You are on page 1of 14

LAPORAN RESMI

PRAKTEK PENYEMPURNAAN TEKSTIL I

Peyempurnaan Penganjian Kain (Desizing)

Disusun oleh:
Handika Setiawan (204003)
Laras Fajar Rahmadani (204007)

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI WARGA SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2022
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Melakukan praktek penganjian kain kapas menggunakan kanji CMC, kanji
Tapioka, kanji PVA + Unitex dengan cara kontinyu.
2. Membandingkan hasil penganjian anatara kanji yang telah diproses dengan
kanji CMC, kanji Tapioka dan kanji PVA + Unitex.
II. DASAR TEORI
a. Serat Katun
Serat kapas merupakan salah satu contoh serat alam dari kelompok
selulosa. Serat ini dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam
jenis Gossypium. Spesies yang kemudian berhasil dikembangkan menjadi
tanaman industri adalah Gossypium Hirsutum. Kapas jenis ini dikenal sebagai
kapas Upland atau kapas Amerika, dan ini saat merupakan 87% dari produksi
kapas dunia. Berdasarkan strukturnya, selulosa memiliki bentuk yang
bercabang-cabang, monomer-monomernya yang tersusun secara linear, serta
diantara polimer-polimernya terdapat ikatan hidrogen yang menghubungkan
antar polimer yang satu dengan yang lain. Perhatikan struktur selulosa berikut:

Gugus –OH primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan
untuk mengadakan ikatan dengan zat warna reaktif panas berupa ikatan kovalen.
Serat selulosa umumnya lebih tahan alkali tapi kurang tahan suasana asam,
sehingga pengerjaan proses persiapan penyempurnaan dan pencelupannya
lazim dilakukan dalam suasana alkali. Sifat-sifat kimia serat kapas merupakan
sifat-sifat kimia selulosa, yaitu :
1. Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.
2. Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.
3. Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.
4. Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang
menyebabkan penggelembungan serat.
5. Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.
Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu menarik
gugus hidroksil dari molekul lainnya, selain itu juga mampu menarik gugus
hidroksil dalam molekul air. Sehingga serat yang memiliki banyak gugus
hidroksil akan lebih mudah menyerap air. Maka akan dengan mudahnya
molekul-molekul air terserap kedalam serat dan hal tersebut akan menyebabkan
serat mudah dicelup. Alkali mempunyai sedikit pengaruh pada kapas kecuali
alkali kuat akan dengan konsentrasi tinggi menyebabkan penggelembungan
yang besar pada serat.
b. Penganjian kain
Zat kanji/pati (starch) atau bahasa lainnya amilum, yang berarti tepung
halus, adalah suatu substansi glukosida yang terdapat banyak sekali pada
spesies tanaman. Zat kanji tersebut terdiri dari butiran - butiran sferik yang kecil
sekali dengan ukuran dan bentuk beragam bergantung pada jenis tanamannya.
Tanaman memproduksi zat kanji dengan cara pengasimilasian CO2 dan
ditimbun pada biji atau pada umbinya dalam bentuk karbohidrat. Secara
komersial zat kanji diperoleh dengan merendam parutan ubi atau tepung biji
tanaman yang mengandung banyak zat kanjinya dalam air dingin.
Konstitusi kimia zat kanji sangat beragam, bila diberi air panas kemudian
didinginkan maka zat - zat kanji tersebut akan membentuk pasta atau gel, yang
terjadi oleh adanya hibridasi, Penggembungan dan akhirnya perekahan butir zat
kanji tersebut. Zat kanji merupakan campuran dua polisakarida, yaitu amilosa
dan amilopektin yang berasal dari penambahan molekul - molekul glukosa. Air
panas dapat menyebabkan zat kanji terpisah menjadi dua bagian, yaitu yang
bersifat tidak larut (amilopektin) dan yang larut dalam air (amilosa). Zat kanji
dengan kandungan amilopektin tinggi dapat menimbulkan masalah pada proses
penghilangan kanjinya, bahkan dengan enzim amylase sekalipun. Macam -
macam zat kanji berdasarkan komposisi kimianya maka kanji dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. Kanji/Pati
2. Kanji yang dimodifikasi
3. Turunan - turunan selulosa, CMC
4. Kanji dengan bahan dasar PVA
5. Poliakrilat (PAC)
6. Galaktomanan (GM)
7. Kanji - kanji Poliester (PES)
8. Homopolimer dan Kopolimer dari vinil, akrilat dan stirena.
9. Lilin dan lemak
10. Pareafin, silicon, pelembut, fungisida dan lainnya
Komposisi Dasar Kimia Berbagai Jenis Kanji:
Komposisi kimia
Unsur
Kanji pati CMC PVA PAC
Karbon 44,4 42,4 54,4 40,5
Hiderogen 6,2 5,5 9,1 7,9
Oksigen 49,4 48,0 36,4 36,0
Niterogen - - - 15,4

Suatu suspensi kanji akan menggembung pada suhu 65 - 70oC dan menjadi
suatu larutan kanji yang kental. Baik amilosa maupun amilopektin dapat
diidentifikasi dengan iodium. Zat kanji dapat mengandung kelembaban hingga
20 %. Pada medium asam kedua substansi akan terhidrolisa sebagian menjadi
glukosa dan dekstrin. Macam-macam kanji:
a) Kanji tapioka
Larutan kanji tapioka berbentuk gel yang transparan dan memberikan
hasil akhir yang tipis, mengkilap dan flesibel. Dalam penggunaanya sering
dicampur dengan kanji lain untuk mendapatkan modifikasi sifat-sifat yang
diinginkan, misalnya dengan kanji kentang akan mendapatkan hasil akhir
dengan pegangan yang fleksibel dank eras
b) Kanji CMC
CMC adalah ester polimer selulosa yang larut dalam air dibuat dengan
mereaksikan Natrium Monoklorasetat denga selulosa basa (Fardiaz, 1987).
Menurut Winarno (1991), Natrium Karboxylmetyl selulosa merupakan turunan
selulosa yang digunakan secara luas oleh industi makanan adalah garam Na
Karboxyl Methyl selulosa murni kemudian ditambahkan Na Kloroasetat untuk
mendapatkan tekstur yang baik. Selain itu juga digunakan untuk mencegah
terjadinya retrogradasi dan seneresis pada bahan makanan. Adapun reaksi
pembuatan CMC adalah sebagai berikut:
ROH + NaOH R-Ona + HOH
R-ONa + Cl CH2COONa RCH2COONa + NaCl
Carboxyl methyl cellulose (CMC) merupakan turunan selulosa yang
mudah larut dalam air. Oleh karena itu CMC mudah terhidrolisis menjadi gula-
gula yang sederhana oleh enzi selulosa dan selanjutnya difermentasi menjadi
etanol oleh bakteri (Musfufatun, 2010). CMC merupakan turunan dari selulosa
dan ini sering dipakai dalam industri makanan untuk mendapatkan tekstur yang
baik. Fungsi CMC ada beberapa terpenting, yaitu sebagai pengental,
stabilisator, pembentuk gel, sebagai pengemulsi dan dalam beberapa hal dapat
merekatkan penyebaran antibiotic (Winarno, 1989).
Sebagai pengemulsi, CMC sangat baik digunakan untuk memperbaiki
kenampakan tekstur. Sebagai pengental, CMC mampu mengikat air sehingga
molekul-molekul air terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh CMC
(Manifie, 1989). Untuk industri-industri makanan biasanya digunakan sukrosa
dalam bentukcairan sukrosa (sirup). Pada pembuatan sirup gula passir (sukrosa)
dilarutkan dalam air dan dipanaskan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi
glukosa dan sukrosa yang disebut dengan gula invert (Winarno, 1995).
c) Kanji PVA
PVA atau kepanjangan dari Polyvinyl Alcohol adalah suatu macro
molekul atau biasa disebut Polymer, yaitu molekul dengan rantai sangat panjang
yang terbentuk dari gabungan banyaknya molekul yang sederhana. Molekul-
molekul dasar yang tergabung membentuk Polymer disebut Monomer.
Sedangkan reaksi pembentukan Polymer dari Monomer disebut Polimerisasi.
Monomer pembentuk PVA adalah Vinyl Acetat (VA) yang merupakan hasil
reaksi antara campuran asam cuka + oksigen + ethylene.
Zat - zat pembantu
Larutan finish kanji selain mengadung kanji juga mengandung zat - zat
lainnya yang berfungsi untuk memperbaiki sifat-sifat atau untuk mendapatkan
hasil finis dengan sifatsifat tertentu. Zat-zat tersebut dapat berupa zat anti septic,
zat pelemas dan zat pengikat atau pemberat.
Zat anti septic
Kain yang difinis kanji mudah diserang oleh jamur apabila disimpan di
tempat yang lembab. Demikian juga larutan kanji yang disimpan, mudah rusak
karena pengaruh jamur. Untuk menghalangi tumbuhnya jamur perlu
penambahan-penambahan zat anti septic ke dalam larutan kanji. Zat-zat anti
septic yang umum digunakan dalam industri tekstil adalah magnesium klorida,
seng klorida, seng sulfat, barium klorida, fenol,asam kresilat, asam salisilat,
formaldehida dan salisil anilida.
Zat pelemas
Pelemas perlu ditambahkan untuk mendapatkan hasil finis yang
mempunyai pegangan halus. Zat-zat pelemas yang digunakan antaralain
gliserin, TRO, minyak-minyak, gajih, Textile Finishing Oil.
Zat pengisi
Dalam beberapa hal, zat pengisi ditambahkan untuk mendapatkan hasil
finis yang cukup berat. Kaolin adalah zat pengisi yang banyak digunakan dalam
industri tekstil.
Fiksasi zat kanji
Penyempurnaan menggunakan campuran zat kanji merupakan pelapisan
serat dengan lapisan film pelindung yang pada akhirnya lapisan tersebut harus
mudah dihilangkan pada saat proses penghilangan kanji. Oleh sebab itu suatu
ikatan yang terlalu kuat antara serat dan zat kanji bukan merupakan suatu hal
yang utama. Lebih disukai ikatan tersebut berupa ikatan hidrogen atau van der
walls atau jenis ikatan elektrostatik yang relative lemah dan sifatnya fisik.
Fiksasi tersebut dapat berbentuk gaya-gaya dwi kutub atau elektrolit. Suatu dwi
kutub listrik terdiri dari dua pusat dengan muatan sama tetapi berlawanan.
Syarat-syarat kanji yang dalam penganjian :
1. Membentuk film, sebagai pelindung, sehingga bahan tidak berbulu. Film
dapat menutupi serat-serat yang menonjol keluar dari permukaan yang
menyebabkan bahan menjadi berbulu.
2. Menaikkan kekuatan, sehingga bahan menjadi lebih tahan terhadap tarikan
dan tegangan.
3. Fleksibel
4. Adesi, adesi antara kanji dengan bahan tergantung pada gaya tarik menarik
antara film kanji dengan bahan. Gaya tarik menarik ini pada umumnya
terdiri dari ikatan hidrogen dan gaya van der walls. Dimana, gaya tarik
menarik dari ikatan hidrogen jauh lebih besar dari gaya van der walls. Pada
umunya adesi yang baik terjadi karena terbentuknya ikatan hidrogen antara
serta dengan kanji.
5. Penetrasi, penetrasi yang sempurna dapat menimbulkan kekakuan bahan,
oleh karena itu hal ini perlu diperhatikan.
6. Kekenyalan
7. Lemas
8. Tahan jamur dan bakteri, kanji harus tahan jamur, sehingga dalam
penyimpanan tidak akan timbul jamur dan bakteri yang dapat merusak
bahan.
9. Mempunyai daya rekat
Ikatan Serat Selulosa Dengan Kanji
Benang terdiri dari kumpulan serat-serat yang disatukan dengan jalan
memberikan puntiran dan penarikan sehingga terbentuk suatu untaian benang
yang panjang. Diantara serat-serat tersebut, akan terdapat suatu rongga-rongga
yang halu sehingga pada benang tersebut dimasukkan ke dalam larutan kanji,
maka rongga-rongga kosong yang halus tersebut akan terisi oleh larutan kanji.
Oleh karena kanji mempunyai daya rekat, maka serat satu dengan yang lainnya
akan terikat, sehingga benang akan tampak lebih padat. Larutan kanji selain
masuk kedalam rongga-rongga serat, juga melapisi bagian luar dari
benang/bahan dan mengikat serat-serat yang tersembul keluar.
Ikatan yang terjadi antara serat selulosa dengan kanji adalah ikatan
hidrogen dan gaya-gaya van der walls. Ikatan hidrogen terjadi karena pada
molekul kanji terdapat gugus-gugus R-OH, begitu juga dengan serat selulosa.
Disamping itu, atom hidrogen mempunyai kecenderungan untuk
menggabungkan diri dengan atom oksigen dari gugus-gugus R-OH yang lain.
Oleh karena itu terjadilah ikatan molekul kanji dengan molekul serat.

Gambar Ikatan Hidrogen Kanji


Dengan
Sumber : Ricolavedri, Penelitian SeratPenggunaan Enzim Raktase Pada
Tentang
Proses Penghilangan Kain Tenun Kapas, Laporan Kerja Praktek, S
TTT,
Bandung, 1994, hal.107
Keterangan :
R1–OH : molekul serat
R2–OH : molekul kanji
Pemutih optik
Zat pemutih optik adalah zat yang dapat menambah kecerahan bahan karena
membesarkan pantulan sinar sehingga kain nampak lebih putih dan lebih cerah.
Permantulan sinar terjadi karena zat pemutih optik tersebut bersifat flouresen.
Flouresen violet sampai hijau kebiruan banyak digunakain untuk zat pemutih optik
karena mampu merubah warna kuning sehingga dapat dilihat dengan mata dan
berkilau bila menyerap sinar ultra violet.
Mekanismenya adalah zat pemutih optik tersebut menyerap sinar ultra violet
yang tidak tampak dan memancarkannya kembali pada daerah tampak dengan
spektrum biru atau violet. Pengerjaan zat pemutih optik pada serat selulosa terdiri
dari tiga sistem yaitu :
1. Proses terpisah
2. Bersama bagian proses pengelantangan
3. Menjadi bagian pada proses penyempurnaan.
Pada prinsipnya, zat pemutih optik dapat dilakukan secara satu tahap
maupun dua tahap. Hal yang perlu diperhatikan pada pemilihan pemakaian zat
pemutih optik untuk proses satu tahap dan dua tahap, adalah afinitasnya terhadap
serat selulosa Afinitas zat pemutih optik untuk serat selulosa dibagi menjadi tiga
jenis: tinggi, sedang dan rendah. Afinitas zat pemutih optik yang tinggi mempunyai
koefisien difusi yang rendah dibandingkan dengan zat pemutih optik dengan
afinitas rendah atau sedang.
Zat pemutih optik yang rendah atau sedang dapat digunakan dengan metoda
benam peras pada sistim kontinyu maupun semi kontinyu. Zat ini akan difusi lebih
cepat kedalam serat dan mempunyai kerataan yang baik. Proses pengeringan harus
segera dilakukan secepatnya setelah perendaman (padding) pada suhu lebih kurang
130°C. Zat ini banyak digunakan secara bersama-sama pada proses penyempurnaan
dengan resin karena sifatnya yang lebih stabil. Untuk evaluasi penggunaan zat
pemutih optik ini maka perlu diketahui berapa jumlah dari zat pemutih optik yang
dipindahkan atau diserap dari larutan kedalam serat. Salah satu cara untuk
mengukur adalah dengan mengukur “optical density” pada panjang gelombang
tertentu.
Penyerapan zat pemutih optik ini sangat dipengaruhi oleh suhu, waktu dan
adanya penambahan garam (elektrolit). Oleh karena itu suhu yang umum digunakan
antara 40 - 60°C selama 30 menit. Telah diketahui bahwa besarnya penyerapan zat
pemutih optik dipengaruhi pula oleh adanya elektrolit atau garam. Garam yang
umum dipakai adalah garam Glauber. Penambahan garam dapat menaikan
penyerapan zat pemutih optik. Migrasi zat pemutih optik ini dapat terjadi dengan
baik apabila suhu yang dipakai optimum umumnya suhu yang digunakan antara 60
- 80°C.
Pemakaian zat pemutih optik pada serat selulosa umumnya dapat digunakan
antara 0,50 -0,6% berat bahan dengan penambahan elektrolit equivalen dengan 5
g/1 garam glauber. Pengaturan kenaikan suhu diatur secara bertahap 15 menit
periode pertama kemudian dilanjutkan sampai 30 menit pada suhu optimum. Setiap
zat pemutih optik mempunyai konsentrasi dan pengerjaan yang optimum pada saat
itu zat pemutih optik dapat memberikan hasil yang terbaik diatas titik kritik
optimum terjadi pengurangan efek pemutihan dan cenderung kekuningan.
Ketahanan zat pemutih optik tidak terlalu tinggi, pengujian ketahanan terhadap
pencucian dengan 5 g/1 sabun pada suhu 60°c terjadi penurunan dari 3 - 5 menjadi
2 - 4 dengan kondisi yang sama pada suhu 95°C.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat 2. Bahan
- Timbangan - Tapioka
- Beaker glass - CMC
- Mesin padder - PVA
- Pengaduk - Unitex
- MgCl2
- TRO
- Air
- Kain Kapas
IV. RESEP DAN PERHITUNGAN
1. Kanji Tapioka
- Tapioka = 60 gr/l
- MgCl2 = 4 gr/l
- TRO = 2 gr/l
- Kebutuhan air = 2,8 L
2. Kanji CMC
- CMC = 10 gr/l
- MgCl2 = 4 gr/l
- TRO = 2 gr/l
- Kebutuhan air = 1,5 L
3. Kanji PVA + Unitex
- PVA = 40 gr/l
- MgCl2 = 4 gr/l
- Unitex = 1,5%
- TRO = 1 gr/l
- Kebutuhan air =1L

V. SKEMA

Pad Pre-dry Dry

(Lar.kanji CMC/Tapioka) (Suhu : 80℃, t : 3’) (Suhu : 100℃, t : 2’)

VI. CARA KERJA


a. Pembuatan larutan kanji
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktek.
2. Bahan ditimbang sesuai kebutuhan.
3. Melarutkan kanji kedalam air dan panaskan.
4. Larutan kanji diaduk hingga menjadi bening dan mecapai viskositas
tertentu.
5. Diamkan larutan kanji sampai bening.
6. Masukkan zat anti septik kedalam larutan kanji.
7. Bahan direndam dalam larutan.
b. Proses penganjian
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian hitung
keperluan zat sesuai dengan resep.
2. Buat larutan kanji.
3. Rendam peras bahan kedalam larutan kanji yang telah diproses.
4. Dipad dengan menggunakan mesin padder, kemudian dilakukan pre-dry
selama 3 menit dengan menggunakan suhu 80°C.
5. Setelah selesai kemudian dilanjutkan proses dry selama 2 menit dengan
menggunakan suhu 100°C.
6. Lakukan evaluasi pada pertambahan berat bahan dan perbandingan hasil
penganjian antara kanji tapioka dan CMC.

VII. FUNGSI OBAT DAN FUNGSI PROSES


a) Fungsi obat
No Nama zat Fungsi zat
1 Kanji (CMC, Sebagai zat utama proses penyempurnaan
Tapioka dan penganjian yang akan memberikan lapisan film
PVA) pada bahan
2 MgCl2 Mencegah timbulnya jamur yang akan timbul
pada kain dan mencegah serangga/bakteri pada
kain.
3 Unitex Zat yang digunakan sebagai pemutih optik pada
kain.
4 TRO Sebagai pelembut dan dapat memberikan
pegangan yang lembut pada kain, sehingga dapat
mengurangi kekakuan kain.
b) Fungsi proses
No Nama proses Fungsi proses
1 Pad Media melapisi larutan kanji pada permukaan
kain secara merata.
2 Pre-dry Mengurangi kandungan air pada kain dan
memberi kesempatan larutan kanji terserap pada
permukaan kain.
3 Dry Media agar lapisan kanji dapat melekat pada kain
dengan sempurna.

VIII. DATA PENGAMATAN


(1) Berat awal:
- Kain I (CMC) = 6,18 gr
- Kain II (Tapioka) = 6,48 gr
- Kain III (PVA) = 6,33 gr
(2) Berat basah:
- Kain I (CMC) = 12,72 gr
- Kain II (Tapioka) = 13,8 gr
- Kain III (PVA) = 14,25 gr
(3) Berat kering:
- Kain I (CMC) = 6,19 gr
- Kain II (Tapioka) = 6,58 gr
- Kain III (PVA) = 6,51 gr
Perhitungan
% 𝐹𝑖𝑛𝑖𝑠ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎
𝐹𝑃 = % 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 ×% 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

(1) Kanji CMC


𝐵𝑘−𝐵𝑎
 % finish menurun analisa = × 100%
𝐵𝑎
6,19−6,18
= × 100%
6,18

= 0,16 %
𝜀 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
 % konsentrasi = × 100%
𝜀 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
16
= 1500 × 100%

= 1,06 %
𝐵𝑏−𝐵𝑘
 % penyerapan basah = × 100%
𝐵𝑘
12,72−6,19
= × 100%
6,19

= 105,49 %
0,16% 0,16
𝑭𝑷 = = 111,81% = 0,14
1,06% × 105,49%
(2) Kanji Tapioka
𝐵𝑘−𝐵𝑎
 % finish menurun analisa = × 100%
𝐵𝑎
6,58−6,48
= × 100%
6,48

= 1,54 %
𝜀 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
 % konsentrasi = × 100%
𝜀 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
66
= 2800 × 100%

= 2,3 %
𝐵𝑏−𝐵𝑘
 % penyerapan basah = × 100%
𝐵𝑘
13,8−6,58
= × 100%
6,58

= 109,72 %
1,54% 1,54
𝑭𝑷 = = 252,356 % = 0,61
2,3% ×109,72%

(3) Kanji PVA + Unitex


𝐵𝑘−𝐵𝑎
 % finish menurun analisa = × 100%
𝐵𝑎
6,51−6,33
= × 100%
6,33

= 2,84 %
𝜀 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
 % konsentrasi = × 100%
𝜀 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
45
= 1000 × 100%

= 4,5 %
𝐵𝑏−𝐵𝑘
 % penyerapan basah = × 100%
𝐵𝑘
14,25−6,51
= × 100%
6,51

= 118,89 %
2,84% 2,84
𝑭𝑷 = = = 0,53
4,5% ×118,89% 535 %

IX. DISKUSI ANALISA


Praktek yang dilakukan ini adalah membandingkan hasil penganjian dengan
kanji yang berbeda yaitu dengan kanji CMC dan kanji tapioka. Proses penganjian
bertujuan untuk memberikan lapisan film yang rata, menyempurnakan kenampakan,
menstabilkan dimensi / ukuran dan menambah berat kain. Penganjian ini dilakukan juga
untuk mengetahui kanji yang baik digunakan dalam penyempurnaan kanji. Dari praktek
yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Kain kapas hasil penganjian dari penilaian menggunakan FP (Faktor Pemilihan)
diperoleh untuk hasil penganjian dengan tapioka sebesar 0,61, PVA sebesar 0,53 lebih
besar dibandingkan dengan kanji CMC sebesar 0,14. Dari kedua hasil penganjian kain
kapas memperoleh nilai FP < 1. Nilai FP ini menunjukan bahwa penyerapan kain kapas
terhadap zat terlarut < zat pelarut dimana larutan yang diperoleh encer. Hasil kain yang
diperoleh banyak menyerap larutan kanji karena nilai yang diperoleh kurang dari 1.
Perbandingan dari ketiga hasil penganjian ini disebabkan karena perbedaan dari
viskositas dari masing – masing larutan yaitu untuk larutan kanji tapioka mempunyai
viskositas sedikit lebih tinggi dibandingkan viskositas pada larutan CMC. Dapat dilihat
juga dari persentase penyerapan basah yang berbeda, sehingga berpengaruh pada kain
yang dikanji dengan tapioka lebih banyak menyerap larutan kanji dibandingkan dengan
kain yang dikanji dengan CMC.
Pada hasil penyempurnaan dengan kanji PVA yang ditambahkan unitex
memliki derajat putih yang lebih tinggi dibandingkan hasil peganjian menggunakan
tapioka maupun CMC, hal ini dikarenakan penggunaan Unitex 1,5% yang digunakan
sebagai zat pemutih optik yang disimultankan dengan proses pengajian kain dengan
PVA menghasilkan sedikit peningkatan derajat putih pada kain dibandingkan hasil kain
yang lain tanpa menggunakan zat pemutih optik.

X. KESIMPULAN
1. Kain kapas hasil penganjian secara kontinyu dengan kanji CMC, kanji tapioka
dan kani PVA mengalami penambahan berat kain.
2. Kain kapas hasil proses sesuai FP kanji tapioka lebih banyak menyerap larutan
kanji dibandingkan kain yang diproses dengan kanji PVA dan kanji CMC.

XI. DAFTAR PUSTAKA


1. Ir. Didik Achadi W., MT, Pegangan Praktek Teknologi Penyempurnaan Tekstil
I (Finishing Good)
2. Ir. Didik Achadi W., MT, Teknologi Penyempurnaan Tekstil I (Finishing Good)
3. https://docplayer.info/72945354-Laporan-praktikum-penyempurnaan-
tekstil.html

You might also like