You are on page 1of 11

Nama Anggota :

1. Mega Noviana (5160911055)


2. Nur.A.Wahyuningtyas (5160911056)
3. Soraya (5160911066)
4. Ratu Mawar Kartika (5160911182)

A. Latar Belakang SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja)


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan wujud dari kewajiban
sebuah perusahaan untuk melindungi pekerja berdasarkan amanah undang-undang (UU). UU No.
1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja serta UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
menjelaskan bahwa setiap perusahaan memiliki kewajiban untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan kerja karyawannya. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan
SMK3 menjelaskan bahwa setiap perusahaan yang memiliki 100 pekerja atau lebih atau yang
dalam kerjanya mengandung resiko bahaya berupa kecelakaan kerja, ledakan, kebakaran, dan
pencemaran serta penyakit akibat kerja diwajibkan menerapkan SMK3 (Ramli, 2013).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh DuPont Company pada tahun 2000, kecelakaan kerja
didominasi oleh unsafe behaviour dan hanya 4% yang disebabkan oleh unsafe condition
(Affandy, 2014). Di sisi lain, penerapan SMK3 semata-mata merupakan pendekatan
organisasional dan manajerial untuk menciptakan budaya keselamatan dalam perusahaan
(Cooper, 2001). Hal ini ditegaskan oleh Bosak et al. (2013) bahwa peraturan-peraturan K3 pada
perusahaan dapat menjadi beban tambahan bagi pekerja selain beban target produksi yang harus
dipenuhi. Untuk itu, diperlukan pendekatan lain yang lebih berfokus pada bagaimana
“memenangkan” hati dan pikiran pekerja untuk bekerja dengan sehat dan selamat agar tidak
terjadi human error pencetus kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja tanpa menjadi beban
tambahan. Pendekatan ini dikenal dengan safety climate atau iklim keselamatan kerja.
Sehubungan dengan produktivitas kerja, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan
bahwa telah terjadi kehilangan 71 juta jam-orangkerja serta kerugian laba sebesar 340 milyar
rupiah pada tahun 2012 akibat kecelakaan kerja (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2014). Jika saja faktor human error dapat ditekan dengan iklim keselamatan kerja yang baik,
maka kerugian yang muncul akibat kecelakaan tersebut dapat diminimalisir. Akhirnya, tujuan
penerapan SMK3 yang paling akhir yaitu terciptanya produktivitas kerja yang tinggi dapat
tercapai.
Beberapa penelitian terdahulu telah menginvestigasi hubungan antara penerapan SMK3 dengan
produktivitas kerja di berbagai negara, seperti pada penelitian di Ghana yang dilakukan oleh
Adjotor (2013) yang membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan
SMK3 dengan produktivitas kerja di beberapa perusahaan di berbagai sektor industri di Ghana.
Selain itu, penelitian di Zimbabwe oleh Katsuro et al. (2010) membuktikan bahwa masalah-
masalah yang berkaitan dengan K3 di industri makanan menurunkan produktivitas kerja
karyawan. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Djunaidi dan Abidin (2015)
membuktikan bahwa kecelakaan kerja memberikan kontribusi pengaruh yang signifikan dalam
penurunan produktivitas sebesar 67,2%. Di sisi lain, belum banyak penelitian di Indonesia yang
membuktikan bagaimana hubungan antara SMK3, iklim keselamatan kerja, dan produktivitas
kerja karyawan pada perusahaan. ( sumber :
http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/106705/potongan/S2-2016-371497-
introduction.pdf )
B. Pengertian SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja)
1. Pengertian Sistem
Sistem merupakan seperangkat unsur yang secara teratur dan saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas (KBBI,1990)
2. Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai
sasaran.(KBBI,1990)
Manajemen merupakan suatu proses dengan proses dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu
diselenggarakan dan diawasi.(Ensiklopedia Ilmu Sosial)
Manajemen merupakan fungsi,posisi sosial,kedudukan bagi mereka yang
memepelajari,sebuah lapangan pembelajaran dan profesional.(Industrial Safety Management
and Technology, A.Colling David)
3. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu kondisi-kondisi atau faktor-faktor
yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan karyawan atau
pekerja lainnya (termasuk pekerja sementara dan kontraktor),tamu,atau orang lain di tempat
kerja. (OHSAS 18001,2007)
4. Pengertian Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan bagian dari Sistem
Manajemen Organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan
K3 dan mengelola risiko. (OHSAS 18001,2007)

C. Tujuan SMK3

Tujuan SMK3 adalah untuk menciptakan suatu sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen,tenaga kerja,kondisi dan lingkungan kerja yang berintegrasi dalam rangka
mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja,menciptakan tempat kerja yang
aman terhadap kebakaran,peledakan dan kerusakan yang pada akhirnya akan melindungi
investasi yang ada serta membuat tempat kerja yang sehat. (Makalah sesi ke-4 FKM UI,2007)

D. Alasan dan Manfaat Penerapan SMK3

Sesuai Pasal 3 Permenaker 05/MEN/1996, perusahaan yang mempekerjakan


minimal 100 tenaga kerja dan atau ada potensi bahaya ledakan, kebakaran, pencemaran
dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan SMK3 . Alasan dari penerapan SMK3 di
tempat kerja karena SMK3 bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar, atau
dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan
tempat kerja yang aman bagi pekerjanya.
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja,beberapa diantaranya adalah:
i. Melindungi Pekerja.
Tujuan utama penerapan SMK3 adalah untuk melindungi pekerja dari segala
bentuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Bagaimanapun pekerja adalah asset
perusahaan yang paling penting. Dengan menerapkan K3 angka kecelakaan dapat
dikurangi atau ditiadakan sama sekali,hal ini juga akan menguntungkan bagi
perusahaan,karena pekerja yang merasa aman dari ancaman kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja akan bekerja lebih bersemangat dan produktif.
ii. Patuh Terhadap Peraturan dan Undang-Undang.
Perusahaan-perusahaan yang mematuhi peraturan atau perundang-undangan yang
berlaku pada umumnya terlihat lebih sehat dan exist. Karena bagaimanapun peraturan
atau perundang-undangan yang dibuat bertujuan untuk kebaikan semua pihak.
Dengan mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku maka perusahaan
akan lebih tertib dan hal ini dapat meningkatkan citra baik perusahaan itu sendiri.
Berapa banyak perusahaan yang melakukan pembangkangan terhadap peraturan yang
berlaku mengalami kebangkrutan atau kerugian karena mengalami banyak
permasalahan baik dengan karyawan,pemerintah dan lingkungan setempat.
iii. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan.
Penerapan SMK3 secara baik akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan.
Betapa banyak pelanggan yang mensyaratkan para pemasok atau supplier mereka
untuk menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001. Karena penerapan SMK3 akan dapat
menjamin proses yang aman,tertib dan bersih sehingga bisa meningkatkan kualitas
dan mengurangi produk cacat. Para pekerja akan bekerja secara lebih baik,karena
mereka terlindungi dengan baik sehingga bisa lebih produktif. Kecelakaan dapat
dihindari sehingga bisa menjamin perusahaan beroperasi secara penuh dan normal
untuk menjamin kontinuitas supplai kepada pelanggan. Tidak jarang pelanggan
melakukan audit K3 kepada para pemasok mereka untuk memastikan bahwa pekerja
terlindungi dengan baik dan proses produksi dilakukan secara aman. Tujuan mereka
tidak lain adalah untuk memastikan bahwa mereka sedang berbisnis dengan
perusahaan yang bisa menjamin kontinuitas supplai bahan baku mereka. Disamping
itu dengan memiliki sertifikat SMK3 atau OHSAS 18001 akan dapat meningkatkan
citra perusahaan sehingga pelanggan semakin percaya terhadap perusahaan tersebut.
iv. Membuat Sistem Manajemen Yang Efektif.
Dengan menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001 maka sistem manajemen
keselamatan akan tertata dengan baik dan efektif. Karena didalam SMK3 ataupun
OHSAS 18001 dipersyaratkan adanya prosedur yang terdokumentasi,sehingga segala
aktivitas dan kegiatan yang dilakukan akan terorganisir,terarah,berada dalam koridor
yang teratur dan dilakukan secara konsisten. Rekaman-rekaman sebagai bukti
penerapan sistem disimpan untuk memudahkan pembuktian identifikasi akar masalah
ketidaksesuaian. Sehingga analisis atau identifikasi ketidaksesuaian tidak berlarut-
larut dan melebar menjadi tidak terarah,yang pada akhirnya memberikan rekomendasi
yang tidak tepat atau tidak menyelesaikan masalah. Dalam sistem ini juga
dipersyaratkan untuk dilakukan perencanaan,pengendalian,tinjau ulang,umpan
balik,perbaikan dan pencegahan. Semua itu merupakan bentuk sistem manajemen
yang efektif. Sistem ini juga meminta komitmen manajemen dan partisipasi dari
semua karyawan,sehingga totalitas keterlibatan line manajemen dengan pekerja
sangat dituntut dalam menjalankan semua program yang berkaitan dengan K3.
Keterlibatan secara totalitas ini akan memberikan lebih banyak peluang untuk
melakukan peningkatan atau perbaikkan yang lebih efektif bagi perusahaan.
Selain itu ada pula manfaat secara langsung dan tidak langsung dari penerapan SMK3
bagi industri kita antara lain:
Manfaat Langsung :
1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa
aman dalam bekerja.
Manfaat tidak langsung :
1. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
2. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
3. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat
semakin lama.

E. Dasar Hukum SMK3

1. UU No.1 Tahun 2007

- Pasal 1 Ayat 1

- Pasal 2 Ayat 1

- Pasal 2 Ayat 2 p

- Pasal 3 Ayat 1
- Pasal 9

- Pasal 14

- Pasal 15

2. Permenaker No.5 Men 1996

a. (BAB.III Penerapan SMK3)

- Pasal 3

1.) Setiap perusahaan yang memperkerjakan karyawan diatas seratus orang atau lebih dan
atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan
produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti
peledakan,kebakaran,pencemaran,dan penykit akibat kerja wajib menerapkan SMK3.

2) Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 wajib dilaksanakan oleh


pengurus,pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai suatu kesatuan.

- Pasal 4

1.) Dalam penerapan Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal


3,perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a) Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen


terhadap penerapan Sistem Manajemen K3

b) Merencanakn pemenuhan kebijakan,tujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan


kesehatan kerja.

c) Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan


mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk
mencapai kebijakan,tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja

d) Mengukur,memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja


serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan
e) Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3
secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja

2.) Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud oleh ayat 1


sebagaimana tercantum dalam lampiran 1 peraturan menteri ini.

b. BAB IV (AUDIT SMK3) pasal 5

1.) Untuk pembuktian penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pasal 4 perusahaan dapat
melakukan audit melalui badan audit yang ditunjuk oleh menteri

2.) Audit Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 meliputi unsur-unsur
sebagai berikut :

a.) Pembangunan dan pemeliharaan komitmen

b.) Strategi pendokumentasian

c.) Peninjauan ulang desain dan kontrak

d.) Pengendalian dokumen

e.) Pembelian

f.) Keamanan bekerja berdasarkan sistem manajemen K3

g.) Standar Pemantauan

h.) Pelaporan dan perbaikan kekurangan

i.) Pengelolaan material dan perpindahannya

j.) Pengumpulan dan penggunaan data

k.) Pemeriksaan sistem manajemen

l.) Pengembangan keterampilan dan kemampuan

3.) Penambahan atau perubahan sesuai perkembangan unsur-unsur sebagaimana dimaksud


dalam Ayat 2 diatur oleh Menteri
4.) Pedoman teknis audit sistem manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam Ayat 2
sebagaimana tercantum dalam lampiran II peraturan menteri ini.

F. Kebijakan SMK3
a.) Cocok secara alami dan skala risiko organisasi K3
b.) Termasuk komitmen untuk mencegah injury dan penyakit akibat kerja dan pengembangan
berlanjut dalam SMK3 dan kinerja K3
c.) Termasuk komitmen untuk mematuhi peraturan-peraturan yang berhubungan dengan bahaya
K3
d.) Melengkapi sistem kerja untuk mengatur mereview tujuan K3
e.) Didokumentasikan,diimplementasikan dan dipelihara
f.) Dikomunikasikan kepada seluruh pekerja agar mereka memahami kewajiban mereka dalam
bidang K3
g.) Disediakan untuk pihak yang berkepentingan
h.) Direview secara periodik untuk meyakinkan bahwa K3 sangat relevan dan cocok pada
organisasi

G. Kasus SMK3

PEKERJA PERTAMINA TEWAS TERSEMBUR AIR PANAS


SAAT LAS PIPA (23 September 2013)
Kecelakaan ini dialami oleh Benget seorang ahli pipa (Welder) pada saat mengelas pipa di
lingkungan kilang minyak Putri Tujuh, Dumai, Riau. Saat itu Benget sedang mengelas pipa pada
ketinggian 4 meter dengan badan terikat tali penyelamat. Namun secara tiba-tiba, pipa
menyemburkan air panas bersuhu 140oC dan mengenai sekujur tubuh korban yang sedang
bekerja dan tidak bisa melepaskan diri karena sedang terikat tali. Diduga terjadi penyumbatan
pada pipa yang sedang di las sehingga air panas di dalamnya menyembur ke luar dan mengenai
korban (Fadillah 2013). Pada saat itu korban terbakar seluruh tubuhnya kecuali bagian kepala
karena korban sedang memakai helm pelindung.
Hasil Analisis:
Penyebab:
- Penerapan GMP dan SSOP yang kurang baik dalam melakukan pengelasan pipa. Hal ini
ditandai dari tidak adanya pengecekan kondisi pipa yang akan dilas dan seragam korban
yang hanya menggunakan helm pelindung, padahal sudah diketahui bahwa pipa yang akan
dilas mengandung air panas dengan suhu 140oC.
- Kurangnya kesadaran pekerja terhadap keselamatan mereka dan potensi-potensi bahaya
yang dapat terjadi.
Jenis Bahaya:
Kecelakaan ini disebabkan oleh bahaya kimia dari suhu air yang sangat tinggi (140 oC) yang
menyebabkan rusaknya sel-sel, jaringan dan organ dari korban.
Kerugian yang ditimbulkan:
- Keluarga korban: Kecelakaan ini menimbulkan kerugian bagi keluarga korban mengetahui
korban merupakan kepala keluarga dan tulang punggung dalam keluarganya. Selain itu,
korban juga masih memiliki 3 anak dan 1 istri yang harus beliau nafkahi.
- Perusahaan: Kecelakaan ini menyebabkan adanya kerugian ekonomi bagi perusahaan
karena harus mengeluarkan biaya penanganan dan pengobatan korban di rumah sakit.
KECELAKAAN KERJA DI MANHATTAN SQUARE JAKARTA SELATAN (12
Februari 2013)
Kronologis Kecelakaan
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber berita, pada Selasa, 12 Februari 2013 sekitar pukul
10.00 WIB beberapa pekerja bertugas membuat empat lubang untuk pembuangan limbah pada
Basemene Lantai II Proyek The Manhattan Square di Jalan TB Simatupang, Kavling IS,
Cilandak Timur, Jakarta Selatan. Dalam satu lubang terdapat empat petugas yang mengerjakan
tugas tersebut yaitu dua orang petugas utama (berada dibawah) dan petugas madya (berada
diatas). Beberapa saat, pembuatan lubang tersebut hampir selesai, tinggal finishing yaitu
mencopot kerangka besi dan papan bekas cor untuk dicat. Pada lubang keempat sesuai Standar
Operasional Prosedur terdapat dua pekerja yang berada di atas dan dua pekerja yang berada
dibawah. Namun beberapa saar kemudian, dari lubang tersebut terdengar dua pekerja (pekerja 1
dan 2) yang berada di dalam lubang meminta tolong. Sehingga dua pekerja yang ada di atas
(pekerja 3 dan 4) turun ke lubang untuk menolong kedua pekerja yang ada di dalam lubang.
Kemudian dua pekerja yang menolong pun ikut meminta tolong karena kesulitan bernafas.
Seorang pekerja (pekerja 5) pada lubang lain mendengar teriakan tersebut,lalu berusaha
membantu keempat rekannya tersebut. Pekerja tersebut dibantu oleh seorang pekerja lainnya
(pekerja 6) dan satu petugas K3. Petugas K3, pekerja 5 dan dibantu satu pekerja lain (pekerja 7)
turun ke bawah, sedangkan petugas 6 tetap berjaga di atas. Kemudian mereka meminta tolong
lagi dan pingsan. Sehingga barulah dua orang petugas dari PT. Waskita turut membantu
menolong menggunakan masker oksigen dan blower. Mereka berhasil mengevakuasi tiga orang.
Petugas dari PT Waskita yang menolong mengaku lemas. Kemudian mereka digantikan petugas
lain dan mengevakuasi empat pekerja lainnya. Korban yang berhasil dievakuasi ada tujuh orang.
Lima orang meninggal dunia, dan dua orang pekerja lainnya kritis.
 Analisis Kasus
Diprediksi bahwa kasus kecelakaan kerja ini merupakan jenis kasus keracunan gas. Beberapa
gejala menunjukkan adanya indikasi terjadinya keracunan gas yaitu pekerja mengalami lemas
pada badan, susah bernafas hingga akhirnya tidak sadarkan diri. Selain itu dugaan ini diperkuat
dengan karaakteristik dari kondisi lingkungan kerja yaitu berupa Confined Space. Salah satu
risiko terbesar dalam tempat kerja Confined Space adalah keracunan gas.
Pada kasus ini kontak dengan gas beracun merupakan hal yang pasti terjadi. Dari kondisi ini
dapat dijabarkan beberapa fakta. Diantaranya terjadinya release gas yang berbahaya sehingga
mengakibatkan kesulitas pekerja dalam bernafas, pekerja tidak dilengkapi dengan Gas Detektor
dan kemampuan menggunakannya, identifikasi yang dilakukan tidak sesuai, dan lainnya.
Terdapat dua kategori penilaian yaitu Substandard Act dan Substandar Condition. Pada
Substandad Act kasus ini,setidaknya terdapat dua poin utama yaitu Kegagalan dalam
mengamankan kondisi kerja dan pekerja itu sendiri serta Kegagalan pekerja dalam menggunakan
APD. Failure to secure dalam hal ini korban tidak terlindungi dari risiko keterpaparan gas
berbahaya. Failure to use PPE Properly artinya korban tidak menggunakan APD dengan benar.
Dalam berita tidak disebutkan apakah pekerja menggunakan APD berupa alat bantu pernapasan
atau tidak, hanya disebutkan bahwa pihak proyek telah menyedian satu blower untuk setiap
lubang.
Terdapat Basic Cause (Penyebab dasar) yaitu berisi Personal Factor dan Job Factor. Personal
Factor diantaranya adalah Poor of Knowladge dan Lack of coaching. Poor of Knowladge artinya
pekerja dan petugas belum memiliki pengetahuan yang cukup dalam menjalankan tugas di
kondisi kerja Confined Space. Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan No.Kep/113/DJPPK/IX/2006 sudah diatur mengenai siapa saja yang
dibolehkan untuk bekerja di ruang terbatas (Confined Space) bahkan ada kriteria-kriteria tertentu
yang harus dipenuhi untuk bekerja di Confined space.
Selain itu dalam berita tersebut disebutkan bahwa ada satu Petugas K3 yang menjadi korban. Ini
menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia khususnya Petugas K3 tidak mengetahui standar
pertolongan pertama dalam sebuah kecelakan. Terkadang petugas K3 di Perusahaan tidak
berlatar belakang kompetensi yang sesuai sehingga kompetensi yang didapat hanya saat
pelatihan K3 Umum atau K3 spesialisasi yang kurang lebih kurang dari seminggu. Korban yang
harusnya bisa ditekan jumlahnya menjadi semakin banyak.
Job factor meliputi Lack of supervisory dan Lack of risk Identification. Jelas bahwa ada kelalaian
dalam menegakkan budaya K3 di lingkungan kerja. Selain itu petugas K3 yang salah satu
fungsinya adalah melakukan identifikasi bahaya melakukan kelalaian dengan tidak mendeteksi
keberadaan gas berbahaya sehingga upaya pengendalian yang dilakukan tidak tepat. Tindakan
yang dapat dilakukan untuk mensukseskan Loss Control Program adalah melengkapi pekerja
dengan Gas Detector, Blower yang sesuai dan Harness. Namun selain itu, hal yang paling
penting dilakukan adalah revitalisasi K3 pada pekerja proyek tersebut dan membekali pekerja
dengan pengetahuan yang cukup mengenai K3 sehingga dapat meningkatkan tindakan aman
dalam bekerja. Baik pekerja maupun petugas K3 harus memenuhi kualifikasi dalam bekerja.

You might also like