You are on page 1of 13

MAKALAH

BIOGRAFI IBNU KHALDUN

DOSEN PENGAJAR :

Abdurrahman, S.Pd.I., M.Pd


PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Idria Juraida (2021122586)
Nor Hadijah (2021122570)
Siti Ruaidah (2021122547)

Fatimatussabila (2021122573)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ULUM KANDANGAN


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam .

Sholawat serta salam tak lupa selalu kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga , sahabat , serta pengikut beliau hingga akhir
zaman.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat , isi , maupun tata bahasa . Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah Pemikiran Pendidikan Islam ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Biografi Ibnu Khaldun ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Kandangan, 27 Februari 2022

Tim penyusun

1
DAFTAR ISI

Halaman :

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….1

BAB I…………………………………………………………………………………3

PENDAHULUAN……………………………………………………………………3

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………3

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….3

C.Tujuan……………………………………………………………………………………………………….3

BAB II………………………………………………………………………………...4

PEMBAHASAN……………………………………………………………………..4

A. Biografi Ibnu Khaldun………………………………………………………..4

B. Karya Monumental Ibnu Khaldun……………………………………………6

C. Konsep Pemikiran Pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun……………….7

BAB III……………………………………………………………………………….9

PENUTUP……………………………………………………………………………9

A. Simpulan………………………………………………………………………9

B. Saran…………………………………………………………………………...9

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Abad pertengahan dalam sejarah Islam, merupakan abad penuh pemikir dan
pemikiran dalam berbagai bidang. Salah satu pemikir (ahli) pada masa itu adalah Ibnu
Khaldun, seorang ahli pikir Islam yang jenius dan termasyhur di kalangan intelektual
modern. Dalam karya-karya Ibnu Khaldun dapat dilihat penguasaannya terhadap
berbagai disiplin Ilmu Pengetahuan, seperti sejarah, sosiologi, dan politik, sehingga
tidak mengherankan apabila Ibnu Khaldun dikategorikan sebagai ahli sejarah,
sosiologi dan politik. Bahkan tidak mengherankan jika ada orang yang mengatakan
bahwa Ibnu Khaldun adalah makhluk yang paling penting dan paling terhormat dalam
alam semesta. Dalam mengemukakan konsep politiknya Ibnu Khaldun tidak dapat
lepas dari kenyataan yang dihadapi dan dialaminya. Disatu pihak ia melihat ikatan-
ikatan bermasyarakat, bernegara dan berperadaban pada umumnya sebagai sesuatu
yang berkembang terlepas dari agama, tetapi dipihak lain Ibnu Khaldun adalah
seorang muslim dan tentu saja agama sangat mempengaruhi sikapnya dalam
memandang masalah Tuhan, manusia dan masyarakat.

B.Rumusan Masalah

1. Siapakah Ibnu Khaldun ?

2. Apa Karya-karya Ibnu Khaldun ?

3. Bagaimanakah Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun ?

3
C.Tujuan

1. Untuk Mengetahui Sejarah Ibnu Khaldun.

2. Untuk Mengetahui Karya-Karya Ibnu Khaldun.

3. Untuk Mengetahui Seperti Apakah Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Menurut


Ibnu Khaldun.

4
BAB II

PEMBAHASAN

BIOGRAFI DAN KARYA-KARYA IBNU KHALDUN

A. Biografi Ibnu Khaldun


Nama lengkap Ibnu Khaldun ialah Waliyuddin Abdurrahman bin Muhammad
bin Muhammad bin Muhammad bin Hasan bin Jabir bin Muhammad bin Muhammad
bin Abdurrahman bin Khaldun.1 Nasab Ibnu Khaldun digolongkan kepada
Muhammad bin Muhammad bin Hasan bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin
Abdurrahman bin Khalid.2
Beliau dikenal dengan nama Ibnu Khaldun karena dihubungkan dengan garis
keturunan kakeknya yang kesembilan, yaitu Khalid bin Usman. Kakeknya ini
merupakan orang pertama yang memasuki negeri Andalusia bersama para penakluk
berkebangsaan Arab. Sesuai dengan kebiasaan orang- orang Andalusia dan Maghribi
yang terbiasa menambahkan huruf wow (‫ ) و‬dan nun (‫ ) ن‬dibelakang nama-nama
orang terkemuka sebagai penghormatan dan takzim, maka nama Khalid pun berubah
kata menjadi Khaldun.3 Banyak referensi yang berbeda-beda mengenai nama lengkap
dari Ibnu Khaldun. Selain yang telah disebutkan diatas, pada kitab Muqaddimah
terjemahan Masturi Irham, dkk. menyebutkan bahwa nama asli dan nama yang lebih
dikenal untuk Ibnu Khaldun ialah Abdurrahman ibnu Khaldun al- Maghribi al-
Hadrami al-Maliki. Abdurrahman ialah nama kecilnya, digolongkan kepada al-
Maghribi karena ia lahir dan dibesarkan di Maghrib kota Tunisia, dijuluki al-Hadrami
karena keturunannya berasal dari Hadramaut Yaman Selatan, dan bergelar al-Maliki
karena ia menganut mazhab Imam Malik. 4
5

1
Enan, Biografi Ibnu Khaldun, terj. Machnun Husein, 14.
2
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, terj. Masturi Irham, 1079.
3
Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan Pengaruhnya
Terhadap Dunia Ke-3, Ed. 1, Cet. 2 (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 67.
4
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, terj. Masturi Irham, 1080.
Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia, Afrika Utara, pada 1 Ramadhan 732 H/27
Mei 1332 M, dan wafat di Kairo pada 25 Ramadhan 808 H/19 Maret 1406 M.5 Beliau
wafat dalam usianya yang ke-76 tahun (menurut perhitungan Hijriyah) di Kairo,
sebuah desa yang terletak di Sungai Nil, sekitar kota Fusthath, tempat keberadaan
madrasah al-Qamhiah dimana sang filsuf, guru, politisi ini berkhidmat.6 Sampai saat
ini, rumah tempat kelahirannya yang terletak di jalan Turbah Bay, Tunisia, masih
utuh serta digunakan menjadi pusat sekolah Idarah 'Ulya. 7 Pada pintu masuk sekolah
ini terpampang sebuah batu manner berukirkan nama dan tanggal kelahiran Ibnu
Khaldun. Ayah Ibnu Khaldun bernama Abu Abdullah Muhammad, yang wafat pada
tahun 749 H/1348 M akibat wabah pes yang melanda Afrika Utara dengan
meninggalkan lima orang anak. Ketika itu Ibnu Khaldun masih berusia sekitar 18
tahun. Ayahnya ini merupakan seorang yang ahli dalam bahasa dan sastra Arab.
Setelah memutuskan untuk berhenti dalam menggeluti bidang politik, lalu beliau
menekuni bidang ilmu pengetahuan dan kesufian serta mendalami ilmu-ilmu agama.
Sehingga beliau pun dikenal sebagai orang yang mahir dalam sya’ir sufi dan berbagai
bidang keilmuan lainnya.8 Pada awal abad ke-13 M, kerajaan Muwahhidun di
Andalus hancur. Sebagian besar kota-kota dan pelabuhannya jatuh ke tangan raja
Castilia termasuk kota Sevilla (1248 M). Bani Khaldun terpaksa hijrah ke Afrika
Utara mengikuti jejak Bani Hafs dan menetap di kota Ceuta, lalu mengangkat Abu
Bakar Muhammad, yaitu kakek kedua Ibnu Khaldun untuk mengatur urusan negara
mereka di Tunisia, dan mengangkat kakek pertama beliau yaitu Muhammad bin Abu
Bakar untuk mengurus urusan Hijabah (kantor urusan kenegaraan) di Bougie. Karena

5
Abdul Mu’ti Muhammad Ali, Filsafat Politik Antara Barat dan Islam, terj. Rosihin
Anwar, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 413.
6
Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat, 75.
7
Ibid., 67.
8
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, terj. Masturi Irham, 1080.
Ibnu Khaldun lahir ditengah-tengah keluarga ilmuwan dan terhormat, maka beliau
berhasil menghimpun antara jabatan ilmiah dan pemerintahan. 9
Di Andalusia, keluarga Ibnu Khaldun berkembang dan banyak berkecimpung
dalam bidang politik dan akademik. Oleh karenanya, Bani Khaldun terkenal sebagai
keluarga yang berpengetahuan luas, berpangkat, banyak menduduki jabatan-jabatan
penting kenegaraan, serta memainkan peranan yang cukup menonjol, baik dalam
bidang ilmu pengetahuan maupun politik. Sehingga dunia politik dan ilmu
pengetahuan telah begitu menyatu didalam diri Ibnu Khaldun. Ditambah lagi
kecerdasannya juga sangat berperan bagi pengembangan karirnya. Namun demikian,
ayah Ibnu Khaldun ternyata memiliki keunikan tersendiri dari tradisi keluarganya
tersebut. Beliau merupakan salah satu keluarga Bani Khaldun yang menjauhkan diri
dari politik dan lebih berkonsentrasi pada bidang keilmuwan dan pengajaran seperti
yang telah disebutkan diatas. 10
B. Karya-karya Monumental Ibnu Khaldun
Setelah menguraikan tentang masa pendidikannya, berikut ini akan dibahas
mengenai hasil karya-karya Ibnu Khaldun. Sebenarnya Ibnu Khaldun telah
menghasilkan berbagai banyak karya, namun banyak dari karya-karya tersebut yang
belum ditemukan ataupun yang tidak diterbitkan sama sekali. Meskipun Ibnu
Khaldun hidup pada masa dimana peradaban Islam mulai mengalami kehancuran,
akan tetapi beliau mampu tampil sebagai pemikir Muslim yang kreatif dan
melahirkan pemikiran-pemikiran besar dalam beberapa karyanya. Karya-karya Ibnu
Khaldun yang banyak dibahas para ahli sampai saat ini ialah al-‘Ibar, Muqaddimah,
dan al-Ta’rif. Sebenarnya kitab Muqaddimah dan al-Ta’rif adalah bagian dari kitab
al-‘Ibar yang terdiri dari tujuh jilid. Muqaddimah merupakan pengantar al-‘Ibar, dan
al-Ta’rif merupakan bagian penutupnya.

9
Ibid.
10
Dahlan Malik, Pemikiran Politik Ibnu Khaldun, 31.
Adapun penjelasan mengenai kitab al-‘Ibar yang terdiri dari tujuh jilid besar
tersebut ialah sebagai berikut:
1. Jilid pertama disebut dengan kitab Muqaddimah
Muqaddimah ialah bagian pertama dari kitab al-‘Ibar yang membahas tentang
masyarakat dan gejala-gejalanya, seperti: pemerintahan, kedaulatan, kekuasaan,
otoritas, pencaharian, penghidupan, perdagangan, keahlian, ilmu-ilmu pengetahuan,
dan sebab-sebab, serta alasan-alasan untuk memilikinya.
Kitab pengantar yang panjang inilah yang merupakan inti dari seluruh
persoalan yang terdapat dalam kitab al-‘Ibar. Sehingga karya ini dikenal sebagai
karya yang monumental dari Ibnu Khaldun. Walaupun Muqaddimah adalah bagian
dari al-‘Ibar, tetapi kitab Muqaddimah ini dibedakan dari karya induknya (al-‘Ibar)
dan akan dibahas tersendiri. 11 Muqaddimah merupakan kekayaan yang tidak terkira
dalam warisan intelektual sastra Arab karena pemikiran dan penelitiannya yang
sangat luar biasa serta memuat berbagai metode gejala-gejala sosial dan sejarahnya,
memuat berbagai aspek kehidupan dan juga ilmu pengetahuan. Hal tersebut membuat
pemikiran Ibnu Khaldun tetap dibicarakan hingga kini sebagaimana pemikir-pemikir
besar lainnya sepanjang masa. Ibnu Khaldun menyelesaikan penulisan kitab
Muqaddimah yang mengagumkan itu hanya dalam waktu lima bulan di Benteng
Salamah pada pertengahan 779 H/1377 M, untuk kemudian direvisi dan memelitur
sampulnya, serta melengkapinya dengan berbagai sejarah bangsa-bangsa. Kitab ini
menjadi kajian dan teori canggih yang menempati posisi tinggi di antara hasil-hasil
pemikiran manusia, juga menjadi legenda dalam warisan bahasa Arab. 12

11
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, terj. Masturi Irham, 1085.
12
Enan, Biografi Ibnu Khaldun, terj. Machnun Husein, 70.
Pada abad ke-15 ketika historiografi Eropa masih begitu terbelakang dan tidak
mengenal konsep-konsep karakter yang dikemukakan dan dipertahankan Ibnu
Khaldun, belum ada muncul sebuah buku pun yang ditulis seperti Muqaddimah, yang
membahas semua masalah dan dikemukakan secara lebih mandiri, untuk membentuk
pandangan dasar para sejarawan modern. Para kritikus Barat menempatkan kitab
Muqaddimah di antara hasil-hasil pemikiran manusia yang paling tinggi dan paling
bernilai. 13

C. Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun

Pengertian pendidikan menurut Ibnu Khaldun adalah “Penerangan ilmu


pengetahuan dan keterampilan serta berbagai aspeknya pada karya nyata untuk
memperoleh rizki menuju kepada masyarakat lebih maju sesuai dengan
kecenderungan individu” (Sulaiman, 1987:31-35). Sebelum manusia tamyiz, dia
sama sekali tidak memiliki pengetahuan dan dianggap sebagian dari binatang. Asal
usul manusia diciptakan dari setetes air mani (sperma), segumpal darah, sekerat
daging dan masih ditentukan rupa dan mentalnya. Adapun yang dicapai sesudah itu
adalah merupakan akibat dari persepsi sensual dan kemampuan berpikir yang
dianugerahkan Allah kepadanya. Pada kondisinya semula sebelum mencapai tamyiz,
manusia adalah materi seluruhnya karena ia tidak mengetahui semua pengetahuan
yang dicari melalui organ tubuhnya sendiri. Maka kemanusiaannya pun mencapai
kesempurnaan eksistensinya (Sulaiman, 1987:31-35). Ibnu khaldun juga berpendapat
bahwa dari balik upayanya untuk mencapai ilmu itu, manusia bertujuan dapat
mengerti tentang berbagai aspek pengetahuan yang dia pandang sebagai alat yang
membantunya untuk bisa hidup dengan baik di dalam masyarakat maju dan
berbudaya.
9

13
Ibid., 194.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ibnu Khaldun adalah contoh filsuf politik yang mengikuti banyak kejadian politik
yang terjadi pada masanya. Ibnu Khaldun tidak menekankan satu bentuk sistem
politik dalam pemerintahan, namun konsep politiknya berpusat pada ‘ashabiyyah.
Teori ‘ashabiyyah Ibnu Khaldun merupakan suatu ikatan psikologis dalam muatan
politik. Misalnya, orang yang melindungi (pemimpin) dan yang dilindungi (rakyat)
bersedia saling membantu karena kebersamaan perasaan.
2. Etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai dari perbuatan dan
tingkah laku manusia melalui hati nurani. Jika dihubungkan dengan politik, etika
dapat diartikan sebagai sejumlah nilai luhur yang seharusnya diterapkan dalam
perilaku politik para politisi. Dengan etika, manusia akan dibimbing menjadi
politikus yang memiliki keprihatinan terhadap masyarakat. Etika politik menurut
Ibnu Khaldun adalah seorang pemimpin yang bisa mensejahterakan
masyarakatnya, menegakkan keadilan, mendengar dan memberikan solusi
terhadap permasalahan rakyatnya, menepati janji, tidak berkhianat, dan tidak
melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam hal politik yang akan merugikan
masyarakat dan negara.
3. Etika sangat penting untuk direalisasikan dalam realitas politik kontemporer.
Tanpa etika, ‘ashabiyyah tidak akan bisa mencapai 74 superioritas dan
keunggulannya. Dengan adanya etika dalam ‘ashabiyyah, solidaritas sosial dan
nasionalisme akan semakin kuat karena kebersamaan perasaan dan saling
menghormati satu sama lain.

10
4. Pada dasarnya masyarakat dewasa ini jauh lebih mudah untuk menerima etos
kemodernan dari pada masa-masa silam. Namun tidak juga bisa diragukan bahwa
pemikiran intelektual masa silam itu juga mempunyai relevansi bagi kehidupan
modern saat ini. Misalnya, bila melihat perkembangan masyarakat dewasa ini,
relevansi pengertian ‘ashabiyyah Ibnu Khladun terletak pada ikatan partai,
patriotisme, dan nasionalisme.

B.Saran
Setiap manusia memiliki kesalahan dan kekurangan. Begitu pula penulis yang
tidak dapat mengabaikan fakta bahwasannya dalam melakukan penelitian ini terdapat
beberapa kendala yang cukup signifikan. Diantaranya adalah penulis tidak dapat
mengakses beberapa tulisannya yang rasanya perlu untuk dijadikan sandaran dalam
pembahasan ini, seperti al-‘Ibar dan at-Ta’rif. Oleh karena itu, penulis berharap
kepada pembaca agar dapat memberikan saran maupun kritik terhadap skripsi ini,
sehingga bisa diperbaiki dan dipahami secara lebih komprehensif tentang pemikiran
Ibnu Khaldun khususnya dan politik umumnya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Asmoro, Filsafat Umum. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008
Ahmad , Jamil, Seratus Muslim Terkemuka, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996).
Agustinus, City Of God, (http://www.newadvent.org/father/cityofgod_diakses pada
15 Juni 2016 (22 jilid)
Alfadotablogspot.com/2011/05/teori-terbentuknya-negara.html
Al-Tanji, Muhammad Ibnu Thawit, Al-Ta’rif bi Ibni al-Khaldun wa Rihlatuhu
Gharban wa Syaman, (Mesir: Lajnah al-Ta’lif wa al-Tarjamah wa al_Nashr, 1951).
Al-Wafi, Ali Abdul, Abdur Rahman Ibnu Khaldun: Hayatuhu wa Atsaruhu wa
Modighiru Abqoriytihi, (Al-Qahira: Maktabah Misra, TT).
Armstrong, Karen, Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan yang dilakukan oleh
Orang-orang Yahudi, Kristen dan Islam. penerjemah Am, Z. Bandung: Mizan,
2006
As Suyuti, Tarikh al Khulafa. Penerjemah Rahman, Samson. Jakarta: Pustaka Azzam.
2005
Ash Shalabi, Ali Muhammad, Bangkit dan Runtuhnya Khiladah Utsmaniyah.
Penerjemah Rahman, Samson. Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2003
Al-Khudairi, Zainab, Filsafat Sejarah Ibnu khaldun, (Bandung: Pustaka, 1987).

You might also like