Professional Documents
Culture Documents
Konsep Desain Menara Ship Traffic Control (Studi Kasus Di Pelabuhan Padang Bai, Propinsi Bali)
Konsep Desain Menara Ship Traffic Control (Studi Kasus Di Pelabuhan Padang Bai, Propinsi Bali)
net/publication/337635699
CITATIONS READS
0 288
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Muhammad Fakhruriza Pradana on 29 November 2019.
Ship Traffic Control (STC) adalah system pemantauan lalu lintas laut. Fungsinya
serupa dengan Air Traffic Contol (ATC) dalam dunia penerbangan. Menara STC
adalah tampat dimana system pemantauan lalu lintas laut dilakukan. Fungsi STC
adalah untuk melakukan komunikasi dengan kapal-kapal yang akan masuk dan
keluar dermaga serta pengawasan terhadap proses kedatangan dan keberangkatan
kapal. Sistem pengawasan dilakukan oleh tim jaga secara visual dan komunikasi
verbal melalui radio komunikasi terhadap kapal-kapal yang menggunakan jasa
pelabuhan.
1. Kondisi Eksisting
a. Batas Tapak dan Kondisi sekitar
Pada bagian awal dilakukan anlisa terhadap view untuk memaksimalkan potensi
pandang dari dan atau ke bangunan STC. Untuk view ke dalam pada ke pelabuhan
Padang Bai akan lebih berpotensi dari pintu masuk pelabuhan yang merupakan
akses utama ke tapak. Potensi dari tapak pada lokasi STC yang terpilih adalah:
Pada lokasi tapak terletak di pinggir pantai sehingga memudahkan untuk view
kearah pantai guna memaksimalkan fungsi STC sebagai menara pengawas.
Pada lokasi tapak juga memiliki kontur yang cenderung datar sehingga tidak
memerlukan pekerjaan cut and fill yang banyak.
Untuk batasan tapak dapat menyesuaikan dengan bentuk yang dihasilkan
bangunan. Bentuk masa bangunan yang dihasilkan berdasarkan dengan
system struktur rigid frame. Penggunaan system struktur rigid frame sebagai
dasar dari perletakan dan bentuk bangunan STC sangat sesuai dengan
kondisi bentuk tapak yag tidak beraturan dan cenderung memanjang.
Sedangkan kekurangan Tapak dari lokasi terpilih adalah kawasan yang berada di
tepi pantai membuat suhu udara disekitar tapak lebih terasa panas dan vegetasi
didalam tapak tidak terlalu banyak.
Lokasi
STC
d. Analisis Matahari
Kondisi eksisting dari sirkulasi matahari dalam tahap ini bertujuan untuk mengetahui
orientasi matahari terhadap bangunan tapak. Bangunan STC merupakan daerah
kawasan pantai sehingga perlu adanya pertimbangan sinar matahari terhadap
bangunan. Sebaiknya orientasi matahari terhadap bangunan diarahkan lebih kecil
dibandingkan orientasi angin untuk penyegaran udara secara optimal.
Beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan didalam Analisa matahari ini
adalah:
Tinggi matahari pada siang hari mencapai 90 derajat
Radiasi matahari langsung cenderung menurun akibat kelembapan yang
tinggi, sedangkan radiasi matahari tidak langsung tinggi.
Suhu sedikit berubah sepanjang hari karena kelembapan menghindari suhu
tinggi.
Permukaan tanah memiliki kapasitas penyimpanan panas yang tinggi dan juga
meningkatkan suhu pada waktu matahari terbenam
Lokasi STC
Letak tapak berada di garis edar matahari, dimana matahari dapat menyinari
seluruh bagian tapak terutama dibagian utara. Pada siang hari matahari tepat
berada di atas seluruh tapak tersinari sempurna sama halnya dengan bagian barat
tapak ketika terbenam.
e. Analisis Angin
Kondisi tapak merupakan kawasan pantai, sehingga sirkulasi angin pada tapak
mencukupi sehingga tiap sisi dapat memaksimalkan potensi angin. Angin ditapak
berpengaruh pengkondisian suhu didalam ruangan, sehingga perlu memanfaatkan
angin dengan tepat. Angin dominan berhembus dari sebelah barat dan utara tapak
disebabkan angin darat dan angin laut. Letak kantor di atas tapak menyebabkan
angin darat sedikit lemah. Dalam alternative ini angin akan dipecah dengan
menggunakan ventilasi dan permainan bentuk fasade.
Lokasi STC
f. Analisis Bentuk
Bentuk bangunan dalam arsitektural merupakan salah satu elemen penting terkait
bentuk merupakan out put dari proses perancangan. Analisis bentuk pada
perancangan STC pada pelabuhan Padang Bai berdasarkan dari struktur
menyesuaikan dengan tema struktur sebagai arsitektur. Keseimbangan memiliki
penempatan elemen-elemen yang harus sedemikian rupa sehingga terdapat
kesetaraan secara keseluruhan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
penggunaan, kombinasi, dan komposisi elemen-elemennya harus merata tanpa ada
yang mendominasi satu sama lain. Berdasarkan sifat tersebut maka yang sesuai
dengan kriteria keseimbangan adalah bentuk bujur sangkar.
Pada lokasi tapak dipilih bentuk dengan memasukan unsur lengkung dan kotak dan
tidak kaku. sifat struktur lengkung yang lentur pada fasade untuk memunculkan
kesan yang dinamis namun tidak berlebihan pada bentuk bangunan. Bangunan
dengan bentuk lengkung terlihat kontras dengan aktivitas bongkar muat yang
menjadi fungsi utama pelabuhan. Bentuk yang melengkung dapat membagi beban
dengan merata diseluruh sisi. Pembagian beban yang merata ini dapat mengurangi
atau memperkecil getaran yang menerpa bangunan. Dari bentuk lengkung ini juga
dapat memaksimalkan potensi angin ditapak. Dengan bentuk lengkung ini dapat
mengalirkan angin keseluruh bangunan.
Material yang digunakan pada desain STC ini adalah material beton, baja, dan
kaca. Material ini dipilih karena untuk mewakili keseimbangan dengan sifat kokoh
yang menunjukkan seimbang itu sendiri, tidak mudah goyah. Berdasarkan hal
tersebut maka material yang mewakili sifat keseimbangan dan material yang
bersifat kokoh adalah baja dan beton. Selain itu material ini dipilih karena
kesinambungan diwakili oleh sifat dinamis yang fleksibel dan berkesan mengurangi
hambatan fisik /bentuk dan visual. Berdasarkan hal tersebut maka material yang
mewakili sifat kesinambungan dan material yang bersifat dinamis adalah kaca.
System pengkondisian udara pada STC ini dilakukan pertama dengan sistem
pengkondisian udara alami. Penghawaan alami adalah pengkondisian udara tanpa
melibatkan alat mekanik, sehingga hanya melibatkan lubang bukaan. Lubang
bukaan dalam adalah lubang ventilasi. Lubang ventilasi berguna sebagai pintu
masuk bagi udara bersih dan pintu keluar dari udara kotor. Sisi positif dari
pengkondisian udara secara alami adalah dengan semakin hematnya penyediaan
energi. Energi yang tersedia dari sebuah kompleks bangunan seringkali tersedot
untuk penyediaan penghawaan dan pencahayaan.
Selain dengan cara alami, pada STC ini juga dilakukan sistem pengkondisian udara
buatan. Pengkondisian udara secara buatan menggunakan alat mekanik yang
sering disebut air conditioner atau populer disebut dengan AC. AC digunakan agar
suhu ruangan menjadi sejuk sekitar 24° C sampai dengan 20 °C.
Untuk ruang dalam STC menggunakan kombinasi antara pencahayaan buatan dan
pencahayaan alami jika dimungkinkan baik melalui bukaan jendela dan skylight
pada atap. Sedangkan system pengkondisian udara terhadap bangunan terdiri atas
dua jenis, yaitu sistem pengkondisian udara alami dengan melibatkan lubang
bukaan dan sistem pengkondisian udara buatan dengan menggunakan alat
mekanik yang sering disebut air conditioner atau populer disebut dengan AC.
Sirkulasi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam efisiensi
pergerakan antar ruang atau antar satu bangunan dengan bangunan lainnya.
Pada bangunan STC ini digunakan Sistem sirkulasi vertikal. Sistem sirkulasi
vertikal merupakan sistem sirkulasi yang menghubungkan antara lantai perlantai
karena itu pada bangunan yang bertingkat sirkulasi vertikal merupakan sistem
sirkulasi yang sangat penting. Sistem sirkulasi pada STC ini berupa tangga karena
pada STC ini di design dengan ketinggian tiga lantai. Tangga yang dipakai harus
memenuhi standar keamanan dengan tinggi antar anak tangga antara 16-20 cm
dengan lebar anak tangga 26 -30 cm.
Untuk perhitungan Balok didapatkan hasil perhitungan seperti gambar dan 2 tabel di
bawah ini: