You are on page 1of 141
Jumal Riset Kesehatan 5 (1), 2016, 40-44 Jurnal Riset Kesehatan mp hjournal poetbessmg.acailogfindex phy PENGARUH PENANGANAN SPUTUM TERHADAP KUALITAS SPUTUM PENDERITA TBC SECARA MIKROSKPIS BAKTERI TAHAN ASAM ‘Teguh Budiharjo" ; Kundjoro Adi Purjanto Jurusan Analis Kesehatan ; Poltekkes Kemenkes Semarang JI. Tirto Agung ; Pedalangan ; Banryumanik ; Semarang Abstract Tujuan riset adalah untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan mikroskopis BTA sputum. ‘yang langsung diperiksa dengan ditunda 24 jam di suhu kamar. Jenis Penelitian adalah deskriptif ‘nalitk, Analisis data menggunakan Uji beda Wilcoxon Test Dependent dengan derajat kepercayaan 95% (alpla < 0,05) dengan bantuan SPSS 21. Hasil Penelitian menunjukkan dari 25 sampel sputum. yang Langsung di periksa dengan hasil 1+ ada 3 sampel, 2+ ada 8 sampel, 3+ ada 14 sampel, Sedanghan pada sampel yang ditunda pemeriksaan 24 jam pada suhu 25°C, didapatkan hasil 1+ sebanyak 7 samel, 246 sampel, dan 3+ ada 12 sampel adalah BTA yang positif. Dari 25 sampel sputum antara Langsung di periksa dengan ditunda 24 jam pada suhu 25°C, didapatkan sebanyak fenam sputum yang kecenderungannya hasil berkurang (negatif), Hasil yang jumlahnya bertambah (positif) tidak ada (0) dan jumlah yang sama antara langsung diperiksa dengan sputum tunda 24 jam suhu ruang scbanyak 19 sputum. Ini menunjukkan bahwa pemeriksaan sputum ‘unda 24 jam subu ruang dapat mengakibatkan hasil negatif semu, atau babkan positif sens. Ada perbedaan hasil antara sputum langsung diperiksa dengan ditunda 24 jam pada sul kamar 25°C. Sebaiknya Pemeriksaan sputum TBC sebaiknya dilakukan segera untuk menghindari hasil positif ‘atau negatif semu hasil pemeriksaan mikroskopis. Kata leunci:peranganan sputiom ; BTA; bakteri Abstrak [English Title: EFFECT OF SPUTUM HANDLING ON SPUTUM QUALITY OF ‘TUBERCULOSIS PATIENTS WITH THE METHOD OF MICROSCOPY OF ACID RESISTANT BACTERIA (STUDY ON REGIONAL HEALTH CENTER HAVE SEMARANG DISTRICT] Purpose of the study was to determine differences in the results of the microscopic examination of sputum BTA that is directly checked by way of delay 24 hours at room temperature. Type of research is descriptive analytical. Data analysis was using different testing Wilcoxon Dependent Test with 95% confidence level (alpia<0,05) and supported SPSS 21. There are 3 samples with I+ results of 25 sputum samples were directly examined there are 8 samples with 2+ results, 14 samples with 3+ results. Where as for the examination of samples that postponed for 24 hours at a temperature of 250C obtained 1+ results for 7 samples, 2+ with 6 samples, and 3+ of 12 samples are positive BTA. At 25 sputums samples were directly examined with delay methods for 24 hours at 25°C, obtained 6 sputum are more likely to be negative. There is no positive results and the same ‘number will be checked with the methods of sputuim delay for 24 hours at room temperature less ‘than 19 sputums, This indicates that the examination of sputum delay for 24 hours at room temperature could lead to false negative results or even a false positive. There was the difference of the results between sputum directly examined by with be delayed 24 hours at room temperature 25°C It is recomended that examination sputum TBC should be done soon to avoid a positive result or negative specious the results of investigation microscopic Keywords: handling sputum ; BTA ; bacteria ‘JPenalisKorespondenst E-mail tegahbuditlayahoo.com ‘Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068 ‘ipl eguContoner Jural Risot Kesehatan 5 (1), 2016, 41-44 1, Pendabuluan ‘Tuberkulosis merupakan jenis penyakit menular langsung yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, Tuberkulesis, merupakan penyakit infeksi kronis_menular yang menjadi masalah Kesehatan di dunia dan penyebab utama kematian di__negara berkembang, Setiap tahunnya terjadi sekitar & juta penderita TB baru dengan kematian sckitar 3 juta orang Tahun 2009, hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah__penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pemapasan pada semua kelompok usia dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi (Depkes, 2010), Pada tahun 2009 World Health Organization (WHO) mencatat _peringkat indonesia menurun dengan jumlah penderita ‘TBC sebesar 429 orang. Lima Negara dengan jumlah —terbesar asus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika selatan, Nigeria dan Indonesia. (Sumber WHO Global Tuberkulosis Control 2010). Diagnosis TB ditegakkan ata dasar anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan bakteriologis dan pemeriksaan radiologis (Luhur, 2009). Pemeril bakteriologis bertujuan untuk melakukan identifikasi terhadap kuman Mycobnkterium — tuberculosis dalam — sputum. penderita, Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mutut. Pemeriksaan sputum dilakukan tiga kali berturut-turut pada sampel SPS yaitu sewaktu, agi, sewaktu. Sebelum melakukan pembuatan sediaan sputum, petugas laboratorium harus memeriksa sputum secara fisik yaitu dipilin yang kental, purulen berwarna hijau kekuningan, kadang ada bercak darah agar dalam pembuatan sedliaan menjadi berkualitas. Spesimen sputum sebaiknya dikumpulkan dalam waktu 2 hari kunjungan yang berurutan, Dengan demikian prioritas uutama dalam program penanggulangan TBC adalah = menemukan kuman BTA secara mikroskopis dan —_pengobatan_penderita dengan hasil TBC positif dari sputum. Kondisi sputum untuk pemeriksaan laboratorium adalah penting. Sputum yang baik mengandung, beberapa partikel atau sedikit kental dan berlendit, kadang-kadang malah bernanah dan berwarna hijau kekuningan (Bastian, Ivan dan Lumb, 2008). Guna menjamin spesimen sputum. bermutu baik, harus segera dikirim ke Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 225: laboratorium secepat mungkin segera_setelah pengambilan, Jika sputum disimpan pada suhu Kamar selama satu hari dapat mengakibatkan sputum menjadi encer dan kualitas sediaan menjadi tidak baik Laboratorium Puskesmas — Suruh Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang merupakan bagian dari pelayanan laboratorium Keschatan, mempunyai peran penting dalam penanggulangan TB Paru berkaitan dengan deteksi ini, pemantauan —_keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan sputum mikroskopis ‘merupakan pemeriksaan paling efisien, mudah, murah dan bersifat spesifik. Kegiatan deteksi dini dan pemeriksaan sputum menjadi kegiatan penting di wilayah Puskesmas Suruh, Wilayah Puskesmas Suruh cakupannya relatif Tuas dan diduga masih banyak ditemukan TBC Positif, sehingga pencarian, deteksi dini_masyarakat yang suspek TB Paru harus secara aklif Gilakukan/ oleh petugas Laboratorium Puskesmas Pada tahun 2013 jumlah kasus ‘TBC Puskesmas Suruh di target dari Dinas Kesehatan Kabupaten 360 suspek, dengan 36 BTA positif dan 300 BTA negatif, Sedangkan selama satu tahun Puskesmas Suruh baru ‘mencapai 250 suspek dengan 18 BTA Positif dan 132. BIA” Negatif schingga belum memenuhi_ target. UPTD Puskesmas Suruh terletak di Kecamatan Suruh, tepatnya di Desa Plumbon. Di Kecamatan Suruh terdapat 2 Puskesmas Yaitu UPTD Puskesmas Surah yang terletak di Desa Plumbon dan Puskesmas_ Dadapayam. Puskesmas Dadapayam —_pemeriksaan Laboratorium dirujuk ke Puskesmas Suruh. terutama kasus TBC karena belum ada petugas Analis, Luas wilayah kerja Puskesmas Suruh adalah 31,40 km® dengan jumlah 11 desa antara lain Desa Bejilor, Dersansari, Jatirejo, Kebowan, Plumbon, Suruh, Reksosari, Ketanggi, Purworejo, Bonomerto, Medayu. Berdasarkan data statistik Kabupaten Semarang tahun 2012, Jumlah penduduk UPTD Puskesmas Suruh adalah 40.291 jiwa, dengan perbandingan jumlah penduduk laki - laki 20.325 jiwa dan perempuan 19,966. jiwa Jumlah tenaga laboratorium hanya satu orang dengan cakupan luas, seluas Kecamatan Suruh, Deteksi dini dan pancarian suspek TB Paru harus tetap berjalan. Jarak dari desa satu ke desa lain cukup jauh, sehingga sputum yang Giambil dari desa satu. ke Laboratorium. Puskesmas Suruh menjadi tidak dapat langsung 5068 ‘ipl eguContoner Jural Risot Kesehatan 5 (1), 2016, 42-44 diperiksa. Kegiatan petugas Laboratorium tidak hanya pemeriksaan suspek TB paru saja, kadang, masih dibebani dengan kegiatan rutin laboratorium puskesmas, penyuluhan dan lain sebagainya sehingga kadang sputum yang, diambil dari suspek TB Paru disimpan dulu sehari baru diperiksa, Penyimpanan_ sputum, biasanya disimpan pada suhu Kamar. Penundaan pemeriksaan ini tentunya dapat mempengaruhi kualitas sputum. — Kualitas sputum akan ikut —menentukan —_hasil pemeriksaan mikroskopis BTA. Landasan fenomena tersebut yang melatar belakangi ketertarikan untuk meneliti tentang efek penundaan pemeriksaan sputum TB Paru selama 24 jam di suhu Kamar terhadap hasil pemeriksaan mikroskopis. BTA secara langsung, Metode Sampel dalam penelitian ini adalah preparat sediaan sputum penderita dengan BIA. positif yang telah diwarnai dengan pewarnaan metode Zieh! Neelsen yang siap diperiksa secara mikroskopis. Preparat sediaan sputum yang akan diamati ada yang berasal dari pengarsipan preparat (dibuat oleh petugas laboratorium) dan. ada juga yang dibuat sendiri oleh penel Dahak yang digunakan dalam penelitian dibatasi pada sputum pagi sewaktu Untuk pemeriksaan suspek, dahak diperoleh dari pasien yang datang sendiri atau di datangi oleh petugas dari Puskesmas Suruh dan BP-4 ‘Ambarawa. Kriteria inklusi: sampel encer, batuk lebih dari tiga minggu. Kriteria ekslusi: sampel encer, sampelnya air liur 3. Hasil dan Pembahasan Pemeriksaan spesimen sputum (dahak) secara_ mikroskopisnilainya identik dengan pemeriksaan —sputuh —secara_—_biakan, Pemeriksaan sputum secara miroskopis masih dianggap efisien, mudah, murah, bersifat spesifik dan sensitif. Penunjang keberhasilan uji mikroskopis sputum adalah kualitas. sputum. agar tidak didapatkan hasil BTA negatif semua Dari penelitian yamg telah dilakukan mengenai_ Pengaruh Penaganan Sputum Terhadap Kualitas Sputum " Penderita TBC Secara Mikroskpis Bakteri Tahan Asam, di Puskesmas Suruh dan Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang. Sampel sputum, yang digunakan adalah sampel sputum purulen. Sampel sputum — kemudian —dilakukan. Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 225: pengematan makroskopis dan _pemeriksaan sediaan BTA, kemudian sampel disimpan selama 24 jam untuk dibandingkan sifat makroskopis dan pemeriksaaan _sediaannya. Hasil yang diperolch sebagai berikut 1. Pengamatan Makroskopis Sputum Tabel 1. Pengamatan Makroskopis Sputum Sputum langsung, Sputum disimpan 24 jm su 25°C 7 Sputum paralen 7 Sputum encer + Diapat dipisahkan antara + Tidak dapat sputum dengan air iar dlipisohkan antara sputum dan aie ur + Bau Khas + Bau lebih tama + Wama sputum keruh dan aie Wamna sputum keruh liurbening bbercampur denan air live + Sulit dibuat sediaan ‘Muda dibuatsedisan 2. Pengamatan Mikroskopis sediaan sputum Tabel 2. Pengamatan Mikroskopis sediaan sputum. Sputum Tanga Sputum disinpan 24m shu. 25°C + Tatar belakang terdapat jamur + Perhitungan jumiah bia positifsuseh dilakukan ‘Karena terdapat amar ‘yang mengganggu proses peril + Latar belakang kontras + Peshitungan jumiah ba posit lebih muda + Kesalan perhitungan BTA, positif lebih rendah, Karena latarbelakang dan BTA positif DA teria koatra. + Kesalahan hitung lebih Ling Pemeriksaan spesimen sputum (dahak) secara_mikroskopis nilainya identik dengan pemeriksaan sputum —secara._—_biakan. Pemeriksaan sputum secara miroskopis masih dianggap efisien, mudah, murah, bersifat spesifik dan sensitif. Penunjang, keberhasilan uji mikroskopis sputum adalah kualitas sputum. agar tidak didapatkan hasil BTA negatif semu Sputum yang baik adalah diletakkan pada pot transparan : Volumenya 3,5 - 3 ml. kekentalan ; Mukoid dan warnanya Hijau Kekuningan (purulen) (Kemenkes RI, 2012). Hasil dari penelitian secara makroskopis, didapatkan sampel sputum pemeriksaan BTA yang langsung dan di tunda 24 jam terdapat beberapa perbedaan fisik. Perbedaan_tejadi pada 1) Kekentalan, sputum awalnya kental (mukoid), setelah disimpan disuhu rung menjadi encer, Encenya sputum bisa terjadi Karena suhu ruang yang cenderung hangat (25°C) dalam waktu lama dapat membuat ‘ipl eguContoner Jal Risot Kesehatan 5 (1), 2016, 43-44 konsistensi sputum —menurun, — Konsistensi sebuah koloid dapat menurun akibat suhu yang, hangat atau panas. Penyebab encernya sputum. dapat disebabkan karena suhu hangat karena suhu hangat dapat menyebabkan pecahnya granula granula pada senyawa sputum schingga cairan akan keluar dari granula dengan demikain sputum tampak lebih encer (Imaningsih, 2013). Kondisi sputum encer sebagai tanda kualitasnya menurun. Sputum encer akan menyulitkan pada saat pembuatan sediaan BTA, karena hasil sediaan yang dibuat menjadi tipis , tidak rata sehingga susah untuk di lihat dan baca, pada mikoskup. Kemnekes RI, 2012 menyatakan bahwa Kondisi sediaan yang baik adalah dari sputum yang tebal berukuran panjang sckitar 3 ‘em dan lebar 2.cm berbentuk oval dan rata Bau sputum tersimpan 24 jam pada subu rung berbau tajam/menyengat, berbeda dengan baw sputum baru yang khas. Perubahan bau sputum disebabkan karena tumbuhnya mikroba pembusuk dan kemungkinan jamur, sehingga baunya menjadi menyengat, Sputum adalah bahan yang disekresi dalam traktus trakheo bronchial yang —dikeluarkan dengan cara membatukkan. Walaupun kelenjar submukosa dan sel sekretorik lapisan mukosa dalam. keadaan normal dapat mensckresi_cairan viskoelastis sampai 100ml per hari, (Kemenkes RL 2012). Sputum adalah sumber nutrisi juga bagi mikroba lain selain micobacterium tuberkulosis, sehingga sangat dimungkinkan bila dibiarkan pada suhu ruang dapat ditumbuhi oleh mikroba lain seperti jamur dan bakteri pembusuk lain. Bakteri_pembusuk dan jamur lain yang tumbuh pada sputum inilah yang, menyebabkan bau sputum lebih menyengat. Bau yang menyengat dapat menggangu proses pembuatan sediaan schingga orang yang menyiapan sediaan lebih terganggu dengan bau yang menyengat (Nurhidayah, 2014) ‘Timbulnya jamur dan bakteri/mikroba Jain dapat menggangu pemeriksaan mikroskupis terutama pada pemcaan hasil, Jamur dan mikroba lain dapat menutupi BTA yang terdapat, pada sediaan. Pembacaan yang terganggu dapat, menyebabkan hasil pembacaan mikroskupis menjadi tidak jelas nisa positif palsu atau negatif palsu. Kualitas sputum sangat_menentukan ketepatan besarnya kasus Tuberkulois di masyarakat, hasil positif palsu atau negatif palsu sangat berbahaya karena dapat menyebabkan salah pengobatan aau tidak diobati dan akhirnya Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 225: bbisa menjadi sumber penularan dan meluasnya penyakit TB (Purnomo W, 2014) Pada sejumlah 25 sampel sputum Jansung dan sputum di simpan selama 24 jam atau lebih pada suhu 25°C (suhu kamar) pada pemeriksaan mikroskopis, didapatkan 6 sampel dengan hasil yang berbeda. Selain menyebabkan perbedaan hasil perhitunan, sediaan yang, berasal dari sampel sputum yan disimpan selama 24 jam atau lebih pada suhu 25°C membutuhkan waktu yang lebih lama dalam. pembacaannya, dikarenakan banyaknya factor ~faktor penganngu, seperti jamur, ragi dan latar belakan pembacaan yang tidak kontras. Hasil analisis uji beda antara sputum angsung periksa dengan sputum yang ditunda 24 jam dilakukan dengan uji Z. Berdasarkan uji analisis tersebut terdapat beda nyata antara hasil hhitung BTA Mikroskopis sputum langsung diperiksa dengan tunda 24 jam pada suhu ruang dimana p<0,05. 4, Simpulan dan Saran Simpulan Sputum diambil langsung diperiksa secara makroskopis adalah kekentalannya —mukoid (tidak encer), Warnanya hijau kekuningan (Purulen), bau khas sputum. ‘Sputum ditunda pemeriksaan selama 24 jam suhu ruang 25°C adalah kekentalannya mulai berkurang (mencait) schingga menjadi encer. Warnanya hijau kekuningan kusam, baunya lebih tajam dari sputum langsung_ periksa, adanya cemaran jamur. ‘Ada perbedaan hasil antara__ sputum langsung diperiksa dengan ditunda 24 jam pada sub kamar 25°C. Saran Pemeriksaan sputum TB sebaiknya dilakukan segera_untuk-menghindari_hasil positif atau negatif semu hasil pemeriksaan mikroskopis. Sputum perlu di manajemen dengan baik bila akan diperiksa tunda lebih dari 24 jam, agar hhasilnya akurat dan tidak semua dengan cara pengaturan suhu, tempat penyimpanan atau dengan menggunakan bahan pengawet. ‘8, Ucapan Terima Kasih Terima kasih disampaikan kepada Poltekkes Kemenkes Semarang yang telah mendanai keberlangsungan jurnal ini. Atau 5068 ‘ipl eguContoner Jural Risot Keschatan 5 (1), 2016, 44-44 ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada pemberi dana penelitian atau donatur. Ucapan terima kasih dapat juga disampaikan kepada pihak-pihak yang membantu pelaksanaan penelitian, 6. Daftar Pustaka Pelezer, MJ and Chan, ECS. 2005. Dasarsdasar ‘Mikrobiologi. UL Press Jakarta, Pelezar, MI. 1988, Dasar-dasar mikrobiologi Jilid 2. UI Press Jakarta Radji, M. 2001. Mikrobiologi. Buku Kedokteran, ECG Jakarta, Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 225: Soemarno, 2000. Isolasi dan Identifikesi Bakteri Klinik. Yogyakarta; Akademi Anais, Kesehatan, Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian, Alfabeta. Semarang, DepKes RI dan team. 2004. Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar, Edisi 3. Bonang, G dan Koeswardono. 1982. Mikrobiologi Untuk Laboratorium Klinik. Gramedia, Jakarta Pratiwi, ST. 2008. Mikrobiologi Penerbit Erlangga Jakarta Cavalieri, 2005, Medical Microbiology. Me Grow. New York. Farmasi. ‘ipl eguContoner TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER DIBANDINGKAN METODE PURSED LIP BREATHING TERHADAP KUALITAS SPUTUM PADA POPULASI MAHASISWA PREKLINIK PSKPD UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2016 Laporan Penelitian ini ditutis sebagai salah satu syaratuntuk memperolgh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH Azizah Hasanatul Fikriyah Lubis NIM : 1113103000006 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438H /2016M LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ‘Dengan ini saya menyatakan bahwa: sanksi yang berlaku Ciputat, 5 Oktober 2016 phan ugenCantennt LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER DIBANDINGKAN METODE PURSED LIP BREATHING TERHADAP KUALITAS SPUTUM PADA P PSKPD UIN SYARIF Diajukan kepada P Kedokteran dan Timu Hl NIM: 1113103000006 Pembimbing I Pembimbing I Tus Np — ——= dr, Intan Keumala Dewi, Sp. MK ‘dr. Sri Dhuny Atas Asri, Sp. P PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 14381/2016M phan ugenCantennt LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul TEKNIK PENGELUARAN SPUTUM DENGAN METODE REGULER DIBANDINGKAN METODE PURSED LIP BREATHING TERHADAP KUALITAS SPUTUM PADA POPULASI MAHASISWA PREKLINIK PSKPD UIN SYARIR HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2016 y izah Hasanatul Fikriyah (NIM: 1113103000006), telah dit Kedokteran dan ttmu ah diterima sebagai pada Program Oktober 2016, 4r.Intan Keumala Dewi, Sp. MK. dr. Sri Dhuny Atas Asti, Sp. P Peni Penguji edi an: Kato Medal Cok ddr. Mukhtar Ikhsan, Sp. P, MARS ‘Yulifti, S. Si, M. Biomed ‘NIP. 1954040619811 001 NIP.19680915 200801 2 022 PIMPINAN FAKULTAS Kepala PSKPD FKIK UIN CA EY/Acit Sumaniri, M. Kes dr Achmad Zaki, M. Epid, Sp. OT ‘NIP. 1978507200801 1005 phan ugenCantennt KATA PENGANTAR eye Assalamualaikum wr. wb Alhamdulilahirabbil’alamin, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya dapat ményelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini, Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya sampai akhir zaman. Penelitian ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak; Untuk itu penulis menyampail rasa terima kasih yang sebesar-besamya kepada: 1, DR. Arif Sumantri, S. KM, M. Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, MeEpid, Sp. OT sclaku Ketua Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syatif Hidayatullah Jakarta, dr. Flori Ratna Sari, Ph. D selaku Penanggung Jawab Riset, serta seluruh dosen Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2. dr. Intan Keumala Dewi, Sp. MK dan dr. Sri Dhuny Atas Asti, Sp. P selaku dosen pembimbing penelitian saya, yang selalu membimbing dan memberikan pengarahan kepada saya selama menjalani dan menyelesaikan penelitian ini dengan baik. 3. Dewan penguji, dr. Mukhtar Ikhsan, Sp. P, MARS, dan Ibu Yuliati, S. Si, M. Biomed 3. Kedua orangtua saya yang tercinta, Drs. H. Saparuddin Lubis, M. A dan Dra. H. Hotna Dewi, yang tak henti-hentinya memberikan cinta, perhatian, kasih sayang, dukungan, semangat, motivasi dan do’a kepada saya phan ugenCantennt vi 4. Ibu Yuliati, S. Si, M. Biomed selaku penanggung jawab (PJ) Laboratorium, Mikrobiologi Klinik yang telah memberikan izin atas penggunaan aboratorium pada penelitian ini ian, Nur Zahara Irwan, Lutfiana Ulfah Untuk teman seperjuangan penelitis ‘Uswandi dan Herlin Oktavi 6, Seluruh mahas fan. dan sahabat saya yang tak otivasi) kepada bermanfaat untuk berbagai_ pihak, an_laporaipenelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya, Ciputat, 5 Oktober 2016 Penulis phan ugenCantennt vii ABSTRAK Azizah Hasanatul Fikriyah Lubis. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Teknik Pengeluaran Sputum dengan Metode Reguler Dibandingkan Metode Pursed Lip Breathing terhadap Kualitas Sputum pada Populasi Mahasiswa Preklinik PSKPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016 Latar Belakang: Hasil pemeriksaan sputum sangat ditentukan oleh kualitas sputum, Sputum yang dihasilkan dapat berkualitas baik jika pasien tahu cara batuk yang benar, antara lain dengan batuk efektif metode pursed lip breathing. Batuk efektif metode pursed lip breathing merupakan cara batuk yang benar agar pasien dapat mengeluarkan sputum berkualitas baik yang dapat diperiksa untuk ‘menunjang diagnosis. Penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat hubungan bermakna (p<0,05) antara batuk efektif metode pursed lip breathing dengan kualitas sputum baik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan metode regular dengan batuk efektif metode pursed lip breathing melalui pemutaran video terhadap kualitas makroskopis sputum. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan volume (p<0,05) dan peaingkatan kualitas makroskopis sputum (p<0,05) setelah mendapatkan perlakuan batuk efektif metode pursed lip breathing lewat pemutaran video. Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa batuk efektif metode pursed lip breathing memiliki efek yang signifikan terhadap sputum berkualitas baik. Kata kunci : batuk efektifypursed lip breathing, kualitas sputum ABSTRACT Azizah Hasanatul Fikriyah Lubis. Medical Education Program and Doctor Profession, Sputum Production Technique with Reguler Method Compare to Pursed Lip Breathing Method to the Sputum Quality in Preclinical Student Population Medical Education Program and Doctor Profession State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016 Background: Results of sputum cxamination is determined by the quality of sputum, Sputum can have good quality if the patient knows how to cough properly, such as by effective cough pursed lip breathing method. Effective cough pursed lip breathing method is a way to cough properly so that the patient can produce sputum with good quality that can be examined to support the diagnosis Previous research showed there was a significant relationship (p <0.05) between effective cough pursed lip breathing method with good quality sputum. Purpose: This study aims to determine the difference with and without effective cough pursed lip breathing method through the video playback to the macroscopic quality of sputum. Finding Result: The results showed an increase of volume (p<0.05) and improved quality of macroscopic sputum (p<0.05) after treatment of effective cough pursed lip breathing method through video playback. Conclusion: It is concluded that an effective cough pursed lip breathing method has a ignificant effect on the good quality of sputum. Key words : effective cough, pursed lip breathing, sputum quality phan ugenCantennt vill DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN . LEMBAR PERSETUJUAN .. LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTARISI .. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN RRR WOW Bagi Masyarakat BAB 2 TINJUAN PUSTAKA .. 2.1, Sistem Respirasi 2.2. Saluran Pernapasan ...... 2.2.1. Produksi Mukus 2.2.2. Transport Mukus Pengertian Batuk 2.4.2. Batuk Efektif Metode Pursed Lip Breathing 2.5, Kualitas Sputum 7 25.1 Pemeriksaan Makroskopis Sputum 2.6. Kerangka Teori 2.7. Kerangka Kons 2.8. Defenisi Operasi BRYRRRERSSH eeu BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian .. 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ..... . 3.3, Populasi Penelitian dan Subyek Penelitian 3.4, Perkiraan Besarnya Sampel 3.5, Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1. Alat phan ugenCantennt 3.5.2. Bahan .. ~— 3.6. Variabel Penelitian 3.7. Cara Kerja . 3.8. Alur Penelitian 3.9. Analisis Data .. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAD 4.1, Karakteristik Jenis Kelamin 4.2. Status Kesehatan Sampel Peneliti 4.3. Kualitas Sputum 4.4. Volume Sputum 4.5. Konsistensi dan Wi 4.6, Persebaran Jenis K 5.1, Simpulan 5.2. Saran .. DAFTAR PUSTAKA .. LAMPIRAN .. phan ugenCantennt DAFTAR TABEL. Tabel 4.1 Persebaran Angkatan Responden Penelitian EES a 3 2 = Ln 8 = eae phan ugenCantennt xi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Organ-Organ Sistem Respiras Gambar 2.2 Mukus pada Saluran Pernapasan (Bronkiolus), Gambar 2.3 Kelenjar Gambar 2.4 Sean mikrograf Electron Bronkus Gambar 2.5 Sekresi Mukus Saluran Pernay Gambar 2.6 Lapisan Sol Gambar 2.7 Silia Saluran Pi Gambar 4.5 Perseb “Ke Gambar 6.1 Lembar Persetujuan M Gambar 6.2 Gelas Ukur a Gambar 6.3 Gelas Ukur yang Dis Gambar 6.4 Sendok Reagen Gambar 6.5 Pipet Tetes Gambar 6.6 Pot Sputum Sebelum Perlakuan Gambar 6.7 Pot Sputum Sesudah Perlakuan .. Gambar 6.8 Sputum Purulen Gambar 6.9 Saliva Gambar 6.10 Sputum Mukoid .. Gambar 6.11 Sputum Mukoid .. Gambar 6.12 Sputum Purulen Gambar 6.13 Sputum (-) Saliva (-) ‘pn dengan Canscat Hasil Uji Statistik DAFTAR LAMPIRAN ‘pn dengan Canscat BABI PENDAHULUAN 11. Latar Belakang Upaya untuk menegakkan_d bukan saliva ataupun Pemeriksaan terhadap i hasil_ yang menunjang diagnosis lewat pemeriksaan ci a. Terdapa tetnifl ie s seperti batuk efektif metode pursed rr prosedur medis seperti ay ial ie dan biopsi. Beberapa tekhnik tersebut bi pel berupa sputum yang berasal dari saluran pernapasan baWah yang dapat digunakan untuk pemeriksaan. Diantara beberapa cara tersebut, batuk efektif metode pursed lip breathing merupakan suatu metode pengeluaran sputum yang mudah dan dapat diterapkan bagi pasien yang akan melakukan pemeriksaan sputum.? Sekret yang diambil untuk pemeriksaan sputum harus sekret yang benar- benar keluar dari saluran pernapasan, Untuk mendapatkan sekret_ yang baik terdapat beberapa metode Kkhusus untuk mengeluaran sekret tersebut, salah satunya dengan cara batuk efektif metode pursed lip breathing.” Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat ‘mengeluarkan sekret secara maksimal. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk ‘meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan mencegah adanya efek samping dari retensi sekresi seperti pneumonia dan atelektasis.’ Pursed lip breathing adalah latihan pernapasan dengan menghirup udara melalui hidung dan ‘mengeluarkan udara dengan cara bibir lebih dirapatkan dengan waktu ekspirasi lebih di perpanjang. Metode pursed lip breathing ini adalah cara yang sangat ‘pn dengan Canscat ‘mudah dilakukan, tanpa memerlukan alat bantu apapun, dan juga tanpa efek negatif seperti pemakaian obat-obatan, Dengan batuk efektif, diharapkan responden tidak harus mengeluarkan banyak tenaga-umtuk mengeluarkan sekret dan sekret yang didapatkan berkualitas baik.* Kualitas sputum yang bail jonen, penting yang sangat mempengaruhi diagnosis makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksdai ‘murah, tetapi kadang-kadang tidak m mendapatkan Sputum Ada_bebj “a a “| breathing, pertama a8 Puskesmas Bojong — efektif menggunakan metode n yang dihasilkan pada pemeriksa: si kwalitas sputum baik yang dihasilkan dari cara Batu kelornpok kontrol (41,7%). Cara batuk efektif metode pursed lip breathing juga berhubungan dengan penemuan hasil BTA positif pada perneriksaan sewaktu T dibandingkan kelompok tanpa perlakukan batuk efektif. Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Pranowo (2010), pada penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat peningkatan volume sputum setelah dilakukan batuk efektif dan terdapat efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien ‘TB paru di ruang rawat inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.°* Sebelumnya belum ada penelitian terkait efektifitas batuk efektif metode pursed lip breathing techadap kualitas sputum mahasiswa preklinik PSKPD UIN ‘Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui efektifitas batuk efektif metode pursed lip breathing yang diinstruksikan kepada responden ‘melalui media video dan pengaruhnya terhadap kualitas sputum yang dihasilkan, Penelitian ini meliputi pemeriksaan kualitas sputum secara makroskopis yang terdiri dari volume, warna, dan konsistensi. ‘pn dengan Canscat 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana efektivitas pengeluaran sputum dengan batuk efektif metode pursed lip breathing menggunakan media video terhadap Kualitas sputum pada ‘mahasiswa preklinik UIN Syahid Jakarta tahun 2016, 13. media video ‘Menilai kualitas sputum sera makroskopis sesudah dilakukan tehnik batuk efektif metode pursed lip breathing menggunakan media video ¢. Membandingkan kualitas sputum secara makroskopis sebelum dan sesudah dilakukan tehknik batuk efektif metode pursed lip breathing menggunakan media video 1.4. Manfaat Penelitian 14.1. Bagi Peneliti - Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama ‘menjalani pendidikan di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter (PSKPD) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - Menambah ilmu dan pengetahuan peneliti tentang penerapan beberapa ilmu kedokteran terhadap perkembangan di bidang kesehatan phan ugenCantennt - Sebagai syarat kelulusan pendidikan preklinik Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter (PSKPD) UIN Syarif, Hidayatullah Jakarta 1.4.2. Bagi Institusi = Menambah informa mengenai _metode batuk Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian lebih Janjut tentang batuk efektif metode pursed lip breathing terhadap kualitas sputum - Sebagai rujukan untuk penggunaan tehnik batuk efektif metode pursed lip breathing dalam upaya peningkatan efekti pemeriksaan sputum guna menunjang keberhasilan pemeriksaan sputum 1.44, Bagi Masyarakat - Menambah pengetahuan masyarakat mengenai metode batuk ‘yang baik untuk menghasilkan sputum yang berkualitas phan ugenCantennt BAB2 ‘TINJUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Respirasi 7 Keluar aru (Gambar™ menyalurkan uddfa ant perantara pertukaran g sewaktu menelan terjadi mekanisme refleks Oleh epiglotis yang menutupi saluran trakea agar makanan masuk ke esofagus dan bukan ke saluran_pernapasan. Esofagus selalu tertutup kecuali saat menelan untuk mencegah udara masuk ke Jambung sewaktu bernapas.°* Masa cavity pls Poranasal Sinuses ‘ost Gambar 2.1 Organ-Organ Sistem Respirasi Sumber : Wiley. 2014 phan ugenCantennt Laring terletak di pintu masuk menuju trakea. Laring berperan dalam mencegah masuknya makanan ke saluran sistem respirasi selama proses menelan, Pada pintu masuk laring terdapat 2 pita jaringan elastik yang disebut pita suara Pita suara tersebut dapat diregangkan dan disesuaikan bentuknya oleh otot-otot laring.”> Sewaktu udara dilewatkan_melalui"pita»suara yang kencang, lipatan tersebut akan bergetar untuk menghasilkan berbagai jenis Suara bicara. Suara yang dihasilkan dari voice box akan dimodifikasi oleh bibir, lidah dan palatum mole untuk menghasilkan pola suara yang dapat dikenali, Sewaktu menelan pita suara ‘melaksanakan fungsi yang tidak berkaitan dengan bieara yakni keduanya saling merapat untuk menutup pintu masuk trakea.°"” Dibelakang laring, terdapat_trakea. Trakea dilapisi oleh epitel silindris bertingkat bersilia bersel goblet dan memiliki kelenjar campur di lamina proprianya. Kontraksi otot-otot trakealis dapat mengecilkan diameter Iumennya sehingga aliran udara yang mengalir lebih cepat dapat mengeluarkan mukus atau iritan dengan batuk.'""!? Trakea tersusun atas tilang.cawan hialin berbentuk"Hiruf C, Pada lapisan mukosa trakea terdiri dari 6 tipe sel, yaitu 1. Sel Goblet (30%) Sel silindris bersilia (mikrovili) (30%) Sel Basal (30%) Sel Sikat (3%) Sel Serosa (3%) Sel sistem neuroendokrin / DNES cell / Kuchistky cell (3%)! ay key Trakea terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu bronkus kanan dan kiri yang ‘masing-masung menuju ke paru kanan dan kiri, Percabangan bronkus sebelum ‘menuju paru disebut dengan carina, Di dalam masing-masing paru, bronkus terus bercabang-cabang menjadi saluran yang semakin sempit, kecil, pendek dan banyak, seperti percabangan sebuah pohon sehingga sering disebut “bronchial wree”."* Mulai dari bifurkatio trakea lalu bronkus kanan-dan kiri yang menuju paru, terus bereabang terdiri dari Bronkus Primer (Ekstra Pulmonal) Bronkus Sekunder (Lobar) dan Tersier (Segmental) phan ugenCantennt Bronkiolus Terminal Bronkiolus Respiratorius!S ‘Airway he open byalveolar ca) ee aluran Pernap prod ‘sekunder dan tersier) memiliki bersilia bersel goblet. Sedangkan bronkiolus ada yang besar dan kecil, masing- masing memiliki ciri tersendiri, Bronkiolus besar memiliki epitel silindris selapis bersilia bersel goblet sedangkan bronkiolus kecil memiliki epitel yang lebih reandah dibandingkan bronkiolus besar, selapis kuboid namun tak bersilia Pada saluran udara pernapasan dapat ditemukan mukus (Gambar 2.2).'® Semakin kearah distal, epitel pada lapisan mukosanya semakin rendah hingga tidak ada sama sekali, dapat ditemukan epitel tak bersilia dan jumlah sel bersilia semakin sedikit. Sel goblet semakin jarang menuju ke distal dan akhirnya seluruh daerahnya selapis Kuboid tak bersilia tanpa sel goblet. Pada lamina proprianya tidak terdapat lagi kelenjar ataupun penggalan dari tulang rawan, Pada bronkiolus ditemukan otot polos dan serat elastin, juga ditemukan sel Clara berbentuk silindris dengan ujung piramid dan punya mikrovili. Sel Clara mensekrsesikan surfaktan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan.!7!8 ‘pn dengan Canscat 2.2. Saluran Pernapasan Lapisan dalam dari saluran pernapasan terpapar oleh + 10,000-12.000 L. uudara per hari. Kurang lebih terdapat 25 juta partikel-yang bersinggungan dengan epitel saluran napas setiap harinya. Bukan hanya udara, tapi debu, gas toksik dan mikroorganisme dapat tethirup, zat-eat (efsebutakan terkumpul div saluran pemapasan bawah. Rambut kecil yang disebut silia akanmemerangkap zat-zat asing dan mengeluarkannya dari saluran udara pernapasan lewat refleks bersin dan bak. Produksi lendir pada saluran pernapasan berfungsi untuk menjaga jaringan tetap lembab selain untuk menjebak partikel kecil dan benda asing, Tanpa produksi lendir, saluran udara-akan menjadi-kering dan rusak. Terkadang produksi mukus atau Jendir dapat berlebihan sebingga dapat menyebabkan dorongan untuk batuk dan mengeluarkan lendir sebagai sputum." Mekanisme pertahanan yang efektif dibutubkan untuk menjaga saluran pemapasan tetap bersih dari Zat~zat asing agar tetap steril. Mekanisme ini juga berfungsi untuk mencegah kerusakan epitel akibat zat-zat iritan yang terhirup dan masuk saat bemapas. Salah"satusmekanisme pertahanan”Yang paling penting adalah produksi sekret dari bronkus dan traisport terus-menerus sekret bronkus 20a dari saluran udara perifer ke orofaring. 2.2.1. Produksi Mukus Dalam lendir yang dihasilkan, 2% nya terdiri mari musin, Pada saluran perapasan, musin diproduksi oleh sel goblet di epitelium dan oleh kelenjar seromukosa pada lapisan submukosa (Gambar 2.3). Kelenjar seromukosa juga mensekresi air. Protein plasma juga berkontribusi dalam pembentukan mukus. Proses produksi mukus tersebut berada dibawah kendali saraf dan mediator regulasi, Mukus diangkut dari saluran pernapasan bawah menuju ke faring oleh aliran udara dan pembersihan mukosiliar. Dahak atau sputum terdiri dari hasil sekresi saluran pernapasan bawah bersama dengan sekret nasofaring dan orofaring, debris dan mikroorganisme.* phan ugenCantennt Gambar 2.3)(A) Kelenjar Submukosa, (B) Kelenjar Bronkial Manusia Sumber : Physiology of Airway:Mukus Secretion, 2007 Dalam keadaan normal, mukus yang dihasilkan pada saluran napas dapat melindungi epitel dan untuk menjebak zat-zat asing, bakteri, dan virus dan membersihkannya dari jalur permapasan melalui pergerakan pfoses ini disebut sebagai mucosiliary clearance. Sebaliknya, dalam kondisi khusus terkait Klinis seperti hipersekresi mukUS*pada_asma, Chronié“Obstructive Pulmonary Desease (COPD) dan Cystic Fibrosis, mukus yang awalnya berperan sebagai proteksi dapat berkontribusi terhadap penyakit saluran_pernapasan, Produksi berlebihan dari lendir pada saluran napas disebut hipersekresi_ mukus, dan perubahan dari sifat biofisik lendir dapat mengganggu mucosiliary clearance bersama dengan akumulasi mukus di paru. Hal ini dapat bermanifestasi terhadap gangguan pernapasan, morbiditas, dan pada kasus yang parah berpengaruh terhadap mortalitas 22 10 Gambar 2.4 Scant Mikrograf Elektron Bronkus, M (mukus) yang terletak diatas € (silia) Sumber: Peter K Jeftery, Departement of Gene Therapy, Imperial Collage London, UK Sekresi bronkial adalah cairan heterogen yang sebagian besar terdiri dari air dan konstituen makromolekul, Bagian yang paling spesifik dari sekresi bronkial adalah lendir,)Yafig sangat)Oligomer, [aif/Wan berbagai glikoprotein makromolekul sebagai bagianedari komposisi mukus (Gambar 2.4), Mukus diproduksi di cabang-cabang bronkus oleh sel serous, sel goblet, sel Clara, dan sel alveolus tipe II (Gambar 2'5Y°dumlah dari produksi mukus"pada level tertentu di cabang-cabang bronkus tergantung pada jiififah sel penghasil mukus, yang berkaitan dengan total permukaan saluran pernapasan, sehingga lebih banyak Jendir yang dihasilkan di saluran udara perifer daripada di saluran udara sentral. Dalam situasi normal jumlah total lendir yang meneapai trakea sekitar 10-20 mL / detik.* Gambar 2.5 Sekresi Mukus Saluran Pernapasan ‘Sumber Respiratory Care (2007) phan ugenCantennt 1 2.2.2. Transport Mukus ‘Transportasi lendir diatur oleh kekuatan mekanik dari pergerakan silia ngan gaya gesek dan inersia dari mukus. Sekresi membentuk minimal 23 lapisan. Silia berada di lapisan sol, dan mf mukus _terletd ia (Gambar 2.7), Terdapat hipotesis yang menyatal ddan aliran_udara, namun pergerakan sila berlaws \ ¥ p \mungkin dipisahkan oleh lapisan surfaktan?* W : Fungsi lapis fungsi sebagai lubrikan surfaktan-mungk lapisan epitel. Lapisan gel memerangkap partikel dan memindahkannya berdasarkan pérgerakan sa Pai i berlebihan seperti pada penyakit dengan hip dibatukkan sebagai “dahak” atau “sputum” 2* Lendir pada saluran pernapasan terbentuk berdasarkan kombinasi antara viskositas dan elastisitas untuk interaksi dan pergerakan sel silia yang optimal. Viskositas: memilil karakteristik seperti cairan dan kapasitas untuk menyerap cenergi saat bergerak. Elastisitas memiliki karakter seperti zat padat dan kapasitas untuk menyimpan energi yang dapat bergerak dan merubah_bentuk. Viskoelastisitas pada lendir terutama oleh tinggi dan beratnya molekul glikoproteinnya yang disebut sebagai musin.”” phan ugenCantennt 2 glikoprotein ol diangkut_ melalui sedangkan lapisan sol yang seperti cai EGpisan sol sangat penting untuk transport lendir Karena memberikan kondisi yang diperlukan silia untuk pergerakan yang efektif.°°! Selain berfungsi untuk membantu pergerakan aktif silia, lapisan sol juga mengandung berbagai substansi yang penting sebagai imunitas bawaan. Sistem imunitas bawaan merupakan sistem perlindungan yang cepat dan siap sedia untuk ‘melindungi saluran pernapasan tanpa melalui proses sensitisasi dan menghindari aktivasi dari sistem imun adaptif, Dalam mekanisme proteksi dan pembersihan mukus, sistem imun bawaan terdiri dari molekul-molekul kecil, protein, dan sel yang mampu berespon terhadap partikel-partikel yang terbawa saat bemapas ‘walaupun tanpa ada paparan sebelumnya.?2* phan ugenCantennt B Gambar 2.7 Silia Saluran Pernapasan Sumber : Respiratory Care Vol 52 No 9. 2007 Produksi mukus lebih tinggi-di saluran-udara perifer seperti alveolus, bronkiolus dan cabang-cabang bronkus, dibanding_saluran udara sentral seperti pada carina, dan trakea, Tranpostasi mukosiliar lebih tinggi di saluran udara perifer daripada di saldran udara Sentral, Namun kapasitas untuk transportasi lendir oleh aliran udara ekspirasi(lebih tinggi pada saluran udara sentral daripada di saluran udara)perifer, sehingga dua mekanisme ini sling: sejalan dalam transportasi mukus baik itu daff'Salucan udara perifer maupfr Sentral.” Luas_ permuk: transport pada Tingkat tertentu di pohon bronkial tergantung terhadap jumlah dan diameter dari saluran udara.”* Dari saluran udara sentral ke perifer, diameter saluran udara mengecil dan jumlah dari saluran udara meningkat secara eksponensial, sehingga jumlah total diameter saluran udara dan Juas permukaan transport menurun dari saluran perifer ke saluran udara sentral (Gambar 2.8). Karena permukaan transport mukus lebih kecil di saluran udara sentral, mukus mungkin menumpuk di saluran udara sentral. Namun akumulasi mukus di saluran udara sentral tersebut dicegah oleh tingkat transportasi mukus 202324 yang lebih tinggi dan pengurangan volume mukus akibat reabsorpsi phan ugenCantennt 4 “he fe i, Mukus diangkut sebagian oleh pergerakan terk sil Seperti diketahui, sel sil s nat: trakea hingga ke bronkiolus terminal silia memiliki sekitar s silia memiliki. sejenis “kaif pencapal 8-15 Hz. Selama pergerakan, “kait” silia menjangkau lapisan mukus dan mendorongnya kearah orofaring. Pemulihan pergerakan silia berlangsung di lapisan sol yang terletak tepat dibawah lapisan mukus. Gerakan berirama silia yang terkoordinasi memberikan dorongan berkekuatan rendah terhadap lapisan mukus dengan laju geser yang relatif tinggi. Koordinasi irama pergerakan silia inilah yang ‘menguntungkan untuk mengangkut lendir menuju ke orofaring.?°?5 Gambar 2.9 Perbandingan ciliary clearance dengan cough clearance ‘Sumber : Physiology of Airway Mukus Clearance. 2002 phan ugenCantennt 15 Penurunan dari total permukaan saluran napas dari saluran udara perifer ke sentral secara proporsional terkait dengan penurunan dari jumlah sel bersilia, sehingga jumlah sel bersilia per unit permukaan.saluran napas menurun dari saluran udara perifer ke sentraly-sehingga salurin udara senttal memiliki kapasitas transport mukosiliari yang lebih rendahydibatiding.saluran udara perifer. Untuk mengkompensasi hal tersebut, frekuensi pergerakan silia i saluran udara sentral sedikit lebih tinggi dibanding perifer, tetapi pada saluran udara sentral, mekanisme utama transportasi mukus adalah aliran udara?*?* Pernapasan biasa (volume tidal) dan ekspirasi_paksa_-Keduanya mendorong mukus kearah atas, Hal-inidigambarkan sebagai 2 fase pergerakan eairan dan gas (Gambar 2.9). Aliran_udara terutama tergantung pada kecepatan aliran udara ditentukan oleh diameter saluran udara dan tekanan udara yang diciptakan oleh otot-otot ekspirasi. Lendir diangkut terutama jika kecepatan aliran adalah 1 m/s, Total diameter'saluran napas tergantung pada napas dan kompresi dinamis dari saluran udara selama ekspirasi 3 8 Displacement (mm) Gambar 2.10 Perbedaan perpindahan mukus pada saluran napas terbuka dengan yang menyempit ‘Sumber : Role of simulated repetitive coughing in mukus clearance, 1991 Diameter saluran napas (otal menurun dari perifer ke saluran_udara sentral, sehingga kecepatan aliran udara lebih tinggi pada saluran udara sentral, 16 dan transportasi aliran udara lebih besar dalam saluran udara sentral, Selama ekspirasi paksa, saluran udara terkompresi oleh tekanan transmural.? Penyempitan saluran udara_meningkatkan ke iran udara, yang meningkatkan transportasi Berdasarkan mesin simulasi batuk terdapat perbedaan yang signifik n a mukus antara saluran napas Tebar dan sempit (Gambar 2 batuk, penyempitan saluran udara meningka gnifikan, Hasani et al juga menemukan ba a i efisien Gambar 2.11 Gradien tekanan udara saat ekspirasi ‘Sumber : Respiratory Care. 2007 Selama ekspirasi paksa, aliran udara ekspirasi yang dihasilkan oleh tekanan alveolar tinggi (Pax), yang merupakan jumlah dari tekanan pleura (Ppi) dan tekanan recoil elastis (Pa). Tekanan bronkial ( Py: ) semakin menurun menuju ke arah mulut, Saat dimana Py, sama dengan Pp disebut Equal Pressure Point (Gambar 2.11). Dibawah dari titik tekanan yang sama, kompresi saluran napas i282 dapat terjadi dan menyebabkan kecepatan aliran udara linear yang tinggi. phan ugenCantennt 7 Gambar 2.12 Gr: Di dinding p: ar 76 ig mendorong kearah luar, seme sar 756 ig mendorong kearah dalam. Tekanan int pleura bekerja berlawanan terhadap dinding paru. alveolus dan tekanan intrapleura ini membéntuK gradien tekanan transmural yang ‘mendorong kearah luar dari paru, meregangkannya untuk mengisi rongga toraks yang lebih besar (Gambar 2.12).*° Di dinding toraks, tekanan atmosfer sebesar 760 mmHg mendorong kearah dalam sementara tekanan intrapleura yang sebesar 756 mmHg mendorong kearah luar. Tekanan atmosfer dan tekanan pleura bekerja berlawanan terhadap dinding toraks. Perbedaan tekanan sebesar 4 mmHg ini ‘menghasilkan gradient tekanan transmural yang mendorong kearah dalam dan menekan dinding toraks.”°-° Gambar 2.13 Mesin Simulasi Batuk Sumber : Role of simulated repetitive coughing in mukus clearance, 1991 phan ugenCantennt 18 Selama ekspirasi paksa, aliran ekspirasi tinggi berkembang dalam waktu kurang lebih 0,1 detik, dimana hal ini yang menciptakan laju geser yang tinggi Transportasi_ dan pergerakan lendir berbanding_terbalik dengan laju geser. Fenomena ini disebut sebagai-aliran_ pseudoplastic atau penipisan laju geser Viskositas lendir dalam sampel yangedibetikanpdapat bervariasi dengan faktor hingga 500, tergantung pada laju geser yang diterapkafly Penurunan viskositas dapat dijelaskan dengan perompakan glikoprotein makromoleku! tethadap gaya yang diberikan, sehingga ekspirasi paksa berulang dengan interval pendek antar ekspirasi dapat mengurangi viskositas dan meningkatkan transport lendir lebih baik dibanding batuk dengan interval-yang lebih panjang.”* Konsep ini didukun oleh temuan Zahm et al, yang menemukan dalam sebuah model pembelajaran bahwa ekspirasi paksa yang berulang dengan interval yang pendek antar ekspirasi memang lebih efektif dalam mentransport mukus (Gambar 2.13).2* Charance (8) Tara Reon Gambar 2.14 Mucosiliary clearance lewat batuk di paru ‘Sumber : Role of simulated repetitive coughing in mukus clearance. 1991 Transportasi_mukus paling tinggi terdapat pada bagian trakea berdasarkan studi dan eksperimen oleh Zahm (Gambar 2.14), Pada saluran napas perifer, transportasi lendir terjadi paling rendah jika dibandingkan dengan regio Jainnya di saluran napas, Hal ini berkaitan dengan penurunan dari total permukaan saluran napas dari saluran udara perifer ke sentral secara proporsional terkait dengan penurunan dari jumlah sel bersilia dari saluran pernapasan perifer ke sentral, namun hal tersebut dikompensasi dengan peningkatan frekuen: pergerakan silia di saluran udara sentral dibanding perifer, namun pada saluran 19 udara sentral, mekanisme utama transportasi mukus tetap lebih berpengaruh aliran udara.2? Ekspirasi paksa dapat dilakukan salah satunya,dengan batuk atau huff tekhnik. Batuk dimulai dengan-penutupan glotis, kemudian diikuti dengan kuat atau lemahnya kontraksi isometrik si, hal ini menciptakan tekanan intratoraks yang tinggi tibactiba glotis, hal tersebut_menciptakan“Tedak ‘dara tiba-tiba dimulai dari saat glotis tersebut.'*2" Ledakan weg otot ekspirasi, Batuk atau Ton} s rendah, menengah, atau p mt atan volume paru yang tin Mekani li in a . sy telah banyak dipelajari. Berba; “nemul melebihi puncak laju untuk ‘menggerakkan mukus menu 60 Limenit untuk mengatast lendir menuju ke proksimal. Sekret saluraif’pernapasan dengan viskositas dan elastisitas yang rendah membutuhkan tingkat laju ekspirasi yang lebih tinggi ‘untuk memindahkannya.” Pergerakan lendir sering menurun pada pasien dengan penyakit paru seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif’ Kronik ( PPOK ), fibrosis sistik, dan pada pasien dengan disfungsi batuk atau kontrol glotis. Transportasi mukosiliar yang terganggu mungkin timbul Karena gangguan pada fungsi silia, yang terutama mengganggu transportasi di saluran udara perifer. Hal tersebut dapat menyebabkan sekret statis di saluran udara perifer. Hal penemuan Aikawa et al bahwa retensi lendir terjadi terutama pada saluran udara perifer.?878 i sesuai dengan 2.3. Sputum 2.3.1. Pengertian Sputum Sputum adalah lendir dan materi Iainnya yang dibawa dari paru, bronkus dan trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan. Kata ‘pn dengan Canscat 20 “sputum” yang diambil langsung dari bahasa Latin “meludah,” disebut juga dahak. Sputum biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian.!®!2 Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan sputum lebih kental dan tidak-terdapat gelembung busa diatasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian bawah sedangkan’sputum yang bercampur air liur diambil dati tenggorokan. Sputum diproduksi oleh trakeobronkial yang sccara normal memproduksi” mukus setiap hari sebagai bagian dati-mekanisme pembersihan normal (Normal Cleaning Mechanism).?7* Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam 2°” Mukus-ini_digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (Karena gangguan fisik, kimiawi ataw infeksi saluran napas.setiap hau yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara normal sehingga’mukus ini banyak tertimbun, Bila hal ini terjadi ‘membran mukosa akan terangsang dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal dan intra abdominal yang tinggi? Sputum yang dikeluarkan dapat dieValuasi sumber, wama, volume dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.'" Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson adalah : a. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan kemungkinan berasal dari sinus atau saluran hidung bukan berasal dari saluran napas bagian bawah. b. Sputum banyak dan purulen kemungkinan proses supuratif. Sputum yg terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan tanda bronkitis/bronkiektasis. 4. Sputum kekuning-kuningan kemungkinan proses infeksi. e. Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau ini akibat adanya verdoperoksidase, sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi. phan ugenCantennt 2.4. 21 f. Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut. g Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih kemungkinan tanda bronkitis kronik. h. Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abses paru/bronkicktasis. i, Berdarah atau hemoptisis sering ditemukan pada Tuberculosis j. Berwara-biasanya disebabkan oleh pneumokokus bakteri (dalam pneumonia). k. Bernanah atau _mengandung nanah, dapat_memberikan’petunjuk untuk pengobatan yang efektif pada pasien bronkitis kronis, 1. Mukopurulen, berwara_kuning-kehijauan_menunjukkan bahwa pengobatan dengan antibiotik dapat mengurangi gejala. m. Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase. n. — Berlendir putih susw/atau buram sering berarti bahwa antibiotik tidak akan efektif dalam mengobati gejala. Informasi ini dapat berhubungan défgan-adanya infeksi_bakteriatau virus meskipun penclitian saat ini tidak mendukiing generalisasi itu. o. Berbusa putih mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan edema, Terdapat 5 kriteria yang didapatkan ketika menerima spesimen sputum yaitu a. Purulen yaitu kondisi sputum dalam keadsan kental dan lengket. b. Mukopurulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental, berwarna kuning kehijauan, c. Mukoid yaitu kondisi sputum dalam keadaan berlendir dan kental. d. — Hemoptisis yaitu kondisi sputum dalam keadaan bercampur darah. e. Saliva yaitu air fiur. Batuk 2.4.1, Pengertian Batuk Menurut Stuart (2010) batuk adalah gejala yang sering dialami oleh setiap manusia dan merupakan mekanisme protektif bawaan untuk menghilangkan phan ugenCantennt 2 mukus atau sekret, zat berbahaya dan infeksi dari laring, trakea dan bronkus, Karena batuk merupakan mekanisme pertahanan diri, batuk merupakan gejala yang sering dialami individu sehat.* Menurut John G:(2003) batuk memil i tiga defenisi yaitu pernapasan dalam, upaya ekspirasi cepat kuat melawan penutupan glotis dan pembukaan glotis dengan ing dan ekspirasi bertenaga ‘melalui mutut.” Menurut Nationa adalah refleks alami jalan napas dari zat dengan mengeluarkan zat-zat yang berpotensi_menyebabkan infeksi. Batuk juga Gat mh ms. Beam pe dinamis, sangat efektif dalam menekan da udara (Cloutier 2007).** Selama batuk, inspirasi yang lebih dalam (sering sekitar satu dan satu setengah kali volume tidal) terjadi dan dapat meningkatkan elastisitas. Tekanan intrapulmonar tinggi yang dibangun di belakang glotis, dan ketika glotis terbuka, arus ekspirasi turbulen dihasilkan. Selama batuk, bagian membran posterior trakea dikompresi, dan diameter trakea menyempit menjadi sekitar seperenam dari diameter trakea normal tanpa kompresi. Dengan peningkatan Jaju aliran tujuh kali lipat selama batuk, kecepatan linear dari udara meningkat hingga 42 kali lipat." Aliran udara di lokasi kompresi bergolak dan membuat suara yang kita sebut batuk, Volume paru menurun dan tekanan elastisitas berkurang, 2007). Titik tekanan yang sama memainkan peranan penting dalam efektivitas ik tekanan yang sama bergerak menuju keatas (Cloutier batuk, karena peningkatan yang substansial dalam kecepatan aliran udara terjadi pada titik-titik penyempitan (choke points).** Kecepatan linear aliran udara yang tinggi memberikan aliran turbulen, kekuatan laju geser yang tinggi sepanjang ‘pn dengan Canscat 23 dinding saluran napas, dan energi kinetik tinggi yang menggerakkan sekret menuju faring, Karena tekanan intraluminal dan ekstraluminal sangat tinggi dihasilkan selama batuk, ada kemungkina potensi-terhadap kolaps pada jalan napas, terutama di saluran.napas-yang tidak stabil. Dukungan dari tulang rawan menurun mulai dari trakea dan bronkus:yang'lebihybesar ke bronkus yang lebih kecil dan mungkin sangat minimal didalam bronkiolus\(Lapin 2002). Selama batuk, alveolar, pleura, dan tekanan subglotis akan naik sebanyak-200 cmH2O (Frownfelter dan Massery 2006).2779 Batuk dapat digolongkan berdasarkan pengeluaran dahak yaitu. batuk produktif dan batuk non produktif-dikatakan batuk-produktif jika batuk yang dialami menghasilkan dahak.* Terdapatnya dahak pada batuk menandakan adanya infeksi dan peradangan saluran pernapasan, Beberapa penyakit yang memiliki gejala berupa batuk berdahak seperti Pneumonia, Penyakit Par Obstruktif Kronik (PPOK), Bronkitis Akut, AsmaBronkial, Bronkiektasis dan Tuberculosis (TB).? Batuk bedfungsi untuk mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada faring dan saluran nafas. Batik biasanya merupakan suatwteflek schingga bersifat involunter, namun juga dapat bersifat volunié®. Batuk yang involunter merupakan gerakan refleks yang dicetuskan karena adanya rangsangan pada reseptor sensorik mulai dari faring hingga alveoli, Batuk dapat dipicu secara reflek ataupun disengaja, Sebagai reflek pertahanan diri, batuk dipengaruhi oleh jalur saraf aferen dan eferen, Batuk diawali dengan inspirasi dalam diikuti dengan penutupan gl relaksasi diafragma dan kontraksi otot melawan glotis yang menutup. Hasilnya akan terjadi tekanan yang positif pada intra toraks yang menycbabkan penyempitan trakea. Disaat glotis terbuka, bersama dengan penyempitan trakea akan menghasilkan aliran udara yang cepat melalui trakea. Kekuatan eksplosif ini akan menyapu sekret dan benda asing yang ada di saluran nafas.!*72>> Batuk dapat diakibatkan oleh iritasi membran mukosa dimana saja dalam saluran pernapasan. Stimulus yang menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu proses infeksi atau dari suatu iritan yang dibawa oleh udara seperti asap, kabut, debu atau gas. Batuk berperan juga sebagai proteksi utama terhadap akumulasi sekresi dalam bronki dan bronkiolus.*!* phan ugenCantennt 24 2.4.2. Batuk Efektif Metode Pursed Lip Breathing Berdasarkan tujuan batuk yaitu untuk mengeluarkan sekret, terdapat beberapa cara untuk mengeluarkan sekret atau sputum secara maksimal, yaitu dengan cara batuk efektif metode pursed lip bréathing.”® ‘Teknik batuk efektif menurut D 0 Gambar 2.15 Metode pursed lip breathing ‘Sumber : Oxygen Solutions. 2015 Cara batuk dengan metode pursed lip breathing adalah cara batuk dalam keadaan duduk tegak dengan otot Ieher dan bahu rileks, lalu tarik napas secara perlahan melalui hidung selama dua hitungan (1,2), diikuti dengan menghembuskan napas perlahan melalui mulut (dengan gerakan seperti meniup lilin membentuk “O”) selama empat hitungan atau lebih (1,2,3,4), lalu dibatukkan, secara kuat menggunakan otot pemapasan (Gambar 2.15). Cara ini dapat dilakukan beberapa kali hingga sputum bisa dihasilkan.’ ‘pn dengan Canscat Metode pursed lip breathing bertujuan untuk Meningkatkan ventilasi Mengeluarkan udara yang terperangkap di parw Membuat saluran udara terbuka lebar dan mengurangi kerja pernapasan Memperpanjang waktu bern: rlambat laju dan frekuensi pernapasan . 5. Meningkatkam pol daralama keluar dari paru dan met fe Wi pursed ps reeting ‘iro pase gs wosmag Gambar 2.16 Perbedaan dengan dan tanpa pursed lip breathing ‘Sumber : Pursed-Lips Breathing. 2014 Dengan membentuk pembukaan mulut yang Kecil (pursed-lips) maka udara akan keluar lebih lambat. Udara bahkan bisa disimpan sedikit, sehingga tekanan balik terhadap saluran udara kecil akan meningkat sehingga dapat mencegah kontriksi (collapse). Dengan demikian udara juga tetap dapat keluar ‘melalui saluran pernapasan terkecil sekalipun dengan cara yang terkendali (Gambar 2.16). Secara umum, pernapasan menjadi lebih dalam. Hal ini sangat ‘menguntungkan Karena aliran udara dapat meningkatkan laju geser mukus bahkan dari saluran terkecil sekalipun lewat mekanisme ini sebingga latihan ini dapat ‘meningkatkan pengeluaran sputum lebih optimal.*25 phan ugenCantennt 25. Kualitas Sputum 2.5.1. Pemeriksaan Makroskopis Sputum Orang yang sehat kemungkinan tidak mengelwarkan sputum jikalaupun ada jumlahnya hanya sedikit sekali sehingga tidak dapat diukur. Volume sputum yang dikeluarkan dipengaruhi_ ol penyakitnya, Jumlah yang 1L/24 jam, mungkin melebihi 500 mL diem diderita juga stadium TB dan pada abses yi makroskopis: sputum phan ugenCantennt 2.6. Kerangka Teori Batuk Efektif Metode Laju geser mukus Pergerakan sekret, menuju faring v Sekret dikeluarkan melalui batuk Vv ‘Sputum berkualitas baik untuk pemeriksaan phan ugenCantennt 27. Kerangka Konsep Metode Reguler ‘Membandingkan hasil fektif metode p breathing phan ugenCantennt 2.8. Definisi Operasional 23 ‘No. Variabel__ Definisi Operasional Cara’ ‘Skala Pengukuran — Pengukuran 1 Volume Jumlah dari Numerik sputum 2 Wama imerik 3 Konsistensi 4 Kualitas sputum seperti warna bening, putih dan hijau-kekuningan Konsistensi sputum bervariasi mulai dari watery hingga purulent Mencakup volume cukup G-5— mb, konsistensi (purulent, mukoid), warna, (putin, kuning) Numerik Sputum pada pot sputum dinilai konsistensinya Pemeriksaan Numerik ualitas makroskopis sputum, phan ugenCantennt ‘Kualitas sputum tidak baik Sehat Sakit Meliputi volume sputum < 3 ml, dan saliva ‘Pemeriksaan kualitas ‘Numerik phan ugenCantennt BAB3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan pe imental dengan one group pretest-posttest design. Lo 3.2. Waktu dan Ten Penelitian ini ‘memperhatikan strata yang ada dalam anggot populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah semua Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN. Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 3.3.3. Kriteria Inklusi Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 yang bersedia menjadi responden. 3.3.4. Kriteria Eksklusi Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syatif ‘Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 yang berhalangan menjadi responden, 3.4. Perkiraan Besarnya Sampel Pemilihan sampel menggunakan total sampling, yakni semua mahasiswa preklinik PSKPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013-2015 dijadikan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan peneliti. 31 phan ugenCantennt 32 3.5. Alat dan Bahan Penelitian Mate Alat Pot sputum, masker, handscoon / sarung tangan,steril, spidol permanen, cool box, lidi / tusuk gigiybeker gelas 10 ml, pipet tetes, sendok reagen. 3.5.2. Bahan 3.6. Variabel —“_ (dey ai ah i, utum secara makroskopis, yaitu volume, responden sebelum dan si pursed lip breathing. 1. Penentuan Subyek Penelitian Sampel penelitian diambil dari populasi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dengan total sampling seluruh mahasiswa preklinik PSKPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2. Pengambilan sampel sputum Sputum yang digunakan berasal dati trakea atau bronkus, bukan ludah. Responden diinstruksikan untuk berkumur sebelum membatukkan sekret ke pot sputum, Pada setiap responden yang tidak diberi perlakuan, akan diikuti dengan diberi perlakuan cara batuk efektif metode pursed lip breathing. Cara batuk efektif dengan metode pursed lip breathing adalah cara batuk dengan duduk tegak dalam keadaan otot Ieher dan bahu rileks, kemudian menatik napas secara perlahan melalui hidung selama dua hitungan, menghembuskan napas perlahan melalui mulut (dengan gerakan seperti meniup lilin) selama empat hitungan atau lebih, lalu dibatukkan secara kuat menggunakan otot pemapasan. Cara ini dapat dilakukan beberapa kali hingga sputum keluar. phan ugenCantennt 3. Prosedur Pengambilam a. Responden diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan, b. Responden diinstruksikan untuk berkumur sebelum membatukkan sekret ke pot sputum, ce f ponden hanya disuruh 4, Pemeriksaan Kualitas Sputum A. Pemeriksaan Makroskopis Menilai kualitas sputum secara makroskopis meliputi_ gambaran makroskopis, yakni konsistensi, warna dan volume dari hasil sekret yang didapatkan dari_pot sputum, Sputum dan sekret pada pot sputum dimasukkan ke beaker gelas / gelas ukur lalu ditentukan volume sputum (anpa saliva. Konsistensi dan warna sputum dilihat dan diperiksa dengan sendok reagen. phan ugenCantennt 3.8. Alur Penelitian Total Sampling Pengambilan Sputum TT (Sesudah Perlakuan) Olah data warna, konsistensi dan volume Sputum IT v Membandingkan hasil kualitas sputum secara makroskopis sebelum dan sesudah perlakuan v Hasil perbandingan kkualitas sputum secara makroskopis phan ugenCantennt 3.9. Analisis Data Analisis data dengan menggunakan Non-Parametric Test yaitu uji Chi- Square. Semua data yang terkumpul ditabulasikany-kemudian disajikan dalam phan ugenCantennt BABS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1, Karakteristik Jenis Kelamin dan Tahun Angkatan juruh_mahasiswa_preklinik g memenuhi kriteria n 2013-2015. sputum, Total 287 100 Sampel pada penelitian ini berjumlah 287 orang mahasiswa preklinik PSKPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016, Populasi sampel didapatkan dari masing-masing tiga angkatan, yaitu angkatan 2013, 2014, dan 2015. Semua responden pada penelitian ini berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan total sampel penelitian yaitu 287 responden penelitian. Tabel 4.2 Persebaran jenis kelamin responden penelitian teknik pengeluaran sputum metode pursed lip breathing dibandingkan metode reguler Jenis Kelamin % = 198 i: 89 31 Total 287 100 36 phan ugenCantennt a7 Responden penelitian ini melibatkan responden laki-laki_ maupun perempuan dari masing-masing angkatan yang bersedia dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, sehingga didapatkan responden laki-laki berjumlah 89, dan responden perempuan berjumlah lebih banyak yakni 198 responden. ‘maupun sputum ke-II. Tabel 4.3 Status ‘nelitian teknik pengeluaran sputum metode pursed lip breathing dibandi a —_— ‘SHE Berdasarkan hasil penelitian dari total jumlah semua responden, didapatkan > 50 % sedang menderita penyakit saluran pernapasan baik akut ‘maupun kronik, sementara sisanya dalam keadaan sehat atau bebas dari infeksi saluran pernapasan akut atau kronik pada saat dilakukan pengambilan sputum pertama dan kedua. phan ugenCantennt 43. Kualitas Sputum 220 200 80 60 40 20 Metode Reguler Metode PLB mp UN Gambar 4.1 Perban kualitas'spun dan s (Kualitas baik © > 3 ml Sis Ik It), we Kualitas < saliva, none) an_adanya_peningk: tun Kualitas baik sebesar 14% sesudah perlakuan menonfoHvideo langkah-langkah menerapkan cara batuk efektif metode pursed lip breathing. Kualitas sputum yang baik tidak ditemukan pada saat sebelum perlakuan, semua sputum berkualitas tidak baik sebelum dilakukan perlakuan, Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan perhitungan statistik. Data tidak bisa diolah dengan uji paired sample t-test dan Chi-Square karena data bertipe kategorik nominal, sehingga diganti dengan uji non-parametric test yang uji Chi-Square yang khusus digunakan untuk dua sampel yang dependen, Uji normalitas untuk mengukur distribusi normal tidak dilakukan karena semua data ‘merupakan kategorik dan jumlah sampel > 30 maka dapat diasumsikan berdistribusi normal. Data yang didapat adalah : ‘pn dengan Canscat 39 Tabel 4.4 Hasil analisa perbandingan kualitas sputum menggunakan teknik pengeluaran sputum metode pursed lip breathing dengan metode regular Kvalias Spatum Metode —__ OPIN Total Baik dak Baik pevalue N % N % WN % Reguler 0 00 m7 —«OSCRTCOOD PLB 35 122528828700 ‘Tabel 4.4 diatas memperlihatkan nilai p < 0,05 pada uji non-parametric test yang analisis Chi-Square. Uji statistikemengguhakan McNemar dan Wilcoxon juga menunjukkan terdapat hubungan; bermakna-antara»pemberian perlakuan dengan kualitas sputum yang dihasilkan (p<0.05). Analisis statistik uji Chi-Square ‘menunjukkan terdapat hubungan antara pemberian perlakuan memperlihatkan video langlah-langkah batuk efektif metode pursed lip breathing dengan kualitas sputum yang dihasilkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan cara batuk tersebut_memberikan perbedaan”Yang.signifikan-daléim menghasilkan sputum berkualitas baik dibandingkan sebelum perlakuan, Hal tersebut sesuai dengan berbagai penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto dan Arie (2005) menunjukkan proporsi sputum berkualitas baik pada kelompok control (41,7%) jauh lebih rendah dari kelompok perlakuan (83,3%). Analisis chi-square membuktikan ada perbedaan antara cara batuk efektif metode pursed lip breathing terhadap kualitas sputum yang dihasilkan (p<0,0001). Hasil penelitian oleh Saowanee dkk (2010) berupa adanya efektifitas batuk efektif metode pursed lip breathing dalam pengeluaran sputum berkualitas baik yang ditemukan pada orang sehat. Peningkatan kualitas sputum ini terjadi Karena efek batuk efektif metode pursed lip breathing. Menurut Zahm et al, metode pursed lip breathing dapat memberikan efek mekanik yang menginduksi tekanan ekspirasi pada mulut sekitar 5 cmH:0. Hal ini akan menciptakan tekanan balik untuk mencegah kompresi atau konstriksi dini saluran pernapasan. Selain itu, stabilitas saluran pernapasan akan dipertahanan dengan tekanan positif ekspirasi_ yang menghasilkan peningkatan_ ventilasi, phan ugenCantennt pertukaran oksigen dan juga pembersihan mukus. Titik tekanan akan dipindahkan ke mulut sehingga tidak ada segmen saluran pernapasan yang mengalami kompresi saat dilakukan ekspirasi dengan metode pursed lip breathing. Sehingga dipercaya bahwa tekanan_positif.pada mulut yang dihasilkan saat_melakukan pursed lip breathing berefek tethadap pembersihan mukus dari paru Kerja otot-otot ekspirasi pernapasan juga meningkat melalui pursed lip breathing, terutama tulang rusuk dan otot aksesorius, hal ini dapat meningkatkan efisiensi_ mekanik dan/ menciptakan tekanan yang lebih kuat saat ventilasi (Cloutier, 2007). Integrasi dari perubahan kekuatan otot-otot pernapasan dapat meningkatkan pembersihan mukosiliar (mucociliary-elearance) di pa Dari itu, batuk efektif metode pursed lip breathing merupakan cara agar responden terbiasa melakukan cara pernapasan yang baik. Batuk efektif metode pursed lip breathing dapat meningkatkan ekspansi para, meningkatkan kerja otot- tot pernapasan, mobilisasi sekret dan mencegah efek samping dari retensi sekret sehingga responden tidak membutubkan tenaga yang banyak untuk mengeluarkan_ sputum dari saluran pernapasanvdan, sekret yang dihasilkanbenar-benar sputum dengan kualitas baik, bukan saliva. Cara_mempertontonkan video langkah-langkah batuk efektif metode pursed lip breathing dilakukan secara massal dan bukan perorangan sehingga tidak bisa dinila tingkat kepahaman masing-masing responden terhadap video yang diperlihatkan sebingga hal ini dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Video yang diperlihatkan juga tidak ditentukan pengulangannya, mamun tergantung kepada permintaan responden, schingga setiap angkatan dari jumlah semua responden penelitian ini tidak memiliki kesamaan dalam hitungan berapa kali pengulangan pemutaran video. Untuk menghindari minimalnya kepahaman responden terhadap video yang diperlihatkan, peneliti sudah mengantisipasi dengan menempelkan sticker yang berisi langkah-langkah batuk efektif metode pursed lip breathing pada tutup pot sputum sesudah perlakuan sehingga responden bisa tahu cara batuk efektif metode pursed lip breathing melalui pemutaran video dan sticker yang ditempelkan pada pot sputum. Hasil penelitian ini tidak dikaitkan dengan umur dari masing-masing responden penelitian karena rentang umur yang pendek yakni berkisar dari 16-22 phan ugenCantennt a tahun sehingga tidak mewakili seluruh lapisan usia dan tidak bisa meneari hubungan antara umur dengan perolehan hasil kualitas sputum melalui perlakuan. ‘Semua responden pada penelitian ini merupakan_mahasiswa jurusan pendidikan dokter sehingga dapat diasumsikan.bahwa tingkat pendidikannya cukup tinggi dan lebih paham tentang perlakuan_p: arena berkaitan dengan kedokteran, Lo Metode Reguler ‘Video Batuk Efektif metode PLB Gambar 4.2 Perbandingan volume spesimen dengan metode pursed lip breathing dibandingkan metode reguler Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan sputum dengan karakteristik volume < 3 ml dan spesimen berupa saliva setelah dilakukan video batuk efektif metode pursed lip breathing. Responden yang saat dilakukan ‘metode regular tidak dapat mengeluarkan spesimen berupa dahak atau liur menurun dari 57 responden menjadi 12 setelah dilakukan batuk efektif metode pursed lip breathing. Pada saat dilakukan metode regular, responden yang dapat ‘mengeluarkan sputum hanya 75 responden, meningkat menjadi 171 responden dapat mengeluarkan sputum setelah dilakukan video batuk efektif metode pursed lip breathing. phan ugenCantennt a2 Volume sputum didapat dari hasil percobaan sebelum dan sesudah ‘menonton video langkah-langkah menerapkan cara batuk efektif metode pursed lip breathing. Hasil dari percobaan dimasukkan kedalam pot sputum kemudian volumenya dinilai 350 300 250 200 150 100 50 (Kualitas Baik : cukup > 3 ml Kualitas tidak baik: <3 ml, saliva, none) Grafik 4.3 menunjukkan adanya peningkatan kadar volume sputum responden sebesar 13,9 % setelah diberikan perlakuan. Volume sputum berkualitas baik yakni > 3 ml hanya ditemukan sesudah diberi_perlakuan, sementara sebelum perlakuan tidak ditemukan volume sputum dengan kualitas baik. Selanjutnya dilakukan perhitungan statistik. Data tidak bisa diolah dengan Uji paired sample t-test karena data bertipe kategorik nominal, sehingga diganti dengan uji non-parametric test yaitu uji Chi-Square yang khusus digunakan untuk dua sampel yang dependen. Uji normalitas untuk mengukur distribusi normal tidak dilakukan Karena statistik yang dipakai adalah non-parametrik test. Data yang didapat adalah : ‘pn dengan Canscat 43 Tabel 4.5 Perbandinga volume sputum menggunakan teknik pengeluaran sputum metode pursed lip breathing dengan metode regular Volume Sputum Perlakuan, —____SS°PUN Total Baik Tidak Baik prralue N N % a % Reguler 0 00 a PLB 40 139-247 861287000 Tabel 4.5_diatas memperlihatkan nilai p<0,05 pada uji Chi-Square. Uji statistik menggunakan McNemar dan™Wilcoxon juga menunjukkan_terdapat hubungan bermakna antaraspemberian:perlakuan-dengan-kualitas sputum yang dihasilkan (p<0,05). Analisis statistik uji Chi-Square menunjukkan_terdapat hubungan antara pemberian perlakuan memperlihatkan video langlah-langkah batuk efektif metode pursed lip breathing dengan volume sputum yang dihasilkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan cara_batuk tersebut memberikan perbedaan yang sighifikan_dalam_menghasilkan volume sputum berkualitas baik dibandingkan sebelum perlakuan, Hal tersebut sesuai dengan berbagai penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Chrisantus (2008) menunjukkan adanya hubungan perlakuan batuk efektif metode pursed lip breathing tethadap peningkatan volume sputum secara signifikan (p<0,05). Peningkatan volume sputum terjadi Karena efek perlakuan batuk efektif metode pursed lip breathing. Diketahui bahwa batuk efektif metode pursed lip breathing dapat melatih otot pernapasan agar dapat berfungsi dengan baik dan optimal dalam mengeluarkan sputum yang terdapat disaluran pernapasan, Batuk efektif metode pursed lip breathing memberikan kontribusi yang positif terhadap pengeluaran volume sputum yang baik. phan ugenCantennt 4.5. Konsistensi dan Warna Sputum 350 4 300 | 250 | 200 | None 10 | Silive = Purulen dan kunin, 100 | Purulen dan kuning = Mukoid dan putih 50 o— Metode Reguler Video Batuk Efektif metode PLB Gambar 4.4 Perbandingam konsistensidan warna spesimen dengan metode pursed lip breathing dibandingkan regulet pada mahasiswa preklinik PSKPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Konsistensi daft Warna.sputum didapat dari hasil_pereobaai sebelum dan sesudah menonton video langkah-langkali'menéfapkan cara batuk efektif metode pursed lip breathing. Hasil dati percobaan dimasukkan kedalam pot sputum kemudian dinilai konsistensi dan warnanya. Data hasil_ pemeriksaan diolah kemudian dibandingkan hasilnya. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat peningkatan sputum dengan konsistensi mukoid dan warna putih dari 61 menjadi 161 setelah dilakukan video: batuk efektif metode pursed lip breathing. Responden yang saat dilakukan metode regular hanya dapat mengeluarkan saliva menurun dari 156 menjadi 104 setelah dilakukan video batuk efektif metode pursed lip breathing. 4.6. Persebaran Jenis Kelamin dengan Kualitas Sputum Baik Dari 287 responden ditemukan 35 responden memiliki kualitas sputum yang baik setelah diberi perlakuan. Dari 35 responden tersebut dilihat persebaran jenis kelaminnya. phan ugenCantennt 45 80 70 60 50 40 30 20 10 ualitas Sputum Baik . i-Laki mPerempuan Gambar 4.5 Petsebaran jenis Kelamin responden dengan sputum kualitas baik Gambar 4,5 menunjukkan persentase wanita dengan kualitas sputum baik sebesar 68,6% lebih tinggi dibanding persentase laki-laki sebesar 31.4%, Dari 35 responden yang memiliki kualitaS Sputum’ yang Baik, jenis| kelamin yang ‘mendominasi adalah perempuany Hal ini karena jumlah responden penelifian lebih banyak jenis kelamin perempuan yakni 69% dari seluruh responden penelitian adalah perempuan, persentasi'seluruh responden berjeniskelimin lai-laki adalah sebesar 31%. Dari data jumlah responden dengan kualitas sputum yang baik didapatkan bahwa 14 responden sehat dan sisanya sedang menderita penyakit saluran pernapasan yaitu 21 responden. Hasil perbandingan kualitas sputum 21 responden yang menderita penyakit saluran pernapasan sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan terdapat peningkatan volume sputum menjadi > 3 ml setelah dilakukan perlakuan, sedangkan 14 responden yang sehat juga mengalami peningkatan volume sputum setelah dilakukan perlakuan. Batuk efektif metode pursed lip breathing diketahui dapat meningkatkan laju geser mukus dan pembersihan mukus sehingga dapat berpengaruh terhadap volume sputum yang bisa dikeluarkan lewat batuk. Peningkatan volume sputum ini sangat bermanfaat saat dilakukan pemeriksaan arena volume sputum yang sedikit dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, Volume sputum yang sedikit merupakan akibat dari ketidaktahuan pasien tentang cara batuk yang benar sehingga akan sangat sulit diperiksa oleh pihak laboratorium. Hal ini dapat memengaruhi hasil yang diperoleh sehingga seringkali phan ugenCantennt hasil yang diperoleh tidak tepat. Dari penelitian yang dilakukan oleh Haryanto (2005) yang mengaitkan pemeriksaan kualitas sputum dengan penemuan BTA positif, didapatkan hasil bahwa pemeriksaan terhadap:sputum dengan kualitas rendah mempengaruhi hasil-yang.diperoleh, Yaitu kemungkinan adanya kuman BTA positif yang seharusnya diten tidak ditemukan, Hal ini pemeriksaan yang didapatk: breathing ini diharapka A smeriksaan kualitas sputum juga sangat p rye cop ull: lla A 1, Volume sputum sulit edikit jug keterbatasan cara pemerikSaan-d 2 2. Waktu pengambilan sputum tidak bervafiasi, sputum yang diperiksa hanya sputum sewaktu dengan satu kali pengambilan. 3. Semua data yang dikumpulkan bersifat kategorik schingga tidak bisa di uji normalitas. ‘Waktu pengambilan data singkat karena keterbatasan peneliti. 5. Video mengenai langkah-langkah cara batuk efektif metode pursed lip breathing diputarkan secara massal, tidak perorangan dan_ pengulangan pemutaran video dilakukan sesuai permintaan responden, tidak ditentukan oleh peneliti. 6. Dalam penelitian ini, kualitas makroskopis yang diperiksa tidak meliputi bau, hanya volume, warna, dan konsistensi karena keterbatasan peneliti sendiri. ‘pn dengan Canscat BABS SIMPULAN DAN SARAN $1. Simpulan Berdasarkan uji, statistik dan=-pemt pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa_perlakuan langkah batuk efektif metode pursed lip breati i waktu pengambilan yang bervari 2. Cara batuk efektif metode pursed lip breathing sebaiknya diterapkan pada setiap pemeriksaan sputum untuk meningkatkan efektivitas pemeriksaan guna menunjang diagnosis. 3. Disarankan untuk melakukan penelitian Janjutan dengan mengembangkan metode batuk efektif lainnya sehingga bisa diketahui metode apa yang paling baik dan efektif dalam menghasilkan sputum yang berkualitas baik ‘untuk pemeriksaan, 4, Cara memperlihatkan video disarankan dilakukan perseorangan, bukan massal sehingga masing-masing responden lebih paham dengan isi video yang diperlihatkan, 5. Disarankan untuk melakukan pemeriksaan kualitas sputum secara lengkap meliputi_ pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis sehingga hasil pemeriksaan kualitas sputum lebih bermakna. a7 ‘pn dengan Canscat 10. uL 12, 1B. DAFTAR PUSTAKA National Heart, Lung, and Blood Institute. What-Js-Gough?. 2010 Kasper, D. L. Harrison's Principles of Internal Medicine. \6th ed. USA: ‘McGraw Hill, 205-206. TER Chung, Kian Fan, Cough: Causes, USA : Blackwell Publisher. 2003 chanisms and Therapy. Hagberg, Carin A. Benumof and Hagherg's Airway Management. Philadelvia : Elsevier. 2013 Farzan, Sattar. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations 3rd edition. Boston : Butterworths. 1990 Kennedy, John F. Dorland's IMlustrated Medical Dictionary 32. Elsevier. 2012 Price, S. A. dan Wilson, L. M. Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC. 2006 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Pusat penelitian pengembangan kesehatan. 2013 Cees P, van der Schans. Bronchial Mucus Transport. Respiratory Care 2007;52(9):1150-1156 phan ugenCantennt 49 14. Weinberger. steven E. Principles of Pulmonary Medicine. Sixth Edition. Philadelphia : Elsevier. 2013 15. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Edisi 7. Jakarta : EGC. 2010, 357-362 16. Haryanto, Perbedaan Ba p breathing Terhadap 17. 18. Rogers, DF. a ae oe pe Hypersecretion. el on cl or 19. i ay gol (1) 1 20. Spahija JA, See. ind. Expiratory Resistive Load . Oc 772Y 1784, 21. Black, JIM., Matassarin, E. Medical Surgical Nursing. 1997. Clinical Management for Continuity of Care. J.B. Lippincott Co. 22. Hasani A, Pavia D, Agnew JE, Clarke SW. Regional Lung Clearance During Cough and Forced Expiration Technique (FET): Effects of Flow and Viscoelasticity. Thorax 1994;49(6):557-561. 23. Qualidigm. Breathing Techniques. Lung Takl. 2014 24. Knowles MR, Boucher RC. Mucus Clearance As a Primary Innate Defense Mechanism for Mammalian Airways. J Clin Invest 2002; 109(5):571-577. 25. Scott H, Randell. Effective Mucus Clearance Is Essential for Respiratory. North Carolina Virtual Lung Group Department of Cell and Molecular Physiology, Department of Medicine, and Cystic Fibrosis/Pulmonary Research and Treatment Center, University of North Carolina at Chapel Hill, Chapel Hill, North Carolina. 2006 ‘pn dengan Canscat 26. 27. 28. 29, 31 32. 33. 35. Nield, Margaret A. Efficacy of Pursed-Lips Breathing. Journal of Cardiopulmonary Rehabilitation and Prevention 2007;27:237/244 Wanner, Adam. Mucociliary Clearance in the Airways, American Journal Of Respiratory And Critical Care Medicine Vol 154. 1996 Woravutrangkul, Saowanees Eff Expiration Techniqi a 1A Technique on Pulmonary Mucus a 22 247-254, 2010 Polverino, Mario. Anatomy Ait physiology of The Cough Reflex. Multidisciplinary Respiratory Medicine 2012 7:5 Yilmaz, Asli Sahin, Anatomy and Physiology of the Upper Airway. Proceedings of the American Thoracic Society, Vol. 8, No. 1 (2011), pp. 31- 39. T, Pantaleo. Central Nervous Mechanisms of Cough. Pulm Pharmacol ‘Ther. 2002;15(3):227-33. . Spahija J, de Marchie M, Grassino A. Effects of Imposed Pursed-Lips Breathing on Respiratory Mechanics and Dyspnea at Rest and During Exercise in COPD. Chest. 2005;128:640Y650. Spahija JA, Grassino A. Effects Of Pursed-Lips Breathing and Expiratory Resistive Loading n Healthy Subjects. 5 Appl Physiol. 1996;80:1772Y 1784, phan ugenCantennt 51. LAMPIRAN | Angee Hassesns Fasgak taba De STuisiosoo0008 Kecstasime iformasi dee eater osdacs Gipmnic oie peosisi dec sak ake Sorbachenskas bau: Seino made causa sts pos Seiwoos Cpe 2016 ‘MMe: 1115103000006 Gambar 6.1 Lembar persetujuan menjadi responden penelitian ‘pn dengan Canscat 52 Lampiran 2 Hasil Uji Statistik Statistios Jens] Volume ] Konsistene: | Wama_] Volume | Koneicters’ | Wama Kelamin | Sebelum | Sebelum } Sebelum | Sesucan | Sesudah | Sesudah Jenis Kelamin a ee Volume Sebelum Cumulative rey Percent | Valid Percent Percent Konsistensi Sebelum ‘Cumulative can Valid Percent Percent a3 258) 80.1 100.0 53 (Lanjutan) Warna Sebelum ‘Cumulative ‘requency | Percent | Valid Percent Percent Pain Kuning salva None! Total Volume Sesudah Konsistensi Sesudah Takes Purulen Saliva None Total 54 (Lanjutan) Warna Sesudah |__| ees er | - e 42 Vouume Sesudah Periakuan Volume Sebelum Periakuan Cumulative Frequency | Percent | Valid Percent | Percent =e Volume Sesudah Periakuan ‘Cumulative Frequency | Percent | Valid Percent | Percent Vaid 100 2a] 861 87 367 2.00 40 13.9 139 100.0 Total 287} 100.0 100.0 Konsistensi Sebelum Perlakuan 55 (Lanjutan) Frequency Konsiste! Percent Valid Percent ;ns| Sesudah Perlakuan, ‘Cumulative Percent Frequency Percent Valid Percent ‘Warna Sebelum Perlakuan Frequency Percent Valié Percent ‘Warna Sesudah Perlakuan || eres Vaid 100 2.00 Total Percent Valid Percent Cumulative Percent ‘Cumulative Percent Cumulative Percent 56 (Lanjutan) ‘Sebelum Perlakuan ‘Cumulative Frequency | Percent | Vaid Percent | Percent ‘Sesuidah Perlakuan ‘Cumulative Percent Statistics Janis Kelamin denis Kelamin ‘Cumulative Frequency | Percent | Valid Percent | Percent Vaid zal 686 ae wae L "1 aid 314 100.0 Total 3s} 100.0 100.0 T-Test Paired Samples Statistics Pair? Sebolum Porlakuan 700 aT 000 700 ‘Sesudah Perlakuan 112 287 328 org 7 (Lanjutan) Paired Samples Correlations a Palr1 __ Sebelum Perlakvan & Sesudanh = Perlakuan Paired Samples Test Paved Diferences ‘95% Confidence Interval of he Sta, Difference Deviation Pair! Sebelum Perlaxvan ‘Sesudah Perlakuan Crosstabs Case Processing Summary valid Missing oe Pe [Sebelum Perlakuan* Sesudah 100.0" 100.0% Perlakuan ‘Sebelum Perlakuan * Sesudah Perlakuan Crosstabulation Count [_Sesudah Perakvan | <= ‘Sebelum Perakuan Buruk 287 Total 252 35 287 58 (Lanjutan) ‘Sebelum Perlakuan * Sesudah Periakuan Crosstabulation Sosudah Porlakuan [Sebelum Perlakuan — BuruK Count ‘e:within Sebelum Perlakuan Count ‘% within Sebelum Perlakuan, Chi-Square Tests Pearson Chi-Square —t- NPar Tests Chi-Square Test Sebelum Perlakuan ‘a This variable Is constant. Ohi-Square Tesi cannot be performed, ‘Sesudah Perlakuan [[omeran | seccean 2 7455 7085) 38 1435 -108 5} 287 59 (Lanjutan) Test Statistics ‘Sestvah Perlakuan Ch-Square Tes 07s ot +t ‘symp. Sig 000 ‘2.0 cells (0.0% have expected frequencies less than 5. The ‘minimum expected cell frequency is 143.5 McNemar Test Crosstabs ‘Sebelum Perlakuan & Sesudah Perlakuan ‘Sebelum Periakuan Test Statistics* ‘Sebelum Perlakuan & ‘Sesudah Periakuan N Chi-Square? Asymp. Sig "a MeNemar Test b, Continuity Corrected (Lanjutan) NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test [Sesudah Perlakuan- Sebelum Negative Ranks oF 00 0 Periakuan Positive Ranks ase 18.00 630.00 Ties: ase! Total 287 ‘a: Sesudah Perlakuan = Sebelum Perakuan bb. Sesudah Perlakuan > Seblum Periakuan . Sesudah Perlakuan = Sebelum Periakuan ‘Test Statistics ‘Sesudah Periakuan ‘Sebelum Perlakuan Z a Asymp. Sig. (2-taled) .000 ‘@ Wilcoxon Signed Ranks Test »b, Based on negative ranks, 61 Lampiran 3 Gambar Proses Penelitian ‘ Ki i Gambar 6.2 Gelas Ukur Gambar 6.3 Gelas ukur yang diisi dengan sampel Gambar 6.5 Pipet tetes phan ugenCantennt 62 Y Sampel 6.12 Sputum purulen Sampel 6.13 Sputum (-) Saliva (-) phan ugenCantennt Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis Tdentitas Nama 2 Adit riyah Lubis Jenis Kelamin Tempat, Tanggal Lahir Agama Alamat Tetap Alamat Baru Email No. Telepon Riwayat Pendidikan © =2001 - 2006 * 2007-2009 @ =20010- 2011 : SMAN 2 Plus Panyabungan © 2011-2013 : MAN Panyabungan + 2013-Sekarang —_: Program Studi Keprofesian dan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Imu Kesehatan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta phan ugenCantennt BAB IL TINJAUAN PUSTAKA. ‘A. Sputum 1. Pengertian Sputum Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru, bronkus, dan trakea yang gkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan.Kata “sput i bahasa Latin “meludah."Disel patan, 2017) Orang dewasa jum akan tertimbun, kosistensi_ sputum jn dari paru dan trakea melalui mi rang hendaknya dapat a karena kondisi sputum biasanya_mem] S kejadian patologik pada pembentukan spt an sputum penting dilakukan untuk mendiagnosis etiologi berbagai _penyakit pernafasan.Pemeriksaan mikroskopis dapat menjelaskan organisme penyebab pada _berbagai pneumonia bacterial, tuberculosis, serta berbagai jenis infeksi jamur.Waktu terbaik untuk pengumpulan sputum adalah setelah bangun tidur, karena sekresi abnormal bronkus cenderung untuk berkumpul pada waktu idur (Somantri, 2012). 10 repository.unimus.ac.id ps dng Care 11 2. Proses Terbentuknya Sputum Orang dewasa normal bisa memproduksi mucus sejumlah 100 ml dalam saluran mapas setiap hari.Mucus ini digiing ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mucus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara normal sehingga mucus ini banyak tertimbun. Bila hal ini terjadi membran mukosa akan terangsang dan mukus akan dikeluarkan denga yhorakal dan intra abdominal yang tinggi, dibatul rasi yg cepat beserta membawa an keluar sebagai sputum. ya dapat dievaluasi iya menurut Sylvia, 2011: jembersihkan tenggorokan furan hidung bukan berasal dari saluran napas bagian bawah. b. Sputum banyak sekali dan purulen kemungkinan proses supuratif. cc. Sputum yg terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan tanda bronchitis /bronkhiektasis. 4d. Sputum kekuning-kuningan kemungkinan proses infeksi €. Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau ini dikarenakan adanya verdoperoksidase, sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi. repository.unimus.ac.id pn gin Caer 2 f Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut, g. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih kemungkinan tanda bronchitis kronik. ‘h. Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abses paru/bronkhiektasis. Berdarah atau hemoptisis sering ditemukan pada Tuberculosis. Berwama-biasanya disebabkan oleh pneumokokus bakteri (dalam k. fama dapat memberikan_ petunjuk 4. Kualitas Pengelua Untuk memperoleh kondisi sputum yang baik perawat harus memberikan penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan sputum baik, pemeriksaan pertama maupun pemeriksaan sputum ulang. Memberi penjelasan tentang batuk yang benar untuk mendapatkan sputum yang dibatukkan dari bagian dalam paru-paru setelah beberapa kali bernafas dalam dan tidak hanya air liur dari dalam mulut-Teliti pula volume sputumnya yaitu 3-5 ml, kondisi sputum untuk pemeriksaan laboratorium adalah penting, sputum yang baik mengandung beberapa partikel atau sedikit kental dan berlendir kadang- kadang malah bernanah dan berwarna hijau kekuningan (Tabrani, 2013). repository.unimus.ac.id pn gin Caer 3B Ketika menerima spesimen sputum didapatkan 5 kaiteria kondisisputum yaitu : 8. Purulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental dan lengket b. Mukopurulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental, kuning kehijauan cc. Mukoid yaitu kondisi sputum dalam keadaan berlendir dan kental d. Hemoptisis yaitu kondisi sputum dalam keadaan bercampur darah e. Saliva yaitu Air ur Cara mengukur kualitas ik yaitu Karakteristik sputum dilihat tegorikan baik dan tidak baik ‘dan penting untuk diagnosis, -meriksaan mikroskopik dapat menjelaskan organisme penyebab penyakit pada berbagai pneumonia bacterial, uberkulosa serta berbagai jenis infeksi jamur.Pemeriksaan sitologi pada sputum dapat membantu diagnosis _karsinoma paru.Sputum dikumpulkan untuk pemeriksaan dalam mengidentifikasi organisme patogenik dan menentukan apakah terdapat sel-sel maligna atau tidak.Aktifitas ini juga digunakan untuk mengkaji sensitivitas (di ‘mana terdapat peningkatan eosinofil) c. Macam-macam Pemeriksaan Sputum repository.unimus.ac.id ps dng Care 4 1) Pewaraan gram, yaitu pemeriksaaan dengan pewarnaan gram yang dapat memberikan —informasi__ tentang —_jenis mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif. 2) Kultur Sputum, yaitu pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna menegakkan diagnosis definitif. 3) Sensitivitas, berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan mengidentifikasi_ antibioik yang —_mencegah 1g terdapat dalam sputum. untuk = menentukan adanya jung runtuhan sel dari mungkin saja terdapat menunjukkan adanya bukan berarti tidak adanya ‘meruntuhkan sel. 6 Pemeriksaan GeneXpert MTB/RIF adalah suatu alat uji yang mengunakan catridge berdasarkan Nuclei Acid Amplification Test (NAAT) secara automatis untuk mendeteksi kasus TB dan resistensi_rifampisin dan memberikan hasil dalam waktw kurang lebih 2 jam. Uji GeneXpert MTB/RIF berdasarkan prinsip multipleks, semi-nested quantitative real-time PCR (Polymerase Chain Reaction) dengan amplifikasi gen target rpoB dan untuk meningkatkan sensitivitas, GeneXpert MTB/RIF menggunakan molecular beacon (susanty, 2015). repository.unimus.ac.id ps dng Care 15, 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengeluaran Sputum ‘Tenggorokan selalu berdahak bukannya terjadi tanpa sebab.Pada dasarnya, dahak atau lendir memang tetap dibutubkan di bagian tenggorkan kita untuk menjaga kondisi tenggorokan agar selalu dalam keadaan lembab dan membantu sistem pernapasan.Lendir di tenggorokan kita memiliki beberapa fungsi, di antaranya untuk menjaga kondisi tenggorokan agar selalu lembab dan menyaring benda asing ataupun bakteri yang masuk ke dalam tubuh melalui tenggorokan.Jadi, keberadaan dahak/lendir di tenggorokan kita tetap dibutuhkan, Akan tetapi meningkat-Kondi shak padahal kondisi yang dapat memicu tamya, Secara umum, adanya peradangan i cairan mukosa, sel-sel yang telah mati, dan juga cairan yang berasal dari peradangan atau yang disebut eksudat dan transudat. Jadi dengan kata lain, produksi dahak meningkat ‘arena saluran pernapasan mengalami peradangan. b. Tenggorokan terkena infeksi atau alergi terhadap zat asing, Jika tenggorokan terasa selalu berdahak di pagi hari atau terasa tidak nyaman saat menghirup hal-hal tertentu seperti debu, asap, parfum, atau lain sebagainya, maka bisa jadi pemicu meningkatnya dahak di tenggorokan ialah karena tubuh kita mengalami alergi atau karena tenggorokan terkena infeksi bakteri atau organisme asing lainnya, Bisa jadi dahak tersebut juga repository.unimus.ac.id pn gin Caer 16 disebabkan karena kita alergi tethadap kondisi tertentu, misalnya cuaca yang terlalu dingin sehingga setiap pagi atau saat cuaca dingin tenggorokan akan berdahak. c. Adanya gangguan pada lambung. Nyeri lambung yang disebabkan oleh masalah pada lambung (biasanya terkait dengan gejala asam lambung juga dapat memicu peningkatan dahak di tenggorokan. Produksi asam lambung. yang berlebih hingga menyebabkan ciri asam Jambung dan obatnya naik ke tenggorokan (refluks esofageal) bisa jadi memicu peningkatan produksi grjadi Karena adanya gangguan tersebut bisa disebabkan isi tersebut ternyata Gejala semacam itu 1g meler. (Dyiah, 2016). . Cara Mengeluarkan Sputum |. Nafas dalam yaitu bentuk Jatihan nafas yang terdiri atas pernafasan abdominal (diafragma) dan purs lips breathing. Tujuan pernafasan yaitu abdominal memungkinkan nafas dalam secara penuh dengan sedikit usaha, Pursed lips breathing membantu. Klien mengontrol pernafasan yang berlebihan. Prosedurnya yaitu: atur posisi yang nyaman, fleksikan Iutut pasien untuk merileksasikan otot abdominal, letakkan 1 atau 2 tangan pada abdomen tepat dibawah tulang iga, tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap repository.unimus.ac.id pn gin Caer 7 tertutup hitung sampai 3 selama inspirasi, hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purs lips breathing) secara perlahan, . Batuk adalah reaksi refleks yang terjadi akibat stimulasi saraf-saraf di lapisan dalam saluran pernapasan, Batuk efektif merupakan latihan mengeluarka secret yang terakumulasi dan mengganggu di saluran nafas dengan cara dibatukkan. Postural Drainage adalah suatu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya grafitasi. Prosedurnya yaitu: cugi grea yang tersumbat yang akan di drainage, berdasa an pasien dalam posisi untuk mempertahankan_ posisi dada diatas area yang pasien duduk dan bila perlu, anjurkan sampai semua area idang paru, cuci tangan |. Fisiotherapi a melepaskan secret yang melekat pada jenigkatkan efisiensi_ pola pernafasan, Pros akan diperkusi dengan handuk atau pakaian untuk mengurangi sakit, anjurkan tarik nafas dalam dan lembut untuk menigkatkan relaksasi perkusi pada setiap segmen paru selama 1- 2 ‘menit, perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah terjadi cidera seperti mammae, sterum dan ginjal. . Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang diletakkan datar pada dinding dada pasien. Vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbelensi udara ekspirasi dan melepaskan mucus yang kental, Prosedurnya yaitu: letakkan telapak tangan menghadap ke bawah i area dada yang akan di drainage, satu tangan diatas tangan yang lain repository.unimus.ac.id pn gin Caer 18, dengan jari—jari menempel bersama dan ekstensi cara lain tangan bisa diletakkan bersebelahan, anjurkan pasien menarik nafas dalam melalui hidung dan menghembuskan nafas secara lamban lewat mulut atau purs lips, selama ‘masa ekspresi tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan hampir semua tumit tangan, getarkan tangan, gerakan tangan kearah kebawah hentikan gerakan jika pasien melakukan inspirasi tiap kali vibrasi, anjurkan pasien batuk dan keluarkan secret ke tempat sputum, bila sputum juga tidak bisa didahakkan, Penggunaan Nebulizer (Kemenkes RI, jeter mulut pot > 3,5 minimal 3 ulir, pot diberi identitas sesuai u dahak Sewaktu (S) ke fasilitas pelayanan pulkan pada hari ke-2 setelah Kebijakan terbarua WHO merekomendasikan Pemeriksaan GenXpert untuk penemuan Mycobacterium Tuberculosis (MTB) dan penemuan kasus Multi Drug Resisten TB (MDR TB) (Monica, 2015).pemeriksaanya yaitu dengan menampung sputum pasien pada pot sputum dan menyerahkannya pada petugas untuk diperiksa di laboratoriumdan hanya satu kali pemeriksaan, Untuk menghindari resiko penularan, pengambilan sputum dilakukan ditempat terbuka dengan sinar matahari langsung dan jauh dari orang lain, jika keadaan tidak memungkinkan gunakan kamar terpisah yang _mempunyai ventilasi yang baik namun jangan dikamar mandi (Kemenkes RI, 2012). repository.unimus.ac.id pn gin Caer

You might also like