You are on page 1of 57

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma adalah gangguan kronis di jalan napas.Arus puncak
ekspirasi adalah salah satu uji fungsi paru manusia yang digunakan
untuk menilai kemampuan fungsi paru dan memberikan gambaran
gangguan di jalan napas (Wijaya,2020). Asma pada anak
menyebabkan sesak napas,batuk atau rasa sesak yang berulang.
Asma pada anak terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan suara napas
yang berbunyi wheezing dan mengi. Bunyi mengi biasanya terdengar
ketika penderita menghembuskan napasnya (Sujati et al. 2022).
Dampak buruk asma pada anak dapat menganggu pola tidur,
kekurangan oksigen, kejang, biru sekiitar mulut, aktivitas sehari-hari,
kerusakan paru, dan berbagai mcam komplikasi lainnya. Penyakit
asma juga berdampak pada financial karena perawatan asma yang
membutuhkan biaya yang banyak untuk biaya medis seperti rawat
inap serta obat-obatan (Silampari, 2018).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018).
Pada tahun 2018, jumlah asma mencapai 1.017.290 kasus di
Indonesia, tertinggi di wilayah Yogyakarta 14,602 kasus atau setara
dengan (4,5%), Kalimantan timur 13.977 kasus atau setara dengan
(4,0%), Bali 16.481 kasus atau setara dengan (3,9%), dan kasus
terendah di Sumatra Utara sebesar 55.35 kasus atau setara dengan
(1,0%) (Kemenkes, 2019).
Berdasarkan data yang di dapatkan dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2018, jumlah pasien yang menderita
asma sebanyak 50.127 kasus atau sekitar (7,63%) kasus dan data
yang di dapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Makassar tahun
2018, jumlah asma 86.011 kasus atau setara dengan 2,99%
(Riskesdas, 2018).

1
Anak yang mengalami asma dilakukan pengobatan yaitu secara
farmakologis yakni dengan pengobatan cepat untuk meredakan
gejala asma sesuai bentuk pengobatan dan non farmakologis yakni
dengan cara terapi pursed lips breathing untuk mengurangi sesak
napas, mengurangi kekambuhan dan untuk meningkatkan fungsi
kapasitas (Oktaviani, 2021). Pada anak yang mengalami asma
dilakukan pengukuran oksimetri untuk menilai tingkat keparahan pada
asma. Saturasi oksigen 97% atau lebih merupakan asma ringan, 92-
97% merupakan asma sedang, dan kurang dari 92% menandakan
asma berat. Asma ringan pemberian oksigen 1-2 liter/menit, asma
sedang diberikan 3-4 liter/menit dan pada asma berat diberikan 5-10
liter/menit apabila saturasi oksigen tidak membaik maka diganti
dengan NRM (Morris & Pearson, 2020).
Terapi pursed lips breathing (PLB) merupakan latihan
pernapasan untuk mengatur dan memperbaiki pola dan frekuensi
napas sehingga mampu mengurangi sesak napas serta
mengkoordinasi frekuensi dengan memperbaiki ventilasi alveoli dan
pertukaran gas dalam paru-paru, terapi ini juga merupakan cara yang
mudah dan efektif untuk membantu pasien asma bernapas dengan
baik (Oktaviani,2021).
Terapi pursed lips breathing dapat dimodifikasi dengan cara
bermain dan meniup balon, terapi ini dapat menjadi pilihan yang tepat
untuk anak karena pada dasarnya anak senang dengan permainan
membuat anak semakin relaks dan melakukan dengan perasaan
senang (Sadat, 2022).
Berdasarkan penelitian Nugroho et.al (2018) mengatakan terapi
ini dapat meningkatkan frekuensi pernafasan nadi dan saturasi
oksigen pada anak dengan gangguan saluran pernafasan.
Selanjutnya menurut penelitian Sachdeva et.al (2013) mengatakan
latihan pernafasan dengan teknik pursed lips Breathing dapat
meningkatkan asupan oksigen ke paru-paru dan jaringan tubuh,
2
peningkatan kadar oksigen dapat dilakukan dengan latihan pursed lips
Breathing.
Adapun menurut Azizah et. al (2018) yaitu pernafasan pursed lips
breathing pada anak diberikan selama 15 menit dilakukan sebanyak 2
kali selama 2 hari. Berdasarkan hal di atas terlihat bahwa pasien
yang menderita asma mengalami masalah pernapasan dapat dilihat
dari frekuensi napas yang tidak normal, dan teknik pursed lips
breathing dapat meningkatkan saturasi oksigen namun pada
penelitian terdahulu tidak menggambarkan tahapan prosedur
penerapan teknik pursed lips breathing sehingga peneliti tertarik untuk
melakuan penelitian tentang gambaran penerapan terapi pursed lips
breathing dalam pemenuhan oksigenasi pada pasien asma pada
anak.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran penerapan terapi pursed lips breathing
dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien anak dengan
asma ?
C. Tujuan Studi Kasus
Untuk mengetahui gambaran penerapan terapi pursed lips
breathing dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien anak
dengan asma
D. Manfaat Studi Kasus
1. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat tentang manfaat
penerapan terapi pursed lips breathing dalam pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada pasien asma pada anak.
2. Peneliti
Penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan pemahaman
penulis tentang penerapan terapi pursed lips breathing dalam
pemenuhan oksigenasi pada pasien asma pada anak

3
3. Bagi pengetahuan ilmu dan teknologi keperawatan
Digunakan sebagai tambahan ilmu dan referensi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan bagi pengembangan dan
teknologi keperawatan khususnya dalam melakukan penerapan
terapi pursed lips breathing dalam pemenuhan oksigenasi pada
pasien asma pada anak.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Kebutuhan
Oksigen
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan pasien (Pulungan, 2019).
a. Identitas pasien
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, no register, agama, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnose medis, dan identitas penanggung jawab
perlu dilakukan oleh pasien asma. Serangan asma pada usia
dini menunjukkan bahwa sangat memungkinkan terjadi. Tempat
tinggal dapat menggambarkan bagaimana kondisi lingkungan
rumah pasien dan alamat dapat diketahui, faktor yang
memungkinkan menjadi penyebab serangan asma (Sihombing et
al. 2020).
b. Riwayat Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
Mengatakan bahwa asma yang sering ditemukan yakni
dengan keluhan batuk secara terus menerus, penggunaan
otot-otof asesori pernapasan,cuping hidung, dan suara
napas wheezing. Pasien dengan serangan asma datang
dengan keluhan sesak napas dan mendadak, serta gejala
wheezing, penggunaan otot bantu pernapasan, perubahan
tekanan darah dan sianosis (Mendri,2018).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala asma adalah gangguan pernapasan (sesak) batuk
produktif terutama pada malamhari atau menjelang pagi, dan
5
dada terasa tertekan.Gejala tersebut memburuk pada malam
hari, adanya alergi (seperti debu,asap rokok) atau saat sedang
menderita sakit seperti demam. Gejala yang sering terjadi pada
asma yakni hiperventilasi atau napas dalam hiperventilasi terjadi
karena mengembangnya tingkat kedalaman pernapasan melebihi
batas normal sehingga memperburuk sistem pernapasan karena
terjadi kehilangan karbondioksida secara progresif (Toyib,2018).
Kaji mengenai penyakit dan keluhan utama saat ini tanda dan
gejala, batuk, terutama terjadi pada malam hari Pernapasan sulit,
menjadi pendek napas, nyeri pada dada atau sesak saat
melakukan aktivitas.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit masa lalu, ditanyakan pada anak dan
orangtuanya tentang penyakit yang pernah di alami anak,
apakah pernah mengalami sakit, apakah ada riwayat infeksi
pada saluran pernapasan, apakah ada riwayat alergi terhadap
hawa dingin, debu, olahraga, asap rokok, dan lain
sebagainya. Pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi
asma, obat apa yang diberikan untuk mengatasi asma
(Mendri, 2018).
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Bagaimana keadaan pasien, apakah letih/lemah, atau sakit
berat.
b) Tanda vital
Bagaimana suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah pasien
c) Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk
kepala simetris/tidaknya, apakah terdapa lesi/tidak pada
kepala.
d) Wajah
6
Bagaimana bentuk wajah simetris/tidak, kulit tampak
pucat/tidak
e) Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/
tidak, Slera/Ikterik/tidak, keadaan pupil, palpebra atau
terdapat gangguan penglihatan.
f) Hidung
Bagaimana bentuk hidung bersih/tidak, ada/ tidaknya secret
pada hidung dan cairan yang keluar, apakah ada sinus/
tidak dan apakah terdapat gangguan penciuman.
g) Mulut
Bagaimana bentuk mulut, membrane mukosa kering/ lembab,
lidah kotor/ tidak, Terdapat kemerahan pada lidah/ tidak,
apakah terdapat gangguan menelan/tidak, apakah ada
kesulitan berbicara/ tidak.
h) Leher
Apakah pada leher terdapat pembengkakan/tidak apakah
terdapat distensi vena jugularis.
i) Thoraks
Bagaimana bentuk dada simetris/ tidak, melihat kembang
kempis dada, apakah terdapat bunyi wheezing, apakah
terdapat gangguan pernapasan.
5) Pemeriksaan Fisik berfokus pada pengkajian pernapasan
a) Inspeksi
(1) Membran mukosa-faring apakah tampak merah
(2) Tonsil apakah tampak kemerahan dan apakah
terdapat edema
(3) Apakah tampak batuk
(4) Tidak terdapat jaringan perut dan leher
(5) Tidak terdapay penggunaan otot-otot pernapasan
tambahan
7
b) Palpasi
(1) Apakah terdapat demam
(2) Apakah teraba pembesaran kelenjar limfe pada area
leher/ nyeri tekan
(3) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c) Perkusi
(1) Suara napas normal
d) Auskultasi
(1) Suara napas tidak terdengar bunyi ronchi
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis terhadap
pengalaman atau respon individu, keluarga atau komunitas pada
masalah kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada
proses kehidupan (PPNI 2016).
a. Gangguan Pertukaran Gas
1) Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigen dan/atau eliminasi
karbondiosida pada membrane alveolus- kapiler.
2) Penyebab
a) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b) Perubahan membrane alveolus-kapiler
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(1) Dispnea
b) Objektif
(1) PC02 meningkat/menurun
(2) PO2 menurun
(3) Takikardi
(4) pH arteri meningkat/menurun
(5) Bunyi napas tambahan
4) Gejala dan Tanda Minor
8
a) Subjektif
(1) Pusing
(2) Penglihatan Kabur
b) Objektif
(1) Sianosis
(2) Diaforesis
(3) Napas cuping hidung
(4) Pola napas abnormal
(5) (cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal)
(6) Warna kulit abnormal (mis.pucat, kebiruan)
(7) Kesadaran menurun
b. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
1) Definisi
Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi
jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
2) Penyebab Fisiologis
a) Spasme jalan napas
b) Hipersekresi jalan napas
c) Disfungsi neuromuskuler
d) Benda asing jalan napas
e) Adanya jalan napas buatan
f) Sekresi yang tertahan
g) Hiperplasia dinding jalan napas
h) Proses infeksi
i) Respon alergi
j) Efek agen farmakologis (misalnya anastesi) Situsional
k) Merokok aktif
l) Merokok pasif
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
9
b) Objektif
(1) Batuk tidak efektif
(2) Tidak mampu batuk
(3) Sputum berlebih
(4) Mengi, wheezing, dan/atau ronkhi kering
(5) Mekonium di jalan napas (pada neonatus)
4) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif
(1) Dispnea
(2) Sulit bicara
(3) Ortopnea
(4) Objektif
(5) Gelisah
(6) Sianosis
(7) Bunyi napas menurun
(8) Frekuensi napas berubah
(9) Pola napas berubah
c. Pola Napas Tidak Efektif
1) Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat.
2) Penyebab
a) Depresi pusat pernapasan hambatan upaya napas
(misalnya nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan)
b) Deformitas dinding dada
c) Deformitas tulang dada
d) Gangguan neuromuscular
e) Gangguan neurologis (misalnya elektroensefalogram
(EEG) positif, cedera kepala, gangguan kejang
f) Imaturitas neurologis
10
g) Penurunan energy
h) Obesitas
i) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
j) Sindrom hipoventilasi
k) Kerusakan inervasi diafragma (Kerusakan saraf C5)
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(1) Dispnea
b) Objektif
(1) Penggunaan otot bantu pernapasan
(2) Fase ekspirasi memanjang
(3) Pola napas abnormal (misalnya takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul cheyne- stokes)
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(1) Ortopnea
b) Objektif
(1) Pernapasan pursed-lip
(2) Pernapasan cuping hidung
(3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
(4) Ventilasi semenit menurun
(5) Kapasitas vital menurun
(6) Tekanan ekspirasi menurun
(7) Tekanan inspirasi menurun
(8) Ekskursi dada berubah
d. Gangguan Penyapihan Ventilator
1) Definisi
Ketidaknyamanan beradaptasi dengan pengurangan
bantuan ventilator mekanik yang dapat menghambat dan
memperlama proses penyapihan.

11
2) Penyebab
a) Hipersekresi jalan napas
b) Ketidakcukupan energy
c) Hambatan upaya napas (misalnya nyeri saat bernapas)
d) Perasaan tidak berdaya
e) Kurang informasi tentang proses penyapihan
f) Penurunan motivasi
g) Ketidakadekuatan dukungan sosial
h) Ketidaktepatan kecepatan proses penyempihan
i) Riwayat kegagalan berulang
j) Riwayat ketergantungan ventilator >4 hari
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif (tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Frekuensi napas meningkat
(2) Penggunaan otot bantu napas
(3) Napas megap-megap (gasping)
(4) Upaya napas dan bantuan ventilator tidak sinkron
(5) Napas dangkal
(6) Agitasi
(7) Nilai gas darah arteri abnormal
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(1) Lelah
(2) Kuatir mesin rusak
(3) Fokus meningkat pada pernapasan
b) Objektif
(1) Auskultasi suara inspirasi menurun
(2) Warna kulit abnormal (misalnya pucat, sianosis)
(3) Napas paradox abminal
(4) Diaforesis
12
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan
(PPNI, 2018).
a. Gangguan Pertukaran Gas
1) Tujuan : Pertukaran Gas Setelah diberikan tindakan
keperawatan pemantauan respirasi meningkat dengan
kriteria hasil:
a) Tingkat Kesadaran meningkat
b) Dispnea menurun
c) Bunyi napas tambahan menurun
d) Takikardia menurun
e) Pusing menurun
f) Penglihatan Kabur menurun
g) PCO2 membaik
h) Pola napas membaik
2) Tindakan Keperawatan
Observasi
a) Monitor frekuensi,irama,kedalaman dan upaya napas
b) Monitor pola napas
c) Monitor kemampuan batuk efektif
d) Monitor adanya produksi sputum
e) Monitor adanya sumbatan jalan napas
f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
g) Auskultasi bunyi napas
h) Monitor saturasi oksigen
i) Monitor nilai AGD
Terapeutik
a) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b) Dokumentasi hasil pemantauan
13
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Informasikan hasil Pemantauan, jika perlu
b. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
1) Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan latihan batuk
efektif meningkat dengan kriteria hasil :
a) Batuk efektif menurun
b) Produksi sputum menurun
c) Mengi menurun
d) Wheezing menurun
e) Dispnea menurun
f) Sianosis menurun
g) Gelisah menurun
h) Frekuensi napas membaik
i) Pola napas membaik
2) Tindakan Keperawatan
Observasi
a) Identifikasi kemampuan batuk
b) Monitor adanya retensi sputum
c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran pernapasan
d) Monitor input dan output cairan
Terapeutik
a) Atur posisi semi fowler atau fowler
b) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
c) Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b) Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu(dibulatkan)selama 8 detik
c) Anjurkan mengulang tarik napas dalam hingga 3 kali
14
d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke 3
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran
c. Pola NapasTidak Efektif
1) Tujuan: Pola napas Setelah diberikan tindakan keperawatan
pola napas meningkat dengan kriteria hasil :
a) Dispnea menurun
b) Penggunaan otot bantu napas menurun
c) Pemanjangan fase ekpirasi menurun
d) Ortopnea menurun
e) Pernapasan pursed-lip menurun
f) Pernapasan cuping hidung menurun
g) Frekuensi napas membaik
h) Kedalaman napas membaik
i) Ekskursi dada ventilasi menurun
j) Kapasitas vital menurun
k) Diameter thoraks anterior-posterior membaik
l) Tekanan eksprasi membaik
m) Tekanan inspirasi membaik
2) Tindakan Keperawatan
Observasi
a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
b) Monitor bunyi napas tambahan (misalnya Gurgling, mengi
wheezing, ronkhi kering)
c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
a) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tlit dan
chin- lift (jaw- thurst jika curigai trauma servikal)
b) Posisikan semi-fowler atau fowler
c) Berikan minum hangat
15
d) Lakukakan fisioterapi dada, jika perlu
e) Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
f) Lakukan hiper oksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
g) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forest McGill
h) Berikan oksigen, jikaperlu
Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontra
indikasi
b) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
d. Gangguan Penyempihan Ventilator
1) Tujuan : penyapihan ventilator setelah diberikan tindakan
keperawatan penyapihan ventilator meningkat dengan
kriteria hasil:
2) Tindakan Keperawatan
Observasi
a) Periksa kemampuan untuk disapih
b) Monitor predictor kemampuan untuk mentolerir
c) Monitor tanda-tanda kelelahan otot pernapasan
d) Monitor status cairan dan elektrolit.
Terapeutik
a) Posisikan pasien semi fowler
b) Lakukan pengisapan jalan napas, jika perlu
c) Berikan fisioterapi dada, jika perlu
d) Lakukan uji coba penyapihan
e) Gunakan teknik relaksasi, jika perlu
f) Hindari pemberian sedasi farmakologi
g) Berikan dukungan psikologis
16
Edukasi
a) Ajarkan cara pengontrolan napas saat penyapihan
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat yang meningkatkan kepatenan
jalan napas dan pertukaran gas
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun atau ditentukan
sebelumnya berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat,
dimana Tindakan yang dilakukan mencakup Tindakan mandiri dan
kolaborasi (Wartonah, 2015).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk
dapat menentukan keberhasilan dalam suatu asuhan keperawatan.
Evaluasi pada dasarnya adalah membandingkan status keadaan
pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang didapatkan.
S (objektif) : Data subjektif berisi data pasien melalui anamnesis
atau wawancara yang merupakan ungkapan langsung.
O (Objektif) : Data objektif berisi data yang dari observasi melalui
pengkajian fisik.
A (Asesment) : Analisis dan interprestasi berdasarkan data yang
terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi
diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah
potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan.
P (Planning) : Perencanaan merupakan rencana dan tindakan
yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri,
kolaborasi, diagnosis atau laboratorium, serta
konseling untuk tindak lanjut.

17
B. Penerapan Terapi Pursed Lips Breathing dalam Pemenuhan
Oksigenasi pada Pasien Anak dengan Asma
1. Konsep Asma
a. Definisi
Asma adalah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di
seluruh dunia dengan kekerapan yang bervariasi. Penyakit ini
bisa timbul pada semua usia meskipun paling banyak pada usia
anak. Meskipun penyakit ini jarang menimbulkan kematian, tetapi
penyakit ini sering menimbulkan masalah baik pada anak
maupun dewasa, karena gangguan yang ditimbulkannya sering
menyebabkan kehilangan hari kerja pada dewasa dan mangkir
dari sekolah pada anak dan remaja. Disamping itu penyakit ini
sering menimbulkan gangguan pada berbagai aktiviti sehari-hari
sehingga menurunkan kualiti hidup penderita penyakit ini
(Hadiarto, 2020).
Sedangkan menurut (Mendri 2018) Asma adalah suatu
kondisi paru-paru yang umum pada anak-anak dan remaja. Hal
ini menyebabkan masalah pernapasan, dengan gejala batuk,
mengi, dan sesak napas.
b. Etiologi
Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkan
faktor autonom imunologis, infeksi, endokrin dan psikologis
dalam berbagai tingkat pada berbagai individu. pengendalian
diameter jalan napas dapat dipandang sebagai suatu
keseimbangan gatal neural dan humoral. Aktivitas
bronkonstriktor neural diperantai oleh bagian kolinergik sistem
saraf otonom. Ujung sensoris vagus pada epitek jalan napas,
disebut reseptor batu atau iritan, tergangtung pada lokasi nya,
menyebabkan reflex arkus cabang aferens, yang pada ujung
aferens merangsang kontraksi otot polos bronkus.

18
1) Faktor imunologis
Pada beberapa penderita yang disebut asma ekstrinsik atau
alergik, eksaserbasi terjadi setelah pemaparan terhadap faktor
lingkungan seperti debu rumah, tepungsari, dan ketombe
bentuk asma adanya instrinsik dan ekstrinsik. Perbedaan
instrinsik dan ekstrinsik mungkin pada hal buatan (artificial).
2) Faktor endokrin
Asma dapat lebih buruk dalam hubungannya dengan
kehamilan dan menstruasi, terutama premenstruasi, atau
dapat timbul pada saat wanita menapouse. Asma membaik
pada beberapa anak saat pubertas.
3) Faktor Psikologis
Dapat memicu gejala-gejala pada beberapa anak dan
dewasa yang berpenyakit asma, tetapi “penyimpangan”
emosional atau sifat-sifat perilaku yang dijumpai pada anak
asma tidak lebih sering dari pada anak dengan penyakit
cacat kronis yang lain (Nelson, 2013).
c. Patofisiologi
Asma yang terjadi pada anak karena adanya penyempitan
pada jalan napas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan
iritasi dan stimulus lain. Bahan iritasi atau alergi otot-otot
bronkus menjadi spasme dan zat antibody tubuh muncul
(immunologlobuli E atau Ig E) dengan adanya alergi Ig E
muncul saat reseptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran
histamine dan zat mediator lain yang akan memberikan gejala
asma. Respon asma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap
immediate yang di tandai dengan bronkokonstriksi 1-2 jam, tahap
delayed dimana bronkokonstrisik dapat berulang 4-6 jam,tahap
late ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan napas
beberapa minggu/bulan. Selama serangan asma, bronkiolus
menjadi meradang dan peningkatan sekresi mucus. Keadaan ini
19
menyebabkan lumen jalan napas.karena dasar imun pada jejas
mukosa akibat mediator pada kedua kelompok tersebut . Asma
ekstrinsik mungkin di hubungkan dengan lebih mudahnya
mengenali rangsangan pelepasan mediator dari pada asma
instrinsik. menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi
jalan napas yang menimbulkan distress pernapasan. Anak yang
mengalami asma mudah untuk inhalasi dan sukar untuk
ekshalasi karena terdapat edema pada jalan napas.
Kondisi seperti ini menyebabkan hiperfentilasi pada alveoli
dan terjadi perubahan pertukaran gas. Jalan napas menjadi
obstruksi kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi
oksigennya, sehingga terjadi penurunan PaO2 (hipoksia),
Selama serangan karbondioksida tertahan dengan meningkatnya
resistensi jalan napas selama ekspirasi, dan menyebabkan
asidosis respiratorik dan hiperkapnea. Kemudian system
pernapasan akan mengadakan kompensasi dengan
meningkatkan pernapasan (takipnea), yang bisa menimbulkan
hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar karbondioksida
dalam darah yang disebut sebagai hipokapnea (Marni, 2014).
d. Klasifikasi Asma
Asma terbagi menjadi alergi, idiopatik, nonalergik, dan campuran
(mixed) (Marni 2014)
1) Asma alergik / ekstrinsik Merupakan suatu jenis asma yang
disebabkan oleh allergen (misalnya bulu binatang, debu,
ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain). Alergen yang
paling umum adalah alergen yang perantaraan
penyebarannya melalui udara (air borne) dan alergen yang
muncul secara musiman (seasonal). Pasien dengan asma
alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada
keluarga dan riwayat pengobatan eczema atau rhinitis
alergik. Paparan terhadap alergi akan mencetuskan
20
serangan asma. Gejala asma pada umumnya dimulai pada
saat kanak-kanak.
2) Idiopatic atau nonallergic asthma / intrinsic Merupakan jenis
asma yang tidak berhubungan secara langsung dengan
alergen spesifik. Faktor-faktor seperti common cold, infeksi
saluran nafas atas, aktivitas, emosi dan polusi lingkungan
dapat menimbulkan serangan asma antagonis
betaadrenergik, dan agen sulfite (penyedap makanan) juga
dapat berperan sebagai faktor pencetus. Serangan asma
idiopatik atau nonalergik dapat menjadi lebih berat dan
sering kali dengan berjalannya waktu dapat berkembang
menjadi bronkhitis dan emfisema. Pada beberapa pasien,
asma jenis ini dapat berkembang menjadi asma campuran.
Bentuk asma ini dimulai pada saat dewasa (> 35 tahun).
3) Asma Campuran (mixed asthma) Merupakan bentuk asma
yang paling sering ditemukan. Dikarakteristikkan dengan
bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik atau nonalergik.
Klasifikasi keparahan asma dibedakan pada 3 kategori umur,
yaitu umur 0- 4 tahun, 5-11 tahun dan > 12 tahun – dewasa.
letak perbedaannya adalah:
Kategori umur 0-4 tahun, fungsi paru tidak menjadi
parameter gangguan. Hal ini karena pada anak-anak di
bawah 4 tahun masih sulit untuk dilakukan uji fungsi paru
menggunakan spirometer. Pada kategori umur ini, asma
diklasifikasikan sebagai asma persisten jika dalam 6 bulan
terjadi ≥ 2 serangan yang membutuhkan steroid oral atau
episode mengi sebanyak ≥ 4 episode setahun yang lamanya
a) lebih dari sehari, serta memiliki faktor resiko untuk asma
persisten. Sedangkan pada kategori umur 5-11 tahun
dan ≥ 12 – dewasa, asma diklasifikasikan sebagai

21
persisten jika terjadi ≥ 2 serangan yang menimbulkan
steroid oral dalam setahun.
b) Kategori umur 5-11 tahun dengan umur ≥ 12 tahun
dewasa, terdapat perbedaan pada ukuran uji fungsi
paru. Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasarkan berat
ringannya gejala :
(1) Serangan asma akut ringan, dengan gejala :
(a) Rasa berat di dada
(b) Batuk kering ataupun berdahak
(c) Gangguan tidur malam karena batuk atau sesak
nafas
(d) Mengi tidak ada atau mengi ringan (arus
puncak respirasi) kurang dari 80%.
(2) Serangan asma akut sedang dengan gejala :
(a) Sesak dengan mengi agak nyaring
(b) Batuk kering atau berdahak
(c) APE antara 50-80%
(3) Serangan asma akut berat, dengan gejala :
(a) Sesak sekali, sukar berbicara dan kalimat
terputus-putus
(b) Tidak bias berbaring, posisi mesti ½ duduk agar
dapat bernafas.
e. Manifestasi Klinis
Menurut Padila (2013) manifestasi klinis yang terdapat pada
asma di antaranya yaitu :
1) Stadium dini faktor hipersekresi yang lebih menonjol
2) Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
3) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga,
sifatnya hilang timbul
4) Wheezing belum ada
5) Belum ada kelainan bentuk thoraks
22
6) Ada peningkatan eosinofil darah dan Ig E
7) Faktor spasme bronchioles dan edema yang lebih dominan.
8) Timbul sesak napas dan tanpa sputum
9) Wheezing
10)Ronchi basah terdapat hipersekresi
2. Standar Prosedur Operasional Pursed Lips Breathing Pada Pasien
Anak dengan Asma Ringan/Sedang
a. Pengertian
Pursed Lips Breathing dengan modifikasi meniup balon
menurut Smeltzer & Bare (2013) merupakan latihan pernapasan
dengan cara memberikan posisi duduk pada pasien dengan
inspirasi dalam saat ekspirasi yang panjang. Penderita
menghembuskan melalui mulut hampir tertutup seperti bersiul
secara perlahan pursed lips breathing exercise melibatkan
proses ekspirasi secara panjang. Terapi pursed lips breathing
dilakukan pada asma ringan pemberian oksigen 1-2 liter/menit
sampai asma sedang diberikan oksigen 3-4liter/menit (Morris &
Pearson, 2020).
b. Tujuan
1) Untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien
serta mengurangi kerja pernapasan
2) Meningkatkan inflasi alveolar maksimal, relaksasi otot dan
menghilangkan ansietas mencegah pola aktifitas pernapasan
yang tidak berguna,melambatkan frekuensi pernapasan,
mengurangi udara yang terperangkap, serta mengurangi
kerja bernapas.latihan pernapasan pursed lips breathing
membantu meningkatkan compliance paru untuk melatih
kembali otot pernapasan berfungsi dengan baik serta
mencegah distress pernapasan.

23
Gambar 2.1 Prosedur pursed lips breathing
sumber wikihow.com
c. Fase kerja
a) Menjelaskan prosedur latihan napas pursed lips
breathing dan melakukan demonstrasi pelaksanaan
memastikan pasien bisa melakukan pursed lips breathing
dengan benar.
b) Mengatur posisi pasien dengan duduk ditempat tidur atau
kursi
c) Pasien diminta untuk menarik napas secara maksimal selama
3-4 detik, kemudian meniupkan udara tersebut pada balon
dengan mengerucutkan bibir selama 5-7 detik sampai balon
mengembang, lalu balon ditutup ujungnya dan prosedur
diulang kembali secara bertahap selama 15 menit
d) Dilakukan setiap satu siklus inspirasi dan ekspirasi diselingi
istirahat selama 5-10 detik sehingga dalam 1 menit hanya
dilakukan 3-4 kali pursed lips breathing selama 15 menit. Hal
ini bertujuan untuk mengurangi kelelahan selama latihan
dilakukan.
e) Mengukur kembali frekuensi napas, saturasi oksigen dan
skala sesak dan mencatatnya dalam lembar observasi. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pursed lips
breathing terhadap frekuensi napas, saturasi oksigen dan
keluhan sesak

24
3. Hasil Penelitian Sebelumnya Yang Menguatkan Penelitian
Selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian Oktaviani (2021), terapi PLB
(pursed lips breathing) diberikan untuk membantu mengatasi
masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada penderita
asma. Terapi PLB akan membantu mengembangkan alveolus
dalam lobus paru-paru sehingga membantu mendorong sekret
yang ada pada saluran pernafasan ketika ekspirasi dan
meningkatkan tekanan alveolus. Teknik ini dapat dipraktekkan pada
anak penderita asma melalui aktivitas bermain seperti meniup
botol,balon, dan lainnya.
Berdasarkan penelitian Novikasari (2022) pursed lips
breathing dengan judul pengaruh terapi pursed lips breathing
meniup balon terhadap status oksigenasi anak dengan asma yang
menyatakan bahwa pursed lips breathing mampu meningkatkan
kefektifan status oksigenasi anak dengan asma, penerapan pursed
lips breathing pada anak diberikan selama 15 menit.
Berdasarkan penelitian Nugroho et.al (2018) mengatakan
terapi ini dapat meningkatkan frekuensi pernapasan nadi dan
saturasi oksigen pada anak dengan gangguan saluran pernapasan.

25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis rancangan penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni bersifat
deskriptif dengan metode studi kasus mengeksplorkan masalah pada
anak usia sekolah yang mengalami asma. Dalam variable penelitian
ini dilakukan intervensi atau tindakan pada dua pasien kemudian di
observasi pada variable dependen setelah dilakukan intervensi
(Nursalam,2015).
Studi kasus yang akan dilakukan adalah melihat gambaran
penerapan terapi pursed lips breathing dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen pada pasien anak dengan asma
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2023
C. Subjek Studi Kasus
Subjek dalam studi kasus penelitian ini yaitu 2 orang pasien
asma yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
1. Kriteria inklusi
a. Pasien anak dengan rentang usia 7-12 tahun
b. Pasien dengan penyakit asma ringan dan asma sedang
c. Asma ringan pemberian oksigen 1-2 liter/menit dan asma sedang
diberikan 3-4 liter/menit
d. Mengalami sesak napas
e. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria ekslusi
a. Pasien yang memiliki komplikasi penyakit lain
b. Pasien dengan penurunan kesadaran
c. Pasien pulang
26
d. Pasien ingin berhenti menjadi responden sebelum pulang
D. Fokus Studi Kasus
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus peneliti yaitu penerapan
terapi pursed lips breathing dalam pemenuhan oksigenasi pada
pasien asma pada anak
E. Definisi Operasional
1. Pasien asma merupakan pasien yang mengalami gangguan kronis
di jalan napas. Dengan diagnosa penyakit asma, pada pasien
asma akan dilihat pada buku rekam medis pasien
2. Terapi pursed lips breathing adalah tindakan yang dilakukan pada
pasien dengan cara menghirup udara melalui hidung lalu
mengeluarkan melalui mulut sambil meniup balon dengan cara
dimonyongkan. Terapi ini akan dilakukan sebanyak 2 kali sehari
saat pagi dan sore selama 3 hari.
3. Kebutuhan oksigenasi yang dilakukan dengan pemeriksaan sesak
napas,frekuensi napas dan saturasi oksigen
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan data Metode Pengumpulan
data yang digunakan yakni:
1. Wawancara merupakan metode pengumpulan data (hasil
anamnesis yang berisi tentang identitas pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit keluarga dll).
Sumber data dari pasien,keluarga dan perawat lainnya.
a. Observasi
Metode observasi merupakan metode pengumpulan data
primer yaitu mencatat perilaku subjek studi kasus atau
kejadian.
b. Dokumentasi
Yang sistematik tanpa adanya,komunikasi dengan subjek studi
kasus yang diteliti.
2. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yakni format lembar
observasi, dan saturasi oksigen.
27
G. Penyajian Data
Setelah melakukan pengkajian,data yang terkumpul kemudian
disajikan dalam bentuk narasi dan disusun untuk menjawab tujuan
penelitian dan dituangkan dalam sebuah laporan hasil.
H. Etika Studi Kasus
Menurut Utami (2016), prinsip etik adalah pedoman bagi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Otonomi (informed concent)
Prinsip ini menjelaskan bahwa pasien diberi kebebasan
untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri sesuai
dengan hakikat manusia yang mempunyai harga diri dan
martabat. Contohnya pasien berhak menolak tindakan invasif
yang dilakukan oleh perawat. Perawat tidak boleh memaksakan
kehendak untuk melakukannya atas pertimbangan bahwa pasien
memiliki hak otonomi dan otoritas bagi dirinya. Perawat
berkewajiban untuk memberikan penjelasan yang sejelas-
sejelasnya bagi pasien dalam berbagai rencana tindakan dari segi
manfaat, tindakan, urgensi dan lain-lain sehingga diharapkan
pasien dapat mengambil keputusan bagi dirinya setelah
mempertimbangkan atas dasar kesadaran dan pemahaman.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang terbaik
bagi pasien, tidak merugikan pasien, dan mencegah bahaya bagi
pasien.
3. Kejujuran (Veracity)
Prinsip ini menekankan bahwa perawat harus mengatakan yang
sebenarnya dan tidak membohongi pasien. Kebenaran merupakan
dasar dalam membina hubungan saling percaya.

28
4. Kerahasiaan (Confidentiality)
Menjaga kerahasiaan pasien adalah salah satu hal penting
dalam pelayanan kesehatan. Prinsip ini menekankan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tidak ada
seorangpun yang dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika
di izinkan oleh pasien atau keluarga pasien dengan bukti
persetujuan atau inform consent. Perawat juga harus tetap menjaga
rahasia pasien meskipun diluar pelayanan rumah sakit.

29
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Bagian ini terdiri dari dua bagian yaitu, bagian pertama: berisikan
tentang uraian hasil yang diperoleh dari studi kasus. Bagian kedua:
memuat uraian tentang pembahasan atas temuan-temuan studi
kasus/studi kasus yang dilaksanakan.
Dalam bab ini menjelaskan tentang ringkasan penerapan terapi
pursed lips breathing dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
pasien anak dengan asma yang dilakukan pada An.A dengan diagnosa
medis asma dan pada An.E dengan diagnosa medis asma di ruangan
wallet di RS Bhayangkara Makassar pada tanggal 22 Mei 2023 sampai
dengan 24 Mei 2023 dengan menggunakan metode wawancara,observasi
dan pemeriksaan fisik.
A. Hasil Studi Kasus
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
yang merupakan rumah sakit dibawah naungan Polisi Republik
Indonesia di tingkat pusat maupun kewilayahan yang memberikan
pelayanan kesehatan paripurna menjadikan rumah sakit terbaik
yang promoter (Profesional, Modern dan Terpercaya) Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar terletak di jalan jl. Letnan Jendral
Andi Mapaodang No.63 Makassar Provinsi Sulawesi Selatan pada
tanggal 22 Mei 2023 sampai dengan 24 Mei 2023. Studi kasus ini
menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan
menggambarkan penerapan terapi pursed lips breathing dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien anak dengan
asma. Jumlah responden yang di ambil di rumah sakit 2 orang
berjenis kelamin laki-laki dengan diagnosa asma.

30
2. Identitas Pasien
a. Responden 1
Pasien bernama An.A jenis kelamin laki-laki , tanggal lahir
24 Agustus 2016 berusia 7 tahun, agama islam,suku bangsa
Makassar, Pendidikan Sekolah Dasar, nomor rekam medis
202XXX, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia,
pekerjaan pelajar,beralamat Bonto marannu Kabupaten
Gowa, masuk rumah sakit pada hari sabtu tanggal 20 Mei
2023, dirawat diruang walet Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar, pasien terdiagnosa asma. Identitas penanggung
jawab nama Ny.L jenis kelamin perempuan berusia 38 tahun,
pekerjaan wiraswasta, alamat Bonto marannu, Kabupaten
Gowa, hubungan dengan An.A adalah orangtua.
b. Responden 2
Pasien bernama An.E jenis kelamin laki-laki, tanggal lahir
20 Oktober 2015 berusia 8 tahun, agama islam, suku bangsa
Makassar, Pendidikan Sekolah Dasar, nomor rekam medis
202XXX, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia,
pekerjaan pelajar, alamat Mallengkeri Raya, Tamalate Kota
Makassar,masuk rumah sakit tanggal 19 Mei 2023 dirawat
diruang walet Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, pasien
terdiagnosa asma. Identitas penanggung jawab Ny.I jenis
kelamin perempuan berumur 42 tahun, pekerjaan wiraswasta
alamat Mallengkeri Raya, Tamalate Kota Makassar. hubungan
dengan An.E adalah orangtua.
3. Pengkajian
a. Responden 1
Pada saat dilakukan pengkajian pada An.A didapatkan
keluhan utama sesak napas sejak 2 hari yang lalu, riwayat
pasien keluar masuk sejak umur 1 tahun, ibu pasien
31
mengatakan sesaknya biasa kambuh tidak menentu,
sesaknya berkurang jika posisi duduk / semi fowler, ibu pasien
mengatakan pasien anak tunggal,ibu pasien mengatakan
bapak dari An.A memiliki riwayat asma, pasien mengatakan
tidak ada nyeri dada, dari hasil yang dikaji frekuensi napas
29x/menit, bunyi napas mengi, terpasang oksigen 3 liter/menit
pasien mengkonsumsi obat budesonide inhaler, SpO2 92%
pasien merasa gelisah saat tidur dan pasien tidak batuk. Pada
saat dilakukan pemeriksaan fisik rongga hidung normal,
septum hidung simetris, tidak terdapat benda asing, concha
pada hidung tidak membesar, faring/laring tidak terjadi
peradangan, mukosa tidak terdapat peradangan, trakea
teraba, inspeksi : pada rongga dada/paru-paru terdapat
kiposis,tidak tampak pulsasi iktus cordis, keadaan napas
mengi, palpasi : tidak terdapat vocal premitus tidak bergetar,
perkusi : ascites shifting dullness negatif, suara ucapan/vokal
terdapat normal.
Hasil pemeriksaan hematologi didapatkan WBC
13.10,RBC 4.80,HJB 12.9,HCT 37.1,HCH L,26.9,MCH
24.8,PLT,H 411. Hasil Urologi Lamfademopoli dexstra, Asma
Bronkhial. Untuk pemberian obat diberikan pada An.A yaitu
cefotaxime 2x400 mg/kg diberikan 3-4 kali sehari,
dexamethazone 2x2,5mg/kg per oral setiap
4-6/jam,salbutamol 3x1 per oral.
b. Responden 2
Pada saat dilakukan pengkajian pada An.E didapatkan
keluhan utama sesak napas sejak kemarin sore, ibu pasien
mengatakan An.E sesak disertai batuk berdahak, ibu pasien
mengatakan sesaknya biasa kambuh setelah beraktivitas atau
pada malam hari, pasien mengatakan sesaknya berkurang
jika pasien duduk, ibu pasien mengatakan pasien anak
32
pertama dari dua bersaudara, ibu pasien mengatakan bapak
dari An.E tidak memiliki riwayat asma, dari hasil yang dikaji
frekuensi napas 28x/menit, bunyi napas ronkhi akibat batuk,
terpasang oksigen 3 liter/menit ibu pasien mengatakan An.E
tidak mengkonsumsi obat, SpO2 93% pasien merasa gelisah
saat tidur dan pasien batuk. Pada saat dilakukan pengkajian
pasien mengalami bunyi napas ronkhi akibat batuk, ibu pasien
mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami sakit
pernapasan, ibu pasien mengatakan terdapat sputum berlebih
berwarna hijau, dan kental. Ibu pasien mengatakan Bapak
An.E perokok, An.E mengatakan nyeri dada seperti tertusuk-
tusuk. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik rongga hidung
normal, septum hidung simetris, tidak terdapat benda asing
pada rongga hidung, pada hidung tidak membesar,
faring/laring tidak terjadi peradangan, mukosa tidak terdapat
peradangan, trakea teraba, inspeksi : pada rongga dada/paru-
paru terdapat kiposis,tidak tampak pulsasi iktus cordis,
keadaan napas ronkhi, palpasi : tidak terdapat vocal premitus
tidak bergetar, perkusi : ascites shifting dullness negatif, suara
ucapan/vokal terdapat normal.
Hasil pemeriksaan hematologi di dapatkan WBC
8.70,RBC 4.80,HJB 12.2,HCT 36.8,HCH 25.4,MCH 76.7,PLT
26.4. Hasil Urologi Lamfademopoli dexstra, Asma Bronkhial.
Untuk pemberian obat diberikan pada An.E yaitu cefotaxime
2x400 mg/kg diberikan 3-4 kali sehari, dexamethazone
2x2,5mg/kg per oral setiap 4-6/jam, ibuprofen 4-10 mg/kg,
salbutamol 3x1 per oral.
4. Diagnosis Keperawatan
a. Responden 1
Pada saat pengkajian An.A didapatkan data subjektif, ibu
pasien mengatakan sesaknya biasa kambuh tidak menentu,
33
sesaknya berkurang jika posisi duduk/semi fowler, ibu pasien
mengatakan bapak dari An.A memiliki riwayat asma, pasien
mengatakan tidak ada nyeri dada. data objektif yang
didapatkan yaitu, frekuensi napas 29x/menit, bunyi napas
mengi, nampak terpasang oksigen 3 liter/menit pasien
mengkonsumsi obat budesonide inhaler, SpO2 92%, GCS :
composmentis ,pasien nampak gelisah saat tidur dan pasien
tidak batuk. Nampak tanda dan gejala yang dapat dilihat saat
dilakukan pemeriksaan fisik rongga hidung normal, septum
hidung simetris, tidak terdapat benda asing, concha pada
hidung tidak membesar, faring/laring tidak terjadi peradangan,
mukosa tidak terdapat peradangan, trakea teraba, inspeksi :
pada rongga dada/paru-paru terdapat kiposis,tidak tampak
pulsasi iktus cordis, keadaan napas mengi, palpasi : tidak
terdapat vocal premitus tidak bergetar, perkusi : ascites
shifting dullness negatif, suara ucapan/vokal terdapat normal.
Hasil pemeriksaan hematologi didapatkan WBC 13.10,
RBC 4.80, HJB 12.9, HCT 37.1, HCH L,26.9, MCH 24.8,
PLT,H 411. Hasil Urologi Lamfademopoli dexstra, Asma
Bronkhial. Dari data tersebut peneliti merumuskan diagnosa
keperawatan yaitu pola napas tidak efektif berhubungan
dengan hambatan upaya napas.
b. Responden 2
Pada saat dilakukan pengkajian An.E didapatkan data
subjektif ibu pasien mengatakan An.E sesak pada malam hari
disertai batuk berdahak, ibu pasien mengatakan sesaknya
biasa kambuh setelah beraktivitas atau pada malam hari,
pasien mengatakan sesaknya berkurang jika pasien duduk,
pasien mengatakan nyeri dada seperti tertusuk tusuk, ibu
pasien mengatakan pasien anak pertama dari dua
bersaudara, ibu pasien mengatakan bapak dari An.E tidak
34
memiliki riwayat asma. ibu pasien mengatakan An.E tidak
mengkonsumsi obat, data objektif yang didapatkan yaitu
frekuensi napas 28x/menit, bunyi napas ronkhi akibat batuk,
terpasang oksigen 3 liter/menit, SpO2 93%, GCS :
composmentis, pasien nampak gelisah saat tidur dan nampak
batuk, Nampak mengalami bunyi napas ronkhi akibat batuk,
nampak sputum berlebih berwarna hijau, dan kental. Nampak
tanda dan gejala yang dapat dilihat saat dilakukan
pemeriksaan fisik hidung normal, septum hidung simetris,
tidak terdapat benda asing pada rongga hidung, pada hidung
tidak membesar, faring/laring tidak terjadi peradangan,
mukosa tidak terdapat peradangan, trakea teraba, inspeksi :
pada rongga dada/paru-paru terdapat kiposis,tidak tampak
pulsasi iktus cordis, keadaan napas ronkhi, palpasi : tidak
terdapat vocal premitus tidak bergetar, perkusi : ascites
shifting dullness negatif, suara ucapan/vokal terdapat normal.
Dari data tersebut peneliti merumuskan diagnosa
keperawatan yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan benda asing dalam jalan napas.
5. Gambaran Penerapan Terapi Pursed Lips Breathig Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Pasien Anak dengan
Asma
Pada penelitian ini responden diberikan penerapan terapi
pursed lips breathing dengan modifikasi balon pada anak yang
mengalami asma yang dilakukan dengan menarik napas maksimal
kemudian meniupkan udara tersebut pada balon dengan
mengerucutkan bibir 5-7 detik sampai balon mengembang, lalu
balon ditutup ujungnya. Kemudian di beri jeda 5-10 detik sehingga
dalam 1 menit, dilakukan sebanyak 3-4 kali pada pagi hari dan
sore hari selama 3 hari.

35
a. Hari Pertama
1) Responden 1
Penerapan terapi pursed lips breathing dilakukan
pada hari senin tanggal 22 Mei 2023 pagi jam 08.00
WITA, sebelum dilakukan terapi terlebih dahulu
melakukan pengukuran pernapasan, memastikan pasien
tidak dengan kondisi sesak sehingga bisa dilakukan terapi
pada pasien An.A dan melakukan pengecekan
SpO2. Selanjutnya, menjelaskan prosedur terapi pursed
lips breathing dengan modifikasi menggunakan balon dan
mendemonstrasikan pelaksanaan pada pasien dan
keluarganya, Mengatur posisi pasien dengan posisi duduk
di kursi atau di tempat tidur dengan menganjurkan pasien
untuk menarik napas secara maksimal selama 3-4 detik
kemudian meniupkan balon tersebut dengan
mengerucutkan bibir selama 5-7 detik sampai balon
mengembang, lalu balon ditutup ujungnya dan prosedur
diulang kembali secara bertahap selama 15 menit.
melakukan setiap satu siklus inspirasi dan ekspirasi
diselingi istirahat selama 5-10 detik sehingga dalam 1
menit hanya dilakukan 3-4 kali pursed lips breathing
selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
kelelahan selama latihan dilakukan, mengukur kembali
frekuensi napas, saturasi oksigen dan mencatatnya
dilembar observasi.
Kemudian penerapan dilakukan pada sore hari pukul
15.00 WITA, sebelum melakukan terapi terlebih dahulu
dilakukan pengukuran pernapasan, memastikan pasien
tidak dengan kondisi sesak sehingga bisa dilakukan terapi
dan pengecekan SpO2. Selanjutnya,menjelaskan
36
prosedur terapi pursed lips breathing dengan modifikasi
menggunakan balon dan mendemonstrasikan
pelaksanaan pada pasien dan keluarganya, Mengatur
posisi pasien dengan posisi duduk di kursi atau di tempat
tidur dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas
secara maksimal selama 3-4 detik kemudian meniupkan
balon tersebut dengan mengerucutkan bibir selama 5-7
detik sampai balon mengembang, kemudian balon ditutup
ujungnya dan prosedur diulang kembali secara bertahap
selama 15 menit. Melakukan setiap satu siklus inspirasi
dan ekspirasi diselingi istirahat selama 5-10 detik
sehingga dalam 1 menit hanya dilakukan 3-4 kali pursed
lips breathing selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi kelelahan selama latihan dilakukan,
mengukur kembali frekuensi napas, saturasi oksigen dan
mencatatnya dilembar observasi.
b. Hari Kedua
Penerapan terapi pursed lips breathing dilakukan pada
hari selasa tanggal 23 Mei 2023 pada pukul 08.00 WITA,
sebelum dilakukan terapi terlebih dahulu melakukan
pengukuran pernapasan, memastikan pasien tidak dengan
kondisi sesak sehingga bisa dilakukan terapi pada pasien
An.A dan melakukan pengecekan SpO2. Selanjutnya,
menjelaskan prosedur terapi pursed lips breathing dengan
modifikasi menggunakan balon dan mendemonstrasikan
pelaksanaan pada pasien dan keluarganya, Mengatur posisi
pasien dengan posisi duduk di kursi atau di tempat tidur
dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas secara
maksimal selama 3-4 detik kemudian meniupkan balon
tersebut dengan mengerucutkan bibir selama 5-7 detik sampai
balon mengembang, kemudian balon ditutup ujungnya dan
37
prosedur diulang kembali secara bertahap selama 15 menit.
Melakukan setiap satu siklus inspirasi dan ekspirasi diselingi
istirahat selama 5-10 detik sehingga dalam 1 menit hanya
dilakukan 3-4 kali pursed lips breathing selama 15 menit. Hal
ini bertujuan untuk mengurangi kelelahan selama latihan
dilakukan, mengukur kembali frekuensi napas, saturasi
oksigen dan mencatatnya dilembar observasi.
Kemudian penerapan dilakukan pada sore hari pukul
15.00 WITA, sebelum melakukan terapi terlebih dahulu
dilakukan pengukuran pernapasan, memastikan pasien tidak
dengan kondisi sesak sehingga bisa dilakukan terapi dan
pengecekan SpO2. Selanjutnya,menjelaskan prosedur terapi
pursed lips breathing dengan modifikasi menggunakan balon
dan mendemonstrasikan pelaksanaan pada pasien dan
keluarganya, Mengatur posisi pasien dengan posisi duduk di
kursi atau di tempat tidur dengan menganjurkan pasien untuk
menarik napas secara maksimal selama 3-4 detik kemudian
meniupkan balon tersebut dengan mengerucutkan bibir
selama 5-7 detik sampai balon mengembang, lalu balon
ditutup ujungnya dan prosedur diulang kembali secara
bertahap selama 15 menit. Melakukan setiap satu siklus
inspirasi dan ekspirasi diselingi istirahat selama 5-10 detik
sehingga dalam 1 menit hanya dilakukan 3-4 kali pursed lips
breathing selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi kelelahan selama latihan dilakukan, mengukur
kembali frekuensi napas, saturasi oksigen dan mencatatnya
dilembar observasi.
c. Hari Ketiga
Penerapan terapi pursed lips breathing dilakukan pada
hari Rabu tanggal 24 Mei 2023 pada pukul 08.30.00 WITA,
sebelum dilakukan terapi terlebih dahulu melakukan
38
pengukuran pernapasan, memastikan pasien tidak dengan
kondisi sesak sehingga bisa dilakukan terapi pada pasien
An.A dan melakukan pengecekan SpO2. Selanjutnya,
menjelaskan prosedur terapi pursed lips breathing dengan
modifikasi menggunakan balon dan mendemonstrasikan
pelaksanaan pada pasien dan keluarganya, Mengatur posisi
pasien dengan posisi duduk di kursi atau di tempat tidur
dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas secara
maksimal selama 3-4 detik kemudian meniupkan balon
tersebut dengan mengerucutkan bibir selama 5-7 detik sampai
balon mengembang, kemudian balon ditutup ujungnya dan
prosedur diulang kembali secara bertahap selama 15 menit.
Melakukan setiap satu siklus inspirasi dan ekspirasi diselingi
istirahat selama 5-10 detik sehingga dalam 1 menit hanya
dilakukan 3-4 kali pursed lips breathing selama 15 menit. Hal
ini bertujuan untuk mengurangi kelelahan selama latihan
dilakukan, mengukur kembali frekuensi napas, saturasi
oksigen dan mencatatnya dilembar observasi.
Kemudian penerapan dilakukan pada sore hari pukul
15.00 WITA, sebelum dilakukan terapi terlebih dahulu
melakukan pengukuran pernapasan, memastikan pasien tidak
dengan kondisi sesak sehingga bisa dilakukan terapi dan
pengecekan SpO2. Selanjutnya, menjelaskan prosedur terapi
pursed lips breathing dengan modifikasi menggunakan balon
dan mendemonstrasikan pelaksanaan pada pasien dan
keluarganya, Mengatur posisi pasien dengan posisi duduk di
kursi atau di tempat tidur dengan menganjurkan pasien untuk
menarik napas secara maksimal selama 3-4 detik kemudian
meniupkan balon tersebut dengan mengerucutkan bibir
selama 5-7 detik sampai balon mengembang, kemudian balon
ditutup ujungnya dan prosedur diulang kembali secara
39
bertahap selama 15 menit. Melakukan setiap satu siklus
inspirasi dan ekspirasi diselingi istirahat selama 5-10 detik
sehingga dalam 1 menit hanya dilakukan 3-4 kali pursed lips
breathing selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi kelelahan selama latihan dilakukan, mengukur
kembali frekuensi napas, saturasi oksigen dan mencatatnya
dilembar observasi.
1) Responden 2
a) Hari pertama
Penerapan terapi pursed lips breathing dilakukan
pada hari selasa tanggal 22 Mei 2023 pagi jam 10.00
WITA, sebelum dilakukan terapi terlebih dahulu
melakukan pengukuran pernapasan, memastikan
pasien tidak dengan kondisi sesak sehingga bisa
dilakukan terapi pada pasien An.E dan melakukan
pengecekan SpO2. Selanjutnya, menjelaskan
prosedur terapi pursed lips breathing dengan
modifikasi menggunakan balon dan
mendemonstrasikan pelaksanaan pada pasien dan
keluarganya, Mengatur posisi pasien dengan posisi
duduk di kursi atau di tempat tidur dengan
menganjurkan pasien untuk menarik napas secara
maksimal selama 3-4 detik kemudian meniupkan
balon tersebut dengan mengerucutkan bibir selama 5-
7 detik sampai balon mengembang, kemudian balon
ditutup ujungnya dan prosedur diulang kembali secara
bertahap selama 15 menit. Melakukan setiap satu
siklus inspirasi dan ekspirasi diselingi istirahat selama
5-10 detik sehingga dalam 1 menit hanya dilakukan 3-
4 kali pursed lips breathing selama 15 menit. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi kelelahan selama latihan
40
dilakukan, mengukur kembali frekuensi napas,
saturasi oksigen dan mencatatnya dilembar observasi.
Kemudian penerapan dilakukan pada sore hari
pukul 16.00 WITA, sebelum melakukan terapi terlebih
dahulu dilakukan pengukuran pernapasan,
memastikan pasien tidak dengan kondisi sesak
sehingga bisa dilakukan terapi dan pengecekan
SpO2. Selanjutnya, menjelaskan prosedur terapi
pursed lips breathing dengan modifikasi
menggunakan balon dan mendemonstrasikan
pelaksanaan pada pasien dan keluarganya, Mengatur
posisi pasien dengan posisi duduk di kursi atau di
tempat tidur dengan menganjurkan pasien untuk
menarik napas secara maksimal selama 3-4 detik
kemudian meniupkan balon tersebut dengan
mengerucutkan bibir selama 5-7 detik sampai balon
mengembang, kemudian balon ditutup ujungnya dan
prosedur diulang kembali secara bertahap selama 15
menit. Melakukan setiap satu siklus inspirasi dan
ekspirasi diselingi istirahat selama 5-10 detik sehingga
dalam 1 menit hanya dilakukan 3-4 kali pursed lips
breathing selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi kelelahan selama latihan dilakukan,
mengukur kembali frekuensi napas, saturasi oksigen
dan mencatatnya dilembar observasi.
b) Hari Kedua
Penerapan terapi pursed lips breathing dilakukan
pada hari selasa tanggal 23 Mei 2023 pada pukul
10.00 WITA, sebelum dilakukan terapi terlebih dahulu
melakukan pengukuran pernapasan, memastikan
pasien tidak dengan kondisi sesak sehingga bisa
41
dilakukan terapi pada pasien An.E dan melakukan
pengecekan SpO2. Selanjutnya, menjelaskan
prosedur terapi pursed lips breathing dengan
modifikasi menggunakan balon dan
mendemonstrasikan pelaksanaan pada pasien dan
keluarganya, Mengatur posisi pasien dengan posisi
duduk di kursi atau di tempat tidur dengan
menganjurkan pasien untuk menarik napas secara
maksimal selama 3-4 detik kemudian meniupkan
balon tersebut dengan mengerucutkan bibir selama 5-
7 detik sampai balon mengembang, kemudian balon
ditutup ujungnya dan prosedur diulang kembali secara
bertahap selama 15 menit. Melakukan setiap satu
siklus inspirasi dan ekspirasi diselingi istirahat selama
5-10 detik sehingga dalam 1 menit hanya dilakukan 3-
4 kali pursed lips breathing selama 15 menit. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi kelelahan selama latihan
dilakukan, mengukur kembali frekuensi napas,
saturasi oksigen dan mencatatnya dilembar observasi.
Kemudian penerapan dilakukan pada sore hari
pukul 16.00 WITA, sebelum melakukan terapi terlebih
dahulu melakukan pengukuran pernapasan,
memastikan pasien tidak dengan kondisi sesak
sehingga bisa dilakukan terapi dan pengecekan
SpO2. Selanjutnya,menjelaskan prosedur terapi
pursed lips breathing dengan modifikasi
menggunakan balon dan mendemonstrasikan
pelaksanaan pada pasien dan keluarganya, Mengatur
posisi pasien dengan posisi duduk di kursi atau di
tempat tidur dengan menganjurkan pasien untuk
menarik napas secara maksimal selama 3-4 detik
42
kemudian meniupkan balon tersebut dengan
mengerucutkan bibir selama 5-7 detik sampai balon
mengembang, kemudian balon ditutup ujungnya dan
prosedur diulang kembali secara bertahap selama 15
menit. Melakukan setiap satu siklus inspirasi dan
ekspirasi diselingi istirahat selama 5-10 detik sehingga
dalam 1 menit hanya dilakukan 3-4 kali pursed lips
breathing selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi kelelahan selama latihan dilakukan,
mengukur kembali frekuensi napas, saturasi oksigen
dan mencatatnya dilembar observasi.
c) Hari Ketiga
Penerapan terapi pursed lips breathing dilakukan
pada hari rabu tanggal 24 Mei 2023 pada pukul 10.00
WITA, sebelum dilakukan terapi terlebih dahulu
melakukan pengukuran pernapasan, memastikan
pasien tidak dengan kondisi sesak sehingga bisa
dilakukan terapi pada pasien An.E dan melakukan
pengecekan SpO2. Selanjutnya, menjelaskan
prosedur terapi pursed lips breathing dengan
modifikasi menggunakan balon dan
mendemonstrasikan pelaksanaan pada pasien dan
keluarganya. Mengatur posisi pasien dengan posisi
duduk di kursi atau di tempat tidur dengan
menganjurkan pasien untuk menarik napas secara
maksimal selama 3-4 detik kemudian meniupkan
balon tersebut dengan mengerucutkan bibir selama 5-
7 detik sampai balon mengembang, kemudian balon
ditutup ujungnya dan prosedur diulang kembali secara
bertahap selama 15 menit. Melakukan setiap satu
siklus inspirasi dan ekspirasi diselingi istirahat selama
43
5-10 detik sehingga dalam 1 menit hanya dilakukan 3-
4 kali pursed lips breathing selama 15 menit. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi kelelahan selama latihan
dilakukan, mengukur kembali frekuensi napas,
saturasi oksigen dan mencatatnya dilembar observasi.
Kemudian penerapan dilakukan pada sore hari
pukul 16.00 WITA, sebelum melakukan terapi terlebih
dahulu melakukan pengukuran pernapasan,
memastikan pasien tidak dengan kondisi sesak
sehingga bisa dilakukan terapi dan pengecekan
SpO2. Selanjutnya, menjelaskan prosedur terapi
pursed lips breathing dengan modifikasi
menggunakan balon dan mendemonstrasikan
pelaksanaan pada pasien dan keluarganya, Mengatur
posisi pasien dengan posisi duduk di kursi atau di
tempat tidur dengan menganjurkan pasien untuk
menarik napas secara maksimal selama 3-4 detik
kemudian meniupkan balon tersebut dengan
mengerucutkan bibir selama 5-7 detik sampai balon
mengembang, kemudian balon ditutup ujungnya dan
prosedur diulang kembali secara bertahap selama 15
menit. Melakukan setiap satu siklus inspirasi dan
ekspirasi diselingi istirahat selama 5-10 detik sehingga
dalam 1 menit hanya dilakukan 3-4 kali pursed lips
breathing selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi kelelahan selama latihan dilakukan,
mengukur kembali frekuensi napas, saturasi oksigen
dan mencatatnya dilembar observasi.

44
6. Evaluasi Penerapan terapi pursed lips breathing selama 3 hari
dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 4.1 Status Oksigenasi Responden 1 dan 2 Pada Hari
Pertama
Sumber Data Primer,2023

Responden Penilaian Hari pertama


An.A Pagi Sore
SpO2 92% 95% 94% 96%
Frekuensi napas 28x/menit 24x/menit 26x/menit 22x/menit

Sesak Ada Tidak Ada Tidak

SpO2 93% 96% 94% 96%

Frekuensi napas 26x/menit 24x/menit 26x/menit 24x/menit

Sesak Ada Tidak Ada Tidak


An.E

Tabel 4.2 S Tabel 4.2 Status Oksigenasi Responden 1 dan 2 Pada Hari Kedua

Responden Penilaian Hari Kedua


An.A Pagi Sore
SpO2 95% 97% 95% 98%
Frekuensi napas 28x/menit 24x/menit 26x/menit 22x/menit

Sesak Ada Tidak Ada Tidak

SpO2 95% 97% 95% 97%

Frekuensi napas 26x/menit 24x/menit 24x/menit 22x/menit


Sesak
Ada Tidak Ada Tidak
An.E

Sumber Data Primer,2023

45
Tabel 4.3 Status Oksigenasi Responden Pada Hari Ketiga

Responden Penilaian Hari Ketiga


An.A Pagi Sore
SpO2 96% 98% 96% 98%
Frekuensi napas 26x/menit 22x/menit 24x/menit 22x/menit

Sesak Ada Tidak Ada Tidak

SpO2 96% 99% 96% 99%

Frekuensi 24x/menit 22x/menit 24x/menit 22x/menit


napas
Sesak Ada Tidak Tidak Tidak
An.E

Sumber Data Primer,2023

Pada tabel di atas didapatkan hasil pada hari pertama pada


pasien An.A dan An.E mengalami peningkatan SpO2 tetapi
mengalami penurunan frekuensi napas dibandingkan sebelum
dilakukan penerapan. Pada tabel menunjukkan bahwa pada
pasien An.A sebelum dilakukan terapi pursed lips breathing hari
pertama pada pagi hari SpO2 menunjukkan adanya peningkatan
92%,frekuensi napas 28x/menit, Sesak ada dan setelah
penerapan terapi pursed lips breathing dilakukan di dapatkan hasil
SpO2 95%, frekuensi napas menurun 24x/menit, dengan sesak
napas tidak ada.
Pada sore hari sebelum dilakukan terapi pursed lips breathing
SpO2 94%, frekuensi napas 26x/menit, sesak ada dan setelah

46
penerapan terapi pursed lips breathing dilakukan di dapatkan hasil
SpO2 96%, frekuensi napas menurun 22x/menit, sesak tidak ada.
Pada penerapan terapi pursed lips breathing hari kedua pada
pagi hari SpO2 95%, frekuensi napas 26x/menit, sesak ada.
Setelah dilakukan terapi pursed lips breathing di dapatkan hasil
SpO2 meningkat 97%, frekuensi napas menurun 22x/menit, sesak
tidak ada.
Selanjutnya pada sore hari sebelum dilakukan terapi pursed
lips breathing didapatkan SpO2 95%, frekuensi napas 26x/menit,
sesak ada. Setelah dilakukan terapi pursed lips breathing
didapatkan hasil SpO2 meningkat 98%, frekuensi napas menurun
22x/menit dan sesak tidak ada.
Pada penerapan terapi pursed lips breathing hari ketiga
dilakukan pada pagi hari didapatkan SpO2 96%, frekuensi napas
26x/menit dan sesak ada. Setelah dilakukan penerapan terapi
pursed lips breathing didapatkan hasil SpO2 meningkat 98%,
frekuensi napas menurun 22x/menit dan sesak tidak ada.
Selanjutnya pada sore hari sebelum dilakukan terapi pursed
lips breathing didapatkan SpO2 96%, frekuensi napas 24x/menit,
sesak ada. Setelah dilakukan terapi pursed lips breathing
didapatkan hasil SpO2 meningkat 98%, frekuensi napas menurun
22x/menit dan sesak tidak ada.
Pada pasien An.E sebelum dilakukan penerapan terapi pursed
lips breathing hari pertama pada pagi hari didapatkan hasil SpO2
93%, frekuensi napas 26x/menit dan sesak. Setelah dilakukan
penerapan terapi pursed lips breathing didapatkan hasil SpO2
meningkat 96%, frekuensi napas menurun 24x/menit dan tidak
ada sesak. Pada sore hari sebelum dilakukan penerapan terapi
pursed lips breathing didapatkan hasil SpO2 94%, frekuensi napas
menurun 26x/menit dan sesak. Setelah dilakukan penerapan

47
terapi pursed lips breathing didapatkan hasil SpO2 meningkat
96%, frekeunsi napas menurun 24x/menit dan sesak tidak ada.
Pada hari kedua pagi hari sebelum dilakukan penerapan
terapi pursed lips breathing didapatkan hasil SpO2 95%, frekuensi
napas 26x/menit, dan sesak. Setelah dilakukan penerapan terapi
pursed lips breathing didapatkan hasil SpO2 meningkat 97%,
frekuensi napas menurun 24x/menit, sesak tidak ada, Kemudian
pada sore hari sebelum dilakukan penerapan terapi pursed lips
breathing didapatkan hasil SpO2 95%, frekuensi napas 24x/menit
dan tidak ada sesak. Setelah dilakukan penerapan terapi pursed
lips breathing didapatkan hasil SpO2 97%, frekuensi napas
22x/menit dan tidak ada sesak.
Pada penerapan terapi pursed lips breathing hari ketiga pagi
hari sebelum dilakukan terapi pursed lips breathing didapatkan
hasil SpO2 96%, frekuensi napas 24x/menit, sesak tidak ada.
Setelah dilakukan peneraspan terapi pursed lips breathing
didapatkan hasil SpO2 meningkat 99%, frekuensi napas 22x/menit
dan tidak ada sesak. Kemudian pada sore hari sebelum dilakukan
penerapan terapi pursed lips breathing didapatkan hasil SpO2
96%, frekuensi napas 24x/menit, dan tidak ada sesak. Setelah
dilakukan penerapan terapi pursed lips breathing didapatkan hasil
SpO2 meningkat 99%, frekuensi napas 22x/menit dan tidak ada
sesak.
B. Pembahasan
1. Identitas pasien
Kedua responden pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki
dimana responden pertama An.A berumur 7 tahun dan responden
kedua berumur 8 tahun. kedua responden berjenis kelamin yang
sama sejalan dengan hasil penelitian Usman et.al (2018)
membuktikan bahwa penyakit asma paling sering ditemukan pada
jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan penelitian yang telah
48
dilakukan safitri (2017) menjelaskan adanya hubungan antara
pengetahuan dan tindakan perilaku hidup sehat. Pada penelitian
ini didapatkan tingkat pendidikan responden paling banyak yaitu
SD. Dengan rendahnya tingkat pendidikan akan berdampak pada
hidup yang tidak sehat karena kurangnya informasi terkait
kesehatan dan bagaimana cara mencegah penyakit asma.
Sejalan dengan penelitian Kaunang et al. (2017), mengatakan
bahwa jenis kelamin laki-laki lebih berisiko tinggi mengalami
penyakit asma karena disebabkan saluran pernapasan anak laki-
laki lebih kecil dibandingkan perempuan atau adanya perbedaan
daya tahan tubuh antara laki-laki dan perempuan.
Sehingga peneliti menyimpulkan terapi pursed lips breathing 
berpengaruh terhadap peningkatan saturasi oksigen pada anak
yang mengalami asma.
2. Pengkajian
Hal ini sejalan menurut Sulisnadewi et al., (2018), responden
An.A dan An.E memiliki riwayat asma dan keduanya mengalami
sesak napas. Hyperventilation dan kecemasan adalah gejala yang
sering ditemukan pada penderita asma, sehingga mengakibatkan
bronkokontriksi pada jalan napas terjadi penebalan dinding karena
adanya remodeling pada jalan napas meningkatkan dengan tajam
dan berkontribusi terhadap aliran udara.
Pernapasan seperti ini berkontribusi dalam kerentanan dan
kelemahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit dan
berhubungan dengan cara bernapas yang efektif. Jika kosentrasi
oksigen yang dihirup menurun maka kapasitas kandungan
oksigen darah juga akan menurun. Rata-rata SpO2 pada
responden ini berada dalam kategori di bawah normal
(Zara,2017).
Berdasarkan penelitian Dhillon (2018), pada pasien asma
terjadi karena adanya penyempitan jalan napas yang disebabkan
49
karena proses peradangan, respon inflamasi yang membuat sel-
sel inflamasi berkumpul di salluran napas sehingga jalan napas
menyempit yang membuat oksigen yang masuk ke dalam paru-
paru tidak adekuat yang membuat kadar oksigen dalam darah
menurun dan pasien mengalami penurunan saturasi oksigen.
Pada pengkajian didapatkan An.A asmanya kambuh sejak
2hari yang lalu dan pada An.E mengeluh sesak disertai batuk
berdahak dengan sputum berwarna hijau dan kental sejak kemarin
sore, sesaknya kambuh pada saat beraktivitas dan pada malam
hari. Hal ini sejalan dengan tanda dan gejala asma teori Kristian
(2017), mengatakan tanda dan gejala asma pada umumnya yaitu
sesak napas, batuk berdahak ataupun kering, asmanya kambuh
pada saat beraktivitas ataupun pada malam hari.
Sehingga peneliti menyimpulkan terapi pursed lips breathing 
berpengaruh terhadap peningkatan saturasi oksigen pada anak
yang mengalami asma.
3. Diagnosis
Berdasarkan analisa data yang didapatkan pada An.A dan
An.E sama-sama mengalami sesak napas, frekuensi napas
meningkat, saturasi oksigen dibawah normal. Didapatkan An.A
frekuensi napas 29x/menit, terpasang oksigen 3 liter/menit, SpO2
92%. Pasien An.E didapatkan RR 26x/menit, terpasang oksigen
3liter/menit, SpO2 93%, pasien An.E batuk berdahak disertai
sputum berwarna hijau dan kental.
Berdasarkan penelitian yang dikemukakan Oktaviani, (2021)
menjelaskan bahwa terapi pursed lips breathing merupakan
latihan pernapasan untuk mengatur dan memperbaiki pla dan
frekuensi napas sehingga mampu mengurangi sesak napas serta
mengkoordinasi frekuensi dengan memperbaiki paru-paru, terapi
ini juga merupakan cara yang mudah dan efektif untuk membantu
pasien asma bernapas dengan baik.
50
Berdasarkan penelitian yang dikemukakan Zara, (2017).
Hyperventilation dan kecemasan adalah gejala yang sering
ditemukan pada penderita asma, sehingga mengakibatkan
bronkokontriksi pada jalan napas terjadi penebalan dinding karena
adanya remodeling pada jalan napas meningkatkan dengan tajam
dan berkontribusi terhadap aliran udara. Pernapasan seperti ini
berkontribusi dalam kerentanan dan kelemahan tubuh terhadap
berbagai macam penyakit dan berhubungan dengan cara
bernapas yang efektif. Jika kosentrasi oksigen yang dihirup
menurun maka kapasitas kandungan oksigen darah juga akan
menurun. Rata-rata SpO2 pada responden ini berada dalam
kategori di bawah normal.
Berdasarkan penelitian Sadat, (2018) mengemukakan bahwa
terapi pursed lips breathing dengan dimodifikasi cara meniup
balon lebih efektif digunakan karena pada dasarnya anak senang
bermain dan membuat anak semakin relaks dan melakukan
dengan perasaan senang.
Sehingga peneliti menyimpulkan diagnosis keperawatan pada
An.A yakni Pola Napas Tidak Efektif dan pada An.E diagnosis
keperawatan yakni bersihan jalan napas tidak efektif.
4. Gambaran Penerapan Terapi Pursed lips Breathing Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Pasien Anak Dengan
Asma
Penerapan terapi pursed lips breathing yang dilakukan pada
An.A dan An.E diberikan tahapan yang sama dilakukan 2 kali
sehari pagi dan sore selama 3 hari. Tindakan terapi pursed lips
breathing dilakukan 3-4 kali dengan durasi 15 menit. Kemudian
dilakukan pengukuran frekuensi napas, saturasi oksigen sebelum
dan sesudah tindakan terapi pursed lips breathing. Hal ini sejalan
dengan penelitian Azizah et al., (2018) mengatakan bahwa
setelah diberikan terapi pursed lips breathing selama 15 menit
51
sebanyak 2 kali sehari pagi dan sore dalam waktu 3 hari
mengalami penurunan jumlah pasien yang perubahan frekuensi
napas diatas normal.
Dalam pemberian terapi pursed lips breathing menjelaskan
prosedur terapi pursed lips breathing dengan modifikasi
menggunakan balon dan mendemonstrasikan pelaksanaan pada
pasien dan keluarganya, Mengatur posisi pasien dengan posisi
duduk di kursi atau di tempat tidur dengan menganjurkan pasien
untuk menarik napas secara maksimal selama 3-4 detik kemudian
meniupkan balon tersebut dengan mengerucutkan bibir selama 5-
7 detik sampai balon mengembang, lalu balon ditutup ujungnya
dan prosedur diulang kembali secara bertahap selama 15 menit.
Dilakukan setiap satu siklus inspirasi dan ekspirasi diselingi
istirahat selama 5-10 detik sehingga dalam 1 menit hanya
dilakukan 3-4 kali pursed lips breathing selama 15 menit. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi kelelahan selama latihan dilakukan,
mengukur kembali frekuensi napas, saturasi oksigen dan
mencatatnya dilembar observasi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dikemukakan Oktaviani,
(2021) terapi pursed lips breathing merupakan latihan pernapasan
untuk mengatur dan memperbaiki pola dan frekuensi napas
sehingga mampu mengurangi sesak napas serta mengkoordinasi
frekuensi dengan memperbaiki paru-paru, terapi ini juga
merupakan cara yang mudah dan efektif untuk membantu pasien
asma bernapas dengan baik.
Teori yang dikemukakan Sadat (2018), mengemukakan
bahwa terapi pursed lips breathing dengan dimodifikasi cara
meniup balon lebih efektif digunakan karena pada dasarnya anak
senang bermain dan membuat anak semakin relaks dan
melakukan dengan perasaan senang.

52
Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa penerapan terapi
pursed lips breathing dengan modifikasi balon berpengaruh
terhadap anak yang mengalami asma.

5. Evaluasi Penerapan Terapi Pursed lips Breathing Dalam


Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Pasien Anak Dengan
Asma
Setelah dilakukan penerapan terapi pursed lips breathing 2
kali sehari selama 3 hari pada An.A dan An.E didapatkan hasil
saturasi oksigen yang meningkat,frekuensi napas menurun, dan
sesak berkurang pada hari ke 3. Hal ini sejalan dengsn teori
Dahlan (2017) mengatakan sesak berkurang dalam 3 hari karena
adanya keadaan (imunias) pasien, mikroorganisme yang
menyerang pasien dan lingkungan yang berinteraksi satu sama
lain. Ketika telah mendapatkan perawatan maka paru-paru dalam
keadaan sehat, dan tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme
yang disebabkan karena adanya mekanisme pertahanan paru
karena perawatan dan terapi yang dilakukan. Menurut (Azizah et
al.,2018) mengatakan terapi pursed lips breathing pada pasien
asma dilakukan selama 15 menit sebanyak 2 kali sehari pagi dan
sore dalam waktu 3 hari bisa menurunkan sesak napas dan
menjadi normal kembali. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dikemukakan Oktaviani, (2021) terapi pursed lips breathing (PLB)
merupakan latihan pernapasan untuk mengatur dan memperbaiki
pola dan frekuensi napas sehingga mampu mengurangi sesak
napas serta mengkoordinasi frekuensi dengan memperbaiki paru-
paru, sehingga menyebabkan penurunan sesak napas dan
Respira-tory Rate (RR) atau frekuensi pernapasan.
Hasil pengukuran SpO2 setelah diberikan terapi pursed lips
breathing pada responden mengalami peningkatan. Dengan terapi
pursed lips breathing oksigen yang dihirup akan semakin
53
meningkat dan memungkinkan hemoglobin untuk mengikat O2
lebih banyak yang selanjutnya di transportasikan ke alveoli.
Dengan terapi ini oksigen yang dihirup akan lebih besar
disbanding dengan bernapas secara normal dan kegiatan ini
sesuai dengan usia anak dimana motorik halus pada anak
berkembang (Muliasari et al., 2018).
Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa penerapan terapi
pursed lips breathing berpengaruh pada peningkatan saturasi
oksigen terhadap anak yang mengalami asma.
C. Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian yang dialami saat melakukan
penelitian yaitu:
Pada saat melakukan penelitian terkadang peneliti terkendala
dengan waktu yang telah dijadwalkan sebelum bertemu dengan
pasien, hal ini di karenakan responden kadang masih tidur sehingga
mengharuskan peneliti untuk menunggu.

54
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada anak yang
menjalani perawatan pada pasien asma di ruang perawatan anak
Rumah sakit Bhayangkara Makassar, dalam hasil studi kasus dan
pembahasan penerapan terapi pursed lips breathing dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien anak dengan asma
maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian pada An.A dan An.E didapatkan hasil pasien
terdiagnosa asma,mengeluh sesak napas dan berjenis kelamin
laki-laki
2. Sebelum dilakukan terapi terlebih dahulu melakukan pengukuran
pernapasan, memastikan pasien tidak dengan kondisi sesak
sehingga bisa dilakukan terapi dan melakukan pengecekan
SpO2. Selanjutnya, menjelaskan prosedur terapi pursed lips
breathing dengan modifikasi menggunakan balon dan
mendemonstrasikan pelaksanaan pada pasien dan keluarganya,
Mengatur posisi pasien dengan posisi duduk di kursi atau di
tempat tidur dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas
secara maksimal selama 3-4 detik kemudian meniupkan balon
tersebut dengan mengerucutkan bibir selama 5-7 detik sampai
balon mengembang, lalu balon ditutup ujungnya dan prosedur
diulang kembali secara bertahap selama 15 menit. Dilakukan
setiap satu siklus inspirasi dan ekspirasi diselingi istirahat selama

55
5-10 detik sehingga dalam 1 menit hanya dilakukan 3-4 kali
pursed lips breathing selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi kelelahan selama latihan dilakukan, mengukur
kembali frekuensi napas, saturasi oksigen dan mencatatnya
dilembar observasi.
3. Setelah penerapan terapi pursed lips breathing selama 3 hari
pasien menunjukkan perubahan frekuensi napas dan abnormal
menurun menjadi normal dan peningkatan SpO2 dari abnormal
menjadi normal.
B. Saran
Setelah peneliti melakukan penerapan terapi pursed lips breathing
dengan asma pada An.A dan An.E peneliti memberikan usulan dan
masukan positif khususnya di bidang kesehatan antara lain :
1. Bagi Pasien
Diharapkan pasien bersedia menerima terapi pursed lips
breathing yang dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi
masalah gangguan pola napas
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)
Diharapkan perawat dapat mengaplikasikan pemberian terapi
pursed lips breathing untuk mengatasi anak yang mengalami
gangguan pola napas dan dapat meningkatkan mutu pelayanan
yang lebih berkualitas, professional, terampil, serta inovatif.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan referensi kepada
pembaca dan meningkatkan pengetahuan tentang pemberian
terapi pursed lips breathing pada pasien anak dengan asma

56
57

You might also like