You are on page 1of 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA

TITRASI PERMANGANOMETRI

Nama : Riki Suri Kurniadi


NIM : 2107113409
Kelompok : IV-C
Anggota Kelompok :
1. Nurmansyah Aditya 2107113606
2. Pujingga Sheny 2107124348
3. Puty Najwa A. 2107124357
4. Reihan Faizaldi 2107136511

Asisten Praktikum :
Tiara Indah Fitrianingrum

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR KENDALI

Nama Mahasiswa : Riki Suri Kurniadi


NIM : 2107113409
Kelompok : IV-C
Anggota Kelompok :
1. Nurmansyah Aditya 2107113606
2. Pujingga Sheny 2107124348
3. Puty Najwa 2107124357
4. Reihan Faizaldi 2107136511

Hari, Tanggal Revisi Keterangan Paraf


Sabtu, 27 Mei 2023 1 Bab 3 (Format dan Isi)
Bab 4 (Format)
Bab 5
Daftar Pustaka (Format)
Lampiran A (Perhitungan)
Senin. 5 Juni 2023 2 Bab 3 (Format dan Isi)
Bab 4 (Format)
Bab 5
Daftar Pustaka (Format)
Lampiran A (Perhitungan)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Titrasi adalah metode sederhana untuk menentukan konsentrasi asam atau
basa dengan menggunakan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya
dengan teliti (Supardi dan Luhbandjono, 2006). Standarisasi larutan merupakan
proses saat konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan
cara mentitrasi dengan larutan standar primer. Titran atau titer adalah larutan yang
digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya).
Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu.
Titik ekivalen adalah titik yang menyatakan banyaknya titran secara kimia setara
dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul)
yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya (John, 2003).
Reaksi kimia reduksi oksigen sering digunakan dalam analisis titrimetri. Ion-
ion dari unsur yang berbeda dapat hadir dalam keadaan oksidasi yang berbeda, yang
berarti banyak reaksi redoks yang mungkin terjadi. Reaksi oksidasi-reduksi atau
reaksi redoks adalah reaksi dimana elektron diterima dan dilepaskan (Underwood,
2002). Dalam semua reaksi redoks, jumlah elektron yang hilang oleh zat pereduksi
harus sama dengan jumlah elektron yang diperoleh zat pengoksidasi. Ada dua cara
untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks, yaitu metode bilangan oksidasi dan
metode setengah reaksi (metode ion elektron). Reaksi redoks dapat digunakan
dalam analisis volumetrik jika memenuhi persyaratan. Titrasi redoks adalah titrasi
larutan standar zat pengoksidasi dengan zat pereduksi atau sebaliknya. Pada
dasarnya, ini adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dan titran. (Underwood,
2002).
Salah satu analisa titrimetri yang menggunakan dasar titrasi redoks adalah
titrasi permanganometri. Anion dari KMnO4 dalam suasana asam digunakan untuk
mengukur jumlah larutan yang dapat teroksidasi di dalam sampel. Banyak sekali
pemanfaatan titrasi ini di dalam bidang kimia, salah satunya di dalam penentuan
kadar Fe+2. Maka dari itu, penting untuk dilakukan praktikum titrasi
permanganometri untuk mempelajari secara sistematis dan kelimiahan ilmu dari
konsep titrasi permanganometri.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari percobaan titrasi permanganometri ini adalah untuk
menentukan konsentrasi KmnO4 dan Fe2+.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Titrasi Permanganometri


Permanganometri merupakan suatu penetapan kadar atau reduktor dengan
jalan dioksidasi dengan larutan baku kalium permanganat (KMnO4) dalam
lingkungan asam sulfat Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi.
KMnO4 merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi permanganometri tidak
diperlukan indikator, karena titran sudah bertindak sebagai indikator (auto
indikator). Kalium permanganat bukan larutan baku primer, maka larutan KMnO4
harus distandardisasi terlebih dahulu dengan beberapa zat antara lain arsen (III)
oksida (As2O3), dan Natrium Oksalat (N2C2O4) (Svehla, 1995).
Kalium permanganat adalah oksidator kuat. Reagensia ini mudah diperoleh,
murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat
encer. Permanganat bereaksi dengan beberapa keadaan oksidasi secara +2,+3,+4,+6
dan +7 (Underwood. 2002). Jika kalium permanganat berada dalam HCl, maka
akan mengoksidasi ion Cl– yang menyebabkan terbentuknya gas klor. Didalam
titrasi permanganometri, beberapa zat memerlukan pemanasan atau katalis untuk
mempercepat reaksi (Svehla, 1995).
Pemanfaatan titrasi permanganometri sangat banyak sekali dilakukan didalam
analisa kimia. Hal-hal yang berkaitan dengan penentuan kadar besi, kalsium,
hidrogen peroksida bisa menggunakan titrasi permanganometri. Pada penentuan
besi pada bijih besi mula-mula dilarutkan asam klorida, kemudian semua besi
direduksi menjadi Fe2+, baru dititrasi secara permanganometri. Sedangkan pada
penetapan kalsium, mula-mula kalsium diendapkan, dilarutkan dan oksalatnya
dititrasi dengan permanganat (Svehla, 1995).

2.2 Kalium Permanganat


KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia
biasanya digunakan pada larutan asam, dimana senyawa tersebut direduksi menjadi
Mn2+(aq). Pada analisis besi dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan cara yang
sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO4-(aq). Mn2+ mempunyai warna pink
(merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
MnO4- berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi
mempunyai warna akhir pink (merah muda) pekat dengan hanya penambahan satu
tetes lagi MnO4-. MnO4- kurang cocok untuk titrasi pada larutan alkali sebab hasil
reduksi MnO2 yang tidak larut mengaburkan titik akhir titrasi (TAT). Titrasi lain
yang menggunakan MnO4- meliputi penentuan nitrit, H2O2 dan kalsium (setelah
mengendap sebagai oksalat). Pada kimia organik MnO4- digunakan untuk
mengoksidasi alkohol dan hidrokarbon tidak jenuh. Mangan dioksida, MnO2,
digunakan pada sel kering, pada kaca dan lapisan keramik, dan sebagai katalis
(Petrucci, 1999).
Penetapan besi dalam bijih besi merupakan salah satu penerapan yang
penting dari titrasi permanganat. Bijih besi yang utama adalah oksida atau oksida
terhidrasi: hemit (Fe2O3), mangnetit (Fe2O4), geotit, dan limotit (2 Fe2O3 3H2O).
Asam terbaik untuk melarutkan bijih-bijih besi adalah asam klorida. Oksidasi
terhidrasi mudah larut, sedangkan hematit dan magnetit melarutkan agak lambat.
Sebelum titrasi dengan permanganat besi(III) harus direduksi menjadi besi(II).
Reduksi ini dapat dilakukan dengan timah (II) klorida (Underwood, 2002).
Banyak aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite dalam
minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol
dengan menggunakan kalium dikromat. Beberapa contoh yang lain adalah
penentuan asam oksalat dengan menggunakan permanganometri. Kalium
permanganat telah digunakan sebagai pengoksidasi secara meluas lebih dari 100
tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak memerlukan indikator
kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat bereaksi secara
beraneka karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi secara +2,+3,+4,+6 dan
+7 (Underwood, 2002). Kalium pemanganat adalah oksidator kuat, oleh karena itu
jika berada dalam HCl akan mengoksidasi ion Cl– yang menyebabkan terbentuknya
gas klor dan kestabilan ion ini juga terbatas. Biasanya digunakan pada medium
asam 0,1 N. Namun, beberapa zat memerlukan pemanasan atau katalis untuk
mempercepat reaksi. Seandainya banyak reaksi itu tidak lambat, akan dijumpai
lebih banyak kesulitan dalam menggunakan reagensia ini (Svehla, 1995).
2.3 Asam Oksalat
Senyawa ini, Na 2 C 2 O 4 merupakan standar primer yang baik untuk
permanganat dalam larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan
tingkat kemurnian tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan
nonhigroskopis. Reaksinya dengan permanganat agak sedikit rumit dan
berjalan lambat pada suhu ruangan, sehingga larutan biasanya
dipanaskan sampai sekitar 60°C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi
reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya meningkat ketika
ion mangan(II) terbentuk. Mangan(II) bertindak sebagai katalis, dan
reaksinya disebut autokatalitik, karena katalisnya dip roduksi di dalam
reaksi itu sendiri. Ion tersebut dapat memberikan efek katalitiknya
dengan cara bereaksi dengan cepat dengan permanganat untuk
membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4), di mana
pada gilirannya secara cepat mengoksidasi io n oksalat, kembali ke
kondisi divalen (Shevla, 1995).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Buret 50 mL
2. Corong kaca
3. Erlenmeyer 250 mL
4. Gelas ukur 20 mL
5. Gelas kimia 100 mL; 250 mL
6. Labu Ukur 100 mL; 250 mL
7. Hot plate
8. Pengaduk
9. Pipet tetes
10. Statif dan klem
11. Termometer

3.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Asam oksalat (C2H2O4) 0,05 N
2. Asam sulfat (H2SO4) 4 N
3. Besi II Sulfat (Fe2SO4) 0,05 N
4. Kalium Permanganat (KMnO4) 0,05 N

3.3 Prosedur Praktikum


Adapun prosedur praktikum yang dilakukan pada percobaan ini
adalah:
3.3.1 Standarisasi Larutan Kalium Permanganat dengan Asam Oksalat
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini
adalah:
1. Larutan standar asam oksalat 0,05 N sebanyak 15 mL dimasukkan kedalam
erlenmeyer.
2. Larutan H2SO4 4N sebanyak 15 mL ditambahkan dalam erlenmeyer.
3. Larutan dipanaskan hingga mencapai suhu 70oC.
4. Larutan dalam keadaan panas dititrasi dengan larutan KMnO4 sampai
timbul warna merah muda yang tidak hilang pada pengocokan selanjutnya.
5. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali.
6. Kenormalan KMnO4 dihitung.
3.3.2 Menentukan Kenormalan Fe 2+
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini
adalah:
1. Larutan Fe2SO4 sebanyak 15 mL dimasukkan kedalam erlenmeyer.
2. Larutan H2SO4 4N sebanyak 15 mL ditambahkan dalam erlenmeyer.
3. Larutan dititrasi menggunakan larutan KMnO4 yang konsentrasinya
didapatkan dari percobaan 3.3.1.
4. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali.
5. Kenormalan Fe2+ dihitung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dari percobaan titrasi permanganometri adalah
sebagai berikut :

Tabel 4.1.1 Hasil Percobaan Titrasi Permangaonemtri


Percobaan V KMnO4 Konsentrasi V KMnO4 Konsentrasi
terpakai KMnO4 terpakai Fe2+
(mL) didapat (N) (mL) didapat (N)
1 3,5 0,21 1,5 0,024
2 3 0,25 1,1 0,018
3 2,7 0,27 1,2 0,019

4.2 Pembahasan
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi
redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO 4 - bertindak sebagai oksidator. Ion
MnO 4 - akan berubah menjadi ion Mn 2+ dalam suasana asam. Cara titrasi
permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat -zat
organik. Prinsip permanganometri adalah berdasrkan reaksi oksidasi dan
reduksi. Pada percobaan permanganometri ini, secara garis besarnya
terbagi atas 2 komponen yaitu zat pentiter dan zat yang dititer (Svehla.
1995) .
Sifat fisik dari kalium permanganat (KMnO 4 ) berat molekulnya
adalah 197, 12 gr/mol, memiliki titik didih 32, 35 °C dan memiliki titik
beku 2,83°C. Kalium permanganat (KMnO 4 ) memiliki warna ungu
kehitaman berbentuk kristal. Sifat kimia dari kalium permanganat
(KMnO 4 ) adalah larut dalam metanol, dapat terurai oleh sinar. KMnO 4
dalam suasana basa dan netral akan tereduksi menjadi MnO 2 . Kalium
permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi.
Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tid ak mahal dan tidak
membutuhkan indikator karena KMnO 4 dapat bertindak sebagai
autoindikator (reagen yang berfungsi sebagai penanda titik akhir titrasi).
Permanganat memberikan warna merah muda yang jelas pada volume
dari larutan yang biasa dipergunakan da lam sebuah titrasi. Kalium
permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam
lemah, netral atau basa lemah. Titrasi harus dilakukan dalam larutan
yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak -balik,
sedangkan potensial elektroda sangat bergantung pada pH. Pereaksi
kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan
karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu. Larutan KMnO 4 dibuat
dengan melarutkan sejumlah kalium permanganat dalam air
mendididhnya selama 8 jam atau lebih. Kemudian endapan MnO 2 yang
terbentuk disaring. Lalu dibakukan dengan zat baku utama (larutan
standar primer) (Underwood, 2002).

4.2.1 Standarisasi Larutan Kalium Permanganat dengan Asam Oksalat


Larutan KMnO 4 dimasukkan ke dalam buret 50 mL. Selanjutnya asam
oksalat 0,05 N ditambahkan dengan asam sulfat 4N masing-masing
sebanyak 15 mL dan dimasukkan kedalam erlenmeyer. Asam sulfat yang
ditambahkan untuk memberikan suasana asam, karena titik akhir titrasi
lebih mudah diamati bila reaksi dalam kondisi asam dan reaksi H 2 SO 4
tidak menghasilkan produk serta tidak bereaksi dengan titran (Khopkar,
1990). Pada suasana asam zat ini akan mengalami reduksi menghasilkan
ion Mn 2+ yang tidak berwarna sedangkan apabila reaksi dilakukan dalam
suasana pada pH netral atau sedikit basa maka akan terbentuk padatan
MnO 2 yang berwarna coklat yang dapat mengganggu dalam penentuan
titik akhir titrasi.
Sebelum dilakukan titrasi, terlebih dahulu dilakukan pemanasan
asam oksalat yang dipanaskan pada suhu 70 o C yang bertujuan untuk
mempercepat reaksi antara KMnO 4 dengan asam oksalat. Hal itu
didasarkan karena pada suhu kamar reaksi antara keduanya cenderung
lambat sehingga akan sulit untuk menentukan titik akhir reaksi (Harjadi,
1990). Adanya perubahan warna larutan menjadi merah muda yang stabil
mengindikasikan titik ahir titrasi. Asam oksalat dititrasi dengan kalium
permanganat secara triplo dengan volume sebanyak 3,5 mL; 3 mL; 2,7
ml sehingga diperoleh perhitungan konsentrasi rata-rata dari kalium
permanganat yaitu 0,24 N. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Berikut persamaan reaksi yang terjadi :
MnO4- + C2O4- + H+ → Mn2+ + CO2 + H2O ......................... .(4.1)

Standarisasi KMnO4 menggunakan asam oksalat ini tidak


menggunakan indikator. Hal ini disebabkan KMnO4 tersebut selain
bertindak sebagai titran, KMnO4 juga bertindak sebagai indikator (auto
indicator). Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan perubahan warna dari
bening menjadi merah muda. Warna merah muda timbul akibat kelebihan
ion permanganat. Kelebihan satu tetes ion permanganat akan
menimbulkan warna merah muda yang cukup j elas terlihat (Underwood,
2002).

4.2.2 Menentukan Kenormalan Fe 2 +


Normalitas besi (Fe2+) dapat diketahui dengan cara titrasi
permanganometri. Larutan Fe2SO4 sebanyak 15 mL ditambahkan larutan H2SO4 4N
sebanyak 15 mL dengan tujuan agar besi larut sempurna dan dapat bereaksi dengan
baik. Selain itu, penambahan asam sulfat juga bertujuan agar KMnO4 tereduksi
menjadi Mn2+ (Petrucci, 1999). Tidak dilakukan pemanasan karena larutan asam
sulfat yang di tambahkan bersifat eksoterm (melepaskan panas), bertujuan agar
larutan tidak rusak akibat ketinggian suhu dengan larutan berwarna kuning. Setelah
itu, dititrasi dengan KMnO4 untuk standarisasi dan larutan menjadi berwarna merah
muda (Shevla, 1985). Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan adanya perubahan
warna larutan menjadi merah muda yang stabil. Percobaan dilakukan sebanyak
triplo, didapat volume KMnO4 permanganat yang digunakan sebanyak 1,5; 1,1; dan
1,2 mL dan nilai rata-rata konsentrasi Fe2SO4 sebesar 0,020 N. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
MnO4- + 5Fe2+ + 8H+ → Mn2+ + 5Fe3+ + 4H2O .................. .(4.2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan berdasarkan percobaan yang dilakukan
adalah:
1. Titrasi permanganometri merupakan titrasi redoks yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4).
2. Didapat konsentrasi larutan KMnO4 setelah standarisasi hingga terjadi
perubahan warna merah muda yaitu sebesar 0,24 N
3. FeSO4 ditambahkan asam sulfat selanjutnya dititrasi dengan KMnO4
menghasilkan warna merah muda. Diperoleh perhitungan analisa kadar
konsentrasi Fe2+ melalui reaksi titrasi permanganometri sebesar 0,020 N.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum selanjutnya ialah,
didalam melakukan pembuatan larutan standar harus dilakukan penimbangan dan
pencampuran secara teliti agar dihasilkan larutan standar sekunder yang presisi.
Titrasi harus dilakukan dengan teliti, sehingga analit tidak lewat jenuh (terjadi
perubahan warna sangat pekat).
Hardjadi. (1990). Ilmu Kima Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.
John, K. (2003). Analytical Chemistry for Technicians. Washington: Lewis
Publisher.
Khopkar. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Petrucci, R. (1999). Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Supardi, K.I. dan Luhbandjono, G. (2006). Kimia Dasar II. Semarang: UPT
UNNES Press, Hal-7.
Svehla, G. (1995). Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Underwood, A. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

A.1 Membuat Larutan Asam Oksalat 0,05 N dalam 100 mL


Diketahui: BM asam oksalat = 126 gram/mol
Valensi asam oksalat = 2
𝑚 1000
Jawab: 𝑁 = 𝐵𝑀 × ×𝑎
𝑉
𝑚 1000
0,05 𝑁 = 126 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 × ×2
100
6,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚= 20

𝑚 = 0,32 𝑔𝑟𝑎𝑚
A.2 Membuat Larutan KMnO4 0,05 N dalam 100 mL
Diketahui: BM KMnO4 = 158,034 gram/mol
Valensi KMnO4 =5
𝑚 1000
Jawab: 𝑁 = 𝐵𝑀 × ×𝑎
𝑉
𝑚 1000
0,05 𝑁 = 158,034 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 × ×5
100

6,3 𝑔𝑟𝑎𝑚 7,9017 𝑔𝑟𝑎𝑚


𝑚= =
20 50
𝑚 = 0,158 𝑔𝑟𝑎𝑚
A.3 Mengencerkan H2SO4 dari 36 N menjadi 4 N dalam 100 mL
N1× V1 = N2 × V2
36 N× V1 = 4 × 100 mL
V1= 11,11 mL

A.4 Membuat Laritan FeSO4 0,05 N dalam 100 mL


Diketahui: BM FeSO4 = 278 gram/mol

Valensi FeSO4 = 2
Jawab:
𝑚 1000
𝑁 = 𝐵𝑀 × ×𝑎
𝑉
𝑚 1000
0,05 𝑁 = 278 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 × ×2
100

𝑚 = 0,695 𝑔𝑟𝑎𝑚
A.5 Standarisasi Larutan KMnO4
Percobaan Pertama
N KMnO4 × V KMnO4 = N C2H2O4 × VC2H2O4
N KMnO4 × 3,5 mL = 0,05 N × 15 mL
NKMnO4 = 0,21 N
Percobaan Kedua
N KMnO4 × V KMnO4 = N C2H2O4 × VC2H2O4
N KMnO4 × 3 mL = 0,05 N × 15 mL
NKMnO4 = 0,25 N
Percobaan Ketiga
N KMnO4 × V KMnO4 = N C2H2O4 × VC2H2O4
N KMnO4 × 2,7 mL = 0,05 N × 15 mL
NKMnO4 = 0,27 N
Rata Normalitas KMnO4
N1+N2+N3 0,21+0,25+0,27
N’= = = 0,24
3 3

A.6 Menentukan Kenormalan Fe2SO4


Percobaan Pertama
N Fe2SO4 × V Fe2SO4 = NKMnO4 × VKMnO4
N Fe2SO4 × 15 mL = 0,24 N × 1,5 mL
N Fe2SO4 = 0,024 N
Percobaan Kedua
N Fe2SO4 × V Fe2SO4 = NKMnO4 × VKMnO4
N Fe2SO4 × 15 mL = 0,24 N × 1,1 mL
N Fe2SO4 = 0,018 N
Percobaan Ketiga
N Fe2SO4 × V Fe2SO4 = N KMnO4 × V KMnO4
N Fe2SO4 × 15 mL = 0,24 N × 1,2 mL
N Fe2SO4 = 0,019 N
Rata Normalitas Fe2SO4
N1+N2+N3 0,024+0,018+0,019
N= = = 0,020 N
3 3
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Gambar B.1 Proses Titrasi Gambar B.2 Pemanasan Larutan

Gambar B.3 Hasil standarisasi Gambar B.4 Hasil penentuan


larutan KmO4 Kadar Fe2+
LAMPIRAN C
PERTANYAAN

C.1 Dalam suasana asam, 1 gram mol KMnO4 = ... gram ekuivalen
Jawab: MnO4 +8H+ + 5e Mn2+ +4H2O Sehingga, 1 ekuivalen MnO4 = 1 5
mol BE = 39+55+4,16 5 BE = 158 5 = 31,6 gram

C.2 Dalam suasana basa, 1 gram mol KMnO4 = ... gram ekuivalen
Jawab: MnO4 + 2H2O + 3e MnO2 + 4OH Sehingga, 1 ekuivalen MnO4 = 1
3 mol BE = 39+55+4,16 3 BE = 158 3 = 52,7 gram

C.3 Apa sebabnya untuk pengamatan tidak dipakai HCl?


Jawab: HCl menghasilkan reaksi samping, terjadi kemungkinan
teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor dan mengakibatkan dipakainya
permanganat dalam jumlah berlebih, selain kestabilan ion juga terbatas.

C.4 Dapatkah larutan standar KMnO4 dipakai sebagai larutan standar primer,
sebutkan alasan saudara
Jawab: tidak, karena KMnO tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni
ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya zat yang tidak mudah
dikeringkan, higroskopis, menyerap air, dan menyerap CO2.

C.5 Selain asam oksalat, zat apalagi yang bisa digunakan untuk standarisasi?
Jawab: NaCl (natrium klorida), asam benzoat, kalium dikromat dan arsen
triokrida.
LAMPIRAN D
LAPORAN SEMENTARA

You might also like