Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu
Drs. M. Husen, M.Pd
Fitra Marsela, S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu dari kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi teman –
teman yang membacanya terkhusus untuk kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konseling adalah pelayanan bantuan oleh tenaga professional kepada seseorang atau
sekelompok individu untuk mengembangkan kehidupan efektif sehari-hari dan penanganan
kehidupan efektif sehari-hari terganggu dengan fokus pribadi mandiri dan mampu
mengendalikan diri melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung
dalam proses pembelajaran (Prayitno, 2014). Sebagai sebuah kegiatan professional tentulah
kegiatan konseling dilakukan oleh orang-orang yang sudah professional. Hal ini menunjukkan
bahwa kegiatan konseling dalam praktiknya dilakukan atas dasar keilmuan. Pelayanan konseling
menuntut para praktisinya untuk memahami dan mampu melaksanakan kegiatan konseling sesuai
dengan yang diharapkan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Mortensen dan Schmuller bahwa
konseling adalah jantung hatinya program bimbingan (Mortensen dan Schmuller, 1976). Oleh
karena itu, para petugas bimbingan dan konseling perlu memahami dan dapat melaksanakan
usaha layanan konseling dengan sebaik-baiknya.
Contoh di atas menunjukkan bahwa permasalahan yang bersifat pikiran negatif muncul
di benak konselor pemula justru menghambat dan mengganggu proses konseling baik itu proses
yang dijalani oleh konselor maupun proses yang sedang dijalani oleh konseli. Permasalahan ini
jika terus dibiarkan bisa mengganggu efektivitas kinerja konselor dalam melaksanakan proses
konseling. Hal ini bisa berdampak pada diri konselor sehingga ia berpikir bahwa ia tidak
memiliki kualitas pribadi dan professional yang mumpuni. Lambat laun maka kinerja konselor
tersebut menjadi rendah. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan oleh para konselor pemula
dalam menghadapi berbagai problem saat melaksanakan konseling adalah dengan menata ulang
pikiran mereka menggunakan konsep mind skill positif yang membantu para konselor pemula
untuk dapat berpikir lebih jernih, terarah dan sesuai dengan keadaan. Mind skill positif
membantu konselor pemula untuk dapat memahami potensi dan kualitas diri yang ada sembari
memotivasi untuk meningkatkannya. Sehingga permasalahan umum yang sering ditemui oleh
konselor pemula dapat diatasi dengan bijaksana.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan konselor pemula?
2. Mengetahui apa saja yang kesalahan yang sering terjadi pada konselor pemula?
3. Apa yang dimaksud dengan potensi diri?
4. Mengetahui jenis-jenis dan cara mengembangkan potensi diri?
C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami permasalahan yang sering ditemui oleh konselor pemula
2. Mengetahui dan memahami potensi diri, kelemahan serta cara mengatasinya sebagai
konselor pemula
D. METODE
Berdasarkan pada tujuan umum penelitian maka metode yang tepat dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif, karena dilakukan pada saat sekarang dengan sebagaimana adanya.
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Sudrajat dan Subana (2009: 23) mengatakan “Penelitian
deskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang terjadi pada saat penelitian ini berlangsung dan
berlangsung dan menyajikan apa adanya. Metode deskriftif adalah suatu bentuk penguraian dan
penginterpretasian yang memiliki kaitan dengan kondisi-kondisi yang ada, proses yang sedang
berlangsung atau kecenderungan-kecenderungan yang sedang berkembang. Setelah metode
ditentukan, maka bentuk penelitian harus sesuai dengan metode yang digunakan. Karena metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, maka bentuk penelitian
pun sesuai dengan metode tersebut. Bentuk penelitian yang tepat dalam penelitian ini adalah
bentuk penelitian survei. Bentuk penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti mengadakan survei
langsung ke lokasi yang menjadi tempat penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
Secara khusus, permasalahan yang sering muncul bagi konselor pemula dapat
dikelompokkan menjadi:
Menurut Corey (2010) ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh konselor pemula ketika
memulai hubungan konseling. Diantaranya adalah adanya kecemasan ketika hendak memulai
konseling. Kecemasan ini biasanya hadir pada diri konselor pemula. Konselor pemula berpikir
bahwa bagaimana nanti memulai konseling, apa yang harus dikatakan, bagaimana langkah-
langkah selanjutnya dalam melaksanakan konseling yang efektif, serta bagaimana kalau ternyata
konseli lebih banyak tahu daripada konselor.
Penelitian menyebutkan bahwa dalam proses dan hubungan konseling, konselor pemula
teridentifikasi mengalami masalah tentang kecemasan terhadap peran konselor dalam hubungan
terapeutik, persepsi tentang hubungan terapeutik yang kurang direktif dengan hubungan di luar
konseling, percobaan dengan gaya komunikasi interpersonal, kesadaran akan kontratransferensi,
dan dampak proses terapeutik yang telah dilaksanakan dengan kondisi di luar proses konseling
(Schwing, LaFollette; Steinfeldt; & Wong, 2011).
baik yang sudah teraktualisasi tetapi belum optimal maupun belum teraktualisasi. Daya tersebut
dapat bersifat positif yang berupa kekuatan (power), yang bersifat negatif berupa kelemahan
(weakness). Dalam pengembangan potensi diri yang dikembangkan adalah yang positif,
sedangkan yang negatif justru harus dicegah dan dihambat agar tidak berkembang. Potensi-
potensi tersebut merupakan salah satu pembeda antara individu yang satu dengan individu yang
lain.
Pengembangan potensi diri adalah suatu usaha atau proses yang terus menerus ke arah
penguasaan pribadi, sehingga dapat mendorong dan meningkatkan pertumbuhan pribadi demi
kemauan belajar, yang akhirnya membentuk pribadi yang mantap dan sukses. Pribadi yang
mantap memiliki arti pribadi yang dewasa secara mental. Sedangkan pribadi yang sukses
memiliki arti mampu tampil sebagai pemenang dengan mengalahkan semua unsur negatif yang
ada dalam diri seseorang atau dalam diri sendiri. Selain itu, yang disebut dengan sukses adalah
keberhasilan mencapai target. Target tersebut baik berupa kekayaan, kekuasaan, kepandaian,
target yang terus bergerak setahap demi setahap, tidak akan dapat dicapai sepenuhnya dan tidak
akan pernah puas, karena bila kompetensi seseorang meningkat maka target akan semakin tinggi.
Menurut Aa Gym, ciri-ciri pribadi yang sukses adalah : terencana, terampil, tertib, tegar dan
tawadhu.
BAB III
PEMBAHASAN
Konseling atau bimbingan konseling adalah sebuah pengalaman baru bagi seseorang,
terutama konselor. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang konselor pemula:
Ada dua permasalah yang paling sering dihadapi oleh konselor pemulayaitu:
a. Boredom (kebosanan). Hal ini ditandai dengan ciri-ciri menciptakan jarak antara
konselor-klien, kehilangan rasa aman dan penerimaan, konselor terlalu banyak berbicara
atau terlalu banyak diam. Hal seperti ini akan mempengaruhi keseluruhan sesi konseling
dan lebih dari itu, konselor akan kehilangan informasi penting. Untuk mengatasinya,
konselor harus benar-benar memetakan apa akar permasalahan yang telah ditangkap dari
ungkapan tersirat/tersurat dari kien, memberikan feedback kepada klien terkait akar
permasalahan yang konselor ungkapkan apakah itu sudah benar atau tidak dan bila perlu,
gantilah jadwal pertemuan di hari lain.
b. Hostility (permusuhan). Sumber permusuhan yang seringkali terjadi yaitu adanya
ketakutan yang mendalam (takut ketergantungan atau ditantang melakukan sesuatu) baik
pada klien maupun konselor, frustrasi, konselor menjadi simbol konflik, banyak tertekan
dan konselor selalu fokus pada hal negatif. Lalu bagaimana cara mengatasinya? Caranya
ialah konselor harus menanamkan kepada diri sendiri juga klien bahwa mereka adalah
partner yang bersama-sama memiliki tujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi saat ini. Selain itu, konselor juga harus mampu menyeimbangkan
perilaku/sikapnya, menjadi orang yang nice (ramah) dan mampu bersikap
tegas/melakukan konfrontasi terhadap klien bilamana terdapat kesimpangsiuran atau
terjadi rambatan permasalahan yang terlalu melebar/tidak fokus.