You are on page 1of 21

MAKALAH

SKENARIO I: Osteogenesis Imperfecta


BLOK I: Intro to Human Biology from Molecular to Cell

Dosen Pengampu: dr. Suandi, M. Biomed

Disusun oleh: Kelompok I


Salsabila Razmi Harahap (223308010003)
Niki Yuchinda (223308010004)
Dalilah Fadia Putri (223308010005)
Yinka Mutiara Annisa (223308010006)
Devayani br. Ginting (223308010007)
Vonny Maria (223308010008)
Winda Surta Simbolon (223308010009)
Azka Tsalasuna Ramadhani (223308010010)
Tengku Annisa Sabila Putri (223308010011)
Wulan Sahara Bengi (223308010012)

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Prima Indonesia
Medan
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, kami dari kelompok I Tutorial mengucapkan kepada


Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah Skenario Pertama yang diberikan
dosen kepada kami.
Makalah ini disusun berdasarkan kepada Tutorial/ Skenario yang dibahas
di grup bersama dengan dosen yang mengampu tentang kasus “Osteogenesis
Imperfecta” dengan tujuan agar mahasiswa mengenal tentang permasalahan kasus
tersebut.
Di awal perkuliahan ini, kami masih dalam tahap pengenalan akan mata
kuliah, jadi kesempurnaan dari isi makalah serta pembahasan, masih sangat jauh
dari sempurna. Kami dari kelompok I mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kami dapat memberikan makalah yang lebih baik lagi.
Demikianlah yang dapat kami hanturkan di dalam kata pengantar ini,
semoga pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi kita semua di dalam menunjang
perkuliahan kita di ilmu Kedokteran Gigi.

Medan, 2022

ii
DAFTAR ISI

BAB I ................................................................................................................................... 2
I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 2
1.1. Latar Belakang..................................................................................................... 2
1.1.1. Tentang permasalahan anatomi gigi dan mulut ........................................... 2
1.1.2. Tentang permasalahan anatomi tubuh manusia ........................................... 2
1.1.3. Tentang permasalahan genetika................................................................... 2
1.1.4. Tentang permasalahan etiopatogenesis........................................................ 2
1.2. Klarifikasi Istilah ................................................................................................. 2
1.1.5. Gigi 11 artinya gigi depan (gigi seri) atas bagian kanan (Upper Right
Central Incisor). ........................................................................................................... 2
1.1.6. Gigi 21 artinya gigi depan (gigi seri) atas bagian kiri (Upper Left Central
Incisor). 2
1.1.7. Fraktur tibia yaitu patah tulang yang terjadi pada tulang kering. ................ 2
1.1.8. Humerus yaitu tulang lengan bagian atas. ................................................... 2
1.1.9. Mandibula adalah tulang rahang bawah yang merupakan tulang paling
besar dan paling kuat pada daerah wajah. ................................................................... 2
1.3. Rumusan Masalah................................................................................................ 3
1.1.10. Apa penyebab terjadinya gigi 11 tanggal pada usia 19 tahun hanya karena
makan peyek? .............................................................................................................. 3
1.1.11. Apa yang menyebabkan gigi 21 tanggal 2 tahun yang lalu karena makan
buah Apel? ................................................................................................................... 3
1.1.12. Apa penyebab gigi berwarna kekuningan dan transparan? ......................... 3
1.1.13. Apa penyebab pasien sering mengalami sariawan dan bau mulut? ............. 3
1.1.14. Apa yang menyebabkan pasien mengalami fraktur tibia dan humerus pada
waktu umur 12 tahun? ................................................................................................. 3
1.1.15. Mengapa pada Skelera pasien berwarna biru atau keruh? ........................... 3
1.4. Kerangka Konsep................................................................................................. 4
1.5. Learning Issues .................................................................................................... 5
1.6. Learning Objective .............................................................................................. 6
1.1.16. Menjelaskan mekanisme terjadinya sariawan dan bau mulut pada pasien
diatas 6
1.1.17. Menjelaskan hasil pemeriksaan antropometri pada pasien dan penyebab
pasien memiliki postur atau perawakan pendek .......................................................... 6
1.1.18. Mejelaskan diagnosa kerja dan diagnosa banding pada pasien diatas ......... 6
1.1.19. Menjelaskan etiopatogenesis dari pasien diatas .......................................... 6
1.1.20. Menjelaskan penatalaksanaan dari pasien diatas ......................................... 6

iii
BAB II ................................................................................................................................. 7
II. PEMBAHASAN .......................................................................................................... 7
BAB III .............................................................................................................................. 15
III. KESIMPULAN ..................................................................................................... 15
IV. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 17

iv
BAB I

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Blok I yang berjudul Intro to Human Biology from Molecule to Cell
merupakan blok pertama di semester awal program Pendidikan Kedokteran
Gigi Universitas Prima Indonesia.
Blok I ini dilaksanakan Tutorial dan Pleno Pakar agar mahasiswa
dapat mengerti pembelajaran tentang Biologi Molekul dan Sel, maka dari itu,
diberikan sebuah kasus scenario untuk didiskusikan oleh sesama mahasiswa
bersama dengan dosen pengampu.
Skenario ini berisi tentang masalah seorang wanita berumur 19 tahun
yang datang ke RS Gigi dan Mulut Royal Prima dengan keluhan gigi tanggal
akibat makan peyek kacang tadi pagi.
Tujuan dari pembelajaran ini adalah agar mahasiswa dapat mengerti:

1.1.1. Tentang permasalahan anatomi gigi dan mulut

1.1.2. Tentang permasalahan anatomi tubuh manusia

1.1.3. Tentang permasalahan genetika

1.1.4. Tentang permasalahan etiopatogenesis

1.2. Klarifikasi Istilah


Kasus Osteogenesis Imperfecta yang dibahas di atas memiliki
beberapa istilah kedokteran, yaitu:

1.1.5. Gigi 11 artinya gigi depan (gigi seri) atas bagian kanan (Upper Right
Central Incisor).

1.1.6. Gigi 21 artinya gigi depan (gigi seri) atas bagian kiri (Upper Left Central
Incisor).

2
1.1.7. Fraktur tibia yaitu patah tulang yang terjadi pada tulang kering.

1.1.8. Humerus yaitu tulang lengan bagian atas.

1.1.9. Mandibula adalah tulang rahang bawah yang merupakan tulang paling
besar dan paling kuat pada daerah wajah.

2
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan kepada kasus Skenario yang dijelaskan di latar
belakang, maka dapat diambil kesimpulan terhadap rumusan masalahnya.

1.1.10. Apa penyebab terjadinya gigi 11 tanggal pada usia 19 tahun hanya karena
makan peyek?

1.1.11. Apa yang menyebabkan gigi 21 tanggal 2 tahun yang lalu karena makan
buah Apel?

1.1.12. Apa penyebab gigi berwarna kekuningan dan transparan?

1.1.13. Apa penyebab pasien sering mengalami sariawan dan bau mulut?

1.1.14. Apa yang menyebabkan pasien mengalami fraktur tibia dan humerus pada
waktu umur 12 tahun?

1.1.15. Mengapa pada Skelera pasien berwarna biru atau keruh?

1.1. Analisa Masalah


Sebelum menganalisa masalah di atas, dapat ditarik beberapa hipotesa
yang menjelaskan penyakit yang dialami pasien, yaitu pasien mengalami
Osteogenesis Imperfecta yang disertai juga dengan Dentionogenesis
Imperfecta.
Dentinogenesis Imperfecta pada pasien menyebabkan gigi tanggal,
gigi yang berwarna kekuningan, tererosi dan sangat transparan pada semua
gigi daerah maxilaris maupun mandibula dan pulpa yang menghilang disertai
kanal akar yang menyusut. Hal ini disebabkan karena Dentinogenesis
imperfecta termasuk kedalam localized mesodermal dysplasia dengan
penampakan gigi yang transparan (opalescent) berwarna abu-abu hingga
kuning kecoklatan hingga disertai dengan pembentukan dentin yang ireguler
atau undermineralized juga menghilangnya kamar pulpa atau saluran akar.
Dentinogenesis imperfecta merupakan kelainan yang diturunkan secara
herediter.
Osteogenesis Imperfecta pada pasien menyebabkan fraktur tibia dan
humerus serta menyebabkan skelera berwarna biru atau keruh. Hal ini

3
disebabkan karena penyakit Osteogenesis Imperfecta adalah sekelompok
kelainan bawaan yang ditandai dengan tulang rapuh yang mudah pecah.
Osteogenesis imperfecta disebabkan oleh gen yang rusak. Gen-gen ini
mempengaruhi cara tubuh membuat kolagen, protein yang membantu
menguatkan tulang. Osteogenesis Imperfecta memililiki gejala umum,
diantaranya yaitu patah tulang, area kebiruan pada bagian putih mata,
bertubuh pendek, formasi jaringan tulang, kaki berbentuk O, kapalan (callus),
kelainan bentuk fisik, memar, pembesaran kepala, skoliosis atau tuli.
Osteogenesis Imperfecta yang menyebabkan tulang rapuh dan mudah
patah walaupun tidak terbentur, disebabkan oleh kurangnya kolagen tipe 1
pada jaringan ikat. Kekurangan kolagen ini juga menyebabkan choroid
vascular menjadi gelap, sehingga mata mengalami sclera blue.

1.4. Kerangka Konsep

Perempuan 19 tahun

4
Gigi tanggal, Fraktur Tibia dan
sariawan, bau mulut Humerus, Sclera blue

Dentinogenesis Osteogenesis
Imperfecta Imperfecta

Osteogenesis Imperfecta
Type 1

1.5. Learning Issues


Masalah Pembelajaran dari kasus diatas dapat disimpulkan dengan:
a. Anatomi Gigi dan Mulut
Pembelajaran ini disebabkan karena adanya masalah pada gigi pasien
yang berwarna kekuningan serta transparan, dimana pasien juga sering
mengalami sariawan dan bau mulut.
b. Anatomy Tubuh Manusia
Pembelajaran ini disebabkan karena adanya masalah pada tulang pasien
yang mengalami fraktur pada tulang tibia dan tulang humerus, hal ini
disebebkan oleh rapuhnya tulang-tulang pada tubuh pasien tersebut.
c. Embriologi Gigi
Pembelajaran ini dilakukan untuk mengetahui awal pertumbuhan gigi
pasien di dalam kandungan serta bagaimana perkembangan gigi pasien
yang mengalami masalah dentinogenesis imperfecta.
d. Histologi
Pembelajaran ini dilakukan untuk mengambil jaringan-jaringan yang ada
pada pasien, baik dari jaringan mulut berupa air liur, maupun berupa
darah pasien untuk mengetahui lebih lanjut penyakit yang diderita oleh
pasien.
e. Genetika

5
Pembelajaran Genetika ini dilaksanakan untuk mengetahui penyakit
keturunan yang dialami pasien, baik itu diturunkan secara resesif atau
dominan.

1.6. Learning Objective


Di dalam learning objective ini, ada beberapa kasus yang akan
dijelaskan dan dipahami, yaitu:

1.1.16. Menjelaskan mekanisme terjadinya sariawan dan bau mulut pada pasien
diatas

1.1.17. Menjelaskan hasil pemeriksaan antropometri pada pasien dan penyebab


pasien memiliki postur atau perawakan pendek

1.1.18. Mejelaskan diagnosa kerja dan diagnosa banding pada pasien diatas

1.1.19. Menjelaskan etiopatogenesis dari pasien diatas

1.1.20. Menjelaskan penatalaksanaan dari pasien diatas

6
BAB II

II. PEMBAHASAN

2.1. Sariawan dan bau mulut


Seseorang dengan kasus Dentinogenesis Imperfecta akan
mengakibatkan dentin giginya mengalami kerusakan, sehingga hal ini akan
memicu risiko terjadinya karies pada dentin serta infeksi pada rongga mulut.
Pada pemeriksaan radiologi panoramic diketahui bahwa terjadinya
pulpa yang menghilang disertai kanal akar yang menyusut.
Sedangkan hasil pemeriksaan rongga mulutnya terdapat gigi yang
kekuningan, tererosi dan sangat transparan pada semua gigi daerah maksila
(rahang atas) maupun mandibula (rahang bawah).
Gigi/ dentin yang transparan dan bening ini terbentuk disebabkan
oleh terjadinya pembentukan enamel yang tidak optimal.

Selain itu, oral hygiene juga tidak bagus disebabkan oleh patahan gigi
yang masih tertinggal di dalam mulut yang tidak dikeluarkan atau dibersihkan
secara optimal, menyebabkan sarang kuman.

2.2. Postur atau Perawakan Pendek dan Sclera Blue


Osteogenesis Imperfecta adalah kelainan genetik pembentukan tulang
dan jaringan ikat yang mengakibatkan massa tulang rendah, baik tulang
panjang maupun tulang pendek, sehingga tulang mudah terjadi fraktur.
Pada kasus ini, dari pemeriksaan antropometri, pasien tergolong
pendek (umur 19 tahun dengan tinggi 145 cm, dimana tinggi rata-rata orang

7
Indonesia berumur 19 tahun sekitar 155-159 cm), disebabkan oleh masalah
kelainan genetic autosomal, dimana tulang panjang tidak terbentuk dengan
sempurna.
Pada pasien ini, terdapat riwayat fraktur tibia dan humerus, hal ini
disebabkan oleh kelainan genetika Osteogenesis Imperfecta juga
menyebabkan kerapuhan pada tulang dan tulang mudah patah, bahkan tanpa
adanya benturan. Kelainan ini tergolong cukup langka dan umumnya 50%
anaknya akan menderita penyakit yang sama jika orang tua memiliki riwayat
penyakit OI. Sembilan puluh persen hasil pemeriksaan DNA pasien
Osteogenesis Imperfecta menunjukkan adanya mutasi kolagen tipe 1.
Kolagen sendiri merupakan struktur utama pembentukan tulang. Bila kolagen
ini mengalami kelainan maka kepadatan tulang akan dikorbankan, jadi mudah
patah.
Kolagen ini juga menyebabkan kolagen sclera menipis sehingga
choroid vascular yang lebih gelap terbentang dibawahnya, sehingga matanya
memperlihatkan keadaan yang disebut dengan sclera blue.

Sclera blue juga merupakan karakteristik khusus dari seorang


penderita kelainan genetik Dentinogenesis Imperfecta.

2.3. Diagnosa kerja dan diagnosa banding pada pasien


Diagnosa kerja pada kasus di atas adalah Osteogenesis Imperfecta,
karena diagnosa probabilitas yang diambil sebagai hasil pemeriksaan
sementara yang dapat digunakan untuk tindakan penanganan pasien
selanjutnya adalah melalui pemeriksaan dari mudah patahnya gigi depan atau
gigi seri, serta adanya riwayat fraktur dari tulang fibia dan tulang humerus.

8
Diagnosa banding pada kasus di atas adalah Dentinogenesis
Imperfecta, karena merupakan identifikasi seluruh kemungkinan diagnosis
yang berhubungan langsung dengan gejala, tanda, dan temuan laboratorium,
sampai dengan membuat keputusan diagnosis akhir adalah melalui
pemeriksaan selanjutnya dan diketemukan adanya blue sclera pada mata yang
merupakan ciri khusus dari Dentinogenesis Imperfecta, serta adanya
gangguan DNA yang bersifat autosomal, yang merupakan kelainan genetik
yang berasal dari orang tua.

2.4. Etiopatogenesis pada Pasien


Etiopatogenesis artinya penyembuhan penyakit harus didekati dari
penyebabnya, karena dengan tidak mengetahui penyebabnya maka tidak
mungkin dapat menyembuhkan efeknya.
Gejala Osteogenesis Imperfecta dapat dialami oleh usia yang berbeda-
beda. Gejala Osteogenesis Imperfecta dapat muncul pada saat usia sekolah,
balita, bahkan dalam kandungan.
Osteogenesis imperfect sendiri memiliki delapan tipe yang dibedakan
dari jenis mutasinya. Tipe I–IV merupakan jenis mutasi genetik domain yang
menyebabkan kelainan kolagen tipe 1. Sedangkan tipe V dan VI belum
diketahui lokasi mutasinya. Sementara itu tipe VII dan VIII merupakan jenis
mutasi genetik resesif yang mengakibatkan gangguan pada produksi kolagen
itu sendiri. Masing-masing tipe ini memiliki gejala yang berbeda satu dengan
lainnya.
➢ Osteogenesis Imperfecta tipe I
o Tipe I dari OI adalah tipe yang paling sering terjadi dan relative
paling ringan
o Tulang sangat mudah patah dan umumnya terjadi sebelum pubertas
o Postur tubuh terlihat normal
o Persendian tidak kokoh dan otot mengalami kelemahan
o Pada bagian putih mata, terlihat adanya titik berwarna biru, ungu
atau abu-abu
o Wajah berbentuk segitiga

9
o Kelainan tulang yang terjadi minimal atau tidak ada sama sekali
o Terkadang disertai gigi rapuh
o Pada beberapa kasus ditemui gangguan pendengaran, khususnya di
usia 20-30 tahun
o Struktur kolagen normal, namun jumlahnya kurang dari normal

➢ Osteogenesis Imperfecta tipe II


o OI tipe II merupakan tipe paling berat
o Umumnya menyebabkan kematian sesaat setelah lahir karena gagal
napas
o Patah tulang sangat sering terjadi dan menyebabkan kelainan
bentuk tulang yang parah
o Postur tubuh pendek dengan paru yang tidak berkembang
sempurna
o Terdapat bercak warna pada bagian putih mata
o Kolagen tidak terbentuk sempurna

➢ Osteogenesis Imperfecta tipe III


o Tulang mudah patah
o Patah tulang dapat terjadi saat kelahiran dan gambaran rontgen
dapat menunjukkan adanya proses penyembuhan tulang sebelum
kelahiran
o Postur tubuh pendek
o Bagian putih mata terdapat bercak biru, ungu atau abu-abu
o Sendi tidak kokoh dan otot lemah terutama di tangan dan kaki
o Dada berbentuk tong
o Wajah segitiga
o Kemungkinan terdapat gangguan pernapasan
o Terdapat kelainan bentuk tulang, umumnya berat
o Pada beberapa kasus ditemui gangguan pendengaran
o Struktur kolagen tidak terbentuk sempurna

10
➢ Osteogenesis Imperfecta tipe IV
o Tingkat keparahan penyakit berada antara tipe I dan tipe III
o Tulang sangat mudah patah dan umumnya terjadi sebelum pubertas
o Postur tubuh terlihat lebih pendek dari sebayanya
o Tidak didapat kelainan pada bagian putih mata
o Kelainan tulang yang terjadi minimal atau tidak ada sama sekali
o Wajah berbentuk segitiga
o Dada berbentuk tong
o Terkadang disertai gigi rapuh
o Pada beberapa kasus ditemui gangguan pendengaran
o Struktur kolagen tidak terbentuk sempurna

➢ Osteogenesis Imperfecta tipe V


o Secara klinis menyerupai tipe IV
o Ditemukan gambaran pita tebal pada rontgen tulang, terutama di
lempeng pertumbuhan tulang panjang
o Terdapat pembentukan kalus yang besarnya tidak normal pada area
yang mengalami patah
o Terjadi kalsifikasi di lapisan antara radius dan ulna
o Bagian putih mata normal
o Gigi normal
o Pemeriksaan tulang di bawah mikroskop menunjukkan gambaran
seperti jaring
o Tipe kelainan dominan

➢ Osteogenesis Imperfecta tipe VI


o Secara klinis menyerupai tipe IV
o Produksi alkalin fosfatase (enzim yang berperan dalam
pembentukan tulang) mengalami peningkatan. Hal ini diketahui
dari pemeriksaan darah
o Gambaran tulang di bawah mikroskop terlihat seperti sisik ikan
o Didiagnosis dari biopsi tulang

11
o Jenis pewarisan genetik belum bisa dipastikan apakah dominan
atau resesif. Namun para ahli menduga kuat tipe resesif.

➢ Osteogenesis Imperfecta tipe VII


o Secara klinis menyerupai tipe IV
o Beberapa kasus menyerupai tipe II yang menyebabkan kematian
sesaat setelah lahir.
o Perawakan pendek
o Tulang lengan dan paha pendek
o Terjadi coxa vera, yakni perubahan bentuk kepala tulang paha
sehingga mempengaruhi panggul
o Terdapat mutasi resesif gen CRTAP (Cartilage- Associated protein)

➢ Osteogenesis Imperfecta tipe VIII


o Secara klinis menyerupai tipe II atau tipe III yang menyebabkan
kematian sesaat setelah lahir.
o Gangguan pertumbuhan dengan intensitas berat
o Mineralisasi tulang sangat terganggu
o Terdapat defisiensi P3H1 (Prolyl 3-hydroxylase 1) akibat mutasi
gen LEPRE1

➢ Osteogenesis Tipe I – Tipe V merupakan kelainan autosomal dominan


akibat kekurangan kolagen type 1
➢ Osteogenesis Tipe VI – Tipe XIII merupakan kelainan autosomal
resesif

Etiologi dari kasus ini adalah terjadinya Mutasi abnormal collagen


type 1 secara kualitif dan kuantitatif , sedangkan Patogenesisnya adalah
Collagen type 1 mengalami mutasi tidak terkodekan sehingga menyebabkan
terjadinya oesteogenesis imperfecta yang dapat diketahui melalui
pemeriksaan hispatologi. Adanya abnormalitas pada collagen type 1 atau

12
defek kualitif dan penurunan produksi sehingga massa tulang rapuh (bristle)
dan mudah patah. Mutasi pada gen terjadi pada COL-1A-1 atau pada COL-
1A-2. Serta defek kuantitatif yang menfestasi collagen sehingga
menimbulkan sindrom dari oesteogenesis imperfecta. Sebagian besar pada
kasus oesteogenesis imperfecta terdapat gangguan DNA bersifat autosomal
dominan, sedangkan untuk autosomal resesif hanya sekitar 25% saja.
• Wanita yang memiliki genetik Osteogenesis Imperfecta akan menurunkan
masalah OI kepada anaknya sebanyak 25%.
• Masalah Genetik Osteogenesis Imperfecta sering terjadi pada wanita dan
lansia.

2.5. Penatalaksanaan dari Pasien tersebut


Penatalaksanaannya dengan cara:
• Operasi
Melakukan pembedahan dapat diterapkan pada penderita OI, dengan
memasukkan batang logam ke dalam tulang panjang. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan kekuatan pasien, dan cara ini diterapkan pertama kali
oleh Harold A. Sofield di Rumah Sakit Shriners untuk Anak di Chicago,
Amerika Serikat.

• Non operasi: medikamentosa


1. Bisphosphonate Therapy
Terapi bisfosfonat, melalui pemberian pamidronate dengan usia
minimal 2 minggu dengan dosis umum 9-12 mg/kg/tahun setiap 1-4
bulan. Terapi ini sebelumnya digunakan untuk mengobati penderita
osteoporosis pada orang dewasa. Bagi penderita OI berat, pamidronate
ini akan mengurangi rasa nyeri tulang, juga dapat mencegah terjadinya
patah tulang belakang baru, membentuk kembali badan tulang belakang
yang telah retak, dan bisa mengurangi kepatahan pada tulang panjang.

2. Asam Zolendronat

13
Asam zolendronat bekerja dengan cara menghambat enzim yang
membentuk pirofosfat, sehingga kalsium dapat tetap terkonsentrasi di
tulang. Pemberian asam zoledronat (AZ) intravena minimal 3 bulan.
Pada pemberian AZ silus pertama pasien harus menjalani rawat inap
selama 2 hari untuk pemantauan ketat komplikasi akut yang mungkin
terjadi. Pemberian AZ berikutnya cukup 1 hari perawatan. Semua
pasien disarankan untuk menjaga asupan kalsium oral yang cukup
dengan dosis harian 1200 mg bersama dengan dosis harian vitamin D
(400-800 IU).
Dengan kata lain, Asam Zolendronat dapat memperlambat regenerasi
tulang dan meningkatkan aktivitas osteoklas sehingga dapat
meningkatkan kepadatan tulang pada penderita OI.

 Pemberian sex hormon, kalsium, calcitonin, sodium flouride, serta


vitamin D dan C
 Gen Therapy
 Pada kasus OI ringan, perawatan ortodontik pada pasien masih aman
dilakukan, akan tetapi jika disertai dengan DI harus dapat dipastikan
kondisi enamel lem saat pelepasan piranti cekat nantinya.
 Penggunaan tetrasiklin
 Dentin dysplasia
 Sebagai tambahan yaitu perawatan giginya dengan cara restorasi,
baik itu penambalan atau crown gigi

• Terapi hormone estrogen akan membantu pembentukan kalsium dan


vitamin D pada tulang, serta melakukan terapi stemcell.
• Terapi khusus untuk gigi, harus melakukan rehabilitasi gigi. Jika ada gigi
yang patah dan masih ada akarnya, sebaiknya akarnya dicabut dan
melakukan transplantasi gigi, sehingga akar yang busuk tidak akan
menyebabkan bersarangnya kuman di mulut.

14
• Untuk gigi yang berwarna bening, ada terjadi demineralisasi, sehingga
penatalaksaan dari pasien tersebut adalah melakukan remineralisasi
terhadap giginya dengan menggunakan sodium fluoride.

BAB III

III. KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
3.1.1. Pasien mengalami Osteogenesis Imperfecta yang dilihat dari adanya
riwayat fraktur tulang tibia dan tulang humerus, walaupun tidak
mengalami benturan yang keras.
3.1.2. Pasien juga didiagnosa mengalami Dentinogenesis Imperfecta dilihat
dari bentuk dan struktur giginya yang berwarna kekuningan disertai
dengan warna yang transparan, serta gigi dari pasien tersebut mudah
patah dan tanggal.

15
3.1.3. Pasien terkahir didiagnosa mengalami Osteogenesis Imperfecta Tipe 1
yang disertai dengan Dentinogenesis Imperfecta.

3.2. Saran
3.2.1. Pasien harus memeriksakan kesehatan dengan terpadu ke dokter atau
ke rumah sakit
3.2.2. Pasien diharapkan dapat menjaga kondisi tubuh yang memiliki tulang
yang mudah rapuh.
3.2.3. Pasien diharapkan dapat memiliki kerjasama yang baik dengan dokter
yang merawatnya.

16
IV. DAFTAR PUSTAKA

F. Paulsen dan J. Waschke, Atlas Anatomi Manusia, Edisi 23, Penerbit EGC,
Jakarta, 2010

https://www.msdmanuals.com/professional/dental-disorders/approach-to-the-
dental-patient/dental-anatomy-and-development
https://www.researchgate.net/publication/307788452_Aspek_Klinik_Genetik_dan
_Molekuler_Osteogensis_Imperfekta/fulltext/57d69b8b08ae0c0081ea4043/Aspek
-Klinik-Genetik-dan-Molekuler-Osteogensis-Imperfekta.pdf

Lilies Anggarwati Astuti, Anatomi dan Embriologi Gigi, Penerbit Agma, Gowa,
2018

Stanley J. Nelson, Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion, Elsevier, 2015

Struktur Gigi
https://www.msdmanuals.com/professional/dental-disorders/approach-to-the-
dental-patient/dental-anatomy-and-development

Yendriwati, Jurnal Dentinogenesis Imperfekta


https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1178/fkg-
yendriwati.pdf?sequence=2&isAllowed=y

17

You might also like