You are on page 1of 1

Wahyu ditulis oleh Yohanes atas perintah Tuhan Yesus untuk menguatkan umat Tuhan yang sedang

menghadapi penganiayaan yang kian hari kian berat. Intisari kitab Wahyu adalah bahwa Allah berdaulat
atas sejarah dunia ini. Kuasa Iblis yang memakai pemimpin dan budaya dunia untuk menyesatkan umat
manusia, tetap ada di bawah kendali Sang Pencipta dan Pemilik. Kristus telah memastikan bahwa semua
rencana Allah bagi dunia dan bagi keselamatan umat-Nya tercapai dengan sempurna.

Pada perikop penutup ini sekali lagi Yohanes mendapatkan penegasan bahwa baik semua yang ia lihat
dan catat, maupun yang tidak dicatatnya adalah tepat, setepat firman-Nya di Perjanjian Lama (6). Oleh
karena itu, siapapun yang tidak percaya dan menolak firman-Nya, memang sudah dihakimi secara adil
(11), yaitu mereka yang tetap tinggal dalam keberdosaan mereka (15). Sebaliknya, mereka yang percaya
akan memperoleh upah percayanya itu yang dijaminkan oleh Kristus sendiri (12, 16). Merekalah yang
diundang untuk menikmati kehidupan sejati kekal bersama Allah di surga mulia (17).

Pentingnya firman Tuhan ini bagi penghiburan dan penguatan umat Tuhan di sepanjang zaman
ditegaskan melalui peringatan keras untuk tidak mengubah pesan Tuhan ini (18-19). Baik menambah
maupun menguranginya, adalah sama dengan mengingkari hikmat dan kedaulatan Tuhan. Kita dipanggil
untuk bersandar penuh pada Tuhan, dengan tidak mengompromikan firman-Nya dengan hikmat kita,
apalagi menafsir menurut keinginan dan kepentingan sendiri. Wahyu diberikan bukan untuk umat
berspekulasi mengenai masa depan melainkan untuk menolong umat Tuhan menghadapi situasi sulit
yang bersifat kontra kebenaran dan antiKristus.

Renungkan: Yang kita butuhkan bukan membaca peta zaman pembuka rahasia masa depan, melainkan
menaati firman-Nya, pedoman terpercaya menjalani hidup masa depan.

You might also like