Professional Documents
Culture Documents
Makalah Filsapat Ke Laila
Makalah Filsapat Ke Laila
1
metafor yang digunakan oleh materialisme untuk menjelaskan gerak
atau perilaku adalah mesin, dan benda-benda lain yang bersifat
mekanis.
Ilmu-ilmu alam seperti fisika, biologi, kimia, kedokteran
adalah suatu bentuk dari materialisme atau naturalisme. Ilmu-ilmu
tentang manusia seperti psikologi dan sosiologi pun adalah
materialisme, jika psikologi dikategorikan kedalam materialisme
atau naturalisme psikologi manakah yang dimaksud? Teori atau
perspektif psikologi yang termasuk dalam materialisme terutama
adalah psikobiologi dan psikologi behavioristik (behaviorisme). Jika
demikian siapakah sebetulnya manusia dan dimana kedudukannya
dalam semesta ini? Manusia adalah bagian dari alam atau materi.
Sebagai bagian dari alam, manusia adalah objek yang substansinya
adalah berkeluasan.1
2. Idealisme
1
Zainal Abidin,filsafat manusia (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2006),hlm 25-27.
2
.Pola pikir empirisme mengandalkan bukti empiris. Empirisme
termasuk salah satu jenis aliran ontologi. Dalam empirisme, manusia
dapat memperoleh pengetahuan dari pengalaman dengan cra
mengadakan pengamatan dan pengindraan. Empirisme merupakan
salah satu dari tiga aliran filsafat ilmu di dunia Barat. Pemikiran
filsafat pada empirisme memiliki sifat yang bertentang dengan
rasionalisme. Pemikiran empirisme diperoleh oleh Thomas Hobbes
sebagai reaksi terhadap rasinalisme.
3
manusia hendak menuju atau ke arah mana perilaku manusia
diarahkan untuk mewujudkannya. Jika perilaku manusia
diarahkan pada nilai-nilai atau norma-norma, maka hidup
manusia adalah bertujuan (teologis).2
2
Zainal Abidin,filsafat manusia (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2006),hlm 27-29.
3
https://media.neliti.com/media/publications/22830-ID-aliran-aliran-dalam-filsafat-ilmu-
berkait-dengan-ekonomi.pdf
4
B. Manusia Menurut Rasionalisme dan Irasionalisme
1. Rasionalisme
Dalam pembahasan tentang suatu teori pengetahuan, maka
Rasionalisme menempati sebuah tempat yang sangat penting.
Paham ini dikaitkan dengan kaum rasionalis abad ke-17 dan ke-
18, tokoh-tokohnya ialah Rene Descartes, Spinoza, leibzniz, dan
Wolff, meskipun pada hakikatnya akar pemikiran mereka dapat
ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik misalnya Plato,
Aristoteles, dan lainnya.
Paham ini beranggapan, ada prinsip-prinsip dasar dunia
tertentu, yang diakui benar oleh rasio manusia. Dari prinsip-
prinsip ini diperoleh pengetahuan deduksi yang ketat tentang
dunia. Prinsip-prinsip pertama ini bersumber dalam budi
manusia dan tidak dijabarkan dari pengalaman, bahkan
pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip ini.
5
Prinsip-prinsip tadi oleh Descartes kemudian dikenal dengan
istilah substansi, yang tak lain adalah ide bawaan yang sudah ada
dalam jiwa sebagai kebenaran yang tidak bisa diragukan lagi.
Ada tiga ide bawaan yang diajarkan Descartes, yaitu:
a. Pemikiran, saya memahami diri saya makhluk yang
berpikir, maka harus diterima juga bahwa pemikiran
merupakan hakikat saya.
b. Tuhan merupakan wujud yang sama sekali
sempurna;karena saya mempunyai ide “sempurna”,
mesti ada sesuatu penyebab sempurna untuk ide
itu,karena suatu akibat tidak bisa melebihi
penyebabnya.
c. Keleluasaan, saya mengerti materi sebagai keluasaan
atau ekstensi, sebagaimana hal itu dilukiskan dan
dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.
4
Filsafat ilmu aliran rasionalisme, diakses dari
.www.kompasiana.com.cdn.ampproject.org., pada tanggal 20 Januari 2022
6
dalam berbagai cara dan dimensi. Hal yang paling mendasar
dalam ketajaman aktivitas pikiran begitu terkait erat dengan
kesadaran, selain mengenali kesadaran melalui peningkatan
wawasan, pengetahuan, ataupun melalui sains, manusia akan
selalu mencoba memahaminya melalui perenungan sesuai
dengan hasil yang diperoleh melalui pendekatan keyakinan,
religi serta kearifan yang telah kita peroleh.
7
Cara berpikir seperti ini disebut juga dengan cara berpikir
yang negatif. Ketika manusia berpikir dan bertingkah laku
rasional, maka manusia akan efektif, merasa bahagia, kompeten
5
dan percaya diri. Sebaliknya, ketika manusia berpikir dan
bertingkah laku irrasional, maka manusia (individu) akan
menjadi tidak efektif, selalu merasa tidak bahagia, merasa tidak
berguna dan merasa bersalah.
2. Irasionalisme
5
Filsafat ilmu aliran rasionalisme, diakses dari
.www.kompasiana.com.cdn.ampproject.org., pada tanggal 20 Januari 2022
8
Seorang irasionalis abad ke-19 yang khas, kesukarelaan
mengungkapkan esensi realitas, sebuah kehendak yang buta dan
tanpa tujuan meresap kedalam semua keberadaan. Wiliam James
berpendapat bahwa ide-ide harus dinilai bukan dalam kerangka
logika tetapi dalam kaitannya dengan hasil praktisnya ketika
diuji dalam tindakan.6
6
Filsafat irasionalisme, Paginas de Delphi, diakses dari https://delphipages.live, pada
tanggal 08 Februari 2022
9
Secara umum irasionalisme menyiratkan baik dalam
ontologi bahwa dunia ini tanpa struktur rasional, makna, dan
tujuan. Atau dalam epistomologi alasan itu secara inheren cacat
dan tidak mampu mengetahui alam semesta tanpa distori atau
dalam etika yang menggunakan standar obyektif adalah sia-sia
atau dalam antropologi yang ada di kodrat manusia sendiri
dimensi dominanya adalah irasional
10
yang bernama positivisme logis, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh
yang berasal dari Lingkaran Wina
11
Positivisme hukum hanyalah mengenal ilmu pengetahuan
yang positif, sehingga yang dikenalnya hanya ada satu jenis hukum,
yakni hukum positif saja. Sisi kelam positivisme hukum adalah yang
dikaji hanya aspek lahiriahnya, sehingga yang muncul bagi realitas
kehidupan sosial, tanpa memandang nilai-nilai dan norma-norma
seperti keadilan, kebenaran, kebijaksanaan, dan lain-lain yang
melandasi hadirnya aturan-aturan hukum tersebut, karena nilai-nilai
itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia7.
7
https://2018/12/26/pengaruh-positivisme-terhadap-penegakan-hukum/
8
Filsafat Positivisme, Auguste Comte, diakses dari malahayati.ac.id, pada tanggal 20
Januari 2022
12
1) Tahap Teologis
Pada tahap teologis ini, manusia percaya bahwa
dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa
adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala
tersebut. Kuasa-kuasa ini dianggap sebagai makhluk yang
memiliki rasio dan kehendak seperti manusia. Tetapi orang
percaya bahwa mereka berada pada tingkatan lebih tinggi
dari pada makhluk-makhluk selain insani. Pada taraf
pemikiran ini terdapat lagi tiga tahap. Pertama, tahap yang
paling bersahaja atau primitif, dimana orang menganggap
bahwa segala benda berjiwa (animisme). Kedua, tahap
ketika orang menurunkan kelompok hal-hal tertentu, dimana
seluruhnya diturunkan dari suatu kekuatan adikodrati yang
melatarbelakanginya sedemikian rupa hingga tiap tahapan
gejala-gejala memiliki dewa sendiri-sendiri (polytheisme).
Gejala-gejala "suci" dapat disebut "dewa-dewa", dan "dewa-
dewa" ini dapat diatur dalam suatu sistem, sehingga menjadi
politeisme dengan spesialisasi. Ada dewa api, dewa lautan,
dewa angin, dan seterusnya. Ketiga, adalah tahapan
tertinggi, dimana pada tahap ini orang mengganti dewa yang
bermacam-macam itu dengan satu tokoh tertinggi (esa),
yaitu dalam monotheisme. Singkatnya, pada tahap ini
manusia mengarahkan pandangannya kepada hakekat yang
batiniah (sebab pertama).
2) Tahap Metafisik
Tahap ini bisa juga disebut sebagai tahap transisi dari
pemikiran Comte. Tahapan ini sebenarnya hanya merupakan
varian dari cara berpikir teologis, karena di dalam tahap ini
dewa-dewa hanya diganti dengan kekuatan-kekuatan
abstrak, dengan pengertian atau dengan benda-benda
lahiriah, yang kemudian dipersatukan dalam sesuatu yang
bersifat umum, yang disebut dengan alam. Terjemahan
13
metafisis dari monoteisme itu misalnya terdapat dalam
pendapat bahwa semua kekuatan kosmis dapat disimpulkan
dalam konsep "alam", sebagai asal mula semua gejala.
3) Tahap Positif
Pada tahap positif, orang tahu bahwa tiada gunanya
lagi untuk berusaha mencapai pengenalan atau pengetahuan
yang mutlak, baik pengenalan teologis maupun metafisik. Ia
tidak lagi mau mencari asal dan tujuan terakhir seluruh alam
semesta ini, atau melacak hakekat yang sejati dari "segala
sesuatu" yang berada di belakang segala sesuatu. Sekarang
orang berusaha menemukan hukum-hukum kesamaan dan
urutan yang terdapat pada fakta-fakta yang disajikan
kepadanya, yaitu dengan "pengamatan" dan dengan
"memakai akalnya". Pada tahap ini pengertian
"menerangkan" berarti fakta-fakta yang khusus dihubungkan
dengan suatu fakta umum. Dengan demikian, tujuan
tertinggi dari tahap positif ini adalah menyusun dan dan
mengatur segala gejala di bawah satu fakta yang umum.
Bagi comte, ketiga tahapan tersebut tidak hanya
berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia,
tetapi juga berlaku bagi di bidang ilmu pengetahuan. Dalam
hal ini, comte menerangkan bahwa segala ilmu pengetahuan
semula dikuasai oleh pengertian-pengertian teologis,
sesudah itu dikacaukan dengan pemikiran metafisis dan
akhirnya dipengaruhi hukum positif. Jelasnya, ketiga
tahapan perkembangan umat manusia itu tidak saja berlaku
bagi suatu bangsa atau suku tertentu, akan tetapi juga
individu dan ilmu penget Lebih jauh Comte berpendapat
bahwa pengetahuan positif merupakan puncak pengetahuan
manusia yang disebutnya sebagai pengetahuan ilmiah. Di
sini, ilmu pengetahuan dapat dikatakan bersifat positif
14
apabila ilmu pengetahuan tersebut memusatkan perhatian
pada gejala-gejala yang nyata dan kongrit. 9
PENUTUP
A. Kesimpulan
Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa
esensi kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat material atau
fisik. Ciri utama dari kenyataan fisik atau material adalah bahwa ia
menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan, dan bersifat
kebalikan dari materialisme adalah idealisme. Menurut aliran ini,
kenyataan sejati adalah bersifat spiritual (oleh sebab itu, aliran ini
sering disebut juga spiritualisme). Rasionalisme ini beranggapan
bahwa sumber pengetahuan manusia adalah rasio. Jadi dalam proses
perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia harus
dimulai dari rasio. filsafat rasional memercayai bahwa pengetahuan
yang dapat diandalkan bukan turunan dari dunia pengalaman,
melainkan dari dunia pikiran.
B. Saran
15
banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang penulis peroleh. Penulis
banyak berharap kepda pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi para pembac
DAFTAR PUSTAKA
16
Pertanyaan dari teman-teman
17
18