
1. Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
2. Kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktivitas dan tidur
1.

Tabel 2.3
Ansietas
(SDKI 2017,SLKI 2019,SIKI 2018)

Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1 2 3

D.0080 Ansietas L.09093 tingkat ansietas I.09314 reduksi ansietas


Gejala dan tanda mayor Ekspektasi menurun Tindakan :
Subjektif: Kriteria hasil: Observasi
1. merasa bingung 1. verbalisasi 1. identifikasi saat
2. merasa khawatir kebingungan tingkat ansietas
dengan akibat dari menurun berubah (mis.
kondisi yang dihadapi 2. verbalisasi khawatir Kondisi, waktu,
3. sulit berkonsentrasi akibat kondisi yang stresor)
Objektif: dihadapi menurun 2. identifikasi
1. tampak gelisah 3. perilaku gelisah kemampuan
2. tampak tegang menurun mengambil
3. sulit tidur 4. perilaku tegang keputusan

37
Gejala dan tanda minor menurun 3. monitor tanda
Subjektif : 5. keluhan pusing tanda ansietas
1. mengeluh pusing menurun (verbal dan
2. anoreksia 6. anoreksia menurun nonverbal)
3. palpitasi 7. palpitasi menurun Terapeutik
4. merasa tidak berdaya 8. frekuensi pernapasan 1. ciptakan suasana
Objektif: menurun terapeutik untuk
1. frekuensi napas 9. frekuensi nadi menumbuhkan
meningkat menurun kepercayaan
2. frekuensi nadi 10. tekanan darah 2. temani pasien
meningkat menurun mengurangi
3. tekanan darah 11. diaphoresis menurun kecemasan, jika
meningkat 12. tremor menurun memungkinkan
4. diaforesis 13. pucat menurun 3. pahami situasi yang
5. tremor 14. konsentrasi membaik membuat ansietas
6. muka tampak pucat 15. pola tidur membaik 4. dengarkan dengan
7. suara bergetar 16. perasaan keberdayaan penuh perhatian
8. kontak mata buruk membaik 5. gunakan
9. sering berkemih 17. kontak mata membaik pendekatan yang
10. berorientasi pada 18. pola berkemih tenang dan
masa lalu membaik meyakinkan
19. orientasi membaik 6. tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
7. motivikasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu kecemasan
8. diskusikan
perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang
akan datang
Edukasi
1. jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
2. informasikan
secara factual
mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
3. anjurkan keluarga
untuk tetap
bersama pasien,
jika perlu
4. anjurkan
melakukanan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. anjurkan
mengungkapkan
pendapat dan
persepsi

38
6. latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
7. latih pengguna
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
8. latih teknik
relaksasi
kolaborasi
1. kolaborasi
pemberian
antiansietas, jika
perlu.

I.09326 Terapi
Relaksasi

Tindakan
Observasi
1. identifikasi
penurunan tingkat
energy,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau
gejala lain yang
menganggu
kempuan kognitif
2. identifikasi teknik
relaksasi yang
perna efektif
digunakan
3. identifikasi
kesedihan,
kemampaun dan
penggunaan teknik
sebelumnya
4. periksa ketegangan
otot, frekuensi
nadi, dan suhu
sebelum dan
sesudah latihan
5. monitor respons
terhasap terapi
relaksasi

Teraputik
1. ciptakan
lingkungan tenang
tanpa gangguan
dengan
pencahayaan dan
suhu ruang
nyaman, jika
memungkinkan
2. berikan informasi

39
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur relaksasi
3. gunakan pakaian
longgar
4. gunakan nada suara
lembut dengan
irama lambat dan
berirama
5. gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis
lain, jika sesuai

Edukasi
1. jelaskan tujuan,
manfaat, batasan,
dan jenis jenis
relaksasi yang
tersedia (mis.
Musik, meditasi,
napas dalam,
relaksasi otot
progresif)
2. jelaskan secara
rinci intervensi
relaksasi yang
dipilih
3. anjurkan
mengambil posisi
nyaman
4. anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
5. anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
6. demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi (mis.
Napas dalam,
peregangan, atau
imajinasi
terbimbing)

40
Tabel 2.4
Defisit nutrisi
(SDKI 2017,SLKI 2019,SIKI 2018)
Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 2 3

D.0019 Defisit nutrisi L.03030 status nutrisi I.03119 manajemen


nutrisi

Gejala dan tanda mayor Ekspektasi membaik Tindakan :


Subjektif: Kriteria hasil: Observasi
(tidak tersedia) 1. porsi makan yang 1. identifikasi status
Objektif: dihabiskan meningkat nutrisi
1. berat badan menurun 2. kekuatan otot 2. identifikasi alergi
minimal 10% pengunyah meningkat dan intoleransi
dibawah rentang 3. kekuatan otot makanan
ideal menelan meningkat 3. identifikasi makanan
Gejalah dan tanda 4. serum albumin yang disukai
minor meningkat 4. identifikasi
Subjektif: 5. verbalisasi untuk kebutuhan kalori
1. cepat kenyang keinginan untuk dan jenis nutrien
setelah makan meningkatkan nutrisi 5. identifikasi perlunya
2. kram/nyeri abdomen meningkat penggunaan selang
3. nafsu makan 6. pengetahuan tentang nasogastric
menurun pilihan makanan yang 6. monitor asupan
Objektif: sehat meningkat makanan
1. bising usus hiperaktif 7. pengetahuan tentang 7. monitor berat badan
2. otot pengunyah pilihan minuman yang 8. monitor hasil
lemah sehat meningkat pemeriksaan
3. otot menelan lemah 8. pengetahuan tentang labolatorium
4. membrane mukosa standar asupan nutrisi Terapeutik
pucat yang tepat meningkat 1. lakukan oral hygiene
5. sariawan 9. penyiapan dan sebelum makan, jika
6. serum albumin turun penyimpanan perlu
7. rambut rontok minuman yang aman 2. fasilitasi
berlebihan meningkat menentukan
8. diare 10. sikap terhadap pedoman diet (mis,
makanan/minuman piramida makanan)
sesuai dengan tujuan 3. sajikan makanan
kesehatan meningkat secara menarik dan
11. perasaan cepat suhu yang sesuai
kenyang menurun 4. berikan makanan
12. nyeri abdomen tinggi serat untuk
menurun mencegah konstipasi
13. sariawan menurun 5. berikan makanan
14. rambut rontok tinggi kalori dan
menurun tinggi protein
15. diare menurun 6. berikan suplemen
16. berat badan membaik makanan, jika perlu
17. indeks massa tubuh 7. hentikan pemberian
(IMT) membaik makanan melalui
18. frekuensi makan selang nasogastric
membaik jika asupan oral
19. nafsu makan dapat toleransi
Edukasi

41
membaik 1. anjurkan posisi
20. bising usus membaik duduk, jika mampu
21. tebal lipatan kulit 2. ajarka diet yang
trisep membaik diprogramkan
22. membrane mukosa Kolaborasi
membaik 1. kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
(mis, pereda nyeri,
antlematik), jika
perlu
2. kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu

I.03136 Promosi Berat


Badan

Tindakan:
Observasi
1. identifikasi
kemungkinan
penyebab BB
kurang
2. monitor adanya
mual dan muntah
3. monitor jumlah
kalori yang
dikonsumsi sehari
hari
4. monitor berat
badan
5. monitor albumin,
limfosit, dan
elektrolit serum

Teraputik
1. berikan perawatan
mulut sebelum
pemberian
makanan, jika perlu
2. sediakan makanan
yang tepat sesuai
kondisi pasien
(mis. Makanan
dengan tekstur
halus, makanan
yang diblender,
makanan cair yang
diberikan melalui
NGT atau
gastrotomi, total
pereteral nutrition

42
sesuai indikasi)
3. hidangkan
makanan secara
menarik
4. berikan suplemen,
jika perlu
5. berikan pujian pada
pasien/keluarga
untuk peningkatan
yang dicapai.

Edukasi
1. jelaskan jenis
makanan yang
bergizi tinggi,
namun tetap
terjangkau
2. jelaskan
peningkatan asupan
kalori yang
dibutuhkan

e. Implementasi

Implementasi adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana perawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui

berbagai hal diantaranya fisik, teknik komunikasi, kemampuan dalam

proses tindakan yang akan dilakukan pada anak yang mengalamai

Bronchopneumonia. (Arifin, 2020).

f. Evaluasi

Evaluasi dalam keperawatan adalah kegiatan dalam menilai

tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui

pemenuhan kebutuhan klien yang mengalami Bronchopneumonia

secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi

dilakukan dengan subjektif, objektif, assessment, planning atau juga

biasa disebut SOAP dan disesuaikan dengan kriteria hasil yang terdapat

pada intervensi. (Arifin, 2020).

43
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi kasus untuk

mengeksplorasikan masalah Asuhan Keperawatan pada Klien Anak yang

Mengalami Bronchopneumonia dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan

Napas Tidak Efektif di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

B. Subjek penelitian

Responden dalam penelitian ini klien anak yang mengalami Masalah

Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif denfan diagnose medis

Bronchopneumonia di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

C. Fokus studi

1. Kriteria Inklusi

a. Bersedia menjadi responden

b. Diagnosis Bronchopneumonia dengan masalah keperawatan bersihan

jalan napas tidak efektif

c. Anak usia 0 sampai 12 tahun

2. Kriteria Eksklusi

a. Klien yang di pulangkan atas intruksi dokter sebelum 3 hari

supervise.

b. Mengalami perubahan diagnosa medis

c. Klien yang dirujuk ke rumah sakit lain

d. Klien meninggal.

44
D. Defenisi operasional fokus studi

Yang dimaksud Bronchopneumonia dalam penelitian ini adalah

infeksi yang di temukan pada paru paru dengan cara foto thoraks

Yang dimaksud Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dalam penelitian

ini yaitu keadaan seseorang yang mengalami batuk tidak efektif dan terdapat

suara mengi, wheezing, ronkhi kering.

E. Instrument penelitian

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data.

Pada kasus ini instrument yang digunakan untuk mendapatkan data

adalah.

1. Pedoman wawancara

Secara umum, penyusunan instrument pengumpulan data berupa

pedoman wawancara dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini.

a. Mengadakan identifikasi terhadap fokus studi yang ada didalam

rumusan judul penelitian.

b. Melengkapi instrument dengan pedoman atau instruksi dan kata

pengantar lebih lanjut.

c. Sebelum melakukan wawancara penelitian lebih dahulu membuat

kisi-kisi pedoman wawancara.

2. Pedoman observasi

Instrument kedua dalam penelitian ini adalah dengan observasi. Secara

umum, penyusunan instrument pengumpulan data berupa pedoman

observasi dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini:

45
a. Mengadakan identifikasi terhadap fokus studi yang ada didalam

rumusan judul penelitian.

b. Melengkapi instrument dengan pedoman atau intruksi.

3. Alat tulis

Berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.

4. Nursing kits

Berfungsi untuk mengukur tanda-tanda vital dengan fokus studi.

F. Metode pengumpulan data

Untuk melengkapi data atau informasi dalam pelaksanaan kasus

digunakan teknik:

1. Wawancara

Melakukan pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara

langsung pada penderita, keluarga dan tim kesehatan lainnya.

2. Pemeriksaan Fisik

Teknik yang digunakan pada pemeriksaan fisik yaitu:

a. Inspeksi

1) Melihat keadaan umum

2) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan cuping hidung

b. Palpasi

1) Meraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah

leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis

2) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid

c. Perkusi

1) Mengetahui kondisi organ dalam tubuh seperti paru-paru normal

d. Auskultasi

46
1) Mendengarkan suara tambahan pada paru-paru

2) Mendengarkan irama jantung

3) Suara nafas vesikuler atau tidak terdengar ronchi pada kedua sisi

paru.

3. Observasi

Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan melakukan

tindakan pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan klien.

4. Studi Dokumentasi

Mengumpulkan data melalui dokumen atau catatan dengan

melakukan pemeriksaan pasien yang ada pada medical record.

G. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi

Adapun alasan pemilihan lokasi adalah penelitian ini dilakukan di

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar karena tingginya kasus

Bronchopneumonia Di Rumah Sakit tersebut.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari tanggal 8 november 2021.

No Jenis Bulan
kegiatan
Nov Des Feb Mar Apr Mei jun

Konsul dan
ACC judul
proposal
Penyusunan
proposal
penelitian
Ujian
proposal
penelitian

47
Supervise

Penyusunan
KTI
Pendaftaran
ujian KTI
Pelaksanaan
ujian KTI

H. Analisis data dan penyajian data

1. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,

selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya

dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis data yang

digunakan dengan cara menarasikan jawaban yang diperoleh dari hasil

interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh

peniliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya

diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk

memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan dan teks naratif.

I. Etika penelitian

1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Infermed consent diberikan kepada responden. Setelah calon

responden memahami penjelasan peneliti terkait penelitian ini,

selanjutnya peneliti memberikan lembar informed consent untuk ditanda

tangani oleh responded sebagai tanda persetujuan.

48
2. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity adalah untuk menjaga kerahasiaan tentang hal-hal yang

berkaitan dengan data responden, Peneliti tidak mencantumkan nama

responden pada kuesioner atau lembar observasi dan hanya diberikan

kode atau nomor responden.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality adalah semua informasi yang dikumpulkan dari

responden dijamin kerahasiannya oleh peneliti.

49
DAFTAR PUSTAKA

Amin H. N. 2015. Nanda; Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


jilid 1. Palembang: Mediaction.
Aslinda, A. (2019) penerapan askep pada pasien an. R dengan
bronchopneumonia dalam pemenuhan oksigenasi. Journal of Health,
education and literacy, 35-40.
Damayanti Indri dan Nurhayati Siti. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Bronchopneumonia. Jakarta: Buletin Kesehata Publikasi Ilmiah
Bidang Kesehatan. Vol 3 No.
Fitrah A, Dkk. 2021. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi. Medan:
Yayasan Kita Menulis.
Fitriana Ika. 2019. Asuahan Keperawatan Ketidakefektifan Jalan Napas Pada
An.A Dengan Bronkiolitis Akut di Ruangan Flamboyan RSUD dr. R
Soetijono Blora. Repository Riset Kesehatan Nasional.
Frida N. 2019. Penyakit Paru-Paru Dan Pernafasan. Semarang: Alprin
Giza E.A.,dkk. (2019) Perhitungan Biaya Satuan Berdasarkan Clinical Pathway
Bronchopneumonia Anak. Jurnal e-biomedik (eBm), Vol.7 no.1,7-9.
Handayani, eka, dkk. 2021. Faktor yang mempengaruhi kejadian
Bronchopneumonia pada anak di Rsud Labuang baji provinsi Sulawesi
selatan. Makassar: Jurnal Ilmiah Mahasiswa & Penelitian Keperawatan
Volume 1 Nomor 2 2021
Kartika S.W. 2018. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta Timur: CV. Trans Info
Media
Medik R. (2021). Data Klien Penderita Bronchopneumonia. Makassar: Rekam
Medik RS. Bhayangkara Makassar.
Muslimah W.A. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan
Bronchopneumonia Dengan Fokus Ketidak Efektifan Jalan Nafas.
Pekalonga: Jurnal Kesehatan Pena Medika. Vol 8, No 2.
Muthahharah dan Nia Andi. 2019. Intervensi tepid sponge pada anak yang
mengalami bronchopneumonia dengan masalah Hipertermi. Makassar:
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar Vol.10 No.02
2019
Nur A.N. 2018. Asuhan keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada
klien anak dengan diagnosa medis bronkopneumonia di rsu dr. Wahidin
sudiro husodo mojokerto. Mojokerto: diambil dari http://repository.stikes-
ppni.ac.id:8080/xmlui/bitstream/handle/123456789/63/NUR%20AINI
%20NILASARI.pdf?sequence=1&isAllowed=y (diakses pada 27
November 2021)

xii
Septian Andriyani, dkk. 2021. Asuhan Keperawatan pada Anak. Medan :
Yayasan Kita Menulis.
Sinaga F.T. (2018). Factor Resiko Bronchopneumonia Pada Usia Dibawah 5
Tahun. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Vol.5, No.2:140-151.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.

xiii

You might also like