You are on page 1of 9

RINGKASAN AUDIT PERBANKAN

Judul
Audit Kontijensi

Kelas W
Di susun Oleh : Kelompok 8

Nama : 1. Widyanto Dwi Eriek M. 2012110342


2. Mochammad Ilham F 2012110837
3. Arwan Yuliansyah 2012110876
4. Moch. Afriansyah H. 2012110824
5. Dimas K. 2012110955

D3 MANAJEMEN KEUANGAN DAN PERBANKAN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA
Jalan Nginden Semolo 34-36 Surabaya 60118 Telp.(031) 5947151–5947152
RINGKASAN AUDIT PERBANKAN
AUDIT KONTIJENSI

Kontijensi atau lebih dikenal dengan peristiwa atau transaksi yang mengandung
syarat merupakan transaksi yang paling banyak ditemukan dalam kegiatan bank sehari-
hari. Kontijensi yang dimiliki oleh suatu bank dapat berakibat tagihan atau kewajiban
bagi bank yang bersangkutan.
Kontijensi adalah suatu keadaan yang masih diliputi ketidakpastian mengenai
kemungkinan diperolehnya laba atau rugi oleh suatu perusahaan, yang baru akan
terselesaikan dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa yang
akan dating. Pengungkapan akan peristiwa kontijensi diharuskan dalam laporan
keuangan.
Kewajiban Kontinjensi merupakan potensi utang di masa depan kepada pihak luar
atas jumlah yang belum dapat ditentukan yang dihasilkan dari aktivitas yang telah
dilakukan. Terdapat tiga kondisi yang diperlukan atas munculnya kewajiban kontijensi,
yaitu :
 Terdapat potensi pembayaran di masa mendatang kepada pihak luar atau penurunan
nilai asset yang dihasilkan dari kondisi sekarang.
 Terdapat ketidakpastian jumlah pembayaran atau penurunan nilai di masa
mendatang.
 Hasilnya akan diperoleh dari kejadian di masa mendatang.

Standar audit mensyaratkan bahwa manajemen, bukan auditor, bertanggung jawab


atas identifikasi dan penetuan perlakuan akuntansi yang tepat untuk kewajiban
kontinjensi dan pada dasarnya dalam pengungkapan atas kontijensi dapat dilakukan atas
kerjasama pihak manajemen dengan auditor. Tujuan utama auditor dalam melakukan
verifikasi kewajiban kontijensi adalah :
 Mengevaluasi perlakuan akuntansi atas kewajiban kontinjensi yang diketahui
untuk menentukan apakah manajemen telah mengklasifikasikan kontijensi
dengan benar (tujuan penyajian dan pengungkapan untuk klasifikasi).

Audit Perbankan Page 2


 Mengidentifikasi praktek kontinjensi yang belum diidentifikasi manajemen
(tujuan penyajian dan pengungkapan untuk kelengkapan).
Ketidakpastian atas pembayaran di masa mendatang dapat bervariasi dari sangat
mungkin terjadi sampai kemungkinan besar tidak terjadi.Adapun menurut PSAK 57
dijelaskan tiga tingkatan kemungkinan keterjadian dan perlakuan atas laporan keuangan
yang dapat digunakan sebagai standard evaluasi dalam mempertimbangkan dan
melakukan penilaian secara profesional bagi auditor terhadap kondisi pelaporan klien.

Kemungkinan Keterjadian dan Perlakuan Laporan Keuangan


Kemungkinan keterjadian Perlakuan laporan keuangan
peristiwa

Remote (kecil kemungkinan) Tidak diperlukan pengungkapan


Reasonably possible (lebih besar Diperlukan pengungkapan catatan kaki
dari remote tapi lebih kecil dari
probable)
Probable (mungkin terjadi) - Jika jumlah dapat diestimasi secara masuk akal, maka
akun-akun laporan keuangan disesuaikan.
- Jika jumlah tidak dapat diestimasi secara masuk akal,
maka diperlukan pengungkapan catatan.

Beberapa kewajiban kontijensi yang merupakan kepentingan utama auditor,


ialah:
 Tuntutan tertunda (pending) untuk pelanggaran paten, kewajiban produk, atau
tindakan lainnya;
 Perselisihan mengenai pajak penghasilan;
 Garansi produk;
 Diskonto wesel tagih;
 Jaminan atas kewajiban pihak lain;
 Saldo tak terpakai dari perjanjian kredit (letter of credit) yang beredar.

Audit Perbankan Page 3


Komitmen sangat berkaitan erat dengan kewajiban kontinjensi. Komitmen
meliputi hal-hal seperti perjanjian untuk membeli bahan baku atau melakukan sewa
guna usaha suatu fasilitas pada harga tertentu dan penjualan barang dagangan pada
harga yang sudah ditentukan. Karakteristik dalam komitmen yaitu perusahaan setuju
berada dalam kondisi tertentu di masa mendatang, tanpa memperhatikan apa yang
terjadi dengan laba perusahaan atau perekonomian keseluruhan. Perusahaan biasanya
menjelaskan seluruh komitmen, baik dalam penjelasan tambahan terpisah maupun
digabungkan, dengan sebuah catatan mengenai kontinjensi.

 Prosedur Audit Untuk Menemukan Kontijensi


Langkah pertama dalam melakukan audit kontijensi adalah menentukan apakah
terdapat kontijensi (tujuan penyajian dan pengungkapan atas keterjadian). Seperti pada
kenyataannya, lebih sulit menemukan transaksi yang tidak tercatat daripada melakukan
verifikasi atas informasi yang tercatat. Saat auditor mengetahui terjadi kontijensi,
mereka akan melakukan evaluasi Materialitas dan Pengungkapan Penjelasan Tambahan.

 Evaluasi Kewajiban Kontijensi yang telah Diketahui


Jika auditor menyimpulkan bahwa terdapat kewajiban kontijensi, maka mereka
harus mengevaluasi signifikansi potensi utang dan sifat pengungkapan yang diperlukan
dalam laporan keuangan untuk memperoleh bukti atas keterjadian atas hak dan
kewajiban dalam tujuan penyajian dan pengungkapan.Untuk kontijensi yang
membutuhkan pengungkapan, auditor juga menelaah konsep penjelasan tambahan untuk
memastikan bahwa informasi yang diungkapkan dapat dipahami dan dinyatakan dengan
wajar sesuai kondisi kontijensi.Dalam kondisi lain, pengungkapan mungkin tidak
diperlukan jika kontijensi tersebut sifatnyalemah atau tidak material.

 Prosedur Audit untuk Menemukan Komitmen


Penelitian untuk mencari komitmen yang belum diketahui biasanya dilakukan
sebagai bagian dari audit atas masing-masing area audit. Misalkandalam melakukan
verifikasi penjualan, auditor seharusnya waspada atas adanya komitmen penjualan.

Audit Perbankan Page 4


 Menelaah Peristiwa Kemudian
Telaah peristiwa kemudian atau kejadian setelah tanggal neraca harus dilakukan
auditor untuk menelaah transaksi dan kejadian yang muncul setelah tanggal neraca
untuk menentukan apakah terdapat transaksi atau kejadian yang mempengaruhi
penyajian dan pengungkapan pada laporan periode berjalan.Prosedur audit ini
disyaratkan di PSA 46 (SA 560).Tanggung jawab auditor atas telaah kejadian setelah
tanggal neraca biasanya terbatas pada periode awal, yaitu pada tanggal neraca dan
berakhir pada tanggal laporan auditor. Oleh karena tanggal laporan auditor merupakan
saat penyelesaian prosedur audit yang penting di kantor klien, maka telaah kejadian
setelah tanggal neraca harus diselesaikan mendekati akhir audit.
Tanggal neraca Tanggal laporan audit Tanggal penerbitan

31-12-07 11-03-08 26-03-08


Periode yang dicakup oleh penelaahan peristiwa kemudian.

Dari gambar di atas, auditor bertanggung jawab untuk menelaah kejadian setelah
tanggal neraca yang terjadi antara 31-12-07 dan 11-03-08, tetapi tidak melebihi tanggal
laporan audit. Kebanyakan proses audit pada kejadian setelah tanggal neraca dilakukan
mendekati tanggal laporan audit.

1. Prosedur Audit Untuk Menemukan Kontijensi


audit kontijensi adalah menentukan apakah terdapat kontijensi (tujuan penyajian
dan pengungkapan atas keterjadian).
Seperti pada kenyataannya lebih sulit menemukan transaski yang tidak tercatat
daripada melakukan verifikasi atas informasi yang tercatat. Saat auditor mengetahui
terjadi kontijensi mereka akan melakukan evaluasi Materialitas dan Pengungkapan
Penjelasan Tambahan. Berikut adalah prosedur audit yang biasa digunakan oleh para
auditor dalam mengaudit kewajiban kontijensi :
 Melakukan Tanya-Jawab dengan pihak manajemen (langsung / tertulis) tentang
tercatatnya kontijensi.

Audit Perbankan Page 5


 Menelaah laporan agen penerimaan internal pada tahun berjalan dan tahun
sebelumnya atas penentuan PPh.
 Menelaah notulensi pertemuan direktur dan pemegang saham bila ada indikasi
tuntutan hukum atau kontijensi lainnya.
 Menelaah kondisi hukum untuk periode audit dan menelaah tagihan dan
pernyataan dari penasihat hukum atas terjadinya kewajiban kontijensi.
 Memperoleh surat dari penasihat hukum atas status kewajiban kontijensi
 Menelaah dokumentasi audit bila terdapat informasi yang mengindikasikan
terjadinya kontijensi.
 Memeriksa perjanjian kredit tanggal neraca dan meminta konfirmasi saldo yang
terpakai atau tidak.

2. Evaluasi Kewajiban Kontijensi Yang Telah Diketahui


Jika auditor menyimpulkan bahwa terdapat kewajiban kontijensi, maka harus
mengevaluasi signifikansi potensi utang dan sifat pengungkapan yang diperlukan dalam
laporan keuangan untuk memperoleh bukti atas keterjadian atas hak dan kewajiban
dalam tujuan penyajian dan pengungkapan. Untuk kontijensi yang membutuhkan
pengungkapan , auditor juga menelaah konsep penjelasan tambahan untuk memastikan
bahwa informasi yang diuangkapkan dapat dipahami dan dinyatakan dengan wajar
sesuai kondisi kontijensi.

3. Prosedur Audit Untuk Menemukan Komitmen


Penelitian untuk mencari komitmen yang belum diketahui biasanya dilakukan
sebagai bagian dari audit atas masing-masing area audit. Misalkan, dalam melakukan
verifikasi penjualan, auditor seharusnya waspada atas adanya komitmen penjualan.

4. Tanya Jawab Dengan Pengacara Klien


Prosedur utama yang diandalkan auditor untuk mengungkapkan tuntutan hukum
yang diketahui atau klaim lain terhadap klien dan mengidentifikasi klaim tambahan

Audit Perbankan Page 6


yaitu Tanya jawab dengan pengacara klien. Auditor mengandalkan keahlian dan
pengetahuan pengacara mengenai masalah hukum guna memberikan pendapat
professional atas hasil tuntutan hukum yang diharapkan dan kemungkinan jumlah
kewajiban kewajiban termasuk biaya sidang.

 Pengujian Audit
Prosedur audit untuk menelaah kejadian setelah tanggal neraca terbagi dalam dua
kategori yaitu:
1. Prosedur yang biasanya terintegrasi sebagai bagian dari verifikasi saldo akun
akhir tahun. Prosedur ini meliputi pengujian pisah batas dan penilaian yang
dilakukan sebagai bagian dari pengujian perincian saldo. Misal auditor
memeriksa transaksi penjualan dan pembelian setelah tanggal neraca untuk
menentukan apakah pisah batasnya akurat.

2. Prosedur yang dilakukan khususnya untuk menemukan kejadian atau transaksi


yang harus diakuai sebagai kejadian setelah tanggal neraca. Kategori pengujian
kedua adalah pengujian yang khusus menyediakan informasi untuk menguji
saldo akun tahun berjalan atau penjelasan tambahan sebagai pengujian
kelengkapan untuk tujuan penyajian dan pengungkapan.

c. Penetapan Tanggal Ganda


Biasanya auditor menentukan bahwa kejadian setelah tanggal neraca yang
memengaruhi laporan keuangan periode berjalan terjadi setelah pekerjaan lapangan
selesai, tetapi sebelum laporan audit diterbitkan. Misal jika klien audit membeli
perusahaan lain setelah hari terakhir pekerjaan lapangan. Dengan mengasumsikan
bahwa pembelian terjadi pada 23 Maret, sedangkan hari terakhir pekerjaan lapangan
adalah 11 Maret. Dalam situasi ini, PSA 43 (SA 530) mensyarakatkan auditor untuk
memperluas pengujian audit pada kejadian setelah tanggal neraca yang baru ditemukan
untuk memastikan hal itu sudah diungkapkan. Auditor memiliki dua pilihan atas
perluasan pengujian kejadian setelah tanggal neraca, yaitu:
1. Memperluas seluruh kejadian setelah tanggal neraca ke batas tanggal yang baru.

Audit Perbankan Page 7


2. Membatasi telaah kejadian setelah tanggal neraca sehubungan dengan kejadian
baru setelah tanggal neraca.
SA 333 menyebutkan empat kategori penting yang perlu dimasukkan. Keempat
kategori tersebut beserta contohnya, adalah sebagai berikut :
1. Laporan keuangan
2. Kelengkapan informasi
3. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
4. Kejadian setelah tanggal neraca
Surat representasi klien adalah pernyataan tertulis dari sumber yang tidak
independen, karena itu tidak dapat dianggap sebagai bukti yang bisa diandalkan.
Meskipun demikian, surat tersebut merupakan dokumen dimana manajemen ditanyai
dengan pertanyaan tertentu untuk memastikan bahwa manajemen memahami tanggung
jawabnya dan untuk melindungi auditor jika manajemen akan menuntut auditor.

Audit Perbankan Page 8


DAFTAR PUSTAKA

http://ikarosalia.wordpress.com/2012/06/04/menyelesaikan-audit/

Audit Perbankan Page 9

You might also like