You are on page 1of 14

F4.

JUDUL LAPORAN
Pemberian ASI Eksklusif dan Tahapan Pemberian Makanan Pendamping ASI

LATAR BELAKANG
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di rumah tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. Tujuan dari upaya tersebut ialah agar
tercapainya lingkungan yang sehat, tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat
dan cerdas, masyarakat dapat lebih mengupayakan pemenuhan gizi
keluarga.
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan kurangnya
tingg badan atau anak tergolong pendek. Jika seorang anak mengalami
stunting, maka dirinya akan lebih mudah terkena penyakit, memiliki
kecerdasan di bawah normal, dan produktivitas rendah. Berdasarkan data
Kementerian Kesehatan tahun 2016, sebanyak 27,5% dari total populasi di
Indonesia mengalami stunting. Hal tersebut menjadikan Indonesia
menempati posisi pertama diantara negara-negara di Asia Tenggara yang
angka prevalensi stunting- nya tertinggi. Di Provinsi Jawa Barat sendiri,
sebanyak 25,1% dari total populasi penduduk Jawa Barat mengalami
stunting.
Salah satu dari sepuluh indikator perilaku hidup bersih dan sehat ialah
pemberian ASI ekskulif sampai anak berusia 2 tahun dan diberikannya
makanan pendampi ASI secara bertahap bagi anak-anak di usia 6 bulan
hingga 2 tahun. Jika diperhatikan dan dijalankan dengan baik maka anak
akan tumbuh lebih sehat dan tidak mudah sakit serta memiliki daya tahan
tubuh yang lebih baik.
Selama menjalankan pelayanan di Puskesmas, didapatkan beberapa ibu
yang tidak memberikan ASI ekslusif kepada anaknya yang berusia di bawah 2
tahun, dan ditemukan anak yang pertumbuhannya didapatkan kurang
bahkan termasuk dalam kategori stunting berdasarkan pengukuran tinggi
badan dan berat badan setelah dilakukan plotting dalam kurva WHO. Maka
dari itu dirasa perlu untuk memberikan edukasi berupa penyuluhan kepada
masyarakat mengenai pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat,
khususnya dalam pemberian ASI ekslusif dan makanan pendamping ASI.

PERMASALAHAN
-Kurangnya perhatian masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat.
-Beberapa ibu tidak menerapkan pemberian ASI eksklusif kepada anak
dibawah usia 2 tahun.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


-Melakukan penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
-Melakukan penyuluhan pemberian ASI Eksklusif serta tahapan pemberian
makanan pendamping ASI hingga anak berusia 2 tahun.

PELAKSANAAN
Penyuluhan dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Agustus 2021 pukul 08.30 di
Ruang Tunggu Pasien dan Pengantar Puskesmas Cipinang Melayu. Kegiatan
dihadiri oleh 32 orang pengunjung Puskesmas. Kegiatan berlangsung selama
kurang lebih 15 menit, menyampaikan 10 indikator perilaku hidup bersih
dan sehat di rumah tangga.
Adapun kesepuluh indikator tersebut ialah memastikan bahwa persalinan
ditolong oleh tenaga Kesehatan baik dokter spesialis kandungan dan
kebidanan, dokter umum maupun bidan. Hal tersebut dapat dilakukan di
tempat praktek bidan, Puskesmas, klinik maupun rumah sakit dengan tujuan

2
mencegah dan dapat lebih cepat menanggapi jika terjadi komplikasi selama
kehamilan dan persalinan. Setelah anak lahir, ibu diajarkan untuk
memberikan ASI eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan, dengan frekuensi
sesering mungkin jika anak merasa lapar. Ketika anak beranjak memasuki
usia 6 bulan hingga 2 tahun, maka pemberian ASI tetap dilanjutkan dengan
diberikan makanan tambahan secara bertahap. Pada usia 6-9 bulan,
makanan yang diberikan berupa makanan lumat dan kental dari makanan
yang disaring sebanyak 2-3 sendok makan, 2-3 kali sehari, dapat diberikan
selingan sebanyak 1-2 kali sehari. Saat anak berusia 9-12 bulan, dapat
diberikan makanan keluarga yang rasanya disesuaikan, berupa makanan
yang ditumbuk atau dicincang sebanyak 3-4 kali sehari ditambah 1-2 kali
selingan. Jika anak sudah berusia 12-24 tahun, anak dapat diberikan
makanan sesuai menu orang dewasa dengan porsi yang cukup sekitar 200-
250 mL, ditambah selingan 1-2 kali sehari.
Selain itu disampaikan juga untuk rutin menimbang balita (12-60 bulan)
setiap bulan dan tercatat dalam kartu menuju sehat; menggunakan air
bersih untuk kegiatan sehari, memenuhi syarat air bersih dan sumber air
bersih memiliki jarak minimal 10 meter dari sumber pencemar; rajin
mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun; menggunakan jamban
sehat; memberantas jentik nyamuk di rumah minimal 1 kali dalam
seminggu; mengonsumsi sayur dan buah setiap hari; melakukan aktifitas
fisik setiap hari minimal 30 menit/hari; tidak merokok di dalam rumah.

MONITORING & EVALUASI


-Masyarakat mulai lebih memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat.
-Ibu yang memiliki anak yang baru lahir memahami pemberian ASI eksklusif
dan rutin memeriksakan tumbuh-kembang anak ke posyandu/Puskesmas.

3
JUDUL LAPORAN
Edukasi dan Penyuluhan Mengenai Pola Makan pada Lansia yang memiliki
Riwayat Diabetes Mellitus

LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang dapat
ditimbulkan akibat pola gaya hidup atau perilaku yang tidak sehat. Adapun
faktor risiko yang dapat memberikan pengaruh akan timbulnya diabetes
mellitus ialah kebiasan makan makanan manis dan minuman manis, banyak
mengonsumsi karbohidrat yang melebihi anjuran, kurangnya konsumsi serat
dari sayur atau buah-buahan dan kurangnya aktifitas fisik.
Pada kegiatan Prolanis di PUskesmas CIpinang Melayu terdapat beberapa
lansia yang memiliki riwayat diabetes mellitus sebelumnya, maupun lansia
yang baru terdeteksi memiliki kadar gula darah sewaktu diatas nilai normal
dan terdiagnosis dengan diabetes mellitus. Banyak dari lansia yang datang
kurang mengerti dan menyadari apabila penyakit tersebut dapat diakibatkan
oleh faktor makanan yang sebenarnya mudah untuk dimodifikasi. Untuk
mencegah timbulnya diabetes mellitus ataupun untuk mengontrolnya dan
mencegah agar kadar gula dalam darah tidak semakin meningkat maka
diperlukan penyampaian informasi berupa edukasi dan penyuluhan
mengenai cara-cara mencegah dan mengotrol diabetes mellitus.

PERMASALAHAN
- Banyak lansia yang berkunjung di Prolanis yang memiliki riwayat dan
terdeteksi memiliki diabetes mellitus tipe 2.
- Banyak dari lansia tersebut yang kurang memahami cara-cara untuk
mencegah dan mengontrol gula darah, terutama dalam pengobatan non-
medikamentosa.

4
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Edukasi dan penyuluhan kepada setiap lansia yang memiliki riwayat atau
yang baru terdiagnosa memiliki diabetes mellitus tipe 2 akan pola hidup
yang sehat dengan mengatur pola makan dan melakukan aktifitas fisik
secara teratur.

PELAKSANAAN
Pada hari Senin, 23 Agustus 2021 di Puskesmas Cipinang MElayu telah
dilakukan skrining atau deteksi dini penyakit tidak menular kepada lansia.
Tidak sedikit di antara lansia tersebut yang ternyata memiliki riwayat
diabetes mellitus maupun yang beru terdiagnosa memiliki diabetes mellitus
berdasarkan hasil pemeriksaan GDS yang memiliki nilai diatas normal (>200
mg/dL). Kepada lansia-lansia tersebut diberikan penyuluhan dan edukasi
untuk mengontrol dan mencegah gula darah semakin tinggi. Adapun
informasi yang disampaikan ialah definisi dari diabetes mellitus berdasarkan
hasil pemeriksaan darah (dalam hal ini GDS yang sedang dilakukan saat
Posbindu), bagaimana penyakit ini dapat timbul dikarenakan gaya hidup
yang kurang sehat, menganjurkan lansia untuk makan 3 kali porsi biasa
dengan 2 kali selingan, membatasi konsumsi karbohidrat (nasi putih tidak
lebuh dari 1 centong tiap kali makan), membatasi konsumsi gula
(mengurangi makanan dan minuman manis, mengurangi konsumsi buah-
buahan musiman), meningkatkan konsumsi sayur dan buah setiap hari
(kurang lebih sebanyak 1 mangkok kecil per porsi dalam tiap kali makan),
melakukan aktifitas fisik intensitas sedang seperti berjalan kaki selama 30
menit per hari sebanyak 3-5 kali per minggu.
Dianjurkan juga kepada lansia yang memiliki diabetes mellitus untuk secara
rutin kontrol dan memeriksakan dirinya ke Puskesmas dan mengonsumsi
obat yang diberikan oleh dokter secara teratur.

5
MONITORING & EVALUASI
-Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2 memahami dan mulai mengubah
kebiasaannya terutama dalam hal pola makan dan aktifitas fisik.
-Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2 melakukan pemeriksaan secara rutin
di Puskesmas dan mengonsumsi obat secara teratur.

6
JUDUL LAPORAN
Suplementasi Vitamin A Pada Balita

LATAR BELAKANG
Vitamin A merupakan zat gizi essensial karena tidak dapat dibuat oleh
tubuh, sehingga harus didapatkan dari sumber di luar luar. Vitamin A
penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, dan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh. Pada anak yang tercukupi kebutuhan
vitamin A-nya, apabila mereka terkena diare, campak atau penyakit infeksi
lainnya, maka penyakit-penyakit tersebut tidak akan mudah bertambah
parah.Program penanggulangan Vitamin A di Indonesia telah dilaksanakan
sejak tahun 1995 dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi, untuk
mencegah masalah kebutaan karena kekurangan Vitamin A, dan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian kapsul Vitamin A membantu
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian anak (30-50%). Maka
selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih
dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan
anak.

PERMASALAHAN
Meski kekurangan vitamin A yang berat sudah jarang ditemui, namun kasus
kekurangan vitamin A tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum
menampakkan gejala nyata, masih didapatkan di lapangan, terutama pada

7
kelompok usia balita. Padahal kekurangan vitamin A tingkat subklinis ini
hanya dapat diketahui dengan memeriksakan kadar vitamin A dalam darah.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Berdasarkan permasalahan di atas, dan untuk mencegah bertambahnya
angka defisiensi vitamin A, maka intervensi yang diberikan adalah dengan
tetap melaksanakan program Suplementasi Vitamin A untuk balita yang
dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus (Bulan Kapsul Vitamin A).

PELAKSANAAN
Kegiatan suplementasi vitamin A yang penulis ikuti dilakukan pada tanggal 5
Februari 2022. Untuk memudahkan proses pelaksanaan, suplementasi
dilakukan bersamaan dengan jadwal posyandu balita. Posyandu yang
penulis kunjungi adalah posyandu di Banjar Jemberana, Desa Serampingan.
Kapsul vitamin A yang digunakan dalam kegiatan suplementasi vitamin A
adalah kapsul yang mengandung vitamin A dosis tinggi. Kapsul biru (100.000
SI) untuk bayi usia 6-11 bulan dan kapsul merah (200.000 SI) untuk balita
usia 12-59 bulan.
Pemberian Suplementasi Vitamin A diberikan kepada seluruh anak balita
umur 6-59 bulan secara serentak: Untuk bayi umur 6-11 bulan, diberikan
pada bulan Februari atau Agustus. Untuk anak balita umur 12-59 bulan pada
bulan Februari dan Agustus.
Tenaga yang memberikan suplementasi Vitamin A Tenaga kesehatan
(dokter, bidan, perawat, tenaga gizi dll) Kader terlatih

8
Sebelum dilakukan pemberian kapsul, tanyakan pada ibu balita apakah
pernah menerima kapsul Vitamin A dalam satu bulan terakhir.
Kapsul diberikan dengan cara memotong ujung kapsul dengan menggunakan
gunting bersih. Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul
(dan tidak membuang sedikitpun isi kapsul). Untuk anak yang sudah bisa
menelan dapat diberikan langsung satu kapsul untuk diminum Untuk balita
yang tidak datang ke Posyandu, vitamin diantar langsung oleh kader ke
rumah balita tersebut.

MONITORING & EVALUASI


Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan pencatatan kasus xeroftalmia
dan gangguan mata lain akibat defisiensi dan jika memungkinkan dilakukan
pemeriksaan dan indeks serum retinol dalam darah.

9
JUDUL LAPORAN
Upaya Perbaikan Gizi pada Pasien Dislipidemia

LATAR BELAKANG
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di
dunia. Pada tahun 2008, lebih dari 17.8 juta orang meninggal dunia akibat
penyakit kardiovaskular. Angkat tersebut menunjukkan 30% kematian di
dunia. Dari kematian tersebut 7.3 juta disebabkan oleh penyakit jantung
koroner dan 6.2 juta disebabkan oleh stroke. Dislipidemia adalah salah satu
faktor resiko yang berperan dalam kejadian PJK. Dislipidemia merupakan
kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau
penurunan kadar fraksi lemak di dalam plasma. Kelainan lemak yang terjadi
dapat berupa kenaikan kadar kolesterol total, LDL, dan atau trigliserida,
serta penurunan HDL. Prevalensi dislipidemia meningkat seiring dengan
semakin majunya zaman dimana gaya hidup dan pola masyarakat semakin
berubah menjadi tidak sehat. Dislipidemia sampai saat ini dapat
dikendalikan dengan obat dan terapi diet, namun di sisi lain pengaturan diet
dianggap sebagai upaya pengobatan yang lebih mudah, murah, dan aman.

PERMASALAHAN
Data Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) 2013 menunjukkan
bahwa sebesar 35,9% dari penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun
memiliki kadar kolesterol ≥200 mg/dl, dimana populasi perempuan lebih
banyak dibandingkan laki laki dan penduduk perkotaan lebih banyak
dibandingkan penduduk pedesaan. Kadar kolestrol darah yang tinggi
merupakan problema yang serius karena merupakan salah satu faktor resiko
utama terjadinya penyakit jantung koroner. Kolestrol sebanyak 75%
dibentuk di organ hati sedangkan 25% diperoleh dari asupan makanan.
Kenaikan kadar kolestrol di atas nilai normal disebabkan oleh berlebihannya
asupan makan dari lemak hewani, telur, serta makanan cepat saji.
Pengetahuan akan diet rendah lemak masih sangat kurang pada masyarakat

10
dimana masyarakat merasa aman hanya dengan mengkonsumsi obat.
Prevalensi dilipidemia di Indonesia masih tinggi sehingga upaya memberikan
pengetahuan atau edukasi kepada masyarakat atau pasien dislipidemi
sangat penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan sehingga
diharapkan dapat mencegah kejadian dislipidemia, morbiditas, mortalitas,
dan disabilitas akibat dislipedemia.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Membuka pelayanan gizi terjadwal dan memberikan edukasi sesuai dengan
diagnosa/ keluhan pasien.

PELAKSANAAN
Pelaksanaan edukasi terkait masalah gizi dilakukan di Poli Gizi. Pasien akan
melalui proses pencatatan identitas diri, anamnesis mengenai keluhan
pasien, pengkajian singkat terkait data pemeriksaan fisik termasuk
antropometri dan hasil laboratorium, diagnosa, dan melakukan 24 hours
recall asupan makanan pasien satu hari sebelumnya. Pasien kemudian akan
diedukasi dan diberikan penyuluhan mengenai apa itu penyakit dislipidemia,
mengapa kolestrol harus dikontrol, bagaimana cara mengontrol kolestrol,
dan pentingnya makanan yang sehat dan rendah lemak.

MONITORING & EVALUASI


Pasien selanjutnya diperbolehkan untuk bertanya dan berdiskusi. Pasien
dianjurkan untuk meminum obat rutin, diet rendah lemak, olahraga, dan
memeriksakan kadar kolestrol dan penyakit komorbid lainnya setiap bulan.

11
Pelaksanaan BIAS

Program imunisasi mengacu kepada konsep Paradigma Sehat, dimana


prioritas utama dalam pembangunan kesehatan yaitu upaya pelayanan
peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif)
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Menurut Undang-
Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan bahwa program imunisasi
sebagai salah satu upaya pemberantasan penyakit menular. Upaya imunisasi
telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Upaya ini merupakan
upaya kesehatan yang terbukti paling cost effective. Mulai tahun 1977,
upaya imunisasi dikembangkan menjadi Program Pengembangan Imunisasi
dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I), yaitu tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio,
tetanus dan hepatitis B.

Imunisasi yang telah diperoleh pada waktu bayi belum cukup untuk
melindungi terhadap penyakit PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi) sampai usia anak sekolah. Hal ini disebabkan karena sejak anak
mulai memasuki usia sekolah dasar terjadi penurunan terhadap tingkat
kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi. Oleh sebab itu,
pemerintah menyelenggarakan imunisasi ulangan pada anak usia sekolah
dasar atau sederajat (MI/SDLB) yang pelaksanaannya serentak di Indonesia
dengan nama Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

Dilaksanaan sesuai jadwal Bulan Imunisasi Anak Sekolah. Pemberian


Imunisasi diberikan pada Anak sekolah dasar kelas 1. Imunisasi yang
diberikan adalah MR ( Campak).

Tenaga kesehatan mendatangi sekolah yang sudah ditentukan, selanjutnya


dilakukan pemeriksaan terhadap siswa sisiwi, pemberian imunisasi diberikan

12
kepada siswa siswi yang sehat. bagi siswa siswi yang saat kunjungan dalam
kondisi kurang Sehat pemberian Imunisasi ditunda.

Pemberian imunisasi berjalan lançar dan kondusif.


Pemberian imunisasi bagi siswa siswi yang ditunda, di sarankan untuk
mendapatkan imunisasi di Puskesmas.

Pengobatan TB

Penyakit Tuberkolosis (TB) merupakan penyakit menular, disebabkan oleh


masuknya kuman Mycobacterium Tb ke dalam tubuh dan menyerang paru-
paru manusia. Ada beberapa faktor risiko dari penyakit ini, yaitu kebiasaan
merokok, pencemaran udara atau polusi dan juga tertular oleh suspek TB
lainnya.
TBC merupakan satu dari 10 penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada
tahun 2017, 10 juta orang terinfeksi TBC dan 1,6 juta meninggal karenanya.
Dan Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang terbesar kasus
TBC ini. Untuk itu, pada tahun 1995 pemerintah Indonesia menerapkan
strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-Course) yang dijalankan
di Puskesmas secara bertahap dan pada tahun 2000 strategi DOTS
diterapkan lebih luas pada semua fasilitas kesehatan terutama di
Puskesmas.

tidak sedikit pasien suspek TB yang tidak mengikuti proses pengobatan ini
secara total. Banyak pasien yang berhenti melakukan pengobatan ketika
mereka merasa tubuh mereka sudah lebih baik dari sebelumnya, berat
badan mereka naik dan sebagainya, sebelum masa pengobatan 6 bulan
berakhir.

13
Penemuan kasus secara aktif dilakukan dengan skrining oleh petugas
kesehatan dan kader. Kader kesehatan akan melakukan pelacakan kasus
(contact tracing) pada keluarga, tetangga, dan orang yang sering kontak
dengan pasien TBC.
Diagnosis TBC dilakukan dengan cepat menggunakan tes cepat molekuler.
Pemberian konseling dan pengobatan dengan obat gratis yang terdiri dari
empat jenis yang merupakan kombinasi antibiotik jenis rifampisin, isoniazid,
pirazinamid, ethambutol, dan streptomisin.

dilakukan skrining oleh petugas kesehatan dan kader. Pasien yang memiliki
gejala batuk berdahak yang berkepanjangan bahkan hingga mengeluarkan
darah, berat badan yang menurun drastis, demam, serta sakit pada bagian
dada, dilakukan pemeriksaan tes cepat molekuler.
Pasien yang positif menderita TBC akan diberikan konseling tentang
pengobatan yang harus dijalaninya karena pengobatan TBC ini berlangsung
lama yaitu selama 6 bulan. Selanjutnya Pasien akan diberikan obat dan akan
diawasi oleh kader hingga pengobatan selesai.

didapatkan 1 Pasien lama yang positif TBC dan dalam pengawasan obat.

14

You might also like