You are on page 1of 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya, baik perusahaan yang

bergerak di bidang industri, perdagangan maupun jasa akan berusaha untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Satu hal yang penting

yaitu bahwa keberhasilan berbagai aktivitas di dalam perusahaan dalam

mencapai tujuan bukan hanya tergantung pada keunggulan teknologi, dana

operasi yang tersedia, sarana ataupun prasarana yang dimiliki, melainkan juga

tergantung pada aspek sumber daya manusia.1

Faktor sumber daya manusia ini merupakan elemen yang harus

diperhatikan oleh perusahaan, terutama bila mengingat bahwa era

perdagangan bebas telah dimulai saat ini, dimana iklim kompetisi yang

dihadapi akan sangat berbeda. Hal ini memaksa setiap perusahaan harus dapat

bekerja dengan lebih efisien, efektif dan produktif. Tingkat kompetisi yang

tinggi akan memacu tiap perusahaan untuk dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya dengan memberikan perhatian pada aspek sumber

daya manusia. Jadi manusia dapat dipandang sebagai faktor penentu karena

ditangan manusialah segala inovasi akan direalisir dalam upaya mewujudkan

tujuan perusahaan.2

Dalam mendapatkan sumber daya manusia yang diharapkan oleh

perusahaan, agar memberikan andil positif terhadap semua kegiatan

1
Agus Ahyari, Manajemen Produksi Perencaan Sistem Produksi, (Jakarta : BPFE, 2000),
2
Panji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), h. 13

1
2

perusahaan dalam mencapai tujuannya, setiap karyawan diharapkan memiliki

motivasi kerja yang tinggi sehingga nantinya akan meningkatkan produktivitas

kerja yang tinggi. Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk

diperhatikan oleh pihak manajemen bila mereka menginginkan setiap

karyawan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian tujuan

perusahaan.

Kekuatan yang ada dalam suatu perusahaan terletak pada orang yang

ada dalam perusahaan tersebut, salah satunya adalah tenaga kerja. Dalam

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK)

tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun masyarakat.

Semakin berkembangnya teknologi di berbagai usaha semakin besar

pola potensi yang akan mengancam keselamatan dan kesehatan kerja, oleh

karena diperlukan usaha untuk membina, mengarahkan serta memberikan

perlindungan terhadap tenaga kerja. Apabila tenaga kerja diperlakukan sesuai

dengan harkat dan martabatnya, maka perusahaan akan mencapai hasil yang

sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh perusahaan.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,

pesawat alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan tempat kerja

dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan. Sedangkan

kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau
3

rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja.3 Jadi resiko penyakit dan

kecelakaan kerja bisa terjadi kapan saja, untuk itu kesadaran mengenai

keselamatan dan kesehatan kerja menjadi sangat diperlukan.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang tidak

terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam

meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi

keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas keberlanjutan

produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu keselamatan dan kesehatan kerja saat

ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para tenaga kerja,

akan tetapi harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan. Dalam artian sudah

menjadi sebuah kebutuhan bagi para pekerja.4

Di dalam UUK No. 13 Tahun 2003 pasal 86 yaitu mengatur hal yang

berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja berupa:

1. Setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas:

a. Keselamatan dan kesehatan kerja

b. Moral dan kesusilaan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia

serta nilai-nilai agama.

3
Abdul Rachman Budiono, Hukum Perburuhan di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1997), h. 227
4
http://digilib.its.ac.id-Chapter.pdf. diakses tanggal 02 Oktober 2016
4

2. Untuk melindungi keselamatan kerja / buruh guna mewujudkan

produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya

keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Dan selain UUK salah satu peraturan perundangan yang berkaitan

dengan keselamatan dan kesehatan kerja adalah UU No. 1 Tahun 1970 tentang

keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala ruang lingkungan

kerja, baik didarat, didalam tanah, permukaan air, didalam air maupun

diudara, yang berada didalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Demi terselenggaranya upaya keselamatan dan kesehatan kerja

perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja yang beritegrasi dengan manajemen perusahaan. Pelaksanaan

keselamatan dan kesehatan kerja adalah melalui upaya menciptakan tempat

kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat

mengurangi kecelakaan dan penyakit kerja yang akhirya produktivitas tidak

terganggu.

Menurut data dari Institution of Occupational Safety and Health

(IOSH), ancaman kecelakaan dan tempat kerja di negara berkembang masih

sangat tinggi. Sedangkan data dari kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun 2015 di Indonesia tidak kurang dari

enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja. Sementara
5

menurut data Internasional Labour Organization (ILO), di Indonesia rata-rata

per tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja.5

Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan pada tanggal 05

Oktober 2016 di PT. Asia Citra yang terletak di Kabupaten Rokan Hilir.

Penulis melihat PT. Asia Citra tidak memberikan alat pelindung (baju, celana,

masker, kacamata, sarung tangan, helm, dan sepatu boots), perusahaan tidak

melakukan pengontrolan atau pengawasan secara rutin kepada karyawan

dilapangan kerja, perusahan kurang efektif dalam menyediakan alat- alat

penanganan keselamatan dan kesehatan kepada karyawan yang berupa alat

pemadam kebakaran dan P3K.6

Di dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan kerja menjelaskan tentang syarat- syarat keselamatan kerja

bahwa:

(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat- syarat

keselamatan kerja untuk:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada

waktu kebakaran atau kejadian- kejadian lain yang berbahaya

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan

f. Memberi alat- alat perlindungan diri kepada para pekerja


5
http://www.beritasatu.com/ancaman kecelakaan kerja di indonesia masih tinggi. Html.
akses 2 Oktober 2016
6
Observasi pada PT. Asia Citra tanggal 05 Oktober 2016
6

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya

suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap,uap, gas, hembusan

angin, cuaca, sinar, atau radiasi, suara dan getaran

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja

baik phisik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,

lingkungan, cara dan proses kerjanya

n. Mengamankan dam mempelancarkan pengangkutan orang,

binatang, tanaman atau barang

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,

perlakuan dan penyimpanan barang

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

r. Menyesuaikan dan meyempurnakan pengamanan pada

pekerjaan yang berbahaya kecelakaannya menjadi tambah

tinggi.7

7
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja
7

Didalam Undang- undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja

sudah jelas diatur tentang ketentuan syarat-syarat keselamatan kerja, maka

dari itu pertanggung jawaban tentang keselamatan dan kesehatan kerja di

tempat kerja dilakukan oleh pengusaha atau pemimpin atau pengurus tempat

kerja. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dilakukan

dengan bersamaan oleh pimpinanatau pengurus perusahaan dan seluruh

karyawan.

Namun pada kenyataannya menunjukan bahwa keselamatan dan

kesehatan kerja sangat kurang diperhatikan, karna telah terjadinya

peningkatan jumlah kecelakaan kerja setiap tahun. Kecelakaan kerja akan

mengakibatkan kerusakan, kelainan, cacat fisik, maupun mental bagi para

karyawan hingga dapat menyebabkan kematian.

Berdasarkan diuraikan tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

meneliti dalam sebuah skripsi yang berjudul Perlindungan Hukum

Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan Dalam Proses

Produksi Pada PT. Asia Citra di Kabupaten Rokan Hilir.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis sampaikan di atas serta

titik tolak masalah yang telah ada maka perlu kiranya membatasi masalah

yang diteliti agar lebih terarah dan mendekati masalah yang diinginkan.

Adapun batasan masalah yang diteliti yaitu perlindungan hukum terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dalam proses produksi pada PT.

Asia Citra di Kabupaten Rokan Hilir.


8

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum bagi keselamatan dan

kesehatan kerja di PT. Asia Citra ?

2. Apakah hambatan PT. Asia Citra dalam memberikan perlindungan hukum

bagi keselamatan dan kesehatan kerja karyawan ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui pelaksanaan perlindungan hukum keselamatan dan

kesehatan kerja di PT. Asia Citra.

a. Untuk mengetahui hambatan PT. Asia Citra dalam memberikan

perlindungan hukum bagi keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.

2. Manfaat penelitian

a. Penelitian ini sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sultan

Syarif Kasim Riau.

b. Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan, khususnya tentang perlindungan hukum terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dalam proses produksi.

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan sifat penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum sosiologis, yaitu penelitian

yang dilakukan secara langsung untuk memperoleh data terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dalam proses produksi pada


9

PT. Asia Citra di Kabupaten Rokan Hilir. Sedangkan sifat penelitian ini

adalah deskriptif yaitu menggambarkan secara tetap masalah yang diteliti

sesuai dengan data yang diperoleh kemudian dianalisa.

2. Lokasi

Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Tanah Putih Tanjung

Belawan Kabupaten Rokan Hilir lebih khususnya di PT. Asia Citra.

Pertimbangan penulis untuk menjadikan lokasi ini sebagai tempat

penelitian, karena di perusahaan ini keselamatan dan kesehatan kerja

karyawan sering di abaikan.

3. Populasi dan sampel

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil

menghitung ataupun pengkuran kuantitatif maupun kualitatif dari pada

karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap.

Sedangkan sampel adalah sebagian atau seluruh dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi.8 Dalam pengambilan sampel

penulis menggunakan teknik random sampling (pengambilan sampel

secara acak). Untuk lebih jelasnya populasi dan sampel dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

8
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, (Bandung : CV. Setia Pustaka, 2009),
h. 100
10

Tabel I.1
Populasi dan Sampel
Persentase
No Responden Populasi Sampel
(%)
1 Direktur 1 1 100
2 Bidang K3 32 5 15.62
3 Karyawan 182 20 10.9
Jumlah 215 26
Sumber: data kantor PT. Asia Citra 2016

4. Sumber data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung di lapangan

yaitu pada PT. Asia Citra di Kabupaten Rokan Hilir.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan

yang berupa bahan tertulis seperti buku teks, peraturan perundang-

undangan dan data dari instansi atau lembaga tempat penelitian

yang yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam

penelitian.

5. Metode pengumpulan data

a. Observasi, yaitu penulis melakukan pengamatan secara langsung ke

lapangan untuk melihat bukti secara jelas apa yang terjadi

dilapangan sebenarnya.

b. Wawancara, yaitu dengan cara melakukan tanya jawab langsung

dengan responden yaitu pimpinan PT. Asia Citra Kabupaten Rokan

Hilir.

c. Angket, yaitu dengan mengajukan pertanyaan beserta menyediakan

alternatif jawabannya kepada responden yaitu karyawan PT. Asia

Citra Kabupaten Rokan Hilir.


11

6. Metode analisa data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

deskriptif kualitatif yaitu setelah data terkumpul, data-data tersebut

diklarifikasikan ke dalam kategori-kategori atas dasar persamaan jenis

dari data tersebut kemudian data tersebut dihubungkan antara yang satu

dengan yang lainnya sehingga akhirnya akan diperoleh gambaran yang

utuh tentang masalah yang diteliti.

7. Metode Penulisan

a. Deskriptif, yaitu menggambarkan masalah-masalah yang dibahas

berdasarkan data yang diproleh kemudian dianalisa.

b. Induktif, yaitu, mengemukakan data-data yang bersifat khusus yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti, dianalisa dan ditarik

kesimpulan yang bersifat umum.

F. Kerangka Teori

Menyadari akan pentingnya tenaga kerja bagi perusahaan, maka

perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga keselamatannya

dalam menjalankan pekerjaan. Demikian pula perlu diusahakan ketenangan

dan kesehatan pekerja agar apa yang dihadapinya dalam pekerjaan dapat

dihadapi semaksimal mungkin, sehingga kewaspadaan dalam menjalankan

pekerjaan itu tetap terjamin. Pemikiran-pemikiran itu merupakan program


12

perlindungan pekerja, yang dalam praktik sehari-hari berguna untuk dapat

mempertahankan produktivitas dan kestabilan perusahan.9

Perusahaan perlu melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja

yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan

dan hasil produktivitas. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja perlu

dan sangat penting, karena membantu terwujudnya pemeliharaan yang

baik, sehingga karyawan menyadari arti penting dari pelaksanaan

keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan maupun perusahaan.

Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat

diartikan sebagai ilmu pengetahuan penerapannya dalam usaha mencegah

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus

diterapkan dan dilaksanakan disetiap tempat kerja (perusahaan).10

Di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan diatur bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja

dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin

kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun

untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja atau buruh dan keluarganya

dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.

Terhadap produktivitas pekerja atau buruh juga disinggung dalam undang-

undang ini yaitu kesejahteraan pekerja atau buruh adalah suatu pemenuhan

9
Asikin Zainal, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada,
2010), h. 95
10
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Edisi Revisi, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2010), h. 148
13

kebutuhan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak

langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja

yang aman dan sehat.

Era globalisasi saat ini, tuntutan masyarakat akan upaya

perlindungan tenaga kerja makin kuat. Masyarakat pun menghendaki agar

tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat yang secara tidak

langsung juga berpengaruh, sehingga penerapan K3 harus dilaksanakan

sebagai bagian dari pelaksanaan hak asasi manusia.

Di dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan telah mengatur tentang

kesehatan dan keselamatan kerja menyatakan bahwa telah memberikan

tanggung jawab kepada manajemen untuk melaksanakan pencegahan

kecelakaan kerja. Walaupun banyak perusahaan yang belum begitu

mengetahui tentang potensi-potensi bahaya di tempat kerja yang terkait

dengan peraturan perundangan tentang keselamatan kerja, sehingga masih

banyak pelanggaran dan perlu pengawasan agar terhindar dari kecelakaan

dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman

dengan dilengkapi alat alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga

lantai dan tangga bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara fasilitas

air yang baik. Keselamatan kerja menunjuk pada perlindungan

kesejahteraan fisik dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau

cedera terkait dengan pekerjaan.


14

Kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental,

emosi atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja. Perusahaan

mengenal dua kategori penyakit yang diderita tenaga kerja yaitu :

1. Penyakit umum yang mungkin dapat di derita semua orang. Penyakit

umum merupakan tanggung jawab anggota masyarakat karena itu harus

mengadakan pemeriksaan sebelum masuk kerja; dan

2. Penyakit akibat kerja, yang dapat timbul setelah karyawan yang tadinya

terbukti sehat memulai pekerjaannya.

Pencegahan gangguan kesehatan akibat faktor dalam pekerjaan

adalah dengan substitusi, ventilasi, isolasi, pelindung, pemeriksaan

kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala, penerangan, dan pendidikan

tentang kesehatan kepada pekerja secara terus menerus. Pemantauan

kesehatan kerja dapat dilakukan dengan mengurangi timbulnya penyakit,

penyimpanan catatan tentang lingkungan kerja, memantau kontak

langsung, penyaringan genetik. Menurut peraturan menteri tenaga kerja

dan transmigrasi Republik Indonesia, kesehatan kerja bertujuan untuk

memberi bantuan kepada tenaga kerja.11

Adanya kecelakaan merupakan masalah yang sangat penting karena

sangat merugikan pekerja dan perusahaan. Pekerja dirugikan sebab mereka

mengalami kesakitan, kecacatan bahkan bisa berakibat kematian,

sedangkan perusahaan juga dirugikan karena adanya kecelakaan kerja yang

berarti adanya asset yang berupa sumber daya, bagian mesin,bahan,

11
Jurnal Administrasi Bisnis Volume I Nomor 1 September 2012. Diakses tanggal 8
Desember 2016
15

peralatan atau lingkungan kerja yang rusak. Maka akibat dari itu, bisa

menyebabkan kekacauan di dalam proses keberhasilan usaha. Kerugian

yang disebabkan oleh kecelakaan tersebut sangatlah besar dan biasa

memungkinkan semua pihak yang terlibat baik pekerja maupun pimpinan

perusahaan dan selaku penentu kebijakan harus memahami dan

menerapkan program-program tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat

pula. Maka dengan demikian jumlah kecelakaan kerja dapat ditekan dan

perusahaan tidak akan mengalami suatu kerugian. Maka perlu dilakukan

dengan menganalisis kecelakaan kerja sehingga dapat mengurangi atau

mencegah adanya kecelakaan kerja.

Keselamatan kerja erat bersangkutan dengan peningkatan produksi

dan produktivitas. Produktivitas adalah perbandingan diantara hasil kerja

dan upaya yang dipergunakan. Keselamatan kerja dapat membantu

peningkatan produksi dan produktivitas atas dasar :

a. Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-keselamatan

yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi atau

ditekan sekecil-kecil nya, sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat

dihindari.

b. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan

penggunaan peralatan keja dan mesin yang produktif dan efesien dan

bertalian dengan tingkat produksi dan produkstivitas yang tinggi.


16

c. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan

kondisi-kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja,

sehingga faktor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efisiensi

yang tinggi pula.

d. Praktik keselamatan tidak bisa dipisah-pisahkan dari keterampilan,

keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial bagi

kelangsungan proses produksi.

e. Keselamatan kerja yang dilakukan sebaik-baiknya dengan partisipasi

pengusaha dan buruh akan membawa iklim keamanan dan ketenangan

kerja, sehingga kuat bagi terciptanya kelancaran produksi.12

Penerapan K3 dalam sistem manajemen perusahaan memberikan

banyak keuntungan selain peningkatan produktifitas kerja dan tetap

terjaganya keselamatan dan kesehatan kerja, penerapan K3 juga dapat

meningkatkan citra baik perusahaan yang dapat memperkuat posisi bisnis

perusahaan. Dengan komitmen penerapan K3, angka kecelakaan kerja

dapat ditekan sehingga dapat menekan biaya kompensasi akibat kecelakaan

kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja di dalam perusahaan akan

dijadikan kultur yang harus dilaksanakan oleh seluruh karyawan

perusahaan, tidak hanya mereka yang kerja dilapangan saja, tetapi mereka

juga yang bekerja di kantor. Kemudian dalam mengimplementasikan suatu

program K3 dari pihak manajemen harus transparan, karena program K3

12
Suma’mur, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, (Jakarta : PT. Pertja,
1989), h. 4
17

dibuat tidak hanya untuk divisi K3 sendiri, melainkan disosialisasikan

untuk seluruh karyawan, dan manajemen perlu mengevaluasi program

tersebut yang telah dijalankan, agar berguna untuk mengkroscheck kembali

apakah K3 itu sudah berjalan dengan maksimal sesuai dengan standard K3

yang telah berlaku, dalam mengurangi tingkat kecelakaan kerja, dan how to

make of safe in environmental work. “intinya pekerja dan manajemen

haruslah sama-sama memperhatikan K3 karena memiliki dampak pada

masing-masing mereka.13

Kebijakan K3 merupakan syarat dasar dalam membangun sistem

manajemen keselematan dan kesehatan kerja di tempat kerja. Kebijakan K3

merupakan komitmen pimpinan suatu organisasi perusahaan untuk

menjamin keselamatan dan kesehatan kerja seluruh personil di bawah

kendalinya juga pihak-pihak yang berkaitan (berhubungan) dengan

kegiatan (aktivitas) operasi perusahaan (organisasi) tersebut.

Bahaya ditempat kerja adalah segala sesuatu ditempat kerja dan

sekelilingnya yang dapat melukai, baik secara fisik maupun mental.

Misalnya adalah ketinggian, scaffolding, pengelasan, cutting, grounding,

dan lain-lain. Untuk melindungi keselamatan pekerja atau buruh guna

mewujudkan produktivitas kerja optimal, haruslah diselenggarakannya

upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan tersebut tentunya

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

13
Suma’mur, op.cit, h. 67
18

Masalah keselamatan dan kesehatan bukanlah masalah kecil bagi

perusahaan, kecelakaan kerja dapat merugikan baik perusahaan, tenaga

kerja, pemerintah dan masyarakat. Dengan terjadinya kecelakaan kerja

maka akan menimbulkan kerugian yang berupa hilang atau berkurangnya

kesempatan kerja, modal, dan lain sebagainya. 14

Dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah “setiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Pengertian ini

menyempurnakan pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang No. 14

Tahun 1969 tentang ketentuan Pokok Ketenagakerjaan yang memberikan

pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan

barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.15

Di dalam ketenagakerjaan ada beberapa aspek hukum yang

terkandung di dalamnya salah satunya yaitu tentang keselamatan dan

kesehatan kerja, di dalam pasal 86 ayat 1 Undang-Undang No. 13 tahun

2003 disebutkan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk

memperoleh perlindungan atas :

1) Keselamatan dan kesehatan kerja

2) Moral dan kesusilaan

14
Asikin Zainal, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2012), h. 148
15
Ibid,
19

3) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-

nilai agama.16

Dengan adanya kebijakan ini diharapkan terciptanya hubungan

kerja yang harmonis, sehingga perusahaan semakin maju dan pekerja/buruh

semakin sejahtera. Demi kesejahteraan pekerja/buruh Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 juga telah diatur bahwa setiap pekerja atau buruh

dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.

G. Sistematika Penulisan

Demi untuk terarahnya dan memudahkan dalam memahami tulisan

ini, maka penulisan ini di bagi dalam lima bab yang semuanya itu

merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Di dalam bab ini penulis akan memaparkan sejarah PT. Asia

Citra, misi dan misi PT. Asia Citra, struktur organisasi dan

Tugas PT. Asia Citra.

BAB III TINJAUAN TEORITIS

Bab kedua memuat teori-teori yang digunakan sebagai tinjauan

atau landasan dalam menganalisis masalah pokok yang telah

16
Asyhadie Zaeni, Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja,
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 34
20

dikemukakan, tinjauan tentang perlindungan hukum dan

tinjauan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Terdiri dari pelaksanaan perlindungan hukum keselamatan dan

kesehatan kerja di PT. Asia Citra dan hambatan dalam

memberikan perlindungan hukum keselamatan dan kesehatan

kerja di PT. Asia Citra.

BAB V PENUTUP

Terdiri berisikan kesimpulan dan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA

You might also like