You are on page 1of 18

SEKILAS FILSAFAT MANUSIA I

A. Manusia Menurut Materialisme Dan Idealisme


1. Materialisme
Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa
esensi kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat material atau
fisik. Ciri utama dari kenyataan fisik atau material adalah bahwa ia
menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan, dan bersifat
objektif. Karena menempati ruang dan waktu serta bersifat objektif,
maka ia bisa diukur, dikuantifikasi, diobservasi. Alam spiritual atau
jiwa yang tidak menempati ruang, tidak bisa disebut esensi
kenyataan, dan oleh karena itu ditolak keberadaannya
Para materialis percaya bahwa tidak ada kekuatan apapun
yang bersifat spiritual dibalik gejala atau peristiwa yang bersifat
material itu. Kalau ada peristiwa atau gejala yang masih belum
diketahui, atau belum bisa dipecahkan oleh manusia, maka hal itu
bukan berarti ada kekuatan yang bersifat spiritual dibelakang
peristiwa tersebut, melainkan karena pengetahuan dan akal kita saja
yang belum dapat memahaminya. Penjelasan tersebut tidak perlu
dicari didalam dunia spiritual, karena tidak ada yang namanya dunia
spiritual.
Jenis lain dari materialisme adalah naturalisme. Disebut
naturalisme, karena istilah materi diganti dengan istilah alam
(nature) atau organisme. Materialsme dan naturalisme percaya
bahwa setiap gejala, setiap gerak, bisa dijelaskan menurut hukum
kausalitas, hukum sebab akibat, atau hukum stimulus-respon.
Karena sangat percaya pada hukum kausalitas. Maka kaum
materialis pada umumnya sangat deterministik. Mereka tidak
mengakui adanya kebebasan atau independensi manusia. Seorang
materialistik sangat yakin bahwa tidak ada gerak atau perilaku yang
ditimbulkan oleh dirinya sendiri. Gerak selalu bersifat mekanis,
digerakkan oleh kekuatan-kekuatan diluar dirinya. Oleh sebab itu,

1
metafor yang digunakan oleh materialisme untuk menjelaskan gerak
atau perilaku adalah mesin, dan benda-benda lain yang bersifat
mekanis.
Ilmu-ilmu alam seperti fisika, biologi, kimia, kedokteran
adalah suatu bentuk dari materialisme atau naturalisme. Ilmu-ilmu
tentang manusia seperti psikologi dan sosiologi pun adalah
materialisme, jika psikologi dikategorikan kedalam materialisme
atau naturalisme psikologi manakah yang dimaksud? Teori atau
perspektif psikologi yang termasuk dalam materialisme terutama
adalah psikobiologi dan psikologi behavioristik (behaviorisme). Jika
demikian siapakah sebetulnya manusia dan dimana kedudukannya
dalam semesta ini? Manusia adalah bagian dari alam atau materi.
Sebagai bagian dari alam, manusia adalah objek yang substansinya
adalah berkeluasan.1

Manusia pada akhirnya adalah, thing, benda, sama seperti


benda-benda lainnya. Bukan berarti bahwa manusia sama dengan
pohon, kerbau, atau meja, sebab manusia dipandang lebih unggul.
Tapi dipandang material ini lebih ke yang Nampak, yang gak
Nampak seperti ruh, didalam tubuh manusia tidak ada. Bahkan aliran
materialis ini tidak mengakui tuhan

2. Idealisme

Kebalikan dari materialisme adalah idealisme. Menurut aliran ini,


kenyataan sejati adalah bersifat spiritual (oleh sebab itu, aliran ini sering
disebut juga spiritualisme). Para idealis percaya bahwa ada kekuatan atau
kenyataan spiritual di belakang setiap penampakan atau kejadian. Esensi
dari kenyataan spiritual ini adalah berpikir (res cogitans). Karena kekuatan
atau kenyataan spirtual tidak bisa diukur atau dijelaskan berdasarkan pada
pengamatan empiris, maka kita hanya bisa menggunakan metafor-metafor
kesadaran manusia. Misalnya, kekuatan spiritual dianggap bersifat rasionall,
berkehendak, berperasaan, kreatif, dan lain-lain.

1
Zainal Abidin,filsafat manusia (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2006),hlm 25-27.

2
.Pola pikir empirisme mengandalkan bukti empiris. Empirisme
termasuk salah satu jenis aliran ontologi. Dalam empirisme, manusia
dapat memperoleh pengetahuan dari pengalaman dengan cra
mengadakan pengamatan dan pengindraan. Empirisme merupakan
salah satu dari tiga aliran filsafat ilmu di dunia Barat. Pemikiran
filsafat pada empirisme memiliki sifat yang bertentang dengan
rasionalisme. Pemikiran empirisme diperoleh oleh Thomas Hobbes
sebagai reaksi terhadap rasinalisme.

Fungsi metafor kesadaran manusia untuk menjelaskan


kenyataan sejati oleh para idealis, sama halnya dengan fungsi
metafor hewan (tikus atau anjing) dan komputer untuk
menjelaskan perilaku manusia oleh para behavioris dan oleh para
psikolog kognitif dalam ilmu psikologi.
Dengan diakuinya kenyataan sejati sebagai bersifat spiritual,
tidak berarti bahwa para idealis menolak kekuatan-kekuatan
yang bersifat fisik (material) dan menolak adanya hukum alam.
Sebagaimana dikemukakan oleh Hegel (1770-1831) kekuatan
fisik dan hukum alam itu memang ada, tetapi keberadaannya
merupakan manifestasi dari kekuatan atau kenyataan yang sejati
dan lebih tinggi, yakni roh Absolut. Seperti halnya kebudayaan
dan kesenian merupakan manifestasi lahiriah dari jiwa manusia,
alam fisik pun adalah manifestasi lahiriah dari kenyataan yang
sejati yakni roh Absolut atau Tuhan. Para idealis percaya bahwa
adanya gerak pada setiap planet da adanya hukum alam, tetapi
baik gerak planet- planet maupun hukum alam, sudah didesain
terlebih dahulu oleh kekuatan spiritual.
Jika kenyataan pada dasarnya bersifat spiritual atau nonfisik,
maka hal-hal yang bersifat ideal dan normatif, seperti agama,
hukum, nilai, cita-cita atau ide, memegang peran penting dalam
kehidupan. Hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, serta agama dan nilai dalam kehidupan sosial dan
pribadi, merupakan norma-norma yang menggerakkan perilaku
manusia dan masyarakat manusia. Norma-norma atau nilai-nilai
tersebut adalah panduan dan sekaligus sasaran ke arah mana

3
manusia hendak menuju atau ke arah mana perilaku manusia
diarahkan untuk mewujudkannya. Jika perilaku manusia
diarahkan pada nilai-nilai atau norma-norma, maka hidup
manusia adalah bertujuan (teologis).2

Perilaku manusia mengandung maksud dan tujuan, bukan


semata-mata bergerak secara mekanis. Sumber atau penggerak utama
perilaku bukan kekuatan eksternal (stimulus dan sistem syaraf pusat),
melainkan kekuatan internal, yakni jiwa, yang hendak mewujudkan
dirinya dalam menggapai nilai-nilai pribadinya dan norma-norma atau
hukum-hukum masyarakat dan agamanya. Tujuan manusia adalah untuk
mengaktualisasikan diri dan nilai-nilai yang diyakininya.

perbedaan manusia menurut materialisme dan idealisme secara


spesifik:

Jika materialisme mengatakan bahwa materi adalah riil dan akal


(mind) adalah fenomena yang menyertainya, maka idealisme
mengatakan bahwa akal itulah yang riil dan materi adalah produk
sampingan. Dengan begitu maka idealisme mengandung
pengingkaran bahwa dunia ini pada dasarnya adalah sebuah mesin
besar dan harus ditafsirkan sebagai materi, mekanisme atau kekuatan
saja.3

Karena Plotnus mementingkan kesatuan. Semua makhluk yang


ada, bersama-sama merupakan keseluruhan yang tersusun sebagai
suatu hierarki. Pada puncak hierarki terdapat’’Yang Esa’’ jadi
keluarnya alam bahkan manusia dari ‘Yang Esa’, bahkan, ia sampai
kepada kesimpulan bahwa semua yang wujud, termasuk didalamnya
wujud pertama (Yang Esa)

2
Zainal Abidin,filsafat manusia (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2006),hlm 27-29.
3
https://media.neliti.com/media/publications/22830-ID-aliran-aliran-dalam-filsafat-ilmu-
berkait-dengan-ekonomi.pdf

4
B. Manusia Menurut Rasionalisme dan Irasionalisme
1. Rasionalisme
Dalam pembahasan tentang suatu teori pengetahuan, maka
Rasionalisme menempati sebuah tempat yang sangat penting.
Paham ini dikaitkan dengan kaum rasionalis abad ke-17 dan ke-
18, tokoh-tokohnya ialah Rene Descartes, Spinoza, leibzniz, dan
Wolff, meskipun pada hakikatnya akar pemikiran mereka dapat
ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik misalnya Plato,
Aristoteles, dan lainnya.
Paham ini beranggapan, ada prinsip-prinsip dasar dunia
tertentu, yang diakui benar oleh rasio manusia. Dari prinsip-
prinsip ini diperoleh pengetahuan deduksi yang ketat tentang
dunia. Prinsip-prinsip pertama ini bersumber dalam budi
manusia dan tidak dijabarkan dari pengalaman, bahkan
pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip ini.

Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa


akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan.
Menurut aliran rasionalisme suatu pengetahuan diperoleh dengan
cara berpikir. Pada dasarnya filsafat menelaah segala sesuatu yang
dapat dipikirkan oleh manusia. Filsafat mempersoalkan siapakah
manusia itu. Hal ini dihubungkan dengan pemikiran ahli-ahli filsafat
sejak zaman Yunani Kuno sampai sekarang yang belum
menyelesaikan masalah tentang ini

Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan


untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional
(scholastic), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu
mengenai hasil-hasil ilmu pengetahuan yang diahadapi. Pada
tokoh aliaran Rasionalisme diantaranya adalah Descartes(1596-
1650M)

5
Prinsip-prinsip tadi oleh Descartes kemudian dikenal dengan
istilah substansi, yang tak lain adalah ide bawaan yang sudah ada
dalam jiwa sebagai kebenaran yang tidak bisa diragukan lagi.
Ada tiga ide bawaan yang diajarkan Descartes, yaitu:
a. Pemikiran, saya memahami diri saya makhluk yang
berpikir, maka harus diterima juga bahwa pemikiran
merupakan hakikat saya.
b. Tuhan merupakan wujud yang sama sekali
sempurna;karena saya mempunyai ide “sempurna”,
mesti ada sesuatu penyebab sempurna untuk ide
itu,karena suatu akibat tidak bisa melebihi
penyebabnya.
c. Keleluasaan, saya mengerti materi sebagai keluasaan
atau ekstensi, sebagaimana hal itu dilukiskan dan
dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.

Sementara itu menurut logika Leibniz yang dimulai


dari suatu prinsip rasional, yaitu dasar pikiran yang jika
diterapkan dengan tepat akan cukup menentukan struktur
realitas yang mendasar.4

Manusia adalah makhluk yang mempunyai kesadaran, ia


sadar bahwa ia ada (cogito ergo sum kata Descartes), bahkan ia sadar
bahwa ia sadar. Kesadarannya berpusat pada psikis atau jiwa, dan
bersifat langsung. (Sholeh dan Musbikin: 2005:70). Kesadaran
membuatnya berbeda dengan makhluk lainnya. Kesadaran dapat
membawanya kepada rasionalitas. Rasionalitas merupakan puncak
tertinggi dari manusia. Fitrah (potensi) merupakan interaksi dan
dialog terhadap lingkungan eksternal, di mana hasilnya membentuk
kebudayaan yang sarat akan nilai. (Rosyadi: 2004: 39). Fitrah
manusia merupakan potensi yang dapat dikembangkan.

Karna Manusia sebagai makhluk pencari makna, kebutuhan


akan pemahaman mengenai hal – hal yang mempengaruhi
dan menyertai kehidupan membuat pikiran manusia bekerja

4
Filsafat ilmu aliran rasionalisme, diakses dari
.www.kompasiana.com.cdn.ampproject.org., pada tanggal 20 Januari 2022

6
dalam berbagai cara dan dimensi. Hal yang paling mendasar
dalam ketajaman aktivitas pikiran begitu terkait erat dengan
kesadaran, selain mengenali kesadaran melalui peningkatan
wawasan, pengetahuan, ataupun melalui sains, manusia akan
selalu mencoba memahaminya melalui perenungan sesuai
dengan hasil yang diperoleh melalui pendekatan keyakinan,
religi serta kearifan yang telah kita peroleh.

Paham rasionalisme ini beranggapan bahwa sumber


pengetahuan manusia adalah rasio. Jadi dalam proses
perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia
harus dimulai dari rasio. Tanpa rasio maka mustahil manusia
itu dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Rasio itu adalah
berpikir. Semakin banyak manusia itu berpikir maka semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat.

Manfaat mempelajari filsafat manusia adalah mencari


dan menemukan jawaban tentang siapa sesungguhnya
manusia itu.

Selain itu, kita akan mendapatkanpelajaran


berhargatentang kompleksifitas manusia yang tidak pernah
habis- habisnya dipertanyakan apa makna dan hakikatnya.

Dengan demikian, filsafat rasional memercayai bahwa


pengetahuan yang dapat diandalkan bukan turunan dari dunia
pengalaman, melainkan dari dunia pikiran. Perbedaan
manusia menurut rasioana

Berfikir rasional berarti berfikir secara logis dan dapat


diterima oleh akal sehat manusia, dalam al-Qur’an pikiran ini
disebut dengan cara pikir yang positif. Sebaliknya, berfikir
irrasional adalah cara berfikir yang tidak logis dan cenderung
tidak mampu dicerna oleh akal sehat.

7
Cara berpikir seperti ini disebut juga dengan cara berpikir
yang negatif. Ketika manusia berpikir dan bertingkah laku
rasional, maka manusia akan efektif, merasa bahagia, kompeten
5
dan percaya diri. Sebaliknya, ketika manusia berpikir dan
bertingkah laku irrasional, maka manusia (individu) akan
menjadi tidak efektif, selalu merasa tidak bahagia, merasa tidak
berguna dan merasa bersalah.
2. Irasionalisme

Gerakan filosofis abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang


mengklaim memperkaya pemahaman tentang kehidupan manusia
dengan mengembangkannya melampaui yang rasional hingga
dimensinya yang lebih penuh. Berakar baik dalam metafisika
atau dalam kesadaran akan keunikan pengalaman manusia,
irasionalisme menekankan dimensi naluri, perasaan, dan
kemauan sebagai lawan dari akal.

Ada kaum irasionalis sebelum abad ke-19. Dikebudayaan


Yunani kuno yang biasanya dianggap rasionalistika ketegangan
dionysian (naluriah). Gelombang utama irasionalisme, seperti
romantisme sastra itu sendiri merupakan bentuk irasionalisme
mengikuti era akal dan merupakan reaksi terhadapnya.
Irasionalisme banyak ditemukan dalam kehidupan roh dan dalam
sejarah manusia yang tidak dapat ditanganidengan metode sains
yang rasional. Dibawah pengaruh Charles Darwin dan kemudian
Sigmund Freud, irasionalisme mulai menjelajahi akar
pengalaman biologis dan bawah sadar. Prgmatisme,
eksistensialisme, dan vitalisme (atau filososi hidup) semuanya
muncul sebagai ekspresi dari pandangan yang diperluas tentang
kehidupan dan pemikiran manusia.

5
Filsafat ilmu aliran rasionalisme, diakses dari
.www.kompasiana.com.cdn.ampproject.org., pada tanggal 20 Januari 2022

8
Seorang irasionalis abad ke-19 yang khas, kesukarelaan
mengungkapkan esensi realitas, sebuah kehendak yang buta dan
tanpa tujuan meresap kedalam semua keberadaan. Wiliam James
berpendapat bahwa ide-ide harus dinilai bukan dalam kerangka
logika tetapi dalam kaitannya dengan hasil praktisnya ketika
diuji dalam tindakan.6

Historisisme adalah gagasan menyandangkan signifikansi


bermakna terhadap ruang dan waktu, seperti periode sejarah, lokasi
geografis, dan budaya lokal. Historisisme cenderung untuk
bersifat hermeneutis, karena menilai interpretasi yang hati-hati,
ketat, dan terkontekstualisasi; atau relativis, karena menolak gagasan
universal, fundamental dan yang tidak terubahkan.[1] Pendekatan ini
bervariasi dari teori pengetahuan individualis
seperti empirisme dan rasionalisme, yang mengabaikan peran tradisi.

Realisme adalah pandangan bahwa objek-objek indra adalah


rill dan berada sendiri tanpa disandarkan kepada pengetahuan lain
atau kesadaran akal. Contoh bunga mawar yang harum baunya
merangsang hidung sungguh nyata bertengger diranting pohon
ditaman bunga. Dari pernyataan tersebut contoh realisme yaitu nyata
bukan khayalan karena semuanya tampak adanya dan terlihat oleh
mata dan juga tercium oleh hidung.

Irasionalisme juga diekspresikan dalam historisme dan


relativisme. Wilhelm Dilthley, yang melihat semua pengetahuan
dikondisikan oleh perspektif sejarah pribadi seseorang dan yang
dengan demikian mendorong pentingnya humaniora. Friedrich
Schelling dan Henri Bergson yang disibukkan dengan keunikan
penglaman manusia, beralih ke intuitionisme, yang melihat hal-
hal yang tidak terlihat oleh sains. Dalam aspeknya sebagai
vitalisme, filsafat Bergson dan juga filsafat Friedrich Nietzsche
irasionalistik dalam memegang dorongan naluriah, atau
Dionysian.

6
Filsafat irasionalisme, Paginas de Delphi, diakses dari https://delphipages.live, pada
tanggal 08 Februari 2022

9
Secara umum irasionalisme menyiratkan baik dalam
ontologi bahwa dunia ini tanpa struktur rasional, makna, dan
tujuan. Atau dalam epistomologi alasan itu secara inheren cacat
dan tidak mampu mengetahui alam semesta tanpa distori atau
dalam etika yang menggunakan standar obyektif adalah sia-sia
atau dalam antropologi yang ada di kodrat manusia sendiri
dimensi dominanya adalah irasional

C. Manusia Menurut Aliran Positivisme

Positivisme adalah aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam


sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak
aktivitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya
spekulasi. Semua didasarkan pada data empiris.

Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi


tertentu sampai pada kesimpulan logis ekstrem bahwa pengetahuan
apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain
bentuk, tidak dapat menjadi pengetahuan. Ada tiga tahap dalam
perkembangan positivisme, yaitu sebagai berikut:

1. Tempat utama dalam positivisme diberikan pada sosiologi,


walaupun perhatiannya juga diberikan pada teori
pengetahuan yang diungkapkan oleh Comte dan tentang
logika yang dikemukakan oleh Mill.
2. Munculnya tahap kedua dalam positivisme-empirio-
positivisme berawal pada tahun 1870-1890an dan berpautan
dengan Mach dan Avenarius.
3. Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan
Lingkaran Wina dan tokoh-tokohnya

Dalam perkembangan selanjutnya, positivisme mengalami


perombakan dalam beberapa sisi, hingga muncullah aliran pemikiran

10
yang bernama positivisme logis, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh
yang berasal dari Lingkaran Wina

. Pada dasarnya filsafat menelaah segala sesuatu yang dapat


dipikirkan oleh manusia. Filsafat mempersoalkan siapakah manusia
itu. Hal ini dihubungkan dengan pemikiran ahli-ahli filsafat sejak
zaman Yunani Kuno sampai sekarang yang belum menyelesaikan
masalah tentang ini

Positivisme hukum menjadi demikian kakunya penegakan


hukumnya, karena positivisme itu berasal dari kata “positif”. Positif
di sini sama artinya dengan faktual, yaitu apa-apa yang berdasarkan
fakta-fakta. Dengan demikian, maka pengetahuan menurut
positivisme tidak pernah dapat dari melebihi fakta-fakta yang ada.
Hal ini menjadikan ilmu pengetahuan yang empiris menjadi contoh
istimewa dalam bidang pengetahuan.

Untuk maksud itu juga positivisme menolak cabang filsafat


metafisika. Menyakan “hakikat” benda-benda atau “penyebab yang
sebenar-benarnya” adalah termasuk juga filsafat, tetapi bertugas
hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubungan yang terdapat antara
fakta-fakta. Disamping itu positivisme mengutamakan pengalaman.
Yang berbeda dengan empirisme yang terjadi di Inggris adalah
menerima pengalaman batiniah atau subjektif sebagai sumber
pengetahuan melalui pengalaman batiniah tersebut, namun demikian
tetap mengandalkan fakta-fakta belaka. Melalui dasar berpikir yang
demikian menjadi jelas permasalahan penegakan hukum akan
menggunakan alur berpikir yang sederhana dan normatif saja
sebagai acuannya. Para penegak hukum tanpa disadari telah
berpegang dan mengakui positivisme hukum kepada cara berpikir
bahwa keseluruhan proses dengan melihat fakta-faktanya di
lapangan dan kemudian berusaha mencari pembenaran dengan
ketentuan aturan yang dilanggarnya sebagai dasar bekerjananya.

11
Positivisme hukum hanyalah mengenal ilmu pengetahuan
yang positif, sehingga yang dikenalnya hanya ada satu jenis hukum,
yakni hukum positif saja. Sisi kelam positivisme hukum adalah yang
dikaji hanya aspek lahiriahnya, sehingga yang muncul bagi realitas
kehidupan sosial, tanpa memandang nilai-nilai dan norma-norma
seperti keadilan, kebenaran, kebijaksanaan, dan lain-lain yang
melandasi hadirnya aturan-aturan hukum tersebut, karena nilai-nilai
itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia7.

Positivisme logis adalah aliran pemikiran dalam filsafat yang


membatasi pikirannya pada segala hal yang dapat dibuktikan dengan
pengamatan arau pada analisis definisi dan relasi antara istilah-
istilah. Positivisme berusaha menjelaskan pengetahuan ilmiah
berkenaan dengan tiga komponen, yaitu bahasa teoritis, bahasa
observasional, dan kaidah-kaidah korespondensi yang mengaitkan
keduanya. Positivisme adalah aliran filsafat yang secara radikal
beranjak dari ketidakpercayaan terhadap pandangan dan
pembicaraan metafisis yang dilakukan oleh aliran filsafat
sebelumnya. Karena itu, para penganutnya menyatakan bahwa
positivisme adalah filsafat nonmetafisik.8

Positivisme sebagai aliran filsafat dipopulerkan oleh Auguste


Comte (1798-1857) yang juga menamai positivisme sebagai filsafat
positif dalam menyistimatisasikan pandangan positivisme. Comte
bertitik tolak dari pandangan bahwa perkembangan masyarakat
sebenarnya ditunjukkan oleh perkembangan cara berpikir dalam tiga
tahap, yaitu tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap positif. Dalam
tahap teologis, perkembangan masyarakat ditandai lagi oleh tiga
tahap perkembangan cara berpikir. Pertama, cara berpikir animis,
cara berpikir politeis, cara berpikir monoteis. Menurut Comte,
perkembangan manusia berlangsung dalam tiga tahap.

7
https://2018/12/26/pengaruh-positivisme-terhadap-penegakan-hukum/
8
Filsafat Positivisme, Auguste Comte, diakses dari malahayati.ac.id, pada tanggal 20
Januari 2022

12
1) Tahap Teologis
Pada tahap teologis ini, manusia percaya bahwa
dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa
adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala
tersebut. Kuasa-kuasa ini dianggap sebagai makhluk yang
memiliki rasio dan kehendak seperti manusia. Tetapi orang
percaya bahwa mereka berada pada tingkatan lebih tinggi
dari pada makhluk-makhluk selain insani. Pada taraf
pemikiran ini terdapat lagi tiga tahap. Pertama, tahap yang
paling bersahaja atau primitif, dimana orang menganggap
bahwa segala benda berjiwa (animisme). Kedua, tahap
ketika orang menurunkan kelompok hal-hal tertentu, dimana
seluruhnya diturunkan dari suatu kekuatan adikodrati yang
melatarbelakanginya sedemikian rupa hingga tiap tahapan
gejala-gejala memiliki dewa sendiri-sendiri (polytheisme).
Gejala-gejala "suci" dapat disebut "dewa-dewa", dan "dewa-
dewa" ini dapat diatur dalam suatu sistem, sehingga menjadi
politeisme dengan spesialisasi. Ada dewa api, dewa lautan,
dewa angin, dan seterusnya. Ketiga, adalah tahapan
tertinggi, dimana pada tahap ini orang mengganti dewa yang
bermacam-macam itu dengan satu tokoh tertinggi (esa),
yaitu dalam monotheisme. Singkatnya, pada tahap ini
manusia mengarahkan pandangannya kepada hakekat yang
batiniah (sebab pertama).
2) Tahap Metafisik
Tahap ini bisa juga disebut sebagai tahap transisi dari
pemikiran Comte. Tahapan ini sebenarnya hanya merupakan
varian dari cara berpikir teologis, karena di dalam tahap ini
dewa-dewa hanya diganti dengan kekuatan-kekuatan
abstrak, dengan pengertian atau dengan benda-benda
lahiriah, yang kemudian dipersatukan dalam sesuatu yang
bersifat umum, yang disebut dengan alam. Terjemahan

13
metafisis dari monoteisme itu misalnya terdapat dalam
pendapat bahwa semua kekuatan kosmis dapat disimpulkan
dalam konsep "alam", sebagai asal mula semua gejala.
3) Tahap Positif
Pada tahap positif, orang tahu bahwa tiada gunanya
lagi untuk berusaha mencapai pengenalan atau pengetahuan
yang mutlak, baik pengenalan teologis maupun metafisik. Ia
tidak lagi mau mencari asal dan tujuan terakhir seluruh alam
semesta ini, atau melacak hakekat yang sejati dari "segala
sesuatu" yang berada di belakang segala sesuatu. Sekarang
orang berusaha menemukan hukum-hukum kesamaan dan
urutan yang terdapat pada fakta-fakta yang disajikan
kepadanya, yaitu dengan "pengamatan" dan dengan
"memakai akalnya". Pada tahap ini pengertian
"menerangkan" berarti fakta-fakta yang khusus dihubungkan
dengan suatu fakta umum. Dengan demikian, tujuan
tertinggi dari tahap positif ini adalah menyusun dan dan
mengatur segala gejala di bawah satu fakta yang umum.
Bagi comte, ketiga tahapan tersebut tidak hanya
berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia,
tetapi juga berlaku bagi di bidang ilmu pengetahuan. Dalam
hal ini, comte menerangkan bahwa segala ilmu pengetahuan
semula dikuasai oleh pengertian-pengertian teologis,
sesudah itu dikacaukan dengan pemikiran metafisis dan
akhirnya dipengaruhi hukum positif. Jelasnya, ketiga
tahapan perkembangan umat manusia itu tidak saja berlaku
bagi suatu bangsa atau suku tertentu, akan tetapi juga
individu dan ilmu penget Lebih jauh Comte berpendapat
bahwa pengetahuan positif merupakan puncak pengetahuan
manusia yang disebutnya sebagai pengetahuan ilmiah. Di
sini, ilmu pengetahuan dapat dikatakan bersifat positif

14
apabila ilmu pengetahuan tersebut memusatkan perhatian
pada gejala-gejala yang nyata dan kongrit. 9

PENUTUP

A. Kesimpulan
Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa
esensi kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat material atau
fisik. Ciri utama dari kenyataan fisik atau material adalah bahwa ia
menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan, dan bersifat
kebalikan dari materialisme adalah idealisme. Menurut aliran ini,
kenyataan sejati adalah bersifat spiritual (oleh sebab itu, aliran ini
sering disebut juga spiritualisme). Rasionalisme ini beranggapan
bahwa sumber pengetahuan manusia adalah rasio. Jadi dalam proses
perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia harus
dimulai dari rasio. filsafat rasional memercayai bahwa pengetahuan
yang dapat diandalkan bukan turunan dari dunia pengalaman,
melainkan dari dunia pikiran.

Irasionalisme menekankan dimensi naluri, perasaan, dan


kemauan sebagai lawan dari akal. Secara umum irasionalisme
menyiratkan baik dalam ontologi bahwa dunia ini tanpa struktur
rasional, makna, dan tujuan.

Positivisme adalah aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam


sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak
aktivitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya
spekulasi. Semua didasarkan pada data empiris.

B. Saran

Demikianlah yang penulis dapat sampaikan mengenai materi


yang menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya masih terdapat
9
https://www.kompasiana.com/laylaelfitrim/5529e334f17e61ff35d623f9/positivisme-dan-
august-comte

15
banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang penulis peroleh. Penulis
banyak berharap kepda pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi para pembac

DAFTAR PUSTAKA

Zainal Abidin,filsafat manusia,(Bandung:PT.Remaja


Rosdakarya,2006),hlm 25-27.
Zainal Abidin,filsafat manusia,(Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya,2006),hlm 27-29.
Filsafat ilmu aliran rasionalisme,diakses dari
.www.kompasiana.com.cdn.ampproject.org., pada tanggal 20
Januari 2022.

Filsafat irasionalisme, PaginasdeDelphi,diakses dari


https://delphipages.live, pada tanggal 08 Februari 2022.

16
Pertanyaan dari teman-teman

1. Jelaskan secara singkat filsafat emanasi Plotinus tentang kehadiran


manusia didunia?
2. Bagaimana paham empirisme digunakan untuk memperoleh
pengetahuan?
3. Apakah aliran positivisme memiliki pengaruh terhadap hokum?
4. Apakah yang sebenarnya di tela’ah filsafat?
5. Jelaskan aliran positivisme tentang cara berfikir teologis, metafisis,
tahap positif?
6. Apa itu historisme dan realisme?
7. Bagaimana hakikat manusia menurut filsafat?
8. Jelaskan perbedaan manusia menurut materialisme dan idealisme secara
spesifik?
9. Mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk yang berfikir?
10. Jelaskan latar belakang atau penyebab timbulnya pemikiran
rasionalisme?
11. Menurut pemakalah bagaimana pandangan filsafat Materialisme tentang
manusia?
12. Apa perbedaan manusia menurut rasioanal?
13. Jelaskan manfaat mempelajari filsafat manusia?

17
18

You might also like