You are on page 1of 11

QADHIYAH HAMLIYAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Ilmu Mantiq

Dosen Pengampu: Rozinah AF, S.Th.I. M.Fil.I

Oleh:

Kelompok: 7

Noviatul Hasanah

Nia Fitriani

EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH (INSTIKA)

GULUK-GULUK SUMENEP MADURA

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya penulis mampu menyelesaikan tugas ini.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kita hadapi, baik itu
yang datang dari penulis maupun yang datang dari luar. Namun penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan orang tua. Terutama pertolongan dari Allah sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi dapat teratasi.

Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kurangnya dan jauh dari sempurna,
untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi baiknya penulisan yang
akan datang.

Sumenep, 20 Februari

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI……………………………………………………………........... 2

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 3

A. Latar belakang ………………………………………………..…… 3


B. Rumusan masalah …………………………………………….…… 3
C. Tujuan .............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….... 4

A. Pengertian Qadhiyah..........…………………………………………. 4
B. Pembagian Qadhiyah.......................................................................... 4
C. Pengertian Qadhiyah Hamliyah............................................................. 5
D. Sur Qadhiyah Hamliyah....................................................................... 7

BAB III PENUTUP………………………………………………………..….... 9

Kesimpulan…………………………………………………………....... 9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 10
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keistimewaan manusia dari segala sesuatu adalah karena manusia mempunyai
akal fikiran. Maka manusia dengan fikirannya merupakan isi dari alam ini, yang mana
tidak ada makhluk yang mulia di dunia ini, kecuali manusia yang berakal. Salah satu
fungsi akal dalam kehidupan manusia tidak lain sebagai petunjuk jalan untuk memilih
mana yang bermanfaat dan meninggalkan yang mudharat. Untuk itu ilmu mantiq ini
ilmu yang berkaitan dengan pembicaraan yang masuk akal yang sesuai dengan
keadaan dan kenyataan serta sesuai dengan dalil. Ilmu ini merupakan suatu cara
dalam penelitian ilmiah sehingga yang dibahas dalam ilmu mantiq ini tidak bisa
dilepaskan dengan sesuatu pembahasan yang lebih tertuju pada kebenaran dan tidak
hal ini dalam ilmu mantiq disebut dengan “qodhiyah” atau” khobar”

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Qodhiyah?
2. Bagaimana Pembagian Qodhiyah?
3. Apa pengertian Qodhiyah Hamliyah?
4. Apa Sur Qodhiyah Hamliyah itu?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Qodhiyah.
2. Untuk mengetahui pembagian Qodhiyah.
3. Untuk mengetahui pengertian Qodhiyah Hamliyah.
4. Untuk mengetahui Sur Qodhiyah Hamliyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qodhiyah
Qodhiyah dalam ilmu mantik adalah jumlah (mufidah) dalam ilmu nahwu dan
kalimat dalam bahasa indonesia, jika demikian maka dapat dikatakan bahwa qodhiyah
adalah rangkaian kata-kata yang mengandung pengertian. Contoh: mahasiswa tidak
hadir, tahun depan saya akan wisuda. Kalimat-kalimat itu merupakan contoh-contoh
qodhiyah. Isi dari qodhiyah ini merupakan kabar maka nama lain untuk qodhiyah ini
yaitu khabar. Setiap qodhiyah (khobar) ini selalu mengundang kemungkinan benar
atau salah.1
Terkadang qodhiyah ini bersumber dari orang yang membawa beritanya tidak
mengandung kebohongan, sehingga beritanya itu dianggap benar, tetapi ketiadaan
mengandung beritanya itu bohong adalah ditinjau dari segi orang yang
mengatakannya dan bukan dari dzatnya berita tersebut.
B. Pembagian Qodhiyah
Setiap qodhiyah terdiiri dari tiga unsur: 1) maudhu’, 2) mahmul dan 3)
rabithah (hubungan antara maudhu’ dan mahmul).2
1) Maudhu’ (subjek), adalah didalam ilmu nahwu disebut mubtada, fa’il atau
naibul fa’il. Atau juga bisa disebut mahkum alaih jika dilihat dari segi proses
pengambilan keputusan. Contoh: Ahmad pergi, Ahmad tidak pergi, maka yang
jadi maudhu’adalah Ahmad dalam peristilahan ilmu mantik.
2) Mahmul (predikat), adalah didalam ilmu nahwu disebut khabar, baik khabar
mufrad atau khabar ghairu mufrad atau juga bisa disebut al-mahkumbih jika
dilihat dari segi pengambilan keputusan. Contoh: Ahmad pergi, Ahmad tidak
pergi, maka yang menjadi mahmul adalah pergi dan tidak pergi.
3) Rabithah (penghubung), merupakan lafadh (kata-kata) yang menunjuk kepada
adanya ikatan kuat antara maudhu’ dengan mahmul. Rabithah itu biasanya
terdri atas dhamir (kata ganti), seperti hua, huma, hum dan seterusnya, atau
fi’il naqish, seperti kana, kanu dan seterusnya. Contoh: lutfi hua sa’iq.

1
H. Baihaqi, A. K, Ilmu Mantik Teknik Dasar Berfikir Logika, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2002), hal, 31.
2
Sukriadi Sambas, Mantiq Kaidah Berfikir Islami, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal, 69-70.
Berdasarkan rabithahnya dan juga menurut ahli ilmu mantik, qodhiyah dibagi
menjadi dua: Qodhiyah Hamliyah (proposisi kategoris), Qodhiyah Syathiyah
(proposisi hipotesis).
C. Pengertian Qodhiyah Hamliyah

Qodhiyah hamliyah adalah rangkaian lafazh yang mengandung pengertian.


Dalam bahasa indonesia qodhiyah hamliyah dapat disamakan dengan kalimat
qodhiyah ini yang menerangkan terjadinya ketetapan hukum, tidak tergantung pada
suatu yang lain.3

Qodhiyah Hamliyah ini terbagi menjadi dua macam yaitu:

1. Proposisi kategoris universal


Yaitu proposisi kategoris yang subyeknya mencakup semua yang
dikandungnya. Contoh: manusia adalah makhluk bernyawa.4
2. Proposisi kategoris individual
Yaitu proposisi kategoris yang subyeknya tidak mencakup semua
jenisnya, tetapi hanya sebagian saja. Contoh: hasan itu seorang dokter.
Proposisi kategoris universal itu ada dua bagian, yaitu:
1. Definitif (musawwarah) yaitu qodhiyah hamliyah kulliyyah yang
didahului oleh sur.
2. Indefinitif (muhmalah) yaitu qodhiyah hamliyah kulliyyah yang tidak
didahului oleh sur.
Sur adalah kata yang menunjukkan kualitas (kadar jumlah personal) subyek.
Sur adakalanya kulli (semua, seluruh, segalanya) dan adakalanya juz’i (setengah,
sebagian, diantaranya).5
Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami, bahwa proporsi kategoris
(qodhiyah hamliyah) ada empat macam, yaitu:
1. Proposisi kategoris universal (qodhiyah hamliyah kulliyah)
2. Proposisi kategoris individual (qodhiyah hamliyah syahsiyah)
3. Proposisi kategoris general (qodhiyah hamliyah muhmalah)
4. Proposisi kategoris particular (qodhiyah hamliyah juziyah)

3
Cholil Bisyri, Ilmu Mantiq, (Rembang: Al-Ma’arif Offset, 1893), hal, 33.
4
Abdurrahman Bin Muhammad Al-Akhdhari, Pengantar Ilmu Mantiq, (Surabaya: Al-Hidayah, 2005), hal, 38.
5
Ibid, hal, 39.
Pembagian proposisi kategoris (qodhiyah hamliyah) menjadi empat macam
tersebut ditinjau dari segi subyek (maudhu’) nya, dan jika ditinjau dari segi predikat
(mahmul) nya, maka ada dua yaitu mujabah dan salibah, sebagaimana disebutkan
pada nazham berikut:
‫و كلها مو جبة او سالبة—فهي اذا الي الثمان ايبة‬
“semua bagian qodhiyah hamliyah itu ada yang mujabah dan ada yang
salibah, jadi qodhiyah hamliyah itu ada delapan.”
Proposisi kategoris (qodhiyah hamliyah) ditinjau dari segi predikat (mahmul)
atau segi kualitasnya itu ada dua, yaitu:6
1. Affirmatif (mujabah)
2. Negatif (salibah)
Proposisi affirmatif ialah proposisi kategoris yang kopulanya membenarkan
adanya persesuaian hubungan subyek dan predikat. Contoh: manusia adalah hewan
berfikir, sebagian manusia adalah bijaksana.
Proposisi negatif ialah proposisi kategoris yang kopulanya menyatakan
bahwa antara subyek dan predikat tidak ada hubungan sama sekali. Contoh: semua
manusia itu tidak suka sengsara, sebagian manusia tidak suka dihina.
Dalam ropoisi affirmatif (mujabah), kopulanya selalu bersifat membenarkan,
sedangkan dalam proposisi negatif (salibah), kopulanya mempunyai tanda negatif.
Dengan memperhatikan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah
proposisi kategoris seluruhnya ada delapan (4x2=8), yaitu:7
1. Kategoris Universal Affirmatif.
Contoh: semua manusia adalah hewan
2. Kategoris Universal Negatif.
Contoh: semua manusia tidak batu
3. Kategoris Individual Affirmatif.
Contoh: hasan adalah wartawan
4. Kategoris Individual Negatif.
Contoh: hasan bukan seorang wartawan
5. Kategoris General Affirmatif.
Contoh: manusia adalah hewan
6. Kategoris General Negatif.

6
Ibid, hal, 40.
7
Ibid, hal, 41.
Contoh: tak seorangpun manusia itu batu
7. Kategoris Partikular Affirmatif.
Contoh: sebagian manusia adalah berpendidikan
8. Kategoris Partikular Negatif.
Contoh: sebagian manusia tidak mermoral.
D. Sur Qodhiyah Hamliyah
Sur secara lughawi, adalah pagar yang segaligus menggandung arti batas.
Pagar kebun mengandung arti batas kebun. Secara terminologi mantiki, sur adalah
lafazh ( kata kata) yang menunjuk kepada kamiyah ( keberapaan) ketentuan yang
berlaku atas maudhu’. Qodhiyah yang diberi sur disebut qodhiyah musyawarah atau
mahshurah (secara lughawi: dipagari atau dibatasi). Contoh: berapa banyak peserta
yang hadir dalam pertemuan itu? Pertanyaan ini dijawab dengan qodhiyah yang
memakai sur ( batas keberapaan).8
Sur disini terbagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Sur Kulli Ijabi
Sur kulli adalah dimana terdapat kata tiap-tiap (kullun), sekalian
(jami’un), atau semacamnya yang menunjuk kepada ada atau terdapatnya
mahmul pada seluruh satuan maudhu’. Contoh: tiap-tiap mahasiswa yang
lulus mendapat ijazah.
2. Sur Kulli Salabi
Sur salabi adalah dimana terdapat kata tidak seorangpun (la ahada), tidak
satupun upaya (la haula), atau semacamnya yang menunjuk kepada tidak
ada atau tidak melekatnya mahmul pada seluruh satuan maudhu’. Contoh:
tidak seorangpun mahasiswa hadir.9
3. Sur Juz’i Ijabi
Sur juz’i ijabi adalah dimana terdapat kata sedikit (qalilun), sebagian
(ba’dhu), atau semacamnya yang menunjuk kepada ada atau terdapatnya
mahmul pada sebagian satuan maudhu’. Contoh: sebagian mahasiswa
hadir.

8
Mu’in Taib Thahir, Ilmu Matiq, (Jakarta: Widjaya jakarta 1964), hal, 37.
9
M. Ali Hasan, Ilmu Mantiq Logika, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya 1995), hal, 32.
4. Sur Juz’i Salabi
Sur juz’i salabi adalah terdapat kata tidaklah sebagian (laisa ba’dhu),
tidak semuanya (laisa jami’un). Contoh: tidak semua orang senang
kepada pertunjukan itu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesinpulan
Qodhiyah dalam ilmu mantik adalah jumlah (mufidah) dalam ilmu nahwu dan
kalimat dalam bahasa indonesia, jika demikian maka dapat dikatakan bahwa qodhiyah
adalah rangkaian kata-kata yang mengandung pengertian. Dan Setiap qodhiyah terdiiri
dari tiga unsur: 1) maudhu’, 2) mahmul dan 3) rabithah (hubungan antara maudhu’
dan mahmul).
Berdasarkan rabithahnya dan juga menurut ahli ilmu mantik, qodhiyah dibagi
menjadi dua: Qodhiyah Hamliyah (proposisi kategoris), Qodhiyah Syathiyah
(proposisi hipotesis). Qodhiyah hamliyah adalah rangkaian lafazh yang mengandung
pengertian. Dalam bahasa indonesia qodhiyah hamliyah dapat disamakan dengan
kalimat qodhiyah ini yang menerangkan terjadinya ketetapan hukum, tidak tergantung
pada suatu yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

H. Baihaqi, A.K, Ilmu Mantiq Teknik Dasar Berfikir Logika, Jakarta, Darul Ulum Press, 2002.

Sambas Sukriadi, Mantiq Kaidah Berfikir Islami, Bandung, Rosdakarya, 2009.

Bisyri Cholil, Ilmu Mantiq, Rembang, Al-Ma’arif Offset, 1893.

Abdurrahman Bin Muhammad Al-Akhdhari, Pengantar Ilmu Mantiq, Surabaya, Al-Hidayah, 2005.

Mu’in Thaib Thahir, Ilmu Matiq, Jakarta, Widjaya Jakarta, 1964.

Hasan M. Ali, Ilmu Mantiq Logika, Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya,1995.

You might also like