Professional Documents
Culture Documents
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
secara buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair lebih dari 3 kali
sehari dengan atau tanpa darah atau lendir (Kemenkes RI, 2014).
penyakit pneumonia adalah diare. Data dari The United Nations Childern’s
Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO), hampir sekitar satu
dari lima kematian anak balita di dunia disebabkan karena diare. Angka
kematian balita yang disebabkan karena diare mencapai 1,5 juta per tahun.
dengan kematian. Pada tahun 2018 terjadi 10 kali KLB yang tersebar di 8
pada tahun 2018 CFR Diare mengalami peningkatan dibanding tahun 2017
1
2
Kesehatan Provinsi Riau, kasus diare masih tinggi di Provinsi Riau yaitu
92,3%, karena morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi dan pengobatan
yang tidak adekuat serta pengetahuan masyarakat yang masih minim dalam
oralit penderita diare semua umur mayoritas telah mendapatkan oralit sebanyak
92,3, bahkan ada kabupaten/kota yang telah mencapai 100% yaitu Kota Dumai,
Rokan Hilir, Rokan Hulu, Kampar dan Siak, sedangkan kabupaten yang
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis dan laporan tahunan
data bahwa kasus diare termasuk ke dalam 10 besar penyakit yang ada di UPT
dari bulan Januari 2021 sampai dengan September 2021 terdapat 82 kasus diare
pada bayi.
Penyebab dari bayi dan balita mudah terserang penyakit diare adalah
perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan yang
buruk. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius karena
tubuh balita sebagian besar terdiri dari air, sehingga bila terjadi diare sangat
sampai enam bulan, termasuk pendidikan kesehatan spesifik dengan tujuan bisa
hanya tanggung jawab pemerintah saja tapi masyarakat pun diharapkan dapat
ikut serta menanggulangi dan mencegah terjadinya diare pada anak. Banyak
faktor yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi faktor pendorong
benar dan efektif yakni perilaku sehat yang terdiri dari pemberian ASI yaitu
perilaku untuk menyusui bayi secara penuh sampai mereka berusia 6 (enam)
bulan, hygienitas penggunaan botol susu dan kebiasaan mencuci tangan. Cara
penggunaan botol yang buruk membuat bakteri berkembang pada botol susu.
Jika sisa susu itu masih ada di botol maka akan menjadi media untuk
tentang hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian diare pada bayi
hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada bayi dimana
seperti diare dan radang paru-paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit.
ASI mengandung Lactobacillus Bifidus yaitu bakteri yang tumbuh dalam usus
bayi untuk mencegah bakteri berbahaya dan terjadinya diare (Yulianti, 2011).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Rifai, dkk (2016), diketahui ada
hubungan antara kebiasaan cuci tangan ibu dengan kejadian diare anak : studi
kasus di Kutai Kartanegara dengan nilai p=0,002, sedangkan nilai OR= 5,6
yang berarti kebiasaan mencuci tangan yang tidak bersih berisiko sebesar 5,6
Timur dengan nilai p=0,014 dan OR=3,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa
kejadian diare.
dari 10 ibu yang diwawancarai diketahui bahwa terdapat 7 ibu (70%) yang
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi. Hasil observasi terlihat bahwa saat
ibu memberikan susu tidak mencuci tangan terlebih dahulu setelah beraktivitas,
5
dan botol susu yang digunakan tidak ditutup dengan baik. Berdasarkan latar
belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Faktor - Faktor
B. Rumusan Masalah
penelitian ini yaitu: Faktor - faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Responden
tentang faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada bayi,
penelitian selanjutnya.