You are on page 1of 12

BAHASA DALAM INTERAKSI

KOMUNIKASI ANTAR
BUDAYA

Dosen Pengampu:
Syaiful Bahri, M.Pd
Evi Rahmiyati S.Pd., M.Ed

Disusun oleh:
Kelompok 5
Qurrata Ak’yun 2006104030002
Deviana Putri 2006104030084
Annisa Geubrina 2006104030023
Amalia Shabrina 2006104030054
Keisya Ramadhanti 2006104030046
Musliza Kamalia 2006104030057

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur mari sama-sama kita panjatkan kehadirat
Allah SWT. yang mana oleh Allah atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang berupa nikmat
iman dan nikmat sehat, sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat bermahkotakan salam tak lupa pula kita sanjung sajikan ke pangkuan Baginda Nabi
Besar Muhammad SAW. yang mana oleh beliau telah membawa kita daripada alam jahiliyah
yaitu alam kegelapan yang penuh dengan kebodohan, kepada alam Islamiah yaitu alam terang
benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Semoga syafa’at beliau mengalir kepada kita
pada hari kiamat kelak.
Makalah berjudul “ Bahasa dalam interaksi komunikasi antar pribadi” kami buat dalam
rangka untuk memenuhi tugas daripada Mata Kuliah “Konseling Lintas Budaya”, dengan
dosen pengampu yaitu bapak Drs. Syaiful Bahri, M.Pd dan ibu Evi Rahmiyati S.Pd., M.Ed
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kita semua terkait materi
ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung serta
membantu dalam proses penyelesaian penyusunan makalah ini. Begitu besar harapan kami
supaya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan
makalah ini. Kritik yang terbuka dan membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Demikian kata pengantar ini tim penyusun sampaikan. Terima kasih kami ucapkan
kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam membantu penyusunan dan para pembaca makalah
ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Banda Aceh, 17 april 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2
2.1 Pengertian interaksi interpersonal: kewaspadaan, kecepatan, berbicara, kosakata dan
monitor umpan balik non verbal ........................................................................................ 3
2.2 Interaksi penerjemah: Interpretasi, Penerjemah ................................................................. 4
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk sosial dimana tidak dapat hidup sendiri dan
membutuhkan adanya suatu interaksi. Dalam melakukan interaksi tentu saja manusia
membutuhkan alat untuk berinteraksi salah satunya adalah bahasa. Menurut Chaer
(2004;1), Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan
oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.
Bahasa membantu manusia dalam menyampaikan pikiran, pendapat, maupun perasaan.
Indonesia memiliki lebih dari 300 bahasa daerah. Hal ini dikarenakan kondisi
geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga Indonesia kaya akan suku,
bahasa dan budaya. Meskipun memiliki beragam bahasa daerah, Indonesia mempunyai
bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sendiri memiliki peran yang
sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara salah satunya adalah
komunikasi.
Dengan adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, kita dapat berhubungan
dan berkomunikasi satu sama lain tanpa mengkhawatirkan perbedaan latar belakang sosial
budaya dan bahasa satu sama lain. Kita bisa pergi ke pelosok yang satu ke pelosok yang
lain di tanah air kita hanya dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya
alat komunikasi.
Bahasa Indonesia sebagai alat yang memungkinkan terjadinya penyatuan berbagai
suku bangsa yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda ke dalam satu
kesatuan yang utuh. Dalam hal ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku
bangsa mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu
meninggalkan identitas kesukuan dan setia terhadap nilai-nilai sosial budaya serta latar
belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Sehingga dengan bahasa nasional ini kita
dapat melakukan kepentingan nasional jauh diatas kepentingan daerah atau golongan.
Namun pada era Globalisasi seperti saat ini, banyak bahasa asing masuk ke
Indonesia dan banyak remaja sering menggunakan bahasa asing dalam pergaulan. Hal ini
tentu saja sangat meyimpang dari kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Masyarakat lebih memilih menggunakan bahasa pergaulan sebagai alat komunikasi
sehari-hari. Untuk itu, kita sebagai masyarakat Indonesia wajib melestarikan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan interaksi interpersonal: kewaspadaan, kecepatan, berbicara,
kosakata dan monitor umpan balik nonverbal ?

2. Apa yang dimaksud dengan interaksi penerjemah: interpretasi dan penerjemah?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui interaksi interpersonal: kewaspadaan, kecepatan, berbicara, kosakata dan
monitor umpan balik nonverbal
2. Mengetahui interaksi penerjemah: interpretasi dan penerjemah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian interaksi interpersonal: kewaspadaan, kecepatan, berbicara, kosakata dan


monitor umpan balik nonverbal
Dalam proses konseling terjadi hubungan interpersonal antara konselor dan
klien. Konseling lintas budaya terjadi bila dalam suatu proses konseling terdapat
perbedaan-perbedaan antara konselor dan klien.yang terjadi antara konselor dan klien
dapat terjadi karena adanya perbedaan jenis kelamin,usia,pekerjaan,agama,afiliasi
politik. Layanan konseling adalah jantung hati layanan bimbingan secara
keseluruhan.Konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat
mata atau tatap muka antara konselor dan klien dengan usaha secara
laras,unik,manusiawi sesuai keahlian berdasarkan norma-norma yang berlaku agar
klien memperoleh konsep diri,kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah
lakunya pada saat ini dan mendatang.
Dalam kehidupan sekelompok manusia dengan jumlah yang cukup besar
dipastikan terdapat perbedaan-perbedaan dalam unsur-unsur sosial budaya yang
mewarnai kehidupan mereka.Seluruh pengaruh unsur-unsur budaya dapat membentuk
unsur subyektif pada diri individu. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan
tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja.tanggung
jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab bersifat kodrati,artinya sudah menjadi bagian kehidupan
manusia,bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab.Apabila ia tidak
mau bertanggung jawab maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu.
Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dua sisi,yaitu dari sisi pihak yang
berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Tanggung jawab adalah ciri manusia
beradab (berbudaya). Manusia merasa tanggung jawab karena ia menyadari akibat
baik atau buruk perbuatan itu dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan
pengabdian atau pengorbanannya.
Interaksi interpersonal adalah interaksi antara dua atau lebih individu yang
melibatkan komunikasi verbal dan nonverbal, serta adanya pengaruh antara satu
individu dengan individu yang lainnya. Beberapa elemen kunci dalam interaksi
interpersonal meliputi:
a. Kewaspadaan (awareness): Kemampuan untuk memahami dan membaca
3
situasi dan perasaan orang lain, serta kepekaan terhadap perbedaan budaya dan
latar belakang.
b. Kecepatan (pace): Kemampuan untuk menyesuaikan kecepatan berbicara dan
memproses informasi dengan individu lain yang berbeda-beda.
c. Kosakata (vocabulary): Kemampuan untuk menggunakan kata-kata yang tepat
dan efektif dalam berkomunikasi.
d. Berbicara (speaking): Kemampuan untuk menyampaikan pesan dengan jelas
dan efektif melalui komunikasi verbal.
e. Monitor umpan balik nonverbal (monitoring nonverbal feedback):
Kemampuan untuk membaca dan memahami bahasa tubuh dan ekspresi wajah
orang lain, serta menyesuaikan perilaku dan respons sesuai dengan umpan
balik nonverbal yang diterima.
Dengan memahami dan menguasai elemen-elemen kunci tersebut, individu
dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam berinteraksi secara interpersonal dan
menciptakan hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

2.2 Interaksi penerjemah: Interprestasi, penerjemahan

a. Hakikat Penerjemahan
Perbedaan bahasa bukanlah suatu penghalang yang dapat membatasi ruang
gerak manusia dalam berinteraksi antara yang satu dengan yang lain. Hal tersebut
terjadi karena setiap individu dapat saling memahami bahasa yang disampaikan.
Pemahaman tersebut lahir karena adanya proses penerjemahan suatu bahasa.
Penerjemahan merupakan proses transfer dari satu bahasa ke bahasa yang lain.

Terdapat sederetan pengertian penerjemahan yang dikemukakan oleh para ahli


dan akademisi penerjemahan. Nida & Taber (1982: 12) mengemukakan bahwa
penerjemahan merupakan usaha untuk menciptakan kembali pesan dari bahasa sumber
ke dalam bahasa sasaran dengan sealamiah mungkin dalam hal makna dan gaya
bahasa. Selanjutnya, Catford (1978: 20) dalam bukunya yang berjudul A linguistic
theory of translation berpendapat bahwa penerjemahan merupakan tindakan untuk
mengganti materi tekstual bahasa sumber ke dalam materi tekstual yang sepadan
dalam teks BSa. Hal senada dikemukakan oleh Newmark (1981: 7) bahwa terjemahan
merupakan sebuah keahlian yang mencakup usaha untuk mengganti pesan dalam
bahasa sumber dengan pesan atau pernyataan yang sepadan dalam teks bahasa sasaran.

4
Menurut Bachmann & Medick (1997: V) penerjemahan bukanlah sekedar
proses transfer dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, namun secara langsung
terlibat dalam bentuk interaksi dan konfrontasi antar budaya. Berbeda dengan
pengertian sebelumnya, House, (2015: 1) menyatakan bahwa penerjemahan
merupakan prosedur kognitif yang dihasilkan oleh manusia. Penerjemahan tidak hanya
sekedar pengalihan pesan dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain atau dari teks
sumber ke teks tujuan atau teks sasaran, tetapi lebih merupakan proses pengalihan
antara budaya.

Hal senada dipaparkan oleh House (2014:3), dalam bukunya berjudul


Translation: A Multidisciplinary Approach. House berpendapat bahwa pada dasarnya,
kegiatan penerjemahan tidak hanya merupakan tindakan para ahli budaya dan bahasa,
namun juga merupakan pembelajaran komunikasi budaya. Nugraha, et al. (2017: 89)
menyatakan bahwa terjemahan adalah istilah umum yang mengacu pada pengalihan
pikiran dan ide dari satu bahasa ke bahasa yang lain.

Pada kesempatan yang berbeda, Pelawi (2014: 35) menyatakan bahwa


penerjemahan merupakan proses pencarian padanan makna dalam teks bahasa sumber
ke dalam teks bahasa sasaran. Larson (1984: 23) menyampaikan pengertian yang
serupa bahwa penerjemahan adalah proses pengalihan makna dari BSu ke dalam BSa.
Pengalihan ini dilakukan dari bentuk bahasa pertama ke dalam bentuk bahasa kedua
melalui struktur semantis. Selanjutnya Larson menggambarkan bahwa penerjemahan
mempunyai beberapa tahapan yakni: (1) leksikon, struktur-gramatikal, dan situasi
komunikasi, serta konteks budaya dari teks bahasa sumber, adalah merupakan unsur-
unsur yang akan dipelajari oleh penerjemah (2) teks bahasa sumber akan dianalisis
untuk memahami maknanya, dan (3) pengungkapan kembali makna yang dianggap
sepadan dengan menggunakan leksikon dan struktur bahasa yang familiar dengan
budaya yang dipahami oleh target pembaca sasaran.

Tahapan tersebut berbeda dengan pakar lain, seperti yang dikemukakan oleh
Suryawinata (1989: 14) yang mengemukakan empat tahap dalam proses
menerjemahkan, yakni: (1) pesan dalam bahasa sumber yang mencakup hubungan
gramatik dan makna dari setiap satuan lingual akan dianalisis. (2) penerjemah akan
mengganti materi yang telah dianalisisnya dari bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran. (3) menganalisis kembali teks terjemahan yang dihasilkan untuk memastikan
hasil terjemahan tersebut telah sesuai dengan gaya bahasa dan budaya bahasa target,

5
dan (4) mengevaluasi kemudian merevisi hasil karya terjemahan tersebut ke dalam
bahasa sasaran.

Ahli lainnya yakni Pârlog & Frenţiu (2013: 17) menawarkan tiga fase dalam
metode penerjemahan, yakni reception, transfer dan reproduction. (1) reception adalah
tahap analisis teks dan proses pemahaman, (2) transfer adalah proses untuk
mengetahui makna dalam teks BSu, kemudian menyimpulkan tujuan dari proses
penerjemahan, lalu mengidentifikasi budaya yang sesuai bagi target pembaca sasaran,
dan, (3) reproduction adalah proses penerjemahan kedalam bahasa kedua yang
menjadi target sasaran. Ketiga fase ini, menurut Pârlog & Frenţiu merupakan metode
yang dianjurkan dalam pendekatan proses penerjemahan khususnya yang terkait
dengan istilah budaya.

Apabila semua definisi tersebut dilihat lebih jauh, dapat disimpulkan bahwa:
(1) penerjemahan adalah upaya mengalihkan teks dalam bahasa sumber dengan teks
yang sepadan dalam BSa, (2) yang diterjemahkan adalah makna teks sumber,
sebagaimana yang dimaksudkan pengarang dengan tetap mempertimbangkan target
pembaca sasaran dan unsur budaya yang terkandung di dalamnya.

b. Hubungan Bahasa-dengan Kebudayaan

Bahasa adalah bagian dari kebudayaan. Hubungan antara bahasa dan


kebudayaan merupakan hubungan subordinatif, yakni bahwa suatu bahasa berada di
bawah ruang lingkup kebudayaan. Disisilain, terdapat pendapat yang berbeda yang
menyatakan bahwa bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif,
yakni hubungan yang berdampingan atau sederajat. Masinambouw (dalam Crista,
2012: 1) menambahkan bahwa bahasa dan kebudayaan adalah dua sistem yang
melekat pada diri manusia, yang berarti bahwa kebudayaan adalah sebuah sistem yang
berperan penting dalam interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan
adalah sebuah sarana.

Masinambouw (dalam Crista, 2012: 1) juga mempersalahkan bagaimana


konsep hubungan antara kebudayaan dan kebahasaan, bersifat subordinatif atau
bersifat koordinatif. Ketika keduanya bersifat subordinatif, manakah diantara
keduanya yang menjadi main sistem (sistem atasan) dan manakah yang berperang
sebagai subsistem (sistem bawahan). Kebanyakan ahli menyampaikan bahwa budaya
yang merupakanmain system, sedangkan bahasa hanya menjadi subsistem.

6
Terkait hubungan bahasa dan kebudayaan yang disimpulkan bersifat
koordinatif, terdapat dua yang dapat diasumsikan yakni, hubungan kebahasaan dan
kebudayaan layaknya anak kembar siam, dua buah fenomena yang memiliki ikatn
yang erat, seperti hubungan antara satu sisi dengan sisi yang lainnya pada kepingan
uang logam (Silzer dalam Crista, 2012: 1). Jadi, dapat disimpulkan bahwa Silzer
menggambarkan hubungan tersebut dlam konsep bahwa sistem kebahasaan dan
kebudayaan merupakan dua fenomena yang cukup berbeda, tetapi memiliki hubungan
yang erat dan tidak dapat dipisahkan.

c. Hubungan Budaya dan Penerjemahan

Penerjemahan saat ini dipandang tidak hanya terkait bahasa, sebagai ilmu
pengetahuan linguistik, namun juga terkait budaya yang merupakan suatu bentuk
komunikasi antar budaya, karena setiap bahasa lahir dari konteks budaya yang
berbeda. Aspek budaya perlu mendapatkan perhatian lebih dalam proses
penerjemahan, hal ini disebabkan karena bahasa memiliki hubungan yang erat dengan
budaya. “Translation and culture are a concept related each other” atau suatu konsep
yang saling berkaitan (Fuadi, 2016: 172) dan keduanya berhubungan dengan tindakan
penerjemahan (Shokri & Ketabi, 2015: 4).

Jika teks yang sedang diterjemahkan adalah teks yang menyangkut budaya,
maka seorang penerjemah sebaiknya menguasai tentang budaya dari kedua bahasa
yakni BSu dan BSa. Sehingga penerjemah dapat menghasilkan terjemahan yang tepat,
dengan kata lain seorang penerjemah memiliki pemahaman lintas budaya yang baik,
agar dalam proses penerjemahannya, penerjemah mampu mereproduksi kembali teks
sesuai dengan tuntutan budaya target (Bassnet, 2014: 86). Kosa kata dalam sebuah
bahasa adalah cerminan yang khas dari budaya penutur bahasa tersebut, yang tidak
dimiliki oleh bahasa-bahasa lainnya.

Penerjemahan mencakup pemahaman kosa kata, situasi komunikasi, struktur


gramatika dan konteks budaya bahasa sumber sebagai alat penentu maknanya.
Selanjutnya makna tersebut direproduksi mengunakan kosa-kata dan struktur
gramatikal yang sesuai dalam konteks budaya BSa. Menurut Larson (1984: 23) sebuah
terjemahan dapat dikatakan berhasil apabila pembaca sasaran (BSa) tidak merasakan
teks terjemahan yang sedang dibacanya adalah sebuah teks hasil dari proses
penerjemahan.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Interaksi interpersonal: kewaspadaan, kecepatan, berbicara, kosakata, dan monitor


umpan balik nonverbal adalah bahwa interaksi interpersonal melibatkan berbagai elemen
penting dalam komunikasi antar individu, baik verbal maupun nonverbal. Individu yang
menguasai elemen-elemen ini dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam berinteraksi
dan menciptakan hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Interaksi penerjemah melibatkan interpretasi dan penerjemahan bahasa antara dua
atau lebih individu yang menggunakan bahasa yang berbeda. Interpretasi adalah proses
menerjemahkan makna bahasa lisan atau tulisan dari satu bahasa ke bahasa lainnya,
sedangkan penerjemahan adalah proses menerjemahkan teks tertulis dari satu bahasa ke
bahasa lainnya. Individu yang terlibat dalam interaksi penerjemah harus memiliki
kemampuan interpretasi dan penerjemahan yang baik, serta memahami konteks dan budaya
yang terkait dengan bahasa yang diterjemahkan.

3.2 Saran
Dari beberapa penjelasan di atas tentang penyusunan makalah kelompok yang
berjudul “ Bahasa dalam interaksi komunikasi antar budaya” pasti tidak terlepas dari
kesalahan penulisan, rangkaian kalimat, dan penyusunan makalah ini, menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh para
pembaca, khususnya dosen pembimbing Mata Kuliah “ Konseling Lintas Budaya”
yaitu bapak Drs. Syaiful Bahri, M.Pd dan ibu Evi Rahmiyati S.Pd., M.Ed Oleh karena
itu, penyusun makalah ini mengharap kepada para pembaca mahasiswa dan dosen
pembimbing mata kuliah ini terdapat kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam
terselesainya makalah yang selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sayre, S. (2010). The importance of effective communication. Nurse Leader, 8(6), 54-57.

Friedman, H. S., & Schustack, M. W. (2016). Personality: Classic theories and modern
research (5th ed.). Boston, MA: Pearson.

Gudykunst, W. B., & Kim, Y. Y. (2003). Communicating with strangers: An approach to


intercultural communication (4th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

Heath, R. L., & Bryant, J. (2010). Human communication theory and research: Concepts,
contexts, and challenges (2nd ed.). New York, NY: Routledge.

Wood, J. T. (2015). Interpersonal communication: Everyday encounters (8th ed.). Boston,


MA: Cengage Learning.

Sayre, S. L. (2017). The importance of interpersonal communication in business.


International Journal of Business Communication, 54(4), 424-438.

Mortensen, M. (2019). The importance of nonverbal communication. Forbes. Retrieved from


https://www.forbes.com/sites/forbescoachescouncil/2019/08/05/the-importance-
of-nonverbal-communication/?sh=2146d72e6f37

Nida, E. A., & Taber, C. R. (2018). The theory and practice of translation: with special
reference to Bible translating. Brill.

Hatim, B., & Mason, I. (2017). The translator as communicator (Vol. 14). Routledge.

Baker, M. (2018). Routledge encyclopedia of translation studies. Routledge.

11

You might also like