You are on page 1of 6

BAGIAN PERTAMA

Nama saya Ahmad Zulfadhli, nama ayah Suriansyah HA, dan nama ibu
Siti Rahmah. Saya dilahirkan pada tanggal 22 Juni 1961 di Muara Tewe, Prop.
Kalimantan Tengah, sewaktu orang tua bertugas sebagai Guru Madrasah disana.
Pada waktu saya berumur 7 tahun, keluarga kami pindah (pulang kampong) ke
Kota Barabai Kab. Hulu Sungai Tengah, karena ayah saya pindah tugas ke Kantor
Departemen Agama Kab. Hulu Sungai Tengah.
Saya dibesarkan dari keluarga yang cukup sederhana karena ayah saya
hanya staf biasa pada kantor temat beliau bekerja, dan Alhamdulillah di dalam
rumah saya kesehariannya dalam suasana cukup agamis, sebab ayah saya
disamping sebagai PNS, juga seringkali bertugas sebagai imam dan khatib di
mesjid/mushalla. Dan semua saudara saya yang berjumlah 5 orang, semuanya
berpendidikan di Madrasah (PGAN) sejak tingkat Tsanawiyah sampai dengan
Aliyah.
Dalam kehidupan saya sehari-hari, disamping bertugas sebagai Guru
Agama di SDN 1 Pajukungan Kec. Barabai, saya terlibat aktif dalam pengabdian
kepada masyarakat yakni sebagai Ketua Pembangunan Langgar (Mushalla)
Miftahus Sa’adah dan sekretaris Yayasan Mesjid Jami Al-Huda Sei. Tabuk
Barabai. Dan sudah lebih dari sepuluh tahun masih dipercaya sebagai Ketua RT di
lingkungan saya bertempat tinggal.
Saya cukup aktif dalam organisasi, diantaranya:
1. Badan Komunikasi Pemuda Mesjid Indonesia (BKPRMI) Kab. Hulu Sungai
Tengah sebagai Pengasuh LPP TK/TPA Al-Qur’an.
2. LPTQ Kab. HST (Bagian Diklat).
3. DPD MUI Kab. Hulu Sungai Tengah (Anggota Komisi Pendidikan dan
Pelatihan).
4. Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) Kab. Hulu
Sungai Tengah dan masuk dalam pengurus perhimpunan KB PII Prop. Kal-
Sel.

1
Adapun orang-orang yang sering berinteraksi dengan saya adalah:
1. H. M. Hasbi U
2. Abdul Hadi, S. Sos.
3. Helmiadi, S.Pd.I.
4. Fuad Fikri, S.Pd.
5. Drs. Zainurrahmani, MM.
6. Syahrullah, S.Pt.
7. H. Saberan Haris, BA.
Orang-orang yang pernah menjadi acuan kuat tentang nilai-nilai karakter
luhur yang saya ucapkan dipegang teguh:
1. Ust. H. Masrawan (almarhum)
2. H. Bandaniji HS Effendi (Paman dalam keluarga)
3. Ust. H. Samsuni (Pimpinan Pon-Pes Minhajul Abidin Desa Mandingin Kec.
Barabai
Adapun nilai-nilai karakter yang beliau ajarkan dan selalu saya upayakan
untuk diterapkan adalah:
1. Senantiasa bersikap ramah terhadap orang lain
2. Tidak mau menyalahkan orang lain, termasuk terhadap staf kerja (bawahan).
3. Selalu berusaha terhadap perjanjian yang telah disepakati.
4. Disiplin terhadap peraturan yang berlaku.
Saya yakin bahwa saya bisa untuk menjadi orang yang benar-benar
berintegritas (bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme). Skor integritas saya
(untuk saat sekarang) adalah 95 %. Sebab sewaktu bertugas sebagai Ketua
Panwaslu ketika mengadakan rekrutmen Panwaslu kecamatan kabupaten HST,
satu orang diantaranya diluluskan (dipilih) karena adanya usulan/titipan dari
teman bukan karena faktor nilai/ kualitasnya. Hal ini dapat saya jadikan sebuah
pengalaman berharga. Dan untuk kedepannya saya bertekad untuk
meninggalkannya (berusaha semaksimal mungkin untuk meraih skor 100 %).

2
BAGIAN KEDUA
Saya tidak setuju kalau ada kecurangan yang bisa ditoleransi dan ada
kecurangan/ manipulasi yang sama sekali tidak dapat ditoleransi. Sebab setiap
kecurangan/ manipulasi yang melanggar peraturan harus diambil tindakan dan
mendapat sangsi sesuai dengan UU/ peraturan yang berlaku.
Apabila ada kecurangan/ manipulasi yang ditoleransi (yang jelas-jelas
menyalahi peraturan yang berlaku), maka akan bisa memicu timbulnya
kecurangan-kecurangan berikutnya.
Saya tidak pernah menghadapi situasi dimana saya seperti harus
melakukan kecurangan atau manipulasi untuk mencapai sesuatu.
Ketika kita menghadapi suatu situasi untuk memutuskan sesuatu, untuk
sementara dasar hukum yang melandasi kurang jelas, maka yang menjadi
pegangan bagi kita adalah:
Hendaknya bagi kita yang berada dalam satu (group/ komunitas, dapat
merembukkannya dengan pengurus/ anggota yang lainnya, sehingga untuk
memperoleh satu jawaban/ keputusan) yang benar bahkan kalau masih perlu minta
pendapat dengan seseorang yang dianggap pakar (kompeter tentang masalah
tersebut).

3
BAGIAN KETIGA
Saya pernah melakukan kegiatan bersifat sosial, yang saya anggap penting,
yaitu mempelopori membangun sebuah musholla (langgar) sebagai ketua panitia.
Tujuan aktivitas ini sangat jelas, yakni agar warga disekitarnya dapat melakukan
shalat secara berjama’ah dan dapat pula melakukan kegiatan lainnya dalan rangka
pembangunan mental bagi warga setempat. Dampaknya cukup besar bagi
masyarakat tersebut mereka selalu aktif dan bersemangat melaksanakan aktifitas
ibadah dan kegiatan lainnya pada mushalla tersebut.
Dalam hal pembangunan mushalla ini sangat didukung oleh masyarakat
setempat dan para tokoh masyarakatnya. Mengenai kendala dianggap tidak begitu
berarti. Sebab pembangunan mushalla bisa diselesaikan sesuai dengan rencana
yang dirancang sebelumnya:
- berperan aktif dalam rehab mesjid
- sebagai diklarator pembentukan PBB
Beberapa orang yang dianggap berperan besar, antara lain adalah: H.
Murjani, Drs. H. Syarifuddin, H.M.Noor Alariansyah, H. Husin (alm), Syahrullah,
S.IP, Rizikan, S.Sos, Anwar, S.Pt dan lain-lain.
Peran mereka adalah: mereka telah bekerja membantu secara maksimal,
ada yang bekerja dibidang pengumpulan dana dan ada juga yang membantu dalam
tehnis pembangunan fisiknya.
Beranjak dari pengalaman dalam melakukan kegiatan berorganisasi selama
ini Insya Allah akan dapat berguna pada saat menjadi salah seorang anggota
Bawaslu (bila saya terpilih). Hal ini telah dapat dirasakan ketika mengemban
amanah sebagai Ketua Panwaslu Pemilu Legislatif dan Pilpres tahun 2009 dan
sebagai Ketua Panwaslu Pemilukada Propinsi Kal-Sel dan pemilukada Tingkat
Kab. Hulu Sungai Tengah tahun 2010.

4
BAGIAN KEEMPAT
Pihak yang harus diwaspadai adalah kelompok yang pesimis dan apatis
terhadap visi dan misi Bawaslu. Dan mereka ini berpotensi sebagai propokatif
masyarakat untuk menjadi golput. Pihak yang dapat dijadikan mitra kerja dalam
mendukung misi Bawaslu antara lain adalah:
1) Pimpinan PTN/ PTS setempat
2) LSM/ aktifis kampus yang bersifat independen yang mempunyai visi dan
misi yang sama dengan visi dan misi Bawaslu.
Strategi yang tepat untuk menghindari intervensi negatif dari pihak lain:
- Tidak menerima (menolak secara halus) seandainya ada pihak-pihak tertentu
yang menawarkan pemberian bantuan (hadiah sesuatu), khususnya dari mereka
yang punya keterkaitan dengan tugas kepemiluan/ tugas Panwaslu.
Dari pihak keluarga atau teman juga cukup berpengaruh dalam kehidupan
saya. Dari pihak keluarga, istri saya sering saya minta pendapatnya ketika saya
mau memutuskan suatu permasalahan atau ingin mengerjakan sesuatu pekerjaan
yang cukup penting. Demikian juga dari teman dekat saya, sering saya mintakan
masukan/ pendapatnya. Sebab dari adanya saran/ pendapat mereka (istri/ teman
dekat) dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan ketika
menghadapi permasalahan.

5
BAGIAN KELIMA
Saya tertarik dengan masalah kepemiluan dan demokrasi sejak awal era
reformasi (1998) karena sejak saat itu kondisi Negara kita memberikan kebebasan
yang luas bagi warga negaranya dalam menyampaikan pendapat/pikiran termasuk
juga dalam mendirikan sebuah partai politik.
Buku-buku yang pernah dibaca (tentang Kepemiluan dan Demokrasi):
1. Pileg Overdosis (Catatan Pemilu Legislatif 2009) oleh Mukhtar Sarman.
2. Menjaga Independensi Penyelenggara Pemilu oleh Didik Supriyanto.
Buku tersebut saya anggap penting sebab pada buku pertama (Pileg
Overdosis) banyak memuat catatan-catatan kritis terhadap pelaksanaan Pemilu
Legislatif tahun 2009. Buku tersebut sebagai bahan evaluasi untuk pelaksanaan
Pemilu tahun 2014. Pada buku kedua (Menjaga Independensi Penyelenggara
Pemilu), saya anggap cukup bermanfaat bagi mereka yang terlibat dalam
penyelenggaraan Pemilu (Panwas/KPU).
Buku lain yang pernah saya baca antara lain:
1. Panji-Panji Dakwah, oleh KH. Firdaus, AN.
2. Waktu, Kekuasaan Sebagai Amanah Allah, oleh DR. Yusuf Qardhani.
3. Politisi Yang Teruji Oleh Waktu (50 Tahun Pengabdian H. Ma’wah
Masykur).
4. Khairul Tanjung, si Anak Singkong
Judul buku yang pernah saya abaca mengenai Kepemiluan dan Demokrasi
adalah:
1. Pileg Overdosis (Catatan Pemilu Legislatif 2009) oleh Mukhtar Sarman.
2. Menjaga Independensi Penyelenggara Pemilu oleh Didik Supriyanto.
Substansi dari buku tersebut adalah, pada buku Pileg Overdosis berisi
tentang catatan-catatan kritis terhadap pelaksanaan Pemilu Legislatif tahun 2009.
Buku tersebut sebagai bahan evaluasi untuk pelaksanaan Pemilu tahun 2014,
sedangkam pada buku Menjaga Independensi Penyelenggara Pemilu membahas
tentang salah satu aspek penentu demokratis-tidaknya suatu pemilu, yakni tentang
badan atau lembaga penyelenggara pemilu.

You might also like