You are on page 1of 13
GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR + 202 TENTANG PENYELENGGARAAN MUATAN LOKAL PENDIDIKAN KEBENCANAAN Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, bahwa wilayah provinsi Sulawesi selatan memiliki kondisi geografis, geologis, dan demografis yang rawan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun oleh perbuatan manusia yang menyebabkan kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dampak psikologis dan korban jiwa, sehingga diperlukan pengetahuan tentang pendidikan kebencanaan; bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pendidikan, antara lain menyatakan Pemerintah Provinsi dapat menetapkan kurikulum muatan lokal pendidikan menengah dan pendidikan khusus; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Penyelenggaraan Muatan Lokal Pendidikan Kebencanaan; Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 47 Prp. Tahun 1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat | Sulawesi Utara Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2102) Juncto Undang-Undang Nomor 13 Tahun ai 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dengan mengubah Undang-Undang Nomor 47 Prp Tahun 1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara dan Daerah Tingkat 1 Sulawesi Utara Tengah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2687}; Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723}; Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan, Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398); Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimanan telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 7 10, 12. 3+ Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670); Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4941) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6058); Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2019 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1); Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036), scbagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita, ‘Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157}; Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016 Menetapkan = Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 287) ‘MEMUTUSKAN: PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENYELENGGARAAN ‘MUATAN LOKAL PENDIDIKAN KEBENCANAAN. BABI KETENTUAN UNUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan: 1, Daerah adalah Provinsi Sulawesi Selatan 2. Pemerintah Daerah adalah Gubemnur sebagai _unsur penyelenggara pemerintah daerah yang —_memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Selatan. 4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala Dacrah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, Dinas adalah dinas yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan bidang Pendidikan. 6. Kepala Dinas adalah kepala dinas yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan bidang Pendidikan. 7. Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan Pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan pada jalur formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis Pendidikan, 8. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun factor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis 9. Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiva atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, kekeringan, angin topan, tanah es: longsor, kebakaran hutan/lahan karena faktor alam, kejadian antariksa/benda-benda angkasa. 10. Bencana Non Alam adalah kebakaran hutan/lahan disebabkan Karena manusia, kecelakaan transportasi, kegagalan konstruksi/teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan, kegiatan keantariksaan, dan kejadian Iuar biasa yang diakibatkan oleh hama penyakit tanaman, epidemik dan wabah. 11. Bencana Sosial adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia, meliputi kerusuhan sosial dan konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror. 12, Pendidikan kebencanaan adalah pendidikan untuk ‘mengurangi risiko bencana dan keselamatan dan keamanan sekolah dan membantu anak-anak memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup pada saat kejadian bencana. 13. Kurikulum Kebencanaan adalah materi pelajaran tentang kebencanaan yang akan diajarkan di sekolah Pasal 2 Ruang lingkup Peraturan Gubernur ini, meliputi a. pengetahuan kebencanaan; tanggung jawab dan wewenang; penyelenggaraan muatan lokal pendidikan kebencanaan; peran serta masyarakat; monitoring dan evaluasi; dan pendanaan. Pasal 3 a Asas dalam penyclenggaraan muatan lokal Pendidikan Kebencanaan, yaitu fa. kemanusiaan; b. keadilan; c. kesamaan kedudukan dalam = hukum — dan pemerintahan; d. kescimbangan, keselarasan, dan keserasian; e. ketertiban dan kepastian hukum; -6- £.kebersamaan; g kelestarian budaya dan lingkungan hidup; dan hh, berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (2) Prinsip partisipasi dalam penyclenggaraan muatan lokal Pendidikan Kebencanaan, yaitu: a. _pengurangan resiko; b. cepat dan tepat; ©. prioritas; 4. koordinasi dan keterpaduan; ce. berdayaguna dan berhasil guna; fkepentingan umum; & proporsionalitas; h. profesionalitas; i. kemitraan; pemberdayaan; nondiskriminasi; nonproletis; kemandirian; kearifan lokal; membangun kembali kearah yang lebih baik; dan erkelanjutan. pes Pasal 4 ‘Muatan lokal pendidikan kebencanaan bertujuan: a. meningkatkan pengetahuan tentang bencana, _siaga bencana dan risiko bencana; gkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana baik secara individu maupun kolektif; cc. meningkatkan keterampilan siaga bencana; d, meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana;, fe. mengembangkan _kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana; dan f. meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak, a @ 6) 4) BABII PENGETAHUAN KEBENCANAAN Pasal S Pengetahuan Kebencanaan dalam _penyelenggaraan kurilculum muatan lokal pendidikan kebencanaan meliputi: penyelenggaraan penanggulangan bencana; . pencegahan bencana; . risiko bencana; d. penyelenggaraan penanggulangan bencana; kesiapsiagaan; peringatan dini; mitigasi; tanggap darurat bencana; korban bencana; j. pemulihan; k, rehabilitasi; dan L. rekonstruksi Penyelenggaraan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, meliputi prabencana, tanggap darurat, pemulihan dini dan pasca bencana, Pencegahan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana_maupun pengurangan kerentanan pihak yang terancam bencana, Risiko bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (I) huruf ¢ adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu, berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, rmengungsi, kerusakan atau kehilangan aria benda, dan gangguan terhadap kegiatan masyarakat. Penyclenggaraan penanggulangan bencana_scbagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. @ ®) °) (29) an 02) (13) Kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ¢ adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian, serta ‘melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna, Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan, terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang Mitigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (I) huruf ¢ adalah serangkaian upaya untuk mengurangi_ risiko beneana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Tanggap darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf fy adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian beneana untuk menangani dampak buruk yang ditimbullan, meliputi Kegiatan evakuasi korban, penyelamatan nyawa dan harta benda, pemenuhan Kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, serta pemulihan darurat prasarana dan sarana Korban bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf { adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau smeninggal dunia akibat bencana, Pemulihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j adalah upaya yang dilakukan pada saat pascabencana, yang terdiri dari rehabilitasi dan rekonstruksi Rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik sampai pada tingkat yang memadai dengan sasaran ‘utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupanmasyarakat pada wilayah pascabencana seperti pada kondisi sebelum terjadinya bencana. Rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf 1 adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, serta kelembagaan pada wilayah pascabencana, bail pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran tama tumbuh—dan_—berkembangnya—_keegiatan. perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan in, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascaben BAB Il TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG Pasal 6 (1) Pemerintah Daerah adalah penanggung jawab dalam penyelenggaraan muatan lokal Pendidikan kebencanaan, (2) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan muatan lokal Pendidikan kebencanaan, pahkan tugas penyelenggaraan kepada Dinas. (3) Scluruh Perangkat Daerah wajib memberikan dukungan teknis kepada Dinas sesuai kebutuhan. Pasal 7 Tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan muatan lokal Pendidikan kebencanaan meliputi @. pengurangan risiko bencana dan pemanduan per jurangan, risiko bencana melalui program kurikulum muatan lokal Pendidikan kebencanaan; dan b. perlindungan anak-anak dari dampak bencana. Pasal 8 Wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan muatan lokal Pendidikan kebencanaan meliputi a. penetapan kebijakan muatan lokal Pendidikan kebencanaan di Daerah, selaras dengan kebijakan pembangunan Daerah; b. pembuatan kurikulum muatan —Iokal__ Pendidikan kebencanaan; dan Pelaksanaan kurikulum muatan lokal_ Pendidikan kebencanaan ditingkatan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan. Peny dita » a @) a) 2) -10- BABIV PENYELENGGARAAN MUATAN LOKAL PENDIDIKAN KEBENCANAAN Pasal 9 Jenggaraan muatan lokal pendidikan kebencanaan sanakan, meliputi sosial ekonomi dan budaya masyarakat; kelestarian lingkungan hidup; kemanfaatan dan efektivitas; lingkup luas wilayah; dan pengajaran muatan lokal kebencanaan pada Pendidikan menengah. Pasal 10 Gubernur dalam rangka penyelenggaraan muatan lokal pendidikan Kebencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, melaksanakan Pendidikan kebencanaan sebagai unsur muatan lokal daerah. Dalam rangka penyelenggaraan muatan Iokal pendidikan kebencanaan, Gubernur dapat berkoordinasi dengan Kabupaten/Kota, Pagal 11 Penyelenggaraan muatan lokal pendidikan kebencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas terkait kegiatan Pendidikan kebencanaan baik secara teknis maupun administratif, Kegiatan Pendidikan kebencanaan secara teknis maupun administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi , penyusunan bahan ajar pendidikan kebencana. . pengembangan bahan ajar pendidikan kebencanaan; . penyuluhan pendidikan kebencanaan; d. pembinaan dan per gembangan pendidikan kebencanaan . pelindungan pendidikan kebencanaan yang mencakup penelitian dan pengkajian; f. pendidikan dan pelatihan bagi guru pendidikan kebencanaan; Me &. pendidikan menengah dan pendidikan program kesetaraan, sebagai mata pelajaran muatan lokal wajib; dan hh, pembelajaran tematik materi pelajaran—sesuai kebutuhan satuan pendidikan masing-masing, Pasal 12 (1) Gubernur mewajibkan satuan —_pendidikan untuk mengajarkan Pendidikan kebencanaan sedikitnya dua jam pada hari sekolah. 2) Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jenjang Pendidikan menengah (sekolah menengah atas/sekolah menengah atas luar biasa/paket c/ sekolah menengah kejuruan). Pasal 13 Gubernur dapat mengangkat guru mata pelajaran Pendidikan kebencanaan sebagai guru profesional pada sckolah binaan Daerah, Pasal 14 Gubernur dapat membuka formasi khusus sertifikasi guru mata pelajaran Pendidikan kebencanaan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, BABV PERAN SERTA LEMBAGA MASYARAKAT Pasal 15 (1) Lembaga masyarakat dapat berperan serta dalam upaya penyelenggaraan Pendidikan kebencanaan. (2) Lembaga masyarakat yang dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari unsur masyarakat yang terhimpun dalam: a. organisasi kemasyarakatan bidang kebencanaat b. badan penanggulangan bencana; dan cc. lembaga non pemerintah lainnya, -2 BAB VI MONITORING DAN EVALUASI Pasal 16 Gubernur melaksanakan monitoring secara berkala atas pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, yang hasilnya digunakan sebagai bahan evaluasi. Pasal 17 Gubernur_membentuk tim monitoring dan evaluasi dalam penyelenggaraan muatan lokal pendidikan kebencanaan yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. BAB VII PENDANAAN Pasal 18 Pendanaan — penye enggeraan muatan lokal _pendidikan kebencanaan bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan/atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pagal 19 (1) Gubernur menugaskan Kepala Dinas untuk melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Kepala Dinas dalam rangka melaksanakan _hal-hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat melakukan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya, oe BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada (anggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, —_memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan pencmpatannya dalam Rerita Daerah Provinsi Sulawesi Selaun. Ditetapkan di Makassar pada tanggal 6 .yrit > QuBRRNUR SULAWESI SELATAN, EQURDIN ABDULLAH Diundanykn di Makassar pada tinggnl (SERRETARIS DAERAH PROVINSI ‘SULAWESI SELATAN, - 1 yj HAYAT BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2020 NOMOR

You might also like