You are on page 1of 20

LECTURE NOTES

Audit and Internal Control

Week 4
Professional Auditing Standards and
The Audit Opinion

Audit and Internal Control


LEARNING OUTCOMES

1. Peserta diharapkan mampu mendefinisikan tujuan audit eksternal untuk informasi


keuangan dan kontrol internal yang andal
2. Peserta diharapkan mampu Menjelaskan teknik dan prosedur yang digunakan auditor
dalam proses audit.
3. Peserta diharapkan mampu Menjelaskan standar audit profesional dan pendapat audit

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):

1. Standar Audit Berdasarkan ISA (International Standards on Auditing)

2. Proses Memformulasikan Opini Audit

Audit and Internal Control


ISI MATERI

STANDAR AUDIT BERDASARKAN ISA (INTERNATIONAL


STANDARDS ON AUDITING)

Standar auditing adalah pedoman umum untuk membantu para auditor dalam memenuhi
tanggungjawab profesional mereka dalam pengauditan laporan keuangan historis. Di dalam
Standar Audit mencakup pertimbangan kualitas profesional antara lain persyaratan
kompetensi dan independensi, pelaporan dan bukti audit.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi profesi berkewajiban untuk
menetapkan standar audit. Dengan perkembangan yang terjadi dalam era globalisasi, IAPI
telah memutuskan untuk mengadopsi International Auditing Standards (ISA) yang
diterbitkan International Auditing And Assurance Standards Boards (IAASB) dan dengan
demikian tidak memberlakukan lagi standar audit yang selama ini berlaku. Ikatan Akuntan
Publik Indonesia menerjemahkan International Auditing Standards (ISA) kedalam bahasa
indonesia dan diberi judul Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan menetapkan
pemberlakukan Standar Profesional Akuntan Publik di indonesia

1. Prinsip Umum dan Tanggung Jawab :


a. SA 200: Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Suatu Audit
Berdasarkan Standar Audit
b. SA 210: Persetujuan atas Syarat-syarat Perikatan Audit
c. SA 220: Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan
d. SA 230: Dokumentasi Audit
e. SA 240: Tanggung Jawab Auditor terkait dengan Kecurangan dalam suatu
Audit atas Laporan Keuangan
f. SA 250: Pertimbangan atas peraturan perundang-undangan dalam audit atas
Laporan Keuangan
g. SA 260: Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung jawab atas Tata Kelola
h. SA 265: Pengkomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal kepada
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen.

Audit and Internal Control


2. Penilaian Risiko dan Respons terhadap Risiko yang Dinilai :
a. SA 300: Perencanaan Audit atas Laporan Keuangan
b. SA 315: Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko salah saji material melalui
pemahaman atas entitas dan lingkungannya
c. SA 320: Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
d. SA 330: Respons Auditor terhadap Risiko yang dinilai
e. SA 402: Pertimbangan audit terkait dengan entitas yang menggunakan
organisasi jasa
f. SA 450: Pengevaluasian atas kesalahan penyajian yang diidentifikasi selama
audit

3. Bukti Audit
a. SA 500: Bukti Audit
b. SA 501: Bukti audit-Pertimbangan Spesifik atas unsur pilihan
c. SA 505: Konfirmasi Ekseternal
d. SA 510: Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal
e. SA 520: Prosedur Analitis
f. SA 530: Sampling Audit
g. SA 540: Audit atas estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar,
dan pengungkapan yang bersangkutan
h. SA 550: Pihak Berelasi
i. SA 560: Peristiwa Kemudian
j. SA 570: Kelangsungan Usaha
k. SA 580: Representasi Tertulis

4. Penggunaan Hasil Pekerjaan Pihak Lain


a. SA 600: Pertimbangan khusus – audit atas laporan keuangan grup (termasuk
pekerjan auditor komponen)
b. SA 610: Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
c. SA 620: Penggunaan Pekerjaan Seorang Pakar Auditor

Audit and Internal Control


5. Kesimpulan Audit dan Pelaporan
a. SA 700: Perumusan Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan
b. SA 705: Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Keuangan
c. SA 706: Paragraf Penekanan suatu hal dan paragraf hal lain dalam laporan
auditor Independen
d. SA 720: Tanggung jawab Auditor atas Informasi Lain dalam Dokumen yang
berisi Laporan Keuangan Auditan

6. Area Khusus :
a. SA 800: Pertimbangan Khusus – Audit atas laporan keuangan yang disusun
sesuai dengan kerangka bertujuan khusus
b. SA 805: Pertimbangan Khusus – Audit atas laporan keuangan tunggal dan
unsur, akun, atau pos spesifik dalam suatu laporan keuangan
c. SA 810: Perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan

Prinsip Umum dan Tanggung Jawab


a) SA 200 : Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit
Berdasarkan Standar Audit
Tujuan Audit adalah untuk meningkatkan keyakinan pengguna laporan keuangan yang
dituju. Hal itu dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang apakah
laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.

b) SA 210 : Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit


Tujuan auditor dalam menerima atau melanjutkan penugasan audit hanya jika dasar
untuk melaksanakan penugasan sudah disetujui dengan:
1. Memastikan bahwa prasyarat untuk suatu audit memang ada
2. Menegaskan adanya pemahaman yang sama antara auditor dan manajemen, jika perlu
dengan TCGW (Those Charge With Goverment) mengenai syarat-syarat penugasan
audit.

Audit and Internal Control


c) SA 220 : Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan
Tujuan auditor adalah mengimplementasi prosedur pengendalian mutu pada tingkat
penugasan yang memberikan asurans yang layak bahwa:
1. Auditnya mematuhi Standart Profesional serta kewajiban hukum/ketentuan
perundang-undangan yang berlaku dan kewajiban yang ditetapkan regulator.
2. Laporan auditor yang diterbitkan, sudah tepat dalam situasi (yang dihadapi).

d) SA 230 : Dokumentasi Audit


Auditor wajib membuat dokumentasi audit yang cukup, yang memungkinkan auditor
berpengalaman, yang tidak mempunyai hubungan sebelumnya dengan audit tersebut,
memahami:
1. Sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit yang dilaksanakan sesuai ISA dan ketentuan
perundang-undangan terkait (SA 230.A6-A7).
2. Hasil dari prosedur audit yang dilaksanakan, dan bukti audit yang diperoleh.
3. Hal-hal signifikan yang ditemukan dalam audit, kesimpulan atas hal-hal itu, dan
kearifan profesional (profesional judgement) signifikan yang diterapkan dalam
menarik kesimpulan tersebut (SA 230.A8-A11).

e) SA 240: Tanggung jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam suatu Audit
atas Laporan Keuangan
Tanggungjawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada dua
pihak yaitu yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas dan manajemen. Merupakan
hal penting bahwa manajemen, dengan pengawasan oleh pihak yang bertanggungjawab
atas tata kelola, menekankan pencegahan kecurangan yang dapat mengurangi peluang
terjadinya kecurangan, dan pencegahan kecurangan (Fraud Deferrence), yang dapat
membujuk individu-individu agar tidak melakukan kecurangan karena kemungkinan
akan terdeteksi dan terkena hukuman.

f) SA 250: Pertimbangan atas Peraturan Perundang-undangan dalam Audit atas


Laporan Keuangan
Ketentuan dalam Standart Audit (SA 250) dirancang untuk membantu auditor dalam
mengidentifikasi kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang disebabkan

Audit and Internal Control


oleh ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Namun, auditor tidak
bertanggungjawab untuk mencegah dan tidak mendeteksi ketidak patuhan terhadap
semua peraturan perundang-undangan.

g) SA 260 : Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola


Auditor wajib berkomunikasi dengan TCGW (Those Charge With Goverment) mengenai
tanggung jawab auditor berkenaan dengan audit atas laporan keuangan, termasuk
(bahwa):
1. Auditor bertanggungjawab untuk merumuskan dan memberikan opini atas laporan
keuangan yang dibuat oleh manajemen dibawah pengawasan TCGW (Those Charge
With Goverment).
2. Audit atas laporan keuangan tidaklah membebaskan manajemen atau TCGW (Those
Charge With Goverment) dari tanggungjawab mereka (SA 260.A9-A10).

h) SA 265: Pengomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal kepada Pihak


yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola
Auditor wajib mengkomunikasikan secara tertulis kepada TCGW (Those Charge With
Goverment) tentang kelemahan signifikan dalam pengendalian intern yang ditemukan
selama audit secara tepat waktu (SA 265.A12-A18, A27).

Penilian Resiko dan Respon terhadap Resiko yang Telah Dinilai


1. SA 300 : Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan
Perencanaan suatu audit mencakup penetapan strategi audit secara keseluruhan untuk
perikatan (Penugasan) audit dan pengembangan rencana audit. Perencanaan yang cukup
akan bermanfaat dalam audit atas laporan keuangan dalam beberapa hal, termasuk hal-
hal sebagai berikut (SA 300.2):
a. Membantu auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area yang
penting dalam audit;
b. Membantu auditor untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang potensial;
c. Membantu auditor untuk mengorganisasi dan mengelola perikatan (penugasan audit)
dengan baik, sehingga perikatan tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif dan
efisien;

Audit and Internal Control


d. Membantu dalam pemilihan anggota tim perikatan (Tim Audit) dengan tingkat
kemampuan dan kompetensi yang tepat untuk merespon resiko yang diantisipasi, dan
penugasan pekerjaan yang teapt kepada mereka;
e. Memfasilitasi arah dan supervisi atas anggota tim perikatan (tim audit) dan
penelaahan atas pekerjaan mereka;
f. Membantu jika relevan, dalam pengoordinasian hasil pekerjaan yang dilakukan oleh
auditor komponen dan pakar

2. SA 315 : Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material


melalui Pemahaman Entitas dan Lingkungannya
Dalam standar ini, menegaskan bahwa auditor harus memperoleh suatu pemahaman
tentang apakah entitas memiliki suatu proses untuk (SA 315.paragraf 15):
a. Mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan;
b. Mengestimasi signifikan risiko;
c. Menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut; dan
d. Memutuskan tindakan untuk menangani risiko.

Proses penilaian risiko entitas membentuk suatu basis bagi manajemen untuk
menentukan bagaimana risiko dikelola. Ketepatan atas kesesuaian proses penilaian risiko
entitas dengan kondisinya ditentukan oleh pertimbangan auditor.

3. SA 320 : Materialitas dalam tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit


Materialitas dan resiko audit perlu dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan audit,
khususnya pada saat (SA 320.A1):
a. Mengidentifikasi dan menilai kesalahan penyajian material;
b. Menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit selanjutnya;dan
b. Mengevaluasi dampak laporan keuangan dan dalam merumuskan opini dalam laporan
auditor.

Materialitas pelaksanaan (performance materiality) adalah suatu jumlah yang


ditetapkan auditor, pada tingkat yang lebih rendah dari pada materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan, untuk mengurangi tingkat rendah yang semestinya

Audit and Internal Control


kemungkinan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi yang
secara agregat melebihi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (SA
320.9).
Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan pertimbangan profesional dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan informasi keuangan oleh para
pengguna laporan keuangan. Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap
perencanaan dan pelaksanaan audit, serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan
penyajian yang teridentifikasi dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi
jika ada, terhadap laporan keuangan dan pada saat merumuskan opini dalam laporan
auditor (SA 320).

4. SA 330 : Respon Auditor terhadap Risiko yang telah Dinilai


Jika auditor sudah menentukan bahwa salah saji material yang dinilai, pada
tingkat asersi merupakan risiko signifikan, auditor wajib melaksanakan prosedur
substantif yang khusus menanggapi risiko tersebut. Dalam hal pendekatan terhadap
risiko signifikan itu hanya terdiri atas prosedur substantif, prosedur wajib uji rincian (SA
330.21)
Jika prosedur substantif dilaksanakan pada suatu tanggal interim (tanggal
ditengah tahun), auditor wajib meliputi periode sisanya (antara tanggal interim sampai
akhir tahun) dengan melaksanakan (SA 330.22):
a. Prosedur substantif yang dikombinasikan dengan uji pengendalian untuk periode sisa;
atau
b. Prosedur substantif selanjutnya saja yang memberikan dasar yang layak untuk
memperluas kesimpulan dari tanggal interim ke akhir tahun, jika auditor menentukan
bahwa itu sudah cukup.

5. SA 402 : Pertimbangan Audit terkait dengan Entitas yang menggunakan suatu


Organisasi Jasa
Menetapkan tujuan auditor berkenaan dengan audit laporan keuangan entitas
pengguna organisasi pemberi jasa sebagai berikut (SA 402.7):
a. Memperoleh pemahaman yang cukup mengenai sifat dan pentingnya jasa-jasa yang
diberikan organisasi pemberi jasa dan dampaknya terhadap pengendalian intern

Audit and Internal Control


entitas yang relevan bagi audit, untuk mengidentifikasi dan menilai resiko salah saji
yang material;
b. Merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tanggap terhadap risiko-risiko
tersebut.

6. SA 450 : Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang di Identifikasi Selama


Audit
Tujuan auditor ialah mengevaluasi :
a. Dampak salah saji yang ditemukan, terhadap audit; dan
b. Dampak salah saji yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan.

Bukti Audit
a) SA 500 : Bukti Audit
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang teapat sesuai dengan
kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat (SA 500.6)
Bukti audit yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan auditan (SA 500).

b) SA 501: Bukti Audit – Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan


Menetapkan tujuan auditor ialah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
menegenai (SA 501.3):
a. Adanya (existence) dan kondisi persediaan;
b. Lengkapnya (completeness) informasi mengenai litigasi dan tuntutan hukum terhadap
entitas;
c. Penyajian dan pengungkapan informasi segmen sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.

c) SA 505: Konfirmasi Eksternal


Tujuan auditor dalam menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, ialah merancang dan
melaksanakan prosedur untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan andal (SA
505.7).

Audit and Internal Control


Jika auditor menyimpulkan bahwa jawaban konfirmasi tidak andal/tidak dapat dipercaya,
auditor wajib mengevaluasi implikasinya terhadap penilaian resiko yang dilakukan
auditor mengenai salah saji yang material, termasuk risiko adanya kecurangan (fraud),
dan terhadap sifat, waktu dan luasnya prosedur audit lainnya (SA 505.11).
Auditor wajib mengevaluasi apakah hasil dari prosedur konfrimasi eksternal memberikan
bukti audit yang relevan dan andal, atau apakah bukti audit tambahan diperlukan (SA
505.16).

d) SA 510 : Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal


Penugasan audit pertama bukan hal baru untuk praktisi di indonesia. Standart Audit 510
menegaskan kewajiban-kewajiban auditor dan memberikan petunjuk pelaksanaannya.
Petunjuk pelaksaan yang diberikan adalah (SA 510):
a. Membaca laporan keuangan terakhir dan laporan auditor terdahulu;
b. Melihat apakah saldo penutupan dari periode yang lalu telah dipindahkan ke periode
ini dengan benar, dan mencerminkan penggunaan kebijakan akuntansi yang tepat;
c. Meriviu kertas kerja auditor terdahulu;
d. Melaksanakan prosedur audit dalam periode ini untuk memperoleh bukti tentang
saldo pembukuan. Ini penting jika laporan keuangan yang lalu tidak diaudit.

e) SA 520 : Prosedur Analitis


Prosedur analitis didefinisikan sebagai Pengevaluasian terhadap informasi keuangan
yang dilakukan melalui analisis hubungan antara data keuangan dan data non keuangan.
Prosedur analitis juga mencakup investigasi sebagaimana yang diperlukan atas fluktuasi
atau hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan lain, atau
yang berbeda dari nilai yang diharapkan dalam jumlah yang signifikan (SA 520.4).

f) SA 530 : Sampling Audit


Sampling audit sebagai penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur
dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling
memiliki peluang yang sama untuk dipilih dalam memberikan basis memadai bagi
auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan (SA 530.5)

Audit and Internal Control


g) SA 540 : Audit atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai
Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan
Makna yang digunakan dalam standar audit sehubungan dengan estimasi akuntansi
memberikan istilah-istilah berikut (SA 540.7):
1. Estimasi Akuntansi (Accounting estimate)
Nilai yang mendekati suatu nilai uang, yang digunakan jika tidak ada pengukuran
yang tepat. Istilah estimasi ini digunakan untuk jumlah (uang) yang diukur dengan
nilai wajar (fair value) dimana ada ketidakpastian dalam estimasi (estimation
uncertainty), maupun jumlah-jumlah lain yang memerlukan estimasi. Dalam
hal International Auditing Standards (ISA) hanya membahas estimasi
akuntansi (accounting estimates) dengan pengukuran nilai wajar, istilah “fair value
accounting estimates” (“estimasi akuntansi nilai wajar”) yang digunakan.
2. Auditor’s point estimate atau auditor’s range
Jumlah atau rentang jumlah, yang diambil dari bukti audit untuk digunakan dalam
mengevaluasi management’s point estimate.
3. Estimation uncertainly
Kerentanan estimasi akuntansi dan pengungkapan (disclousures) yang melekat dalam
pengukuran (pada setiap estimasi).
4. Management bias
Tidak netralnya manajemen dalam membuat atau menyiapkan informasi.
5. Management’s point estimate
Jumlah yang dipilih manajemen untuk pengakuan (terhadap) atau disclosures
(mengenai) estimasi akuntansi.
6. Outcome of an accounting estimate
Jumlah/nilai uang sebenarnya dari penyelesaian transaksi, peristiwa, atau kondisi
yang mendasari estimasi akuntansi.

h) SA 550 : Pihak Berelasi


Prosedur audit berkenaan dengan pihak-pihak terkait, hubungan diantara pihak-pihak
terkait, dan transaksi dengan pihak-pihak terkait. Istilah “pihak-pihak terkait” merupakan
terjemahan dari related parties. Istilah lain yang sering digunakan ialah “hubungan
istimewa” atau “pihak-pihak dengan hubungan istimewa”.

Audit and Internal Control


Dalam mendefinisikan istilah ini International Auditing Standardsmengembalikannya
kepada kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Namun, jika kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku tidak mengaturnya (menyebutnya secara sambil lalu, dan sangat
minim) maka ISA memaknakan pihak berelasi (related-party) sebagai (SA 550.10):
1. Seseorang atau suatu entitas yang mengendalikan atau sangat berpengaruh, secara
langsung atau tidak langsung melalui satu atau lebih perantara, terhadap entitas
pelapor.
2. Suatu entitas yang dikendalikan atau dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung
melalui satu atau lebih perantara, oleh entitas pelapor; atau
3. Entitas lain yang bersama entitas pelapor berada dibawah pengendalian bersama
melalui:
a) Pemilikan dibawah kendali bersama;
b) Pemilik terdiri atas keluarga dan kerabat; atau
c) Anggota manajemen kunci bersama.

i) SA 560 : Peristiwa Kemudian


Auditor wajib melaksanakan prosedur audit untuk mencakup periode antara tanggal
laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor (atau tanggal yang sedekat mungkin
dengan tanggal laporan auditor). Auditor wajib memperhitungkan penilaian risiko dalam
menentukan sifat dan luasnya prosedur audit, seperti (SA 560.7):
1. Memahami prosedur yang dibuat manajemen untuk memastikan bahwa peristiwa
kemudian telah diidentifikasi;
2. Tanyakan kepada manjemen dan TCGW (Those Charge With Goverment) apakah
peristiwa kemudian yang ada atau terjadi, berdampak terhadap laporan keuangan;
3. Membaca risalah rapat (pemilik/pemegang saham, manajemen dan TCGW), sesudah
tanggal laporan keuangan dan tanyakan hal-hal yang dibahas dalam rapat yang belum
ada risalah rapatnya;
4. Membaca laporan keuangan interim sesudah tanggal laporan keuangan, jika ada.
Auditor tidak berkewajiban melaksanakan prosedur audit apapun atas laporan
keuangan sesudah tanggal laporan auditor. Namun, jika sesudah tanggal laporan
auditor tetapi sebelum tanggal diterbitkannya laporan keuangan, auditor mengetahui

Audit and Internal Control


adanya fakta yang jika diketahui pada tanggal laporan auditor, mungkin akan
membuat auditor mengubah laporannya. Dalam hal ini auditor wajib (SA 560.10):
a. Mendiskusikan hal tersebut dengan manajemen dan TCGW;
b. Menentukan apakah laporan keuangan harus diubah, dan jika demikian;
c. Menanyakan bagaimana manajemen akan menangani hal ini dalam laporan
keuangan.

j) SA 570: Kelangsungan Usaha


Ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko sesuai (SA 315), auditor wajib
mempertimbangkan apakah ada peristiwa atau kondisi yang mungkin menimbulkan
keraguan mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha yang
berkesinambungan. Dalam melakukan hal itu, auditor harus menentukan apakah
manajemen sudah melaksanakan penilaian pendahuluan tentang kemampuan entitas
untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha yang berkesinambungan (SA 570.10).

k) SA 580 : Representasi Tertulis


Representasi tertulis harus dalam bentuk surat representasi yang dialamatkan kepada
auditor. Jika ketentuan perundang-undangan mewajibkan manajemen membuat
representasi tertulis kepada publik (written publik statement) tentang tanggung jawabnya,
dan auditor memastikan bahwa pernyataan tersebut memberikan sebagian atau seluruh
representasi yang diharuskan (SA 580.15).
Salah satu tanggung jawab manajemen ketika ia menandatangani surat
perikatan (engagement letter) ialah menkonfirmasi ekspektasi auditor untuk menerima
penegasan tertulis (written konfirmation) mengenai representasi yang dibuatnya
sehubungan dengan perikatan audit.

Penggunaan Pekerjaan Pihak Lain


a) SA 600: Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan Grup (Termasuk
Pekerjaan Auditor Komponen)
Dalam International standar audit 600 tidak relevan dengan entitas kecil dan menengah
(yang menjadi sasaran audit). Standar ini membahas audit atas laporan keuangan

Audit and Internal Control


kelompok perusahaan (group financial statements) yang melibatkan beberapa KAP
(Kantor Akuntan Publik)

b) SA 610 : Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal


Penggunaan pekerjaan auditor internal untuk membantu organisasi dalam memelihara
pengendalian intern. Namun, apakah pekerjaan auditor internal memadai untuk
menentukan dampak yang direncanakan dari pekerjaan tersebut terhadap sifat, waktu dan
luasnya prosedur Kantor Akuntan Publik, serta melaksanakan prosedur audit atas
pekerjaan auditor internal untuk mengevaluasi kelayakan pekerjaan auditor internal
untuk digunakan Kantor Akuntan Publik (SA 610).

c) SA 620 : Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor


Dalam istilah “Tenaga ahli auditor” Standar Audit (SA 620.6) mendefinisikan seseorang
atau suatu organisasi yang memiliki keahlian (expertise) dalam suatu bidang
diluar accounting atau auditing, yang pekerjaannya dalam bidang tersebut digunakan
auditor/KAP untuk membantunya memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
Seorang pakar auditor (auditor’s expert) bisa berasal dari KAP tersebut (atau jaringan),
disebut auditor internal expert, atau berasal dari luar (auditor eksternal expert).

PROSES MEMFORMULASIKAN OPINI AUDIT

Opini audit merupakan suatu simbol kepercayaan publik terhadap kredibilitas dan kehandalan
informasi yang terkandung dalam suatu laporan keuangan. Dalam perkembangannya, peran
opini audit menjadi penting dalam kaitannya dengan citra perusahaan di mata para pengguna
laporan keuangan, diantaranya para pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah, dan
masyarakat umum.

Pada tahap akhir penugasannya, auditor harus menerbitkan Audit Report (Laporan Auditor).
Berdasarkan bentuknya Audit Report ada 2 jenis: (1) Laporan Auditor Bentuk Baku dan (2)
Laporan Auditor modifikasi dari Laporan Auditor Bentuk Baku (dapat berupa modifikasi
kata atau penambahan explanatory paragraph).

Audit and Internal Control


Laporan bentuk baku dengan unqualified opinion digunakan apabila terdapat keadaan
berikut:

a. Seluruh (empat) basic financial statements tercakup dalam laporan keuangan yang
diaudit

b. Ketiga Standar Umum telah dilaksanakan secara sepenuhnya.

c. Bukti audit yang memadai telah dikumpulkan dan ketiga Standar Pekerjaan

d. Lapangan telah dilaksanakan oleh Auditor Laporan keuangan telah disajikan sesuai
dengan SAK/GAAP dan dilaksanakan secara konsisten.

e. Tidak ada kondisi yang memerlukan paragraf penjelas (explanatory paragraph) atau
modifikasi kalimat (modified wording) dalam laporan

Kondisi tertentu dalam pelaksanaan audit memerlukan variasi tertentu dari laporan auditor
bentuk baku. Salah satunya adalah ketika sebagian penugasan audit dilakukan oleh Kantor
Akuntan Publik Lain. Apabila penugasan kita melibatkan auditor lain, maka terdapat
beberapa alternatif tanggung jawab yang dapat kita ambil, yaitu:

1. Mengambil Tanggung Jawab


Kita sebagai auditor utama akan mengambil tanggung jawab dari Auditor lain dan tidak
ada referensi yang dibuat untuk auditor lain apabila: (i) auditor lain mengaudit proporsi
yang tidak material, (ii) auditor lain tsb sangat terkenal atau disupervisi secara ketat, atau
(iii) auditor utama melakukan review yang mendalam terhadap pekerjaan auditor lain.
Laporan audit bentuk baku diterbitkan

2. Membagi Tanggung Jawab


Apabila kita sebagai auditor utama dapat memutuskan untuk membagi tanggung jawab
apabila: (i) proporsi yang diaudit auditor lain cukup material, atau (ii) review terhadap
pekerjaan auditor lain tidak dapat dilakukan. Auditor lain juga bertanggungjawab apabila
terjadi tuntutan hukum atas hasil audit. Dilakukan modifikasi pada ketiga paragraf
Laporan Audit bentuk baku

3. Tidak Mau Mengambil Tanggung Jawab


Apabila kita sebagai auditor utama tidak mau mengambil tanggung jawab atas hasil audit
yang dilakukan oleh auditor lain. Opini wajar dengan pengecualian (qualified) atau tidak

Audit and Internal Control


memberi pendapat (disclaimer) dapat diberikan, tergantung tingkat materialitas scope
yang diperiksa auditor lain.

Untuk alternatif kedua, dimana auditor utama mau membagi tanggung jawab dengan auditor
lain yang yang mengaudit sebagian laporan keuangan, maka Laporan Audit Bentuk Baku
dengan Modifikasi Kata harus diberikan.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi opini audit, diantaranya adalah: perubahan
dalam dewan direksi, komite audit, dan kondisi kesehatan keuangan perusahaan. Dewan
direksi mewakili pihak manajemen merupakan pihak yang bertanggung jawab atas pelaporan
keuangan perusahaan, termasuk kecukupan pengungkapan-pengungkapan yang
diperlukan, salah satunya mengenai rencana-rencana manajemen untuk mengatasi masalah
yang berkaitan dengan kelangsungan hidup perusahaan. Dalam penyusunan laporan
keuangan, dewan direksi dapat dibantu oleh komiteaudit. Salah satu tugas komite audit
adalah memastikan bahwa asumsi going concern diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan, dan pengungkapan-pengungkapan yang diperlukan telah cukup diungkapkan.
Kinerja dewan direksi dan komite audit dalam proses penyusunan laporan keuangan
sebagaimana telah dipaparkan akan mempengaruhi auditor dalam memberikan opini going
concern. Selain itu, proses pernyataan opini auditor juga dapat dipengaruhi oleh kondisi
kesehatan keuangan perusahaan yang diaudit, karena selain memperhatikan kesesuaian
penyajian laporan keuangan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, auditor
juga harus mempertimbangkan masalah kesangsian terhadap kelangsungan hidup perusahaan.

Jenis-jenis opini yang lazim diberikan oleh auditor ketika mengaudit laporan keuangan
adalah:
a. Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion),
b. Wajar Tanpa Pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion with
explanatory Paragraph),
c. Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion),
d. Tidak Wajar (Adverse Opinion),
e. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion).

Audit and Internal Control


Masing-masing opini diberikan sesuai dengan kriteria tertentu yang diketemukan selama
proses audit. Pendapat auditor yang dituangkan dalam laporan audit paling umum adalah
laporan audit standar yang unqualified, yang biasa juga disebut laporan standar bentuk
pendek. Bentuk laporan ini digunakan apabila terdapat keadaan berikut:
a. Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan auditor telah
menjalankan tugasnya sedemikianrupa, sehingga ia dapat memastikan bahwa ketiga
standar pelaksanaan kerja lapangan telah ditaati;
b. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja;
c. Laporan keuangan yang diaudit disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim
yang berlaku di Indonesia yang diterapkan pula secara konsisten pada laporan-laporan
sebelumnya. Demikian pula penjelasan yang mencukupi telah disertakan pada catatan
kaki dan bagian-bagian lain dari laporan keuangan;
d. Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti (no material uncertainties) mengenai
perkembangan di masamendatang yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya atau
dipecahkan secara memuaskan.

Audit and Internal Control


SIMPULAN

Standar auditing adalah panduan umum untuk membantu auditor dalam memenuhi tanggung
jawab profesional mereka dalam audit atas laporang keuangan secara historis. Termasuk
pertimbangan kualitas profesional seperti kompetensi, independensi, persyaratan pelaporan
dan bukti.
ISA (International Standards on Auditing) merupakan standar audit terbaru yang telah
diadopsi di Indonesia. Per 1 Januari 2013, Akuntan Publik di Indonesia wajib melakukan
audit atas laporan keuangan berdasarkan standar yang baru ini.
Pendekatan pekerjaan audit di ISA dibagi dalam enam tahap. Tahap pertama dimulai dengan
persetujuan penugasan (agreement of engagement). Kemudian, tahap kedua melakukan
pengumpulan informasi, pemahaman bisnis dan sistim akuntansi klien, serta penentuan unit
yang akan diaudit. Tahap ketiga adalah pengembangan strategi audit. Hal ini dilakukan
dengan memperhatikan access inherent list.
Tahap selanjutnya adalah execute the audit, yaitu mulai melaksanakan audit. Pada saat
melaksanakan audit maka akan dilakukan test of control, substantive and analytical
procedure dan other substantive procedure. Tahap kelima, mulai membentuk opini. Dan
tahap terakhir adalah membuat laporan audit.

Audit and Internal Control


DAFTAR PUSTAKA

1. Karla M. Johnstone. (2016). Auditing : a risk-based approach to conducting a


quality audit. 10. Cengage Learning. Boston. ISBN: 9781305080577.

2. Iain Gray, Stuart Manson, Louise Crawford. (2015). The Audit Process
Principles, Practices and Cases. 06. Cengage Learning. Hampshire. ISBN:
9781408081709.

3. Institut Akuntan Publik Indonesia – IAPI (2016). Standar Profesional Akuntan


Publik. Penerbit Salemba Empat. Jakrta

Audit and Internal Control

You might also like