Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Handika Setiawan (204003)
Laras Fajar Rahmadani (204007)
Gugus –OH primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan
untuk mengadakan ikatan dengan zat warna reaktif panas berupa ikatan kovalen.
Serat selulosa umumnya lebih tahan alkali tapi kurang tahan suasana asam,
sehingga pengerjaan proses persiapan penyempurnaan dan pencelupannya
lazim dilakukan dalam suasana alkali. Sifat-sifat kimia serat kapas merupakan
sifat-sifat kimia selulosa, yaitu :
1. Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.
2. Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.
3. Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.
4. Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang
menyebabkan penggelembungan serat.
5. Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.
Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu menarik
gugus hidroksil dari molekul lainnya, selain itu juga mampu menarik gugus
hidroksil dalam molekul air. Sehingga serat yang memiliki banyak gugus
hidroksil akan lebih mudah menyerap air. Maka akan dengan mudahnya
molekul-molekul air terserap kedalam serat dan hal tersebut akan menyebabkan
serat mudah dicelup. Alkali mempunyai sedikit pengaruh pada kapas kecuali
alkali kuat akan dengan konsentrasi tinggi menyebabkan penggelembungan
yang besar pada serat.
b. Penganjian kain
Zat kanji/pati (starch) atau bahasa lainnya amilum, yang berarti tepung
halus, adalah suatu substansi glukosida yang terdapat banyak sekali pada
spesies tanaman. Zat kanji tersebut terdiri dari butiran - butiran sferik yang kecil
sekali dengan ukuran dan bentuk beragam bergantung pada jenis tanamannya.
Tanaman memproduksi zat kanji dengan cara pengasimilasian CO2 dan
ditimbun pada biji atau pada umbinya dalam bentuk karbohidrat. Secara
komersial zat kanji diperoleh dengan merendam parutan ubi atau tepung biji
tanaman yang mengandung banyak zat kanjinya dalam air dingin.
Konstitusi kimia zat kanji sangat beragam, bila diberi air panas kemudian
didinginkan maka zat - zat kanji tersebut akan membentuk pasta atau gel, yang
terjadi oleh adanya hibridasi, Penggembungan dan akhirnya perekahan butir zat
kanji tersebut. Zat kanji merupakan campuran dua polisakarida, yaitu amilosa
dan amilopektin yang berasal dari penambahan molekul - molekul glukosa. Air
panas dapat menyebabkan zat kanji terpisah menjadi dua bagian, yaitu yang
bersifat tidak larut (amilopektin) dan yang larut dalam air (amilosa). Zat kanji
dengan kandungan amilopektin tinggi dapat menimbulkan masalah pada proses
penghilangan kanjinya, bahkan dengan enzim amylase sekalipun. Macam -
macam zat kanji berdasarkan komposisi kimianya maka kanji dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. Kanji/Pati
2. Kanji yang dimodifikasi
3. Turunan - turunan selulosa, CMC
4. Kanji dengan bahan dasar PVA
5. Poliakrilat (PAC)
6. Galaktomanan (GM)
7. Kanji - kanji Poliester (PES)
8. Homopolimer dan Kopolimer dari vinil, akrilat dan stirena.
9. Lilin dan lemak
10. Pareafin, silicon, pelembut, fungisida dan lainnya
Komposisi Dasar Kimia Berbagai Jenis Kanji:
Komposisi kimia
Unsur
Kanji pati CMC PVA PAC
Karbon 44,4 42,4 54,4 40,5
Hiderogen 6,2 5,5 9,1 7,9
Oksigen 49,4 48,0 36,4 36,0
Niterogen - - - 15,4
Suatu suspensi kanji akan menggembung pada suhu 65 - 70oC dan menjadi
suatu larutan kanji yang kental. Baik amilosa maupun amilopektin dapat
diidentifikasi dengan iodium. Zat kanji dapat mengandung kelembaban hingga
20 %. Pada medium asam kedua substansi akan terhidrolisa sebagian menjadi
glukosa dan dekstrin. Macam-macam kanji:
a) Kanji tapioka
Larutan kanji tapioka berbentuk gel yang transparan dan memberikan
hasil akhir yang tipis, mengkilap dan flesibel. Dalam penggunaanya sering
dicampur dengan kanji lain untuk mendapatkan modifikasi sifat-sifat yang
diinginkan, misalnya dengan kanji kentang akan mendapatkan hasil akhir
dengan pegangan yang fleksibel dank eras
b) Kanji CMC
CMC adalah ester polimer selulosa yang larut dalam air dibuat dengan
mereaksikan Natrium Monoklorasetat denga selulosa basa (Fardiaz, 1987).
Menurut Winarno (1991), Natrium Karboxylmetyl selulosa merupakan turunan
selulosa yang digunakan secara luas oleh industi makanan adalah garam Na
Karboxyl Methyl selulosa murni kemudian ditambahkan Na Kloroasetat untuk
mendapatkan tekstur yang baik. Selain itu juga digunakan untuk mencegah
terjadinya retrogradasi dan seneresis pada bahan makanan. Adapun reaksi
pembuatan CMC adalah sebagai berikut:
ROH + NaOH R-Ona + HOH
R-ONa + Cl CH2COONa RCH2COONa + NaCl
Carboxyl methyl cellulose (CMC) merupakan turunan selulosa yang
mudah larut dalam air. Oleh karena itu CMC mudah terhidrolisis menjadi gula-
gula yang sederhana oleh enzi selulosa dan selanjutnya difermentasi menjadi
etanol oleh bakteri (Musfufatun, 2010). CMC merupakan turunan dari selulosa
dan ini sering dipakai dalam industri makanan untuk mendapatkan tekstur yang
baik. Fungsi CMC ada beberapa terpenting, yaitu sebagai pengental,
stabilisator, pembentuk gel, sebagai pengemulsi dan dalam beberapa hal dapat
merekatkan penyebaran antibiotic (Winarno, 1989).
Sebagai pengemulsi, CMC sangat baik digunakan untuk memperbaiki
kenampakan tekstur. Sebagai pengental, CMC mampu mengikat air sehingga
molekul-molekul air terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh CMC
(Manifie, 1989). Untuk industri-industri makanan biasanya digunakan sukrosa
dalam bentukcairan sukrosa (sirup). Pada pembuatan sirup gula passir (sukrosa)
dilarutkan dalam air dan dipanaskan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi
glukosa dan sukrosa yang disebut dengan gula invert (Winarno, 1995).
c) Kanji PVA
PVA atau kepanjangan dari Polyvinyl Alcohol adalah suatu macro
molekul atau biasa disebut Polymer, yaitu molekul dengan rantai sangat panjang
yang terbentuk dari gabungan banyaknya molekul yang sederhana. Molekul-
molekul dasar yang tergabung membentuk Polymer disebut Monomer.
Sedangkan reaksi pembentukan Polymer dari Monomer disebut Polimerisasi.
Monomer pembentuk PVA adalah Vinyl Acetat (VA) yang merupakan hasil
reaksi antara campuran asam cuka + oksigen + ethylene.
Zat - zat pembantu
Larutan finish kanji selain mengadung kanji juga mengandung zat - zat
lainnya yang berfungsi untuk memperbaiki sifat-sifat atau untuk mendapatkan
hasil finis dengan sifatsifat tertentu. Zat-zat tersebut dapat berupa zat anti septic,
zat pelemas dan zat pengikat atau pemberat.
Zat anti septic
Kain yang difinis kanji mudah diserang oleh jamur apabila disimpan di
tempat yang lembab. Demikian juga larutan kanji yang disimpan, mudah rusak
karena pengaruh jamur. Untuk menghalangi tumbuhnya jamur perlu
penambahan-penambahan zat anti septic ke dalam larutan kanji. Zat-zat anti
septic yang umum digunakan dalam industri tekstil adalah magnesium klorida,
seng klorida, seng sulfat, barium klorida, fenol,asam kresilat, asam salisilat,
formaldehida dan salisil anilida.
Zat pelemas
Pelemas perlu ditambahkan untuk mendapatkan hasil finis yang
mempunyai pegangan halus. Zat-zat pelemas yang digunakan antaralain
gliserin, TRO, minyak-minyak, gajih, Textile Finishing Oil.
Zat pengisi
Dalam beberapa hal, zat pengisi ditambahkan untuk mendapatkan hasil
finis yang cukup berat. Kaolin adalah zat pengisi yang banyak digunakan dalam
industri tekstil.
Fiksasi zat kanji
Penyempurnaan menggunakan campuran zat kanji merupakan pelapisan
serat dengan lapisan film pelindung yang pada akhirnya lapisan tersebut harus
mudah dihilangkan pada saat proses penghilangan kanji. Oleh sebab itu suatu
ikatan yang terlalu kuat antara serat dan zat kanji bukan merupakan suatu hal
yang utama. Lebih disukai ikatan tersebut berupa ikatan hidrogen atau van der
walls atau jenis ikatan elektrostatik yang relative lemah dan sifatnya fisik.
Fiksasi tersebut dapat berbentuk gaya-gaya dwi kutub atau elektrolit. Suatu dwi
kutub listrik terdiri dari dua pusat dengan muatan sama tetapi berlawanan.
Syarat-syarat kanji yang dalam penganjian :
1. Membentuk film, sebagai pelindung, sehingga bahan tidak berbulu. Film
dapat menutupi serat-serat yang menonjol keluar dari permukaan yang
menyebabkan bahan menjadi berbulu.
2. Menaikkan kekuatan, sehingga bahan menjadi lebih tahan terhadap tarikan
dan tegangan.
3. Fleksibel
4. Adesi, adesi antara kanji dengan bahan tergantung pada gaya tarik menarik
antara film kanji dengan bahan. Gaya tarik menarik ini pada umumnya
terdiri dari ikatan hidrogen dan gaya van der walls. Dimana, gaya tarik
menarik dari ikatan hidrogen jauh lebih besar dari gaya van der walls. Pada
umunya adesi yang baik terjadi karena terbentuknya ikatan hidrogen antara
serta dengan kanji.
5. Penetrasi, penetrasi yang sempurna dapat menimbulkan kekakuan bahan,
oleh karena itu hal ini perlu diperhatikan.
6. Kekenyalan
7. Lemas
8. Tahan jamur dan bakteri, kanji harus tahan jamur, sehingga dalam
penyimpanan tidak akan timbul jamur dan bakteri yang dapat merusak
bahan.
9. Mempunyai daya rekat
Ikatan Serat Selulosa Dengan Kanji
Benang terdiri dari kumpulan serat-serat yang disatukan dengan jalan
memberikan puntiran dan penarikan sehingga terbentuk suatu untaian benang
yang panjang. Diantara serat-serat tersebut, akan terdapat suatu rongga-rongga
yang halu sehingga pada benang tersebut dimasukkan ke dalam larutan kanji,
maka rongga-rongga kosong yang halus tersebut akan terisi oleh larutan kanji.
Oleh karena kanji mempunyai daya rekat, maka serat satu dengan yang lainnya
akan terikat, sehingga benang akan tampak lebih padat. Larutan kanji selain
masuk kedalam rongga-rongga serat, juga melapisi bagian luar dari
benang/bahan dan mengikat serat-serat yang tersembul keluar.
Ikatan yang terjadi antara serat selulosa dengan kanji adalah ikatan
hidrogen dan gaya-gaya van der walls. Ikatan hidrogen terjadi karena pada
molekul kanji terdapat gugus-gugus R-OH, begitu juga dengan serat selulosa.
Disamping itu, atom hidrogen mempunyai kecenderungan untuk
menggabungkan diri dengan atom oksigen dari gugus-gugus R-OH yang lain.
Oleh karena itu terjadilah ikatan molekul kanji dengan molekul serat.
V. SKEMA
= 0,16 %
𝜀 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% konsentrasi = × 100%
𝜀 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
16
= 1500 × 100%
= 1,06 %
𝐵𝑏−𝐵𝑘
% penyerapan basah = × 100%
𝐵𝑘
12,72−6,19
= × 100%
6,19
= 105,49 %
0,16% 0,16
𝑭𝑷 = = 111,81% = 0,14
1,06% × 105,49%
(2) Kanji Tapioka
𝐵𝑘−𝐵𝑎
% finish menurun analisa = × 100%
𝐵𝑎
6,58−6,48
= × 100%
6,48
= 1,54 %
𝜀 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% konsentrasi = × 100%
𝜀 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
66
= 2800 × 100%
= 2,3 %
𝐵𝑏−𝐵𝑘
% penyerapan basah = × 100%
𝐵𝑘
13,8−6,58
= × 100%
6,58
= 109,72 %
1,54% 1,54
𝑭𝑷 = = 252,356 % = 0,61
2,3% ×109,72%
= 2,84 %
𝜀 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% konsentrasi = × 100%
𝜀 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
45
= 1000 × 100%
= 4,5 %
𝐵𝑏−𝐵𝑘
% penyerapan basah = × 100%
𝐵𝑘
14,25−6,51
= × 100%
6,51
= 118,89 %
2,84% 2,84
𝑭𝑷 = = = 0,53
4,5% ×118,89% 535 %
X. KESIMPULAN
1. Kain kapas hasil penganjian secara kontinyu dengan kanji CMC, kanji tapioka
dan kani PVA mengalami penambahan berat kain.
2. Kain kapas hasil proses sesuai FP kanji tapioka lebih banyak menyerap larutan
kanji dibandingkan kain yang diproses dengan kanji PVA dan kanji CMC.