You are on page 1of 22

MAKALAH

KOMPENEN KONSEPTUAL DAN JENIS TEORI KONSEPTUAL KOMUNIKASI

DOSEN PEMBIMBING :

Rr. Nadhira Harsari, S.I.KOM, M.I.KOM

DISUSUN OLEH :

WARDATUNNISA (211221198)

MINKHATUR RIZQIYAH (211221244)

KARMILA N PARENRENGI (211221245)

MATA KULIAH :

TEORI KOMUNIKASI

UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA

FAKULTAS BISNIS DAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

JAKARTA 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, "KOMPONEN
KONSEPTUAL DAN JENIS TEORI KONSEPTUAL KOMUNIKASI" dapat kami selesaikan
dengan baik. Tim penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca tentang pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa terjadi dalam bahasa
keseharian yang bisa kita pelajari salah satunya dari konsep teori komunikasi. Begitu pula atas
limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah
ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui
media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami,
Rr. Nadhira Harsari, S.I.KOM, M.I.KOM dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang
membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah
SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Jakarta, Oktober 2022

Penulis
PENGERTIAN KOMUNIKASI

Apa Itu Komunikasi?

Secara etimologi, kata “komunikasi” berasal dari Bahasa Inggris communication.


Biasanya kata “komunikasi” diartikan dan dikenal dengan “komunikasi” begitu saja, dan orang
orang sudah mampu mendeskripsikannya, meskipun tidak semuanya tepat. Konon kata
komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang
berarti sama”. Maksud dari kata “sama” itu adalah sama dalam makna.

Ada pula yang menyebut komunikasi dari akar kata communico yang berarti berbagi.
Tegasnya, peristiwa komunikasi antara seseorang dengan orang lain dapat dipastikan terjadi
dengan menggunakan bahasa yang “sama”, dan menyepakati makna yang “sama” meskipun
bisa jadi keduanya dari latar belakang sosial dan budaya yang berbeda. Secara terminologi,
dalam catatan Frank E.X. Dance, ada lebih dari seratus dua puluh enam (126) definisi
“komunikasi”. Di antara yang paling sering dikutip adalah pendapat Carl I. Hovland. Dia
menyatakan “Communication is the process to modify the behavior of other individuals”.

Definisi ini cenderung tidak berimbang, karena menempatkan satu pihak pada posisi
aktif, sementara pihak lain sebagai objek yang pasif. Di samping itu, pesan yang disampaikan
cenderung membuat pihak kedua harus menafsirkan seperti kemauan pihak pertama. Definisi
lain yang dikemukakan oleh Stewart L. Tubss dan Silvia Moss adalah “proses penciptaan
makna antara dua orang atau lebih”. Definisi ini dipandang lebih berimbang dan kedua pelaku
komunikasi adalah aktif. Pesan yang disampaikan juga boleh ditafsirkan sesuai apa yang
diterima oleh pihak kedua. Oleh sebab itu dalam komunikasi ada proses menciptakan makna
oleh peserta komunikasi sampai ada makna yang telah atau akan disepakati dan pahami oleh
kedua pihak.

Definisi paling mudah barang kali dikemukakan oleh Onong Uchyana Effendi, yaitu
“Penyampaian pikiran oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan)”.
Pengertian mengenai ilmu komunikasi, pada dasarnya mempunyai karakteristik yang sama
dengan pengertian ilmu secara umum sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Hanya saja objek perhatiannya difokuskan pada peristiwa-peristiwa komunikasi antarmanusia.
Salah satu definisi yang cukup jelas mengenai ilmu komunikasi diberikan oleh Berger dan
Chaffee dalam buku mereka Handbook of Communication Science terbitan tahun 1987.
Menurut Berger dan Chaffee, ilmu komunikasi adalah “Ilmu pengetahuan tentang produksi,
proses, dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori
yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan
dengan produksi, proses, dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang”.

Pengertian ilmu komunikasi yang dijelaskan oleh Berger dan Chaffee tersebut
memberikan 3 (tiga) pokok pikiran.

Pertama, objek pengamatan yang jadi fokus perhatian dalam ilmu komunikasi adalah produksi,
proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia.

Kedua, ilmu komunikasi bersifat “ilmiah-empiris” (scientific) dalam arti pokok-pokok pikiran
dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk-bentuk teori) harus berlaku umum.

Ketiga, ilmu komunikasi bertujuan menjelaskan fenomena sosial yang berkaitan dengan
produksi, proses, dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang. Berdasarkan definisi
dari Berger dan Chaffee serta uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya
tentang ciri-ciri ilmu, dapatlah dikatakan bahwa ilmu komunikasi pada dasarnya adalah ilmu
pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui suatu penelitian tentang
sistem, proses, dan pengaruhnya yang dilakukan secara rasional dan sistematik, serta
kebenarannya dapat diuji dan digeneralisasikan.

Ilmu komunikasi merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner,


maka defenisi-defenisi mengenai komunikasi menjadi sangat beragam. Setiap defenisi
memiliki penekanan arti, cakupan dan konteks yang berbeda satu sama lainnya. Mempelajari
ilmu Komunikasi akan memberikan kita pengetahuan tentang proses berkomunikasi secara
benar, mulai dari memberi pesan, menerima pesan, dan lain sebagainya. Sampai kapan
pun ilmu Komunikasi akan tetap memiliki ke istimewaan tersendiri, karena
proses Komunikasi selalu dibutuhkan siapapun dan kapanpun.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi, diantaranya menurut Amirah


(2013), adalah persepsi, nilai, emosi, latar belakang, peran, pengetahuan dan hubungan.
Selanjutnya, Yudianto (2005), menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempunyai hubungan
dengan komunikasi saat perawat melaksanakan handover adalah karakteristik jenis kelamin,
pengetahuan, sikap, ketersediaan protap, pimpinan dan teman sejawat. Keterampilan
komunikasi perlu dipelajari, dipraktekkan dan disempurnakan oleh semua perawat sehingga
mereka dapat berkomunikasi dengan jelas, singkat dan tepat dalam lingkungan yang serba
cepat dan menegangkan meskipun digunakan setiap hari dalam situasi klinis (Fitria, 2013).
Pengertian Teori dalam Ilmu Komunikasi

Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian sebagai
berikut.

1. Teori adalah abstraksi dari realitas.

2. Teori terdiri dari sekumpulan prinsip-prinsip dan definisi-definisi yang secara konseptual
mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis.

3. Teori terdiri dari asumsi-asumsi, proposisi-proposisi, dan aksioma-aksioma dasar yang


saling berkaitan.

4. Teori terdiri dari teorema-teorema, yakni generalisasi-generalisasi yang diterima/ terbukti


secara empiris.

Sementara itu, Littlejohn dan Foss (2008) menyatakan bahwa teori pada dasarnya
memliki 4 (empat) pengertian. Keempat pengertian tersebut adalah :

(1) teori adalah abstraksi,

(2) teori merupakan susunan atau himpunan,

(3) teori adalah interpretasi tentang sesuatu hal, dan

(4) teori juga berisikan rekomendasi tentang suatu tindakan.

Dari pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa teori pada


dasarnya merupakan “konseptualisasi atau penjelasan logis dan faktual tentang suatu
fenomena”. Teori memiliki 3 (tiga) ciri umum.Pertama, semua teori adalah “abstraksi”
mengenai suatu hal. Dengan demikian, teori sifatnya terbatas. Teori tentang radio kemungkinan
besar tidak dapat dipergunakan untuk menjelaskan hal-hal yang menyangkut televisi. Kedua,
semua teori adalah konstruksi pemikiran yang berisikan interpretasi mengenai suatu fenomena
ciptaan individual manusia. Oleh sebab itu sifatnya relatif tergantung pada cara pandang si
pencipta teori, sifat dan aspek hal yang diamati, serta kondisi-kondisi lain yang mengikat
seperti waktu, tempat, dan lingkungan di sekitarnya. Ketiga, teori juga berisikan rekomendasi
mengenai suatu tindakan yang dapat dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas, secara sederhana dapat dikatakan bahwa teori komunikasi
pada dasarnya merupakan “konseptualisasi atau penjelasan logis tentang fenomena peristiwa
komunikasi dalam kehidupan manusia”. Peristiwa yang dimaksud, seperti yang dimaksud oleh
Berger dan Chaffee, mencakup produksi, proses, dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan
lambang yang terjadi dalam kehidupan manusia. Penjelasan dalam teori tidak hanya
menyangkut penyebutan nama dan pendefinisian variabel-variabel, tetapi juga
mengidentifikasikan keberaturan hubungan di antara variabel. Menurut Littlejohn (1987, 1989,
2002), penjelasan dalam teori berdasarkan pada “prinsip keperluan” (the principle of
necessity), yakni suatu penjelasan yang menerangkan variabel-variabel yang kemungkinan
diperlukan untuk menghasilkan sesuatu. Contoh: untuk menghasilkan X, barangkali diperlukan
adanya Y dan Z.

Selanjutnya, Littlejohn menjelaskan bahwa prinsip keperluan ini ada tiga macam :

(1) causal necessity (keperluan kasual),

(2) practical necessity (keperluan praktis),

(3) logical necessity (keperluan logis).

Keperluan kausal berdasarkan asas hubungan sebab akibat. Umpamanya, karena ada Y
dan Z maka terjadi X. keperluan praktis menunjuk pada kondisi hubungan “tindakan-
konsekuensi”. Kalau menurut prinsip keperluan kausal X terjadi karena Y dan Z maka menurut
prinsip penjelasan keperluan praktis Y dan Z memang bertujuan untuk, atau praktis akan,
menghasilkan X. Prinsip yang ketiga (“prinsip keperluan logis”) berdasarkan pada azas
konsistensi logis. Artinya, Y dan Z secara konsisten dan logis akan selalu menghasilkan X.

Penjelasan dalam teori lebih lanjut juga dapat dibagi dalam dua kategori :

penjelasan yang memfokuskan pada orang/pelaku (person centered) dan penjelasan yang
memfokuskan pada situasi (situation centered). Penjelasan yang memfokuskan pada
orang/pelaku menunjuk pada faktor-faktor internalyang ada dalam diri seseorang (si pelaku).
Sementara penjelasan yang memfokuskan pada situasi menunjuk pada faktor-faktor yang ada
di luar diri orang tersebut (faktor-faktor eksternal).

Sifat dan tujuan teori, menurut Abraham Kaplan (1964), adalah bukan semata untuk
menemukan fakta yang tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta,
mengorganisasikan serta mereprentasikan fakta tersebut. Suatu teori harus sesuai dengan dunia
ciptaan Tuhan, dalam arti dunia yang sesuai dengan ciri yang dimilikinya sendiri. Dengan
demikian, teori yang baik adalah teori yang sesuai dengan realitas kehidupan. Teori yang baik
adalah teori yang konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat diterapkan
dalam kehidupan nyata. Apabila konsep dan penjelasan teori tidak sesuai dengan realitas maka
keberlakuannya diragukan dan teori demikian tergolong teori semu.

Teori juga mempunyai fungsi. Menurut Littlejohn, fungsi teori ada 9, yaitu :

(1) mengorganisasikan dan menyimpulkan,

(2) memfokuskan,

(3) menjelaskan,

(4) mengamati,

(5) membuat prediksi,

(6) heuristic,

(7) komunikasi,

(8) kontrol/ mengawasi, dan

(9) generatif.

Fungsi pertama teori adalah mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan


tentang sesuatu hal. Ini berarti bahwa dalam mengamati realitas kita tidak boleh melakukannya
secara sepotong-sepotong. Kita perlu mengorganisasikan dan mensintesiskan hal-hal yang
terjadi dalam kehidupan dunia. Pola-pola dan hubungan-hubungan harus dapat dicari dan
ditemukan. Pengetahuan kita tentang pola-pola dan hubungan-hubungan ini kemudian
diorganisasikan dan disimpulkan. Hasilnya (berupa teori) akan dapat dipakai sebagai rujukan
atau dasar bagi upaya-upaya studi berikutnya.

Fungsi yang kedua adalah memfokuskan. Artinya hal-hal atau aspek-aspek dari suatu
objek yang diamati harus jelas fokusnya. Teori pada dasarnya hanya menjelaskan tentang suatu
hal, bukan banyak hal.

Fungsi yang ketiga adalah menjelaskan. Maksudnya adalah bahwa teori harus mampu
membuat suatu penjelasan tentang hal yang diamatinya. Penjelasan ini tidak hanya berguna
untuk memahami pola-pola, hubungan-hubungan, tetapi juga untuk menginterpretasikan
peristiwa-peristiwa tertentu.
Fungsi keempat adalah pengamatan. Menunjukkan bahwa teori tidak saja menjelaskan
tentang hal yang sebaiknya diamati, tetapi juga memberikan petunjuk cara mengamatinya. Oleh
karena itulah, teori yang baik adalah teori yang berisikan konsep-konsep operasional. Konsep
operasional ini penting karena bisa dijadikan sebagai patokan untuk mengamati hal-hal rinci
yang berkaitan dengan elaborasi teori.

Fungsi teori yang kelima adalah membuat prediksi. Meskipun, kejadian yang diamati
berlaku pada masa lalu, namun berdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuat suatu
perkiraan tentang keadaan yang akan terjadi apabila hal-hal yang digambarkan oleh teori juga
tercerminkan dalam kehidupan di masa sekarang. Fungsi prediksi ini terutama sekali penting
bagi bidang-bidang kajian komunikasi terapan, seperti persuasi dan perubahan sikap,
komunikasi dalam organisasi, dinamika kelompok kecil, periklanan, public relations, dan
media massa.

Fungsi yang keenam adalah fungsi heuristic atau heurisme. Aksioma umum
menyebutkan bahwa teori yang baik adalah teori yang mampu merangsang penelitian. Ini
berarti bahwa teori yang diciptakan dapat merangsang timbulnya upaya-upaya penelitian
selanjutnya. Hal ini dapat terjadi apabila konsep-konsep dan penjelasan-penjelasan teori cukup
jelas dan operasional sehingga dapat dijadikan pegangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Fungsi yang ketujuh, komunikasi, menunjukkan bahwa teori seharusnya tidak menjadi
monopoli si penciptanya. Teori harus dipublikasikan, didiskusikan, dan terbuka terhadap
kritikan-kritikan. Dengan cara ini maka modifikasi dan upaya penyempurnaan teori akan dapat
dilakukan.

Fungsi yang kedelapan, fungsi kontrol, bersifat normatif. Hal ini dikarenakan bahwa
asumsi-asumsi teori dapat kemudian berkembang menjadi norma-norma atau nilai-nilai yang
dipegang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, teori dapat berfungsi sebagai sarana
pengendali atau pengontrol tingkah laku kehidupan manusia.

Fungsi teori yang terakhir adalah fungsi “generatif”. Fungsi ini terutama sekali
menonjol di kalangan pendukung tradisi/aliran pendekatan interpretatif dan teori kritis.
Menurut pandangan aliran ini, teori juga berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan
kultural, serta sarana untuk menciptakan pola dan cara kehidupan yang baru.
Pentingnya teori komunikasi.

Teori komunikasi membantu menjelaskan pentingnya laporan riset. Elemen-elemen


yang dibutuhkan untuk mencapai suatu komunikasi yang baik diantaranya adalah komunikator,
media, pesan, pemirsa dan umpan balik. Setiap orang yang mengkhususkan diri dalam teori
komunikasi mempelajari bagaimana jembatan-jembatan komunikasi dibangun dan bagaimana
menyeberangi jembatan-jembatan itu. Berikut ini adalah pengertian dan definisi teori
komunikasi.

- Cragan dan Shields, 1998

Teori komunikasi merupakan hubungan diantara konsep teoritical yang membantu


memberi secara keseluruhan ataupun sebagian, keterangan, penjelasan, penerangan, penelitian
ataupun ramalan tindakan manusia berdasarkan komunikator (orang) berkomunikasi
(bercakap menulis membaca mendengar menonton dan sebagainya) untuk jangka masa tertentu
melalui media.

- Littlejohn, 1996

Teori komunikasi adalah suatu teori atau sekumpulan "pemikiran kolektif" yang
didapati dalam keseluruhan teori terutama yang berkaitan proses komunikasi.

- Borman, 1989

Teori komunikasi adalah suatu perkataan atau istilah yang merupakan payung untuk
semua perbincangan dan analisis yang dibuat secara berhati-hati, sistematik dan sadar, tentang
komunikasi.

Teori memiliki dua ciri umum, yaitu pertama semua teori adalah abstrak tentang suatu
hal, yang berarti suatu teori bersifat terbatas. Kedua, semua teori adalah konstruksi ciptaan
individual manusia. Oleh karena itu, sifatnya relatif dalam arti tergantung pada cara pandang
si pencipta teori, sifat dan aspek yang diamati serta kondisi-kondisi lain yang mengikat seperti
waktu, tempat dan lingkungan sekitarnya.
Jadi berdasarkan hal di atas teori adalah setiap upaya untuk menjelaskan kembali
pengalaman adalah suatu teori, suatu ide tentang bagaimana peristiwa tertentu terjadi. Setiap
orang menggunakan teori-teori kita tidak bisa hidup tanpa itu. Teori-teori menuntut kita dalam
mengambil keputusan-keputusan dan mengambil tindakan-tindakan dan teori-teori berubah
dari waktu ke waktu saat kita melihat hal-hal baru dan memerlukan pandangan-pandangan
baru. Teori-teori kita mengidentifikasikan pola-pola dari peristiwa lingkungan sehingga kita
tahu apa yang kita harapkan. Teori-teori itu menarik perhatian kita kepada aspek-aspek penting
dalam kehidupan sehari-hari. Teori-teori menolong kita memutuskan apa yang penting dan apa
yang tidak dan teori-teori memungkinkan kita memprediksi Apa yang akan terjadi kemudian.

KOMPONEN KONSEPTUAL DAN JENIS – JENIS TEORI KOMUNIKASI

Pengertian konsep

Konsep adalah gagasan abstrak, ini juga merupakan gagasan umum atau pemahaman
tentang sesuatu. Dalam penggunaan informal, konsep istilah mengacu pada ide apa pun, tetapi
juga memiliki arti khusus dalam berbagai bidang seperti linguistik, filsafat, psikologi,
matematika, dan fisika. Dalam filsafat, konsep adalah citra mental yang berhubungan dengan
entitas atau kelas entitas tertentu, atau fitur-fiturnya yang penting atau menentukan penerapan
suatu istilah, berperan dalam penggunaan alasan atau bahasa. Dengan kata lain, itu adalah ide
abstrak yang mewakili karakteristik dasar dari apa yang diwakilinya.

Pengertian konsep menurut para ahli :

1. Woodruf , mendefinisikan konsep sebagai adalah suatu gagasan/ide yang relatif sempurna
dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara
seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau bendabenda melalui pengalamannya
(setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit, konsep merupakan
suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat
abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari
pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu.

2. Dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Konsep merupakan abstrak, entitas
mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau
hubungan. Pengertian Konsep sendiri adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara
merata untuk setiap extensinya. Konsep juag dapat diartikan pembawa arti.

3. Pengertian Konsep sendiri adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata
untuk setiap extensinya. Konsep juga dapat diartikan pembawa arti.

4. Soedjadi, mendefinisikan konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk menagadakan
klasifikasi atau penggolongan yang apad umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau
rangakaian kata.

5. Bahri, menjelaskan konsep adalah satuan ahli yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri yang sama.

Komponen konseptual

sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang
bersifat, multidisipliner, definisi-definisi mengenai komunikasi yang diberikan para ahli pun
sangat beragam. Masing-masing punya penekanan arti, cakupan, dan konteksnya yang berbeda
satu sama lainnya. Frank E.X. Dance (1976), seorang sarjana Amerika yang menekuni bidang
komunikasi, menginventarisasi 126 definisi komunikasi yang berbeda-beda satu sama lainnya.
Dari definisi-definisi ini ia menemukan adanya 15 (lima belas) komponen konseptual pokok.
Berikut adalah gambaran mengenai kelima belas komponen tersebut disertai dengan contoh-
contoh definisinya.

1. Simbol-simbol/verbal/ujaran “Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara


verbal” (Hoben, 1954). Komunikasi verbal berupa kata-kata yang diucapkan langsung
(berbicara) bisa dilakukan secara langsung (face to face) atau dengan perantara media,
contohnya berinteraksi menggunakan sosial media atau telepon genggam. Sedangkan
komunikasi verbal yang melalui tulisan bisa dilakukan menggunakan media seperti surat,
postcard, chating di media sosial, dan sebagainya.

2. Pengertian/pemahaman “Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa memahami
dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan
berubah sesuai dengan situasi yang berlaku” (Anderson, 1959).

3. Interaksi/hubungan/proses sosial “Interaksi, juga dalam tingkatan biologis adalah salah satu
perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan kebersamaan tidak akan
terjadi” (Mead, 1963).
4. Mengurangi ketidakpastian “Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk
mengurangi ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego”
(Barnlund, 1964).

5. Proses “Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan
lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol, seperti kata kata, gambar-gambar, angka-angka,
dan lain-lain” (Berelson dan Steiner, 1964).

6. Pengalihan/penyampaian/pertukaran “Penggunaan kata komunikasi tampaknya menunjuk


kepada adanya sesuatu yang dialihkan dari suatu benda atau orang ke benda atau orang lainnya.
Kata komunikasi kadang-kadang menunjuk kepada yang dialihkan, alat yang dipakai sebagai
saluran pengalihan, atau menunjuk kepada keseluruhan proses upaya pengalihan. Dalam
banyak kasus, hal yang dialihkan itu kemudian menjadi milik atau bagian bersama. Oleh karena
itu, komunikasi juga menuntut adanya partisipasi.” (Ayer, 1955).

7. Menghubungkan/menggabungkan “Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan


satu bagian dalam kehidupan dengan bagian lainnya.” (Ruesch, 1957).

8. Kebersamaan “Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula
dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.”
(Gode, 1959).

9. Saluran/alat/jalur “Komunikasi adalah alat pengiriman pesan-pesan kemiliteran


perintah/order, dan lain-lain, seperti telegraf, telepon, radio, kurir, dan lain-lain.” (American
College Dictionary).

10. Replikasi memori “Komunikasi adalah proses yang mengarahkan perhatian seseorang
dengan tujuan mereplikasi memori.” (Cartier dan Harwood, 1953).

11. Tanggapan diskriminatif “Komunikasi adalah tanggapan diskriminatif dari suatu organisme

terhadap suatu stimulus.” (Stevens, 1950).

12. Stimuli “Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian informasi yang
berisikan stimuli diskriminatif, dari suatu sumber terhadap penerima.” (Newcomb, 1966).

13. Punya tujuan/kesengajaan “Komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja
dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak penerima.”
(Miller, 1966).
14. Waktu/situasi “Proses komunikasi merupakan suatu transisi dari suatu keseluruhan struktur
situasi ke situasi yang lain sesuai pola yang diinginkan.” (Sondel, 1956).

15. Kekuasaan/kekuatan “Komunikasi adalah suatu mekanisme yang menimbulkan


kekuatan/kekuasaan.” (Schacter, 1951).

Kelima belas komponen konseptual tersebut di atas merupakan kerangka acuan yang
dapat dijadikan sebagai dasar dalam menganalisis fenomena peristiwa komunikasi.
Komponen-komponen tersebut, baik secara tersendiri, secara gabungan (kombinasi dari
beberapa komponen) ataupun secara keseluruhan, dapat dijadikan sebagai fokus perhatian
dalam penelitian.

Jenis – jenis teori komunikasi

Menurut Littlejohn (1989), berdasarkan metode penjelasan serta cakupan objek


pengamatannya, secara umum teori-teori komunikasi dapat dibagi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama disebut kelompok “teori-teori umum” (general theories). Kelompok kedua
adalah kelompok “teori-teori kontekstual” (contextual theories). Ada empat jenis teori yang
diklasifikasikan masuk ke dalam kelompok teori-teori umum:

(1) Teori-teori fungsional dan struktural.


Ciri dan pokok pikiran dari teori ini adalah: Individu dipengaruhi oleh struktur sosial atau
sistem sosial dan individu bagian dari struktur. Sehingga cara pandangnya dipengaruhi struktur
yang berada di luar dirinya. Pendekatan ini menekankan tentang sistem sebagai struktur yang
berfungsi.
(2) Teori-teori Behavioral dan kognitif.
Teori ini berkembang dari ilmu psikologi yang memusatkan pengamatannya pada diri manusia
secara individual. Contoh teori atau model yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah
Model Psikologi Comstock tentang efek televisi terhadap individu. Tujuan model ini adalah
untuk memperhitungkan dan membantu memperkirakan terjadinya efek terhadap tingkah laku
orang perorang dalam suatu kasus tertentu, dengan jalan menggabungkan penemuan-penemuan
atau teori-teori tentang kondisi umum dimana efek selama ini dapat ditemukan.,
(3) teori-teori konvensional dan interaksional,
Teori ini beranggapan bahwa agar komunikasi dapat berlangsung, individu-individu yang
berinteraksi menggunakan aturan-aturan dalam menggunakan lambang-lambang. Bukan hanya
aturan mengenai lambang itu sendiri tetapi juga harus sepakat dalam giliran berbicara,
bagaimana bersikap sopan santun atau sebaliknya, bagaimana harus menyapa dan sebagainya.
Teori ini berkembang dari aliran interactionisme simbolik yang menunjukan arti penting dari
interaksi dan makna.
(4) teori-teori kritis dan interpretif.
Jenis teori ini berkembang dari tradisi sosiologi interpretift, yang dikembangkan oleh Alfred
Schulzt, Paul Ricour et al. sementara teori kritis berkembang dari pemikiran Max Weber,
Marxisme dan Frankfurt School.Interpretif berarti pemahaman (verstechen) berusaha
menjelaskan makna dari suatu tindakan. Karena suatu tindakan dapat memiliki banyak arti,
maka makna idak dapat dengan mudah diungkap begitu saja. Interpretasi secara harfiah
merupakan proses aktif dan inventif.
Teori interpretif umumnya menyadari bahwa makna dapat berarti lebih dari apa yang
dijelaskan oleh pelaku. Jadi interpretasi adalah suatu tindakan kreatif dalam mengungkap
kemungkinan-kemungkinan makna. Implikasi social kritis pada dasarnya memiliki implikasi
ekonomi dan politik, tetapi banyak diantaranya yang berkaitan dengan komunikasi dan tatanan
komunikasi dalam masyarakat. Meskipun demikian teoritisi kritis biasanya enggan
memisahkan komunikasi dan elemen lainnya dari keseluruhan system. Jadi, suatu teori kritis
mengenai komunikasi perlu melibatkan kritik mengenai masyarakat secara keseluruhan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa teori interpretif ditujukan untuk memahami pengalaman
hidup manusia, atau untuk menginterpretasikan makna-makna teks. Sedangkan teori kritis
berkaitan dengan cara-cara di mana kondisi manusia mengalami kendala dan berusaha
menciptakan berbagai metode untuk memperbaiki kehidupan manusia.

Sementara kelompok teori-teori kontekstual terdiri dari teori-teori tentang :

(1) komunikasi antarpribadi


Lawrence dan Rogers mengatakan demikian “komunikasi antar pribadi ditandai oleh
adanya tindakan pengungkapan oleh seorang pengamat secara sadar ataupun tidak terhadap
tindakan yang dilakukan oleh pihak lain, dan kemudian melakukan kembali bahwa tindakan
yang pertama sudah diamati oleh pihak lain. Kesadaran akan pengamatan merupakan kejadian
yang mengisyaratkan terciptanya jalinan antar-pribadi. maka komunikasi antar pribadi
sesungguhnya baru akan
tercipta kalau terdapat kesadaran dari dua pihak untuk mengamati keadaan masing-masing
pihak dan memberikan respon atas keadaan tersebut sebagaimana sifat komunikasi, maka
hubungan yang terjadi ditandai dengan adanya sikap saling memperhatikan, saling memahami,
penuh pengertian dan keakraban. Pemahaman yang dimaksud tidak hanya terjadi pada materi
komunikasi, tetapi juga pada pemahaman terhadap keunikan pribadi masing-masing.
Kesadaran akan perbedaan-perbedaan inilah yang memungkinkan komunikasi tumbuh dan
berkembang.
Adapun fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insan
(human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi
ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Melalui
komunikasi antarpribadi, individu dapat berusaha membina hubungan yang baik dengan
individu lainnya, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik di antara
individu - individu tersebut.
Adapun ciri-ciri komunikasi antarpribadi yaitu komunikasi dilakukan secara tatap muka,
proses komunikasinya bebas tanpa aturan secara sistematis, kedudukan sama atau hampir sama
atau tidak ada dominasi pembicaraan, dan sumber dan penerima sulit dibedakan karena
keduanya bertindak sebagai komunikator (sumber pesan) sekaligus sebagai komunikan
(penerima pesan).
(2) komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang
dalam satu kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya.
Michael burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka
antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagai informasi,
menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi
kelompok diatas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki
susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok. Selain itu komunikasi
kelompok juga merupakan proses komunikasi yang berlangsung 3 orang atau lebih secara tatap
muka dimana anggota-
anggotanya saling berinteraksi satu sama lain. Tidak ada jumplah batasan anggota yang pasti,
2-3 orang atau 20-30 orang. Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan pula
komunikasi antar pribadi.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi
satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang
mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga,
kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah mengadakan
rapat untuk mengambil keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi
antar pribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi
komunikasi kelompok.

Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut :


a.Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
b.Kelompok memiliki sedikit partisipan;
c.Kelompok bekerja dibawah arahan seorang pemimpin;
d.Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
e.Anggota kelompok memiliki pengaruh atas sama lain.
Karena jumlah komunikan itu menimbulkan konsekuensi, jenis ini diklasifikasikan
menjadi komunikasi kelompok kecil dan kelompok komunikasi besar. Dasar
pengklasifikasiannya bukan julah yang dihitung secara matematis, melainkan kesempatan
komunikan dalam menyampaikan tanggapannya.
(3) komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi adalah pengirim dan penerima berbagai pesanorganisasi didalam
kelompok formal maupun informal di suatu organisasi. Bila organisasi semakin besar dan
kompleks maka akan mengakibatkan semakin kompleks pula proses komunikasinya.
Organisasi kecil yang anggotanya hanya tiga orang, proses komunikasi yang anggotannya
seribu orang menjadi komunikasinya sangat kompleks.
Komunikasi dapat bersifat formal dan informal. Komunikasi formaladalah komunikasi yang
disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. isinya
berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus
dilakukan dalam organisasi. misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-
surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.
Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotannya secara individual.
(4) komunikasi massa.
Komunikasi Massa memiliki keberagaman teori yang dikemukakan oleh para ahli dalam
mendefinisikan apa itu komunikasi massa. Istilah komunikasi massa menurut Denis McQuail
(2011:4) dalam bukunya Teori Komunikasi Massa dicetuskan sesuai dengan konteks media
massa pada awal abad ke dua puluh untuk menarasikan fenomena sosial baru yang muncul
pada era industrialisme dan demokrasi populer.
Menurut John Vivian (2008:450) Komunikasi massa adalah sebuah proses yang
menggunakan medium massa untuk memberi pesan kepada khalayak luas atau audien dengan
tujuan memberikan informasi, mempersuasi, dan menghibur.
Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (Nurudin, 2011:12), bahwa komunikasi
massa adalah sebuah proses produksi pesan-pesan secara massal/tidak sedikit itu disebarkan
kepada massa penerima pesan yang heterogen, luas, dan anonim.
Menurut Josep A Devito, Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang
diarahkan pada massa, kepada khalayak yang sangat banyak. Kedua, komunikasi massa adalah
kominikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar dalam format audio dan atau visual.
Sedangkan definisi komunikasi massa yang diungkapkan oleh Michael W Gamble dan
Teori Kwal Gamble (Nurudin, 2011:8-9), berpendapat bahwa sesuatu yang dapat di definisikan
sebagai komunikasi massa mengandung hal-hal berikut :
Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan
atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu
disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, televisi, film, internet atau
gabungan diantara media tersebut.
Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud
mencoba berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui
satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula
dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak mengenal satu
sama lain.
Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan-pesan ini bisa didapatkan dan diterimah oleh
banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik.Sebagai sumber, komunikator massa biasanya
organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain komunikatornya
tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada
keuntungan bukan organsasi suka rela atau nirlaba.
Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi). Artinya, pesan-pesan
yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut
sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antar pribadi, kelompok
atau publik, dimana yang mengontrol tidak oleh sejumlah individu. Beberapa individu dalam
komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan.
Contoh adalah seorang reporter, editor film, penjaga rublik dan lembaga sensor lain dalam
media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper.
Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikai
lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar personal. Dalam
komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat
kabar, televisi, film dan lainnya tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed).
STUDI KASUS

CONTOH 1

Fita Fathurokhmah

ABSTRAK Hamidah Pola Komunikasi Antarpribadi Nonverbal Penyandang Tuna


rungu (Studi Kasus Di Yayasan Tuna Rungu Sehjira Deaf Foundation) Joglo Kembangan
Jakarta-Barat Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan
itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa
sebagai alat penyalurnya. Oleh karena itu manusia dalam hidupnya tidak akan pernah terlepas
dari komunikasi. Salah satu bentuk komunikasi yakni komunikasi antarpribadi nonverbal yang
digunakan dalam sebuah lingkup seseorang yang mengalami keterbatasan fisik seperti
tunarungu dalam menggunakan komunikasi nonverbal. Adapun pertanyaan mayornya adalah
bagaimana pola komunikasi antarpribadi tunarungu di yayasan tuna rungu dalam Meaning,
Language dan thought untuk tuna rungu ringan dan tuna rungu berat? Pertanyaan minornya
Apa faktor pendukung dan penghambat dalam komunikasi bagi penyandang tunarungu di
yayasan Sehjira Deaf Foundation dari segi intelegensi, bahasa dan bicara emosi dan sosial?
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus, yakni metode
penelitian yang menggunakan sumber data dengan sebanyak mungkin agar dapat digunakan
untuk meneliti, menguraikan serta menjelaskan bagaimana aspek dari individu, kelompok atau
peristiwa secara sistematis. Studi kasus ini menggunakan tipe deskriptif dengan cara ini peneliti
berlandaskan pada teori dan kerangka konseptual sehingga peneliti dapat menghasilkan suatu
analisis yang terkonsep melalui teori dengan studi kasus tersebut. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolik George Herbert Mead, yang memandang
cara bagaimana seseorang dapat tergerak dan bertindak berdasarkan makna yang diberikan
kepada orang lain, serta makna tercipta karena adanya bahasa dan interaksi yang dilakukan.
Penelitian ini menemukan bahwa proses komunikasi antarpribadi nonverbal bagi penyandang
tuna rungu ringan menggunakan kinesik dan vokalik, yakni dimana bahasa tubuh digunakan
untuk interaksi dan difungsikan sebagai repetisi atau pengulangan dari tindakan verbal.
Sedangkan penyandang tuna rungu berat menggunakan kinesik dan ruang dalam melakukan
komunikasi mereka sebab tuna rungu berat lebih membutuhkan jarak dalam berkomunikasi.
Dan bahasa nonverbal yang difungsikan bagi penyandang tuna rungu berat sebagai subtitusi
atau bahasa nonverbal dipergunakan untuk mengganti bahasa verbal yang ada. Penyandang
tuna rungu mempunyai faktor penghambat dalam proses komunikasi yakni dari segi
intelegensi, bahasa dan bicara, serta emosi dan sosial. Serta gangguan semantik dan noice yang
menjadi penghambat dalam proses komunikasi. Bahasa nonverbal menjadi salah satu
komunikasi yang efektif bagi mereka. Karena menjadi salah satu alat bantu mereka dalam
melakukan komunikasi. Peneliti juga menemukan pola komunikasi interaksionisme simbolik
pada tuna rungu ringan dan berat dalam memaknai dirinya sebagai I, self dan other inklusif
bagi kalangan tuna rungu, karena mereka berkomunikasi hanya pada sesama tuna rungu, tidak
banyak melakukan interaksi dengan masyarakat luas. Tuna rungu ringan dan berat
menggunakan bahasa isyarat SIBI dibandingkan BISINDO.

CONTOH 2

Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai macam teori komunikasi dalam kehidupan manusia
yang meliputi: teori tentang komunikasi interpersonal, teori tentang komunikasi kelompok,
teori tentang komunikasi organisasi, teori komunikasi dalam media baru, teori tentang
komunikasi massa dan teori tentang komunikasi tentang budaya. Mahasiswa mampu
menganalisa proses komunikasi dalam kehidupan sosial sehari-hari dengan mengaitkan dengan
teori komunikasi yang telah dipelajari.
KESIMPULAN

Konsep dasar komunikasi, Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi


(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi
dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

Komponen konseptual dan jenis jenis teori komunikasi ada 15, yaitu :
1. Simbol-simbol/verbal/ujaran
2. Pengertian / pemahaman
3. Interaksi / hubungan / prose sosial
4. Pengurangan rasa ketidakpastian
5. Proses
6. Pengalihan / penyampaian / pertukaran
7. Menghubungkan/menggabungkan
8. Kebersamaan
9. Saluran / alat / jalur
10. Replikasi / memori
11. Tanggapan diskriminatif
12. Stimuli
13. Tujuan / kesengajaan
14. Waktu / situasi
15. Kekuasaan / kekuatan

Dengan mempelajari teori komunikasi, manusia bisa memperoleh pemahaman mendalam


terhadap kondisi lingkungan yang lebih kompleks, serta membantu manusia berpikir lebih
adaptif dalam mencari cara alternatif terbaik untuk menganalisis sebuah fenomena.

Tiga Konseptualisasi Komunikasi menurut Prof. Deddy Mulyana dalam Ilmu


Komunikasi: Suatu Pengantar

1. Komunikasi sebagai tindakan satu-arah.


2. Komunikasi sebagai interaksi.
3. Komunikasi sebagai transaksi.
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Lesfi.

Effendi, Uchjana, Onong. 2000. Ilmu, Teori dan Filfasat.

Berger & Chaffee (Eds.) (1987).

Handbook of Communication Science.

Beverly Hills, Califomia; Sage.

Littlejohn, S.W. (2002). “Theories of Human Communication”, 3rd, 7th Editions. Belmont,

Califomia: Wadsworth Publishing Company.

Littlejohn, S.W. & Foss, K.A. (2008).

“Theories of Human Communication”, 9th Editions. Belmont, Califomia: Wadsworth

Publishing Company.

Lawrence dan Rogers, Pengertian Komunikasi, (Jakarta: Alfabeta, 1981), hal. 47.

Abu Huraerah dan Purwanto, Dinamika Kelompok, (Bandung, PT.Refika Aditama, 2006),

hlm.34.

Onong Uchjana Effendy,Dinamika Komunikasi,(Bandung,PT.Remaja

Rosdakarya)1986,hlm.8.

eprints.umm.ac.id

https://eprints.umm.ac.id › ...PDF

2.1. Komunikasi Massa - UMM Institutional Repository.

You might also like