You are on page 1of 46

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulilah dengan mengucapkan puji dan syukur yang sebesar-

besarnya kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan

hidayahnya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

Judul proposal skripsi ini “Pengaruh Pemberian Aromaterapi Red Ginger

(Jahe Merah) Terhadap Nyeri Haid Pada Remaja Di Jorong Malana Ponco

Batusangkar Tahun 2021” yang merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana Ilmu Kesehatan di Universitas Fort

De Kock Bukittinggi.

Selam Proses penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir tidak

trelepas dari peran dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan

ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih terutama kepada Ibu

Shantrya Dhelly Susanty, S.ST, M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Cici

Aprilliani, SKM, M.KM selaku pembimbing II yang telah membimbing,

mengarahkan dan memberikan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal ini.

Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu DR Ns Evi Hasnita, S.Pd M.Kes selaku Rektor Universitas Fort De Kock

Bukittinggi yang telah memberikan fasilitas sarana dan prasarana kepada

penulis selama perkuliahan

2. Ibu Oktavianis SST M.Biomed selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Fort De Kock Bukittinggi

i
3. Ibu Adriani S.Kp, M.Kes selaku ketua program studi ilmu kesehatan

masyarakat Universitas Fort De Kock Bukittinggi

4. Staf Dosen pengajar Program Studi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan bantuan kepada penulis selama perkuliahan

5. Kedua orang tua dan kakak-kakak yang telah begitu sabar membantu,

berkorban, memberikan dorongan motivasi dan semangat bagi penulis baik

secara moril maupun material serta doa yang tulus beserta kasih sayangnya

6. Rekan-rekan Program Studi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat yang

senantiasa selalu bersama di saat sulit dan penuh perjuangan

Penulis menyadari bahwa proposal ini belum sempurna. Oleh sebab itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga

proposal ini bisa bermanfaat

Waalaikumsalam Wr Wb

Bukittinggi, Januari 2021

Penulis

Rahmi

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….5
C. Tujuan Penelitian…………………………………………….. 6
D. Manfaat Penelitian…………………………………………… 6
E. Ruang Lingkup………………………………………………. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Menstruasi…………………………………………... 9
1. Pengertian………………………………………………… 9
2. Gangguan Menstruasi…………………………………….. 10
B. Konsep Nyeri Haid (Dismenorea)…………………………. 10
1. Pengertian………………………………………………… 10
2. Klasifikasi Dismenorea…………………………………. 11
3. Tanda dan Gejala Dismenorea………………………….. 12
4. Faktor Resiko Dismenorea……………………………… 12
5. Penatalaksanaan Dismenorea…………………………… 14
6. Tingkat Dismenorea…………………………………….. 15
C. Aromaterapi………………………………………………….. 15
1. Pengertian………………………………………………… 15
2. Jenis Aromaterapi………………………………………… 16
3. Cara Kerja Aromaterapi…………………………………... 18
4. Mekanisme Kerja Aromaterapi……………………………19
D. Konsep Jahe Merah…………………………………………. 19
1. Profil Jahe Merah………………………………………….20
2. Kandungan Jahe Merah……………………………………21
3. Manfaat Jahe Merah……………………………………….22
E. Konsep Nyeri………………………………………………… 22
1. Defenisi Nyeri……………………………………………..22
iii
2. Pengukuran Nyeri………………………………………… 23
F. Kerangka Teori………………………………………………. 26
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep…………………………………………… 27
B. Defenisi Operasional………………………………………... 28
C. Hipotesis…………………………………………………….. 28
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan dan Jenis Penelitian…………………………….. 30
B. Waktu dan Lokasi Penelitian……………………………….. 31
C. Populasi Dan Sampel………………………………………...31
D. Variabel Penelitian………………………………………….. 32
E. Instrument Penelitian………………………………………...33
F. Teknik Pengumpulan Data………………………………….. 35
G. Pengolahan Data……………………………………………. 35
H. Teknik Analisa Data………………………………………… 36
I. Kerangka Kerja Penelitian…………………………………...38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapat

perhatian terutama dikalangan remaja. Remaja merupakan kelompok yang

memiliki berbagai kekuatan dan potensi yang hebat, merekalah yang akan

melahirkan generasi baru penerus bangsa (Mariza & Sunarsih, 2019). Pada

masa ini banyak terjadi perubahan baik psikis maupun biologis. Perubahan

perkembangan biologis, ditandai dengan keremajaan secara biologi yaitu di

mulainya haid (menarche). Gangguan fisik yang sangat menonjol pada wanita

haid adalah Nyeri Haid (Rosi Kurnia Sugiharti, 2017).

Dari data dunia, Angka kejadian nyeri haid (Dismenorea) sangat besar,

Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami Dismenorea

(Utari, 2017). Di Ethiopia prevalensi dismenorea primer pada siswa perempuan

ditemukan 64,7% (Azagew et al., 2020). Sedangkan pada sebuah penelitian di

Spanyol menunjukkan prevalensi dismenorea 74,8% dengan tingkat keparahan

nyeri rata-rata 6,88. Didapat hasil bahwa 38,3% siswa menggambarkan nyeri

haid mereka parah dan 58% sebagai sedang (Fernández-Martínez et al., 2018).

Nyeri haid atau dismenorea ialah ketidakseimbangan hormon progesteron

dalam darah sehingga menimbulkan rasa nyeri. Wanita yang mengalami

dismenorea memproduksi prostaglandin 10 kali lebih banyak dari pada wanita

yang tidak dismenorea. Prostaglandin menyebabkan meningkatnya kontraksi


1
2

di uterus sehingga menimbulkan rasa nyeri pada saat menstruasi. Nyeri haid

menyebabkan wanita tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari sehingga

apabila masalah ini tidak diatasi akan sangat merugikan (Awaliah Nur, 2018).

Data dari WHO didapatkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%) wanita

yang mengalami dismenorea, 10-15% diantaranya mengalami dismenorea

berat. Hal ini didukung dengan penelitian yang telah dilakukan diberbagai

negara dengan hasil yang mencengangkan, dimana kejadian dismenorea primer

disetiap negara dilaporkan lebih dari 50%(Gustin, 2019). Pada remaja putri

gejala dismenorea primer ditemukan 1 sampai 2 tahun setelah mengalami haid

yang pertama. Dismenorea tersebut menyebabkan remaja tidak bisa melakukan

aktivitas seperti biasanya (Mariza & Sunarsih, 2019). Remaja adalah penduduk

dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun (WHO). Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang

usia 10-18 tahun. Sementara itu, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan

belum menikah. Masa remaja diasosiasikan dengan masa transisi dari anak-

anak menuju dewasa (Kusumaryani, 2017).

Sementara di Indonesia, angka kejadian diperkirakan 55% wanita usia

produktif yang tersiksa karena dismenorea. Angka kejadian dismenorea

berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif. Dengan angka kejadian

dismenorea primer 54,89% sisanya penderita sekunder (Gustin, 2019). Di

Sumatera Barat angka kejadian nyeri haid mencapai 57,3% dari mereka yang

mengeluh nyeri, 9% nyeri berat, 39% nyeri sedang, dan 52% nyeri ringan.

Nyeri haid dapat menyebabkan remaja puteri sulit berkonsentrasi dalam proses
3

pembelajaran dan memicu menurunnya prestasi belajar, sekitar 12% remaja

puteri sulit beraktivitas (Faridah et al., 2019). Untuk Kabupaten Tanah Datar

belum ada data pasti kejadian dismenorea namun dari hasil studi penelitian dari

Fauzi (2013) ditemukan bahwa kejadian dismenorea primer pada siswa MTSN

di Kabupaten Tanah Datar sebanyak 71% (Fauzi,2013 dalam Gustini et al.,

2017).

Hingga saat ini masih banyak remaja putri yang belum mengetahui upaya-

upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri saat dismenorea, sehingga

menimbulkan masalah bagi remaja setiap datang haid. Penanganan dismenorea

sangat penting untuk dilakukan, terutama pada usia remaja, karena bila tidak

ditangani akan berpengaruh pada aktifitas remaja itu sendiri. Penanganan

disminorhea dapat dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi.

Penanganan disminorhea secara farmakologi dapat dilakukan dengan obat-

obatan yang dapat meredakan nyeri haid (analgesik), yaitu golongan Non

Steroid Anti Inflamasi (NSAI) seperti paracetamol, asam mefenamat,

ibuprofen. Penanganan disminorhea secara non farmakologis dapat dilakukan

dengan istirahat, kompres hangat, aromaterapi serta ramuan herbal. (Mintarsih

& Sugihartiningsih, 2018).

Aromaterapi mempunyai efek positif karena diketahui bahwa aroma yang

segar, harum merangsang sensori, reseptor dan pada akhirnya mempengaruhi

organ yang lainnya sehingga dapat menimbulkan efek kuat terhadap emosi.

Respon bau yang dihasilkan akan merangsang kerja sel neurokimia otak (Astuti

& Lela, 2018). Kandungan senyawa kimia dari Jahe merah (Zingiber officinale

Roscoe), yaitu gingerol, shogaol dan zingerone diketahui mempunyai efek


4

farmakologi seperti antioksidan, antiinflammasi, analgesik dan

antikarsinogenik (Febriani et al., 2018). Sebagai bahan obat tradisional, jahe

memiliki khasiat untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit salah

satunya yaitu rasa sakit saat menstruasi (Redi Aryanta, 2019).

Berdasarkan jurnal penelitian sebelumnya dari Astuti dan Lela (2018)

tentang Pengaruh Pemberian Aroma Terapi Lavender Terhadap Dismenorea

Pada Remaja Putri menunjukan rata-rata skala dismenorea pada sebelum

dilakukan intervensi dengan kategori 3,40. Dan setelah diberikan aromaterapi

rata-rata dengan skala dismenorea kategori 1,20. Terdapat perbedaan sebelum

dan sesudah pemberian aromaterapi lavender adalah 2,200. Hasil p-value 0,000

(<α=0,05), menunjukaan ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender

dengan intesitas nyeri dismenorea (Astuti & Lela, 2018).

Sefty Rompas (2019) pada penelitiannya Pengaruh Aromaterapi Lemon

(Citrus) Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi Pada Mahasiswi Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

dengan menggunakan instrument untuk pemberian aromaterapi antara lain

Kassa, Aromaterapi essential oil lemon 10 ml, Pipet tetes/spuit, SOP (Standar

Oprasional Prosedur). Prosedur penatalaksanaan saat pemberian aromaterapi

lemon disusun bersadarkan pembahasan yang ada dalam tinjauan teori. Dalam

penelitian ini didapat hasil bahwa sebelum di berikan aromaterapi lemon

(citrus) 100% responden mengalami nyeri haid sedang (4-6) dan setelah

diberikan aromaterapi lemon (citrus), terjadi perubahan yang signifikan yaitu

sebanyak 88,5% responden mengalami penurinan nyeri ke skala nyeri ringan.

sesudah diberikan aromaterapi lemon (citrus) didapatkan nilai ρ – Value 0,000


5

lebih kecil dari nilai signifikan 0,05. Artinya ada pengaruh aromaterapi lemon

(Citrus) terhadap Penurunan nyeri menstruasi (Rompas & Gannika, 2019).

Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan pada 18 remaja di Jorong

Malana Ponco Batusangkar, dengan metode wawancara didapatkan hasil

bahwa, 7 remaja mengalami nyeri haid dengan gejala kram perut, mual, diare,

dan berkurangnya konsentrasi belajar. 2 remaja mengatakan mengalami nyeri

yang sangat hebat, disertai muntah dan menyebakan mereka tidak bisa

beraktivitas. 6 remaja mengatakan merasakan kram perut bawah namun tidak

mengganggu aktivitas dan 3 remaja tidak mengalami nyeri saat haid. Dalam

penanganannya 5 remaja mengatakan mengkonsumsi obat-obatan untuk

mengurangi sakit yang dialami, 2 remaja mengatakan lebih memilih

mengkonsumsi jamu, dan 8 remaja lainnya hanya membiarkan nyeri haid

dengan anggapan akan hilang dengan sendirinya. Hal ini berarti 83,3% remaja

di jorong malana ponco mengalami nyeri saat haid dan masih banyak remaja

yang belum paham cara penanganannya terutama dengan cara penggunaan

aromaterapi. Selain itu, juga belum pernah dilakukan penelitian dan promosi

kesehatan tentang nyeri haid di Jorong Malana Ponco. Berdasarkan latar

belakang diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Pengaruh Pemberian Aromaterapi Red Ginger (Jahe Merah) Terhadap Nyeri

Haid Pada Remaja di Jorong Malana Ponco Batusangkar Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu Pengaruh Pemberian Aromaterapi Red Ginger (Jahe
6

Merah) Terhadap Nyeri Haid Pada Remaja di Jorong Malana Ponco

Batusangkar Tahun 2021.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umun

Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya Pengaruh Pemberian

Aromaterapi Red Ginger (Jahe Merah) Terhadap Nyeri Haid Pada Remaja

di Jorong Malana Ponco Batusangkar Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Distribusi frekuensi tingkat nyeri haid sebelum diberikan Aromaterapi

Red Ginger (Jahe Merah) Terhadap Nyeri Haid Pada Remaja di Jorong

Malana Ponco Batusangkar Tahun 2021,

b. Distribusi frekuensi tingkat nyeri haid setelah diberikan Aromaterapi

Red Ginger (Jahe Merah) Terhadap Nyeri Haid Pada Remaja di Jorong

Malana Ponco Batusangkar Tahun 2021,

c. Pengaruh Pemberian Aromaterapi Red Ginger (Jahe Merah) Terhadap

Nyeri Haid Pada Remaja di Jorong Malana Ponco Batusangkar Tahun

2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan penanganan nyeri haid menggunakan Red Ginger (Jahe

Merah).
7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

masyarakat mengenai Aromaterapi Red Ginger (Jahe Merah) untuk

mengatasi nyeri haid.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini dapat menjadikan Aromaterapi Red Ginger (Jahe

Merah) sebagai alternatif untuk mengatasi nyeri haid pada remaja.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan Aromaterapi Red Ginger (Jahe Merah) pada

remaja yang mengalami nyeri haid.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pembahasaan mengenai

Pengaruh Pemberian Aromaterapi Red Ginger (Jahe Merah) Terhadap Nyeri

Haid Pada Remaja di Batusangkar Tahun 2021. Variabel yang digunakan

adalah variabel independentt yaitu aromaterapi Red Ginger (jahe merah) dan

variabel dependent yaitu penurunan nyeri haid. Rancangan penelitian ini

adalah quasi experiment dengan non equivalent (pretest and posttest) group

design. Penelitian dilakukan pada bulan februari hingga maret 2021. Populasi

penelitian ini adalah remaja putri di Jorong Malana Ponco Batusangkar dengan

rentang usia 10-24 tahun berjumlah 301 orang. Pengambilan sampel

menggunakan Purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini diambil


8

sebanyak 60 orang dengan membagi menjadi 2 kelompok masing-masing 30

kelompok kontrol dan 30 kelompok intervensi, dengan teknik Analisis

univariat penelitian yang disajikan meliputi persentase intensitas skala nyeri

sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Dan analisis bivariate yang

digunakan adalah uji Wilcoxon.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Menstruasi

1. Pengertian

Menstruasi adalah proses meluruhnya jaringan endometrium

karena tidak adanya telur matang yang dibuahi oleh sperma. Menstruasi

merupakan hal yang wajar dan alami sehingga dapat dipastikan bahwa

semua wanita normal akan memgalami proses ini (Mariza & Sunarsih,

2019). Siklus menstruasi yang normal berkisar antara 21-35 hari. Namun

siklus menstruasi seringkali tidak teratur dan cenderung bervariasi selama

masa remaja, Selain itu, rentang siklus menstruasi pada remaja lebih lebar

dari pada orang dewasa, dimana panjang siklus menstruasi pada remaja

berkisar antara 21-45 hari dengan rata-rata panjang siklus berkisar 32 hari

pada tahun pertama dan kedua setelah menars. (Harzif et al., 2018)

Pada umumnya menstruasi terjadi mengikuti pola yang teratur dan

tidak memiliki masalah, namun demikian ada beberapa wanita yang

mengalami beberapa kelainan pada saat tertentu. Kelainan- kelainan yang

paling umum adalah rasa sakit saat menstruasi (nyeri haid) dan sindrom

premenstruasi (Utari, 2017). Sindrom premenstruasi adalah kumpulan

gejala tidak menyenangkan berupa gejala fisik, emosional dan psikologis

yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Biasa muncul 7-14 hari

sebelum haid (Rahayu et al., 2017).

9
10

2. Gangguan Menstruasi

Gangguan siklus menstruasi menurut (S.Ernawati et al., 2017)

yang berhubungan dengan siklus menstruasi digolongkan menjadi 4

macam yaitu:

1) Polimenorea

Pada polimenorea siklus menstruasi lebih pendek dari biasanya (kurang

dari 21 hari).

2) Oligomenorea

Siklus menstruasi lebih dari 35 hari. Perdarahan pada oligomenorea

biasanya berkurang.

3) Amenorea

Amenorea adalah tidak terjadinya menstruasi palin sedikit selama tiga

bulan berturut-turut.

4) Dismenorea

Dismenorea yaitu nyeri yang dirasakan pada saat menstruasi yang

biasanya mengganggu kegiatan sehari-hari.

B. Konsep Nyeri Haid ( Dismenorea)

1. Pengertian

Nyeri haid atau dismenorea disebut juga kram menstruasi atau

nyeri menstruasi. Nyeri menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah,

tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bagian bawah, pinggang,

panggul, paha atas, hingga betis. Nyeri juga bisa disertai kram perut yang

parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi otot Rahim yang sangat intens
11

saat mengeluarkan darah menstruasi dari dalam rahim. Kontraksi otot yang

sangat intens ini kemudian menyebabkan otot-otot menegang dan

menimbulkan kram atau rasa sakit atau nyeri.

Proses ini sebenarnya merupakan bagian normal proses menstruasi,

dan biasanya mulai dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus

berlangsung hingga 32-48 jam. Sebagian besar perempuan yang

menstruasi pernah mengalami dismenorea dalam derajat keparahan yang

berbeda-beda. Dismenorea yang dialami remaja umumnya bukan karena

penyakit, dan disebut dismenorea primer (S.Ernawati et al., 2017).

2. Klasifikasi Dismenorea

Dismenorea dibagi menjadi 2 :

a) Dismenorea primer : nyeri menstruasi yang normal, dimana tanpa

disertai adanya kelainan di daerah panggul. Dismenorea primer dimulai

segera setelah seorang remaja mengalami menstruasi pertamanya,

biasanya terjadi pada pada 6–24 bulan setelah Menarche dan

berlangsung seumur hidup. Namun akan membaik seiring berjalannya

waktu.

b) Dismenorea sekunder : nyeri menstruasi yang tidak normal, dimana

disertai dengan nyeri pada panggul terkait dengan kondisi penyakit

yang menyertainya. Dismenorea sekunder umumnya disebabkan oleh

kelainan atau gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid

uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik.

Dismenorea sekunder dapat diatasi hanya dengan mengbati atau


12

menangani penyakit atau kelainan yang menyebabkannya. (Harzif et al.,

2018)

3. Tanda dan gejala Dismenorea

Menurut (Harzif et al., 2018), tanda dan gejala dismenorea berdasarkan

klasifikasi dismenorea:

a) Dismenorea Primer

Nyeri yang dirasakan seperti diremas-remas sebelum dan selama

siklus menstruasi pada perut bagian bawah dan dapat menjalar ke

pinggang sampai paha. Nyeri berlangsung selama 48-72 jam, dirasakan

lebih nyeri pada hari pertama dan kedua menstruasi. Biasanya disertai

gejala lainnya seperti mual, muntah, diare, lelah, dan Insomnia.

b) Dismenorea Sekunder

Nyeri yang dirasakan dapat bertambah parah dan berlangsung

selama berhari-hari, berminggu-minggu, atau lebih lama. Pola nyeri

pada dismenorea sekunder tidak terbatas pada saat menstruasi,

seringkali berhubungan dengan rasa penuh di perut, rasa berat di

panggul, dan nyeri punggung bagian bawah. Biasanya nyeri memuncak

pada saat mulai menstruasi. Dapat disertai juga dengan gejala mual,

muntah, diare, lelah, pingsan, dan sakit kepala

4. Faktor Risiko Dismenorea

Factor Risiko Dismenorea menurut klasifikasinya (Larasati & Alatas,

2016):
13

a. Menarche usia dini

Menarche usia dini memiliki kaitan dengan beberapa komplikasi

kesehatan termasuk penyakit ginekologi. Wanita dengan usia menarche

dibawah 12 tahun atau menarche dini memiliki 23% lebih tinggi

kesempatan terjadi dismenorea dibandingkan dengan wanita dengan

menarche pada usia 12-14 tahun. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa

pada anak wanita yang mengalami menarche dini mengalami paparan

prostaglandin yang lebih lama sehingga menyebabkan kram dan nyeri

pada perut. Dalam penelitian lain di temukan proporsi tertinggi

karakteristik kejadian dismenorea adalah pada usia 15-25 (Ammar,

2016). Berdasarkan data dari National Health and Nutrition

Examination Survey (NHANES) dalam jurnal Paramitha (2018), umur

rata-rata menarche (menstruasi pertama) pada anak remaja di Indonesia

yaitu 12,5 tahun dengan kisaran 9-14 tahun. Menarche dapat terjadi

lebih awal pada usia 9-10 tahun atau lebih lambat pada usia 17 tahun

(Paramitha, 2018).

b. Kebiasaan memakan makanan cepat saji

Makanan cepat saji memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang

yaitu tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi gula, dan rendah serat.

Kandungan asam lemak yang terdapat di dalam makanan cepat saji

dapat mengganggu metabolisme progesteron pada fase luteal dari siklus

menstruasi. Akibatnya terjadi peningkatan kadar prostaglandin yang

akan menyebabkan rasa nyeri pada saat dismenorea.


14

c. Durasi perdarahan saat haid

Lamanya haid lebih dari normal (5-7 hari) menyebabkan adanya

kontraksi uterus, terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering

berkontraksi dan semakin banyak prostaglandin yang berlebihan

menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang terus

menerus menyebabkan suplay darah ke uterus terhenti dan

menyebabkan dismenorea.

d. Terpapar asap rokok

Wanita yang terpapar asap rokok secara pasif menderita

dismenorea dengan waktu yang lebih lama dibandingkan yang tidak

tepapar. Pengaruh perokok pasif pada dismenorea terjadi peningkatan

sebesar 30% dibandingkan dengan yang tidak perokok pasif.

Mekanisme biologis yang mempengaruhi kejadian dismenorea

diakibatkan dari nikotin yang bersifat vasokonstriktor (penyebab

penyempitan pembuluh darah) sehingga mengakibatkan berkurangnya

aliran darah yang menuju endometrium.

5. Penatalaksanaan Dismenorea

Penanganan dismenorea dapat dilakukan secara farmakologi dan non

farmakologi. Penanganan dismenorea secara farmakologi dapat dilakukan

dengan obat-obatan yang dapat meredakan nyeri haid (analgesik), yaitu

golongan Non Steroid Anti Inflamasi (NSAI) seperti paracetamol, asam

mefenamat, ibuprofen. Penanganan dismenorea secara non farmakologis


15

dapat dilakukan dengan istirahat, kompres hangat, aromaterapi serta

ramuan herbal (Mintarsih & Sugihartiningsih, 2018).

6. Tingkat dismenorea

Setiap menstruasi akan menyebabkan rasa nyeri, terutama saat awal

menstruasi tetapi dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Secara siklik

dismenorea dibagi menjadi tiga tingkat keparahaan, meliputi :

a) Dismenorea Ringan

Rasa nyeri yang berlangsung untuk beberapa saat dan klien masih

dapat melaksanakan aktifitas sehari – harinya.

b) Dismenorea Sedang

Rasa nyeri ini bisa membuat klien memerlukan obat penghilang rasa

nyeri dan kondisi penderita masih bisa beraktivitas.

c) Dismenorea Berat

Dismenorea atau nyeri haid berat ini membuat klien memerlukan

istirahat beberapa hari dan dapat disertai mual, muntah, nyeri kepala,

sakit di perut bagian bawah bawah bahkan bisa sampai pingsan.

C. Aromaterapi

1. Pengertian

Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau sari

tumbuhan untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,

membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan

raga. Aromaterapi memiliki manfaat yang sangat beragam, mulai dari


16

pertolongan pertama sampai membangkitkan rasa gembira (Suprijati,

2014).

Aromaterapi dapat bermanfaat bagi mereka yang menderita beberapa

gangguan fisiologis dan psikologis. Aromaterapi dapat membantu

mengurangi kecemasan, stress, ketakutan, mual, muntah dan rasa nyeri.

(Astuti & Lela, 2018).

2. Jenis Aromaterapi

Jenis minyak aromaterapi yang umum digunakan yaitu (Kennedy, 2012):

a. Minyak rosemary

Aromaterapi ini bersifat stimulan dan alagesik yang dapat

digunakan untuk meredakan sakit kepala dan nyeri otot.

b. Minyak ylang ylang

Aromaterapi ini sebagai antidepresan, antipasmodik, antiseptik dan

obat penenang yang efektif.

c. Minyak tea tree

Aromaterapi ini sebagai antiseptik dan antiinflamasi yang dapat

digunakan untuk membunuh jamur, bakteri, dan virus.

d. Minyak lavender

Aromaterapi ini sebagai antidepresan yang dapat digunakan untuk

mengurangi nyeri kepala dan stress.


17

e. Minyak geranium

Manfaat dari aromaterapi ini yaitu mengurangi depresi,

menyeimbangkan hormon, mengurangi peradangan, dan meningkatkan

sirkulasi darah.

f. Minyak pappermint

Terapi ini sebagai antipasmodik atau anti kejang dan stimulan yang

dapat digunakan untuk melegakan pernafasan, meredakan otot yang

tegang, mengatasi mual akibat gangguan lambung, dan kelelahan psikis

seseorang.

g. Minyak jeruk lemon

Aromaterapi jeruk sebagai antioksidan yang digunakan untuk

melawan kerusakan akibat radikal bebas dan peradangan yang

menyebabkan berbagai penyakit.

h. Minyak chamomile

Aromaterapi chacomile memiliki sensasi menenangkan dan

menangkal radikal bebas yang menyebabkan penuaan.

i. Minyak jasmine

Aromaterapi jasmine atau melati bisa digunakan untuk

meringankan nyeri menstruasi.

j. Minyak Jahe Merah (Red Ginger)

Aromaterapi Jahe Merah (Red Ginger) bisa di gunakan untuk

mengurangi rasa mual, meredakan nyeri.


18

3. Cara kerja Aromaterapi

Aromaterapi memiliki tradisi penggunaan yang lama dalam

perawatan kesehatan. Namun, tidak seperti obat-obatan modern,

Aromaterapi belum dipelajari secara ekstensif sebanyak zat lainnya.

Aromaterapi digunakan sebagai obat dengan dua cara (Harris Lea, 2013) :

a. Inhalasi

Ada banyak metode pengiriman untuk menghirup aromaterapi,

seperti membakarnya dalam lilin, mengukusnya, menaruhnya di

diffuser, atau mengoleskan beberapa tetes ke penghangat yang

menyebarkan aromanya. Menurut National Cancer Institute, teori di

balik efektivitas menghirup minyak esensial adalah komponen kimiawi

dari minyak yang mengikat reseptor dari bola penciuman otak, yang

mempengaruhi sistem limbik (otak Anda pusat emosional).

b. Aplikasi Topikal

Saat digunakan secara topikal, minyak esensial aromaterapi harus

diencerkan. Minyak esensial dapat diencerkan dengan menambahkan

beberapa tetes ke dalam bak mandi. Mengencerkan minyak membantu

mencegah sensitisasi, reaksi yang mirip dengan alergi, yang mungkin

terjadi saat Anda menggunakan minyak esensial murni langsung pada

Anda kulit. Minyak esensial yang tidak diencerkan juga dapat

mengiritasi kulit atau lendir membran. Saat dioleskan, minyak

menyerap melalui kulit dan memasuki aliran darah, di mana dapat

memberikan berbagai efek, seperti melawan bakteri atau peradangan.


19

Beberapa penelitian telah menetapkan bahwa perawatan aromaterapi -

baik secara topikal atau dihirup - mengurangi kecemasan pra-operasi.

4. Mekanisme Kerja Aromaterapi

Mekanisme kerja aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung

melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan system penciuman.

Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat, dan emosi

seseorang (Rahmawati et al., 2013).

Aromaterapi mempunyai efek positif karena diketahui bahwa

aroma yang segar, harum merangsang sensori, reseptor dan pada akhirnya

mempengaruhi organ yang lainnya sehingga dapat menimbulkan efek kuat

terhadap emosi. Respon bau yang dihasilkan akan merangsang kerja sel

neurokimia otak. Sebagai contoh, bau yang menyenangkan akan

menstimulasi talamus untuk mengeluarkan enkafelin yang berfungsi

sebagai penghilang rasa sakit alami dan menghasilkan perasaan tenang.

Bau seperti melati, kenanga dan lavender dapat merangsang kerja endofrin

pada kelenjar ptituari dan menghasilkan efek afrodisiak. Kelenjar ptituari

juga melepaskan agen kimia ke dalam sirkulasi darah untuk mengatur

fungsi kelenjar lain seperti tiroid dan adrenal (Astuti & Lela, 2018).

D. Konsep Jahe Merah

Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna

rimpangnya. Ketiga jenis itu adalah jahe putih atau kuning besar (jahe gajah

atau badak), jahe putih atau kuning kecil (jahe emprit) dan jahe merah atau
20

jahe sunti. Jahe emprit dan jahe sunti mengandung minyak atsiri sebanyak 1,5

– 3,8 % dari berat keringnya. Cocok untuk ramuan obat-obatan atau untuk

diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya (Febriani et al., 2018).

1. Profil Jahe Merah

Jahe merah (Zingiber officinale Rosce) merupakan rempah-rempah

Indonesia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama

dalam bidang kesehatan. Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan

rumput berbatang semu dan termasuk dalam suku temu-temuan

(Zingiberaceae). Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India

sampai Cina (Pakpahan, 2015).

Jahe sudah sangat umum dikenal oleh masyarakat karena memiliki

kegunaan dan khasiat yang banyak. Oleh karena itu penelitian tentang jahe

berkembang dengan pesat sejalan dengan kebutuhan yang semakin

meningkat. Selain dimanfaatkan sebagai bumbu makanan dan masakan

Indonesia, jahe juga dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional untuk

pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan (BPOM, 2016).

Gambar 2.1 : Jahe Merah

Jahe merah (Zingiber officinale varietas rubrum), dikenal dengan

nama lain di daerah, seperti halia udang di Aceh, dan jahe sunti di Jawa.
21

Jahe merah rimpangnya berukuran sedang atau lebih kecil dari jahe emprit,

bagian luar merah, bagian dalam jingga muda hingga merah. Jahe merah

memiliki tingkat kepedasan tertinggi dari pada jenis jahe lainnya.

Sehingga paling banyak digunakan untuk pengobatan. Dipanen antara 10-

12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning

dan batang semua mongering (TPC, 2012).

2. Kandungan Jahe Merah

Jahe merupakan tanaman obat herbal berakar rimpang yang sudah

tidak asing dikenal masyarakat untuk obat tradisional dan bumbu masak,

karena memiliki aroma yang khas dan rasanya yang hangat pedas. Tingkat

kepedasan jahe dipengaruhi senyawa utama yang terkandung didalamnya

yaitu oleoresin (gingerol, shogaol). Senyawa aktif yang terkandung antara

lain gingerol, shogaol, zingerone, 6-gingesulfonic acid, 1-

dehydrogingerdione, gingerglycolipids (A,B,C). Sedangkan minyak atsiri

jahe terdiri dari zingiberene, B-bisabolene,zingiberenol, ar-kurkumene dan

beberapa aldehid. Selain itu juga mengandung karbohidrat, mineral,

vitamin A, niacin, beberapa asam lemak dan asam amino (TPC, 2012).

Telah di identifikasi kandungan senyawa kimia dari Jahe merah

(Zingiber officinale Roscoe), yaitu gingerol, shogaol dan zingerone

diketahui mempunyai efek farmakologi seperti antioksidan,

antiinflammasi, analgesik dan antikarsinogenik (Febriani et al., 2018).


22

3. Manfaat Jahe Merah

Beberapa khasiat jahe yang telah terbukti berdasarkan Kemenkes

(2008), antara lain untuk mengatasi mual dan muntah (akibat mabuk

kendaraan, mual pagi hari pada wanita hamil), diare, perut kembung,

demam, batuk berdahak, flu, pegal linu, tidak nafsu makan, kaki

kesemutan, keracunan makanan, kolik, rematik, sakit pinggang, nyeri haid,

dan keseleo (TPC, 2012).

Sebagai bahan obat tradisional, jahe memiliki khasiat untuk

mencegah dan mengobati berbagai penyakit, seperti: impoten, batuk,

pegal-pegal, kepala pusing, rematik, sakit pinggang, masuk angin,

bronchitis, nyeri lambung, nyeri otot, vertigo, mual saat hamil,

osteoarthritis, gangguan sistem pencernaan, rasa sakit saat menstruasi,

kadar kolesterol jahat dan trigliserida darah tinggi, kanker, sakit jantung,

fungsi otak terganggu, Alzheimer, penyakit infeksi, asma, produksi air

susu ibu terganggu, gairah seksual rendah, dan stamina tubuh rendah (Redi

Aryanta, 2019).

E. Konsep Nyeri

1. Definisi nyeri

Nyeri adalah sensasi tidak nyaman akibat dari kerusakan atau

gangguan jaringan yang potensial atau actual (Dwi, 2019). Nyeri adalah

rasa tidak menyenangkan, umumnya karena adanya perlukaan dalam

tubuh, walaupun tidak sebatas itu. Nyeri dapat juga dianggap sebagai

racun dalam tubuh, karena nyeri yang terjadi akibat adanya kerusakan
23

jaringan atau saraf akan mengeluarkan berbagai mediator seperti

prostaglandin, bradikinin, serotonin, substansia P, histamin dan sitokain.

Mediator kimiawi inilah yang menyebabkan rasa tidak nyaman dan

karenanya mediator-meditor ini disebut sebagai mediator nyeri. Setiap

nyeri hebat jika tidak dikelola dengan baik akan mengubah fungsi otak

kita, sehingga jika lebih dari 3 hari berturut-turut nyeri dibiarkan tanpa

terapi, perlahanlahan proses ini akan menyebabkan gangguan tidur, tidak

dapat berkonsentrasi, depresi, cemas, dan nafsu makan menurun, bahkan

jika berlanjut akan menyebabkan penurunan fungsi imunitas. (Suwondo et

al., 2017)

2. Pengukuran nyeri

Konsep lama menyatakan bahwa proses nyeri (pain processing) hanya

bergantung pada jalur nyeri saja dan intensitas nyeri yang timbul hanya

dipengaruhi besarnya stimulus yang didapatkan. Teori gate control yang

dipopulerkan oleh Melzack dan Wall menyatakan bahwa pesepsi nyeri

tidak hanya dipengaruhi oleh aspek neurofisiologi saja, tetapi juga oleh

aspek psikologis. Paradigma modern penatalaksanaan nyeri telah berubah

dari model biomedical menjadi model biopsikososial yang didasari

pengertian bahwa mekanisme nyeri merupakan integrasi dari input

sensorik, emosional dan sistem kognitif. (Dwi, 2019)

Hal yang selalu harus diingat dalam melakukan penilaian nyeri

diantaranya adalah melakukan penilaian terhadap:

a. Intensitas nyeri
24

b. Lokasi nyeri

c. Kualitas nyeri, penyebaran dan karakter nyeri

d. Faktor-faktor yang meningkatkan dan mengurangi nyeri

e. Efek nyeri pada kehidupan sehari-hari

f. Regimen pengobatan yang sedang dan sudah diterima

g. Riwayat manajemen nyeri termasuk farmakoterapi, intervensi dan

respon terapi

h. Adanya hambatan umum dalam pelaporan nyeri dan penggunaan

analgesic (Suwondo et al., 2017)

Intensitas dan penentuan tipe nyeri sangat penting karena menyangkut

jenis pengobatan yang sesuai yang sebaiknya diberikan. Beberapa alat

ukur yang sudah umum dipakai untuk mengukur intensitas nyeri adalah

adalah Visual analogue scale (VAS) (gambar 2.1), Numerical Rating Scale

(NRS) (gambar 2.2), dan Verbal Rating Scale (VRS) (gambar 2.3)

(Suwondo et al., 2017) Tingkat nyeri setiap individu dapat diukur dengan

menggunakan skala nyeri, menurut Potter & Perri, 2005 dalam (Dwi,

2019):

a. Visual Analog Scale (VAS)

Visual Analog Scale yaitu skala nyeri yang berupa garis lurus

yang menggambarkan tingkat nyeri dan terdapat deskripsi verbal pada

ujungnya. Penggunaannya adalah dengan cara klien memilih salah satu

angka untuk mewakili tingkat nyeri klien.


25

Gambar 2.1 Visual Analog Scale (VAS)

b. Numerical Rating Scale (NRS)

Numerical Rating Scale adalah skala ukur yang digunakan dengan

meminta klien memilih angka 0 – 10 sesuai nyeri yang dirasakan.

Angka 0 berarti “no pain” atau tidak nyeri dan 10 berarti “severe pain”

atau nyeri hebat.

Gambar 2.2 Numeral Rating Scale (NRS)

c. Verbal Rating Scale (VRS)

Verbal Rating Scale adalah Alat ukur tingkat nyeri dengan

menggunakan kata sifat untuk mengungkapkan level nyeri yang

berbeda dimulai dari “no pain” (tidak nyeri) sampai “extreme

pain”(nyeri hebat).

Gambar 2.3 Verbal Rating Scale (VRS)


26

F. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah garis besar atau ringkasan dari berbagai konsep,

teori, dan literatur yang digunakan oleh peneliti. Penentuan kerangka teori

harus sesuai dengan topik/permasalahan penelitian dan tujuan dari penelitian

(Heryana, 2020). Kerangka teori pada penelitian ini digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 2.5 : Kerangka teori

Menstruasi

Gangguan Menstruasi:
1. Polymenorrhea Jenis Dysmenorrhea :
2. Oligomenorrhea 1. Primer
3. Amenorrhea 2. Sekunder
4. Dysmenorrhea
Gejala Dysminorrhea :
1. Nyeri
2. Mual & Muntah
3. Diare
Factor resiko 4. Sakit kepala
Dysmenorrhea/ Nyeri
haid : Penanganan Dismenorea :
Usia Menarche Nyeri Haid Farmakologi
Makanan siap saji paracetamol, asam
Durasi perdarahan saat mefenamat, ibuprofen
haid Nonfarmakologi
Paparan rokok istirahat, kompres hangat,
Penurunan Nyeri Haid
aromaterapi, ramuan herbal

Aromaterapi Jahe Merah

Sumber : (S.Ernawati et al., 2017) (Harzif et al., 2018)(Larasati & Alatas, 2016) (Mintarsih &
Sugihartiningsih, 2018)

Keterangan :
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
: Mempengaruhi
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2014).

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independentt dan

variabel dependent. Variabel independentt merupakan variabel yang

mempengaruhi atau variabel bebas. Sedangkan variabel dependent merupakan

variabel tidak bebas atau variabel terikat. Penelitian ini menggunakan dua

variabel, yaitu independentt dan dependent. Peneliti menempatkan

Aromaterapi Red Ginger (jahe merah) sebagai variabel Independentt dan nyeri

haid sebagai variabel dependent, maka secara tematis kerangka konsep pada

penelitian dapat digambarkan pada skema sebagai berikut.

Gambar 3.1 : Kerangka konsep

Pretest Proses Posttest

Kelompok intervensi
diberikan
aromaterapi jahe
merah
Menstruasi/ Nyeri Haid
pada Nyeri Haid
Haid berkurang
Remaja
Kelompok kontrol
tidak diberikan
aromaterapi jahe
merah

27
28

B. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Sandu Siyoto, 2015).

Variabel Definisi Oprasional Alat ukur Skala

Variabel Aromaterapi jahe merah : SOP Nominal


independent : pengobatan dengan
memberikan wangi-
Aromaterapi
wangian aromatik
Jahe merah
menggunakan diffuser
yang di nyalakan selama
±30 menit di ruangan
tertutup pada hari pertama
dan kedua haid.

Variabel Perubahan intensitas nyeri Numerical Interval


dependent : haid sebelum dan sesudah Rating Scale
di berikan aromaterapi (NRS)
Perubahan
jahe merah.
intensitas
nyeri haid

C. Hipotesis

Hipotesis (hypo = sebelum =; thesis = pernyataan, pendapat) adalah

suuatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum mengetahui

kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris.

Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan,

pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara

variabel-variabel di dalam persoalan. (Husna Asmaul, 2017).


29

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

H0 : Tidak Ada Pengaruh Pemberian Aromaterapi Red Ginger (Jahe Merah)

Terhadap Nyeri Haid Pada Remaja di Batusangkar Tahun 2021

H1 : Ada Pengaruh Pemberian Aromaterapi Red Ginger (Jahe Merah)

Terhadap Nyeri Haid Pada Remaja di Batusangkar Tahun 2021


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan dan Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen dengan

menggunakan rancangan penelitian non equivalent (pretest and posttest) group

design. Quasy Eksperimen ialah suatu rencana penelitian yang menunjukkan

hubungan sebab dan akibat dengan melibatkan kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Rancangan non equivalent (pretest and posttest) group

design merupakan rancangan design yang terdapat pretest dan posttest yang

membandingkan kelompok control dan eksperimen (Husna Asmaul, 2017).

Penelitian ini, peneliti ingin menganalisis pengaruh pemberian aromaterapi

Red Ginger (jahe merah) terhadap nyeri haid pada remaja:

Pretest Perlakuan Posttest

Kel. Eksperimen 01 X1 02

Kel Kontrol 01 X2 02

Gambar 4.1 : Non equivalent (pretest and posttest) group design

Keterangan :

01 : Pengukuran sebelum pemberian aromaterapi Red Ginger (jahe merah)

02 : Pengukuran setelah pemberian aromaterapi Red Ginger (jahe merah)

X1 : Pemberian Perlakuan

X2 : Tidak di beri perlakuan

30
31

B. Waktu dan Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan februari hingga maret 2021

yang berlokasi di Jorong Malana Ponco, Batusangkar.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan atau individu

yang karakteristiknya ingin kita ketahui (Husna Asmaul, 2017). Populasi

dalam penelitian ini adalah Remaja putri di Batusangkar usia 10-24 tahun

dan belum menikah yang mengalami nyeri pada saat haid berjumlah

berjumlah 301 Orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan

keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan kata

lain, sampel adalah himpunan bagian dari populasi (Husna Asmaul, 2017).

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non

probability sampling dengan jenis Purposive sampling yaitu Teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki

peneliti. (Sandu Siyoto, 2015)

Jumlah sampel yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah

remaja usia 10-24 tahun atau belum menikah (BKKBN) yang mengalami

nyeri haid sedang sebanyak 60 orang dengan membagi menjadi 2

kelompok masing-masing 30 kelompok kontrol dan 30 kelompok

intervensi. Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi , dimana


32

kriteria tersebut menentukan dapat tidaknya sampel digunakan (Hidayat,

2010). Kriteria inklusi dan kreteria eksklusi dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

1) Bersedia menjadi responden

2) Remaja Usia 10-24 tahun dan belum menikah di jorong Malana

Ponco, Batusangkar

3) Remaja yang mengalami nyeri haid sedang

4) Remaja yang mengalami nyeri haid setiap bulannya

5) Bersedia untuk tidak menggunakan baik terapi farmakologi

maupun non farmakologi selama penelitian berlangsung.

6) Remaja yang bersedia menjadi responden (bersedia menggunakan

Aromaterapi jahe merah sesuai ketentuan untuk kelompok

perlakuan).

b. Kriteria eksklusi

1) Terdiagnosis menderita penyakit ginekologis tertentu / dismenorea

sekunder.

2) Remaja yang tidak mengikuti prosedur penelitian secara lengkap

(mulai dari pretest, pemberian intervensi dan posttest)

3) Remaja dengan riwayat asma dan Alergi terhadap jahe merah

D. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi

perhatian suatu titik perhatian suatu penelitian atau suatu atribut dan sifat atau
33

nilai orang, faktor, perlakuan terhadap obyek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sandu Siyoto, 2015). Pada penelitian ini terdapat 2

variabel yaitu :

1. Variabel indenpendent (Bebas)

Variabel ini di sebut juga variabel penjelas, variabel penentu atau

variabel penduga (Suryana, 2010). Variabel bebas sering disebut

independent, variabel stimulus. Variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel terikat (Sandu Siyoto, 2015). Dalam penelitian ini adalah

Aromaterapi red ginger (jahe merah).

2. Variabel dependent (Terikat )

Variabel ini di sebut juga variabel akibat atau konsekuesi (Suryana,

2010). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah perubahan

intensitas nyeri haid sebelum dan sesudah di berikan aromaterapi red

ginger (jahe merah).

E. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dan informasi yang diinginkan/dibutuhkan oleh peneliti

(Husna Asmaul, 2017). Instrument yang digunakan untuk pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah lembar pengukuran intensitas nyeri menggunakan

Numeric Rating Scale (NRS). Peneliti memasukkan skala intensitas nyeri

dengan rentang skala nyeri 0-10 : 0 = Tidak nyeri, 1-3 = Nyeri ringan,4-6 =
34

Nyeri sedang,7-9 = Nyeri berat, 10 = Tak tertahankan .Responden diminta

untuk menandai salah satu titik pada garis tersebut yang dianggap mewakili

atau menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan pada saat pengukuran.

Alat ukur ini merupakan skala yang mudah untuk pendeskripsian kata dan

paling efektif untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi

terapeutik.

Sedangkan untuk aromaterapi menggunakan standar operasional prosedur

(SOP). Bahan dan langkah-langkah yang dilakukan dalam pemberian

aromaterapi antara lain :

Alat dan Bahan : 1. Diffuser 3. Air hangat

2. Bubuk Jahe Merah 4. Sendok takar

Prosedur Pelaksanaan :

Persiapan responden : Pengukuran Pretest


Jelaskan prosedur dan menggunakan skala NRS
inform consent

Siapkan alat:
1. Campurkan 5 gr jahe merah bubuk ke air
hangat dan aduk hingga tercampur
Atur posisi responden 2. Masukkan air campuran jahe merah ke
senyaman mungkin mangkuk diffuser
3. Nyalakan diffuser, tunggu sampai bau
aromaterapi menguap
4. Atur posisi diffuser dengan responden, tidak
terlalu dekat dan tidak terlalu jauh
Anjurkan
responden untuk Anjurkan menghirup uap secara
relaks perlahan melalui hidung lalu
mengeluarkannya melalui mulut dan
tetap focus selama ±30 menit

Setelah selesai rapikan alat


dan responden

Evaluasi : Posttest
35

F. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data adalah tempat data diperoleh dengan menggunakan metode

tertentu baik berupa manusia, dokumen, atau organisasi (Imas & Anggita T,

2018). Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh

peneliti dan biasa dikumpulkan menggunakan metode survei, observasi,

eksperimen ataupun dokumentasi (Husna Asmaul, 2017). Dalam penelitian ini,

peneliti melakukan pengumpulan data primer dengan melakukan survey

pendahuluan dengan cara observasi langsung pada beberapa remaja putri di

Jorong Malana Ponco Batusangkar yang dianggap masuk dalam kategori yang

telah di tetapkan.

Sedangkan data sekunder merupakan data yang tidak dikumpulkan peneliti

secara langsung melainkan diambil dari berbagai dokumen cetak ataupun

elektronik (Husna Asmaul, 2017). Dalam penelitian ini, untuk data sekunder

peneliti mengumpulkan data remaja putri usia 10-24 tahun dan belum menikah

dari dokumen sensus yang ada di kantor Jorong Malana. Dan mengambil

sampel berdasarkan kriteria yang telah di tentukan.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data

melalui tahapan :

1. Editing

Editing atau penyuntingan data adalah tahapan dimana data yang

sudah dikumpulkan dari hasil pengisian kuesioner disunting kelengkapan


36

jawabannya. Jika pada tahapan penyuntingan ternyata ditemukan

ketidaklengkapan dalam pengisian jawaban, maka harus melakukan

pengumpulan data ulang.

2. Coding

Coding adalah membuat lembaran kode yang terdiri dari tabel dibuat

sesuai dengan data yang diambil dari alat ukur yang digunakan.

3. Data Entry

Data entry adalah mengisi kolom dengan kode sesuai dengan jawaban

masing-masing pertanyaan.

4. Tabulasi Data

Tabulasi data adalah membuat penyajian data, sesuai dengan tujuan

penelitian.

5. Processing

Processing adalah proses setelah semua kuesioner terisi penuh dan

benar serta telah dikode jawaban responden pada kuesioner ke dalam

aplikasi pengolahan data di komputer.

6. Cleaning Data

Cleaning data adalah pengecekan kembali data yang sudah dientri

apakah sudah betul atau ada kesalahan pada saat memasukan data.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap

variabel dari hasil penelitian, dan pada umumnya dalam analisis ini hanya
37

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel tanpa membuat

kesimpulan yang berlaku secara umum. Analisis univariat dalam

penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan distribusi dan presentasi

dari variabel sebelum diberikan aromaterapi jahe merah dan sesudah

diberikan aromaterapi jahe merah.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi yang dapat dilakukan

dengan pengujian stastistik. Analisi bivariat dalam penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis pengaruh pemberian aromaterapi jahe merah terhadap

penurunan nyeri haid pada remaja.

Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan sebelum dan

sesudah perlakuan menggunakan uji Wilcoxon. Data disajikan dalam

bentuk tabel.
38

I. Kerangka Kerja Penelitian

Populasi : Seluruh Remaja Putri Usia 10-24 tahun di Jorong Malana Ponco
Batusangkar sebanyak 301 orang

Sampel :
Remaja yang mengalami dismenorea sedang dan masuk kriteria sebanyak 20 orang

Teknik Sampling : Purposive sampling

Design penelitian :
Quasy Eksperiment non equivalent (pretest and posttest) group design

Data awal : Data akhir :


Nyeri Dismenorea Aromaterapi Jahe Nyeri Dismenorea
sebelum di berikan Merah setelah di berikan
Aromaterapi aromaterapi

Pengolahan Data : Editing, Coding, Data Entry, Tabulasi Data,


Processing, Cleaning Data

Analisa Data : Wilcoxon dengan α=0,05

Penyajian Data

Kesimpulan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

AROMATERAPI

Pengertian Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau

sari tumbuhan untuk membantu membantu mengurangi

kecemasan, stress, ketakutan, mual, muntah dan rasa nyeri.

Tujuan : 1. Untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,

membangkitkan semangat, menyegarkan serta

menenangkan jiwa dan raga.

2. Untuk mengurangi kecemasan, stress, ketakutan, mual,

muntah dan rasa nyeri.

Alat dan Bahan : 1. Diffuser 3. Air Hangat

2. Bubuk Jahe Merah 4. Sendok takar

Persiapan Reseponden : Responden di beri penjelasan dan inform consent

Prosedur : 1. Melakukan pengukuran skala nyeri menggunakan lembar

observasi nyeri NRS (skala nyeri 1 sampai dengan 10).

2. Meminta responden memilih skala intensitas nyeri sesuai

dengan apa yang mereka rasakan pada saat penelitian, mulai

dari skala 1 sampai dengan 10.

3. Campurkan 5 gr jahe merah bubuk ke air hangat dan aduk

hingga tercampur

4. Masukkan air campuran jahe merah ke mangkuk diffuser

5. Nyalakan diffuser tunggu sampai air menguap dan bau

aromaterapi menguap
6. Atur posisi responden senyaman mungkin

7. Dekatkan diffuser yang telah disiapkan tadi ke responden.

Atur jarak tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh

8. Anjurkan responden untuk relaks

9. Anjurkan responden menarik nafas melalui hidung lalu

menghirup uap aromaterapi secara perlahan

10. Lalu, keluarkan nafas secara perlahan dengan mulut seperti

bersiul.

11. Anjurkan responden untuk tetap fokus pada pernafasannya

dan bau dari aromaterapi yang sedang dinyalakan selama

±30 menit.

12. Setelah selesai rapikan alat

13. Rapikan responden

14. Evaluasi :

a. Perasaan responden setelah dilakukan intervensi


DAFTAR PUSTAKA

Andriani. (2017). Pengaruh Pemberian Jahe Merah Terhadap Perubahan Nyeri


Dismenorea. Urecol Proceeding, February, 758–766.
Awaliah Nur, R. A. (2018). STUDI PEMBERIAN MINUMAN REMPAH JAHE
MERAH ( Zingiber Officinale VAR Rubrum Rhizoma) DAN KUNYIT
(Curcuma Domestica VAL) TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI
DISMEORE. Mulawarman Pharmaceuticals Conferences, 51(1), 51.
Awed, H., El-saidy, T., & Amro, T. (2013). The Use of Fresh Ginger Herbs As A
Home Remedy To Relieve Primary Dysmenorrhea. Journal of Research in
Nursing and Midwifery, 2(8), 104–113.

Azagew, A. W., Kassie, D. G., & Walle, T. A. (2020). Prevalence of primary


dysmenorrhea, its intensity, impact and associated factors among female
students’ at Gondar town preparatory school, Northwest Ethiopia. BMC
Women’s Health, 20(1), 1–7. https://doi.org/10.1186/s12905-019-0873-4

BPOM. (2016). JAHE Zingiber officinale Roscoe. BPOM.


Devia, K., Guite, R. I., & Syafrullah, H. (2020). The Effect of Red Ginger Release
Consumption (Zingiber officinale var.Rubrum) Against Primary
Dysmenorrhea In Adolescent High School. Stikes Dharma Husada Bandung,
1(2), 273–284.

Faridah, Rustam, Y., & Rahma, N. (2019). Efektivitas Aromaterapi Minyak Atsiri
Daun Jeruk Purut Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid Remaja Putri.
Jurnal Ilmu Kesehatan, 4(1), 1–8.

Fernández-Martínez, E., Onieva-Zafra, M. D., & Laura Parra-Fernández, M.


(2018). Lifestyle and prevalence of dysmenorrhea among Spanish female
university students. PLoS ONE, 13(8), 1–11.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0201894

Fitri, H. N., & Ariesthi, K. D. (2020). Pengaruh Dismenorea Terhadap Aktivitas


Belajar Mahasiswi Di Program Studi DIII Kebidanan. CHMK MIDWIFERY
SCIENTIFIC JOURNAL, 3(April), 159–164.
Gustin, T. (2019). Rebusan Buah Asam dan Jahe Sebagai Upaya Mengurangi
Dismenorea. Faletehan Health Journal, 6(1), 11–15

Gustini, L., Lipoeto, N. I., & Utama, B. I. (2017). Hubungan Massa Lemak
dengan Dismenore Primer pada Remaja Putri di Stikes Ceria Buana
Bukittinggi. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(1), 32.
https://doi.org/10.25077/jka.v6i1.640

Harzif, A. K., Silvia, M., & Wiweko, B. (2018). Fakta-Fakta Mengenai


Menstruasi pada Remaja. MEDICAL RESEARCH UNIT.
Kusumaryani, M. (2017). Brief notes : Prioritaskan kesehatan reproduksi remaja
untuk menikmati bonus demografi. Lembaga Demografi FEB UI, 1–6.
http://ldfebui.org/wp-content/uploads/2017/08/BN-06-2017.pdf

Mariza, A., & Sunarsih, S. (2019). Manfaat Minuman Jahe Merah Dalam
Mengurangi Dismenorea Primer. Jurnal Kebidanan Malahayati, 5(1), 39–42.
Mintarsih, S., & Sugihartiningsih. (2018). Kompres Jahe Berkhasiat Untuk
Menurunkan Nyeri Haid Primer. Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta,
142–147.
Mujtahidatul, S. (2018). PENGARUH TEKNIK EFFLEURAGE KOMBINASI
OLIVE OIL JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP DYSMENORHEA
PADA REMAJA PUTRI. Ners Community, 09(2), 2018

Paramitha, F. A. (2018). PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN TERAPI


MUSIK KLASIK (MOZART) TEHADAP TINGKAT NYERI HAID
(DISMENORHE) PADA REMAJA PUTRI. Menara Ilmu, XII(4), 85–93.

Pratiwi, L. A., Mutiara, H., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2017). Pengaruh
Jahe terhadap Nyeri saat Menstruasi The Effect of Ginger in Menstrual
Pain. 6, 51–54.
Rahayu, A., Noor, meitria syahadatinna, Yulidasari, F., Rahman, F., & Putri,
andini octaviana. (2017). Kesehatan Reproduksi Remaja & Lansia.
Airlangga University Press.

Rompas, S., & Gannika, L. (2019). Pengaruh Aromaterapi Lemon (Citrus)


Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi Pada Mahasiswi Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
Jurnal Keperawatan, 7(1).

Suwondo, Suryono, B., Meliala, L., & Sudadi. (2017). Buku Ajar Nyeri 2017 (B.
S. Suwondo, L. Meliala, & Sudadi (eds.)). Indonesia Pain Society.
S.Ernawati, S.Nonon, & Suptihatin. (2017). Managemen Kesehatan Menstruasi.
Global One.
TPC, T. (2012). Tanaman Obat Herbal Berakar Rimpang. In Southeast Asian
Food And Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center,
Research and Community Service Institution, Bogor Agricultural University.
TPC Project.
Utari, M. D. (2017). Pengaruh Pemberian Ramuan Jahe Terhadap Nyeri Haid
Mahasiswi Stikes Pmc Tahun 2015. Jurnal Ipteks Terapan, 11(3), 257.

You might also like