You are on page 1of 82

TANGGUNG JAWAB HUKUM PERUSAHAAN PENYELENGGARA IBADAH

UMRAH TERHADAP JAMAAH YANG GAGAL DIBERANGKATKAN


(STUDI ATAS PT. FIRST TRAVEL)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

FADILATUN NISA
NIM : 11150480000005

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440H / 2019M
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Fadilatun Nisa

Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Desember 1997

NIM : 11150480000005

Fakultas / Program Studi : Fakultas Syariah dan Hukum / Ilmu Hukum

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan dengan ketentuan yang beraku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari ditemukan hasil karya penelitian ini plagiat maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Jakarta, 13 Mei 2019

Fadilatun Nisa

(11150480000005)

iv
ABSTRAK

Fadilatun Nisa. 11150480000005. “TANGGUNG JAWAB HUKUM


PERUSAHAAN PENYELENGGARA IBADAH UMRAH TERHADAP
JAMAAH YANG GAGAL DIBERANGKATKAN (STUDI ATAS PT. FIRST
TRAVEL)”. Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas
syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440
H/2018 M.

Studi ini bertujuan untuk menganalisis tanggung jawab penyelenggara


ibdaha umrah terhadap jamaah yang gagal diberangkatkan ke Tanah Suci. Tulisan
ini mengkaji mengenai tanggung jawab First Travel baik secara perdata, pidana,
maupun administratif atas tindak pidana yang diduga telah dilakukannya tersebut.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan


menggunakan pendekatan normatif empiris dan library research dengan
melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan dan buku-buku
yang berkaitan dengan judul skripsi ini.

Hasil penelitian menunjukkan First Travel diduga telah melakukan tindak


pidana penipuan, penggelapan, dan pencucian uang dengan modus umrah. Jumlah
korban mencapai ribuan calon jamaah umrah, dengan kerugian hingga miliaran
rupiah. Pemilik First Travel dikenakan hukuman pidana kurungan 20 tahununtuk
Andika Surachman dan 18 tahun untuk Anniesa Desvitasari Hasibuan. Serta
denda sebanyak Rp. 10.000.000.000,00.

Kata kunci : Tanggung Jawab, PT. First Travel, Jamaah, gagal Berangkat

Pembimbing : 1. Dr. Supriyadi Ahmad, M.A

:2. M. Nuzul wibawa, S.Ag., M.H.

Daftar pustaka : Tahun 1976 sampai 2018

v
KATA PENGANTAR

‫ﺑﺳم ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya,
penyusunan skripsi yang berjudul “TANGGUNG JAWAB HUKUM
PERUSAHAAN PENYEENGGARA IBADAH UMRAH TERHADAP
JAMAAH YANG GAGAL DIBERANGKATKAN (STUDI ATAS PT. FIRST
TRAVEL)” dapat diselesaikan dengan baik, walaupun terdapat beberapa kendala
yang dihadapi saat proses penyusunan skripsi ini. Penelitian skripsi ini tidak dapat
dicapai tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh
rasa hormat saya ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum Sekretaris Program Studi
Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Supriyadi Ahmad, M.A dan M. Nuzul wibawa, S.Ag., M.H.
pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan
pikirannya serta kesabaran dalam membimbing sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan tepat waktu.
4. Mustolih Siradj, S.H., M.H. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum sekaligus
Kuasa Hukum jamaah First Travel yang telah banyak membantu peneliti
dalam penulisan skripsi sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian
skripsi dengan tepat waktu.
5. Kepala dan Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Kepala dan Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif

vi
vii

Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas yang memadai guna


menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orang tua tercinta Abuyah Muhammad Sidik Mahfudz dan Umi Siti
Fatimah, Abang tersayang Hasan As-Syaziliy, Adik tersayang Hasbiyalloh
As-Shidqiy dan Naura Azitti Shaliha yang selalu memberikan dukungan
serta doa yang tak pernah henti untuk peneliti. Semoga peneliti dapat
selalu membahagiakan dan membanggakan keluarga serta selalu dalam
ridho Allah SWT.
7. Sahabat tersayang Afiyah Qurrota A’yun yang telah mendengarkan keluh
kesan peneliti selama membuat penelitian, juga telah memberi semangat
yang tak henti kepada peneliti. Serta teman kos Nurul Saadah, Nupit, dan
Ulfah yang telah bersedia menerima peneliti beristirahat juga membagi
WiFi di kamar Kos Bu Yasri.
8. Sahabat tercinta Risye, Yola, Anjani, Sari, Iis, Vedita, Safira, Karina,
Puspa, Eka, Safira yang selalu memberikan warna dalam aktifitas
perkuliahan. Serta senior-senior yang telah sangat membantu dalam
memberikan ilmu dan memotivasi peneliti selama perkuliahan, terkhusus
Ka Berlyn, Ka Ismatun Nadhifah, Bang Badruzzaman.
9. Seluruh civitas Ilmu Hukum 2015 terkhusus Ilmu Hukum A yang selalu
memeriahkan dan sangat membantu peneliti selama di bangku perkuliahan
yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu. Kawan-kawan KKN
Lentera Madani 70 yang telah memberi warna selama sebulan penuh
terkhusus sahabat tersayang Anisa Fitriyani, Fitria Ayuningtyas, Jamsari,
Farhan Yazid, Wahyu Ramadhan.
10. Sahabat Forum Konstitusi dan Demokrasi Terkhusus Wely, Fauzi, Acep,
Tanzil, Tado, Desy yang telah banyak memberikan ilmu dan memotivasi
peneliti. Serta sahabat PMII Ilmu Hukum Komisariat Fakultas Syariah dan
Hukum yang namanya tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
11. Semua Pihak terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang
telah memberikan semangat dan doa tanpa henti kepada peneliti sehingga
viii

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Akhir kata, peneliti berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Terima Kasih.

Jakarta, 2019

Fadilatun Nisa
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1


B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah .................. 4
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .............................. 5
D. Metode Penelitian ................................................................... 6
E. Sistematika Penulisan ........................................................... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TANGGUNGJAWAB


HUKUM PERUSAHAAN JASA TRAVEL UMRAH

A. Kerangka Konseptual ........................................................... 12


B. Kerangka Teori ..................................................................... 15
C. Rivie Kajian Terdahulu ........................................................ 23

BAB III FIRST TRAVEL DAN TANGGUNGJAWAB HUKUM


KEGAGALAN PEMBERANGKATAN JAMAAH UMRAH

A. Sejarah PT. First Travel ........................................................ 26


B. Dasar Hukum ........................................................................ 27
C. Praktik Bisnis PT. First Travel ............................................. 28
D. Kegagalan PT. First Travel................................................... 31

ix
x

BAB IV ANALISIS KASUS TANGGUNG JAWAB PT. FIRST TRAVEL


DALAM PERSPEKTIF PERUNDANG-UNDANGAN

A. Hubungan Hukum antara PT. First Travel dengan Jamaah .. 35


B. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Hukum yang Dilakukan PT.First
Travel .................................................................................... 48
C. Bentuk Tanggung Jawab Hukum PT. First Travel Menurut
UUPK ................................................................................... 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 62
B. Rekomendasi ......................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 78
DAFTAR LAMPIRAN

1. Putusan Pengadilan Nomor : 83/Pid/B/2018/PN.Dpk ................Soft Copy


2. Surat Pencabutan Izin Penyelenggara Umrah ....................................... 67
3. Surat Wawancara ................................................................................... 68
4. Surat Permohonan Dosen Pembimbing ................................................. 69
5. Riwayat Hidup Peneliti .......................................................................... 70

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah adalah rangkaian kegiatan
perjalanan Ibadah Umrah di luar musim haji yang meliputi pembinaan,
pelayanan, dan perlindungan Jemaah, yang dilaksanakan oleh pemerintah
dan/atau penyelenggara perjalanan ibadah umrah. Berdasarkan Kamus
Besar Bahasa Indonesia Umrah adalah kunjungan (ziarah) ketempat suci
(sebagai bagian dari upacara naik haji, dilakukan setiba di Mekah) dengan
cara berihram, tawaf, sai, dan bercukur, tanpa wukuf di padang Arafah,
yang pelaksanaannya dapat bersamaan dengan waktu haji atau di luar
waktu haji; haji kecil. 1
Sebelum tahun 1999, hukum positif Indonesia belum mengenal
istilah konsumen.Variasi penggunaan istilah yang berkaitan dengan
konsumen tersebut mengacu kepada perlindungan konsumen, namun
belum memiliki ketegasan dan kepastian hukum tentang hak-hak
konsumen.
Istilah konsumen berasa dan alih bahasa dari kata consumer, secara
harfiyah arti kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang
yang menggunkan barang. Begitupula Kamus Umum Bahasa Indonesia
mendefinisikan konsumen sebagai lawan produsen, yakni pemakai barang-
barang hasil Industri, bahan makanan, dan sebagainya 2.Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan :
Konsumen adalah setiap orang yang memakai barang dan atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Umrah” artikel diakses pada 03 Januari 2019
pukul 11:33 dari https://kbbi.web.id/umrah
2
WJS, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta :Balai
Pustaka,1976), h. 124

1
2

orang lain maupun makhluk hidup lainnya dan tidak untuk


diperdagangkan.
Perlindungan konsumen harus mendapat perhatian lebih, karena
investasi asing telah menjadi bagian pebangunan ekonomi Indonesia,
dimana ekonomi Indonesia juga berkaitan dengan ekonomi dunia.
Indonesia melalui Undang-Undang Perlindungan Konsumen menetapkan
hak-hak konsumen sebagai berikut :
1. Hak atas keamanan, kenyamanan, dan keselamatan dalam
mengonsumsi barang dan atau jasa
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan
barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, jujur dan mengenal
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa
4. Hak untuk didengar pendapat atau keluhannya atas barang
dan/atau jasa yang digunakannya
5. Hak untuk mendapat advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur
secara tidak diskriminatif
8. Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan
lainnya 3
Maraknya penawaran pemberangkatan ibadah umrah, membuat
para pelaku usaha bersaing ketat demi mendapatkan konsumen yang
banyak. Mulai dari penawaran harga yang lebih rendah dengan fasilitas
yang menjanjikan membuat konsumen tergiur untuk menerima tawaran
3
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: Kencana,2016), h. 50
3

tersebut. Namun, pelaku usaha lupa dengan kewajibannya sehingga


melakukan penipuan yang dapat merugikan konsumen.
Tingginya animo umat Islam untuk melaksanakan ibadah umrah
tersebut merupakan peluang emas bagi para pebisnis. Tidaklah
mengherankan bila kemudian travel-travel atau biro-biro jasa perjalanan
wisata yang telah mendapatkan izin dari Kementerian Agama berlomba-
lomba, bahkan bersaing dengan menawarkan kepada masyarakat sejumlah
paket-paket murah yang menggiurkan. Celakanya adalah, suasana yang
demikian itu (tingginya minat umat Islam melaksanakan ibadah umrah),
juga dimanfaatkan oleh travel-travel nakal yang ilegal, numpang untuk
meraih keuntungan semata dengan cara melakukan rekrutmen sebanyak
mungkin calon jemaah umrah dengan jurusjurus meyakinkan tanpa
memperdulikan kemungkinan dampak negatif atau kerugian yang bakal
diderita oleh para calon jemaah 4.
Dalam etika bisnis menyatakan sikap bisnis tanpa tanggung jawab
sebelum kelalaian serta sikap tak acuh bisnis berubah menjadi suatu yang
berbahaya, dan pelanggaran tidak lagi menjadi pelanggaran etika semata-
mata, namun dapat berubah menjadi tindakan kriminal. Selain itu, etika
bisnis sebagai etika terapan memiliki suatu tujuan memberikan dasar
manusia kepada wadah bisnis yang terkadang terlanjur memiliki sikap
negatif, sebelum segalanya terlambat dan malapetaka lain timbul susul
5
menyusul memakan korban.
Dalam catatan Kementrian Agama ada tiga belas travel umrah yang
dicabut izinnya karena telah merugikan Jama’ah, diantaranya ialah PT.
First Anugerah Karya Wisata (First Travel), PT Amanah Bersama Umat,
PT. Mediterania Travel, Mustaqbal Lima, PT. Ronalditya, PT. Kopindo
Wisata, PT. Timur Sarana Tours & Travel, PT. Diva Sakinah, PT. Hikmah

4
Andi Salman Maggalatung, Legal Protection Against Indonesian Umrah
Jemaah,( Jurnal Cita Hukum Vol. 5 No. 1, 2017), h. 176
5
Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2011), h. 174
4

Sakti Perdana, PT. Biro Perjalanan Wisata Al-Utsmaniyah Tours, PT.


Intercuture Tourindo, PT. Solusi Balad Lumampah, dan PT. Mustaqbal
Wisata Prima.
Sampai November 2018 masih hangat dibicarakan PT. Amanah
Bersama Umat (Abu Tours) yang telah gagal memberangkatkan 86.720
jama’ah ke tanah suci mekah. Serta PT. First Anugrah Karya Wisata (First
Travel) yang gagal memberangkatkan 63.310 calon jama’ah ke tanah suci
mekah, menurut catatan kementrian agama PT. First Tarvel dianggap telah
menggunakan dana calon jama’ah sebesar Rp. 905 miliar.
PT. First Travel menawarkan biaya ibadah umroh yang murah
senilai Rp. 14.300.000. Mereka menjanjikan akan memberangkatkan
calon jama’ah ibadah umroh satu tahun setelah pelunasan pembayaran.
Namun pada kenyataannya, hingga dua tahun berlalu para calon jama’ah
belum juga diberangkatkan ke tanah suci mekah. 6
Berkenaan dengan latar belakang di atas, openeliti tertarik untuk
meneliti kasus tersebut dari perspektif hukum dengan mengkajinya ke
dalam skripsi yang berjuduladalah “TANGGUNGJAWAB HUKUM
PERUSAHAAN PENYELENGGARA IBADAH UMRAH
TERHADAP JAMAAH YANG GAGAL DIBERANGKATKAN
(STUDI ATAS PT. FIRST TRAVEL)”
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diajukan sebelumnya,
maka identifikasi masalah penelitian ini sebagai berikut :
a. PT. First Travel melanggar Peraturan Menteri Agama Nomor 8
tahun 2018 tentang penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah
b. PT. First Travel menetapkan biaya umroh dibawah standar
BPIU

6
https://nasional.kompas.com/read/2018/04/04/13232021/kemenag-
evaluasi-906-penyelenggara-perjalanan-ibadah-umrah diakses pada 12 November
2018 pukul 21:23
5

c. PT. First Travel tidak memenuhi hak jamaah untuk


diberangkatkan umrah
2. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan identifikasi masalah di atas cukup
luas, dikhawatirkan akan ada keterbatasan dari peneliti secara
keseluruhan maka penelitian hanya akan dibatasi seputar :
a. konsekuensi hukum yang harus diterapkan kepada pihak-pihak
yang terlibat dalam kasus jamaah umrah yang gagal berangkat
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. PT. First Travel didirikan oleh pasangan suami istri yaitu
Andika Surachman dan Anniesa Devitasari Hasibuan, yang
berkantor pusat di Green Tower Jl. TB Simatupang Jakarta
Selatan
c. Data yang diteliti yaitu data tahun 2017 sampai dengan 2018.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas perumusan
masalah yang diangkat ialah bagaimana tanggung jawab hukum
perusahaan penyelenggara ibadah umrah terhadap jamaah yang gagal
diberangkatkan?
Dari perumusan masalah tersebut peneliti pertegas dengan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan hukum antara PT. First travel dengan
jamaah?
2. Bagaimana bentuk-bentuk pelanggaran hukum yang dilakukan
PT.First Travel?
3. Bagaimana bentuk tanggungjawab hukum PT. First Travel
menurut UUPK?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
6

1. Untuk mengidentifikasi alasan PT. First Travel tidak melaksanakan


tanggung jawab hukum sesuai dengan peraturan yang ada
2. Untuk mendekripsikan hubungan hukum PT. First Travel dengan
jamaah
3. Untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk pelanggaran hukum yang
dilakukan PT.First Travel
4. Untuk mendeskripsiikan bentuk tanggungjawab hukum PT. First
Travel menurut UUPK
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk :
1. Secara teoritis, penelitian ini memberikan sebagai tambahan
dokumentasi segi hukum dalam membahas tanggung jawab
perusahaan penyelenggara ibadah umroh terhadap jama’ah.
2. Secara praktis, penilitian ini dapat bermanfaat bagi para peminat
ukum Perdata dan praktisi hukum bisnis dalam menganalisis tentang
wanprestasi dalam kasus penyelewengan dana haji dan umroh.
3. Secara akademis, penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Ilmu Hukum di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Metode Penelitian
Untuk dapat merampungkan penyajian skripsi ini agar dapat
memenuhi kriteria sebagai tulisan ilmiah diperlukan data yang relevan
dengan skripsi ini. Dalam upaya pengumpulan data yang diperlukan itu,
maka diterapkan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Tipe Penelitian
Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan yang
bertujuan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu
yang akan diteiti. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan normatif empiris.
Metode penelitian hukum normatif empiris ini pada dasarnya
merupakan penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan
7

adanya penambahan berbagai unsur empiris. Metode penelitian


normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normatif
(undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu
yang terjadi dalam suatu masyarakat
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan normatif empiris
yang mengacu pada kasus perusahaan penyelenggara ibadah umroh
PT. First Travel yang telah gagal memberangkatkan jama’ahnya.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian hukum kualitatif.Penelitian disebut
penelitian kualitatif apabila jenis data dan analisa yang digunakan
bersifat naratif, dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang
menggunakan penalaran. Penelitian social yang bersifat kualitatif pada
umumnya membeberkan masalah sikap, perilaku dan pengalaman,
yang pengumpulan datanya dilakukan melalui interview bebas,
mendalam dan kadangkala juga menggunakan metode fokus
group.Tujuannya adalah untuk menggambarkan secara mendalam
terhadap kasus-kasus yang diteliti. 7
3. Data Penelitian
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder
yang artinya data sebelumnya telah diolah oleh orang lain. Data
sekunder ini antara lain : dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-
hasil penelitian yang berbentuk laporan, buku harian, hasil interview,
dan lain-lain. Data sekunder ini meliputi bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang
bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan
hukum primer meliputi perundang-undangan, catatan-catatan resmi
atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan, dan putusan-

7
Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian (Ciputat : Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 26
8

putusan hakim. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam bahan


hukum primer adalah:
1) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen.
3) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 8 Tahun 2018
Tentang penyelenggaraan perjalanan ibadah umroh.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang tidak mempunyai
kekuatan mengikat tetapi membahas atau menjelaskan topik terkait
dengan penelitian berupa buku-buku terkait, artikel dalam
majalah/media elektronik, laporan penelitian/jurnal hukum,
makalah yang disajikan dalam pertemuan kuliah dan catatan
kuliah.
a. Bahan Non Hukum
Merupakan bahan yang memberikan petunjuk atau
penjelasan bermakna terhadap adanya bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder, seperti Kamus Hukum, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, dan lain-lain.
4. Sumber Data
Sumber data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu berupa
dokumen yang didapati dari wawancara kuasa hukum jama’ah umroh
yang gagal diberangkatkan sekaligus ketua Komnas Haji dan Umrah
yaitu Mustolih Siradj, S.H., M.H. yang beralamat di Kantor
Laboratorium Klinik Bantuan Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jalan Ir. H. Juanda Nomor 95
Ciputat, Tangerang Selatan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti, dikaitkan dengan jenis penelitian hukum yang bersifat
9

kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam


penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research)
yakni upaya untuk memperoleh data atau upaya mencari dari
penelusuran literatur kepustakaan, peraturan perundang-undangan,
artikel dan jurnal hukum yang relevan dengan penelitian agar dapat
dipakai untuk menjawab suatu pertanyaan atau untuk memecah suatu
masalah.
Selain kepustakaan penelitian ini juga menggunakan penelitian
survey, yakni metode pengumpulan data yang menggunakan
instrument wawancara untuk mendapatkan tanggapan dari responden
atau keyinforman yang diteliti, wawancara ini harus dilakukan secara
mendalam antara peneliti dengan responden. 8

6. Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum


Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan
sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih
sistematis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Cara
pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik
kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap
permasalahan konkret yang dihadapi. Selanjutnya setelah bahan
hukum diolah, dilakukan analisis terhadap bahan hukum tersebut yang
akhirnya akan diketahui pentingnya tanggung jawab sebuah
perusahaan penyelenggara umroh terhadap calon jama’ahnya.
7. Teknik Penulisian
Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan metode
penulisan sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada Buku

8
Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Arifin, Metode Penelitian
Hukum, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuah Jakarta, 2010), h. 55
10

Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif


Hidayatullah, Jakarta, tahun 2017.
F. Sistematika Penelitian
Skripsi ini disusun dalam lima bab. Setiap bab terdiri atas sub-sub
bab guna lebih memperjelas ruang lingkup dan cakupan permasalahan
yang diteliti. Adapun urutan setiap bab dan pokok pembahasannya adalah
sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahulu yang isinya antara lain
memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, merode penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM TANGGUNGJAWAB
PERUSAHAAN TRAVEL UMRAH
Dalam bab ini akan dibahas mengenai :
a. Kerangka Konseptual
b. Kerangka Teoritis
c. Riview studi terdahulu.
BAB III FIRST TRAVEL DAN TANGGUNGJAWAB
HUKUM KEGAGALAN PEMBERANGKATAN
JAMAAH UMRAH
Dalam bab ini akan dibahas mengenai :
a. Sejarah PT. First Travel
b. Dasar Hukum
c. Perkembangan PT. First Travel
d. Praktik bisnis PT. First Travel
e. Kegagalan PT. First Travel
BAB IV ANALISIS TANGGUNGJAWAB PT. FIRST
TRAVEL DALAM PERSPEKTIF PERUNDANG-
UNDANGAN
11

Dalam bab ini akan dibahas mengenai :


a. Hubungan hukum antara PT. First Travel dengan
jamaah
b. Bentuk-bentuk pelanggaran hukum yang dilakukan
PT.First Travel
c. Bentuk tanggungjawab hukum PT. First Travel
menurut UUPK
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian dan dilengkapi juga dengan rekomendasi.
BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TANGGUNG JAWAB HUKUM


PERUSAHAAN JASA TRAVEL UMRAH

A. Kerangka Konseptual
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tinjauan adalah hasil
meninjau; pandangan; pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari, dan
sebagainya): ~ nya meleset; perbuatan meninjau: Umum adalah mengenai
seluruhnya atau semuanya; secara menyeluruh, tidak menyangkut yang
khusus (tertentu) saja 1.

Tanggung jawab dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah


kewajiban menanggung segala sesuatunya (bila terjadi apa-apa boleh
2
dituntut, dipersalahkan, dan diperkarakan, dsb). Atau hak fungsi
menerima pembebanan, sebagai akibat setiap pihak sendiri atau pihak lain.
Hukum berarti peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat,
yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Patokan (kaidah,
ketentuan) mengenai peristiwa (alam dsb) yang tertentu.

Pengertian tanggung jawab secara umum adalah kesadaran


manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang disengaja maupun
yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.Adapun definisi tanggung jawab
secara harafiah dapat diartikan sebagai keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya jika terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan
atau juga berarti hak yang berfungsi menerima pembebanan sebagai akibat
sikapnya oleh pihak lain.

1
https://kbbi.web.id/umum diakses pada 20 Februari 2019 jam 20:00
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta: PT. Gramrdia Pustaka Umum, 2008), h.1398

12
13

Menurut hukum tanggung jawab adalah suatu akibat atas


konsekuensi kebebasan seorang tentang perbuatannya yang berkaitan
dengan etika atau moral dalam melakukan suatu perbuatan.

Perusahaan adalah kegiatan (pekerjaan dan sebagainya) yang


diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan
mencari keuntungan (dengan menghasilkan sesuatu, mengolah atau
3
membuat barang-barang, berdagang, memberikan jasa, dan sebagainya).
Menurut Sekardono yang dikutip dalam buku Hukum Perusahaan
karangan Mulhadi, perusahaan adalah salah satu pengertian ekonomi yang
juga masuk ke dalam lapangan hukum perdata, khususnya hukum dagang 4.

Sedangkan penyelenggaran adalah orang yang menyelenggarakan


(dalam berbagai-bagai arti seperti pengusaha, pengurus, pelaksana).
Menurut KBBI Daring ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti
kepada Allah Swt, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya.

Dilihat dari segi bahasa, ‘umrah itu sendiri artinya meramaikan.


Yaitu meramaikan tempat suci Makkah, yang disitu terletak masjidil
haram dan di dalamnya ada Ka’bah. Namun demikian umrah dalam
konteks ibadah tidak sekedar mempunyai arti meramaikna, melainkan
lebih dari itu, yaitu kita dituntut agar bisa mengambil manfaat darinya
(umrah). Karena sebagaimana kita ketahui, bahwa aktifitas umrah tersebut
merupakan refleksi dari pengalaman hamba-hamba Allah (yaitu Nabi
Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail) dalam menegakkan kalimatu tawhid. 5

3
https://Kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Perusahaan diakses pada 28 Januari
2019 jam 15:08
4
Mulhadi, Hukum Perusahaan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 7
5
Nurcholis Madjid, Perjalanan Religius ‘Umrah dan Haji, (Jakarta:
Paramadina,1997), h.3
14

Umrah adalah kunjungan (ziarah) ke tempat suci (sebagai bagian


dari upacara naik haji, dilakukan setiba di Mekah) dengn cara berihram,
tawaf, sai, dan bercukur, tanpa wukuf di Padang Arafah, yang
pelaksanaannya dapat bersamaan dengan waktu haji atau diluar waktu haji.
Umrah adalah ziarah ke Baitullah hukumnya Fardhu ‘ain bagi setiap laki-
laki maupun peremuan sekali seumur hidup. 6

Perseroan Terbatas (PT) adalah suatu badan hukum untuk


menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang
pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya.

Berdasarkan definisi Perseroan Terbatas diatas, terdapat beberapa


unsur dari Perseroan Terbatas, sebagai berikut 7:

1. Perseroan Terbatas merupakan badan hukum


2. Perseroan terbatas merupakan persekutuan modal
3. Didirikan berdasarkan perjanjian
4. Melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang terbagi
dalam saham-saham.
Travel adalah pergerakan orang antara lokasi geografis yang relatif
jauh, dan dapat melibatkan perjalanan dengan berjalan kaki, sepeda, mobil,
kereta api, kapal, pesawat, atau cara lain, dengan atau tanpa bagasi, dan
dapat menjadi salah satu cara atau round trip. Travel juga dapat mencakup
menginap yang relatif singkat. 8
Fungsi umum dalam hal ini travel merupakan suatu badan usaha
yang dapat memberikan penerangan atau informasi tentang segala sesuatu

6
Zurinal Z dan Aminudin, Fiqih Ibadah, (Jakarta, Lembaga Penelitian
Universitas Islam Negeri Jakarta), 2008, h. 204
7
Mulhadi, Hukum Perusahaan bentuk-bentuk badan usaha di Indonesia,
(Bogor, Ghalia Indonesia, 2010), h. 81
8
http://harmonitravel.com/pengertian-travel/ diakses pada 17 Februari
2019 jam 20:42
15

yang berhubungan dengan dunia perjalanan pada umumnya dan perjalanan


wisata pada khususnya. Sedangkan fungsi khusus: travel adalah dalam
kegiatannya ia bertindak atas nama perusahaan lain dan menjual jasa-jasa
perusahaan yang diwakilinya. Karena itu ia bertindak di antara wisatawan
dan industri wisata. Biro perjalanan wisata sebagai badan usaha yang
merencanakan dan menyelenggarakan tour dengan tanggung jawab dan
resikonya sendiri. Biro perjalanan wisata sebagai pengorganisasi yaitu
dalam menggiatkan usaha, BPW aktif menjalin kerjasama dengan
perusahaan lain baik dalam dan luar negeri. Fasilitas yang dimiliki di
manfaatkan sebagai dagangannya.
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas yang dimaksud dengan
judul skripsi yang berbunyi “Tanggungjawab Hukum Perusahaan
Penyelenggara Ibadah Umrah Terhadap Jamaah yang Gagal
Diberangkatkan (studi atas PT.First Travel)” adalah kewajiban
menanggung segala sesuatu berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku yang harus ditanggung oleh lembaga yang mencari
keuntungan dibidang penyelenggaraan umrah terhadap peserta ibadah
umroh yang gagal diberangkatkan ke tanah suci.
B. Kerangka Teori

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen terdapat pasal yang menggambarkan sistem
tanggung jawab produk dalam hukum perlindungan konsumen Indonesia,
yaitu ketentuan pada pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
sebagai berikut :

1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas


kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan.
2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang
16

sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau


pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari setelah tanggal transaksi.
4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan
pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya
unsur kesalahan.
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa
kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.

Menurut Abdulkadir Muhammad teori tanggung jawab dalam


perbuatan melanggar hukum (tort liability) dibagi menjadi beberapa teori,
yaitu: 9
1. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang
dilakukan dengan sengaja (intertional tort liability), tergugat
harus sudah melakukan perbuatan sedemikian rupa sehingga
merugikan penggugat atau mengetahui bahwa apa yang
dilakukan tergugat akan mengakibatkan kerugian.
2. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang
dilakukan karena kelalaian (negligence tort lilability),
didasarkan pada konsep kesalahan (concept of fault) yang
berkaitan dengan moral dan hukum yang sudah bercampur
baur (interminglend).
3. Tanggung jawab mutlak akibat perbuatan melanggar hukum
tanpa mempersoalkan kesalahan (stirck liability), didasarkan
pada perbuatannya baik secara sengaja maupun tidak sengaja,

9
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Jakarta: Citra
Aditya Bakti,2010), , h.503.
17

artinya meskipun bukan kesalahannya tetap bertanggung


jawab atas kerugian yang timbul akibat perbuatannya.

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 Tentang


Dokumen Perusahaan Pasal 1 Ayat (1) Perusahaan adalah setiap bentuk
usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan
tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba, baik yang diselenggarakan
oleh orang-perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum
atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.
Molengraaff mengemukakan bahwa baru dikatakn perusahaan jika
secara terus menerus bertindak keluar untuk memperoleh keuntungan
dengan menggunakan atau menyerahkan barang-barang atau mengadakan
perjanjian perdagangan 10.
Unsur-unsur perusahaan diantaranya ialah :
1. Badan usaha
2. Kegiatan dalam bidang perekonomian
3. Terus menerus dan tidak terputus-putus
4. Secara terang-terangan (karena berhubungan dengan pihak
ketiga)
5. Mengadakan perjanjian perdagangan
6. Harus bermaksud memperoleh laba
7. Melakukan pembukuan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
perlindungan konsumen Pasal 1 Ayat (3) Pelaku usaha adalah setiap orang
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia,
baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
10
Farida Hasyim, Hukum Dagang,(Jakarta: Sinar grafika, 2009), h.91
18

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40


Tahun 2007 pengertian perseroan terbatas adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal didirikan berdasarkan perjanjian
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-
undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Dasar hukum berdirinya perseroan terbatas ialah 11:
1. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen
Perusahaan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1998 tentang
Pemakaian Nama Perseroan Terbatas
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang
Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan
Terbatas
5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1998 tentang Merger,
Konsolidasi, dan Akuisisi Bank
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1999 tentang Benuk-
bentuk Tagihan Tertentu yang dapat Dikompensasikan sebagai
setoran saham
7. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M-01.HT.01.01 Tahun 2000 Tanggal 4
Oktober 2000 tentang Pembentukan Sistem Adminitrasi Badan
Hukum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia
Umrah menurut ahli bahasanya ialah “ziarah”. Sedangkan menurut
istilah syar’i adalah mengunjungi Baitullah untuk melakukan tawaf 7 kali

11
Farida Hasyim, Hukum Dagang,(Jakarta, Sinar grafika), h. 149
19

putaran di Ka’bah dan melakukan sa’i antara bukit shafa dan marwah serta
12
diakhiri dengan tahlul (mencukur rambut).

Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang


penyelenggaraan ibadah haji Pasal 1 Ayat (16) Ibadah Umrah adalah
umrah yang dilaksanakan di luar musim haji. Dalam Peraturan Menteri
Agama Nomor 8 Tahun 2018 pasal 1 Ayat (3) menyebutkan Jemaah
Umrah yang selanjutnya disebut Jemaah adalah setiap orang yang
beragama Islam dan telah mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah
Umrah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012


Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dilaksanakan oleh Pemerintah
dan/atau PPIU. PPIU harus memenuhi persyaratan:

1. telah memperoleh izin sebagai biro perjalanan wisata dari


kementerian/instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
bidang pariwisata;
2. telah beroperasi paling singkat 2 (dua) tahun sebagai biro perjalanan
wisata;
3. memiliki kemampuan teknis untuk menyelenggarakan perjalanan
Ibadah Umrah yang meliputi kemampuan sumber daya manusia,
manajemen, serta sarana dan prasarana;
4. memiliki kemampuan finansial untuk menyelenggarakan perjalanan
Ibadah Umrah yang dibuktikan dengan jaminan bank;
5. memiliki mitra biro penyelenggara Ibadah Umrah di Arab Saudi yang
memperoleh izin resmi dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi; dan

12
Moh Naf’I, Haji dan Umrah Sebuah Cerminan Hidup, (Surabaya:
Erlangga, 2015), h. 136
20

6. memiliki komitmen untuk menyelenggarakan perjalanan Ibadah


Umrah sesuai dengan standar pelayanan minimum yang ditetapkan
oleh Menteri.
Menurut Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 396
Tahun 2003, Syarat penyelenggara perjalanan ibadah umrah ialah :
1. Surat permohonan izin sebagai penyelenggara perjalanan ibadah umrah
yang ditujukan kepada direktur jenderal penyelenggara haji dan umrah;
2. Pemilik dalam akta perusahaan,Warga Negara Indonesia yang
beragama Islam dan tidak sebagai pemilik PPIU lain;
3. Memiliki susunan kepengurusan perusahaan;
4. Memiliki izin usaha biro perjalanan wisata dari dinas pariwisata
setempat yang sudah beroperasi paling singkat 2 (dua) tahun;
5. Memiliki akta notaris pendirian perseroan terbatas dan/atau
perubahannya sebagai biro perjalanan wisata yang memiliki bidang
keagamaan/perjalanan ibadah yang telah mendapat pengesahan
dari kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
6. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan dari pemerintah
daerah setempat yang masih berlaku;
7. Memiliki surat keterangan terdaftar dari Direktorat Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan dan fotokopi Nomor Pokok Wajib pajak
(NPWP)atas nama perusahaan dan pimpinan perusahaan;
8. Memiliki laporan keuangan perusahaan yang sehat 1 (satu) tahun
terakhir dan telah diaudit akuntan publik yang terdaftar dengan
opini minimal Wajar Dengan Pengecualian(WDP);
9. Memiliki surat rekomendasi asli dari instansi pemerintah daerah
provinsi dan/atau kabupaten/kota setempat yang membidangi
pariwisata yang masih berlaku;
10. Memiliki surat rekomendasi asli dari kanwil setempat yang
dilampiri berita acara peninjauan lapangan; dan
11. Menyerahkan jaminan dalam bentuk bank garansi atas nama Biro
Perjalanan Wisata,yang diterbitkan oleh Bank Syari’ah dan/atau
21

Bank Umum Nasional disertai surat kuasa pencairan yang


ditujukan dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
12. Pemberian rekomendasi oleh Kanwil sebagaimana dimaksud,
paling sedikit memenuhi ketentuan :

a. Memiliki sumber daya manusia di bidang


tiketing,keuangan,akuntansi,pemasaran,dan pembimbing
ibadah;
b. Memiliki bukti telah melakukan operasional sebagai Biro
Perjalanan Wisata paling singkat 2 (dua) tahun;
c. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai;
d. dan memiliki laporan keuangan perusahaan 1 (satu) tahun
terakhir dan telah diaudit akuntan publik yang terdaftar
dengan opini minimal WDP. 13

Untuk memiliki izin operasional sebagai PPIU sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018,
biro perjalanan wisata harus memenuhi persyaratan:

1. Memiliki akta notaris pendirian perseroan terbatas dan/atau


perubahannya sebagai biro perjalanan wisata yang memiliki salah
satu kegiatan usahanya di bidang keagamaan/perjalanan ibadah
yang telah mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia
2. Pemilik saham, komisaris, dan direksi yang tercantum dalam akta
notaris perseroan terbatas merupakan warga negara Indonesia yang
beragama Islam

13
https://batam.kemenag.go.id/halaman/detail/persyaratan-pendirian-
travel-umrah diakses pada 06 Januari 2019
22

3. Pemilik saham, komisaris, dan direksi tidak pernah atau sedang


dikenai sanksi atas pelanggaran Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah
4. Memiliki kantor pelayanan yang dibuktikan dengan surat
keterangan domisili perusahaan dari pemerintah daerah dan
melampirkan bukti kepemilikan atau sewa menyewa paling singkat
4 (empat) tahun yang dibuktikan dengan pengesahan atau legalisasi
dari Notaris
5. Memiliki tanda daftar usaha pariwisata
6. Telah beroperasi paling singkat 2 (dua) tahun sebagai biro
perjalanan wisata yang dibuktikan dengan laporan kegiatan usaha
7. Memiliki sertifikat usaha jasa perjalanan wisata dengan kategori
biro perjalanan wisata yang masih berlaku
8. Memiliki kemampuan teknis untuk menyelenggarakan perjalanan
Ibadah Umrah yang meliputi kemampuan sumber daya manusia,
manajemen, serta sarana dan prasarana
9. Memiliki laporan keuangan perusahaan 2 (dua) tahun terakhir dan
telah diaudit akuntan publik yang terdaftar di Kementerian
Keuangan dengan opini wajar tanpa pengecualian
10. Melampirkan surat keterangan fiskal dan fotokopi nomor pokok
wajib pajak atas nama perusahaan dan pimpinan perusahaan
11. Memiliki surat rekomendasi asli dari Kantor Wilayah dengan masa
berlaku 3 (tiga) bulan, dan
12. Menyerahkan jaminan dalam bentuk deposito/ bank garansi atas
nama biro perjalanan wisata yang diterbitkan oleh bank syariah
dan/atau bank umum nasional yang memiliki layanan syariah
dengan masa berlaku 4 (empat) tahun.

Masa berlaku izin yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama


adalah 3 tahun dan dapat mengajukan perpanjangan atau registrasi sesuai
23

ketentuan yang berlaku. Bagi PPIU yang telah memperoleh izin resmi
tersebut, beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan yakni :

1. Menaati peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;


2. Melaporkan pelaksanaan paket program; dan
3. Melaporkan keberangkatan dan kepulangan jemaah umrah.

Sebagai antisipasi agar tidak menimbulkan masalah yang berakibat


pada sanksi administrasi 14, bahkan pencabutan izin usaha, maka para
Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah perlu menghindari hal-hal
sebagai berikut:

1. Menelantarkan jemaah umrah dan gagal berangkat ke Arab Saudi.


2. Menelantarkan jemaah umrah dengan tidak menyiapkan tiket
penerbangan sesuai jadwal.
3. Tidak memberangkatkan jemaah umrah sejumlah yang ditentukan.
4. Meninggalkan jemaah overstay yang diketahui oleh perwakilan
RI di Arab Saudi.
4. Melakukan transit lebih dari sekali yang berakibat keamanan dan
keselamatan jemaah.

C. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu


Untuk menghindari adanya kesamaan dalam penulisan skripsi ini,
maka penulis mereview beberapa skripsi terdahulu yang pernah ada
sebelumnya mengenai tanggungjawab perusahaan penyelenggara ibadah
umrah yang pertama ialah skripsi yang dibuat oleh Irmawati
(50400113084), Pengelolaan Travel Haji-Umrah Pada PT. Wahyu
Abadi Wisata Kabupaten Takalar Fakultas dakwah dan Komunikasi
UIN Alaudin Malang Membahas tentang bagaimana cara pengelolaan
travel haji dan umrah pada PT. Wahyu Abadi Wisata Kabupaten Takalar,

14
Andi Salman Maggalatung, Legal Protection Against Indonesian
Umrah Jemaah,( Jurnal Cita Hukum Vol. 5 No. 1, 2017), h.178
24

bimbingan pengelolaan Haji dan Umrah pada PT. Wahyu Abadi Wisata
di Kabupaten Takalar dan faktor yang menghambat travel haji dan
umrah.
Perbedaan skripsi ini dengan peneliti ialah pada bagian penjelasan
dimana peneliti lebih memfokuskan pada tanggung jawab perusahaan
penyelenggara ibadah umrah terhadap jamaah dan bagaimana realisasi
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 8 tahun 2018. 15
Yang kedua ialah skripsi yang dibuat oleh Qurratul Aini
(11140450000067), Tindak Penipuan Dengan Modus Travel Umrah
Fakutas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Membahas
tindak pidana penipuan yang berkedok travel umrah, dan pertimbangan
hakim dalam meberi putusan pengadilan negeri Nomor
1641/Pid.B/2014/PN.Jkt.Pst 16
Perbedaan skripsi ini dengan peneiliti ialah pada bagian
penjelasan dimana peneliti lebih mefokuskan kepada tanggungjawab
hukum First Travel terhadap jamaah dan bagaimana peraturannya
menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perindungan
KOnsumen.
Selain penelitian karya ilmiah, peneliti juga mengambil dari
sebuah judul buku yang menjadi kajian review penulis yakni buku
karangan Agus Arijanto yang diterbitkan oleh PT. Raja Grafindo Persada
pada tahun 2011 berjudul Etika Bisnis Bagi Pelaku Usaha. Buku ini
menjelaskan bagaimana beretika yang baik, konsep-konsep dan faktor-
faktor dalam beretika bisnis di dunia perbisnisan yang merupakan
landasan dalam penelitian ini. Dunia bisnis tidak hanya menyangkut
hubungan antara pengusaha dengan pengusaha, namun mempunyai
ikatan secara nasional maupun internasional. Perbedaannya dengan

15
Irmawati, Pengelolaan Travel Haji-Umrah Pada PT. Wahyu Abadi
Wisata Kabupaten Takalar (UIN Malang, 2017), h.1
16
Qurratul Aini, Tindak Pidana Dengan Modus Travel Umrah (Analisis
kasus First Travel), (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), h.12
25

skripsi yang peneliti teliti yaitu peneliti lebih menonjolkan pada


pembahasan tanggungjawab perusahaan penyelenggara ibadah umrah. 17
Selain penelitian karya ilmiah dan buku, penelitian ini juga
mengambil tinjauan pustaka dari sebuah jurnal yang ditulis oleh Jeremi
Korayan, dan Gunawan Djayaputra, yang berjudul Tanggung Jawab
Hukum Biro Perjaanan Umrah Terhadap Calon Jama’ahnya
Fakultas Huum Universitas Tarumanegara. Pembahasan yang diangkat
dalam jurnal ini adalah tanggungjawab biro perjalan umrah dalam
prespektif hukum. Sebuah konsep yang berkaitan dengan konsep
kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab (pertanggung jawaban)
hukum. Bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas
perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum,
artinya dia bertanggung jawab atas suatu sanksi bila perbuatannya
bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
Penjelasannya fokus kepada penjatuhan hukuman terhadap biro
perjalanan umrah, yang menjadi pembeda antara pembahasan jurnal ini
dengan pembahasan yang akan peneliti angkat, terletak pada
tanggungjawabnya peneliti lebih memfokuskan kepada tanggungjawab
perusahaan penyelenggara ibadah umrah terhadap jamaah nya yang telah
dirugikan oleh perusahaan, dan hak-hak jamaah yang tidak dipenuhi. 18

17
Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Usaha, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2011), h. 3
18
Jeremi Korayan, Gunawan Djayaputra, Tanggung Jawab Hukum Biro
Perjaanan Umrah Terhadap Calon Jama’ahnya, (Universitas Tarumanegara), h.
3
BAB III

FIRST TRAVEL DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM KEGAGALAN


PEMBERANGKATAN JEMAAH UMRAH

A. Sejarah PT. First Travel

PT. First Anugerah Karya Wisata terdaftar sebagai PPIU di


Kementerian Agama sejak mengkantongi Keputusan Dirjen PHU Nomor:
D/746 Tahun 2013, beralamat di Jl. Radar Auri No. 1 Cimanggis Depok,
Jawa Barat, telepon 021-87705858, email info@firsttravel.co.id. Mereka
membuka kantor pelayanan di dua tempat, yakni GKM Green Tower
Lantai 16, Jl. TB Simatupang Kav 89G, Jakarta Selatan dan Gedung
Atrium Mulia Suite 101 Jl. H.R. Rasuna Said Kav B10-11 Jakarta Selatan.
Izin tersebut sempat diperpanjang dengan keluarnya Keputusan Menteri
Agama Nomor 723 Tahun 2016. Bertindak sebagai Direktur Utama
Andika Surachman dan Siti Nuraida Hasibuan selaku Komisaris Utama. 1

First Travel adalah biro perjalanan wisata, di bawah bendera CV


First Karya Utama yang didirikan pada tanggal 1 Juli 2009. Biro
perjalanan First Travel pada awalnya hanya menawarkan layanan
perjalanan wisata domestik dan internasional untuk klien perorangan
maupun perusahaan.

Sementara Anniesa Hasibuan adalah desainer pakaian muslim yang


dikenal sejak 2015. Nama keduanya melambung naik bersamaan dengan
meningkatnya angka jamaah dari biro perjalanan ibadah umrah yang
didirikan. Perusahaan First Travel bergerak dalam penyelenggaraan
ibadah umrah swasta yang berjenis Ongkos Naik Haji Plus, yang
dimaksud disini yaitu berupa plus pelayanan dalam hal perlengkapan
penginapan, transportasi dan konsumsi. Para jamaah ibadah umrah

1
Diakses dari https://kemenag.go.id/berita/read/505159/kemenag-cabut-
izin-first-travel-sebagai-ppiu

26
27

menginap di hotel bintang empat dan bintang lima, makanan dengan menu
masakan internasional, transportasi full AC yang selalu siap mengantar
para jamaah baik dalam waktu keberangkatan maupun ketika sudah berada
di tanah suci dan para pembimbing ibadah yang dengan setia dan tekun
membimbing para jamaah dalam melakukan ibadah.

Perusahaan First Travel bergerak dalam penyelenggaraan ibadah


umrah swasta yang berjenis ONH Plus, yang dimaksud disini yaitu berupa
plus pelayanan dalam hal perlengkapan penginapan, transportasi dan
konsumsi. Para jamaah ibadah umrah menginap di hotel bintang empat,
makanan dengan menu masakan internasional, transportasi full AC yang
selalu siap mengantar para jamaah baik dalam waktu keberangkatan
maupun ketika sudah berada di tanah suci, dan para pembimbing ibadah
yang dengan setia dan tekun membimbing para jamaah dalam melakukan
ibadah.

Tahun 2012, First Travel sukses memberangkatkan jamaah umrah


hingga 800 orang. Jumlahnya kian melesat di tahun 2013menjadi 3.600
orang. Makin berlipat di tahun 2014, dengan memberangkatkan 14.700
jamaah. Saatulang tahun ke tujuh di 2015, Andika yakin bisa
2
memberangkatkan 35.000 jamaah.

Akhir tahun 2016, target Andika kesampaian, ia berhasil


memberangkatkan 35.000 jamaah. Bahkan, Museum Rekor Indonesia
(MURI) menyematkan First Travel dengan sebutan Manasik Akbar Umrah
Terbesar di Indonesia. Dengan catatan rekor Omzet tersebut Andika yakin
bisa mengempit omzet hingga US$ 40 juta atau setara Rp 528 miliar
dengan kurs Rp 13.200 per rupiah.

B. Dasar Hukum

2
Dikutip dari https://www.kontan.co.id pada 07 Februari jam 16:50
28

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan


Ibadah Haji
2. Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018
3. Keputusan Dirjen PHU Nomor: D/746 Tahun 2013
C. Praktik Bisnis PT. First Travel
Dalam masalah pelayanan yang diberikan oleh suatu perusahaan
tidak akan terlepas dari namanya pelayanan ketika di dalam perusahaan
tersebut ataupun ketika sudah akan diberangkatkan, adapun manajemen
pelayanan umrah yang ada pada PT First Travel adalah:
a. Pelayanan
Pelayanan yang diberikan oleh PT First Travel meliputi
pendaftaran. Prosedur pendaftaran di Perusahaan First Travel adalah
sebagai berikut:
1. Mengisi formulir pendaftaran
2. Membayar DP sebesar Rp 5.000.000 (lima juta rupiah)
3. Paspor asli, dengan nama minimal 3 kata yang masih
berlaku. Minimal 8 (delapan) bulan sebelum tanggal
keberangkatan. CONTOH: MUHAMMAD ARDI
FIRDAUS
4. Menyerahkan dokumen-dokumen paling lambat 1 ½ bulan
sebelum berangkat, sebagai berikut:
Jamaah Dokumen
Suami+istri Paspor Asli, BukuNikah
Asli KK Asli, Fotocopy
KTP, Buku Kuning
Miningitis
Suami+istri+anak Paspor Asli, Buku Nikah
Asli KK Asli, Fotocopy
KTP, Akte Kelahiran Anak
Asli, Buku Kuning
29

Miningitis

Wanita sendiri usia dibawah Paspor Asli, KK Asli,


45 tahun Fotocopy KTP, Akte
Kelahiran Asli, Buku
Kuning Miningitis
Wanita sendiri usia di atas Paspor Asli, KK Asli,
45 tahun Fotocopy KTP, Buku
Kuning Miningitis
Laki-laki sendiri Paspor Asli, KK Asli,
Fotocopy KTP, Akte
Kelahiran Asli, Buku
Kuning Miningitis
5. Pas photo berwarna: dengan latar belakang putih & posisi
kepala/muka 80% (wanita mengenakan jilbab selain putih &
tidak memakai seragam dinas)
a. Ukuran 4x6: 8 lembar
b. Ukuran 3x4: 8 lembar
6. Bila yang berangkat usianya kurang dari 45 tahun tanpa
didampingi suami/muhrim (syarat dan ketentuan berlaku)
7. Pembatalan umrah dikenakan potongan, sebagai berikut:
a. Terhitung 1 bulan sebelum keberangkatan dikenakan
biaya 25% dari harga paket.
b. Terhitung 14 hari sebelum keberangkatan dikenakan
biaya 50% dari harga paket.
c. Terhitung 9 s/d hari keberangkatan dikenakan biaya
90% dari harga paket.

Pembayaran dianggap sah apabila:


30

1) Pembayaran dilakukan langsung di kantor First


Travel Lounge Gedung Atrium Mulia Suite 101
Jalan. H.R. Rasuna Said Kav B10-11 Jakarta
Selatan
2) Pembayaran melalui transfer ke Rekening Bank
yang ditunjuk Bank Mandiri : No. Rek: 157-000-
323-9945 A.N PT. First Anugerah Karya Wisata
b. Pembinaan Jamaah Umrah PT First Travel
Pembinaan jamaah umrah yang dilakukan adalah rangkaian
yang kegiatan yang dilakukan penyuluhan dan penerangan serta
bimbingan tentang ibadah umrah yang dilakukan sejak jamaah
mendaftarkan diri sampai kembali selesai menunaikan ibadah
umrah. Pembinaan dilakukan demi keselamatan, ketertiban dan
kesejahteraan jamaah umrah serta kesempurnaan ibadah umrah.
PT. First Travel memberikan perhatian khusus kepada
jamaah yang baru pertama kali melaksanakan ibadah umrah.
Dengan memberikan penyuluhan dan penerangan seputar
situasi, kondisi selama pelaksanaan ibadah, bahkan sampai
kepada etika yang harus dimiliki oleh jamaah selama berada di
tanah suci, serta perlengkapan-perlengkapan yang harus di
bawa oleh jamaah. Perbedaan kultur dan budaya Indonesia dan
Arab Saudi harus diketahui oleh jamaah dalam rangka
mempersiapkan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi pada saat pelaksanaan ibadah nantinya, penyuluhan
dan penerangan dalam hal ini sangat membantu kepada para
jamaah untuk bisa mempersiapkan diri.
c. Perlindungan
Perlindungan merupakan sebuah harapan yang dimiliki
masing-masing jamaah dalam menunaikan ibadah umrah di
tanah suci dan semua itu terfasilitasi dengan cara menggunakan
asuransi ketika jamaah umrah masih berada dalam pesawat,
31

akan tetapi disaat jamaah sudah berada di tanah suci


keselamatan jiwa masing-masing sudah menjadi tanggung
jawab individu jamaah umrah tersebut dan PT. First Travel.

FT bisa memberikan harga yang murah jauh di bawah pasar.


Sejumlah pihak pun menengarai bahwa itu bisa dilakukan karena FT
menjalankan bisnisnya menggunakan model skema ponzi 3. Secara
sederhana, skema ponzi ialah kemampuan untuk mengatur arus cash (cash
flow) tanpa didukung dengan underlying asset dan manajemen risiko yang
baik.

Selama masih ada dana baru (fresh money) yang masuk, maka
piramida ponzi ini akan tegak berdiri dan pemilik dana menikmati
keuntungan. Dana segar dari nasabah baru ini dipakai untuk membayar
nasabah lama. Kondisi ini akan terus terjadi. Pendek kata, semakin banyak
nasabah baru yang masuk, maka semakin kuatlah piramida itu. Sebaliknya,
ketika nasabah baru tersendat, maka goyahlah fondasi piramida ini.

Sebagai informasi, kasus skema ponzi dengan kerugian terbesar di


dunia terjadi di AS tahun 2008 yang dilakukan oleh Bernard Madoff.
Ditambah lagi, kalau dana baru yang masuk itu disalahgunakan oleh
pemiliknya karena dana ini langsung ditransfer ke rekening operasional
perusahaan, seperti yang terjadi pada kasus First Travel. Moral hazard
akan selalu muncul ketika uang dalam jumlah besar dipegang oleh orang
yang tidak memiliki integritas tinggi. Dana itu akan dianggap sebagai
milik sendiri. Padahal, itu dana nasabah.

D. Kegagalan PT. First Travel

Kisruh penyelenggaraan umrah oleh First Travel mulai


mengemuka ketika terjadi kegagalan pemberangkatan jemaah pada 28

3
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "First Travel dan
Skema Ponzi", https://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/23/093110226/first-
travel-dan-skema-ponzi?page=all
32

Maret 2017 lalu. Dalam kejadian itu jemaah diinapkan di hotel sekitar
Bandara Soekarno Hatta. Sejak saat itu, kata Mastuki, Kementerian
Agama telah melakukan klarifikasi, investigasi, advokasi, hingga
mediasi dengan jemaah.

Upaya klarifikasi pertama kalinya dilakukan tanggal 18 April


2017, namun pihak manajemen tidak memberikan jawaban. Selain itu,
setidaknya sudah empat kali diupayakan mediasi antara jemaah dengan
First Travel. Namun upaya tersebut tidak berbuah hasil dikarenakan
pihak First Travel bersikap tertutup dan kurang kooperatif.

Biro First Travel tersebut memulai penipuannya semenjak tanggal


28 Maret 2017 yang ditandai dengan penyelenggara umrah tersebut
gagal memberangkatkan jamaah. Muasalnya adalah kabar penelantaran
calon jemaah umrah First Travel. Kabar ini terus bergulir dan korban-
korban mulai buka suara di awal tahun 2017. Sejak saat itu, tudingan
miring makin santer terhadap First Travel, yang diduga melakukan
penipuan lewat promosi biaya umrah super murah. Isu penipuan ini
terus membesar selama pertengahan Juli, beberapa pekan setelah
Lebaran. Polemik ini mendorong Otoritas Jasa Keuangan untuk turun
tangan.

Hal ini dikarenakan PTFirst Travel diduga telah melakukan


penipuan dengan modus menawarkan paket promo umrah yang sangat
murah yaitu Rp14,3 juta untuk paket regular dan Rp54 juta untuk paket
VIP. Paket promo umrah tersebut berhasil menarik banyak calon
jamaah. Jumlah calon jamaah yang terdaftar di First Travel mencapai
72.672 orang. Namun sebagian besar calon jamaah tersebut gagal
berangkat umrah, dengan total nilai kerugian Rp848,7 miliar. Sejak
Desember 2016 hingga Mei 2017, First Travel hanya mampu
memberangkatkan 14.000 jamaah, sedangkan 58.682 calon jamaah
lainnya merugi. Para calon jamaah yang merugi tersebut
33

menyampaikan laporannya ke crisis centre Bareskrim Polri. Total


pelapor mencapai 4.043 orang. Terdapat laporan lainnya yang
disampaikan melalui email yaitu sebanyak 2.280 laporan. 4

Dalam kasus penipuan umrah oleh First Travel tersebut, jamaah


dijanjikan mendapatkan fasilitas umrah sekelas VIP dengan biaya
umrah hanya sebesar Rp14,3 juta. Biaya tersebut jauh di bawah harga
standar minimal biaya umrah yang ditetapkan oleh Asosiasi Muslim.
Penyelenggara Haji dan Umrah RI (AMPHURI) dan Kemenag RI
yaitu sebesar 1.700 USD atau setara dengan Rp22,61 juta per orang.
Selisih biaya Rp8,31 juta tidak diperoleh dari hasil keuntungan
perusahaan, melainkan ditutupi dengan menggunakan uang yang
terkumpul dari jamaah umrah periode berikutnya. First Travel sengaja
memberangkatkan jamaah dalam jumlah kecil sehingga ada tenggang
waktu untuk dapat menggunakan uang yang ada untuk
memberangkatkan jamaah yang terlebih dahulu mendaftar.
Kerugian calon jamaah umrah mencapai Rp839,12 miliar. Angka
tersebut belum termasuk biaya tambahan Rp2,5 juta yang diminta First
Travel pada bulan Mei dengan dalih biaya carter pesawat. First Travel
juga menawarkan paket Ramadhan dengan biaya tambahan Rp3 juta
hingga Rp8 juta per jamaah. Total kerugian jamaah dengan dalih ini
mencapai Rp9,54 miliar. Tidak hanya merugikan jamaah, Bareskrim
Polri juga telah menerima aduan utang sebesar Rp9,7 miliar First
Travel ke provider visa, tiga hotel di Mekah dan tiga hotel di Madinah
dengan total Rp24 miliar, serta ke penyedia tiket penerbangan sebesar
Rp85 miliar.
Keberadaan uang calon jamaah umrah First Travel masih ditelusuri
oleh polisi. Penyidik Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri sedang

4
Dian Cahyaningrum, Tanggung Jawab Hukum First Travel
Dalam Kasus Penipuan, Penggelapan, dan Pencucian Uang Dengan
Modus Umrah, (Majalah Info Singkat Hukum, Vol IX, No.
16/II/Puslit/Agustus/2017), h.2
34

menyelidiki 40 rekening bank atas nama perusahaan dan pribadi, yang


diduga menerima aliran dana First Travel. Hal itu dilakukan untuk
membuktikan adanya tindak pidana pencucian uang dalam kasus First
Travel. Untuk itu penyidik mengirim surat permohonan kepada Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) guna
menelusuri sejumlah rekening yang digunakan First Travel sehingga
seluruh aset yang diduga terlibat dalam kasus penipuan First Travel
akan terlacak. Dari hasil penelusuran aset, polisi juga telah
menemukan sejumlah mobil, aset gedung dan rumah, serta sebuah
restoran di Inggris yang dibeli pada tahun 2016 seharga 700 ribu
poundsterling.

Pada 21 Juli, OJK akhirnya menghentikan penghimpunan dana dan


investasi yang dilakukan First Travel. OJK menilai praktik yang
dijalankan First Travel berpotensi merugikan masyarakat. Usai
mendapatkan sanksi dari OJK, Kementerian Agama secara resmi
mencabut izin operasional First Travel sebagai Penyelenggara
Perjalanan Ibadah Umrah pada tanggal 1 Agustus 2017.Pada tanggal 4
Agustus, 15 orang plus agen First Travel melaporkan Andika
Surachman dan Anniesa Hasibuan ke kepolisan. Enam hari usai polisi
melakukan pemeriksaan maraton terhadap sebelas saksi, pada Rabu
siang, 9 Agustus 2017, pasangan itu digelandang penyidik Direktorat
Tindak Pidana Umum Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri
untuk menjalani pemeriksaan. Keduanya langsung ditetapkan sebagai
tersangka dugaan melakukan penipuan dan penggelapan serta
pencucian uang.
BAB IV

ANALISI TANGGUNG JAWAB PT. FIRST TRAVEL DALAM


PERSPEKTIF PERUNDANG-UNDANGAN

A. Hubungan Hukum Antara PT. First Travel dengan jamaah


Hubungan hukum ialah hubungan antara dua atau lebih subyek hukum 1.
Hubungan hukum dapat terjadi antara sesama subyek hukum dan antara
subyek hukum dengan benda. Hubungan antara sesama subyek hukum dapat
terjadi antara orang, orang dengan badan hukum, dan antara sesama badan
hukum. Hubungan hukum antara subyek hukum dengan benda berupa hak
apa yang dikuasai oleh subyek hukum itu atas benda tersebut, baik benda
berwujud, benda bergerak, atau benda tidak bergerak 2. Dalam hubungan
hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan
kewajiban pihak yang lain. Hubungan hukum antara PT. First Travel dengan
Jamaah ialah hubungan hukum antara pelaku usaha dengan konsumen.

Dilihat dari sifat hubungannya, hubungan hukum dapat dibedakan


antara hubungan hukum yang bersifat privat dan hubungan hukum bersifat
publik. Dalam menetapkan hubungan hukum apakah bersifat privat atau
publik yang menjadi indikator bukanlah subjek hukum yang melakukan
hubungan hukum itu, melainkan hakikat hubungan hukum itu atau hakikat
3
transaksi yang terjadi.

Tiap hubungan hukum mempunyai dua segi yaitu :


1. Bevoegdheid atau kewenangan, yang disebut hak
2. Plicht atau kewajiban adalah segi pasif dari hubungan hukum

1
Soeroso R., Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2006), h. 269
2
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Prenada
Media Grup, 2012), h. 254
3
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta, Prenada
Media Grup, 2008), h. 254

35
36

Adapun unsur-unsur hubungan hukum ada 3 (tiga) yaitu :

1. Adanya orang-orang yang hak/kewajibannya saling berhadapan.


Contoh dalam kasus ini, First Travel menawarkan biaya umrah yang
murah terhadap calon jamaah, First Travel wajib memberangkatkan
calon jamaah ke tanah suci, First Travel berhak meminta bayaran
terhadap calon jamaah, Calon jamaah wajib membayar biaya
administrasi kepada First Travel, calon jamaah berhak menagih
pemberagkatan ke Tanah Suci setelah melunasi biaya administrasi
kepada First Travel.
2. Adanya objek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban tersebut.
Dalam kasus first Trave objeknya adalah kekayaan.
3. Adanya hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau
adanya hubungan atas obyek yang bersangkutan
Dalam kasus ini, First travel dan calon jamaah mengadakan hubungan
jual beli jasa pemberangkat ibadah umrah. First travel dan calon
jamaah sebagai pemegang hak dan pengemban kewajiban. Sedangkan
kekayaan adalah objek yang dijadikan dasar untuk First Travel dan
calon jamaah mengadakan hubungan hukum.

Untuk mewujudkan suatu hubungan hukum, harus dipenuhi syarat-syarat


sebagai berikut.
1. harus ada dasar hukumnya, yaitu peraturan hukum yang mengatur
hubungan hukum tersebut, dan
2. harus menimbulkan peristiwa hukum.
Contoh First Travel dan calon jamaah mengadakan perjanjian jual beli
jasa pemberangkatan ibadah umrah. Dasar hukumnya adalah Pasal 1474
dan Pasal 1513 KUH Perdata. Pasal 1474 KUH Perdata berbunyi :
“Ia mempunyai dua kewajiban utama, yaitu menyerahkan barangnya dan
menanggungnya.”

Pasal 1513 KUH Perdata berbunyi :


37

“Kewajiban utama si pembeli ialah membayar harga pembelian, pada


waktu dan di tempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian.”

Berdasarkan contoh tersebut, tampak adanya suatu perjanjian jual


beli. Dari perjanjiang adanya perjanjian jual beli itu, timbul peristiwa
hukum (jual beli), yaitu suatu perbuatan yang akibatnya diatur oleh
hukum.
Hubungan hukum memiliki tiga jenis, diantaranya yaitu :
1. Hubungan hukum yang bersegi satu. Dalam hal ini hukum yang
bersegi satu hanya satu pihak yang berwenang. Pihak lain hanya
berkewajiban. Jadi dalam hubungan hukum yang satu ini hanya
adasatu pihak saja berupamemberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu (pasal 1234 KUH Perdata)
2. Hubungan hukum bersegi dua
3. Hubungan antara “satu” subyek hukum dengan “semua” subyek
hukum lainnya. Seain hubungan hukum bersegi satu dan bersegi dua di
atas acapkali masih ada hubungan antara satu subyek hukum dengan
semua subyek hukum lainnya. Hubungan ini terdapat dalam hal
“eigendomsrecht”(hak milik) 4
Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer (Inggris-
Amerika), atau consument / konsument (Belanda). Secara harafiyah arti kata
consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan
barang. Tujuan penggunaan barang atau jasa nanti menentukan nanti
termasuk konsumen kelompok mana pengguna tersebut. Begitupula kamus
bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau
konsumen. 5

4
Soeroso R., Pengantar Ilmu Hukum, h. 272
5
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2011), h. 22
38

Dalam buku Hukum Perlindungan Konsumen karangan Celina Tri Siwi


Kritiyanti, Az. Nasution menegaskan beberapa batasan tentang konsumen
yaitu :
3. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau
jasa digunakan untuk tujuan tertentu.
4. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang
dan/atau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat
barang/jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial).
5. Konsumen akhir adalah setiap orang yang mendapat dan
menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi
kentuhan hidupnya pribadi,keluarga dan/atau rumah tangga dan
tidak diperdagangkan kembali (nonkomersial). 6

Istilah “Perlindungan Konsumen” berkaitan dengan perlindungan


hukum. Oleh karena itu perlindungan konsumen berkaitan dengan aspek
hukum. Secara umum dikenal ada 4 (empat) hak dasar konsumen yaitu :

1. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety)


2. Hak untuk mendapatkan informasi ( the right to informed )
3. Hak untuk memilih (the right to choose)
4. Hak untuk didengar (the right to be heard )

Empat hak ini diakui secara internasional. Dalam


perkembangannya, organisasi-organisasi konsumen yang tergabung dalam
The Interational Organization of Consumer Union (IOUC) menambahkan
lagi beberapa hak, seperti hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak
mendapatkan ganti kerugian, dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 hak-hak


konsumen antara lain :

6
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, h.25
39

1. Hak atas keamanan, kenyamanan, dan keselamatan dalam


mengonsumsi barang dan atau jasa.
Konsumen berhak mendapatkan keamanan dari barang dan
jasa yang ditawarkan kepadanya. Produk barang dan jasa itu
tidak boleh membahayakan jika dikonsumsi sehingga
konsumen tidak dirugikan baik secara jasmani dan rohani.
Dalam barang dan/atau jasa yang dihasilkan dan dipasarkan
oleh pelaku usaha beresiko sangat tinggi terhadap keamanan
konsumen. Pemerintah selayaknya mengadakan pengawasan
secara ketat. 7
Satu hal yang juga sering dilupakan dalam kaitan dengan
hak untuk mendapatkan keamanan adalah penyediaan fasilitas
umum yang memenuhi syarat yang ditetapkan. Hal ini tidak
saja bagi pengguna produk barang atau jasa (konsumen) yang
bersifat normal pada umumnya, tetapi juga terlebih-lebih
mereka yang cacat fisik dan lanjut usia. Akibatnya, besar
kemungkinan mereka tidak dapat leluasa berjalan dan naik
tangga di tempat-tempat umum karena tingkat resiko yang
sangat tinggi.
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan
barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
Hak untuk memilik ini erta kaitannya dengan situasi pasar.
Jika seseorang atau suatu golongan diberikan hak monopoli
untuk memproduksi dan memasarkan barang atau jasa, maka
besar kemungkinan kehilangan hak untuk memilih produk yang
satu dengan produk yang lain.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
mengartikan monopoli sebagai penguasaan atas produksi
7
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen,h. 33
40

dan/atau pemasaran barang dan/atau penggunaan jasa tertentu


oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, jujur dan mengenal
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.
Setiap produk yang diperkenalkan kepada konsumen harus
disertai informasi yang benar. Informasi ini diperlukan agar
konsumen tidak sampai mempunyai gambaran yang keliru atas
produk barang dan jasa. Informasi ini dapat disampaikan
dengan berbagai cara, seperti lisan kepada konsumen, melaui
iklan diberbagai media, atau mencantumkan dalam kemasan
produk (barang).
Menurut Troelstup dalam buku Hukum Perlindungan
Konsumen karangan Celina Tri Siwi Kristiyanti, S.H., M.Hum.
konsumen pada saat ini membutuhkan banyak informasi yang
relevan dibandingkan dengan saat sekitar 50 tahun lalu.
Alasannya, saat ini :
a. Terdapat lebih banyak produk, merek, dan tentu saja
penjualnya
b. Daya beli konsumen makin meningkat
c. Lebih banyak variasi merek yang beredar dipasaran,
sehingga belum banyak diketahui semua orang
d. Model-model produk lebih cepat berubah
e. Kemudahan transportasi dan komunikasi sehingga
membuka akses yang lebih besar kepada bermacam-
macam produsen penjual
Hak untuk mendapatkan informasi menurut Hans W.
Micklitz seorang ahli hukum konsumen dari Jerman yang
dikutip dalam buku Hukum Perlindungan Konsumen karangan
Celina Tri Siwi Kristiyanti 8,dalam ceramah di Jakarta 26-30
Oktober 1998 membedakan konsumen berdasarkan hak ini, ia
8
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen,h. 34
41

menyatakan sebelum kita melangkah lebih detail dalam


perlindungan konsumen, terlebih dahulu harus ada persamaan
persepsi tentang tipe konsumen yang akan mendapatkan
perlindungan. Menurutnya, secara garis besar dapat dibedakan
dua tipe konsumen yaitu :
a. Konsumen yang terinformasi (well informed).
b. Konsumen yang tidak terinformasi.
Ciri konsumen yang terinformasi sebagai tipe pertama adalah :
a. Memiliki tingkat pendidikan tertentu mempunyai
sumber daya ekonomi yang cukup, sehingga dapat
berperan dalam ekonomi pasar, dan
b. Lancar berkomunikasi.
Ciri konsumen yang tidak terinformasi sebagai tipe kedua
adalah :
a. Kurang berpendidikan.
b. Termasuk kategori kelas menengah ke bawah.
c. Tidak lancar berkomunikasi.
Penggunaan teknologi tinggi dalam mekanisme produksi
barang dan/atau jasa akan menybabkan makin banyaknya
informasi yang harus dikuasai oleh masyarakat konsumen. Apa
yang dikenal dengan consumer ignorance, yaitu
ketidakmampuan konsumen menerima informasi akibat
kemajuan teknologi dan keragaman produk yang dipasarkan
dapat saja dimanfaatkan secara tidak sewajarnya oleh pelaku
usaha. Itulah sebabnya, hukum perlindungan konsumen
memberikan hak konsumen atas informasi yang benar, yang
didalamnya tercakup juga hak atas informasi yang proporsional
dan diberikan secara tidak diskriminatif.
4. Hak untuk didengar pendapat atau keluhannya atas barang
dan/atau jasa yang digunakannya.
42

Dalam Pasal 44 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002


tentang Penyiaran dinyatakan lembaga penyiaran wajib meralat
isi siaran dan/atau berita jika diketahui terdapat kekeliruan atau
terjadi sanggahan atas isi siaran dan/atau berita. Penyanggah
berita itu adalah mungkin konsumen dari produk tertentu. Ralat
atau pembetulan wajib dilakukan dalam waktu selambat-
lambatnya satu kali 24 jam berikutnya atau pada kesempatan
pertama pada ruang mata acara yang sama, dan dalam bentuk
serta cara yang sama dengan penyampaian isi siaran dan/atau
berita yang disanggah. 9
5. Hak untuk mendapat advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Hak untuk mendapatkan penyelesaian hukum ini
sebenarnya meliputi juga hak untuk mendapatkan gani rugi,
tetapi kedua hak tersebut tidak berarti identik. Untuk
memperoleh ganti kerugian, konsumen tidak selalu harus
menempuh upaya hukum terlebih dahulu. Sebaliknya, setiap
upaya hukum pada hakikatnya berisikan tuntutan memperoleh
ganti kerugian oelh salah satu pihak. Tentu ada beberapa
karakteristik tuntutan yang tidak memperbolehkan tuntutan
ganti kerugian ini, seperti dalam upaya Legal standing LSM
yang dibuka kemungkinannya dalam Pasal 46 ayat (1) Huruf c
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen.
6. Hak untuk mendapat lingkungan hidup yang sehat.
Hak atas lingkungan yang bersih dan sehat ini sangat
penting bagi setiap konsumen dan lingkungan 10. Hak untuk
mendapatkan lingkungan bersih dan sehat serta hak untuk
9
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 36
10
Ahadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perindungan Konsuen,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2017), h. 45
43

memperoeh informasi diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tepatnya pada tanggal 3 Oktober 2009 melalui Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia diundangkanlah Undang-
Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolahan Lingkungan Hidup. 11Undang-Undang ini
dianggap sebagai penyempurnaan dan pelengkap dari Undang-
Undang yang sudah ada sebelumnya, yaitu No.23 Tahun 1997
tentang pengelolahan lingkungan Hidup. Selanjutnya UU No
32 tahun 2009 ini menjadi harapan baru bagi keberlanjutan
lingkungan hidup. Penguatan dan idealisme UU baru tersebut
olehbeberapa kalangan dipandang sebagai terobosan yang
sangat berdasar secara filosofis dan sangat tidak berlebihan
apalagi politis, terlebih lagi bahwa undang-undang ini
merupakan jelmaan dari jaminan konstitusional yang diberikan
oleh UUD 1945 (amandemen).
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur
secara tidak diskriminatif.
Dengan hak ini berarti konsumen harus dilindungi dari
permainan harga yang tidak wajar. Dengan kata lain, kuantitas
dan kualitas barang dan/atau jasa yang dikonsumsi harus sesuai
dengan nilai uang yang dibayarkan sebagai penggantinya.
Namun, dalam ketidakbebasan pasar, pelaku usaha dapat saja
mendikte pasar dengan menaikkan harga, dan konsumen
menjadi korban dari ketiadaan pilihan.
Konsumen dihadapkan pada kondisi take it of leave it. Jika
setuju silakan beli, jika tidak silahkan mecari temoat yang lain
(padahal ditempat lain pun pasar sudah dikuasainya). Dalam
situasi demikian, biasanya konsumen terpaksa mencari produk

11
Ashabul Kahpi, Jaminan Konstitusional Terhadap Hak Atas
Lingkungan Hidup di Indonesia, Vol.2/ No. 2/ Desember 2013, h.144
44

alternatif (bila masih ada), yang boleh jadi kualitasnya


malahan lebih buruk.
8. Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
Apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya 12. Inilah
inti dari hukum perlindungan konsumen. Bagaimana konsumen
yang dirugikan karena mengkonsumsi barang/jasa memperoleh
kompensasi, ganti rugi, atau penggantian. Sebenarnya tujuan
dari pemberian kompensasi, ganti rugi, atau penggantian adalah
untuk mengembalikan keadaan konsumen ke keadaan semula,
seolah-olah peristiwa yang merugikan konsumen itu tidak
terjadi.
Jika konsumen merasakan kuantitas dan kualitas barang
dan/atau jasa yang dikonsumsinya tidak sesuai dengan nilai
tukar yang diberikannya, ia berhak mendapatkan ganti kerugian
yang pantas. Jenis dan jumlah ganti kerugian itu tentu saja
harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau atas
kesepakatan masing-masing pihak.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan
lainnya.
Hak konsumen sebenarnya sangat banyak dan bisa terus
bertambah. Adanya ketentuan ini membuka peluang bagi
pemerintah untuk menjamin pemenuhan hak konsumen yang
tidak diatur pada ketentuan diatas.
Persaingan usaha yang yang tidak sehat itu sangat menodai
kesucian perjalanan spritual dan menimbulkan dampak yang
tidak sehat terhadap iklim keberlangsungan bisnis umrah yang
seyogianya para pebisnis dalam bidang Penyelenggara
12
M. Syamsudin, Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku usaha, h.8
45

Perjalanan Ibadah Umrah ini menyadari sepenuhnya bahwa,


melayani para tamu-tamu Allah dengan baik dan memuaskan
ke tanah suci, selain akan mendapatkan keuntungan material
duniawi, juga akan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT,
yang boleh jadi dengan melayani para tamu Allah itu dengan
baik dan memuaskan akan memudahkan dan melancarkan
usaha selanjutnya. 13
Artinya, diperlukan panggilan nurani dan tanggung jawab
moral untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada para
tamu Allah itu tanpa ada gangguan-gangguan dan keresahan-
keresahan atau ketidaknyamanan yang dirasakan, sehingga para
jemaah umrah dapat menjalankan ibadah dengan khusyu’
sesuai dengan ketentuan ajaran agama (manasik).
Dalam pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
disebutkan pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
didirikandan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi.

Dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 produsen


disebut sebagai pelaku usaha yang mempunyai hak sebagai berikut 14 :

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan


kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa
yang diperdagangkan
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan
konsumen yang beritikad tidak baik

13
Andi Salman Maggalatung, Legal Protection Against Indonesian
Umrah Jemaah,( Jurnal Cita Hukum Vol. 5 No. 1, 2017), h.176
14
Diakses dari http://www.jurnalhukum.com/pengertian-pelaku-usaha/
pada 8 April 2019 pukul 21:55
46

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam


penyelesaian hukum sengketa konsumen
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum
bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau
jasa yang diperdagangkan
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.

Adapun dalam Pasal 7 diatur kewajban pelaku usaha sebagi berikut


15
:

1. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya


2. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi
penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan
3. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif
4. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang
dan/atau jasa yang berlaku
5. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan
dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang
diperdagangkan
6. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas
kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang diperdagangkan
7. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila
barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai
dengan perjanjian.

15
M. Syamsudin, Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku usaha, h. 10
47

Pelaku usaha dalam memberikan informasi barang atau jasa harus


memperhatikan ketentuan dari Pasal 9 dan 10 UUPK bahwa pelaku usaha
dilarang menawarkan, memproduksikan, mengiklankan suatu barang
dan/atau jasa secara tidak benar. Mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan sebelum konsumen membeli atau mempergunakan barang
atau jasa yang ditawarkan oleh pelaku usaha.

Dilihat dari jenis-jenis hubungan hukum, pada kasus ini dapat


diidentifikasikan sebagai hubungan hukum bersegi dua atau tweezijdige
rechtsbetrekkingen. Dimana kedua belah pihak (perjanjian jual beli jasa)
berwenang/berhak untuk meminta sesuatu dari pihak lain. Seperti pihak
First Travel dan para calon Jamaah yang sama-sama berhak meminta
sesuatu dari masing-masing pihak. Namun keduanya juga wajib untuk
memberikan sesuatu kepada pihak lain. Seperti pihak First Travel yang
berhak memberikan jasa pelayanan dan para calon Jemaah yang berhak
memberikan bayaran.

Berkaitan dengan hal tersebut, hubungan hukum antara pelaku


usaha dengan konsumen telah terjadi ketika pelaku usaha memberikan
janji-janji serta informasi-informasi terkait barang dan/atau jasa, karena
sejak saat itulah timbul hak dan kewajiban para pihak, baik pelaku usaha
16
dan konsumen. Hubungan hukum tersebut didasarkan pada Pasal 1320
dan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), dimana
pelaku usaha telah sepakat terhadap apa yang dijanjikan pada saat
memberikan janji-janji pada sebuah iklan, ataupun selebaran atau brosur,
sehingga janji-janji tersebut akan berlaku sebagai undangundang bagi para
pihak yang membuatnya. Peristiwa hukum yang terjadi terhadap pelaku

16
Dewa Gede Ari Yudha Brahmanta, Anak Agung Sri Utari, Hubungan
Hukum Antar Pelaku Usaha Dengan KOnsumen,( Fakultas Hukum Universitas
Udayana), h.4
48

usaha dengan konsumen tersebut adalah perdagangan baik barang ataupun


jasa.

B. Bentuk-bentuk Pelanggaran Hukum yang dilakukan oleh PT. First


Travel
Adapun bentuk-bentuk pelanggaran hukum yang dilakukan PT. First
Travel ialah :
1. PT. First Travel telah melakukan tindak pidana penipuan (menipu)
terhadap jamaah atau konsumen. Melanggar Pasal 378 KUHP jo
pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo pasal 64 ayat (1) KUHP dan Telah
melakukan tindak pidana “menempatkan, mentransfer,
mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan,
menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan
lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana Penipuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta
Kekayaan dilakukan bersama-sama dengan berlanjut. 17
Adapun bunyi Pasal 378 sebagai berikut “Barang siapa dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya, atau supaya memberikan utang ataupun menghapuskan
piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling
lama empat tahun”.

17
Putusan Mahkamah Agung Nomor Republik Indonesia Nomor :
83/Pid.B/2018/PN.Dpk diakses dari
https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/a19089ae61a718edb8cc2afde8b17
4b2
49

Bunyi daripada pasal 2 ayat (1) ialah “Hasil tindak pidana


adalah Harta kekayaan yang diperoleh oleh tindak pidana :
a. Korupsi
b. Penyuapan
c. Narkotika
d. Psikotoprika
e. Penyelundupan tenaga kerja
f. Penyelundupan migran
g. Di bidang perbankan
h. Di bidang pasar modal
i. Di bidang perasuransian
j. Kepabeanan
k. Cukai
l. Perdagangan orang
m. Perdagangan senjata gelap
n. Terrorisme
o. Penculikan
p. Pencurian
q. Penggelapan
r. Penipuan
s. Pemalsuan uang
t. Perjudian
u. Prostitusi
v. Di bidang perpajakan
w. Dibidang kehutanan
x. Dibidang lingkungan hidup
y. Di bidang kelautan dan perikanan atau
z. Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4
(empat) tahun atau lebih.
50

Yang dilakukan diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia


atau diluar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut
hukum Indonesia”.

Gaya hidup glamor dan fashion mewah terlihat kental dari


seorang Direktur Utama perusahaan First Travel Annisa Hasibuan.
Selain foto saat berada di ruang pesawat kelas VVIP, ia juga
memperlihatkan sejumlah pose sembari menenteng tas mewah.
Setidaknya ada lebih 20 tas mewah bermerek berbagai varian yang
terpajang di akun media sosial Direktur Annisa Hasibuan.

Diantara tas bermerek seperti Hermes, Chanel, Moschino,


Valentino, Fendi, Dior, Louis Vuitton hingga MCM. Untuk tas
Small Boy Channel Handbag yang ditenteng Direktur Utama
Annisa Hasibuan dibanderol dengan harga kisaran Rp 50.000.000
(lima puluh juta rupiah). Sementara, satu satu tas Hermes Birkin
berkisar antara Rp 230.000.000 (dua ratus tiga puluh juta rupiah)
hingga Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah). Jadi jika ditotal
harga lebih 20 koleksi tas mewah Direktur Anniesa mencapai angka
miliaran rupiah.

Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa dana yang


disetorkan oleh calon jamaah umrah selain digunakan untuk
memberangkatkan umrah juga digunakan untuk kepentingan-
kepentingan pembelian aset-aset pribadi. Diketahui bahwa
Direktur Utama perusahaan First Travel ibu Annisa Hasibuan lebih
dikenal publik sebagai perancang kondang pakaian muslimah.
Sejumlah karyanya sudah go international hingga Eropa dan
Amerika Serikat. Bahkan salah satu karyanya bertajuk “Pearl Asia”
telah menembus New York Fashion Week pada tahun 2016.
51

Pimpinan perusahaan tersebut lewat akun media sosialnya juga


kerap menampilkan foto-foto pengalamannya saat berlibur keliling
dunia. Melihat foto-foto pimpinan perusahaan First Travel saat
mereka holiday di beberapa Negara Eropa dengan latar belakang
perbukitan salju, di Grand Canyon Amerika Serikat dengan
tampilan sejumlah helicopter, Dubai, Islandia hingga saat berada di
hotel bintang lima dengan memegang iphone berlatar belakang
ka’bah.

2. First Travel telah mengabaikan dan menghapus jejak hak jamaah


atau konsumen. First Tarvel terbukti telah melanggar pasal 3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo pasal 55 ayat (1)
ke-1 KUHP jo pasal 64 ayat (1) KUHP.
Bunyi Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 ialah
“Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan,
membawa keluar negeri, mengubah bentuk, penukaran dengan mata
uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidana sebagimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan
dipidana karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana
penjara paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”.
Di awal perjalanannya, First Travel masih mampu memenuhi
janjinya dengan memberangkatkan jamaahnya untuk memenuhi
ibadah umrah. Namun, seiring berjalannya waktu, First Travel
mengingkari janjinya. Ketika jamaah menanyakan status
keberangkatannya yang sudah seharusnya dilakukan, First Travel
52

hanya memberikan janji-janji manis. Namun, janji itu tida pernal


direalisasikan sama sekali.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap kuasa hukum jamaah
First Travel yang gagal diberangkatkan, lebih dari 70.000 jamaah
yang telah mendaftar dan membayar, baru sekitar 14.000 yang
diberangkatkan untuk menunaikan ibadah umrah. Dengan kata lain
First Travel masih harus meberangkatkan 50.000 lebih calon
jamaah dan dana yang belum dipakai lebih dari Rp.
500.000.000.000,00.
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh Pusat Pelaporan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menyatakan bahwa sekitar
30% dari dana umrah tersebut telah disalahgunakan oleh pemilik
PT. First Tarve untuk kepentingan pribadi. 18
Kerugian calon jamaah umrah mencapai Rp839,12 miliar.
Angka tersebut belum termasuk biaya tambahan Rp2,5 juta yang
diminta First Travel pada bulan Mei dengan dalih biaya carter
pesawat. First Travel juga menawarkan paket Ramadhan dengan
biaya tambahan Rp3 juta hingga Rp8 juta per jamaah. Total
kerugian jamaah dengan dalih ini mencapai Rp9,54 miliar. Tidak
hanya merugikan jamaah, Bareskrim Polri juga telah menerima
aduan utang sebesar Rp9,7 miliar First Travel ke provider visa, tiga
hotel di Mekah dan tiga hotel di Madinah dengan total Rp24 miliar,
serta ke penyedia tiket penerbangan sebesar Rp85 miliar.
PT. First Travel terbukti menggunakan dana jamaah umroh
untuk membelanjakan keperluan pribadi atau keperluan rumah
tangga, juga menggunakan dana jamaah terseut untuk berlibur
keluar negeri. Biro perjalanan umrah ini diduga telah melakukan
penyalahgunaan trhadap dana umrah yang dimiliki nasabahnya.
Jumlahnya diperkirakan mencapai Rp. 500.000.000.000,00. Dengan
demikian bos First Travel yaitu Andika Surachman dan Annisa
18
Artikel diakses dari www.detik.com pada 28 Maret 2019 jam 20:26
53

Desvitasari Hasibuan diancam hukuman pidana penjara 20 tahun


dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).
3. First Travel menetapkan biaya dibawah harga biaya harga
penyelenggaraan ibdah umrah (BPIU) referensi yang berlaku. First
Travel telah melanggar Pasal 10 Ayat (2) Peraturan Menteri Agama
Nomor 8 Tahun 2018.
Adapun isi Pasal 10 ayat (2) Peraturan Menteri Agama Nomor
8 Tahun 2018 ialah “Dalam hal PPIU menetapkan BPIU di bawah
BPIU Referensi, PPIU wajib melaporkan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal”.
PT. First Travel memiliki 3 (tiga) produk perjalanan umrah,
yaitu paket promo umrah, regular, dan VIP. OJK menghentikan
kegiatan penghimpunan dana di paket promo umrah. Sebab, paket
promo biaya umrah yang dipatok First Travel harganya Rp.
14.300.000,00 (empat belas juta tiga ratus ribu rupiah). Sementara
dipatokan Kementerian Agama, biaya umrah normalnya berkisar
Rp. 21.000.000 sampai Rp. 22.000.000.
Paket promo umroh dari First Travel diselenggarakan dengan
biaya sebesar Rp. 14.300.000,- (empat belas juta tiga ratus ribu
rupiah). Calon jamaah diwajibkan untuk melakukan pembayaran
uang muka (down payment) sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta
rupiah) yang mana diberikan tenggang waktu pelunasan biasanya
selama 6 (enam) bulan setelah DP dilakukan. Paket promo tersebut
dibuka dengan estimasi pemberangkatan 1 (satu) tahun berikutnya,
hal ini ditujukan agar pihak First Travel memiliki cukup waktu
untuk bernegosiasi dengan pihak vendor agar mendapatkan harga
terbaik (murah). 19

19
Putusan Mahkamah Agung Nomor Republik Indonesia Nomor :
83/Pid.B/2018/PN.Dpk, h.941 diakses dari
54

Selisih harga yang lebar inilah yang memikat masyarakat untuk


berbondong-bondong mendaftar sebagai calon jamaah di PT. First
Travel. Apalagi, sejumlah pesohor (artis) turut dilibatkan sebagai
endorsement agar lebih meyakinkan calon jamaah.
PT. First Travel memberangkatkan jamaah umrah dengan sistem
ponzi. Skema investasi ini pertama kali dicetuskan oleh Charlez
Ponzi pada 1920. Skema ini adalah investasi palsu yang
membayarkan keuntungan untuk investor dari uang sendiri atau
dibayarkan oleh investor berikutnya. Bukan dari keuntungan yang
diperoleh individu atau organisasi yang menjalankan operasi ini.
Modus ini mengimingimingkan investor baru dengan menawarkan
keuntungan yang lebih tinggi dibanding investasi lain dalam jangka
pendek dengan keuntungan yang sangat tinggi.
Kelangsungan dari keuntungan yang tinggi itu membutuhkan
pemasukan dari investor atau jamaah baru, ini untuk terus menjaga
skema agar terus berjalan. Satuan tugas (satgas) waspada investasi
OJK menemukan skema yang mirip dilakukan oleh PT. First Travel.
Bedanya kalau investasi dijanjikan keuntungan tinggi, maka di First
Travel dijanjikan umrah dengan harga murah, karena
kekurangannya ditutup oleh jamaah lain yang masuk belakangan.
Menurut Tongam yang dikutip dalam detik.com mengatakan,
First Travel mengaku memberikan subsidi kepada jamaah. Namun,
akibat subsidi ini lama-lama pihak travel merekrut jamaah baru
untuk mebiayai dan memberangkatkan jamaah yang sudah bayar.
Ini artinya, First Trvel mendapatkan dana jamaah lama dari jamaah
baru yang menjadi anggota dipaket promo umrah tersebut.
4. First Travel tidak menepati janjinya kepada jamaah atau konsumen
untuk memberangkatkannya ke Tanah suci 6 bulan setelah

https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/a19089ae61a718edb8cc2afde8b17
4b2
55

pembayaran. First Travel melanggar Pasal 16 Undang-Undang


Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Adapun isi Pasal 16 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
ialah “Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa
melalui pesanan dilarang untuk:
a. Tidak menepati pesanan dan/atau kesepakatan waktu
penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan.
b. Tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau
prestasi.
PT. First Travel tidak menepati janji atas suatu pelayanan
dan/atau prestasi. Dalam perjanjiannya, First Travel akan
memberangkatkan jamaah enam bulan setelah pelunasan
pembayaran. Namun, pada kenyataannya jamaah tidak juga
diberangkatkan sampai pada waktu yang telah disepakati.
Berdasarkan data wawancara dengan kuasa hukum jamaah First
Travel. 20 First Travel juga menelantarkan jamaah umrah ditanah
suci. Karena ketidakjelasan First travel dalam memesan tiket pulang
jamaah. Sehingga jamaah telambat untuk pulang ke Indonesia.
5. First Travel telah menelantarkan jamaah sehingga jamaah gagal
diberangkatkan ke Tanah suci. First Tarvel melanggar Pasal 65 ayat
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Adapun bunyi Pasal 65 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 79 tahun 2012 ialah “PPIU dilarang menelantarkan jamaah
umrah yang mengakibatkan jamaah umrah gagal berangkat ke arab
Saudi”.

20
Hasil wawancara dengan Mustolih Siradj selaku kuasa hukum jamaah
sekaligus ketua Komnas Haji dan Umrah, yang dilakukan pada 26 Maret 2019
pukul 17:04 di LKBH Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
56

PT. First Anugrah Karya Wisata (First Travel) yang gagal


memberangkatkan 63.310 calon jama’ah ke tanah suci mekah, PT.
First Tarvel dianggap telah menggunakan dana calon jama’ah
sebesar Rp. 905 miliar. Jaksa dalam surat dakwaan memaparkan
63.310 calon jamaah itu dijanjikan berangkat umrah dengan jadwal
keberangkatan November 2016 sampai Mei 2017.
Andika Surrahman dan istrinya Anniesa Desvitasari
Hasibuan dan adiknya Kiki Hasibuan dituntut telah menipu
mentah-mentah sekitar 58.682 calon jamaah umrah, periode
Desember 2016 hingga Mei 2017. Dua puluh ribuan jamaah yang
tidak jelas keberangkatannya itu, First Travel mengantongi Rp.
848.700.100.000. Menurut data kepolisian, jumlah calon jamaah
dalam kurun waktu tersebut berjumlah 72.682, namun baru 14.000
orang yang diberangkatkan ke Tanah Suci.
Penipuan oleh biro perjalanan umrah First Travel ini
terungkap ketika sejumlah jamaah gagal berangkat pada 28 Maret
2017. Ketika itu para jamaah diinapkan di hotel sekitar Bandara
Soekarno-Hatta, Tangerang. Akibat hal ini, Kementerian Agama
melakukan klarifikasi hingga melakukan mediasi dengan jamaah.
Namun, upaya klarifikasi pada18 April tak diindahkan oleh pihak
First Travel. Setelah terus berupaya melakukan mediasi, First
Travel akhirnya dapat memenuhi permintaan mediasi tersebut.

C. Bentuk Tanggungjawab Hukum PT. First Travel Menurut UUPK

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen terdapat pasal yang menggambarkan sistem
tanggung jawab produk dalam hukum perlindungan konsumen Indonesia,
yaitu ketentuan pada pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
sebagai berikut :
57

1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas


kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan.
2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang
sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau
pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari setelah tanggal transaksi.
4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan
pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya
unsur kesalahan.
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa
kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.

Dari aspek hukum, tanggung jawab hukum First Travel dapat


dilihat dari aspek perdata, pidana, dan administratif. Dari aspek perdata,
First Travel telah melakukan wanprestasi tidak memberangkatkan calon
jamaah umrah, selain juga telah melakukan perbuatan melawan hukum
(onrechmatige daad dalam Bahasa Belanda dan Tort dalam Bahasa
Inggris). Oleh karena itu First Travel dapat dituntut secara perdata untuk
memenuhi perikatan yaitu memberangkatkan calon jamaah untuk umrah
ke tanah suci.

Pemenuhan kewajiban ini tidak boleh dilakukan sendiri oleh First


Travel karena ijin operasional First Travel sebagai penyelenggara ibadah
umrah telah dicabut oleh Kemenag RI. Pemenuhan kewajiban First Travel
tersebut dapat diselenggarakan oleh Biro Perjalanan Umrah lainnya,
58

namun atas biaya First Travel. Alternatif lainnya, First Travel dapat
dituntut dengan pembatalan perikatan sehingga harus mengembalikan
uang yang telah disetorkan oleh calon jamaah umrah untuk berangkat ke
tanah suci. 21

Terkait dengan pertanggungjawaban perdata tersebut, Majelis


Hakim sidang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutuskan First Travel memiliki hutang
ke penggugat dan mengabulkan gugatan PKPU dari 3 nasabah First
Travel. Ketiga nasabah tersebut adalah Hendarsih, Ananda Perdana Saleh,
dan Euis Hilda Ria. Berdasarkan Pasal 225 ayat (3) dan ayat (4) UU No.
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang, Majelis menganggap permohonan PKPU beralasan untuk
dikabulkan. Dengan dikabulkannya PKPU maka First Travel dinyatakan
“hidup” dan dapat dimintai pertanggungjawabannya secara perdata untuk
memberangkatkan calon jamaah umrah atau mengembalikan biaya umrah.

Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor


83/Pid.B/2018/PN.Dpk harta First Travel disita oleh Negara. Beberapa
asset milik direktur First Travel yang disita oleh Negara diantaranya
adalah :

a. 2 unit Ac 1 pk merek Panasonic


b. Kursi, kaca, cermin, meja, lampu gantung, perabotan rumah
tangga
c. Mobil Daihatsu sirion
d. Kartu NPWP Anniesa Desvitasari Hasibuan
e. 1 bundel akta pendirian First Travel

21
Dian Cahyaningrum, Tanggung Jawab Hukum First Travel Dalam
Kasus Penipuan, Penggelapan, dan Pencucian Uang Dengan Modus Umrah,
(Majalah Info Singkat Hukum, Vol IX, No. 16/II/Puslit/Agustus/2017), h.3
59

f. 1 lembar keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia


tentang pengesahan badan hukum perseroan
g. 2 buah kacamata Swarvoksi
h. 17 buah kacamata Dior
i. 6 buah kacamata Chanel
j. 19 buah kacamata Louis Vuitton
k. 7 buah kacamata Fendi
l. 15 buah ikat pinggang dari berbagai merek diantaranya Louis
Vuitton dan Hermes Mountblanc.

Serta menyita dokumen kwitansi pembayaran, diantaranya ialah :

a. Unit apartemen Puri Park View


b. Mobil Nissan
c. Mobil Honda B-19-EL
d. Mobil Toyota Hiace DK-9282-AH
e. Uang tunai Rp. 326.500.000
f. Uang tunai Rp. 994.237.434 atas nama PT. Interculture
Tourindo
g. Tanah dan bangunan di Cluster Vesa Kebagusan, Jakarta
Selatan

Dari aspek pidana, pertanggungjawaban pidana dapat dimintakan


kepada First Travel karena dinilai telah melakukan kesalahan. Kesalahan
merupakan hal yang sangat penting untuk mempidana seseorang karena di
dalam hukum pidana dikenal asas “tiada pidana tanpa kesalahan (geen
straf zonder schuld)”. PPATK menduga dana milik calon jamaah umrah
First Travel selain digunakan untuk memberangkatkan calon jamaah
umrah, juga digunakan tersangka untuk membeli aset-aset untuk
kepentingan pribadi.

Pidana penjara selama 20 (dua puluh) tahun untuk Andika


Surachman. dan kepada Anniesa Desvitasari Hasibuan dengan pidana
60

penjara selama 18 (delapan belas) tahun dan pidana denda kepada masing-
masing terdakwa sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah),
dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti
dengan pidana kurungan masing-masing selama 8 (delapan) bulan.
Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Dari aspek administratif, pertanggungjawaban administratif telah


dikenakan kepada First Travel karena telah melakukan pelanggaran
kebijakan atau ketentuan hukum administratif. First Travel telah dikenai
sanksi administratif berupa pencabutan ijin operasional oleh Kementerian
Agama Republik Indonesia. Dengan adanya pencabutan izin tersebut, First
Travel tidak dapat menyelenggarakan ibadah umrah lagi.

Kementerian Agama secara resmi menjatuhkan sanksi administratif


pencabutan izin operasional PT. First Anugerah Karya Wisata (First
Travel) sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU). Menurut
Kepala Biro Humas, Data dan Informasi, Mastuki, sanksi itu ditetapkan
melalui Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 589 Tahun 2017 per
tanggal 1 Agustus 2017 22. Hal ini terungkap lewat surat yang ditujukan
kepada Direktur First Travel, Andika Surachman. Surat bertanggal 3
Agustus itu menyatakan Kemenag mencabut izin penyelenggaraan umrah
oleh PT First Travel. Surat tersebut menjadi pengantar atas Keputusan
Menteri Agama. Surat bernomor B-3005/Dj/DT.II.I/4/Hj.09/08/2017
tersebut ditandatangani oleh Plt Kasubdit Pemantauan dan Pengawasan
Ibadah Umrah dan Haji Khusus, M Ach Halim. Kementerian Agama
mempersilakan pihak PT First Travel untuk menyanggah keputusan
tersebut paling lama dua minggu sejak diterbitkan

22
Diakses dari https://kemenag.go.id/berita/read/505159/kemenag-cabut-
izin-first-travel-sebagai-ppiu pada 8 April 2019 pukul 22:05
61

Pada 21 Juli 2017 Satuan Tugas Waspada Investasi Otoritas Jasa


Keuangan (OJK) memerintahkan First Travel untuk menghentikan
penjualan paket promo yang menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk
menggunakan jasa mereka. Perintah diterbitkan karena kuatnya indikasi
investasi illegal dan penghimpunan dana masyarakat tanpa izin.

Izin Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) untuk First


Travel pun dicabut Kementerian Agama karena terbukti melanggar Pasal
65 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan UU 13/2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah haji.
Kementerian Agama lantas memerintahkan First Travel untuk
mengembalikan seluruh biaya jemaah umrah yang telah mendaftar atau
melimpahkan seluruh jemaah tersebut kepada Penyelenggara Perjalanan
Ibadah Umra (PPIU) lain tanpa menambah biaya apapun.
BABV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa peneliti pada bab-bab sebelumnya maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hubungan hukum antara First Travel dengan jamaah. Pada kasus ini dapat
diidentifikasikan sebagai hubungan hukum bersegi dua atau tweezijdige
rechtsbetrekkingen. Dimana kedua belah pihak (perjanjian jual beli jasa)
berwenang/berhak untuk meminta sesuatu dari pihak lain. Seperti pihak
First Travel dan para calon Jamaah yang sama-sama berhak meminta
sesuatu dari masing-masing pihak. Namun keduanya juga wajib untuk
memberikan sesuatu kepada pihak lain. Seperti pihak First Travel yang
berkewajiban memberikan jasa pelayanan dan para calon Jemaah yang
berhak memberikan bayaran.Berkaitan dengan hal tersebut, hubungan
hukum antara pelaku usaha dengan konsumen telah terjadi ketika pelaku
usaha memberikan janji-janji serta informasi-informasi terkait barang
dan/atau jasa, karena sejak saat itulah timbul hak dan kewajiban para pihak,
baik pelaku usaha dan konsumen.
2. Bentuk pelanggaran hukum yang dilakukan First Travel. Pasal penipuan
378 KUHP jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo pasal 64 ayat (1) KUHP dan
Telah melakukan tindak pidana “menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke
luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat
berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana Penipuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta
Kekayaan dilakukan bersama-sama dengan berlanjut. Melanggar pasal 3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo pasal 55 ayat (1) ke-1

62
63

KUHP jo pasal 64 ayat (1) KUHP. Melanggar Pasal 10 Ayat (2) Peraturan
Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018. Melanggar Pasal 16 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Melanggar
Pasal 65 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
3. Berdasarkan perdata maka first travel wajib memberangkatkan jamaah ke
tanah suci, atau mengembalikan uang jamaah yang gagal diberangkatkan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Ancaman pidana bagi pemilik First Travel adalah 20 Tahun penjara
kurungan dan denda paling banayak Rp. 10.000.000.000,00. Dalam kasus
ini, pemilik First Travel Andika Surachman dan Anniesa Devitasari
Hasibuan berdasarkan putusan Putusan Mahkamah Agung Nomor Republik
Indonesia Nomor : 83/Pid.B/2018/PN.Dpk yang telah berkedudukan hukum
tetap, masing-masing dihukum 20 tahun penjara dan 18 tahun penjara serta
denda Rp. 10.000.000.000,00. Berdasarkan administrasi izin penyelenggra
perjalanan ibadah umrah dicabut oleh Kementerian Agama.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisa peneliti pada bab-bab sebelumnya maka dapat
diambil rekomendasi sebagai berikut :
1. Direkomendasikan agar Kementerian Agama Republik Indonesia dalam
hal ini bertindak sebagai Direketorat Jendral Haji dan Umrah memperketat
pengawasan terhadap travel-travel umrah agar tidak ada lagi kasus sepertii
jamaah First Travel.
2. Direkomendasikan agar semua travel umrah menaati program Lima pasti
Kementerian Agama, yaitu pasti travelnya, pasti jadwalnya, pasti
terbangnya, pasti hotelnya, pasti visanya.
3. Adanya kerjasama antara PPATK dengan Kementrian Agama.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahmadi, Muhammad Fahmi dan Arifin Jaenal, Metode Penelitian Hukum, Jakarta,
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuah Jakarta, 2010

Arijanto, Agus, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, Jakarta, PT. Rajagrafind Persada

Kristiyanti, Celina Tri Siwi, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Sinar


Grafika, 2011

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa


Edisi Keempat, PT. Gramrdia Pustaka Umum, Jakarta, 2008

Hasyim, Farida, Hukum Dagang, Jakarta, Sinar grafika, 2009

Marzuki, Peter Mahmud, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Prenada Media Grup,
2008

Marzuki, Peter Mahmud, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Prenada Media Grup,
2012

Miru Ahadi, Sutarman Yodo, Hukum Perindungan Konsuen, Jakarta: Rajawali


Pers, 2017

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, 2010

Mulhadi, Hukum Perusahaan, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010

Naf’I Moh, Haji dan Umrah Sebuah Cerminan Hidup, Surabaya, Erlangga, 2015

Madjid, Nurcholis, Perjalanan Religius ‘Umrah dan Haji, Jakarta, Paramadina


1997

Soeroso R., Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada , 2006

64
65

Sopyan, Yayan, Pengantar Metode Penelitian, Ciputat, Lembaga Penelitian UIN


Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010

WJS, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai


Pustaka,1976

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Kencana, 2016

Z Zurinal dan Aminudin, Fiqih Ibadah, Jakarta, Lembaga Penelitian Universitas


Islam Negeri Jakarta, 2008

Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun1999 Tentang Perindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-


Undang Nomor 13 tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

Putusan
Putusan Mahkamah Agung Nomor Republik Indonesia Nomor :
83/Pid.B/2018/PN.Dpk

Jurnal
Aini, Qurratul, Tindak Pidana Dengan Modus Travel Umrah (Analisis kasus First
Travel), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018
66

Dian Cahyaningrum, Tanggung Jawab Hukum First Travel Dalam Kasus


Penipuan, Penggelapan, dan Pencucian Uang Dengan Modus Umrah,
Majalah Info Singkat Hukum, Vol IX, No. 16/II/Puslit/Agustus/2017

Dewa Gede Ari Yudha Brahmanta, Anak Agung Sri Utari, Hubungan Hukum
Antar Pelaku Usaha Dengan KOnsumen, Fakultas Hukum Universitas
Udayana

Irmawati, Pengelolaan Travel Haji-Umroh Pada PT. Wahyu Abadi Wisata


Kabupaten Takalar, UIN Malang, 2017

Kahpi Ashabul, Jaminan Konstitusional Terhadap Hak Atas Lingkungan Hidup di


Indonesia, Vol.2/ No. 2/ Desember 2013

Korayan Jeremi, Gunawan Djayaputra, Tanggung Jawab Hukum Biro Perjaanan


Umroh Terhadap Calon Jama’ahnya, Universitas Tarumanegara

Maggalatung Salman, Legal Protection Against Indonesian Umrah Jemaah,


Jurnal Cita Hukum Vol. 5 No. 1

M. Syamsudin, Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku usaha

Website
https://batam.kemenag.go.id/halaman/detail/persyaratan-pendirian-travel-umrah
diakses pada 06 Januari 2019

http://detik.com diakses pada 28 Maret 2019 pukul 20:26

http://harmonitravel.com/pengertian-travel/ diakses pada 17 Februari 2019 jam


20:42

http://www.jurnalhukum.com/pengertian-pelaku-usaha/ pada 8 April 2019 pukul


21:55
67

https://kbbi.web.id/umrah diakses pada 03 Januari 2019 pukul 11:33

https://kemenag.go.id/berita/read/505159/kemenag-cabut-izin-first-travel-sebagai-
ppiu

https://nasional.kompas.com/read/2018/04/04/13232021/kemenag-evaluasi-906-
penyelenggara-perjalanan-ibadah-umrah diakses pada 12 November
2018 pukul 21:23

https://www.kontan.co.id pada 07 Februari jam 16:50


LAMPIRAN

68
69
70
71

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

FadilatunNisa. Peniliti dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24


Desember 1997. Yang merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara, pasangan Buyah Muhammad Sidik Mahfudz dan
Umi Siti Fatimah, serta satu abang bernama Hasan As-
Syaziliy dan satu adik bernama Hasbiyalloh As-Shidqi.

Peneliti menyelesaikan pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 05 Pagi


Cipete Selatan pada tahun 2009 . Madrasah Tsanawiyah di MTs Manaratul Islam
pada tahun 2012 dan Madrasah Aliyah Manaratul Islam pada tahun 2015.

Peneliti diterima di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tahun 2015 melalui jalur seleksi SNMPTN dan mengambil minat Ilmu
Hukum Konsentrasi Hukum Bisnis. Peneliti mengikuti kegiatan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Sarakan Tangerang.

Peneliti mengikuti organisasi sebagai bendahara di Forum Konstitusi dan


Demokrasi (FOKDEM) pada tahun 2017 sampai sekarang, juga anggota
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) komisariat Fakultas Syariah dan
Hukum.

You might also like