You are on page 1of 13

Jurnal EduMatSains, 3 (2) Januari 2019, 215-227

Analisa Interaksi Hidrofobik terhadap Kestabilan Termal Enzim Xilanase


Aspergillus niger
Nya Daniaty Malau*, Manogari Sianturi

Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Kristen Indonesia


Jl. Mayjen Sutoyo No. 2 Jakarta Timur, 13630, Indonesia

*e-mail: malaunyadaniaty@gmail.com

Abstract
Xylanase is one type of enzyme that has an important role in the field of industry. One way that can be
done to improve the thermostability of an enzyme is by protein engineering . Mutation of these
proteins can be done by studying the structure of proteins through molecular dynamics simulation
approach. In this research, thermal stability analysis on the structure of Aspergilus niger Wild Type
xylase (AnX) was performed. This study aims to study the thermal stability characteristic of Aspergilus
niger xylanase enzyme through molecular dynamics simulation approach. Molecular dynamics
simulations of AnX were performed using NAMD (Not Just Another Molecular Dynamic) software at
at a temperature of 300-500 K. This study focused on studying the thermal stability characteristic of
the enzymes to obtain information on residues that are responsible for the characteristic. Selection of
residues to be mutated, based on the results of Hydrophobic Interactions. Based on the analysis
results, the design of mutant Xylanase enzyme that is more thermostable than the Wild Type Xilanase
Enzyme, so it can provide suggestions a more stable Xilanase mutation design that can be
implemented into wet experiments to genetically engineer the Aspergilus niger xylanase enzyme.
Xylanase Aspergillus niger enzyme is unfolded at 500 K at 9.5 ns. The residues responsible for the
thermal stability of Xilanase Aspergilus niger enzyme based on hydrophobic interaction analysis are
Alanine at residue 60. This residue is in segment / chain 3. The best mutant that can increase thermal
stability is indicated by the Alanin 60 residue replaced with Methionin. The mutant Alanin 60 residue
that replaced with a methionine mutant obtained ΔΔGsolv value of -21.10345. Thus the Ala60Met
mutant is the most stable mutant supposed to increase thermal stability of Aspergillus niger Xilanase
Enzyme.

Keywords : enzyme, thermostability, mutation, molecular dynamics

PENDAHULUAN
Dewasa ini permintaan penggunaan non-pangan, enzim digunakan misalnya
enzim dalam bidang industri telah dalam industri kertas dan deterjen. Enzim
meningkat pesat dan mendapat posisi xilanase adalah salah satu jenis enzim yang
penting dalam bidang industri (Falch, banyak digunakan dalam industri, enzim ini
1991). Enzim telah banyak dimanfaatkan dapat menghidrolisis xilan. (Marisa, 2013).
baik di dalam industri pangan maupun Enzim xilanase banyak digunakan pada
nonpangan. Dalam industri pangan, enzim industri pra pemutihan (pre-bleaching)
digunakan misalnya dalam industri roti, pulp kimia (Kirk dan Jeffries, 1996).
keju, dan daging. Sedangkan dalam industri Dalam proses pemutihan pulp, xilanase

215
Nya Daniaty Malau, et. al. Jurnal EduMatSains, Januari 2019 | Vol.3| No.2

bertindak sbagai fasilitator agar proses menggunakan xilan murni sebagai


penghilangan kompleks lignin-karbohidrat induser akibatnya biaya produksi mahal,
(lignin carbohydrate complex) yang enzim bersifat eksotik (bukan anorganik),
terbentuk saat proses pulping dipermudah enzim yang disimpan terlalu lama tanpa
sehingga enzim ini mudah bereaksi menggunakan metode penyimpanan yang
dengan bahan kimia pemutih dan tepat menyebabkan menurunya aktivitas
meningkatkan ekstraksi lignin (Beg dkk., enzim sehingga konsentrasi pemakaian
2001). Xilanase yang digunakan dalam akan selalu meningkat, dan kurangnya
industri mampu menurunkan penggunaan transfer teknologi pada penggunaan
senyawa klorin sampai sekitar 20-40% enzim di industri. Karakteristik xilanase
dan mampu meningkatkan kualitas kertas yang ada dipasaran saat ini hanya memiliki
yang diperoleh (Dhillon dkk., 2000b; Beg suhu optimum kurang dari 50°C (Dhillon
dkk., 2001). Selain itu, menggunakan dkk., 2000a) olehkarena itu xilanase yang
enzim xilanase pada proses pemutihan pulp ada dipasaran tidak sesuai dengan
akan mampu menekan biaya menjadi lebih permintaan industri, sehingga dilakukan
rendah jika dibandingkan dengan proses berbagai upaya untuk meningkatkan
delignifikasi oksigen, extended cooking, kestabilam termal enzim tersebut. Salah
dan substitusi ozon, klorin dan hidrogen satu cara yang dapat dilakukan untuk
peroksida yang biayanya jauh lebih tinggi. meningkatkan termostabilitas suatu enzim
Karakteristik xilanase yang cocok adalah dengan merekayasa enzim.
digunakan pada industri salah satunya pada Kestabilan terhadap suhu adalah sifat
proses pemutihan adalah tahan suhu tinggi protein yang banyak diamati belakangan ini.
yaitu sekitar (60-70oC), tahan pH alkali, Hal itu dikarenakan sejak proses produksi,
berupa endoxilanase (Viikari dkk., 1994) penyimpanan sampai kepada penggunaan,
dan bebas dari aktivitas selulase. semua kondisi akan selalu dipengaruhi oleh
Pemakaian enzim xilanase di industri panas. Stabilitas akan mempengaruhi
pulp dan kertas masih sangat minim hal ini struktur protein. Sehingga struktur protein
dikarenakan ketidaktersediaan enzim (konformasi) akan mempengaruhi
xilanase komersial yang sesuai dengan fungsinya. Interaksi hidrofobik, jembatan
permintaan industri dalam hal ini industri garam dan interaksi antara asam amino
pemutihan kertas (tahan suhu tinggi), yang memiliki muatan seperti lisin, arginin,
Sejauh ini proses produksi xilanase masih asam aspartat, asam glutamat serta asam

216
Analisa Interaksi Hidrofobik terhadap

amino dari ikatan peptida adalah beberapa untuk proses simulasi adalah NAMD (Not
force penting yang menjaga struktur protein. Just Another Molecular Dynamics
Secara umum, menguatkan force tersebut, Program) versi 2.9 (Philips dkk., 2005)
misalnya dengan merubah asam amino sedangkan untuk preparasi dan analisa hasil
hydrophilic dalam lingkungan yang simulasi dilakukan menggunakan program
hydrophobic, akan menaikkan stabilitas VMD (Visual Molecular Dynamics
protein tersebut. Program) versi 1.9.1 (Humprey dkk., 1996),
Dalam penelitian ini akan dianalisis untuk pengolahan data digunakan program
stabilitas termal enzim xilanase Aspergillus CatDCD versi 4. VBA Ms. Excel 2010
niger Wild Type (ANX) berdasarkan digunakan untuk smoothing grafik, dan
interaksi hidrofobiknya melalui pendekatan Gnuplot versi 2.6 digunakan untuk
Simulasi Dinamika Molekuler (SDM). membuat grafik.
Rancangan Penelitian
BAHAN DAN METODE
1. Preparasi Sistem Simulasi
Bahan Struktur kristal enzim xilanase
Bahan yang digunakan dalam Aspergillus niger (kode PDB: 1UKR)
penelitian ini adalah data eksperimen hasil (Krengel dan Dijkstra, 1996) yang
X-Ray Diffraction berupa data koordinat digunakan pada simulasi didapat dari bank
enzim xilanase Aspergillus niger (Krengel data Protein Data Bank (PDB)
dan Dijkstra, 1996) yang dapat diunduh di (http://www.pdb.org/pdb/home/home.do).
protein data bank (PDB) Penentuan struktur kristal 1UKR dilakukan
(http://www.rscb.org/pdb/) dengan kode dengan metode difraksi sinar-X dan
PDB 1UKR (Berman et al. 2000). memiliki resolusi 2.4 Å. Residu asam
Alat amino penyusun Xilanase adalah 181 residu.
Peralatan yang digunakan berupa File PSF (Protein Structure File) adalah file
perangkat keras dan perangkat lunak. berisikan informasi molekul secara spesifik
Perangkat keras terdiri atas komputer yang dibutuhkan untuk menerapkan medan
dengan spesifikasi RAM 8 GB, Quad Core gaya tertentu ke dalam sistem molekul.
Processor (Intel CoreI7), Graphic Card Untuk membuat file ini NAMD
NVIDIA Ge Force GTS 9400, 16 core GPU menyediakan program psfgen.
dan sistem operasi LINUX Ubuntu versi Untuk lebih menyerupai lingkungan
14.04. Perangkat lunak yang digunakan selular, protein dilarutkan dan dimasukkan

217
Nya Daniaty Malau, et. al. Jurnal EduMatSains, Januari 2019 | Vol.3| No.2

kedalam air. Protein itu dilarutkan dalam 2. Simulasi Dinamika Molekul


bentuk kotak dengan ukuran 100Å x 100Å Simulasi ini dilakukan dengan empat
x 100Å yang berisi molekul air. Molekul air tahapan menggunakan program NAMD
yang dipilih sebagai pelarut eksplisit dengan masukan awal file konfigurasi.
(solvasi) pada sistem simulasi adalah model File ini sebagai pengontrol sistem yang
molekul air TIP3P dengan metode periodic berisi parameter dalam menjalankan
boundary condition (PBC). Sistem ini simulasi. File topologi yang digunakan
dinetralkan dengan menambahkan ion adalah par_all27_prot_na_lipid.inp. Tahap
(NaCl) pada konsentrasi fisiologis pertama adalah minimisasi. Minimisasi
menggunakan VMD solvate dan autoioniz bertujuan untuk meminimalkan energi pada
e plugin. molekul. Masukan awal adalah file struktur
Dalam simulasi ini dibutuhkan file dan file psf hasil dari preparasi molekul.
parameter medan gaya. Sebuah medan gaya Kedua, pemanasan, masukan awal adalah
adalah ekspresi matematis dari gaya hasil dari minimisasi. Pada awal simulasi
potensial yang diperoleh dalam sistem. sistem bersuhu 0 K, suhu akhir akan
Sebuah file parameter medan gaya divariasikan menjadi 300K, 400 K, 450 K
CHARMM berisi konstanta numerik yang dan 500 K. Ketiga, ekuilibrasi, suhu sistem
diperlukan untuk mengevaluasi gaya dan dijaga konstan dengan protokol Langevin.
energi, mengingat PSF sebuah file struktur Kemudian tahap terakhir adalah production
dan atom koordinat. Parameter CHARMM run. Pada tahap inilah simulasi dinamika
dapat didownload dari website: http : molekul dijalankan. Molekul dibiarkan
//www.charmm.org/. Untuk menjalankan bebas bergerak dengan cara suhu sistem
simulasi dinamika molekuler dibutuhkan tidak dikontrol lagi. Tahap ini dilakukan
script. Script simulasi adalah program selama 10 ns untuk suhu 300K, 400 K, 450
untuk menjalankan simulasi NAMD seperti K dan suhu 500 K.
yang diinginkan. NAMD menjalankan file Keluaran dari tahap akhir simulasi
konfigurasi dinamika molekul adalah file dcd. File
dengan menggunakan bahasa scripting Tcl. ini divisualisasikan pada program VMD.
Data yang diperoleh tersebut
menghasilkan grafik yang dibutuhkan
untuk analisis kestabilan termal protein.

218
Analisa Interaksi Hidrofobik terhadap

dan perubahan struktur yang terjadi. Adapun


HASIL DAN PEMBAHASAN
parameter yang diamati untuk menganalisis
Penelitian pada enzim atau protein kestabilam termal Enzim antara lain adalah
termostabil dapat memberikan pengetahuan RMSF (Root-mean-square fluctuation).
baru tentang faktor-faktor yang menentukan Root-mean-square fluctuation
stabilitas termal enzim, maupun aplikasi (RMSF) adalah akar kuadrat rata-rata
praktis pada bidang industri. Pemahaman fluktuasi koordinat atom terhadap struktur
tentang faktor penentu stabilitas termal suatu referensinya. RMSF merupakan analisis
protein atau enzim dapat dijadikan sebagai fleksibilitas residu asam amino penyusun
acuan untuk merekayasa protein serta protein yang dihitung berdasarkan
menghindari kesalahan target mutasi yang persamaan berikut :
dapat berakibat fatal terhadap kestabilan
maupun aktivitas enzim.
(1)
Penelitian yang telah dilakukan
dimana Rj merupakan koordinat residu j
terbagi atas tiga kelompok, meliputi simulasi
dan |Rj| merepresentasikan rata-rata posisi
kestabilan termal enzim xilanase Aspergilus
residu j. Analisis ini digunakan untuk
niger wild-type yaitu simulasi yang
mendapatkan informasi mengenai residu
dilakukan untuk menganalisis kestabilan
asam amino yang bersifat fleksibel dan yang
termal enzim, pemilihan mutan enzim
bersifat kaku selama proses simulasi
xilanase Aspergilus niger dan simulasi FEP
berlangsung.
untuk menganalisis perubahan energi bebas
Untuk parameter RMSF dari gambar
solvasi mutan yang terpilih.
1.a, 1.b, 1.c, dan 1.d terlihat bahwa simulasi
pada temperatur 300 K, 400 K dan 450 K
1. Analisis Kestabilan Termal Enzim
nilai RMSF tidak mengalami fluktuasi
Xilanase Aspergilus niger
secara signifikan. Pola yang diperlihatkan
Analisis kestabilan termal Enzim
juga cenderung sama pada ketiga variasi
Aspergilus niger dapat diamati dari proses
suhu. Ini menandakan bahwa protein masih
unfolding adapun tujuan dilakukan analisa
cenderung stabil, walaupun ada beberapa
kestabilan termal pada enzim Xilanase
puncak yang muncul yang menggambarkan
adalah untuk mengetahui fleksibilitas enzim

219
Nya Daniaty Malau, et. al. Jurnal EduMatSains, Januari 2019 | Vol.3| No.2

residu yang fleksibel, tetapi jumlahnya residu-residu yang semula rigid menjadi
masih tergolong sedikit. Sedangkan pada fleksibel, yang ditandai oleh banyaknya
temperatur 500 K nilai RMSF meningkat puncak yang muncul. Hal ini
cukup signifikan dan pola nilainya juga mengindikasikan bahwa telah terjadi proses
sangat berbeda dibandingkan variasi suhu unfolding pada protein.
lainnya. Seiring meningkatnya temperatur,

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 1. Perubahan analisis parameter enzim pada temperatur 300 K, 400 K, 450 K dan 500 K
masing-masing selama 10 ns (a). RMSF Segmen 1 (b). RMSF Segmen 2 (c). RMSF Segmen 3
(d). RMSF Segmen 4

220
Analisa Interaksi Hidrofobik terhadap

Dari keempat segmen atau chain yang dalam interior protein, terlindungi dari
dianalisa, segmen 1 dan 3 memiliki pola pelarut sehingga menyebabkan suatu
yang unik dan fluktuasi yang signifikan, protein dapat mempertahankan
sehingga diduga residu – residu pada chain 1 integritasnya (Klapper 1971). Fenomena
dan 3 ini memiliki nilai fluktuasi yang tersebut dikenal sebagai pengaruh
tinggi, sehingga memiliki potensi untuk hidrofobik (hydrophobic effect).
dimutasi, supaya mampu membuat residu Dari hasil analisa RMSF yang diamati
menjadi rigid. hanya pada RMSF segmen 1 dan RMSF
2. Pemilihan Mutan Enzim Xilanase segmen 3. Hal ini dikarenakan pada kedua
Aspergilus niger segmen, nilai RMSF berfluktuasi sangat
Pemilihan residu-residu yang akan signifikan, sehingga diduga residu – residu
dimutasi untuk meningkatkan kestabilan pada chain 1 dan 3 ini memiliki nilai
enzim Aspergillus niger didasarkan pada fluktuasi yang tinggi, sehingga memiliki
analisis interaksi hidrofobik. Adapun potensi untuk dimutasi, supaya mampu
interaksi hidrofobik dianggap mampu membuat residu menjadi rigid. Pada segmen
menentukan residu yang mana yang 1, diperoleh tiga residu yang fleksibel.
memiliki kontribusi signifikan untuk Residu yang hidrofobik, yaitu Pro76 dan
menstabilkam protein dalam hal ini enzim. residu yang hidrofilik yaitu, Ser22 dan
Analisa tersebut hanya dilakukan pada suhu Thr122. Ketiga residu ini berada pada
500 K. Pada suhu ini protein sudah struktur sekunder coil dan turn sehingga
unfolding, sehingga mudah untuk mencari tidak cocok untuk dilakukan mutasi.
residu-residu penstabil protein. Pada segmen 3, diperoleh lima residu
Di antara sekian banyak faktor yang fleksibel yaitu Ala60, Trp30, Gly158,
penentu stabilitas termal protein, interaksi Pro92 dan Tyr75. Residu yang hidrofobik,
hidrofobik juga dipertimbangkan sebagai yaitu Ala60, Trp30, Tyr75 dan Pro92
faktor dominan penentu kestabilan protein sedangkan residu yang hidrofilik yaitu
(Mathews dan van Holde 1996). Hal ini Gly158. Residu yang berada pada struktur
didasari atas fenomena bahwa ketika sekunder coil dan turn adalah residu Gly158,
protein melipat (folded) sebagian besar Tyr75 dan Pro92 sehingga tidak cocok untuk
residu non polar (~80%) akan terkubur di dilakukan mutasi. Sedangkan residu Ala60

221
Nya Daniaty Malau, et. al. Jurnal EduMatSains, Januari 2019 | Vol.3| No.2

dan Trp30 berada pada struktur beta-sheet ΔG yang dihasilkan akan digunakan sebagai
yang merupakan struktur yang memiliki penentu apakah mutasi yang dilakukan
kerusakan lebih besar dibanding alpa-helix mampu meningkatkan kestabilan atau malah
pada saat unfolding terjadi. menurunkannya. Nilai ΔΔGsolv tersebut
Sehingga diduga residu ini adalah diperoleh dari selisih ΔG dari simulasi tanpa
residu hidrofobik yang putus akibat pelarut (vacuo) dan simulasi dengan
meningkatnya temperatur yang diberikan pelarut (aqua) didefinisikan sebagai
pada protein tersebut. Kedua residu tersebut ΔΔGsolv (Kcal/mol) atau perubahan
Ala60 dan Trp30 kemudian dimutasi dan energi bebas solvasi. Nilai tersebut
diperoleh 6 variasi mutan yang diberikan menyatakan jumlah energi yang dibutuhkan
yaitu Ala60Ile, Ala60Met, Ala60Val, melakukan mutasi. Mutan yang memiliki
Trp30Ile, Trp30Met dan Trp30Val. Variasi nilai ΔΔGsolv yang negatif artinya mutan
mutan ini diberikan untuk mempertahankan tersebut mampu meningkatkan kestabilan
interaksi hidrofobiknya. dari protein yang disimulasikan dan
Untuk menganalisis efek mutasi sebaliknya jika bernilai positif, artinya
terhadap stabilitas termal enzim secara mutan menurunkan kestabilan dari protein
kuantitatif, dilakukan perhitungan nilai yang dimutasi. Simulasi FEP juga bisa
perubahan energi bebas ( Gsolv ) menjadi tidak stabil, kondisi ini tidak
melalui pendekatan free energy merusak fungsi protein sehingga tidak
perturbation (FEP). Jika perhitungan nilai disarankan dilakukan mutasi jika sistem
Gsolv positif mengindikasikan bahwa menjadi unstable.
mutan lebih tidak stabil dibandingkan wild- Dari tabel 1 memperlihatkan nilai
type nya dan sebaliknya jika perhitungan ΔΔGsolv pada semua calon mutan. Untuk
Gsolv negatif mengindikasikan bahwa mutan Ala60Ile, Ala60Met dan Ala60Val
mutan lebih stabil dibandingkan wild-type adalah mutan yang diperoleh berdasarkan
nya (Kollman 1993; Ghoufi et al.2004). analisis interaksi hidrofobik. Ketika
3. Analisis Perubahan Energi dilakukan simulasi Free Energy
Bebas Solvasi Perturbation (FEP) maka sistem menjadi
Keluaran simulasi FEP adalah nilai stabil. Ini dapat kita amati dari hasil total
ΔG (Kcal/mol) untuk setiap nilai. Nilai

222
Analisa Interaksi Hidrofobik terhadap

energi yang dihasilkan yaitu semakin menuju negatif.

Tabel 1. Pemilihan Mutan dan Nilai Gsolv


Analisa Pemilihan Residu yang akan Mutan Gsolv
Mutan dimutasi (Kkal/mol)
Interaksi Hidrofobik Ala 60 Ile -14.6198
Met -21.10345
Val -11.605178
Trp 30 Ile Unstable
Met Unstable
Val Unstable

Chain 1

Chain 4

Chain 2

Trp30
Ala60
Chain 3

Gambar 2. Posisi calon mutan berdasarkan Ikatan Hidrofobik : Trp 30 (Merah) – Ala 60 (Hitam)
223
Nya Daniaty Malau, et. al. Jurnal EduMatSains, Januari 2019 | Vol.3| No.2

Jika energi semakin minimum maka yang terlampir (Lampiran 3) residu ini
sistem menjadi semakin stabil dari kondisi memiliki karakteristik Weak former dalam
wild-type nya. Hal ini berarti mutasi yang membentuk konformasi β-sheet dengan
dilakukan pada Ala60Ile, Ala60Met dan kemampuan sebesar 0.97, sedangkan residu
Ala60Val sangat berpengaruh pada 60Met memiliki kemampuan sebagai Strong
peningkatan kestabilan termal protein former β-sheet sebesar 1.67 sehingga residu
Xilanase Aspergilus niger. Ketika dilakukan Metionin (60Met) lebih stabil jika
mutasi nilai ΔΔGsolv pada Ala60Ile, yang dibandingkan dengan residu Alanin. Begitu
dihasilkan negatif artinya sistem menjadi juga untuk residu mutan 60Ile, residu ini
lebih stabil dari kondisi awalnya. Besarnya memiliki kemampuan sebagai Strong former
ΔΔGsolv yaitu sebesar -14.6198 sedangkan β-sheet sebesar 1.60 sehingga residu
mutan Ala60Met memiliki nilai ΔΔGsolv Isoleusin (60Ile) lebih stabil jika
yang juga negatif yaitu sebesar -21.10345. dibandingkan dengan residu Alanin. Untuk
Pada mutan Ala60Val juga memiliki nilai mutan 60Val juga sama, residu ini memiliki
ΔΔGsolv yang juga negatif yaitu sebesar - kemampuan sebagai Strong former β-sheet
11.605178. Dari nilai ΔΔGsolv mutasi Ala60 sebesar 1.65 sehingga residu Isoleusin
diatas maka dapat disimpulkan bahwa ketiga (60Ile) lebih stabil jika dibandingkan dengan
mutan mampu meningkatkan kestabilan dari residu Alanin. Hanya saja jika dibandingkan
protein Xilanase Aspergilus niger hanya ketiga mutan pengganti kemampuan sebagai
mutan terbaik adalah dihasilkan oleh mutan Strong former β-sheet yang paling besar
Ala60Met. Karena nilai mutan Ala60Met dimiliki oleh residu metionin (60Met)
lebih negatif dibandingkan kedua mutan sehingga mutanAla60Met adalah mutan
lainnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa terbaik untuk meningkatkan kestabilan
mutan Ala60Met menjadi mutan terbaik protein Xilanase Aspergilus niger jika
untuk mutasi residu Ala60. Ketiga mutasi dianalisis dari ikatan hidrofobiknya.
diatas memang ditujukan untuk tetap Untuk mutan Trp30Ile, Trp30Met dan
mempertahankan interaksi hidrofobik. Trp30Val adalah mutan yang juga diperoleh
Hanya saja, residu Ala60 melalui preferensi berdasarkan analisis Ikatan Hidrofobik.
konformasi (Biological magnetic Ketika dilakukan simulasi Free Energy
resonance data) Perturbation (FEP) maka sistem menjadi

224
Analisa Interaksi Hidrofobik terhadap

tidak stabil. Hal ini berarti residu Triptofan terbaik dan yang paling mungkin dilakukan
(Trp30) tidak cocok untuk dimutasi. Karena yaitu pada mutan residu Alanin 60 yang
menyebabkan sistem menjadi tidak stabil. diganti dengan mutan Metionin. Mutan
Sehingga Hal ini berarti mutasi yang residu Alanin 60 yang diganti dengan mutan
dilakukan pada Trp30Ile, Trp30Met dan metionin memperoleh nilai Gsolv sebesar
Trp30Val tidak berpengaruh pada -21.10345. Sehingga Ala60Met adalah
peningkatan kestabilan termal protein mutan yang paling stabil yang diduga
Xilanase Aspergilus niger dan tidak mampu meningkatkan kestabilan termal
disarankan dilakukan mutasi karena Enzim Xilanase Aspergillus niger.
menyebabkan protein menjadi rusak dan
UCAPAN TERIMAKASIH
kehilangan fungsinya.
Penulis mengucapkan rasa syukur dan
KESIMPULAN terimakasih yang tak terhingga kepada
Enzim Xilanase Aspergilus niger Tuhan Yang Maha Kuasa, karena akhirnya
mengalami unfolding pada temperatur 500 K penulis dapat merampungkan penelitian ini.
saat 9.5 ns. Residu-residu yang bertanggung Penulisan ini dapat terlaksana karena
jawab terhadap kestabilan termal enzim bantuan dana dari Universitas Kristen
Xilanase Aspergilus niger berdasarkan Indonesia; untuk itu penulis ingin
analisa interaksi hidrofobik yaitu Alanin mengucapkan terimakasih. Ucapan
pada residu 60. Kedua residu ini berada pada terimakasih juga ingin penulis sampaikan
segmen/ chain 3. kepada bapak Dekan dan Wakil dekan FKIP
Pemilihan mutan enzim Xilanase UKI, kepada Kaprodi Pendidikan Fisika dan
Aspergilus niger yang didasarkan pada kepada koordinator penelitian FKIP UKI
interaksi hidrofobik maka variasi mutan serta teman sejawat dosen-dosen yang
yang diperoleh yaitu Ala60Ile, Ala60Met, berhomebase di FKIP UKI. Terimakasih atas
Ala60Val, Trp30Ile, Trp30Met dan dukungan baik doa dan tenaga yang
Trp30Val. Variasi mutan ini diberikan untuk diberikan untuk membantu terselesaikannya
mempertahankan interaksi hidrofobiknya. penelitian ini.
Dengan melakukan simulasi free
energy perturbation (FEP) diperoleh mutan

225
Nya Daniaty Malau, et. al. Jurnal EduMatSains, Januari 2019 | Vol.3| No.2

DAFTAR PUSTAKA Cations by Water-Soluble

Beg, Q. K., M. Kapoor, L. Mahajan, and G.S. Calixarene. J. Phys. Chem. B. 108,
11744-11752.
Hoondal. 2001. Microbial xylanases
and their industrial applications: a Humphrey W, Dalke A, Schulten K. 1996.
VMD: visual molecular dynamics. J.
review. Applied Microbiology and
Mol. Graph. 14(1), 27 – 38.
Biotechnology. 56, 326-338
Berman HM, Westbrook J, Feng Z, Kirk, T. K., and T.W. Jeffries. 1996. Roles
for microbial enzymes in pulp and
Gilliland G, Bhat TN, Weissig H,
Shindyalov IN, Bourne PE. 2000. paper processing, 1996 dalam
Jeffries, T.W., Viikari, L. (ed).
The Protein Data Bank. Nucleic
Enzymes for Pulp and Paper
Acids Res. 28: 235-242. Betz SF.
1993. Disulfide bonds and the Processing. Washington. USA.
Kollman P. 1993. Free energy
stability of globular proteins. Protein
Science. 2, 1551-1558. calculations: Applications to
chemical and biochemical
Dhillon, A., J. K. Gupta, and S. Khanna.
phenomena. Chem Rev. 93, 2395-
2000a. Enhanced production,
purification and characterization of a 2417
Krengel, U. and B.W. Dijkstra. 1996. Three-
novel cellulase-poor thermostable,
alkalitolerant xylanase from Bacillus dimensional structure of Endo-1,4-
beta-xylanase I from Aspergillus
circulans AB 16. Process
niger: molecular basis for its low pH
Biochemistry. 35, 849- 856
Falch, E.A. 1991. Industrial Enzymes optimum. J.Mol.Biol. 263, 70-78
Marisa A. Lima. 2013. Aspergillus nigerβ-
Developments in Production and
Application. Biotech Adv. 9, 643- Glucosidase Has a Cellulase-like
Tadpole Molecular Shape. The
658
Journal of Biological Chemistry. 288,
Ghoufi A, Bonal C, Morel JP, Morel-
Desrosiers N, Malfreyt P. 2004. 32991-33005
Mathews, CK, van Holde KE. 1996.
Gibbs Free Energy Perturbation
Calculations, An Application to Biochemistry. 2nd. The

the Binding of Alkylammonium


226
Analisa Interaksi Hidrofobik terhadap

Benjamin/Cummings Publishing
Company, Inc.
Phillips JC, Braun R, Wang W, Gumbart J,
Tajkhorshid E, Villa E, Chipot C,
Skeel RD, Kale L, Schulten K. 2005.
Scalable molecular dynamics with
NAMD. J. Comput. Chem.
26(16) ,1781-1802.
Viikari, L., A. Kantelinen, J. Sundquist,
and M. Linko. 1994. Xylanases in
bleaching: from an idea to the
industry. FEMS Microbiology
Reviews. 13, 335- 350

227

You might also like