You are on page 1of 16

MAKALAH

“PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DIAJARKAN DI PERGURUAN


TINGGI”

Disusun oleh:

MUHAMMAD RIDWAN
NIM. 222102452

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
STMIK PONTIANAK
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Pendidikan
Agama Islam Diajarkan Di Perguruan Tinggi” dapat di selesaikan tepat waktu.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Alhani


selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan tugas yang telah
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih banyak


melakukan kesalahan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga
mengharapkan adanya kritik serta saran dari pembaca apabila ditemukan kesalahan
dalam penulisan ini.

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB 1 : PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2

BAB 2 : PEMBAHASAN .................................................................................... 3


2.1 Alasan Mengapa PAI Perlu Diajarkan di PT ............................................. 3
2.2 Sumber Psikologis, Sosial-Budaya, Historis, dan Yuridis tentang
Perlunya Pembelajaran PAI di PT ............................................................ 4
2.2.1 Sumber Psikologis ...................................................................................... 4
2.2.2 Sumber Historis.......................................................................................... 5
2.2.3 Sumber Yuridis .......................................................................................... 7
2.3 Peran Mahasiswa Dalam Pendidikan Agama Di Perguruan Tinggi ........ 9

BAB 3 : PENUTUP ............................................................................................. 12


3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 12
3.2 Saran............................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan, sebagai salah satu elemen penting dalam mendidik generasi
bangsa harus benar-benar dikelola dengan baik agar mampu membenahi akhlak
bangsa. Hal ini dikarenakan hakikat pendidikan itu sebenarnya bukan hanya
mengajar (transfer of knowledge) saja, tetapi lebih dari itu, yaitu mendidik agar
peserta didik berakhlak mulia. Fakta di lapangan sering menunjukkan bahwa
pendidikan agama dianggap sebagai salah satu media efektif dalam
meningkatkan karakter luhur terhadap peserta didik. Akan tetapi kenyataannya,
harapan tersebut belum mampu direalisasikan oleh pendidikan agama Islam
atau PAI, mengingat belum dapat berperan secara optimal. Meskipun anggapan
itu tidak sepenuhnya benar, tetapi paling tidak idealnya pendidikan agama
memang dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk
peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki akhlaqul Karimah.
Secara konstitusional, PAI merupakan bagian integral dalam upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional yang bersifat sistemik dan berkelanjutan
agar peserta didik menjadi orang-orang beriman, bertakwa, dan berakhlak
mulia, sebagaimana amanat yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang
menyatakan bahwa, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab," Undang-
Undang di atas secara tegas menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional
diarahkan pada pembentukan empat aspek yaitu: aspek religius, aspek moral,
aspek intelektual, dan aspek kebangsaan. Ke semua aspek itu diwujudkan dalam
rangka membentuk manusia yang utuh dan paripurna (insan kamil). Pendidikan
agama mengambil peran utama dalam membina aspek religius dan aspek

1
moralitas. Selanjutnya dalam Pasal 56 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012
Tentang Pendidikan Tinggi kembali dikukuhkan wajib adanya mata kuliah
pendidikan agama, yang sudah dapat dipastikan merupakan suatu entitas utuh
dalam kurikulum program diploma dan sarjana. Oleh karena itu penulis
membuat makalah dengan judul “Pendidikan Agama Islam Diajarkan Di
Perguruan Tinggi”

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Pendidikan Agama Islam diajarkan di perguruan tinggi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pentingnya Pendidikan Agama
Islam yang diajarkan di Perguruan Tinggi
1.3.2 Untuk mengimplementasikan Pendidikan Agama Islam di Perguruan
Tinggi

1.4 Manfaat
Penulisan Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1.4.1 Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam rangka
pengembangan keilmuan dibidang Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi.
1.4.2 Sebagai bagian informasi bagi masyarakat mengenai pentingnya
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Alasan Mengapa PAI Perlu Diajarkan di PT

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang sudah
diajarkan sejak seorang siswa berada di jenjang Sekolah Dasar. Seperti namanya
Pendidikan Agama Islam mengajarkan mengenai nilai-nilai agama Islam yang
harus dimiliki oleh seorang muslim beserta menerangkan mengenai cara
menjalankan berbagai ibadah sebagai bentuk persiapan untuk masa depan di akhirat
nantinya. Karena merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan
maka mata pelajaran PAI masih diajarkan di perguruan tinggi, pada artikel ini akan
menjelaskan mengenai alasan mengapa PAI perlu diajarkan di perguruan tinggi.
Jika ada pertanyaan mengapa PAI perlu diajarkan di perguruan tinggi maka
jawabannya cukup sederhana yaitu untuk mendidik dan menciptakan mahasiswa
agar menjadi mahasiswa yang bermanfaat untuk dirinya sendiri dan juga
masyarakat secara umum. Pemberian mata pelajaran PAI di perguruan tinggi
sendiri sudah ada sejak lama tepatnya sejak tahun 1966 artinya PAI merupakan
salah satu mata pelajaran yang sangat bermanfaat untuk mahasiswa.
Dalam kurikulum nasional pendidikan tinggi, pendidikan agama merupakan
mata kuliah wajib yang harus diikuti oleh mahasiswa yang beragama Islam di
seluruh perguruan tinggi umum, di setiap jurusan, program dan jenjang pendidikan,
baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Sementara itu dikutip dari SK
Dirjen Dikti No. 38/2002, tujuan umum pendidikan agama Islam di perguruan
tinggi adalah memberikan landasan pengembangan kepribadian kepada mahasiswa
agar menjadi kaum intelektual yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berfikir filosofis, bersikap rasional dan dinamis,
berpandangan luas, ikut serta dalam kerjasama antar umat beragama dalam rangka

3
pengembangan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi serta seni untuk kepentingan
nasional.1

Tujuan khusus mata kuliah PAI di Perguruan Tinggi Umum adalah:


1. Membentuk manusia bertakwa, yaitu manusia yang patuh dan taat kepada
Allah SWT dalam menjalankan ibadah dengan menekankan pembinaan
kepribadian muslim, yakni pembinaan akhlakul karimah.
2. Melahirkan agamawan yang berilmu dan bukan ilmuwan dalam bidang
agama, artinya yang menjadi yang menjadi titik tekan PAI di PT adalah
pelaksanaan agama di kalangan calon para profesional atau intelektual yang
ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku ke arah kesempurnaan
akhlak.
3. Tercapainya keimanan dan ketakwaan pada mahasiswa serta tercapainya
kemampuan menjadikan ajaran agama sebagai landasan penggalian dan
pengembangan disiplin ilmu yang ditekuninya. Oleh sebab itu, materi yang
disajikan harus relevan dengan perkembangan pemikiran dunia.
4. Menumbuh suburkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta
terhadap agama dalam berbagai kehidupan peserta didik yang nantinya
diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan rasul-
Nya.

2.2 Sumber Psikologis, Sosial-Budaya, Historis, dan Yuridis tentang Perlunya


Pembelajaran PAI di PT

2.2.1 Sumber Psikologis

Secara ringkas terdapat dua pandangan yang berbeda mengenai PAI di PT.
Pendapat pertama menyatakan, PAI perlu diajarkan di PT. Alasannya, Negara
(dalam hal ini PT) wajib menjaga keberagamaan para warganya, termasuk menjaga

1
Kumparan, “Alasan Mengapa PAI Perlu Diajarkan di Perguruan Tinggi”
https://kumparan.com/berita-terkini/alasan-mengapa-pai-perlu-diajarkan-di-perguruan-tinggi-
1z5O63tUoBH/full

4
keberagamaan para mahasiswa yang sedang belajar di PT. Pendapat kedua
menyatakan, PAI tidak perlu diajarkan di PT. Alasannya, agama merupakan urusan
pribadi, keluarga, dan institusi keagamaan seperti: masjid, pesantren, dan organisasi
keagamaan. Negara tidak perlu ikut campur dalam urusan agama. Di luar perbedaan
pandangan tersebut terdapat pertanyaan, secara psikologis manusia itu makhluk
teogenetis atau teis (makhluk bertuhan), ataukah ateis (tidak bertuhan)?
Realitasnya, ada manusia yang teis dan ada juga manusia yang ateis. Artinya, secara
konseptual ada manusia yang teis, ateis, dan setengah teis-ateis. Realitas juga
menunjukkan bahwa masing-masing kelompok saling mencoba mempengaruhi
kelompok yang lain. Kelompok teis menganjurkan mengajak agar manusia
menyembah dan mentaati Tuhan, sedangkan kelompok ateis mengajak agar agar
manusia tidak bertuhan aatu meninggalkan Tuhan. Implikasinya, kelompok teis
berusaha menyelenggarakan pendidikan agama, sementara kelompok ateis menolak
bahkan menghalang-halangi penyelenggaraan pendidikan agama. Adapun
kelompok setengah teis-ateis biasanya tidak peduli dengan agama, atau mengikuti
secara pasif kelompok pemenang Namun secara psikologis pula pada dasamya
manusia suka bertobat, yakni meninggalkan perbuatan keji dan maksiat, lalu
memilih jalan taat. Ada juga penganut suatu agama yang berpindah ke agama lain,
juga penganut suatu mazhab pindah ke mazhab lain (yang seagama). Fenomena
seperti ini dikenal dengan istilah konversi agama. Terjadinya konversi ini secara
teoritis karena ada faktor-faktor yang mempengaruhinya, terutama pendidikan
agama. Konversi adalah "tobat", atau kembali kepada Tuhan. Orang-orang yang
mengalami konversi agama banyak yang mengalami perubahan menuju ketaatan
beragama setelah sebelumnya tidak taat atau melakukan dosa-dosa dan kesalahan.
Arti lain dari konversi adalah "pindah", yakni pindah dari satu agama (yang
dianggapnya salah) ke agama lain (yang dianggapnya benar). Adapun konversi
dalam internal seagama adalah berpindah dari satu mazhab (yang dipandangnya

5
keliru atau kurang lengkap) berubah menjadi penganut mazhab lain (yang
dianggapnya benar atau lengkap2

2.2.2 Sumber Historis

Secara historis bangsa Indonesia memiliki dua sistem pendidikan, yakni


pesantren dan sekolah. Pesantren merupakan model pendidikan asli bangsa
Indonesia, sedangkan sekolah merupakan model pendidikan yang diadopsi dari
penjajah Belanda. Masing-masing model pendidikan ini memiliki keunggulan dan
kelemahan. Keunggulan model pesantren adalah kaya dalam pengembangan
keberagamaan dan moralitas, tetapi lemah dalam pengembangan ilmu dan
teknologi. Sebaliknya, model sekolah unggul dalam pengembangan ilmu dan
teknologi, tetapi lemah dalam pengembangan keberagamaan dan moralitas. Tentu
yang ideal adalah menggabungkan keunggulan dad kedua model pendidikan
tersebut, sekaligus mengurangi kelemahan dari masing-masing model Jika kita
menengok lebih jauh sejarah pendidikan pada bangsa-bangsa muslim, kaum
muslimin pernah menjadi bangsa yang paling maju di dunia. Para pendidik dan
pelajar muslim pada masa keemasan Islam tidak pernah memisahkan pendidikan
agama dari pendidikan sains dan teknologi. Para ilmuwan dan teknolog muslim
pada masa kejayaan Islam adalah para ilmuwan den teknolog yang mematiami
ajaran Islam secara luas dan mendalam. Sebut saja tbnu Sina (Avicena). Dia seorang
dokter, psikolog, dan psikiater sekaligus ahli agama.

Belajar dan pengalaman sejarah, dalam mengembangkan misi dakwah, para


kiai mendirikan sekolah dan perguruan tinggi dalam lingkungan pondok pesantren.
Adapun para ulama yang tidak memiliki pondok pesantren mereka mendirikan
madrasah dan sekolah-sekolah Islam (yakni sekolah, madrasah, dan perguruan
tinggi) yang diperkaya dengan pendidikan Islam. Sejak zaman kolonial Belanda,
KH Ahmad Dahlan (pendiri Persyarikatan Muhammadiyah) mendirikan sekolah

2
Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendididkan Tinggi Republik Indonesia , 2016, “Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan
Agama Islam”, Jakarta

6
model sekolah kolonial, tetapi diperkaya dengan pendidikan Islam. Gagasan kiwi
ini kemudian dikembangkan oleh para pelanjutnya Mereka mendirikan perguruan
tinggi model pemerintah kolonial yang diperkaya dengan pendidikan Islam. Hingga
sekarang Perguruan Muhammadiyah merupakan perguruan swasta Islam terbesar
di Indonesia. Di seluruh provinsi selalu terdapat perguruan Muhammadiyah.
Demikian jugs Perguruan Al-Ma’arif (lembaga pendidikan yang didirikan Nahdatul
Ulama / NU) serta perguruan-perguruan Islam lainnya selalu memiliki ciri khas,
yakni menggabungkan keunggulan model sekolah dengan pesantren.
Menjelang dan sekitar awal tahun 1980-an pelbagai wacana untuk
menghilangkan pendidikan agama dari kurikulum PT mencuat kembali.
Mengantisipasi dimenangkannya wacara ini para aktivis Islam kampus kemudian
membuka program tutorial agama Islam di masjid- masjid kampus. Program ini di
satu sisi dimaksudkan untuk menyalurkan minat para mahasiswa yang haus dan
ingin memperdalam ajaran agama (yang tidak tersalurkan lewat perkuliahan PAI).
Di sisi lain program ini dimaksudkan pula untuk membekali para mahasiswa yang
berlatar belakang minim dalam pengetahuan agama, karena minimnya juga
pembelajaran agama dalam kurikulum PT. Bersamaan dengan itu muncul juga
pesantren-pesantren kilat yang dibanjiri oleh para pelajar dan mahasiswa peminat.

2.2.3 Sumber Yuridis

Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 disebutkan bahwa


kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah (1) agama, (2) Pancasila;
(3) kewarganegaraan; dan (4) bahasa Indonesia. Dengan demikian, mata kuliah
tersebut wajib diberikan kepada mahasiswa perguruan tinggi sesuai dengan jenjang
pendidikan. Terkait dengan Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai mata kuliah
pada jenjang Pendidikan Tinggi, bahwa berdasarkan Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa serta Nomor 045/U/2002
tentang, Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan
Agama, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan

7
kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) yang wajib diikuti oleh
semua mahasiswa pada seluruh jurusan (Kemdiknas, 2000).
Pendidikan Agama dalam lampiran Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional tersebut ditempatkan ke dalam kelompok Matakuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK). Sehingga terlihat jelas bagaimana pentingnya peranan
Pendidikan Agama sebagai sarana pengembangan kepribadian mahasiswa dalam
proses pendidikannya di Perguruan Tinggi. Melihat dari kepentingan tersebut maka
sudah semestinya Pendidikan Agama (dalam hal ini Pendidikan Agama Islam)
menjadi sorotan bersama bagaimana mengembangkan mata kuliah tersebut
sehingga benar-benar dapat berfungsi sebagai matakuliah pengembangan
kepribadian mahasiswa dan tidak hanya sebagai matakuliah pelengkap saja.
Menurut Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 43/Dikti/Kep/2006 tentang
Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi disebutkan beberapa materi pokok yang harus terdapat di dalam
perkuliahan Pendidikan Agama Islam yang diantaranya adalah menyangkut materi
tentang Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan, Manusia, Hukum, Moral, Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Seni, Kerukunan Antar Umat Beragama, Masyarakat,
Budaya, dan Politik (Ditjen Dikti, 2006). Materi-materi pokok di atas kemudian
dikembangkan menjadi beberapa sub pembahasan yang dapat dikembangkan oleh
perguruan tinggi sesuai dengan karakteristiknya masingmasing.
Apabila melihat beberapa pendapat di atas mengenai pengembangan PAI,
betapa pentingnya adanya pengembangan PAI yang tidak hanya dilakukan pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah saja, melainkan pada tingkat pendidikan
tinggi-pun semestinya dilakukan pengembangan-pengembangan yang mengacu
pada pola perubahan masyarakat dan kebutuhan peserta didik atau mahasiswa.
Sehingga diharapkan Pendidikan Agama Islam dapat menjadi dasar atau pijakan
dalam kehidupan mahasiswa baik selama proses pendidikannya dan terlebih dalam
kehidupan setelah masa pendidikannya selesai. Berdasarkan SK Dirjen Dikti tahun
2006 bahwa setiap Perguruan Tinggi memiliki hak mengembangkan rambu-rambu
Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) sesuai dengan karakteristiknya

8
masing-masing. Oleh karena itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian terkait
dengan implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Pendidikan
Tinggi.3

Sumber yuridis penyelenggaraan PAI di PT sebagai berikut.


1. Pancasila;
2. 1945 (hasil amandemen);
3. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas);
4. UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005-2025;
5. PP No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
2010-2014; PP No. 19 Tahun 2005, sebagaimana diubah dengan PP No. 032
Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan: UU No. 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi.

2.3 Peran Mahasiswa Dalam Pendidikan Agama Di Perguruan Tinggi


Pendidikan Agama Islam membentuk proses untuk mempelajari Agama
Islam secara detail dan membentuk karakter generasi yang sesuai dengan ajaran
Islam. Mengembangkan pendidikan agama Islam di Era Millenial saat ini cukup
menantang, dikarenakan banyak yang mengerti akan agama tetapi ia tidak bisa
menerapkan di kehidupan sehari-hari apalagi untuk mengembangkannya. Maka
dari itu peran mahasiswa cukup penting agar Pendidikan Agama Islam bisa Ter-
realisasikan diberbagai kalangan. Mengapa kita harus mengembangkan Pendidikan
Agama Isla, karena Pendidikan Agama Islam sangat dibutuhkan di era millenial
guna membentuk karakter (akhlak karimah).
Pendidikan agama islam bisa dikembangkan melalui hal kecil misalnya
berbicara santun dengan orang yang lebih tua maupun dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu pendidikan agama islam harus mengembangkan
seluruh aspek kehidupan manusia baik spritual, intelektual, motivasi (fantasi) dan

3
Abas Asyafah. “Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Pendidikan Tinggi” Jurnal
Kajian Pendidikan Umum, Vol. 18 No. 2 Tahun 2020. Hal 9. (Di akses pada 14 Maret 2023)

9
jasmani. Banyak generasi millennial yang masih kurang mempelajari ilmu agama
islam sebenarnya hal ini terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi seperti
keluarga, lingkungan, teman dan pergaulan yang salah.
Maka dari itu mahasiswa harus bisa menempatkan diri agar tidak terjerumus
ke ranah yang salah dan belajar agama islam selaras dengan pendidikan umum.
Sebagaimana kedudukan Pendidikan Agama Islam di Era Millenial merupakan
suatu jembatan yang membentengi dari segala tindakan yang bersifat negatif.
Munculnya berbagai bentuk pembaruan dalam peningkatan kualitas hidup seperti
munculnya komunikasi gawai (gadget), tentu menjadi tantangan tersendiri.
Sebagaimana telah di rumuskan, bahwa fitrah manusia adalah sebagai makhluk
yang selalu ingin berubah dan menghendaki perubahan. Sehingga bagaimana cara
mahasiswa untuk tetap mengembangkan pendikan agama islam di era millennial.
Di Perguruan Tinggi Mahasiswa juga memiliki peran yang besar dalam
Pendidikan Agama Islam, tidak hanya sebagai peserta didik, namun mahasiswa
dapat menjadi penggerak untuk kemajuan pendidikan agama islam, salah satu peran
mahasiswa yaitu :
Lembaga Dakwah Kampus (sering disingkat LDK) adalah istilah kolektif
untuk organisasi kemahasiswaan intra kampus di Indonesia yang ditujukan sebagai
persatuan bagi mahasiswa kampus muslim sekaligus sebagai media dakwah Islam.
Sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia memiliki cabang LDK. Di setiap
kampus, LDK bisa berbeda-beda dalam organisasinya, di mana sering digunakan
nama yang berbeda, antara lain Unit Kegiatan Mahasiswa Islam, Kerohanian Islam,
Forum Studi Islam, dan Badan Kerohanian Islam.
LDK adalah lembaga yang bergerak di bidang dakwah Islam, kampus
merupakan inti kekuatannya, dan warga civitas akademika adalah objek utamanya.
Ditinjau dari struktur sosial kemasyarakatan, mahasiswa dan kampus merupakan
satu kesatuan sistem sosial yang mempunyai peranan penting dalam perubahan
sosial peri-kepemimpinan di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan dari potensi
manusiawi, mahasiswa merupakan sekelompok manusia yang memiliki taraf
berpikir di atas rata-rata. Dengan demikian, kedudukan mahasiswa adalah sangat
strategis dalam mengambil peran yang menentukan keadaan masyarakat pada masa

10
depan. Perubahan masyarakat ke arah Islam terjadi apabila pemikiran Islam telah
tertanam di masyarakat itu. Dengan berbagai potensi strategis kampus, maka
tertanamnya pemikiran Islam di dalam kampus melalui dakwah Islam diharapkan
dapat menyebar secara efektif ke tengah-tengah masyarakat.

11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Saran
Pada zaman sekarang penerapan PAI di perguruan tinggi perlu ditingkatkan,
cara atau metode pembelajaran harus mengikuti perkembangan zaman, hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan minat mahasiswa untuk mempelajari, dan
menerapkan PAI di perguruan tinggi.
3.2 Kesimpulan
Pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi ditunjukkan untuk mencapai
keseimbangan pertumbuhan dari pribadi, manusia yang lengkap melalui latihan-
latihan kejiwaan, akal, kecerdasan, perasaan, dan panca indra. Pendidikan Agama
Islam di Perguruan Tinggi merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam
keseluruhan karena tujuannya tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dan Islam,
yaitu menciptakan pribadi penerus bangsa yang bertaqwa bagi-Nya dan dapat
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam konteks Masyarakat,Mahasiswa,
dan negara pribadi dan bertaqwa ini dapat menjadi Rahmatan Lil-Alamiin, baik
skala kecil maupun besar tujuan hidup manusia dalam Islam yang dapat disebut
juga sebagian tujuan akhir pendidikan agama Islam. Mari sama-sama kita sebagai
mahasiswa mengembangkan Pendidikan Agama Islam di Era Millenial ini, agar
mempunyai pribadi yang baik dan bisa mencontohkan ke generasi penerus bangsa.

12
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset,


Teknologi, dan Pendididkan Tinggi Republik Indonesia , 2016, “Buku Ajar
Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Agama Islam”, Jakarta
Abas Asyafah. “Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di
Pendidikan Tinggi” Jurnal Kajian Pendidikan Umum, Vol. 18 No. 2 Tahun
2020. Hal 9. (Di akses pada 14 Maret 2023)
Kumparan, “Alasan Mengapa PAI Perlu Diajarkan di Perguruan Tinggi”
https://kumparan.com/berita-terkini/alasan-mengapa-pai-perlu-diajarkan-di-
perguruan-tinggi-1z5O63tUoBH/full, (Di akses pada 13 Maret 2023)

Kompasiana, “Dedikasi Mahasiswa dalam Mengembangkan Pendidikan Agama


Islam di Era Millenial”
https://www.kompasiana.com/miftahurrohmah/dedikasi-mahasiswa-dalam-
mengembangkan-pendidikan-agama-islam-di-era-millenial, (Di akses pada
15 Maret 2023)

13

You might also like