You are on page 1of 5

Nama : Raismida Tarumaya

Tugas Resume 6
NIM : B.241.22.0005
Mata Kuliah : Teori Akuntansi

Konvergensi PSAK - IFRS


A. PERLUNYA STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
1) Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang
berkualitas di pasar modal internasional.
2) Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan
dalam ketentuan pelaporan keuangan.
3) Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk
analisis keuangan bagi para analis.
4) Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”.

B. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI DALAM IMPLEMENTASI DAN ADOPSI


IFRS
1. Translasi Standar Internasional
Terdapat kesulitan dalam penerjemahan IFRS (bahasa Inggris) ke bahasa masing-
masing negara
a) Penggunaan kalimat bahasa Inggris yang panjang
b) Ketidakkonsistenan dalam penggunaan istilah
c) Penggunaan istilah yang sama untuk menerapkan konsep yang berbeda
d) Penggunaan istilah yang tidak terdapat padanan dalam terjemahannya
e) Keterbatasan pendanaan untuk penterjemahan
2. Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional
Pada beberapa negara, standar akuntansi sebagai bagian dari hukum nasional dan
ditulis dalam bahasa hukum. Disisi lain, standar akuntansi internasional tidak ditulis
dengan bahasa hukum sehingga harus diubah oleh dewan standar masing-masing
negara
Terdapat transaksi-transaksi yang diatur hukum nasional berbeda dengan yang diatur
standar internasional. Misal: transaksi ekuitas untuk perusahaan di Indonesia berbeda
perlakuan untuk PT, Koperasi atau badan hukum lainnya.
3. Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional
Adanya kekhawatiran bahwa standar internasional akan semakin kompleks dan rules-
based approach. Standar mengatur secara detil setiap transaksi sehingga penyusun
LK harus mengikuti setiap langkah pencatatan.
Penerapan standar sebaiknya menggunakan principles-based approach. Standar hanya
mengatur prinsip pengakuan, pengukuran, dan pencatatan suatu transaksi
4. Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional
Standar akuntansi internasional perlu dipahami secara jelas sebelum diterapkan.
Tentunya butuh cukup waktu bagi penyusun laporan keuangan, auditor, dan pengguna
laporan keuangan untuk memahami suatu standar akuntansi.
Bila standar akuntansi sering berubah-ubah maka akan sangat sulit dipahami apalagi
diterapkan.

C. STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA


Terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi di Indonesia
(Ahmadi Hadibroto)
a. Menjelang diaktifkan Pasar Modal pada tahun 1973, dibentuk cikal bakal badan
penyusun standar akuntansi yang menghasilkan “Prinsip Akuntansi Indonesia
(PAI)”
b. Komite PAI yang dibentuk tahun 1974 melakukan revisi mendasar PAI ’73 untuk
menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan dunia usaha. Hasil revisi ini
dikodifikasi dalam “Prinsip Akuntansi Indonesia 1984”
c. Pada tahun 1994, komite PAI melakukan revisi total terhadap PAI 1984. hasil
revisi ini dikodifikasi dalam “Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober
1994

D. PEMUTAKHIRAN SAK
Menurut DSAK, pemutakhiran SAK didasarkan pada tiga hal:
a. Mendukung harmonisasi dan konvergensi PSAK dengan IFRS
b. Dalam perumusan SAK, selain menggunakan referensi IFRS, juga
mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan usaha di Indonesia
c. Pengembangan SAK yang belum diatur dalam IFRS dilakukan berpedoman pada
KDPPLK
E. PENGEMBANGAN SAK (Periode April 2002 – Oktober 2004)
1. Menerbitkan KDPPLK Bank Syariah sebagai landasan konseptual pelaporan keuangan
bank syariah
2. Menerbitkan PSAK 59 tentang akuntansi perbankan syariah Menerbitkan lima PSAK
revisi:
 PSAK 58 tentang operasi dalam penghentian;
 PSAK 8 tentang kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca;
 PSAK 51 tentang Akuntansi Kuasi Reorganisasi;
 PSAK 24 tentang Imbalan Kerja;
 PSAK 38 tentang Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali
3. Menerbitkan tiga Interpretasi SAK:
 ISAK 5 Interpretasi par 14 PSAK 50 tentang Pelaporan Perubahan Nilai Wajar
Investasi Evek dalam Kelompok Tersedia untuk dijual;
 ISAK 6 interpretasi par 12&16 PSAK 55 tentang Instrumen Derivatif melekat
pada kontrak dalam mata uang asing;
 ISAK 7 interpretasi par 5&19 PSAK 4 tentang konsolidasi entitas bertujuan
tertentu

F. REFERENSI PENYUSUNAN PSAK


G. PERBANDINGAN IFRS DAN PSAK
IFRS PSAK
• S/d status 2006, terdiri 37 standar • S/d status 2006, PSAK s/d 2006,
dan 20 interpretasi terdiri dari 59 standar dan 6 interpretasi
• Dimulai sejak 1974 (IAS) • Dikembangkan sejak 1994 (PAI)
• Lebih merupakan standar umum, • Ada banyak standar khusus industry
hanya ada 4 standar khusus industri (15 standar)
• First time adoption of IFRS • Belum diadopsi
• Share-based payment • PSAK 53 belum adopsi IFRS 2,
referensi menggunakan US SFAS 123
• Business Combinations • PSAK 22 belum mengadopsi IFRS 3,
referensi menggunakan IAS 22 (1993).

• Insurance Contract • PSAK 28 dan 36, belum adopsi IFRS 4,


referensi menggunakan US SFAS dan
regulasi industri asuransi.
• Non-Current Assets Held for Sale • PSAK 58 belum adopsi IFRS 5,
and Discontinued Operations referensi menggunakan IAS 35 (1998).
• Exploration for and Evaluation • PSAK 29 dan 33, belum adopsi IFRS 6,
of Mineral Resources referensi US SFAS dan regulasi industri
• Financial Instruments: Disclosures • PSAK 31 dan 55, belum adopsi IFRS 7,
referensi menggunaka IAS 30, US SFAS
dan regulasi industri.

H. KONVERGENSI IFRS
Keputusan DSAK saat ini adalah mendekatkan PSAK dengan IAS/IFRS dengan
membuat dua strategi:
a. Strategi selektif. Strategi ini dilakukan dengan tiga target yaitu; mengidentifikasi
standar-standar yang paling penting untuk diadopsi seluruhnya dan menentukan batas
waktu penerapan standar yang diadopsi, melakukan adopsi standar selebihnya yang
belum diadopsi sambil merevisi standar yang telah ada, dan target terakhir adalah
melakukan konvergensi proses penyusunan standar dengan IASB.
b. Strategi dual standard. Strategi ini dilakukan dengan menerjemahkan seluruh IFRS
sekaligus dan menetapkan waktu penerapannya bagi listed companies. Sedangkan
bagi non listed companies tetap menggunakan PSAK yang telah ada.
I. GAAP CONVERGENCE 2022
IASB melakukan survey terhadap standar akuntansi yang diterapkan di 59 negara dan
upaya untuk mencapai konvergensi dengan IFRS.

Tiga hal yang menjadi pertanyaan kunci dalam survey GAAP 2002
a. Apakah ada perencanaan untuk mengadopsi IFRS atau konvergensi standar
akuntansi dengan IFRS?
b. Apa yang mendasari masing-masing negara (yang disurvey) untuk melakukan
konvergensi?
c. Apa hambatan yang dihadapi masing-masing negara untuk melakukan
konvergensi dengan IFRS?

• Terdapat beberapa hambatan yang masih dihadapi:


a) Masih adanya ketidaksesuaian standar di beberapa negara dengan ketentuan IFRS
yang signifikan (seperti aturan tentang instrumen keuangan dan standar
pengukuran berdasar fair value accounting)
b) Masih terdapat perbedaan kepentingan antara IFRS yang berorientasi pada capital
market dengan standar akuntansi negara-negara yang berorientasi pada ketentuan
perpajakan (tax-driven)
c) Berbagai aturan yang kompleks dalam IFRS dianggap sebagai hambatan bagi
sebagian negara untuk melakukan konvergensi.
d) Masih terdapat gap yang cukup besar antara IFRS dengan standar akuntansi
nasional yang diterapkan untuk perusahaan kecil dan menengah (UKM)

• Untuk mendukung upaya konvergensi dibutuhkan partisipasi berbagai pihak


diantaranya:
a) Pemerintah/Regulator
b) Profesi Akuntansi (IAI)
c) Dewan Standar Akuntansi (DSAK)
d) IASB
e) Perusahaan
f) Akademisi/Universitas
g) Analis Pasar Modal dan Investor

You might also like